05. bab ii wedding

41
11 “Wedding onvention enter” Di Palangka Raya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penge rtian Judul Dalam Bahasa Indonesia Pala ng ka Ray a Weddi ng Co nv en tion Ce nt er  memp uny ai Penge rtian y aitu Pusa t Perte muan Perni kaha n di Pala ngka Raya. 2.1.1. Pen gert ian Wedding ( Per nikahan ) Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri ( dengan resmi) (Echols: 1996) Upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan pe rkawinan se ca ra norma ag ama, norma hu kum, da n norma s osia l. Upac ara per nikah an memili ki banya k ragam da n va ria si me nurut tra dis i suk u bangs a, agama, buday a, ma upu n ke las so sia l. Pengg una an adat atau aturan ter ten tu kad ang - kada ng berka itan deng an atura n atau huku m agama terte ntu pula . (Wikip edia :2014 ) 2. 1. 2. Pe ngert ian Wedding Conventi on Center We dd ing Conven ti on Ce nter me rupa ka n s ua tu ja sa per temuan pe rni kah an seb agai pe lengkapa n pe rni ka han , perancangan pernikahan beserta penunjangnya, di mana keberadaannya diperuntukkan kepada semua lapisan masyarakat yang ingin menamp ilkan suatu pernikahan dengan konsep s esuai impia n mere ka mas ing-ma sing . Cent er disin i yaitu pusa t kegi atan memilih, memesan, atau menyewa segala perlengkapan pernikahan serta tempat dimana upacara pernikahan dilangsungkan. Menampung seluruh rangkaian kegiatan pernikahan secara terpadu dan praktis mulai dari kegiatan persiapan hingga perayaan pernikahan.

Upload: achmad-fachlevy

Post on 01-Mar-2018

239 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 1/41

11

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Judul

Dalam Bahasa Indonesia Palangka Raya Wedding Convention Center 

mempunyai Pengertian yaitu Pusat Pertemuan Pernikahan di Palangka Raya.

2.1.1. Pengertian Wedding (Pernikahan)

• Perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri

( dengan resmi) (Echols: 1996)

• Upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau

dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan

ikatan perkawinan secara norma agama, norma hukum, dan

norma sosial. Upacara pernikahan memiliki banyak ragam dan

variasi menurut tradisi suku bangsa, agama, budaya, maupun

kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan tertentu kadang-

kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu

pula. (Wikipedia:2014)

2.1.2. Pengertian Wedding Convention Center

Wedding Convention Center merupakan suatu jasa

pertemuan pernikahan sebagai pelengkapan pernikahan,

perancangan pernikahan beserta penunjangnya, di mana

keberadaannya diperuntukkan kepada semua lapisan masyarakat

yang ingin menampilkan suatu pernikahan dengan konsep sesuaiimpian mereka masing-masing. Center disini yaitu pusat kegiatan

memilih, memesan, atau menyewa segala perlengkapan pernikahan

serta tempat dimana upacara pernikahan dilangsungkan.

Menampung seluruh rangkaian kegiatan pernikahan secara terpadu

dan praktis mulai dari kegiatan persiapan hingga perayaan

pernikahan.

Page 2: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 2/41

12

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.2. Tinjauan Wedding Convention Center

Penyelenggaraan sebuah resepsi pernikahan dilakukan dengan berbagai

macam cara sesuai dengan jenis dan konsep yang diinginkan secara keseluruhandengan persiapan penyelenggaraan pernikahan. Adapun jenis dan konsep resepsi

pernikahan ialah:

a. Jenis resepsi pernikahan (Duwi:2004)

1. Tradisonal : menggunakan tata cara daerah tertentu atau suku

tertentu mulai dari busana, upacara dan gaya resepsi

pernikahannya.

2. Tematik : mengadopsi cara sebuah pernikahan tertentu yang

sangat berkesan biasanya hanya diadopsi sebagian, mengadopsi

suatu pernikahan kerajaan sebatas pada dekorasinya.

3. Internasional : menggunakan tata cara yang berlaku secara umum

(international) yaitu berupa rangkaian acara peresmian dan

perjamuan pernikahan.

b. Konsep resepsi pernikahan (Duwi:2004)

Konsep resepsi pernikahan ditetapkan untuk mempermudah

persiapan penyelenggaraan pernikahan secara keseluruhan. Mulai dari

pemilihan tempat resepsi, cara penyajian hidangan, serta penataan

dekorasi. Kondisi tempat resepsi sangat mempengaruhi konsep

penyelenggaraan pernikahan. Konsep pernikahan dapat dibedakan

menjadi dua cara berdasarkan tempat resepsinya:

1. Indoor

Penyelenggaraan resepsi yang dilakukan dalam ruangan tertutup.

Konsep ini dapat digunakan untuk jenis resepsi dengan berbagai

tema karena pengadaan resepsi dalam ruang tertutup dapat didekor

sesuai kebutuhan.

2. Outdoor

Penyelenggaraan resepsi yang dilakukan di ruang terbuka. Konsep

ini biasanya hanya digunakan untuk jenis resepsi tematik (misalnya

Garden Party) karena untuk mendekor ruangan terbuka agak sulit

Page 3: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 3/41

13

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

mengingat elemen lingkungan sangat mempengaruhi keindahan

desain dekorasinya.

Penyajian hidangan juga sangat mempengaruhi konsep yang akan

digunakan untuk sebuah resepsi pernikahan, berikut konsep resepsi

yang berdasarkan cara penyajian :

1. Prasmanan

Penyelenggaraan resepsi dengan menyediakan hidangan pada meja

panjang dan tamu dipersilahkan mengambil sendiri makannya.

2. Pelayanan

Penyelenggaraan resepsi dengan mengantarkan hidangan satu

persatu pada masing-masing tamu undangan.

3. Meja bundar

Penyelenggaraan resepsi dengan mengantarkan hidangan satu

persatu pada masing-masing meja dengan porsi yang telah

disediakan dengan jumlah maksimal tamu undangan yang dapat

duduk disana/biasanya 10 orang).

Penataan dekorasi juga mempengaruhi konsep yang akan digunakan

untuk sebuah resepsi pernikahan. Berikut konsep resepsi berdasarkan

penataan dekorasinya:

1. Baku / Klasik 

Dekorasi yang biasanya digunakan standart tidak mencerminkan

suatu tema khusus. Biasanya mengunakan bunga sebagai elemen

penghias ruang.

2. Bebas /Modern

Dekorasi yang digunakan mencerminkan suatu tema khusus dan

penataannya fleksibel. Misalnya penggunaan daun hijau dan

elemen air pada resepsi bertema hutan atau menghadirkan dekorasi

castil untuk resepsi bertema kerajaan

c. Pelaku Kegiatan Wedding (Duwi:2004)

1. Kelompok Pengunjung

2. Kelompok Pegawai/Karyawan

Page 4: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 4/41

14

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

3. Kelompok Pengelola Utama

4. Kelompok Keluarga Pengantin dan Pengantin

5. Kelompok Tamu akad Pernikahan dan Keluarga Pengantin

6. Kelompok Tamu Undangan Wedding Outdoor

d. Aktivitas yang di wadahi Wedding

1. Kelompok Kegiatan Penerimaan

2. Kelompok Kegiatan Pelayanan & Jasa

- Kelompok Kegiatan Wedding Organizer

- Kelompok Kegiatan Studio Foto/Syuting

- Kelompok Kegiatan Souvenir

- Kelompok Kegiatan Dekorasi

- Kelompok Kegiatan hidangan

- Kelompok Kegiatan Akad Penikahan

- Kelompok Kegiatan Wedding Outdoor

3. Kelompok Kegiatan Fasilitas Penunjang ( Promosi & Pemasaran )

- Kelompok Kegiatan Promosi

- Kelompok Kegiatan Pemasaran

4. Kelompok Kegiatan Pengelola & Operasional

- Kelompok Kegiatan Operasional & servis

- Kelompok Kegiatan Pengelola

Page 5: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 5/41

15

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.3. Asas Rancang Arsitektur

Dalam sebuah perjalanan akan ada dimana awal dan akhir dari sebuah

perjalanan sehingga jelas perlu adanya suatu dasar yang menjadi pedoman darisetiap tujuan perjalanan. Hal demikian dapat diibaratkan seperti seseorang yang

ingin menempuh suatu tujuan perjalanan untuk dapat tiba ke tujuan tersebut dia

menginginkan transportasi yang murah, mudah, dan cepat sehingga dari semua

pertimbangan yang ada orang tersebut memilih tranportasi menggunakan sepeda

motor, adanya hal itu jelas bahwa suatu asas di ibaratkan sepeda motor tersebut

dengan suatu konsep yang diinginkan murah, mudah, dan cepat.

Asas/Prinsip rancang adalah merupakan prinsip-prinsip yang mengatur,

mengarahkan, memberi pedoman bagi proses merancang sehingga mampu

memberikan pengaruh bagi hasil rancangan ( dalam bentuk aliran, isme ) sebagai

suatu konsekuensi bagi pemakai asas rancang. Asas adalah aliran, isme, sehingga

apabila seorang perancang memakai salah satu asas, maka secara otomatis

perancang akan dibawa kepada salah satu aliran (hal ini sudah menjadi

konsekuensi logis bagi pemakaian asas ini). (Yunitha, Materi Perkuliahan Metode

Perancangan I: 2011)

2.3.1. Fungsi Asas Rancang

Asas rancang memiliki dua fungsi utama, bila ditinjau dari kualitas karya

arsistektur, yakni fungsi penciri dan fungsi pemandu.

