03.-nur-lina (3).pdf
TRANSCRIPT
1004
ANALISIS KEBIASAAN MAKAN YANG MENYEBABKAN PENINGKATAN KADAR ASAM URAT
Nur Lina1, Andik Setiyono
Abstrak
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari endogen dan eksogen. Peradangan kronis akibat penimbunan kristal kristal asam urat mengakibatkan rasa sakit, kaku juga membesar dan pembengkakan sendi. Survei awal tes darah di Universitas Siliwangi pada dosen dan tenaga kependidikan didapatkan 13.51% memiliki kadar asam urat dalam darah melebihi nilai rujukan. Diet purin tinggi dianggap penyebab peningkatan kadar asam urat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebiasaan makan purin yang menyebabkan peningkatan kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Desain yang digunakan adalah survei cross sectional. Populasi 330, sampel dari 180 orang. Hasil yang diperoleh chi square nilai uji P = 0,036 <0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan konsumsi makanan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia. Nilai OR = 3,169. Jenis makanan purin tinggi yang paling sering dikonsumsi adalah hati ayam, kaldu, ampela, teri dan sarden. Responden disarankan minum air putih, setidaknya 2,5 liter / hari. Kata kunci: asam urat, konsumsi purin.
Abstract
Uric acid is the end product of purine metabolism derived from endogenous and exogenous. Chronic inflammation due to crystals of uric acid crystals resulting in pain , sore and stiff also enlarged and swollen joints protrusion. A preliminary survey of blood tests at the University of Siliwangi ( 13.51 % ) had levels of uric acid in the blood exceeds the reference value. High- purine diet is thought to be the cause of the elevated levels of uric acid . This study aims to analyze the eating habits of purines which leads to increased levels of uric acid in the faculty and academic staff Siliwangi University . The design used was a cross sectional survey . The population 330, a sample of 180 people. The results obtained chi square test P value = 0.036 < 0.05 so it can be concluded that there is a high purine food consumption relationship with the incidence of hyperuricemia. Value OR = 3.169. Type high- purine foods most frequently consumed are chicken liver , broth , gizzard , anchovies and sardines. Respondents suggested that uric acid content than normal in order to drink water, at least 2,5 liters/day. Keywords : uric acid, consumption of purine
PENDAHULUAN
Asam urat merupakan produk akhir metabolisme purin yang berasal dari
metabolisme dalam tubuh/ faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh/
faktor eksogen (sumber makanan). Asam urat dihasilkan oleh setiap makhluk
hidup sebagai hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk
memelihara kelangsungan hidup (Kanbara, 2010).
1 Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Siliwangi Tasikmalaya
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
1005
Tubuh menyediakan 85 persen senyawa purin untuk kebutuhan setiap
hari, hal ini berarti bahwa kebutuhan purin dari makanan hanya sekitar 15
persen. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi
asam urat. Hiperurikemia dapat membentuk kristal asam urat/ batu ginjal yang
akan membentuk sumbatan pada ureter. Penyakit tertentu seperti gout, Lesch-
Nyhan syndrome, endogenousnucleic acid metabolism, kanker, kadar abnormal
eritrosit dalam darah karena destruksi sel darah merah, polisitemia, anemia
pernisiosa, leukemia, gangguan genetik metabolisme purin, gangguan metabolik
asam urat bawaan (peningkatan sintesis asam urat endogen), alkoholisme yang
meningkatkan laktikasidemia, hipertrigliseridemia, gangguan pada fungsi ginjal
dan obesitas, asidosis ketotik, asidosislaktat, ketoacidosis, lacticidosis, dan
psoriasis (Wortmann, 2005).
Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang, cumi,
kerang, kepiting, ikan teri. Akibat langsung dari pembentukan asam urat yang
berlebih atau akibat penurunan ekskresi asam urat adalah Gaut. Gaut adalah
istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh
meningkatnya konsentrasi asam urat. Gangguan metabolik gout adalah
peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) yang disebabkan oleh
peningkatan produksi (overproduction), penurunan pengeluaran (underexcretion)
asam urat melalui ginjal, atau kombinasi keduanya (Wachjudi, 2006).
