02.naskah publikasi 2

13
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN JARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Gunak Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi Oleh RINA SRI HARTINI A 210 100 154 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Upload: satria-darma

Post on 08-Jul-2016

224 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

naskah publikasi

TRANSCRIPT

Page 1: 02.Naskah Publikasi 2

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA

KELAS VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA 

TAHUN JARAN 2013/2014 

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Gunak Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Akuntansi

Oleh

RINA SRI HARTINI

A 210 100 154

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

Page 2: 02.Naskah Publikasi 2

TINIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANJl. A. Yani Tromol Pos 1 - Pabelan Kartasura Telp (0271) 717417 ,Fax : 715448 Surakarta 57102

website: http://www.ums.ac.id Email: [email protected]

Surat Persetuiuan Artikel Publikasi Ilmiah

Yang bertanda tangan di bawah ini pembimbing skripsi/tugas akhir :

Nama

NIK

Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan

skripsiltugas akhir dari mahasiswa:

Nama

NIM

Program Studi

Judul Skripsi

201312014.

Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan.

Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.

Surakarta, Februai2014

Pembimbing

: Drs. H. Djalal Fuadi, MM

:216

Rina Sri Hartini

A210100 154

Pendidikan Akuntansi

UPAYA MENINGKATKAN AKTTVITAS BELAJAR IPS MELALUI

MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS

VIII SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHLIN AJARAN

Page 3: 02.Naskah Publikasi 2

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS VIII

SMP PRAWIRA MARTA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

Rina Sri Hartini, A210100154, Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014.

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah dengan penerapan model pembelajaran Make a Match untuk meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS.

Subjek penerima tindakan adalah siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 34 siswa dan subyek pelaksana adalah peneliti. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, catatan dilapangan/pada waktu melaksanakan tidakan, lembar pedoman wawancara, lembar penilaian individu setelah mengikuti pembelajaran, dokumentasi. Prosedur dalam penelitian ini ada empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus dilakukan dalam dua kali pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh data peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS siswa.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sebelum tindakan diperoleh rata-rata tingkat aktivitas siswa sebesar 15%. Pada siklus I tingkat rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 51,17%. Pada siklus II tingkat rata-rata aktivitas meningkat menjadi 84,72%. Hal ini berasrti peningkatan aktivitas siswa mencapai indikator yakni 85%. Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini karena model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara kognitif maupun fisik.

Kata Kunci: Aktivitas belajar, Model pembelajaran Make a Mtach, dan Pembelajaran IPS

Page 4: 02.Naskah Publikasi 2

1  

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi

pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala

lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan merupakan proses mengubah

tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri

dan berada. Pendidikan adalah menananmkan tingkah laku atau kebiasaan yang

baru. ( Soekidjo, 2003:68)

Pendidikan berusaha mengembangkan seluruh aspek kepribadian dan

kemampuan manusia, baik dilihat dari aspek kognitif, apektif, dan psikomotor.

Pendidikan diarahkan untuk dapat menciptakan sumber yang berkualitas dengan

segala aspeknya. Dengan demikian perlu diciptakan sistem pembelajaran yang

berkualitas. Sejalan perkembangan masyarakat dewasa ini pendidikan banyak

menghadapi berbagai tantangan, salah satunya berkenaan dengan peningkatan

mutu pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan mengacu

pada tujuan pendidikan nasional Indonesia. Sebagaimana yang tercantum dalam

UU No. 11 tahun 2006 Pasal 4 merumuskan,

Tujuan pendidikan nasional yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki keterampilan kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan

cara memperbaiki proses belajar mengajar. Proses pembelajaran merupakan

suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan karena interaksi pembelajaran

adalah kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi sarana transfer keilmuan

dari guru dengan siswa yang terstruktur dan terencana, sehingga bisa menjadikan

siswa paham akan materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Kenyataan dalam pendidikan sekarang ini terdapat banyak masalah yang

dihadapi pada saat proses pembelajaran. Salah satu masalah dari berbagai masalah

yang terdapat dalam proses pembelajaran adalah kurangnya aktivitas belajar siswa.