Fungsi penciri menunjuk pada ihwal memberikan dan mengarahkan

penilaian dan apresiasi sehingga sesuatu karya arsitektur mampu menunjukkan

adanya ciri-ciri khas rancangan. Memperhatikan sebuah karya arsitektur dan

mengapresiasinya, seseorang akan bisa mengatakan bahwa karya rancang itu

dapat dicirikan sebagai karya yang berciri modern (menampakkan langgam

modern, misalnya), berciri glamour (menampakkan olah rupa yang berasaskan ke-

glamour-an), berciri fungsional (menampakkan gubahan rancangan yang

berasaskan `form follows function), dan sebagainya Di sinilah Egon Schirmbeck 

menekankan adanya tiga asas rancangan yakni asas rasional, psikologikal dan asas

simbolik. (Yunitha, Materi Perkuliahan Metode Perancangan I: 2011)

Page 6: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 6/41

16

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

Sebagai fungsi pemandu, yakni sebagai pemandu di dalam kegiatan

merancang (di studio, tentunya) fungsi asas rancang dapat dibedakan dalam tiga

kelompok fungsi :

a. Fungsi sebelum proses rancang

Pada saat sebelum proses rancang, asas masih belum berfungsi. Dia

hanya berdiri sendiri sebagai sebuah asas yang sewaktu-waktu akan

dipakai oleh perancang.

b. Fungsi pada saat berlangsungnya kegiatan merancang

Pada saat proses rancang, asas berfungsi sebagai :

- dasar teori

- patokan

- pengarah, pengatur, pengendali

- pedoman

c. Fungsi setelah proses rancang

Setelah proses rancang yakni ketika telah diperoleh hasil rancang,

maka asas berfungsi sebagai uji mutu yang akan menguji apakah kualitas

rancangan sesuai dengan tema yang diajukan atau tidak.Diujikan padahasil rancangan guna menilai hasil rancangan tentang :

- tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas

- mutu arsitektural rancangan

2.3.2. Kategori Asas rancang Arsitektur

Menurut Schrimbeck  (1988) dalam Yunitha Materi Perkuliahan

 Metode Perancangan I  (2011), Asas perancangan Arsitektur dapat

dikategorikan ke dalam tiga kategori, Yaitu Asas Rasional, Asas Simbolik 

dan Asas Psikologik.

1. Asas Rasional

Asas ini secara mendasar memberikan penjelasan atas “functions

that have a rational objective” (Schrimbeck  –  h.148 ) segenap fungsi

arsitektur yang memiliki tujuan-tujuan dan sasaran yang rasional.

Page 7: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 7/41

17

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

Dengan meminjam dari Geoffrey Broadbent dalam bukunya yang

berjudul Design in Architecture, fungsi-fungsi itu adalah: fungsi wadah

aktifitas (container of activites), fungsi penyesuai perilaku (behavior 

modifier ), fungsi investasi (capital investment ), fungsi penyaring

lingkungan (environmental filter ).

2. Asas Simbolik

Ditegaskan oleh Schrimbeck  (1988) dalam Yunitha “ Materi

Perkuliahan Metode Perancangan I ”(2011), bahwa asas ini

mendominasi cakrawala arsitektur postmodern. Dengan asas-asas

simbolik ini, terbukalah peluang bagi hadirnya kesadaran baru akan

kesertaan sejarah bagi merancang. Di sini, sejarah yang dimaksud

bukanlah sejarah dalam arti peristiwa, tetapi sejarah dalam arti beragam

langgam, estetika dan artistika arsitektur dari masa silam. Jadi, di sini

yang dimaksud dengan sejarah bukanlah pula identitas lokal yang

sering-sering dienal dengan sebutan jatidiri kedaerahan yang kultural.

Asas-asas dalam kategori ini banyak berkenaan dengan tatarupa,

karena kepedulian paling utama dari asas ini adalah pada `artistic truth’ 

(kebenaran artistik dalam tinjauan karya seni, tentunya), dan pada

 ̀perceptual force’  ( daya persepsi, khususnya yang berkenaan dengan

ingatan, kenangan atau memori). Sederhananya, asas ini banyak 

 bertumpu pada “yang elok dipandang dan membangkitkan kenangan”.

3. Asas Psikologi

Menurut Schrimbeck  (1988) dalam Yunitha “ Materi

Perkuliahan Metode Perancangan I ”(2011), asas ini mencoba untuk 

menggabungkan asas rasional dengan asas simbolik, karena Schirmbeck 

berkeyakinan bahwa gabungan antara yang rasional dengan yang

simbolik akan menghasilkan yang psikologik. Sudah barang tentu, asas

ini menjadi lebih sulit dalam mempraktekkannya, karena di sini harus

dapat digabungkan antara yang rasional dengan yang ‘memorial’ (non-

rational), dan oleh karena itu, tak mengherankan bila dalam barisan

postmodern hanya ada beberapa nama saja yang mampu menanganinya,

Page 8: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 8/41

18

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

misalnya adalah James Stirling, Aldo Rossi, Mario Botta dan Arata

Isozaki.

2.3.3. Sirkulasi bangunan

Ruang sirkulasi membentuk bagian yang tak dapat dipisahkan

dari setiap organisasi bangunan, dan memakan tempat yang cukup besar

dalam ruang bangunan. Bentuk dan skala suatu ruang sirkulasi harus

menampung gerak manusia pada waktu mereka berkeliling, berhenti

sejenak, beristirahat, atau menikmati pemandangan sepanjang jalan.

(Ching: 2000: 286)

Menurut Ching (2000 : 287) ruang sirkulasi bisa berbentuk :

Tertutup, membentuk koridor yng berkaitan dengan ruang-ruang

yang dihubungkan melalui pintu-pintu masuk pada bidang

dinding.

Terbuka pada salah satu sisinya, untuk memberikan kontinuitas

visual/ruang dengan ruang-ruang yang dihubungkan.

Terbuka pada kedua sisinya, menjadi perluasan fisik dari ruangyang ditembusnya.

1. Sistem pencapaian pada bangunan

Menurut utomo, 2003 dalam Ngini 2008 sistem pencapaian

pada bangunan dapat dibagi menjadi 3 macam yaitu :

Sistem pencapaian frontal

Sistem pencapaian ke samping

Sistem pencapaian langsung mengarah dan lurus ke objek ruang

yang dituju. Pandangan visual objek yang dituju jelas terlihat dari

Memperkuat efek objek perspektif yang dituju. Jalur pencapaian

dapat dibelokkan berkali-kali untuk memperbanyak squence

sebelum mencapai objek.

Page 9: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 9/41

19

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

Sistem pencapaian memutar

2. Sistem parkir pada bangunan

a. Parkir tegak lurus

Pola parkir tegak lurus memiliki beberapa kelebihan yaitu jumlah

kendaraan yang dapat ditampung banyak, efisiensi lahan, dan

ruang gerak yang mudah namun memerlukan sirkulasi yang cukup

luas.

b. Parkir menyudut 45o

Pola parkir menyudut 45o, memiliki beberapa kelebihan yaitu

ruang gerak yang mudah, terkesan dinamis dan jumlah kendaraan

yang dapat ditampung cukup banyak.

c. Parkir sejajar

Pola parkir sejajar ini dapat menghambat lalu lintas, dengan ruang

geraknya yang sulit dan tidak efisien.

memperpanjang urutan pencapaian dan mempertegas

bentuk tiga dimensi suatu bangunan sewaktu bergerak

mengelilingi tepi bangunan.

Gbr. Parkir dengan sudut kemiringan 450

Sumber : Ernst Neufert, data arsitek

Page 10: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 10/41

20

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

3. Sistem Sirkulasi ruang dalam bangunan

Sirkulasi horizontal untuk menghubungkan setiap ruang

menggunakan sistem koridor berupa lorong. Sistem koridor ini untuk 

melayani alur sirkulasi manusia menuju ruang-ruang yang ada pada

lantai tersebut.

Sistem Sirkulasi terbuka pada kedua sisi

Sistem Sirkulasi Tertutup dan terbuka pada salah satu sisi

Koridor terdiri dari dua macam yaitu koridor utama dan koridor

tambahan. Koridor utama merupakan orientasi dari retail-retail yang

ada disepanjangnya. Sedangkan koridor sekunder adalah koridor yang

terdapat pada perpanjangan koridor utama, yang memudahkan

pencapaian dari area parkir serta dapat mempersingkat jarak entrance

bila terjadi keadaan darurat. Ada beberapa alternatif sistem koridor

yang dapat digunakan yaitu :

a. Lorong melayani dua arah (double loaded corridor)

Sistem lorong yang melayani dua arah ini sangat ekonomis. Sering

digunakan untuk proyek-proyek perkantoran, pendidikan, flat-flat,

rumah sakit dan bangunan-bangunan komersial.

Lorong

Ruang yang

dilayani 

Sumber.Menimbang Ruang Menata Rupa

( Mikke. Susanto dalam Ngini :2008 )

Page 11: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 11/41

21

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

b. Lorong melayani satu arah (single loaded corridor)

Sistem lorong yang melayani satu arah ini kurang ekonomis.