Tahap pertama Gaut adalah hiperuresemia asimtomatik sedangkan tahap
2 adalah artritis Gout akut dengan permulaan mendadak pembengkakan dan
nyeri luar biasa pada sendi ibu jari dan tarsofaringeal. Peradangan kronik akibat
kristal kristal asam urat mengakibatkan nyeri, sakit dan kaku juga pembesaran
dan penonjolan sendi yang bengkak. Gaut dapat merusaak ginjal sehingga
ekskresi asam urat akan bertambah buruk. Kristal-krital asam urat dapat
terbentuk pada interstitium medula, papila dan piramid sehingga timbul
proteinuria dan hipertensi ringan. Batu ginjal asam urat dapat juga terbentuk
sebagai akibat sekunder dari gaut. Ginjal bekerja mengatur kestabilan kadar
asam urat dalam tubuh dimana sebagian sisa asam urat dibuang melalui air seni.
Apabila asam urat berlebihan dan ginjal tidak mampu lagi mengatur
kestabilannya, maka asam urat akan menumpuk pada jaringan dan sendi, dan
pada saat kadar asam urat tinggi maka akan timbul rasa nyeri yang hebat
terutama pada daerah persendian. Kristal asam urat akan merusak endotel
(lapisan bagian dalam pembuluh darah) koroner. Kelainan pada ginjal
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
1006
menentukan prognosis artritis pirai (asam urat), biasanya penderita meninggal
karena faal ginjal yang jelek (Coe FL, 2004).
Asam Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%).
Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan
ekskresinya (Signh V, 2012). Perputaran purin terjadi secara terus menerus
seiring dengan sintesis dan penguraian RNA dan DNA, sehingga walaupun tidak
ada asupan purin, tetap terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial
(Sacher, 2004).
Asam urat di dalam tubuh bisa berasal dari luar yaitu dari diet tinggi purin
dan dari dalam yang merupakan hasil akhir metabolisme purin. Asam urat sangat
erat kaitannya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak
seimbang (jumlah asupan protein sangat tinggi) (Utami, 2009). Penelitian yang
dilakukan di Jepang terhadap wanita yang diberikan diet kaya protein dan kurang
sayur dan buah-buahan (diet asam) dan wanita yang diberikan makanan rendah
protein tetapi kaya sayur dan buah buahan (diet alkali) selama 5 hari
menunjukkan ada hubungan linear antara diet dengan ekskresi asam urat.
Ekskresi asam urat meningkat 302 mg/hari pada makanan dengan pH 5,9 (diet
asam) dan meningkat 413 mg/hari pada makanan dengan pH 6,5 (diet alkali) dan
memberikan kesimpulan bahwa diet alkali yang rendah protein dan kaya sayur
dan buah-buahan efektif untuk menghilangkan asam urat (Kanbara, 2010).
Peningkatan asam urat juga dapat terjadi pada pasien pra diabetes yang
diduga terjadi karena adanya resistensi dan gangguan sekresi hormon insulin.
Hiperinsulinemia yang terjadi pada pra diabetes mengakibatkan peningkatan
reabsorbsi asam urat di tubulus proksimal ginjal. Oleh karena itu deteksi awal
hiperurisemia merupakan salah satu pemeriksaan sederhana sebagai penanda
prognostik pra diabetes (Wisesa, 2009).
Penelitian di Departemen Urologi RSUD Dr. Soetomo Surabaya Selama
periode bulan Januari - Desember 2006 pada pasien dengan batu ginjal dan batu
ureter dengan fungsi ginjal normal yang menjalani pemeriksaan asam urat dalam
darah dan urine per 24 jam yang dilakukan pada 70 orang penderita didapatkan
peningkatan kadar asam urat pada 46 orang responden (66%) pada
pemeriksaan asam urat dalam darah. Hasil ini menunjukkan peningkatan asam
urat yang bermakna pada penderita batu ginjal (p<0,05) sedangkan berdasarkan
kadar asam urat dalam urin per 24 jam jumlah pasien dengan peningkatan kadar
asam urat 3 orang (4,3%) (Yudi Y. A, 2009).
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
1007
Faktor risiko yang mempengaruhi tingginya asam urat adalah umur,
asupan purin yang berlebihan, kegemukan, penyakit jantung dan konsumsi obat-
obatan tertentu (diuretika) dan gangguan fungsi ginjal. Konsumsi purin yang
terdapat dalam daging dan seafood berhubungan terhadap risiko peningkatan
kadar asam urat, sedangkan produk susu dapat menurunkan risiko Gaut dan
konsumsi purin dari tumbuh-tumbuhan tidak berpengaruh terhadap risiko Gaut.
