$03,5$1 , 3(1'(.$7$1 67$1'$5 8178. 5,6,.2 68.8 %81*$ '$/$0 … · 2018-04-30 · r...

27
- 1 - LAMPIRAN I RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2018 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN PENGUKURAN RISIKO PENDEKATAN STANDAR UNTUK RISIKO SUKU BUNGA DALAM BANKING BOOK (INTEREST RATE RISK IN THE BANKING BOOK) BAGI BANK UMUM

Upload: doliem

Post on 01-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

- 1 -

LAMPIRAN I

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN

NOMOR /POJK.03/2018

TENTANG

PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DAN PENGUKURAN RISIKO

PENDEKATAN STANDAR UNTUK RISIKO SUKU BUNGA DALAM BANKING

BOOK (INTEREST RATE RISK IN THE BANKING BOOK) BAGI BANK UMUM

- 2 -

I. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA UMUM

Sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang

mengatur tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum,

Bank wajib menerapkan Manajemen Risiko secara efektif baik untuk

Bank secara individu maupun untuk Bank secara konsolidasi dengan

Perusahaan Anak, yang paling sedikit mencakup 4 (empat) pilar yaitu:

1. pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris;

2. kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta

penetapan limit Risiko;

3. kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan

pengendalian Risiko serta sistem informasi Manajemen Risiko;

dan

4. sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Uraian prinsip-prinsip Manajemen Risiko dari masing-masing pilar

tersebut sesuai dengan ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang

mengatur mengenai Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.

II. PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO UNTUK RISIKO SUKU

BUNGA DALAM BANKING BOOK

Dalam menerapkan manajemen risiko IRRBB, disamping mengacu

pada pedomen penerapan Manajemen risiko secara umum

sebagaimana diatur dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan yang

mengatur mengenai Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum,

Bank juga wajib mengacu pada pedoman penerapan manajemen risiko

IRRBB.

A. Definisi

1. Risiko Suku Bunga dalam Banking Book atau Interest Rate Risk

in The Banking Book yang selanjutnya disingkat IRRBB adalah

bagian dari Risiko Pasar yang merupakan potensi kerugian saat

ini dan yang akan datang terhadap modal dan profitabilitas

(earnings) yang timbul akibat pergerakan suku bunga di pasar

- 3 -

yang berlawanan dengan posisi bank yang terdapat dalam

banking book.

2. Risiko Pasar adalah Risiko pada posisi neraca dan rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan

secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko

perubahan harga option.

3. Risiko Pasar meliputi antara lain Risiko suku bunga, Risiko

nilai tukar, Risiko ekuitas, dan Risiko komoditas. Risiko suku

bunga, Risiko nilai tukar, dan Risiko komoditas dapat berasal

baik dari posisi trading book maupun posisi banking book,

sedangkan Risiko ekuitas berasal dari posisi trading book.

4. Cakupan posisi banking book dan posisi trading book mengacu

pada ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai kewajiban

penyediaan modal minimum.

B. Tujuan

Tujuan penerapan manajemen risiko IRRBB adalah

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan mengendalikan

pergerakan suku bunga yang dapat menyebabkan perubahan pada

nilai kini (present value) dan periode dari arus kas masa depan

(timing of future cash flow) yang akan mempengaruhi nilai ekonomis

(economic value) dan underlying value dari aset, liabilitas, dan

transaksi rekening administratif bank atau menyebabkan

perubahan pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII).

C. Penerapan Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko untuk IRRBB diterapkan baik bagi

Bank secara individu maupun bagi Bank secara konsolidasi dengan

Perusahaan Anak. Penerapan Manajemen Risiko untuk IRRBB

disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan

kompleksitas usaha Bank.

Secara umum, dalam penerapan Manajemen Risiko untuk IRRBB,

paling sedikit mencakup:

- 4 -

1. Pengawasan Aktif Direksi dan Dewan Komisaris

Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui

pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris untuk IRRBB,

selain melaksanakan pengawasan aktif sebagaimana diatur

dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Bank harus menambahkan

beberapa hal dalam setiap aspek pengawasan aktif Direksi dan

Dewan Komisaris, sebagai berikut:

a. Kewenangan dan Tanggung Jawab Direksi dan Dewan

Komisaris, meliputi (Prinsip 2 Para.16-19)

1) Direksi dan Dewan Komisaris harus memahami

dengan baik jenis, karakteristik dan tingkat eksposur

IRRBB yang dihadapi oleh Bank;

2) Dewan Komisaris menyetujui keseluruhan strategi

bisnis dan kebijakan terkait IRRBB;

3) Direksi memastikan terdapatnya arahan yang jelas dari

Dewan Komisaris terkait tingkat IRRBB yang

diperkenankan sesuai dengan strategi bisnis Bank;

4) Direksi bertanggung jawab untuk memastikan bahwa

Bank telah mengambil langkah-langkah untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan

mengendalikan IRRBB yang konsisten dengan strategi

dan kebijakan yang telah disetujui;

5) Direksi dan komite manajemen risiko yang didelegasi

bertanggung jawab untuk :

a) Menetapkan limit yang sesuai untuk IRRBB dan

menyusun prosedur dan mekanisme persetujuan

untuk pengecualian limit tertentu serta memastikan

kepatuhan pada limit tersebut.

b) Menyusun sistem dan standar yang memadai untuk

mengukur IRRBB.