Page 5: 02.Naskah Publikasi 2

2  

Begitu pula pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di SMP Prawira Marta

Kartasura belum berlangsung dengan sempurna, masih ada beberapa kekurangan

sehingga menyebabkan aktivitas belajar tidak maksimal, seperti pemanfaatan

fasilitas yang ada disetiap ruang kelas yang ada di SMP Prawira Marta belum

maksimal, penggunaan model pembelajaran yang tidak bervariasi, kurangnya

aktivitas belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai atau kurang tepat

sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS sehingga

siswa tidak dapat dengan mudah memahami dan menguasai materi yang

disampaikan. Maka penggunaan model pembelajaran bagi guru merupakan hal

yang cukup penting dalam peningkatan aktivitas belajar siswa. Memperhatikan

tujuan dan esensi pendidikan IPS, sebaiknya penyelenggaraan pembelajaran IPS

mampu mempersiapkan, membina, dan membentuk kemampuan siswa yang

menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan kecakapan dasar yang diperlukan bagi

kehidupan di masyarakat.

Mengenai rendahnya aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPS

pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura, maka salah satu pemecahan

masalah yang dapat dilakukan oleh adalah merubah proses pembelajaran yang

digunakan kearah pembelajaran yang mampu memberi peluang dan mampu

meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran yaitu salah

satunya penerapan model pembelajaran Make a Match. Hal ini karena model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung

unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara

kognitif maupun fisik.

Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model

pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam

mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP Prawira Marta Kartasura Tahun

Ajaran 2013/2014.

Page 6: 02.Naskah Publikasi 2

3  

LANDASAN TEORI

1. Aktivitas belajar

Belajar bukanlah menghafal sejumlah fakta atau informasi. Belajar

adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan tujuan yang

diharapkan. Karena itu model pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas

siswa. Aktivitas tidak dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi

juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya,

2011:132). Belajar memerlukan aktivitas. Tanpa aktivitas belajar tidak

mungkin berlangsung dengan baik. Menurut Mentessori yang dikutip oleh

Sardiman berpendapat bahwa siswa memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang

sendiri, membentuk sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengamat. Dengan

kata lain siswa yang lebih banyak melakukan aktivitas dalam pembentukan

diri. Sedangkan Roussen menjelaskan bahwa pengetahuan harus diperoleh

dengan pengamatan sendiri. Setiap orang yang belajar harus aktif sendiri

(Sardiman, 2012:96).

2. Model Pembelajaran Make a Match

Model pembelajaran Make a Match merupakan salah satu jenis dari

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh

Curran (1994). Salah satu keunggulan dari teknik ini adalah siswa mencari

pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suatu yang

menyenangkan (Rusman, 2010:223). Menurut Huda (2013:251), Tujuan dari

model pembelajaran Make a Match adalah sebagai berikut:

1) Pendalaman materi

2) Penggalian materi

3) Edutainment

Penerapan model ini dimulai dengan teknik, yaitu siswa disuruh

mencari pasangan kartu yang meruapakan jawaban/ soal sebelum batas

waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.  Penggunaan

model pembelajaran berpasangan memberikan pengalaman sosial kepada

siswa. Pengalaman belajar dengan model ini akan lebih bermanfaat dan

Page 7: 02.Naskah Publikasi 2

4  

memberi peluang kepada siswa untuk berinteraksi satu sama lain dalam

kelompoknya masing-masing. Siswa dapat saling bertanya, menjawab,

berkomentar dan mendemonstrasikan konsep atau pengetahuan yang diperoleh

dengan siswa lainnya. ( Depdiknas , 2003:14)

Model pembelajaran Make a Match merupakan pembelajaran aktif

yang dapat menghilangkan kejemuan dan tidak menarik terhadap suatu mata

pelajaran serta dapat menimbulkan kegembiraan, menyenangkan, memotivasi

belajar siswa sehingga sangat berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa.