Sedangkan konsumsi karbohidrat kompeks seperti nasi, roti, ubi jalar dan ketela
dapat memacu pembuangan kelebihan asam urat dalam darah(Sustrani, 2004).
Survei awal pemeriksaan darah yang dilakukan terhadap 30 orang dosen
dan tenaga kependidikan di Universitas Siliwangi didapatkan 4 orang (13,51%)
dosen dan staf kependidikan mempunyai kadar asam urat dalam darah melebihi
nilai rujukan kadar asam urat normal dalam darah (pria 2,1-7 mg/dL dan
perempuan 2,0-6 mg/dL). Pola makan tinggi purin diduga merupakan penyebab
terjadinya peningkatan kadar asam urat mengingat profesi dosen dan tenaga
kependidikan merupakan profesi yang berisiko untuk terjadinya hiperuresemia.
METODE PENELITIAN
Populasi adalah seluruh dosen dan tenaga kependidikan di Universitas
Siliwangi yang berjumlah 330 orang. Besar sampel dihitung dengan rumus:
n = )(1 2dN
N
Hasil perhitungan diperoleh sampel sebanyak 180 orang.Variabel bebas
(Independent variable) dalam penelitian ini adalah kebiasaan konsumsi
purinyaitu Frekuensi konsumsi makanan yang banyak mengandung purin
berdasarkan skor FFQ dengan kategori sering jika nilai skor FFQ ≥ 25 dan jarang
jika skor <25. Variabel terikat adalah kadar Asam Urat dalam darah yaitu kadar
senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme purin baik dari diet
maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat DNA ) di dalam
darah. Kategori: Hiperurisemia jika kadar asam urat melebihi nilai rujukan (pria
2,1-7 mg/dL dan perempuan 2,0-6 mg/dL), non Hiperurisemia jika kadar asam
urat tidak melebihi nilai rujukan.Desain yang digunakan dalam penelitian ini
adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional. Analisis Univariat digunakan
untuk menggambarkan variabel-variabel hasil penelitian. Data yang berbentuk
numerik dianalisis dengan penghitungan nilai-nilai statistik mean, standar deviasi
dan nilai minimal dan maksimal, sedangkan data yang berbentuk kategorik
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
1008
dianalisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.Analisis Bivariat untuk
mencari hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan uji chi square
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Jenis kelamin Responden
Tabel 1. Jenis Kelamin Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014
Responden berjenis kelamin laki-laki mendominasi jumlahnya 65% sebanyak
117 orang, sedang perempuan berjumlah 63 orang (35%)
2. Umur Responden
Rata-rata umur responden 46,32 tahun dengan usia termuda 20 tahun dan
usia tertua 63 tahun dengan SD 9,49 tahun.
3. Indeks Massa Tubuh
IMT rata-rata responden 22,93 masuk kategori normal, dengan IMT
terendah 15,51 dengan kategori kurus dan IMT tertinggi 31,89 dengan kategori
obesitas
Tabel2 Kategori IMT Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014
Kategori IMT f %
Tidak gemuk 153 85,0
Gemuk 27 15,0
Jumlah 180 100,0
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa responden terbanyak pada kategori tidak gemuk
berjumlah 153 orang (85,0%) dibanding responden yang gemuk 27 orang
(15,0%)
Pada orang gemuk, asam urat biasanya naik sedangkan pengeluarannya
sedikit. Asam urat tinggi dalam darah, tanpa kita sadari akan merusak organ-
organ tubuh, terutama ginjal, karena penyaring ginjal akan tersumbat.
Tersumbatnya saringan ginjal akan berdampak munculnya batu ginjal, atau
akhirnya bisa mengakibatkan gagal ginjal. Asam urat pun merupakan faktor risiko
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 117 65,0
Perempuan 63 35,0
Jumlah 180 100,0
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
1009
untuk penyakit jantung koroner. Diduga kristal asam urat akan merusak endotel
(lapisan bagian dalam pembuluh darah koroner) (Indriawan,2009).
4. Kadar Asam Urat
Tabel 3.Hasil Pemeriksaan Asam Urat Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi tahun 2014.