- 5 -

c) Menyusun standar untuk mengukur, menilai posisi,

dan mengukur kinerja IRRBB, termasuk menyusun

prosedur untuk memperbaharui shock suku bunga

dan skenario stres serta asumsi dasar utama yang

digunakan untuk dalam melakukan analisa IRRBB.

d) Menyiapkan pelaporan dan proses kaji ulang yang

komprehensif terhadap pengukuran IRRBB

e) Menyiapkan sistem pengendalian intern yang efektif

dan sistem informasi manajemen.

6) Dewan Komisaris bertanggung jawab untuk

menetapkan mekanisme persetujuan, implementasi

dan mengevaluasi kebijakan pengelolaan, prosedur dan

limit IRRBB.

7) Satuan kerja operasional (risk-taking functions)

menyampaikan laporan atau informasi mengenai

tingkat dan arah dari eksposur IRRBB yang dikelola

kepada SKMR secara berkala (paling kurang dua kali

dalam setahun).

8) Dewan komisaris melakukan kaji ulang secara berkala

atas informasi yang disampaikan. Informasi tersebut

harus disusun dengan cukup detil sehingga

memungkinkan Dewan Komisaris dapat menilai kinerja

dari Direksi dalam memantau dan mengendalikan

IRRBB berdasarkan kebijakan yang telah mendapat

persetujuan dari Dewan Komisaris. Evaluasi dapat

dilakukan dalam frekuensi yang lebih sering dalam hal

terdapat eksposur IRRBB yang signifikan atau memiliki

posisi dalam instrumen IRRBB yang kompleks.

9) Direksi harus memahami implikasi dari strategi IRRBB

Bank, termasuk potensi keterkaitan terhadap risiko

pasar, likuiditas, kredit, dan operasional.

- 6 -

10) Anggota Direksi harus memiliki kemampuan teknis

yang memadai untuk dapat mengevaluasi akurasi

laporan yang disampaikan kepada Direksi.

b. Sumber Daya Manusia (SDM)

Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab penerapan

Manajemen Risiko untuk IRRBB terkait SDM, Direksi harus:

1) Memastikan bahwa analisis dan manajemen risiko

aktivitas yang terkait dengan IRRBB ditangani oleh staff

yang kompeten dengan pengetahuan teknis dan

pengalaman, dan analisis dan manajemen risiko yang

dilaukan sejalan dengan perilaku dan lingkup aktivitas

bank.

2) Anggota Direksi bertanggung jawab untuk memastikan

bahwa manajemen senior memiliki kemampuan dan

keahlian dalam memahami IRRBB dan memiliki sumber

daya manusia yang memadai untuk melakukan

manajemen IRRBB.

c. Organisasi Manajemen Risiko IRRBB

1) Bank harus memiliki fungsi yang bertugas untuk

mengidentifikasi, mengukur, memantau dan

mengendalikan IRRBB. Fungsi tersebut harus memiliki

tanggung jawab yang jelas dan independen terhadap

satuan kerja operasional (risk-taking functions). Fungsi

tersebut melaporkan eksposur IRRBB secara langsung

kepada Direksi atau delegasinya.

2) Dalam rangka penerapan Manajemen Risiko untuk IRRBB

yang efektif, Direksi Bank dapat melakukan

pendelegasian wewenang dengan memperhatikan hal-hal

berikut:

a) Direksi dapat melakukan pendelegasian wewenang

dalam menyusun kebijakan dan praktik IRRBB kepada

Komite Manajemen Aset dan Kewajiban atau Assets

- 7 -

and Liabilities Management Committee (ALCO), pejabat

eksekutif, atau staf ahli.

b) Dalam hal delegasi wewenang diberikan kepada ALCO,

tim ALCO harus melakukan pertemuan secara berkala,

termasuk pertemuan dengan perwakilan dari setiap

satuan kerja utama yang terkait dengan IRRBB.

c) Direksi harus secara jelas mengidentifikasi personil

atau komite yang ditunjuk sebagai delegasi untuk

melakukan manajemen IRRBB. Dalam rangka

menghindari konflik kepentingan, Direksi memastikan

terdapatnya pemisahan tanggung jawab yang jelas

dalam setiap elemen utama dari proses manajemen

risiko.

d) Personil atau komite yang ditunjuk sebagai delegasi

harus memiliki pemisahan tanggung jawab yang jelas

dengan unit yang bertanggung jawab untuk mengatur

posisi banking book.

e) Struktur Organisasi harus dirancang untuk

memastikan bahwa delegasi manajemen IRRBB dapat

melaksanakan tanggung jawab, mendukung proses

pengambilan keputusan yang efektif, dan tata kelola

yang baik (good governance).

f) Komisaris mendukung terciptanya diskusi terkait

manajemen proses IRRBB antara anggota direksi

dengan delegasinya serta diskusi antara delegasi

dengan pihak lain di Bank.

g) Bagian manajemen risiko dan perencanaan strategis

Bank harus melakukan diskusi secara berkala untuk

membantu mengevaluasi risiko yang timbul dari

aktivitas bank ke depannya.