Sistem ini biasanya juga digunakan untuk hotel-hotel, flat dan

bangunan pendidikan.

c. Lorong pinggiran (perimeter corridor/exterior corridor)

Sistem ini sering dipakai untuk melayani ruang yang bentangnya

besar. Selain itu untuk alasan aklimatisasi bahwa lorong pinggiran

sekaligus berfungsi sebagai penahan sinar matahari. Sistem ini

banyak dipakai untuk bangunan pendidikan.

d. Barang

Sirkulasi horizontal selain untuk melayani alur sirkulasi

manusia juga melayani sirkulasi untuk barang. Pengangkutan barang

secara horizontal ini juga dilakukan melewati koridor baik itu koridor

utama maupun koridor tambahan untuk menuju ke ruang-ruang

diinginkan.

Lorong

Ruang yang

dilayani 

Gbr.Lorong melayani satu arah

Sumber : Mandarin Guntur ; diktat mata kuliah Utilitas (Ngini:2008)

Ruang yang

dilayani 

Lorong

Gbr. Lorong pinggiran

Sumber : Mandarin Guntur ; diktat mata kuliah Utilitas dalam Ngini 2008

Page 12: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 12/41

22

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.3.4. Susunan di dalam Arsitektur

Terminologi penyusunan atau order diambil dari bahasa latin  ordo dan

 ordin, baris, seri, ranking, kelas, atau tingkatan, dan juga berhubungan dengan ordiri yang berarti awal, dan ornare yang berarti menghiasi. Ada dua terminologi

Yunani yang digunakan untuk mengartikan order. Order diartikan sebagai kosmos

(sanskrit), atau susunan sesuatu atau susunan dunia (Coormaraswamy, 1977, I:

249). Kosmos juga berarti ornamen penghias dengan binatang, manusia, dan

perkataan. Kosmeo berarti untuk menyusun atau menata; kosmetikos berarti

kemampuan dalam menyusun, kosmema adalah sebuah ornamen atau dekorasi,

dan kosmetike adalah seni berpakaian dan menggunakan ornamen, karena itu

kosmetike diartikan sebagai kosmetika (Coomaraswamy, loc cit). Sementara itu

yang lainnya memandang arsitektur sebagai taxis yang berarti menyusun bagian-

bagian (Aristotle, Poetics, VII: 35), yang berarti dengan  poiesis pembuatan

sesuatu dengan memasukkan susunan di dalamnya. Menurut Yunani kuno,

arsitektur berisi taxis atau ordinatio dalam bahasa latinnya, dan diathesis dalam

bahasa Yunani yang berarti penataan, dan dalam bahasa Latinnya dispositio.

Penataan tidak hanya menyangkut peletakkan bagian perbagian dalam suatu

hubungan satu dengan yang lainnya, tetapi juga elegan dalam komposisinya

(Johnson, 1994:235). Selain itu pemahaman lain dari menyusun/menata

(arrangement ) yang termasuk dalam sub ketegori tersebut yaitu ideai dalam

bahasa Yunani, yang dalam arsitektur diterjemahkan sebagai denah (ground plan),

tampak (elevation), dan perspektif (Pollitt, 1974 :160). Vitruvius (1486)

mengatakan bahwa susunan (order) merupakan pemberian ukuran kepada setiap

pekerjaan yang dipikirkan secara terpisah, dan memberikan keseimbangan simetri

pada proporsi secara keseluruhan (Buku I:II,2). Order adalah mengkreasikan

keindahan, ini adalah hukum surga yang pertama (Genesis 1:1-31; cf, Gk. kosmos,

Skr.rta) dan menjaga jiwa dimana keindahan diletakkan di atas kegunaan

(Coomaraswamy, 1977: I:257).

Page 13: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 13/41

23

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

1. Hirarki Arsitektur

Pengertian hirarki datang dari bahasa Latin (h) ierarchia yang

berasal dari bahasa Yunani awal ierarches (ieros, yang berarti sakral + -arches), yang artinya pendeta tertinggi. Terminologi hirarki berhubungan

dengan aturan kependetaan yang sehari-hari digunakan untuk menunjukan

seseorang lebih tinggi dibandingkan yang lainnya dalam hal kedudukan,

susunan, atau kelas. Terminologi klasik yang terimplementasi dalam

kehidupan sosial adalah susunan sosial masyarakat di jaman romawi kuno

dari yang classici hingga yang  proletarii, dan susunan tersebut terefleksi

dalam karya arsitektur klasik barat. Hal yang sama juga terjadi pada

bangunan geometris dan berinterelasi secara spasial yang didasari oleh

pusat, dominasi elemen, dan yang terjadi pada bangunan arsitektur religius

di barat dan di timur. Bahkan beberapa bangunan lebih baik dijelaskan dan

dapat dipahami dengan menggunakan prinsip ini.

Pada umumnya formal struktur dari hirarki terdiri dari elemen

primer dan elemen sekunder. Elemen primer didefinisikan sebagai dasar

dari struktur utamanya, hal tersebut dapat diketahui bila elemen primertersebut diambil dari komposisi keseluruhannya maka akan menimbulkan

komposisi yang terpecah-pecah (terjadi disintegrasi/tidak saling

berhubungan). Sementara itu elemen sekunder secara relatif tersusun dengan

bebas tanpa terikat dan bila diambil dari komposisinya secara keseluruhan

tidak akan mempengaruhi elemen primernya (Norberg-Schulz, 1965:146-

147).

2.Kesederhanaan

Kesederhanaan berasal dari bahasa latin simplicitas or simplex,

yang berarti kesederhanaan dalam bentuk, keadaan, atau kondisi yang

membentuk suatu porsi tunggal atau suatu struktur yang mengabaikan

kekomplekkan, kerumitan, atau hiasan. Kesederhanaan adalah sesuatu yang

dikejar oleh para arsitek setidaknya sejak Vitruvius yang dengan tepat

diterjemahkan ke dalam bentuk susunan Doric ( Doric Order ) yang

Page 14: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 14/41

24

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

didasarkan pada bentuk tubuh laki-laki dan manusia laki-laki itulah

kesederhanaan. Satu sisi kesederhanaan diterima sebagai bagian dalam

gerakan arsitektur moderen sejak awal abad ke 20 (Johnson, 1994: 245).

3. Kompleksitas

Kata kompleks berasal di bahasa latin complexus, yang berarti

kerumitan. Secara arsitektural, kompleksitas terlihat sebagai suatu kualitas

yang membutuhkan kontrol, dari susunannya. Dalam arsitektur sekarang ini

yang perlu diperhatikan oleh para arsitek adalah bagaimana mengurangi

kerumitan dalam asumsi secara rasional dan ilmu pengetahuan (Johnson,

1994:248).

2.3.4.1. Prinsip Penyusunan Ruang

Prinsip-prinsip penyusunan diperlukan untuk melengkapi agar

tercipta susunan yang relatif baik, di dalam suatu komposisi arsitektur.

Suatu dasar geometri telah digunakan untuk membentuk hubungan

diantara bentuk-bentuk dan ruang-ruang suatu organisasi bangunan. Dalam

hal ini, prinsip-prinsip penyusunan diperlukan untuk melengkapi agartercipta susunan yang relatif baik, di dalam kompsisi arsitektur. Di sana

ada suatu keragaman dan kerumitan alami dalam kebutuhan-kebutuhan

program untuk bangunan-bangunan. Bentuk-bentuk dan ruang-ruangnya

harus mengakui hirarki yang telah ada pada fungsi-fungsi yang

ditampungnya, para pemakai yang dilayani, tujuan-tujuan atau arti yang

disampaikan, lingkup atau konteks yang dipaparakan. Semua itu mengakui

adanya keanekaragaman alami, kerumitan dan hirarki didalam program

dan inti dari bangunan-bangunan prinsip-prinsip susunan dibicarakan.

Susunan tanpa keanekaragaman dapat mengakibatkan adanya sifat

monoton dan kebosanan; keanekaragaman tanpa aturan akan menimbulkan

kekacauan.

Prinsip-prinsip penyusunan ruang terdiri atas enam prinsip (Ching,

1999 : 333) , yaitu:

Page 15: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 15/41

25

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

• Sumbu, sebuah garis, yang terbentuk oleh duah buah titik di dalam

ruang dimana terhadap garis tersebut bentuk dan ruang-ruang dapat

disusun.

• Simetri, distribusi bentuk-bentuk dan ruang-ruang yang sama dan

seimbang terhadap suatu garis bersama (sumbu) atau titik (pusat).

• Hirarki, penekanan suatu hal terpenting atau menyolok dari suatu

bentuk atau ruang menurut besarnya, potongan atau penempatan

secara relatif terhadap bentuk-bentuk dan ruang-ruang lain dari

suatu organisasi.

• Irama/ Pengulangan, penggunaan pola-pola yang sama dan

resultante dari irama-irama untuk mengorganisir satu seri bentuk-

bentuk atau ruang-ruang yang serupa.

• Datum, sebuah garis bidang atau ruang yang oleh karena

kesinambungan dan keteraturannya berguna untuk mengumpulkan,

mengelompokan, dan mengorganisir suatu pola bentuk-bentuk dan

ruang-ruang.

• Transformasi, prinsip-prinsip tentang konsep-konsep arsitektur

atau organisasi yang dapat dipertahankan, diperkuat, dan dibangun

melalui sederetan manipulasi dan transformasi.

