031

8
SISTEM PENGAIRAN LAHAN PASANG SURUT (Tidal Irrigation) Lahan Pasang Surut Lahan pasang surut adalah lahan yang pada musim penghujan (bulan desember-mei) permukaan air pada sawah akan naik sehingga tidak dapat di tanami padi. Pada musim kemarau (bulan juli-september) air permukaan akan surut yang mana pada saat itu tanaman padi sawah baru dapat ditanam (pada lokasi yang berair). (LIPI Kalimantan, 1994) Dari luas lahan di Indonesia yang keseluruhannya berjumlah 162.4 juta ha , sekitar 39.4 juta ha berupa lahan rawa pasang surut (24.2 %) dan sekitar 123 juta ha adalah lahan kering (75 %). Dalam keadaan alaminya lahan rawa pasang surut letaknya terpencil dan tidak ada penduduk yang menggarapnya . Pembukaan lahan rawa pasang surut dilakukan oleh Pemerintah terutama disepanjang pesisir timur pulau Sumatra dan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat serta di bagian selatan Irian Jaya (sekarang Papua), Potensi sumberdaya lahan rawa di 3pulau utama , dalam 1.000 ha. (Kimpraswil, 2010)

Upload: reyduan-roy

Post on 06-Feb-2016

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

hhhh

TRANSCRIPT

Page 1: 031

SISTEM PENGAIRAN LAHAN PASANG SURUT (Tidal Irrigation)

Lahan Pasang Surut

Lahan pasang surut adalah lahan yang pada musim penghujan (bulan

desember-mei) permukaan air pada sawah akan naik sehingga tidak dapat di

tanami padi. Pada musim kemarau (bulan juli-september) air permukaan akan

surut yang mana pada saat itu tanaman padi sawah baru dapat ditanam (pada

lokasi yang berair).

(LIPI Kalimantan, 1994)

Dari luas lahan di Indonesia yang keseluruhannya berjumlah 162.4 juta

ha , sekitar 39.4 juta ha berupa lahan rawa pasang surut (24.2 %) dan sekitar 123

juta ha adalah lahan kering (75 %).

Dalam keadaan alaminya lahan rawa pasang surut letaknya terpencil dan

tidak ada penduduk yang menggarapnya . Pembukaan lahan rawa pasang surut

dilakukan oleh Pemerintah terutama disepanjang pesisir timur pulau Sumatra dan

di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat serta di bagian selatan Irian Jaya

(sekarang Papua), Potensi sumberdaya lahan rawa di 3pulau utama , dalam 1.000

ha. (Kimpraswil, 2010)

Profil melintang daerah pasang surut

  Sumatra Kalimanta

n

Papua Total

Not

cultivated

1,380 1,392 2,808 5,599

Cultivate

d

2,062 1,460 6 3,600

Page 2: 031

Sumatra Selatan : Lokasi Reklamasi Rawa Pasang Surut (garis merah) , garis

hitam adalah gambut tebal dan garis ungu adalah lahan kering .

Kandungan Tanah Lahan Pasang Surut Sifat tanah dan air pada lahan

pasang surut ini adalah

a. tanah sulfat masam dengan senyawa pirit

Pirit adalah zat yang hanya ditemukan di tanah di daerah pasang surut saja.

Zat ini dibentuk pada waktu lahan digenangi oleh air laut yang masuk pada musim

kemarau. pirit dapat berubah bentuk menjadi zat besi dan zat asam belerang yang

dapat meracuni tanaman. Ciri tanah yang telah teracuni pirit adalah :

Tampak gejala keracunan besi pada tanaman

Ada lapisan seperti minyak di permukaan air

Ada lapisan merah di pinggiran saluran.

Tanaman mudah terserang penyakit

Hasil panen rendah

Tanah berbau busuk (seperti telur yang busuk), maka zat asam

belerangnya banyak. Air di tanah tersebut harus dibuang dengan membuat

saluran cacing dan diganti dengan air baru dari air hujan atau saluran.