3. Pembelajaran IPS

Menurut Depdiknas (2007:1) mata pelajaran IPS memiliki

karakteristik tertentu, antara lain: (1) IPS merupakan keterpaduan dari

berbagai disiplin ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi dan ekonomi,

(2) Materi bagian IPS terdiri dari sejumlah konsep, prinsip, dan tema yang

berkenaan dengan hakekat manusia sebagai mahkluk sosial (homo socius), (3)

kajian IPS dikembangkan melalui tiga pendekatan utama, yaitu functional

approach. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai

berikut:

a. Manusia, tempat dan lingkungan.

b. Waktu, berkelanjutan dan perubahan.

c. Sistem social dan budaya

d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Karakteristik mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SMP / MTs

(Depdiknas 2006:6 ) antara lain;

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi , bahkan

bidang humaniora, pendidikan dan agama.

Page 8: 02.Naskah Publikasi 2

5  

b. Kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah,

ekonomi, hukum dan politik dan sosiologi yang dikemas sedemikian rupa

sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

c. Kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang

dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

Standart kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab, akibat,

kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan

masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti

pemenuhan kebutuhan, kekeuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

PROSEDUR PENELITIAN

Prosedur dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menurut model Stephen

Kemmis dan Robbin Mc.Taggrat dengan model yang diperkenalkan oleh Kurt

Lewin. Karena didalam satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen /

tahapan antara lain, (Zaenal Aqib, 2007:22 ): Perencanaan (planning), Tindakan/

aksi (acting), Oservasi (observing), Refleksi (reflecting).

Subyek penelitian dalam tindakan kelas ini adalah siswa di SMP Prawira

Marta Kartasura Kelas VIII semester genap Tahun Ajaran 2013/2014 dengan

jumlah siswa 34 orang yang terdiri dari 22 laki-laki dan 12 perempuan. Penelitian

ini direncanakan selama 3 bulan sejak bulan Desember 2013 sampai dengan

Februari 2014 yang terbagi atas 2 siklus, masing-masing siklus terdiri atas 2 kali

pertemuan (4x40 menit). Setiap akhir siklus diadakan refleksi untuk mengevaluasi

pelaksanaan siklus tersebut dan melakukan perencanaan ulang dengan perbaikan

tindakan untuk siklus berikutnya. Data penelitian diperoleh dari:

1.  Data prestasi siswa yaitu nilai ulangan evaluasi sebelum tindakan / nilai pra

siklus

2. Data tentang tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran pada

siklus I, siklus II

Page 9: 02.Naskah Publikasi 2

6  

3. Data tentang hasil evaluasi setelah pembelajaran selesai baik pada siklus I dan

siklus II

4. Data tentang sikap siswa terhadap penggunanaan model pembelajaran Make a

Match

Sumber –sumber penelitian antara lain Nara sumber yaitu siswa, guru

dan kolabolator, Peristiwa-peristiwa yang terjadi selama tindakan, Foto / gambar

pada saat terjadinya pembelajaran. Tehnik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Lembar observasi, Catatan di lapangan / pada waktu melakukan tindakan,

Lembar pedoman wawancara, Lembar penilaian individu setelah mengikuti

pembelajaran. Untuk mendapatkan data yang valid maka data yang terkumpul

harus dianalisa, yang dikembangkan selama proses refleksi sampai proses

penyusunan laporan. Tehnik analisa data yang digunakan adalah model alur,

yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Milles & Huberman

1989 dalam Aqib, 2007).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan sejak tahun 2002, dibawah

yayasan pendidikan Oxford Course Indonesia ini memiliki lingkungan fisik cukup

baik, hal ini diamati dari cara mengatur dan memelihara ruang kelas, ruang-ruang

kerja, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lain seperti toilet, mushola, dan

kantin. Kerapian dan kebersihan ruang kelas selalu diperhatikan setiap hari.