Page 16: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 16/41

26

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.3.5.Hubungan-Hubungan dalam Arsitektur

Satu guru, satu pendidikan, dan satu studi yang perlu diperhatikan yaitu

masa lalu. Segala sesuatu untuk waktu yang panjang dan masih sampai sekarang.

Sebab dari masa lalulah kita bisa belajar sejarah, belajar dari apa yang sudah kita

lalui. Oleh karena itu segala peristiwa dan segala objek pada dasarnya selalu

berhubungan. (Corbusier 1930:33). Secara teknis fungsi merupakan suatu

hubungan yang saling terkait, dan bukan kualitas (Heath, 1991:25). Untuk 

membayangkan segala sesuatu dapat didefinisikan atau dijelaskan adalah dengan

melihat hubungan-hubungan yang mengakibatkan kesalahan (Heath, 1991:183).

Interaksi dari berbagai bagian atau tingkatan dari suatu kelompok akan

mengakibatkan bagian-bagian tersebut menyatu, berkoneksi, atau menjaga bagian-

perbagiannya agar tetap menjadi koheren atau dengan jalan demikian bagian-

bagian tersebut dapat dibandingkan, atau dengan perbedaan yang dimiliki oleh

bagian-bagian tersebut maka bagian-bagian tersebut dapat dijadikan kontras satu

dengan yang lainnya. Melihat hubungan-hubungan adalah hal pertama yang harus

dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik dari tiap elemen dengan apa tiap

elemen tersebut dikenali sebagai bagian keseluruhan atau tidak.

Hal kedua yang harus diperhatikan dalam mengeleborasi hubungan-

hubungan adalah melihat jarak antara tiap elemen, apakah elemen tersebut

abstrak, konseptual, matematikal, semantikal atau fisikal. Secara arsitektural

sebanding dengan hubungan internal dan eksternal yang ditemukan dalam hukum

distribusi tiap elemen menurut aturan komposisi, jadi tidak masalah tiap elemen

tersebut memang sudah menurut aturannya atau memang secara tersendiri sudah

ada di tempat tersebut.

1. Pengukuran dalam Arsitektura. Ukuran

Ukuran adalah salah satu konsep dasar yang mudah dipahami

manusia. Diambil dari bahasa latin mens-, yang berarti bentuk lampaunya

metiri,yang berarti ukuran, dan sama dengan bahasa Yunani-nya metron,

ukuran juga secara etimologinya berhubungan dengan bahasa Germanic ,

nama, yang berarti nama dari sesuatu yang termanifestasi, bahasa ini juga

merupakan akar dari bahasa sankrit na- yang berarti secara prinsip tidak 

Page 17: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 17/41

27

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

termanifestasi dan -ma adalah ukuran yang termanifestasi (Tawa,

1991:60). Ukuran adalah inti dari semua kata yang berisi  – mens- atau -

metr - yang berarti adalah geometri, simetri, meter, diameter, dimensi,

keleluasaan, dan perode waktu (period/mensuration). Order atau susunan

tidak akan terbayangkan tanpa suatu konsepsi dari karakteristik utama

ukuran, baik yang didefinisikan (memberikan batasan pada segala

sesuatu) dan menganalisis hubungan bentuk-bentuk yang saling terpisah-

pisah.

b. Geometri

Geometri adalah sebuah ilmu yang menentukan kepemilikan suatu

ruang secara sintetis dan secara fakta terbukti (Kant, 1971:422). Aturan

geometri dalam proses disain secara gradual ditransformasi dari

pemantulan peta rahasia “kota celestial” yang dibentuk secara nyata

sebagai sebuah “objek yang menyenangkan” (Tzonis, 1972:49).

Geometri adalah sebuah dasar material yang padanya kita membangun

lambang-lambang, yang menghadirkan kepada kita kesempurnaan dan

ke-Ilahi-an. (Corbusier, 1929 dalam the city of tomorrow, dikutip dari

Agrest 1991:64) Diambil dari pengertian utama geometres dalam bahasa

Yunani, yang berarti gemetrician atau seorang surveyor yang secara

literlek diartikan sebagai pengukur bumi. Terminologi geometry adalah

terminologi kuno yang luar biasa dan biasanya digunakan untuk 

menggambarkan berbagai sistem proporsional atau manipulasi posisi

pada sebuah permukaan atau di dalam sebuah ruang. Stereometry yang

berarti geometri yang solid dan stereotomy yang berarti potongan

geometry yang solid tersebut, sering kali menjadi perhatian banyak arsitek. Dua sistem denah geometric di abad pertengahan yang terkenal

adalah ad triangulum, yang didasari oleh prinsip keseimbangan suatu

segitiga, dan ad quadratum, yang didasari oleh prinsip bujur sangkar

(square). Geometri juga didefinisikan sebagai ilmu yang memperlakukan

hubungan-hubungan dan batas-batas kepemilikan baik bagian utamanya

maupun ruang-ruangnya (Gwilf, 1867:874).

Page 18: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 18/41

28

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

c. Skala

Berasal dari bahasa latin scala (tangga), yang berarti dalam bahasa

Yunani yang sama dan klimax, artinya dalam bahasa Inggris scale adalah

tingkatan seri atau tingkatan susunan, tingkatan ukuran, sebuah sistem

atau sebuah skema yang memiliki nilai relative atau berkorespondensi,

atau yang berarti representasi rasio dari suatu objek atau suatu luasan.

Akar dalam metafora dari sebuah skala dan dalam jaman kuno digunakan

untuk penyekalaan mesin (Vitruvius: epibatra yang berarti

lebih+pelangkahan) dalam pengepungan, atau dalam musik skala

diartikan sebagai ascenden dan decenden, sedangkan sebuah skala dapat

dilihat dalam pengulangan dari sebuah radix, yang berarti sebuah modul.

Dalam arsitektur moderen terminologi skala adalah suatu kualitas

untuk mencocokkan penyetingan yang sangat besar, apa yang akan

dianalisa dari apa yang dimaksudkan dalam jaman Yunani kuno sebagai

stereotomy, dan penataan spasial seperti yang dimaksudkan oleh

Doxiadis (1972). Penggunaan terminologi skala dalam penanganan

arsitektur belakangan ini sangat tergantung pada translasi kognitif 

terminologi tersebut. Alberti menggunakan modus, untuk mengartikan

skala yang diterjemahkan secara beragam sebagai size, disposisi, dan

sekarang ini skala lebih dikenal sebagai resep untuk menyesuaikan suatu

tempat, dengan penomoran secara tepat (certum numerum), modum, dan

untuk menyusun bangunan secara keseluruhan dari berbagai bagian-

bagiannya (Alberti, 1755b dalam Johnson, 1994:362).

d. Nomor ( Number )

Dalam bahasa Latinnya numerosus, numerus yang mempunyai duapengertian dasar : pertama, secara literal berarti tipe yang beragam,

banyak, hasil yang banyak, dan kedua secara gaya berarti sebagai ritme,

ukuran. Dalam bahasa Yunani terminologi nomor adalah arithmos yang

berarti (nomor atau kuantitas) dan rythmos yang berarti (bentuk, rupa,

atau pola) yang dalam gerak diartikan sebagai sesuatu yang membatasi

gerak tersebut. Hal itulah maka rythmos membatasi ruang yang juga

menghasilkan bentuk, sedangkan arithmos membatasi suatu keadaan

Page 19: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 19/41

29

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

yang tak terbatas yang juga menghasilkan kuantitas spesifik, oleh kerena

itu semua seni akan terbatas dalam cara ini. Dalam seni visual rythmoi

adalah perupaan. Rupa ini dihubungkan dengan nomor yang di dalam

rupa tersebut diberi karakter sebagai sebuah nomor penting yang menjadi

poin pembatas. Dalam arsitektur, simbol nomor keluar dari kelompok 

seniman fotografi di Amerika. Alfred Stieglitz, yang mendirikan

Secession Photo pada tahun 1902 dan gallery 291 di New York yang

menjadi sebuah pusat untuk artis terkemuka pada abad ke 21.

e. Proporsi

Tidak ada yang lebih penting yang harus diketahui oleh seorang

arsitek selain proporsi dari bangunan yang dibuatnya dan menjadikannya

sebagai sebuah standar (Vitruvius, 1486:6.2.1). Dalam arsitektur, konsep

proporsi hadir dalam sebuah konsep geometris yang merupakan hasil dari

pembandingan linier dimensi fisik (Antoniades, 1986 :62).

2. Posisi dan Jarak

a. Hubungan dan (de) Posisi

Ketika sebagian kecil dari suatu bangunan terletak pada suatu

tempat, maka bangunan tersebut menambahkan suatu nilai pesona pada

tempat tersebut. Namun bila posisinya di suatu tempat yang aneh, tak 

dikenali, atau tidak bersesuaian, maka akan mengurangi nilai

elegansinya, apapun itu akan menjatuhkan jika bangunan tersebut

merupakan sesuatu yang lain (Battista Alberti, 1775b:9.7). Hampir bisa

dipastikan bahwa posisi adalah satu titik yang ditempati oleh seseorang

atau sesuatu dalam hubungannya dengan seseorang atau sesuatu. Posisiberasal dari bahasa latin Pono, yang artinya meletakkan, menempatkan,

menaruh, penempatan, memantapkan, membaringkan, atau menyimpan,

terminologi tersebut juga berhubungan dengan letak secara spasial.