- 8 -

2. Kebijakan dan Prosedur Manajemen Risiko serta Penetapan Limit

Risiko

Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui

pengawasan aktif Direksi dan Dewan Komisaris untuk IRRBB,

selain melaksanakan pengawasan aktif sebagaimana diatur

dalam ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum, Bank harus menambahkan

beberapa hal dalam setiap aspek pengawasan aktif Direksi dan

Dewan Komisaris sebagai berikut:

a. Strategi Manajemen Risiko

1) Bank menyusun strategi manajemen risiko IRRBB yang

sejalan dengan strategi bisnis Bank secara keseluruhan

dengan memperhatikan tingkat risiko yang akan diambil

(risk appetite) dan toleransi risiko (risk tolerance) yang telah

ditetapkan.

2) Strategi manajemen risiko IRRBB Bank harus dikaji ulang

secara berkala dan dikomunikasikan kepada pegawai yang

relevan untuk memastikan bahwa eksposur risiko IRRBB

Bank dikelola secara terkendali sesuai dengan kebijakan

dan prosedur internal Bank.

b. Tingkat Risiko yang akan Diambil (Risk Appetite) dan

Toleransi Risiko (Risk Tolerance)

1) Bank harus menetapkan tingkat risiko yang akan diambil

(risk appetite) yang disetujui oleh Dewan Komisaris dan

diimplementasikan melalui kerangka tingkat risiko yang

akan diambil (risk appetite framework) yang komprehensif,

antara lain berupa kebijakan dan prosedur untuk

membatasi dan mengendalikan IRRBB.

2) Kerangka tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite

framework) harus menggambarkan antara lain:

- 9 -

a) delegasi kekuasaan;

b) wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap

jenjang jabatan yang terkait dengan penerapan

manajemen risiko IRRBB;

c) memuat dengan jelas kriteria instrumen yang dapat

ditetapkan sebagai Banking book;

d) memuat dengan jelas mekanisme strategi lindung nilai

(hedging); dan

e) mendefinisikan secara jelas risk-taking opportunities

3) Dalam menetapkan toleransi risiko, Bank perlu

mempertimbangkan eksposur yang signifikan terhadap

gap risk, basis risk, atau posisi tertentu dengan opsi yang

melekat (embedded options) dan opsi yang eksplisit

(explicit options).

c. Kebijakan dan Prosedur

1) Bank harus memiliki kebijakan dan prosedur posisi

banking book yang komprehensif untuk mengelola

IRRBB. Kebijakan tersebut harus sejalan dengan

strategi bisnis, risk appetite, risk tolerance, kecukupan

permodalan, kemampuan sumber daya manusia, dan

kompleksitas portofolio bank.

2) Kebijakan dan prosedur posisi banking book paling

sedikit memuat dengan jelas:

a) kriteria instrumen keuangan yang dapat

ditetapkan sebagai banking book serta

mekanisme untuk memastikan kriteria tersebut

diterapkan secara konsisten;

b) tujuan memiliki posisi banking book;

c) kebijakan pengelolaan portofolio banking book,

termasuk pihak yang berwenang untuk

- 10 -

menyetujui atau mengubah kebijakan dan

pedoman dimaksud;

d) metode pengukuran eksposur IRRBB yang

digunakan bank baik untuk keperluan

pemantauan risiko secara periodik maupun

perhitungan kecukupan modal antara, lain

pengukuran berdasarkan economic value of equity

(EVE) dan net interest income (NII); dan

e) kebijakan perlakuan untuk non maturity

instrument, yaitu instrumen keuangan yang tidak

memiliki jangka waktu jatuh tempo dan

penyesuaian suku bunga secara kontraktual.

3) Kebijakan dan prosedur manajemen risiko IRRBB

harus dikaji ulang secara berkala, paling sedikit 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun dan dapat dilakukan

penyempurnaan apabila diperlukan.

4) Penerapan kebijakan dan prosedur manajemen risiko

yang dimiliki Bank harus didukung oleh kecukupan

permodalan dan kualitas SDM. Hal-hal yang perlu

diperhatikan antara lain:

a) Bank bertanggung jawab untuk mengevaluasi

dan mengaitkan tingkat risiko IRRBB dengan

tingkat permodalan yang dibutuhkan untuk

menyerap potensi kerugian dari risiko IRRBB dan

risiko terkait lainnya.

b) Penilaian kecukupan modal harus didasarkan

pada hasil pengukuran risiko yang berasal dari

sistem pengukuran intern yang dimiliki Bank

dengan mempertimbangkan asumsi yang

digunakan dan limit risiko yang telah ditetapkan.

c) Tingkat permodalan yang dibutuhkan telah

memasukkan seluruh risiko yang telah

- 11 -

diidentifikasi dan diukur serta tingkat risiko yang

akan diambil (risk appetite). Hal tersebut

didokumentasikan dalam laporan penilaian

kecukupan modal minimum sesuai profil risiko

(laporan ICAAP).

d) Bank harus melakukan penilaian kecukupan

modal yang terkait dengan lini bisnis.