Ditinjau dari kuantitas dan kualitas guru, SMP Prawira Marta Kartasura

mempunyai 15 orang guru dan karyawan, dengan 9 orang berstatus pegawai tetap,

5 orang berstatus guru tidak tetap dan 1 orang tenaga administrasi. Sebagian besar

guru telah mempunyai pengalaman mengajar selama kurang lebih 6 tahun.

Keadaan ruang kelas di SMP Prawira Marta Kartasura ini secara

kuantitas ada 3 kelas yang terdiri kelas VII sebanyak 1 kelas, kelas VIII sebanyak

1 kelas sedangkan kelas IX sebanyak 1 kelas. Rata-rata banyak siswa setiap kelas

ada 25-35 orang anak. Dan ruangan-ruangan lainnya antara lain: kantor kepala

sekolah, kantor guru, tata usaha yang menjadi satu ruang, perpustakaan yang

menjadi bagian dari SMA dan SMK, masjid, gudang, kamar mandi, dan tempat

Page 10: 02.Naskah Publikasi 2

7  

parkir sepeda / motor. SMP Prawira Marta Kartasura memiliki Visi dan Misi.

Visi, “Lebih Tangguh dan Religius”. Misi, 1) Bertakwa kepada Allah SWT, 2)

Mengoptimalkan dalam KBM, 3) Meningkatkan pengembangan diri, 3) Layanan

bimbingan konseling, 4) Tanggap dan Cerdas dalam menerima perubahan. SMP

Prawira Marta Kartasura juga memiliki beberapa kegiatan ekstrakurikuler

diantaranya: Pramuka, Seni Tari, BTA, Band, Teater, Olahraga, Musik,

Conversation, Mading, Pengembangan diri.

Dengan berbagai kegiatan ekstrakurikuler tersebut diharapkan siswa bisa

berprestasi di bidangnya masing-masing dan untuk meningkatkan prestasi siswa

di SMP Prawira Marta Kartasura. Dalam observasi peneliti memperoleh catatan

mengenai kondisi kelas dan belajar IPS siswa kelas VIII. Proses pembelajaran

serta cara mengajar guru masih menggunakan model ceramah dan tanya jawab.

Data dan hasil observasi yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan, data

kondisi awal aktivitas belajar menunjukkan presentasi 15,28%. Data yang

diperoleh dapat dijelaskan bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah yaitu

15,28%. Dari kondisi itu maka perlu diadakan suatu tindakan untuk mengatasi

kondisi tersebut. Data hasil dari observasi yang diperoleh, peneliti mengamati cara

mengajar guru sebelum pelaksanaan tindakan, didapatkan kesimpulan bahwa guru

menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah

dilanjutkan tanya jawab. Penggunaan model pembelajaran satu arah dan

pembelajaran hanya terpusat pada guru mengakibatkan siswa kurang mandiri

dalam belajar, sehingga mengakibatkan aktivitas belajar siswa yang rendah.

Dengan kondisi yang seperti ini, maka peneliti menawarkan untuk

menggunakan model pembelajaran Make a Match guna untuk meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Penerapan model pembelajaran

Make a Match diharapkan mampu mengatasi kondisi ini dan mampu

meningkatkan aktivitas belajar IPS. Alasan dipilihnya model pembelajaran Make

a Match karena teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai

suatu konsep atau topik, dalam suatu yang menyenangkan. Dengan demikian

aktiviats belajar siswa juga akan lebih meningkat.

Page 11: 02.Naskah Publikasi 2

8  

Pada awal pelaksanaan siklus I peneliti menemukan banyak hambatan

dalam penerapan model pembelajaran Make a Match. Suasana pembelajaran tidak

dapat dikendalikan karena sebagian siswa membuat gaduh saat proses belajar dan

sebagian siswa masih bingung dengan langkah-langkah dalam model

pembelajaran Make a Match, namun hambatan tersebut mendorong peneliti untuk

terus berusaha membuat siswa paham dengan apa yang diterapkan oleh peneliti.