Secara arsitektur, posisi adalah aspek spasial dari aktifitas ilmu

atau seni arsitektur, yaitu peletakan elemen-elemen dalam ruang, atau

pada suatu permukaan dan meletakan suatu elemen secara bersamaan

pada ruang atau permukaan tertentu. Posisi merupakan lokasi dari sebuah

Page 20: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 20/41

30

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

ide atau meletakan konstruksi arsitektur, atau mengukuhkan suatu

hubungan antara tempat dan ideologi (Burns dalam A. Kahn, 1991: 165).

b. Ruang

Apa yang membedakan arsitektur dengan seni lukis dan seni

patung adalah kualitas spasialnya. Kemudian sejarah arsitektur adalah

sejarah manusia membentuk ruang, dan persoalan ruang selalu menjadi

perhatian utama untuk masa yang akan datang (Pevsner, 1963:1). Kita

tidak bisa melakukan pengalaman berpikir dan mengalami pengalaman

secara bersamaan. Konsep suatu ruang adalah bukan di dalam ruang

(Tschumi, 1975 dalam Tschumi, 1990:27). Ruang dan Waktu adalah

kendaraan yang terus berputar dengan dunia secara bersama-sama

(James, 1907:60).

Ruang (space) adalah terminologi yang hanya padu dengan

etimologi Latin spatium, yang artinya luas atau ruangan, dan dalam

bahasa Yunani berarti topos atau choros, atau berarti juga sebagai tempat

atau lokasi yang berarti ekspresi dari pancaran suatu permukaan yang

luas lebih dari sekedar kualitas tiga dimensi. Dalam bahasa Yunani ogkos

yang berarti bagian besar, volume, massa (dan merupakan dasar dari

terminologi Inggris oncology yang dalam pengertian moderen berarti

studi tentang tumor), yang lebih dekat berarti pengertian ruang secara

spasial dalam arsitektur, yang berarti oikos yang berarti ruangan. Waktu

biasanya berhubungan dengan perluasan secara spasial sebagai sebuah

kualitas dari pengalaman, yang dulunya dipahami sebagai kosmologi.

Dalam tradisi arsitektur barat, tidak didapatkan referensi tentang

pengertian tradisi perencanaan lahan (site planning) di jaman kuno;hubungan spasial antara bangunan dan petunjuk untuk apa yang mereka

butuhkan berasal dari yang bukan arsitektural (Doxiadis 1972:15).

Vitruvius menyatakan diathesis (penataan) yang berarti peletakan sesuatu

pada suatu tempat dengan efek yang elegan (Vitruvius 1486:1.2.2).

Konsep Jerman  Raum yang berarti ruang atau ruangan, dan

raumempfindung, atau berarti mengisi ruang, yang berarti komposisi

dalam bentuk tiga dimensional. Martin Heidegger mengatakan raum

Page 21: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 21/41

31

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

dalam bangunan, pemukiman dan pemikiran (1954): apa kata untuk 

ruang adalah raum yang berarti disain (rancangan) akan sesuai dengan

pengertian kuno (ruang dilihat sebagai ruang tiga dimensional).

 Raum berarti sebuah tempat yang bebas atau bebas untuk 

pemukiman dan bertempat tinggal. Sebuah ruang adalah sesuatu yang

dibuat untuk apa ruang ada, yang berarti bersih dan bebas, yang artinya

dalam sebuah batasan, dalam bahasa Yunani  peras. Sebuah batasan

bukan berarti segala sesuatunya berhenti dibatasan tersebut tetapi seperti

yang dimaksudkan dalam bahasa Yunani, suatu batasan adalah dari mana

sesuatu itu mulai hadir. Oleh kerena itu adanya konsep horismos, yang

berarti Horizon, yang menjadi pembatas. Ruang (space) dalam esensinya

dibuat adalah untuk alasan membuat ruangan, yang berarti membiarkan

untuk masuk ke dalamnya. Untuk apakah ruangan tersebut dibuat selalu

menjamin ruangan tersebut dihubungkan dengan kebaikan kondisi suatu

lokasi, yang dianggap sebagai sebuah jembatan. Sesuai dengan keadaan

ruang-ruang (spaces) menampung sesuatu yang berasal dari ruang itu

sendiri dan bukan dari ruang (di kutip dari Framton, 1982:29).

c. Pusat Penekanan

Pusat (center) berasal dari guenon yang secara tradisional dipahami

sebagai pusat dari dunia dimana segala sesuatu mulai dimanifestasikan

yang tidak ditemukan ditempat lainnya. Center bersumber dari bahasa

Latin centrum dan dalam bahasa Yunani kentron yang berarti patok atau

titik pusat (stasionary point ) dari suatu kompas yang merupakan bagian

dari kentrei yang berarti menusuk). Dalam arsitektur sentralisasi selalu

merupakan sebuah proses sentripetal, misalnya penggambaran sebuahelemen-elemen yang mengitari suatu inti (core), dan bentuk sentralis

mendominasi sejarah arsitektur baik itu bangunan perkantoran maupun

bangunan keagamaan. Apakah hal tersebut mengitari suatu poin tertentu

(apakah itu berupa sirkular atau dalam bentuk polygonal), atau dalam

bentuk axis. Pusat atau center adalah pusat dari suatu kota secara persis

dapat dikenal lewat monumen atau sebagai sebuah jalan (Rossi, 1982).

Page 22: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 22/41

32

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.4. Transformasi

Arsitektur merupakan suatu bidang yang membahas tentang ilmu

bangunan, yang kemudian dikembangkan melalui beberapa pendekatan,berdasarkan pemikiran-pemikiran dari para pemikir tentang bidang

arsitektur itu sendiri. Dalam arsitektur seringkali kita melihat bangunan

yang memiliki bentuk yang berbeda, pada bangunan umumnya tak sedikit

 juga bangunan memiliki bentuk yang unik. Bentuk  –  bentuk tersebut

seringkali berasal dari bentuk awal yang sudah dirubah dan dimanipulasi

menjadi bentuk yang baru atau berbeda dari bentuk sebelumnya.

Dalam melakukan suatu proses perancangan, metode transformasi

dapat dilakukan untuk mengembangkan sebuah kreatifitas dalam

menghasilkan sebuah karya desain. Metode transformasi dilakukan

terhadap bentuk dan ruang arsitektur, hal ini dilakukan untuk 

menghasilkan sebuah karya arsitektur yang dapat memberikan dan

mencerminkan jati diri para perancangnya. Sebuah karya arsitektur yang

memiliki bentuk dan ciri yang spesifik terhadap pencerminan jati diri

perancangnya akan lebih mudah dikenali oleh setiap pengamat. Bentuk 

dan ruang arsitektur merupakan substansi dasar pengadaan yang dapat

dijadikan bahan dalam melakukan olah kreativitas terhadap penghadiran

sebuah karya arsitektur (Josef Prijotomo,1995).

Transformasi bukan merupakan kata yang baru dalam dunia

arsitektur, kehadiran transformasi sebenarnya sudah sejak awal mulanya

ketika arsitektur hadir, setiap bentukan atau setiap rancangan yang ada

sebenarnya sudah menerapkan transformasi itu sendiri, adapun yang

menjadi bagian dari transformasi itu kita dikenalkan oleh Anthoniades

akan tiga strategi. Starategi yang mana sering digunakan oleh para arsitek 

dalam mendesain atau dalam merancang sebuah bangunan.

Dalam perjalanan sejarah sejak abad XIX dimana munculnya

arsitektur Moderen Eklektik dan neoklasik, ketika para arsitek 

memunculkan ide-ide yang baru karena kejenuhan akan bentuk, konsep,

dan norma-norma dari arsitektur klasik, zaman dimana era arsitektur

modern dimulai, dari sinilah munculnya penerapan strategi Transformasi

Page 23: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 23/41

33

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

dari seorang Anthoniades akan tiga strateginya yakni Tradisional strategi,

strategi peminjaman, dan strategi dekonstruksi atau dekomposisi. Teori

tersebut dengan sendirinya hadir bersamaan dengan munculnya ide-ide

baru ditiap zaman arsitektur, lebih jelas ketika abad XIX mulai

berkembang, arsitektur modern sampai kepada arsitektur post modern,

kehadiran atau pemakaian strategi transformasi tidak lepas dari cara para

arsitek menemukan suatu bentuk yang baru.

Menurut Anthony Antoniades (1990) Transformasi adalah sebuah

proses perubahan secara berangsur-angsur sehingga sampai pada tahap

ultimate, perubahan dilakukan dengan cara memberi respon terhadap

pengaruh unsur eksternal dan internal yang akan mengarahkan perubahan

dari bentuk yang sudah dikenal sebelumnya melalui proses menggandakan

secara berulang-ulang atau melipatgandakan.

Anthony Antoniades menggambarkan tiga strategi transformasi

arsitektur:

1. Strategi Tradisional: evolusi progresif dari sebuah bentuk melalui

penyesuaian langkah demi langkah terhadap batasan-batasan;

− Eksternal: site, view, orientasi, arah angin, kriteria lingkungan

− Internal: fungsi, program ruang, kriteria structural

− Artistik: kemampuan, kemauan dan sikap arsitek untuk 

memanipulasi bentuk, berdampingan dengan sikap terhadap

dana dan kriteria pragmatis lainnya.