5) Penilaian kecukupan modal berdasarkan hasil

penilaian risiko IRRBB, paling sedikit

mempertimbangkan:

a) hasil proses kaji ulang yang dilakukan oleh

Otoritas Jasa Keuangan atas kecukupan modal

Bank;

b) metodologi yang disusun untuk mengalokasikan

modal dengan memperhatikan tingkat risiko

yang akan diambil (risk appetite);

c) penentuan jumlah dan kualitas modal yang

dibutuhkan;

d) penilaian kecukupan modal untuk IRRBB terkait

dengan terdapatnya risiko penurunan economic

value atas aset, liabilitas dan transaksi rekening

administratif yang dimiliki Bank; dan

e) capital buffer untuk risiko atas earnings di masa

depan karena terdapat kemungkinan earnings di

masa depan dapat lebih rendah dari yang

diharapkan.

6) Dalam hal memperhitungkan dampak eksposur

IRRBB terhadap penilaian kecukupan permodalan,

Bank mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a) ukuran dan jangka waktu atas limit intern

eksposur IRRBB, dan menentukan apakah limit

- 12 -

tersebut akan terlampaui dalam perhitungan

permodalan;

b) efektifitas dan ekspetasi biaya atas transaksi

lindung nilai (hedging) atas open positions, yang

ditujukan untuk mendapatkan potensi

keuntungan atas ekspektasi internal tingkat suku

bunga di masa depan;

c) sensitivitas pengukuran intern IRRBB terhadap

asumsi utama yang digunakan dalam

pengembangan model pengukuran IRRBB;

d) dampak dari shock dan skenario stres terhadap

suatu posisi yang menggunakan suku bunga atau

indeks acuan/referensi yang berbeda (basis risk);

e) dampak dari mismatched positions dalam mata

uang yang berbeda terhadap pengukuran

Economic value dan Net Interest Income (NII);

f) dampak dari kerugian yang melekat (embedded

losses); dan

g) sumber risiko IRRBB yang mendasari dan

memantau situasi yang menyebabkan risiko

tersebut dapat terlihat jelas.

d. Limit

Penetapan dan pemantauan limit risiko IRRBB merupakan

salah satu alat pengendalian khususnya untuk

memastikan bank beraktivitas di dalam koridor risk

appetite yang telah ditetapkan oleh manajemen Bank.

Bank dapat memiliki mekanisme penetapan dan

pengalokasian limit yang berbeda yang disesuaikan dengan

kompleksitas transaksi maupun produk yang

diperdagangkan.

- 13 -

1) Kebijakan atas limit risiko IRRBB yang disusun dan

ditetapkan oleh Direksi harus konsisten dengan

pendekatan Bank dalam mengukur IRRBB secara

keseluruhan. dan memperhatikan tingkat risiko yang

akan diambil serta strategi Bank.

2) Penetapan limit atas IRRBB secara keseluruhan,

tingkat risiko IRRBB yang dapat diterima oleh Bank

(risk appetite), harus digunakan baik secara individu

maupun konsolidasi.

3) Penetapan limit IRRBB harus dapat dikaitkan dengan

skenario spesifik atas perubahan suku bunga

dan/atau term structure, antara lain berupa

perubahan yang disebabkan oleh peningkatan atau

penurunan besaran suku bunga atau perubahan

bentuk dan slope dari yield curve. Pergerakan suku

bunga yang digunakan dalam mengembangkan dan

menetapkan limit IRRBB harus menggambarkan

situasi skenario stres dan shock suku bunga yang

material, serta mempertimbangkan volatilitas suku

bunga di masa lalu dan waktu yang dibutuhkan oleh

manajemen untuk memitigasi eksposur risiko

tersebut.

4) Bank harus memiliki limit risiko yang sesuai dengan

karakteristik, ukuran, kompleksitas dan strategi

Bank secara keseluruhan, dengan memperhatikan

kemampuan modal Bank untuk dapat menyerap

eksposur risiko atau kerugian yang timbul, serta

mempertimbangkan kemampuan Bank dalam

mengukur dan menerapkan manajemen risiko

IRRBB.

5) Penetapan limit IRRBB dilakukan secara

komprehensif atas seluruh aspek yang terkait dengan

- 14 -

Risiko, yang mencakup limit secara keseluruhan,

limit per risiko, dan limit per aktivitas bisnis Bank

yang memiliki eksposur risiko.

6) Bank harus menetapkan kebijakan eskalasi

pelampauan limit IRRBB melalui mekanisme

persetujuan dari pihak manajemen, termasuk

batasan jangka waktu penyelesaian pelampauan dan

tindakan perbaikan yang akan diambil apabila terjadi

pelampauan.

7) Sebagai tambahan terhadap hard limit, bank dapat

menetapkan soft limit sebagai trigger internal untuk

antisipasi pancapaian maksimum limit, dalam

rangka mencegah terjadinya pelampauan batasan

yang ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku

terutama dalam hal seluruh limit internal yang

ditetapkan telah digunakan. Soft limit dimaksud

digunakan sebagai peringatan awal untuk tindakan

antisipasi oleh unit bisnis yang mengelola IRRBB.