Mean 5,254 mg/dL
Median 5,200 mg/dL
Standar Deviasi 1,5156 mg/dL
Minimum 2,5 mg/dL
Maksimum 10,3 mg/Dl
Kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas
Siliwangi menunjukkan rata-rata 5,254 mg/dL dengan kadar asam urat terendah
2,5 mg% dan kandungan asam urat tertinggi 10,3 mg/dL .Nilai rujukan kadar
asam urat normal dalam darah pria adalah 2,1-7 mg/dL dan pada perempuan
adalah 2,0-6 mg/dL. Kadarnya akan meningkat pada orangtua, sedang nilai
rujukan kadar asam urat normal pada urin adalah 250-750 mg/24 jam. Rata –rata
kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi
adalah 5,254 mg/dL. Menurut American Medical Association, kadar asam urat
normal antara 3,6 mg/dL – 8,3 mgdL (1 mg/dL = 59,48 μmol/L) sehingga rata-rata
kadar asam urat dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi termasuk
kategori normal.
Banyaknya responden yang memiliki kadar asam urat normal karena
sebagian besar sudah menjaga pola makan, selain itu, pada sebagian wanita
postmenopause masih dapat dijumpai jenis steroid seks lain dengan kadar yang
normal dalam darah, ovarium wanita postmenopause masih memiliki
kemampuan untuk menyintesis steroid seks. Sel–sel hilus dan korteks ovarium
masih dapat memproduksi androgen, estrogen dan progesteron dalam jumlah
tertentu. Lemak, uterus, hati, otot, kulit, rambut, dan bahkan bagian dari sistem
neural sumsum tulang (bone marrow) mempunyai kemampuan mengaromatisasi
androgen menjadi estrogen, estrogen dapatmembantu pengeluaran asam urat
melalui ginjal. Pada wanita gemuk masih ditemukan kadar estron yang tinggi,
dan estron ini akan diubah menjadi estradiol (Ali, 2003).
Walaupun sebagian besar responden memiliki kadar asam urat normal,
namun masih terdapat beberapa orang yang memiliki kadar asam urat tinggi
(Hiperurusemia) walaupun mereka sudah menjaga pola makan. Sacher (2004)
mengemukakan asam urat merupakan metabolisme akhir purin. Di dalam tubuh,
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
1010
perputaran purin terjadi secara terus menerus seiring dengan sintesis dan
penguraian RNA dan DNA , sehingga walaupun tidak ada asupan purin, tetap
terbentuk asam urat dalam jumlah yang substansial. Selain itu, Sylvia (2006)
menjelaskan pada wanita kadar urat tidak meningkat sampai setelah menopause
karena estrogen membantu meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal.
Setelah menopause, kadar serum urat meningkat seperti pada pria.
Tabel4. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kejadian Hiperurisemia pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014
Jenis Kelamin Kategori Asam Urat Total
Hiperurisemia Non Hiperurisemia
n % n % n %
Laki-laki 23 19,7 94 80,3 117 100
Perempuan 5 7,9 58 92,1 63 100
Jumlah 28 15,6 152 84,4 180 100
Pvalue = 0,064
Hiperurisemia lebih banyak didapatkan pada laki-laki (19,7%)
dibandingkan pada perempuan (7,9%). Hasil uji chi square didapatkan pvalue
0,064 > dari 0,05 (α) sehingga disimpulkan tidak ada hubungan antara jenis
kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan
Universitas Siliwangi.Penelitian ini juga menunjukkan kadar asam urat lebih
tinggi pada laki-laki (65%) dibandingkan dengan perempuan (35%) namun tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen
dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Dalam keadaan normal kadar
urat serum pada pria mulai meningkat saat pubertas. Pada wanita kadar asam
urat tidak meningkat sampai setelah menopause karena estrogen membantu
meningkatkan ekskresi asam urat melalui ginjal. Setelah menopause, kadar
serum urat meningkat seperti pada pria (Sylvia, 2006).