2. Strategi Peminjaman (borrowing): meminjam dasar bentuk dari

lukisan patung, obyek benda-benda lainnya, mempelajari properti dua

dan tiga dimensinya sambil terus menerus mencari kedalamaninterpretasinya dengan memperhatikan kelayakan aplikasi dan

validitasnya. Tranformasi pinjaman ini adalah pictorial transferring’

(pemindahan rupa) dan dapat pula diklasifikasi sebagai pictorial

metaphora’ (metafora rupa).

3. Dekonstruksi atau dekomposisi : sebuah proses dimana sebuah

susunan yang ada dipisahkan untuk dicari cara baru dalam

Page 24: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 24/41

34

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

kombinasinya dan menimbulkan sebuah kesatuan baru dan tatanan

baru dengan strategi struktural dalam komposisi yang berbeda.

Didalam buku “Poetics Of Architecture” Theory of Design,

Antoniades (1990), Untuk mendapatkan dasar yang biasa untuk 

pemahaman dan evaluasi lebih lanjut dari berbagai strategi transformasi,

pertama-tama kita seharusnya melihat pada apa yang telah tersedia melalui

ilmu pengetahuan yang telah mempelajari transformasi, kita mulai dengan

ahli Biologi D’Arcy Thompson dan pekerjaan utamanya, On Growth and 

Form ( Pada Pertumbuhan dan Bentuk). Thompson menggunakan konsep

matematis dan analitis dan bentuk yang berkaitan yang dibandingkan

melalui metodologi ilmiah. Menurut dia, “Transformasi adalah sebuah

proses dan sebuah fenomena perubahan bentuk dalam keadaan yang

berubah-ubah”. Ia mengasumsikan bahwa ada dua kemungkinan untuk 

menjabarkan bentuk kapanpun juga :

1. Deskriptif : melalui kegunaan kata

2. Analitis : melalui kegunaan angka, matematis, dan koordinat

kartesius

Page 25: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 25/41

35

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.5. Arsitektur Simbolik

Arsitektur Simbolis, terdiri dari dua kata yaitu Arsitektur dan

Simbolis. Arsitektur ialah Seni dan ilmu dalam merancang bangunan.Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang keseluruhan

lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota,

perancangan perkotaan, lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain

perabot dan desain produk. Simbol adalah tanda buatan manusia yang

digunakan tidak hanya untuk mengenalkan suatu obyek tetapi juga

sekaligus menghadirkannya (Langer, 1942).

Simbol merupakan kata dari bahasa Yunani “symbolis” yang

berarti tanda atau ciri yang memberitahu tentang suatu hal, maksud

ataupun ide kepada orang lain. Pengertian simbol di sini mengandung

suatu citra dari latar belakang ide-ide yang dipancarkan keluar. Sifat khas

dari simbol itu sendiri yaitu adanya kamungkinan-kemungkinan penafsiran

makna yang meluas. Bangunan dan pemukiman, yang statis selain unsur

tertentu bergerak kepentingan sekunder. manusia telah berhasil

"membangun" waktu, dengan menerjemahkan struktur dasar sementara

menjadi sifat spasial. terutama hidup adalah "gerakan", dan karena itu

memiliki "arah" dan "irama". Oleh karena itu jalan adalah simbol

eksistensial mendasar yang konkrit dimensi waktu. Oleh karena itu simbol

dasar lain yang konkrit dimensi temporal “ter pusat”. (Norberg-Schulz,

1965:57-58)

Gambar Cappella Palatina, palermo dan Path and

goal S. Sabina, Roma

Sumber : Norberg-Schulz , 1965:57-58

Page 26: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 26/41

36

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

Simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau

simbol untuk membimbing pemikiran manusia ke arah pemahaman

terhadap suatu hal secara lebih dalam. Manusia mempergunakan simbol

sebagai media penghantar komunikasi antar sesama dan segala sesuatu

yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan atau bahkan

karakter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-

simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia

simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan dan kemudian diubah menjadi

simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa diterima oleh manusia

lain yang memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Simbol adalah

sebagai sign-vehicle atau alat yang menghadirkan dan sekaligus juga

mengenalkan suatu objek.

Arsitektur Simbolis adalah seni dan ilmu keteknikan bangunan

yang perencanaan dan perancangannya didasari oleh tanda dan lambang

yang merupakan ekspresi yang langsung. Mereka digunakan dalam

rancangan arsitektur untuk memfokuskan perhatian pemakai bangunan

dengan menyampaikan pemahaman fungsi bangunan atau ruang-ruang

dalam bangunan. Simbolis senantiasa merupakan teknik perancangan

utama yang memberi bentuk dan teknik yang dapat diterapkan mengenai

hal-hal fungsional dan berdasarkan rencana untuk memperkuat suatu arti

dan memberikan keutuhan pada komposisi secara menyeluruh.

Fungsi simbol yaitu :

− Sebagai sign’ yang secara tidak langsung mengindikasikan

suatu denotatum yang artinya mengindikasikan adanya

suatu objek tertentu sebagai tanda atau sign’.

− Sebagai sign’ yang secara langsung berfungsi sebagai

significantum yang artinya kehadiran objek mempunyai

maksud-maksud tertentu ataupun objek tersebut berasosiasi

kepada suatu hal tertentu (Broadbent, 1986)

Page 27: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 27/41

37

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

“Clearly the architectural sign like other signs is a twofold entity

having a plane of expression (signifier) and plane of content (signified).

The signifiers tend to be (but needn’t always be) forms; spaces; volumes

… The signifieds of architecture can be just about any idea or set of ideas

as long as they aren’t too long or complex” C harles Jencks ( Signs,

Symbols and Architecture, Hal. 73-74).

Dari kutipan diatas, terlihat bahwa arsitektur dapat dianggap sebagai

bagian dari obyek semiotik atau ilmu tentang tanda. Kehadiran arsitektur

dalam banyak hal dimaksudkan untuk dapat mengkomunikasikan pesan

dari perancang maupun obyek itu sendiri untuk disampaikan pada

penghuni, pengamat dan siapapun yang melihatnya.

Adapun Charles Jencks dalam Sign, Symbols and Architecture

memberi beberapa contoh tentang unsur-unsur penanda (signifier) dan

petanda (signified) sebagai berikut:

1. Codes of Content (Signified)

Unsur-unsur penanda lebih mengutamakan fungsi dan hal apapun

yang berhubungan dengan pemakai, dalam hal ini arsitektur berperan

sebagai:

−  A way of life sign

Etnis, asal-usul pengguna, serta kenyamanannya ditandai dalam karya

arsitektur. Sehingga mampu mencerminkan kebiasaan pemakainya.

−  A sign of building activity

Karya arsitektur hadir sebagai proses terhadap terjadinya perubahan,

keterlibatan individu, pembelian-penjualan.

− A sign of tradisional ideas and beliefsKarya arsitektur dikenal sebagai ikon dan dikenal dalam sejarah

tradisional. Tanda-tanda yang dihadirkan mampu mengungkap daerah

tersebut secara spesifik.

−  A sign of various function

Menandakan beragam fungsi dalam arsitektur. Hal ini berkaitan dengan

kegunaan, aktivitas, struktur, serta lingkungan sekitar.

 A sign of socio-anthropological meaning

Page 28: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 28/41

38

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

Hal ini berhubungan dengan studi ruang dan tempat, serta menyatakan

 jarak secara konvensional antara orang dan kelompok.

−  Any city can be read as an economic class and social icon

Suatu karya arsitektur dihadirkan sebagai cermin sosial dan tingkat

ekonomi suatu wilayah.

−  A sign of psychological motivation

Kehadiran karya arsitektur mampu mencerminkan dan mempengaruhi rasa

atau kesan tertentu. Hal ini dapat diperlihatkan dengan jelas maupun tidak.

2. Codes of Expression (Signifier)

Unsur-unsur pertanda, lebih kepada ekspresi bentuk, massa dan

permainan simbol yang diungkapkan melalui gubahan. Dalam hal ini

arsitektur berperan sebagai :

−  A sign of spatial manipulation

Karya arsitektur hadir sebagai penanda yang berkaitan dengan ruang dan

tempat. Ruang yang dihadirkan sebagai jarak antara dinding dan elemen

arsitektural. Selain itu dengan permainan elemen arsitektur dalam ruang

untuk menunjukkan identitas suatu ruang.

−  A sign of surface covering

Fasade karya arsitektur hadir sebagai penanda dari simbol yang diusung.

Hal ini berkaitan dengan material, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan

simbol.

−  A sign of formal articulation

Wujud dimensional suatu karya arsitektur, seperti: volume maupun massa

hadir dengan memperhatikan proporsi, skala, maupun sifat akustik.

Sehingga tercipta suasana yang utuh dan proporsional.

Menurut  Egon Schirmbeck dalam buku “ Form, Idea and 

 Architecture” , prinsip-prinsip perancangan simbolis dalam arsitektur

adalah sebagai berikut :

Page 29: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 29/41

39

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

1. Penciptaan urut-urutan ruang yang berbeda guna mengingatkan orang

 pada tempat’ sambil orang berjalan melalui ruang.

Karakteristik arsitektural : Kombinasi dari unit-unit denah yang

sama atau serupa dalam pengaturan yang beda. Pengorganisasian

ruang-ruang sempit (jalan dan jalan kecil) dengan ruang-ruang lebar

(lapangan).

2. Pencampuran fungsi-fungsi yang berbeda guna meningkatkan kontak 

sosial, berbeda dengan pemisahan akan fungsi oleh gerakan modern di

tahun 1920an dan 1930an.