3. Proses Identifikasi, Pengukuran, Pemantauan, dan Pengendalian

Risiko serta Sistem Informasi Manajemen Risiko

Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui proses

identifikasi, pengukuran, pemantauan, pengendalian Risiko

IRRBB, serta sistem informasi Manajemen Risiko untuk risiko

IRRBB, selain melaksanakan proses sebagaimana diatur pada

ketentuan Otoritas Jasa Keuangan mengenai Penerapan

Manajemen Risiko bagi Bank Umum, pada setiap proses Bank

harus menambahkan penerapan:

a. Identifikasi Risiko IRRBB

1) Bank harus memiliki proses identifikasi risiko yang

disesuaikan dengan risiko IRRBB yang melekat pada

- 15 -

produk dan aktivitas Bank. Bank harus memastikan

bahwa proses tersebut telah memiliki prosedur dan

pemantauan yang memadai.

2) Proses identifikasi risiko IRRBB mencakup identifikasi

terhadap sumber risiko IRRBB seperti gap risk, basis risk,

dan option risk yang dapat mempengaruhi pendapatan

bunga Bank dan nilai ekonomis posisi keuangan Bank,

serta modal Bank yang tersedia untuk mengantisipasi

dampak risiko IRRBB.

3) Transaksi dengan tujuan lindung nilai (hedging) yang

signifikan atau inisiatif penerapan manajemen risiko

harus memperoleh persetujuan dari Direksi sebelum

diimplementasikan.

4) Bank harus memastikan bahwa Risiko atas produk dan

aktivitas baru telah melalui proses kaji ulang secara hati-

hati serta telah melalui proses manajemen risiko yang

layak sebelum diperkenalkan atau dijalankan, sehingga

Bank dapat memahami karakteristik IRRBB yang terdapat

pada produk dan aktivitas tersebut.

5) Manajemen risiko IRRBB harus terintegrasi dengan

kerangka manajemen risiko secara keseluruhan dan

dikaitkan dengan rencana bisnis dan aktivitas budgeting.

6) Portofolio yang disusun berdasarkan pergerakan mark to

market yang signifikan harus dapat teridentifikasi dengan

jelas dalam sistem informasi manajemen Bank dan sejalan

dengan pengawasan terhadap portofolio lain yang

terekspos risiko pasar.

b. Pengukuran Risiko IRRBB

Proses Pengukuran IRRBB harus dilakukan berdasarkan

perspektif economic value dan earnings-based yang mencakup

skenario stres dan simulasi shock suku bunga dengan rentang

yang luas dan tepat.

- 16 -

Dalam melakukan pengukuran IRRBB, Bank harus memiliki

asumsi utama atas perilaku dan pengembangan model yang

dapat diterima kewajarannya, dapat diandalkan dan

didokumentasikan dengan baik. Asumsi tersebut harus dikaji

ulang atau dievaluasi secara teliti, berkala dan disesuaikan

dengan strategi bisnis Bank.

Sistem pengukuran dan model yang digunakan dalam

pengukuran IRRBB harus didasarkan pada data yang akurat,

didokumentasikan dengan baik, dilakukan pengkajian ulang

dan pengendalian untuk meyakini bahwa pehitungan yang

dilakukan telah akurat.

Model yang digunakan dalam pengukuran IRRBB harus

komprehensif dan terdapat proses pemantauan terhadap

model manajemen risiko untuk IRRBB.

Selain itu, terdapat fungsi atau unit validasi yang dilakukan

oleh pihak internal yang independen terhadap satuan kerja

yang melakukan pengembangan model pengukuran IRRBB.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan proses

pengukuran risiko IRRBB antara lain:

1) Bank harus memiliki sistem atau model pengukuran

risiko IRRBB untuk mengukur posisi dan sensitivitas

yang terkait risiko IRRBB baik pada kondisi normal

maupun stres.

2) Dalam melakukan penilaian risiko IRRBB dan penilaian

modal Bank, Bank harus memperhatikan dua perspektif

pengukuran IRRBB yang berbeda namun saling

melengkapi yaitu pengukuran dengan perspektif

economic value dan earnings-based.

3) Asumsi utama yang dipertimbangkan dalam mengukur

eksposur IRRBB berdasarkan perspektif economic value

dan earnings-based antara lain terdiri dari:

- 17 -

a) ekspektasi terhadap eksekusi opsi suku bunga

(eksplisit dan melekat) yang dilakukan oleh bank

dan nasabah, berdasarkan skenario shock suku

bunga dan skenario stres tertentu;

b) perlakuan terhadap posisi saldo dan arus kas

pembayaran bunga yang berasal dari instrumen

non-maturity deposits (NMDs), yaitu simpanan yang

tidak memiliki jangka waktu kontraktual.

c) perlakuan terhadap modal bank dalam pengukuran

eksposur IRRBB berdasarkan perspektif economic

value;

d) penentuan dampak dari praktik akuntansi terhadap

pengukuran eksposur IRRBB;dan

e) penetapan asumsi terhadap jangka waktu aktual

atau perilaku penyesuaian suku bunga yang dapat

berbeda dengan periode yang tercantum dalam

kontrak instrumen yang disebabkan oleh

behavioural optionalities. Instrumen yang memiliki

behavioural optionalities antara lain adalah fixed

rate loans subject to prepayment risk, fixed rate loan

commitments, term deposits subject to early

redemption risk, dan non-maturity deposits (NMDs).