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kegemukan terhadap Kejadian Hiperurisemia pada Dosen dan Karyawan Universitas Siliwangi Tahun 2014
Kategori Kegemukan
Kategori Asam Urat Total
Hiperurisemia Non Hiperurisemia
n % n % N %
Gemuk 4 14,8 23 85,2 27 100
Tidak gemuk 24 15,7 129 84,3 153 100
Jumlah 28 15,6 152 84,4 180 100
P value=1,000
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
1011
Responden dengan hiperurisemia hampir sama antara yang gemuk dan
yang tidak gemuk.Tidak ada hubungan antara. Kegemukan dengan kejadian
hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas
Siliwangi.BMItinggi danmassa ototyang rendahtetap signifikan dengan
peningkatan asam urat ( Erick, 2013). AsupanCHOtinggidapat
meningkatkanglikemiadan/atauTG, daninimungkin terkait denganpeningkatanUA
( Erick, 2013)
Tabel 6.Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Makan Tinggi Purin dengan Hiperurisemia pada Dosen dan Tenaga Kependidikan Universitas Siliwangi Tahun 2014
Konsumsi Makan Tinggi Purin
Kategori Asam Urat Total
Hiperurisemia Non hiperurisemia
n % n % n %
Sering 23 20,4 90 79,6 113 100
Jarang 5 7,5 62 92,5 67 100
Jumlah 28 15,6 152 84,4 180 100
pvalue = 0,036 CI=1,143-8,786 OR= 3,169
Hiperurisemia lebih banyak didapatkan pada responden dengan
konsumsi makan tinggi purin yang sering (20,4%) dibandingkan dengan yang
jarang (7,5%). Hasil uji chi square didapatkan P value = 0,036 < 0,05 sehingga
dapat disimpulkan ada hubungan konsumsi makan tinggi purin dengan kejadian
hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi. Nilai
OR = 3,169 artinya dosen dan tenaga kependidikan yang mengkonsumsi
makanan tinggi purin dengan frekuensi sering memiliki risiko 3,169 kali
mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan yang jarang mengkonsumsi
makanan tinggi purin. Jenis makanan yang dikonsumsi dosen dan tenaga
kependidikan yang mengandung purin tinggi terlihat pada grafik berikut:
Grafik 1.Jenis makanan yang mengandung purin tinggi yang dikonsumsi dosen dan tenaga kependidikan Universitas Siliwangi tahun 2014
0%
5%
10%
15%
20%
25%
hati ayam
ampela usus ayam
hati sapi
babat tamusu teri otak brg dara
sarden kaldu
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
1012
Jenis makanan tinggi purin yang paling sering dikonsumsi oleh dosen dan
tenaga kependidikan adalah hati ayam kaldu, ampela, ikan teri dan
sarden.Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati
sapi, ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat
meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir setiap hari dikonsumsi dalam
jumlah berlebihan (Kanbara, 2010).
Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi
asam urat. Purin yang tinggi terutama terdapat dalam jeroan, sea food: udang,
cumi, kerang, kepiting, ikan teri. Makanan dan minuman tinggi purin yang selalu
dikonsumsi merupakan pemicu asam urat(Indriawan,2009).
Diet normal biasanya mengandung 600-1.000 mg purin per hari. Kita
susah menghilangkan sama sekali asupan purin ke dalam tubuh karena hampir
semua bahan pangan terutama sumber protein mengandung purin. Namun kita
bisa mengontrol asupan purin dengan cara memilih bahan pangan yang rendah
kandungan purinnya.Bagi penderita asam urat, pola diet yang harus diikuti
adalah memberikan kalori sesuai kebutuhan tubuh. Sedangkan karbohidrat
sebaiknya dari karbohidrat komplek seperti nasi, singkong, ubi dan roti. Hindari
karbohidrat sederhana seperti gula, sirup atau permen. Fruktosa dalam
karbohidrat sederhana dapat meningkatkan kadar asam urat serum. Sedangkan
sumber protein yang dianjurkan adalah sumber protein nabati dan protein yang
berasal dari susu, keju dan telur.Sangat disarankan untuk membatasi konsumsi
lemak. Lemak dapat menghambat ekskresi asam urat melalui urin. Batasi
makanan yang digoreng, penggunaan margarin, mentega dan santan. Ambang
batas lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % dari total kalori/hari (Sustrani L,
2004).
Makanan Tinggi Purin (150-1000 mg/100 g bahan pangan) adalah Ikan
teri, otak, jerohan, daging angsa, burung dara, telur ikan, kaldu, sarden, alkohol,
ragi dan makanan yang diawetkan. Sedangkan makanan dengan kadar Purin
sedang ( 50-100 mg/100 g bahan pangan). Bahan pangan ini sebaiknya dibatasi
50 g/hari. Ikan tongkol, tenggiri, bawal, bandeng, daging sapi, daging ayam,
kerang, asparagus, kacang-kacangan, jamur, bayam, kembang kol, buncis, kapri,
tahu, tempe. Bahan makanan rendah purin (0-100 mg/100 g bahan pangan).