Karakteristik arsitektural :Pengaturan tata guna yang berbeda dalam

batas sebuah bangunan dan perhubungan langsung dari zona-zona ini – 

contohnya di sepanjang suatu jaringan jalan public.

3. Arsitektur sebagai media komunikasi. Penerimaan Arsitektur melalui

banyak lapisan. Arsitektur sebagai pembawa simbolisme dan

informasi.

Karakteristik arsitektural :Perlengkapan akan kebutuhan fungsional,

struktural dan lainnya untuk penggunaan khusus oleh elemen-elemen

ikonografik, metaforik dan elemen-elemen yang berhubungan.

4. Penekananan pada artifisialitas’ dari arsitek tur. Pemisahan dari

kawasan lahan alamiah dan volume ruang buatan. Pemisahan ruang

luar alamiah dari ruang interior buatan’.

Karakteristik arsitektural :Pembatasan terhadap elemen-elemen

rancangan geometris yang jelas dan lazim menonjolkan mutu sintetik 

dari arsitektur pada suatu kawasan lahan.

5. Rancangan bentuk dari suatu ruang sesuai dengan mutu dasar’nya – contoh : merancang ruang menurut bayangan yang terbentuk oleh

bangunan dan mengorientasikan bangunan sesuai dengan arah angin.

Karakteristik arsitektural :Alokasi dan orientasi dari elemen-elemen

suatu ruang sesuai dengan kondisi-kondisi sosial dan fisik yang

ditentukan.

6. Pembedaan dan penentuan dari identitas suatu ruang melalui

penerangan (alami).

Page 30: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 30/41

40

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

Karakteristik arsitektural :Alokasi yang tegas dari zona-zona gelap

dan terang atau elemen-elemen ruang pada denah dan potongan.

7. Peralihan langsung dari satu volume ke volume yang lain. Integrasi

dari ruang-ruang interior dan eksterior.

Karakteristik arsitektural :Penciptaan zona-zona ruang yang

mengalir’ dan pengaturan yang bebas (dari kolom dan dinding) pada

elemen yang mengikat ruang.

8. Pemisahan muka bangunan dan badan bangunan (ruang). Muka

 bangunan sebagai suatu sumber informasi dua dimensi’, bebas dari

kelompok ruang.

Karakteristik arsitektural :Zona ruang dan daerah lantai adalah

 bebas dari kebutuhan formalnya sendiri dan dari muka bangunan

utama’ tempelan.

9. Pertalian ruang atau bangunan melalui suatu rantai kejadian’, sebagai

suatu pengingat akan tempat’ dan pengenalan akan karakteristik ruang

yang khas.

Karakteristik arsitektural :Urut-urutan artifak yang khas berbeda

untuk menegaskan ruang. Urut-urutan bentuk ruang atau perbatasan

ruang yang khusus berbeda.

Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning

yang terdiri dari tiga elemen utama, yakni tanda (sign), object, dan

interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat

ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang

merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda

menurut Peirce terdiri dari Simbol (tanda yang muncul dari kesepakatan),Ikon (tanda yang muncul dari perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang

muncul dari hubungan sebab-akibat). Sedangkan acuan tanda ini disebut

objek. Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi

referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.

Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari

orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna

tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang

Page 31: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 31/41

41

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

dirujuk sebuah tanda. Hal yang terpenting dalam proses semiosis adalah

bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan

orang saat berkomunikasi.

Contoh: Saat seorang wanita mengenakan jilbab, maka wanita itu sedang

mengomunikasikan mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa jadi

memaknainya sebagai simbol kemuslimahan.

2.5.1. Perwujudan Bentuk Arsitektur Simbolisme

Faktor-faktor yang mewujudkan bentuk arsitektur Simbolis:

a. Fungsi

Batasan fungsi secara umum dalam arsitektur adalah pemenuhan

terhadap aktivitas manusia, tercakup di dalamnya kondisi alami.

Sedangkan bangunan yang fungsional adalah bangunan yang dalam

pemakaiannya memenuhi kebutuhan secara tepat dan tidak 

mempunyai unsur-unsur yang tidak berguna. Aktivitas timbul dari

kebutuhan manusia baik itu kebutuhan jasmani maupun kebutuhan

rohani. Kebutuhan dapat berupa kegiatan, cahaya, udara,

kebahagiaan, perlindungan, kesejukan, kenyamanan dan lainnya.

Berkembang dan berubahnya fungsi tergantung dari waktu dan

masyarakat.

b. Simbol

Dalam dunia arsitektur, pengenalan simbol merupakan suatu proses

yang terjadi pada individu dan pada masyarakat. Melalui panca

indera, manusia mendapat rangsangan dan kemudian menjadi pra

persepsi, selanjutnya terjadi pengenalan objektif (fisik), kemudian

terwujudlah persepsi. Persepsi sangat dipengaruhi oleh pengalamantermasuk pengalaman pendidikan yang menentukan tingkat

intelektual manusia. Arsitek sebagai pewujud bentuk dapat

menampilkan simbol sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam

masyarakat, sehingga mudah dikenal oleh masyarakat. Simbol

dapat pula timbul dari gagasan murni arsitek, tergantung pada

kemampuan dan citra arsitek untuk mengeluarkan hal-hal yang

baru. Simbol tadi mungkin dapat diterima dan diakui masyarakat

Page 32: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 32/41

42

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

setelah melalui proses adaptasi yang membutuhkan waktu relatif 

lama.

c. Teknologi struktur dan bahan

Teknologi struktur dan bahan merupakan faktor yang penting

dalam arsitektur. Apakah yang dibangun hanya berupa atap

sederhana, berupa ruangan besar untuk beribadah, berdagang,

ruang susun tidaklah menjadi masalah. Bahan yang digunakan

harus disusun dan dikonstruksikan dalam jumlah tertentu. Struktur

pun mengandung keindahan karena struktur dibuat berdasarkan

hukum keindahan. Dengan majunya pengetahuan manusia, struktur

mengalami perkembangan baik sistem konstruksinya, bahan

bangunannya maupun metode membangunnya.

2.5.2. Aplikasi perwujudan bentuk

a. Kaitan fungsi dengan bentuk 

Keberadaan fungsi menimbulkan bentuk. Pengertian fungsionil

merupakan suatu hal yang menonjol dalam kaitan fungsi tertentu.

Dengan kata lain, fungsi merupakan pertimbangan utama bagi

suatu perancangan bentuk. Suatu fungsi dapat mempunyai

bermacam-macam bentuk, tergantung dari keadaan lingkungannya,

inilah yang disebut gaya.

b. Kaitan bentuk dengan teknologi

Untuk mendapatkan suatu bentuk yang mempunyai fungsi tertentu,

diperlukan bahan-bahan bangunan sebagai sarana dasar bangunan.

Bahan-bahan yang merupakan elemen bangunan disusun menjadi

suatu kesatuan yang membentuk konstruksi. Suatu sistem tepatyang perlu dipilih sehingga akan dapat menghasilkan fungsi yang

diinginkan secara maksimal.

c. Kaitan bentuk dengan simbol

Suatu bangunan diekspresikan secara simbolik jika bangunan itu

menunjukkan sesuatu yang lebih tinggi dari keadaan bentuk fisik 

yang semula. Bangunan tersebut cenderung untuk mewujudkan

sebuah prinsip pengakuan umum. Para arsitek menggunakan

Page 33: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 33/41

43

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

bentuk simbolis untuk menyajikan pengalaman keindahan yang

mendalam sesuai dengan daya bercitranya. Dalam dunia arsitektur

 juga dibutuhkan suatu penekanan kebutuhan simbol dalam

perancangan.

Ungkapan simbolis dalam arsitektur erat kaitannya dengan

fungsi arsitektur sendiri yang melayani dan memberikan suatu arti

khusus dalam interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Ekspresi dalam arsitektur merupakan suatu hal yang mendasar di

dalam tiap-tiap komunikasi arsitektur. Ekspresi selalu berhubungan

dengan bentuk-bentuk. Makna dari simbol-simbol ini biasanya

dipengaruhi oleh tata letak bangunan, organisasi dan karakter

bangunan.

2.5.3. Bangunan dengan Arsitektur Simbolik

A. The Clyde Auditorium (The Armadillo)

Bangunan ini dirancang oleh Norman Foster dan terletak di

pinggir sungai Clyde, sebelah barat jembatan Kingston dan pusat

kota. Bangunan ini dijuluki The Armadillo karena bentuknya

diadopsi dari binatang bernama sama yaitu armadillo (trenggiling).

Bangunan ini mampu menampung 3000 orang untuk kepentingan

pertemuan tingkat dunia. Bangunan ini terdiri dari auditorium, aula

ekshibisi dan ruang seminar.

Struktumya terbuat dari cangkang yang dilapisi alumunium

yang terpisah-pisah dan diatur secara bertimpa menciptakan bentuk 

Gbr. Exterior The Clyde Auditorium (The Armadillo)

Page 34: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 34/41

44

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

yang unik pada skyline. The Clyde Auditorium secara teknis

merupakan pernyataan seni.

Kompleks bangunan secara keseluruhan seluas 25 Ha

dimana didalamnya termasuk kompleks ekshibisi, konferensi dan

kompleks hiburan dengan arena berkapasitas 12.500 orang

sementara The Armadillo sendiri merupakan bangunan tambahan

yang dibuka tahun 1997.