4) Sistem pengukuran intern (Internal Measurement

System/IMS) untuk eksposur IRRBB Bank antara lain

harus:

a) mencakup seluruh sumber risiko IRRBB yang

material dan menilai dampak yang ditimbulkan dari

perubahan pasar terhadap cakupan aktivitas Bank;

b) dapat mengakomodasi perhitungan dampak risiko

IRRBB terhadap nilai ekonomis (economic value) dan

profitabilitas (earnings) berdasarkan berbagai

skenario; dan

- 18 -

c) dilengkapi dengan skenario shock suku bunga dan

skenario stress.

5) Bank harus mengukur dampak dari skenario shock suku

bunga terhadap economic value dan mempertimbangkan

kemampuan Bank untuk memperoleh profitabilitas

(earnings) yang memadai untuk mempertahankan

kesinambungan aktivitas bisnis Bank.

6) Skenario shock suku bunga yang dipertimbangkan dalam

pengukuran IRRBB antara lain:

a) skenario shock suku bunga yang ditetapkan oleh bank

dan mencerminkan profil risiko bank berdasarkan

Internal Capital Adequacy Asessment Process (ICAAP);

b) skenario stress suku bunga dengan menggunakan

data historis dan asumsi hipotesis yang cenderung

lebih buruk dari skenario shock suku bunga;

c) enam skenario shock suku bunga standar

sebagaimana terdapat dalam Lampiran xx; dan

d) skenario shock suku bunga tambahan yang

ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan.

7) Bank harus melakukan stress testing dalam perhitungan

IRRBB. Pengukuran dengan menggunakan stress testing

dilakukan dengan ketentuan:

a) Bank harus mengukur potensi kerugian Bank pada

kondisi pasar yang mengalami tekanan (stress). Hasil

pengukuran tersebut digunakan pada saat menyusun

dan mengkaji ulang kebijakan serta limit untuk

IRRBB.

b) Bank harus mengembangkan dan

mengimplementasikan kerangka stress testing yang

efektif untuk IRRBB sebagai bagian dari penerapan

manajemen risiko yang lebih luas dan proses

governance.

- 19 -

c) Hasil stress testing digunakan untuk proses

pengambilan keputusan dan proses perencanaan

strategi. Selain itu, hasil tersebut juga harus

dipertimbangkan dalam penyusunan ICAAP sehingga

bank harus menyusun stress testing yang detail,

forward-looking, dapat megidentifikasi perubahan

kondisi pasar yang dapat mempengaruhi modal dan

profitabilitas bank.

d) Cakupan stress testing harus disesuaikan dengan

skala, kompleksitas kegiatan usaha, dan penilaian

profil risiko secara keseluruhan.

e) Dalam melakukan stress testing, Bank menggunakan

skenario yang mempertimbangkan aktivitas bisnis

dan kerentanan bank.

f) Stress testing atas eksposur IRRBB merupakan bagian

penting dalam proses komunikasi risiko antara bank

dan pengawas melalui proses pengungkapan yang

memadai.

8) Dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif

dan pelaksanaan pengendalian, Bank harus memiliki

sistem pengukuran IRRBB yang akurat dan tepat waktu.

9) Sistem pengukuran risiko IRRBB harus mampu

mengidentifikasi dan mengkuantifikasi sumber utama

dari eksposur IRRBB.

10) Pemilihan bentuk sistem pengukuran IRRBB disesuaikan

dengan karakteristik risiko dari kegiatan usaha Bank dan

kompleksitas lini bisnis Bank.

11) Sistem manajemen risiko cenderung bervariasi dalam hal

menangkap komponen dari IRRBB sehingga Bank

diharapkan tidak bergantung hanya pada satu

pengukuran risiko. Bank harus memiliki berbagai

metodologi untuk mengkuantifikasi eksposur IRRBB

- 20 -

berdasarkan pengukuran earnings dan economic value,

baik yang berasal dari perhitungan sederhana

berdasarkan simulasi statis dengan menggunakan posisi

saat ini maupun teknik permodelan yang lebih kompleks

dan dinamis dalam mencerminkan potensi aktivitas

bisnis di masa depan.

12) Dalam rangka mengatasi kelemahan yang dapat timbul

atas penggunaan model pengukuran risiko tertentu,

Bank harus melakukan validasi model yang dilakukan

oleh pihak internal yang independen terhadap satuan

kerja yang menggunakan model tersebut. Proses validasi

paling sedikit memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Validasi atas metode pengukuran IRRBB dan

penilaian atas model risk yang terkait harus

dimasukkan ke dalam proses formal penyusunan

kebijakan yang harus dikaji ulang dan disetujui oleh

Dewan Komisaris. Kebijakan tersebut harus

menjelaskan tentang peran manajemen dan

menentukan pihak yang bertanggung jawab dalam

mengembangkan, mengimplementasikan dan

menggunakan model.

b) Tanggung jawab atas pengawasan model dan

kebijakan, mencakup pengembangan prosedur

validasi awal maupun validasi selanjutnya, evaluasi

atas hasil pengukuran risiko, persetujuan,

pengendalian versi (version control), pengecualian,

eskalasi, modifikasi dan proses menonaktifkan model

harus dijelaskan dan terintegrasi dalam proses

governance dari manajemen risiko model (model risk

management).