Bongkah tanah berbecak kuning jerami ditanggul saluran atau jalan,

menunjukkan adanya pirit yang berubah warna menjadi kuning setelah

terkena udara.

b. Tanah gambut

c. Air pasang besar dan kecil

Page 3: 031

d. Kedalaman air tanah

e. kemasaman air yang menggenangi lahan.

Lahan pasang surut dibagi menjadi beberapa golongan menurut tipe

luapan air pasang, yaitu:

A: Lahan terluapi oleh pasang besar (pada waktu bulan purnama maupun bulan

mati), maupun oleh pasang kecil (pada waktu bulan separuh).

B: Lahan terluapi oleh pasang besar saja.

C: Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun

permukaan air tanahnya cukup dangkal, yaitu kurang dari 50 cm.

D: Lahan tidak terluapi oleh air pasang besar maupun pasang kecil, namun

permukaan air tanahnya dalam, lebih dari 50 cm.

Sistem Pengairan Lahan Pasang Surut

Sistem pengairan pada lahan pasang surut dapat dilakukan dengan berbagai

cara :

a. Sistem irigasi dari bawah ke atas (lowe to upper flow irrigation

system)

Sistem ini dilakukan dengan konstruksi bendung, canal dari soil (cement),

sistem irirgasi bawah ke atasa dapat mengurangi pengaruh sedimen pada kanal

dan sawah, karena sistem ini dapat menghilangkan stagnasi tinggi pasang surut

yang akhirnya menghilangkan sedimentasi (Morgan, 1986).

Dari keadaan air sungai yang permukaannya di bawah rata-rata permukaan

tanah di tepi sungai maka untuk mendapatkan air dari sungai tani diberika

alternatif pompanisasi, sistem pompanisasi ini membutuhkan pompa lebih dari

satu untuk dipasang secara paralel.

Page 4: 031

Contoh peta lay out sistem drainase alternatif pada desa tepian sungai Blimbingan

Kalimantan Timur

Daerah Kanal

Daerah kanal adalah derah tampungan

dan tempat air masuk dari saluran primer

dan tempat air akan disalurkan melalui

saluran sekunder.

Page 5: 031

b. Sistem Aliran Satu Arah

Pelaksanaan sistem ini tergantung kepada kesepakatan pengaturan pintu-pintu

air.

• Jika salah satu saluran tersier berfungsi sebagai saluran pemasukan (irigasi),

maka saluran tersier disebelahnya dijadikan saluran pengeluaran(drainase).

• Saluran pemasukan diberi pintu air yang membukake dalam, sehingga pada

waktu pasang air dapat masuk dan air tidak dapat ke luar jika air surut.

• Saluran pengeluaran diberi pintu air yangmembuka ke luar, sehingga pada waktu

air surut air dapat keluar dan air tidak dapat masuk jika air sedang pasang.

• Saluran kuarter yang merupakan batas pemilikan perlu ditata mengikuti aliran

satu arah. Pada lahan yang bertipe luapan B, pintu flap gate dilengkapi stop log

yang difungsikan pada waktu air pasang kecil.

Gambar layout sistem irigasi satu arah

Page 6: 031

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Akhmad, dkk, 2003. Penilaian Ekonomi Konservasi Lahan Sawah Pasang

Surut Tersedimen Menjadi Lahan Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal

Pengembangan Manusia.

Kimpraswil, 2003. Informasi Umum Tentang Rawa Pasang Surut di Indonesia.

www.Kimpraswil.com, diakses 10 mei 2010.

Morgan R.P.C, 1986. Soil Erotion and Conservation, Logman Scientific and

Technical . Hongkong

Tribuwono, Ismu, 1997. Alternatif Model Sistem Irigasi dan Drainase Daerah

Tepian Sungai. PUSLITBANG Fisika Terapan LIPI, Subang

Widjaja, Adhi, dkk, 1997. Pengelolaaan Tanah dan Air di Lahan Pasang Surut.

Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.