Gbr. Exterior The Clyde Auditorium (The Armadillo)

Page 35: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 35/41

45

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

B. Notre Dame du Haut – Le Corbusier

Notre Dame du Haut merupakan master piece dari Le

Corbusier yang dibangun pada tahun 1955 dengan langgam

ekspresionis modern. Bangunan ini berupa kapel yang dibuat tanpa

mementingkan prinsip kebebasan, melainkan mementingkan

kemurnian alam. Kapel ini terletak di atas kaki bukit di

pegunungan Vosges. Secara keseluruhan, bentuk bangunan ini

sederhana tetapi juga rumit. Dikatakan sederhana karena bangunan

terbentuk dari bidang atap dan dinding massif dari beton kasar

sehingga memberikan citra berani tetapi sederhana. Dikatakan

rumit karena bangunan tidak seperti kapel pada umumnya,

pertemuan bidang dinding dan atap tersusun secara diagonal

membentuk perbedaan yang sangat kontras.

Pada bagian depan dinding bagian selatan dan timur yang

cekung seakan tertarik ke suatu titik tertentu di bawah atap yang

menggantung (over hang) yang sangat lebar. Sedang pada bagianbelakang, dinding utara dan barat berbentuk melengkung hingga ke

menara tanpa atap. Antara utara dan barat dipersatukan dengan

sebuah pintu di antara dinding yang melengkung. Sedangkan pada

bagian dalam, ruangan berbentuk segi empat yang tidak teratur

memanjang ke tenggara sampai ke altar. Pada rancangan kapelnya,

Le Corbusier memadukan potensi-potensi alam pada daerah

tersebut dengan makna-makna religius Kristiani sehingga

Gbr. Tampak Notre Dame du Haut

Page 36: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 36/41

46

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

bentuknya mengandung banyak arti dan memberi bermacam-

macam simbol.

Sudut dinding yang menjorok ke atas diasumsikan sebagai

haluan kapal. Atapnya diibaratkan sebagai perahu Nabi Nuh yang

miring pada sisinya yang menyelamatkan umat manusia dari air

bah. Kapel yang merupakan perpaduan gaya purbakal dan gaya

Kristian ini menggunakan sistem struktur dinding pemikul dan

atapnya merupakan suatu struktur rongga yang ditopang sebagian

kolomnya dan sebagian lagi menopang pada blok di puncak 

dinding.

Pada bagian interior kapel, dinding, atap dan lantainya

membentuk kurva menuju altar, mengikuti bentuk alami dari

lembah. Bentuk kompleksnya bermula dari tema parabola yang

terdapat pada dinding timur untuk memantulkan suara dari luar

altar kembali ke lembah. Bentuk geometri dari bangunan ini

didapat dari gaya bangunan Le Corbusier terdahulu yaitu fractal

dan bentuk-bentuk alami yang membuat Ronchamp menjadi

bangunan post modern pertama.

Gbr. Interior Notre Dame du Haut

Gbr. Denah Notre Dame du Haut

Page 37: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 37/41

47

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.6. Arsitektur Postmodern

Kemunculan arsitektur postmodern sebagai suatu gerakan

arsitektur yang merupakan reaksi dari arsitektur modern. Berakhirnya

suatu gerakan arsitektur, pada umumnya dimulai dengan kematian para

pelopornya. Jadi kematian arsitektur modern ini juga dimulai dari

kematian para pelopornya arsitektur modern, yaitu : Alvar Alto, Frank 

Llyod Wright, Ludwig Mies Van Der Rohe, Le Corbusier.

Arsitektur Postmodern muncul sebagai suatu gebrakan baru dalam

bidang arsitektur, yang dimulai pada tahun 1970-an. Arsitektur Modern

yang identik dengan produksi massal, karena tinjauan keekonomisan, dan

produk-produk arsitekturnya yang cenderung kotak, polos, telah

menimbulkan kebosanan di dalam masyarakat yang terus berkembang dan

semakin kritis. Timbul kritikan-kritikan, koreksi, dan reaksi terhadap

arsitektur modern. Berawal dari semua ketidak puasan itu munculah aliran

baru yang disebut Postmodern.

Arsitektur Purnamodern atau Postmodern adalah arsitektur yang

memperdamaikan yang baru dengan yang lama. Sebelum munculnya

arsitektur purnamodern, masyarakat Eropa menuntut para arsitek modern

untuk membangun tanpa merusak, atau tanpa menghancurkan yang sudah

ada. Tantangan ini tak terjawab dan turut ambil bagian dalam kemunduran

arsitektur modern.

Charles Jencks yang juga membedakan menjadi arsitektur

purnamodern dan Neomodern berpendapat bahwa :

• Purnamodern merupakan survival dari arsitektur modern

Neomodern merupakan revival dalam arti mengadakanpembaharuan yang bersifat radikal dan mendasar namun

tetap masih memanfaatkan unsur-unsur modern.

Arsitektur Purnamodern sendiri yang diprakarsai oleh Venturi,

Chareles Jencks, dan Klotz akhirnya terjebak pada penyelesaian kulit luar,

kembali ke masa lalu yang akhirnya menjadi ekletik, serta bermain-main

dengan banyak tanda atau simbol, tapi akhirnya terseret pada kelatahan

tanpa makna. Mengutamakan menggunakan unsur dekorasi pada geometri

Page 38: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 38/41

48

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

bentuk dengan pemakaian bahan materialnya yang diekspos, memakai

warna-warna alami, ada unsur-unsur klasik karena keinginan untuk 

bernostalgia (sisi humanis).

Inti tampilan dari arsitektur purnamodern adalah :

− Bentuk tampak geometrik menjadi tanda kekinian yang

serba rasionalistik 

− Ornamen dan dekorasi menjadi tanda respek terhadap masa

lalu serta citrarasa artistik. Jadi bukan bentuk modern yang

ditambahi dan ditempeli ornamen atau dekorasi (kombinasi

yang menyatu antara geometrik dengan dekoratif).

Dengan kata lain arsitektur purna-modern ini merupakan

percampuran antara modern dan pra-modern.

Menurut Heinrich Klotz dalam Prastowo “Aliran Postmodern-

Diktat Perkembangan Arsitektur” terdapat 10 Karakteristik arsitektur Post-

Modern, yaitu:

a. Mengandung unsur-unsur komunikatif yang bersifat lokal atau

populer

b. Membangkitkan kembali kenangan historik 

c. Berkonteks urban

d. Menerapkan kembali teknik ornamentasi

e. Bersifat representasional

f. Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain)

g. Dihasilkan dari partisipasi

h. Mencerminkan aspirasi umum

i. Bersifat plural j. Bersifat eklektik 

Untuk dapat dikategorikan sebagai Arsitektur Post-Modern tidak 

harus memenuhi kesepuluh karakter diatas. Sebuah karya arsitektur yang

mempunyai enam atau tujuh karakter di atas sudah dapat dikatagorikan ke

dalam Arsitektur Post-Modern.

Page 39: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 39/41

49

“Wedding onvention enter” Di Palangka Raya

2.6.1. Unsur Komunikasi dalam Arsitektur Post-Modern

Munculnya dualisme atau double-coding arsitektur sebenarnya

lebih dikarenakan para Arsitek Post-Modern ingin berkomunikasi lewat

karya-karyanya. Arsitek telah menyadari adanya kesenjangan antara

kaum elite pembuat lingkungan (baca:arsitek) dengan orang awam yang

menghuni lingkungan. Arsitek berkeinginan mengajak masyarakat awam

untuk memahami karyanya dengan cara berkomunikasi, oleh sebab itu

diperlukan pemahaman dan pemakaian bahasa yang benar seperti halnya

dalam bahasa percakapan.

Dalam hubungannya dengan komunikasi, di dalam dunia arsitektur

dikenal sebuah ilmu yang dinamakan Semiotics (semiontika) yang

merupakan studi hubungan antara sign (tanda) dengan symbols dan

bagaimana manusia memberikan meaning (arti) antara keduanya.

Contohnya adalah sebagai berikut, sebuah kubah dipakai sebagai tanda

untuk masjid, dalam jangka panjang tanda ini berubah menjadi simbol

sehingga akhirnya kubah adalah simbol masjid.

Pada Arsitektur Post-Modern, bahasa tidaklah selalu tetap

melainkan berubah sesuai dengan waktu dan tuntutan zaman. Pada suatu

waktu, sintaksis akan berubah sehingga manusia akan mempunyai

persepsi lain tentang suatu bentuk elemen bangunan. Demikian juga

simbol bangunan akan dapat berubah juga, misalnya bangunan kantor

tidak selamanya harus berkonstruksi rangka dengan kaca sebagai unsur

utamanya atau sebuah masjid tidak harus berbentuk kubah. Pemahaman

tentang (bentuk) arsitektur sudah tidak didasarkan lagi pada pengalaman

(historik) dan kebiasaan.

Page 40: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 40/41

Page 41: 05. BAB II Wedding

7/26/2019 05. BAB II Wedding

http://slidepdf.com/reader/full/05-bab-ii-wedding 41/41

Hal tersebut dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

• Dengan memberikan gambaran yang berlebihan yang bisa

menyentuh sense atau indera perasa.

• Dengan mengacu pada pemanfaatan potensi alam baik secara

alamiah maupun secara rekayasa (dikembangkan)

Contohnya yaitu: peniruan tempat-tempat yang eksotis,

monumental, primitive, tradisional, asosiasi masa kanak-kanak, dll.