- 21 -

13) Bank harus menyusun kerangka validasi model

pengukuran IRRBB yang efektif, paling sedikit mencakup

tiga faktor utama sebagai berikut:

a) Evaluasi terhadap konsep atau metodologi, termasuk

bukti perkembangan;

b) pemantauan model secara berkelanjutan yang

dilakukan antara lain melalui proses verifkasi dan

membandingkan model satu dengan model yang ada;

dan

c) menganalisa hasil pengukuran risiko, antara lain

melalui back testing terhadap parameter intern utama

seperti stabilitas simpanan, pembayaran dimuka

(prepayments), penarikan awal (early redemption),

dan pengukuran harga instrumen.

14) Dalam kaitan dengan aktivitas validasi awal dan

berkelanjutan, kebijakan manajemen risiko IRRBB harus

mencakup penyusunan proses hirarki / bertingkat dalam

menentukan model risk soundness berdasarkan aspek

kuantitatif dan kualitatif, seperti ukuran, dampak,

kinerja masa lalu dan pemahaman terhadap teknik

pembentukan model yang digunakan.

15) Manajemen risiko atas model IRRBB harus mencakup

pendekatan yang menyeluruh. Proses kaji ulang dan

validasi secara independen terhadap pengembangan

model IRRBB. Proses penentuan model input, asumsi,

metode pengembangan model pengukuran IRRBB dan

hasil pengukuran risiko. Setelah memperoleh

persetujuan, model IRRBB

16) Validasi dilakukan terhadap model IRRBB baik yang

dikembangkan sendiri oleh Bank maupun yang dibeli

dari vendor. Validasi juga mencakup asumsi yang

digunakan dalam membentuk model. Bank harus

- 22 -

mendokumentasikan dan menjelaskan tentang pilihan

spesifikasi model sebagai bagian dari proses validasi.

c. Pemantauan Risiko

1) Bank harus memiliki sistem dan prosedur pemantauan

risiko IRRBB, hasil pemantauan disajikan dalam laporan

berkala yang disampaikan kepada pihak manajemen

Bank dalam rangka mitigasi risiko dan tindakan yang

diperlukan.

2) Bank harus melakukan pemantauan terhadap

kepatuhan limit IRRBB dan tindak lanjut dalam hal

terjadi pelampauan. Hasil tindak lanjut dilaporkan

kepada pihak yang berkepentingan sebagaimana diatur

dalam kebijakan internal Bank.

3) Laporan yang disajikan dapat bervariasi tergantung pada

komposisi portofolio Bank. Laporan dimaksud paling

sedikit mencakup:

a) hasil kaji ulang secara berkala dan audit atas model

pengukuran risiko IRRBB;

b) hasil evaluasi perbandingan antara hasil estimasi

risiko dan hasil aktual secara berkala untuk dapat

mengidentifikasi potensi kelemahan pada model;

c) eksposur risiko IRRBB secara keseluruhan, aset,

liabilitas, arus kas, dan strategi yang menggerakkan

tingkat dan arah dari IRRBB;

d) konsistensi pelaksanaan dengan kebijakan dan

prosedur yang ditetapkan;

e) asumsi pembentukan model sepertikarakteristik Non

Maturity Deposit (NMD), prepayments pinjaman suku

bunga tetap (fixed rate loans) dan pengelompokkan

mata uang;

- 23 -

f) hasil stress testing termasuk penilaian sensitivitas

terhadap asumsi dan parameter utama yang

digunakan; dan

g) ringkasan hasil kaji ulang dari kebijakan, prosedur,

dan kecukupan sistem pengukuran IRRBB, termasuk

hasil temuan dari auditor internal dan eksternal

dan/atau pihak eksternal lain (contoh: konsultan).

4) Hasil pemantauan risiko IRRBB dan laporan rincian

eksposur IRRBB disajikan dalam laporan berkala yang

harus disampaikan kepada Direksi atau pihak yang

berkepentingan sebagaimana diatur dalam kebijakan

internal Bank

5) Laporan IRRBB sebagaimana dimaksud angka 4) harus

dapat menyediakan seluruh informasi secara detail

untuk dapat digunakan oleh Direksi atau delegasinya

untuk menilai sensitivitas Bank terhadap perubahan

kondisi pasar, terutama untuk portofolio yang berpotensi

terpengaruh oleh pergerakan mark to market yang

signifikan.

6) Direksi atau satuan kerja yang mendapatkan delegasi

harus memantau kebijakan manajemen dan prosedur

IRRBB Bank dalam melihat laporan untuk memastikan

telah sesuai.

7) Kaji ulang atas laporan IRRBB disesuaikan dengan

kebijakan dan prosedur IRRBB yang berlaku.

d. Pengendalian Risiko

1) Manajemen harus mengambil langkah-langkah dalam

rangka pengendalian risiko termasuk pencegahan

terjadinya kerugian risiko IRRBB yang lebih besar.

2) Bank yang memiliki posisi banking book dalam berbagai

mata uang yang berbeda dapat terpapar risiko IRRBB

- 24 -

pada setiap jenis mata uang karena yield curve posisi

banking book akan berbeda untuk setiap mata uang.

Bank harus mengevaluasi dan mengendalikan eksposur

pada setiap mata uang.