Hasil yang diperoleh setelah dilaksanakan tindakan menyatakan bahwa aktivitas

siswa dalam pembelajaran IPS masih belum mencapai indikator >85%. Pada

siklus I ini diperoleh rata-rata aktivitas siswa adalah sebesar 51,17 % dari 34

siswa, maka tindakan siklus II perlu dilakukan.

Uji Validitas, hasil tanggapan siswa terhadap penerapan model

pembelajaran Make a Match. Data yang diperoleh pada siklus I berupa data

aktivitas belajar siswa serta data observasi terhadap guru hasilnya dilakukan cros

chek untuk mengetahui kevalidan data yang diperoleh. Cros chek dilakukan antara

pelaksana tindakan sebagai observer dan siswa. Cros chek dengan observasi

dilaksanakan dengan lembar berupa lembar aktivitas belajar siswa siklus I.

Sedangkan cros chek yang dilakukan terhadap siswa yang dilaksanakan dengan

menggunakan lembar tanggapan siswa siklus I dan dari hasil cros chek didapatkan

hasil yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh pada

siklus I valid.

Tindakan kelas siklus II dilaksanakan setelah siklus I selesai

dilaksanakan. Pada tahap ini kemungkinan ada perubahan yang merupakan

perbaikan hasil evaluasi dari pelaksanaan siklus I.  Dalam pelaksanaan siklus II

siswa terlihat antusias dalam melaksanakan model pembelajaran Make a Match,

hal ini terlihat dalam kesiapan siswa dalam menerima pelajaran. Dalam

pelaksanaan siklus II aktivitas siswa lebih meningkat dibandingkan siklus I.

Perubahan demikian bisa dilihat dengan adanya peningkatan aktivitas dalam

proses pembelajaran. Sebagian besar siswa aktif mengajukan pertanyaan,

mengemukakan pendapat, dan menjawab pertanyaan. Hasil siklus II yang

diperoleh setelah dilaksanakan tindakan menyatakan bahwa aktivitas siswa

Page 12: 02.Naskah Publikasi 2

9  

mengalami peningkatan daripada siklus I, ini diperoleh rata-rata aktivitas siswa

sebesar 85,30% dari 34 siswa, maka siklus III tidaklah perlu dilakukan.

Pada proses pembelajaran siklus II tersebut mengalami peningkatan

dikarenakan peneliti sebelumnya menjelaskan lebih rinci dan belajar dari

pengalaman mengajar pada siklus I mengenai langkah-langkah penggunaan model

dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini peneliti melakukan perbaikan langkah-

langkah pembelajaran yang dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan siklus II ini tidak

menemui hambatan yang berarti. Hal tersebut terbukti pada saat penggunaan

model pembelajran Make a Match siswa cenderung lebih aktif jika dibandingkan

dengan pelaksanaan siklus I.

KESIMPULAN

Dari penelitian yang dilakukan dengan dua siklus dimana tiap siklus

dilakukan dalam dua kali pertemuan yang bertujuan untuk memperoleh data

peningkatan aktivitas dalam pembelajaran IPS siswa. Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa sebelum tindakan diperoleh rata-rata tingkat aktivitas siswa

sebesar 15%. Pada siklus I tingkat rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi

51,17%. Rata-rata aktivitas meningkat 36,17%. Pada siklus II tingkat rata-rata

aktivitas meningkat menjadi 85,30%. Rata-rata aktivitas siswa dari siklus I ke

siklus II meningkat menjadi 34,13%. Hal ini berarti peningkatan aktivitas siswa

mencapai indikator pencapaian yakni 85%.

Berdasarkan data hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tersebut maka

dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Make a Match

dapat meningkatkan aktivitas dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII SMP

Prawira Marta Kartasura Tahun Ajaran 2013/2014. Hal ini karena model

pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) mengandung

unsur permainan sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara

kognitif maupun fisik.

Page 13: 02.Naskah Publikasi 2

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/Mts. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sanjaya, Wina.. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2012. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zainal Aqib. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.