Nasi, roti, makaroni, mi, crackers, susu, keju, telur, sayuran dan buah buahan
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
1013
kecuali durian dan alpukat (Sustrani L, 2004).Asupan makanan, asupan lemaktak
jenuh gandayang lebih besardiamatipada individu dengantinggiUA (Erick, 2013).
Hasil penelitian menunjukkan Hiperurisemia lebih banyak didapatkan
pada responden dengan konsumsi makan tinggi purin yang sering (20,4%)
dibandingkan dengan yang jarang (7,5%). Hasil uji chi square didapatkan P
value = 0,036 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan ada hubungan konsumsi
makan tinggi purin dengan kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga
kependidikan Universitas Siliwangi. Nilai OR = 3,169 artinya dosen dan tenaga
kependidikan yang mengkonsumsi makanan tinggi purin dengan frekuensi sering
memiliki risiko 3,169 kali mengalami hiperurisemia dibandingkan dengan yang
jarang mengkonsumsi makanan tinggi purin.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Indrawan tahun 2005 pada suku
Bali di Denpasar yang mendapatkan hubungan signifikan antara makanan
sumber purin tinggi dengan hiperurisemia (RP : 26,72; IK 95% : 11,69 . 61,04; p
< 0,001). Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat dalam asam nukleat
berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di dalam usus, asam nukleat ini akan
dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan. Selanjutnya, asam
nukleat dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin teroksidasi menjadi
asam urat. Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat dalam darah yang
berlebihan akan menimbulkan menumpuknya kristal asam urat. Apabila kristal
terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit gout (asam urat). Lebih
parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak menutup kemungkinan
akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal) (Indriawan,2009).
Makanan tinggi purin dari produk hewani seperti sardine, hati ayam, hati sapi,
ginjal sapi, otak, daging, herring, mackerel, unggas, ikan, akan dapat
meningkatkan kadar asam urat, apalagi bila hampir setiap hari dikonsumsi dalam
jumlah berlebihan (Kanbara, 2010).
Makanan dengan kandungan purin sedang contohnya seafood, daging
sapi, asparagus, kembang kol, bayam, jamur, wheat germ. Makanan dengan
kandungan tinggi purin tidak selalu berhubungan dengan peningkatan risiko gout
demikian juga makanan dengan tinggi fruktose (terdapat pada produk makanan
olahan dan minuman soda) apalagi bila dikonsumsi dalam jumlah yang
berlebihan.
Kadar asam urat bervariasi setiap hari. Adanya gangguan dalam proses
ekskresi akan menyebabkan penumpukan asam urat. Ekskresi asam urat
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
1014
berkurang karena fungsi ginjal terganggu misalnya kegagalan fungsi glomerulus
atau adanya obstruksi sehingga kadar asam urat dalam darah meningkat. Pada
keadaan lapar/starvasi selama proses akut dapat juga terjadi peningkatan kadar
asam urat dalam darah karena terjadi pemecahan sel yang lebih cepat serta
adanya ketoasidosis. Purin yang terdapat dalam bahan pangan,terdapat dalam
asam nukleat berupa nukleoprotein. Ketika di konsumsi, di dalam usus, asam
nukleat ini akan dibebaskan dari nukleoprotein oleh enzim pencernaan.
Selanjutnya, asam nukleat dipecah lebih lanjut menjadi purin dan pirimidin. Purin
teroksidasi menjadi asam urat. Jika pola makan tidak dirubah, kadar asam urat
dalam darah yang berlebihan akan menimbulkan menumpuknya kristal asam
urat. Apabila kristal terbentuk dalam cairan sendi, maka akan terjadi penyakit
gout (asam urat). Lebih parah lagi jika penimbunan ini terjadi dalam ginjal, tidak
menutup kemungkinan akan menumpuk dan menjadi batu asam urat (batu ginjal)
(Indriawan,2009).
Untuk menghindari penyakit gout, salah satu caranya adalah menjaga
kadar asam urat dalam darah di posisi normal, yaitu 5-7 mg%. Batasan tertinggi
untuk pria adalah 6,5 mg% sedangkan untuk wanita 5,5 mg%. Di atas batas ini,
biasanya akan terjadi pengkristalan. Dan juga disarankan untuk banyak minum
air putih, minimal 2.5 liter/hari. Konsumsi cairan yang tinggi dapat membantu
mengeluarkan asam urat melalui urin.Tidak ada hubungan yang ditemukan
antara diet dan UA (Erick, 2013).MengurangiHDL-c adalahsalah satu
faktorutama yang bertanggung jawabuntukpeningkatanUA(hubungan negatif)
pada wanita. semakin tinggi konsentrasiurat, semakin kecilukuranHDL (Erick,
2013).