3) Tanggung jawab pengendalian risiko IRRBB dalam unit

pelaksana antara lain meliputi:

a) rekonsiliasi posisi yang dikelola dan dicatat dalam

sistem informasi manajemen, termasuk juga posisi

dengan fitur behavioural optionalities; dan

b) pengendalian terhadap akurasi laba dan rugi serta

kepatuhan terhadap ketentuan, termasuk standar

akuntasi keuangan.

e. Sistem Informasi Manajemen Risiko IRRBB

Sistem informasi manajemen risiko harus dapat

memastikan:

1) sistem tersebut dapat mengambil data dan informasi

yang layak dan akurat pada saat yang tepat;

2) tersedianya kecukupan cakupan informasi data risiko

suku bunga pada seluruh eksposur IRRBB yang

signifikan;

3) dokumentasi sistem yang memadai dan memuat sumber

data utama yang digunakan dalam proses pengukuran

risiko IRRBB Bank;

4) mampu menghitung IRRBB berdasarkan earnings dan

economic value, serta dapat memfasilitasi pengukuran

IRRBB yang diwajibkan oleh OJK berdasarkan shock

suku bunga dan skenario stres; dan

5) sistem dapat beradaptasi dengan batasan regulasi

terkait estimasi parameter risiko intern.

- 25 -

4. Sistem Pengendalian Intern

Dalam melakukan penerapan Manajemen Risiko melalui

pelaksanaan sistem pengendalian intern untuk IRRBB, selain

melaksanakan pengendalian intern sebagaimana dimaksud pada

ketentuan OJK yang mengatur mengenai penerapan manajemen

risiko bagi bank umum, pada setiap aspek sistem Bank harus

menambahkan penerapan:

a. Bank harus memiliki sistem pengendalian intern yang

memadai untuk memastikan terdapatnya integrasi dalam

proses manajemen risiko untuk IRRBB;

b. penerapan sistem pengendalian intern tersebut mendukung

terciptanya kegiatan operasional yang efektif dan efisien,

keandalan laporan keuangan dan laporan kepatuhan, dan ,

peningkatan kepatuhan Bank terhadap ketentuan dan

peraturan perundang-undangan serta kebijakan Bank;

c. kebijakan dan prosedur untuk IRRBB yang telah ditetapkan

harus memperhatikan terdapatnya proses persetujuan yang

sesuai, penetapan limit eksposur risiko, pelaksanaan kaji

ulang dan mekanisme lain dengan tujuan untuk memberikan

keyakinan yang memadai bahwa tujuan penerapan

manajemen risiko telah tercapai;

d. bank harus memiki evaluasi berkala dan kaji ulang atas

sistem pengendalian internal dan proses manajemen risiko.

Bank memastikan bahwa pegawai Bank telah patuh dengan

kebijakan dan prosedur yang telah dibuat;

e. perubahan signifikan yang dapat mempengaruhi efektivitas

pengendalian (termasuk perubahan kondisi pasar, personil,

teknologi, dan kepatuhan pada limit eksposur) serta

memastikan terdapat prosedur eskalasi apabila terdapat

pelampauan limit;

f. fungsi atau unit yang melakukan valuasi harus independen

terhadap fungsi atau unit pengambil risiko dan fungsi/unit

- 26 -

yang melakukan validasi model independen dari yang

melakukan pengembangan model pengukuran risiko IRRBB;

g. dalam hal terdapat revisi atau pengembangan terhadap

pengendalian internal, harus terdapat mekanisme kaji ulang

internal untuk memastikan bahwa revisi atau pengembangan

tersebut diimplementasi dengan tepat waktu;

h. fungsi atau unit yang melakukan valuasi harus independen

terhadap fungsi atau unit pengambil Risiko dan fungsi atau

unit yang melakukan validasi model independen dari yang

melakukan pengembangan model pengukuran Risiko IRRBB;

dan

i. kaji ulang oleh pihak independen, yang mencakup:

1) Bank wajib mengembangkan mekanisme dan sistem

pengendalian risiko IRRBB yang efektif, meliputi kaji

ulang yang dilakukan oleh satuan kerja audit internal

maupun oleh satuan kerja manajemen risiko;

2) kaji ulang atas penerapan manajemen risiko IRRBB yang

dilakukan oleh satuan kerja audit intern untuk menilai

keandalan kerangka manajemen risiko IRRBB, yang

mencakup kebijakan, struktur organisasi, alokasi

sumber daya proses manajemen risiko IRRBB, sistem

informasi, pelaporan risiko IRRBB, dan kecukupan

pelaksanaan kaji ulang yang dilakukan oleh unit

independen pada satuan kerja manajemen risiko;

3) struktur organisasi Bank harus mendukung

terlaksananya kaji ulang independen oleh satuan kerja

audit internal maupun oleh satuan kerja manajemen

risiko. Fungsi atau unit dan personil yang melaksanakan

kaji ulang independen harus independen dari unit

operasional yang dievaluasi dan memiliki kompetensi

serta metode kaji ulan yang anda; dan

- 27 -

4) kelemahan dan permasalahan yang teridentifikasi dalam

kaji ulang harus dilaporkan kepada Direksi dan Dewan

Komisaris sebagai input dalam penyempurnaan kerangla

dan pelaksanaan manajemen risiko IRRBB.