Keterbatasan penelitian ini tidak diukur bagaimana makanandisiapkan,
berapaukuran porsi, danapa makanan/merekmakananyangdikonsumsi.
SIMPULAN
Rata-rata kadar asam urat pada dosen dan tenaga kependidikan
Universitas Siliwangi pada 180 responden adalah5,254 mg/dl. Jenis makanan
dengan kadar asam urat tinggi yang paling sering dikonsumsi diantaranya hati
ayam, kaldu dan ampela.Ada hubungan konsumsi makan tinggi purin dengan
kejadian hiperurisemia pada dosen dan tenaga kependidikan Universitas
Siliwangi.
Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia Vol. 10. No. 2 September 2014
1015
SARAN
Disarankan membatasi konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi
dengan minum air putih, minimal 2.5 liter/hari.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Baziad, (2003). Endokrinoligi Ginekologi, Edisi 2, Media Aesculapius, Jakarta
Coe FL, Favus MJ and Asplin JR. Nephrolithiasis. In: The Kidney. Vol 1,7th Ed. Editor; Brenner BM. WB Saunders, Philadelphia. 2004; pp 1215 – 1292.
Dalimartha, Setiawan, (2008). Herbal Untuk Pengobatan Reumatik, Penebar Swadaya, Jakarta
Hensen dan Tjokorda R. 2007. Hubungan konsumsi Purin dengan Hipersemia Pada Suku Bali di daerah Pariwisata Pedesaan.
http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/4%282%29.pdf. diakses tanggal 17 Maret 2011.
Indriawan,iin.2009.Penyakit.repository.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/blog/key/.../Penyakit. Diakses tanggal 13 maret 2011.
Institute of tropical disease airlangga university, Diet Tepat Untuk Penderita Asam Urat , Universitas Airlangga, 2013
http://itd.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=102:diet-tepat-untuk-penderita-asam-urat&catid=40:health-news&Itemid=113 diakses pada tanggal 21 February2013
Kanbara, A., Hakoda, M., Seyama I., Urine Alkalization facilitates uric Acid Excretion, Nutritional Journal 2010, 9: 45 doi 10.1186/1475-289145
Signh V, Gomez VV, Swamy SG, ’Approach to a Case of Hyperuricemia’, in Indian J. Aerospace Med, 2010, vol 54(1), p 40-5.
Sustrani L, Syamsir A, & Iwan H (2004) Asam Urat informasi Lengkap untuk Penderita dan Keluarga, Edisi 6, Jakarta, Gramedia.
Sylvia, Anderson, dkk, (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, ECG, Jakarta
Erick Prado de Oliveira, Dietary, anthropometric, and biochemical determinants of uric acid in free-living adults, Nutrition Journal 201312:11 doi:10.1186/1475-2891-12-11.
Utami, Prapti, dkk, (2009). Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik, Agromedia Pustaka, Jakarta.
Wachjudi, Gunadi, dkk, (2006). Diagnosis dan Terapi Penyakit Reumatik, Sagung Seto, Jakarta
Wortmann RL.Gout and Other Disorders of Purine Metabolism. In: Harrison’s Principles of Internal Medicine 16th Ed. Editors: Isselbacher KJ, Braunwald E, Wilson JD, Martin JB, Fauci AS and Kasper DL. McGraw Hill, New York. 2005, pp. 2079-2088.
Yudi Y. Ambeng Gambaran Pasien Batu Ginjal dan Batu Ureter dengan Fungsi Ginjal Normal yang Dilakukan Pemeriksaan Calcium, Asam Urat, Fosfat dalam Darah dan Urine per 24 jam di RSU Dr. Soetomo Surabaya,
Analisis Kebiasaan Makan Yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Asam Urat Nur lina, andik setiyono
1016
Januari - Desember 2006. Media Jurnal Urologi Volume : 10 - No. 1 Terbit : 1—2009
Zhao Y, Yang X, Lu W, Liao H dan Liao F, ‘Uricase Based Methods for in Determination of Uric Acid in Serum’, 2009 Microcim Acta,164:1-6.