02_daerah terdampak banjir di bandung

26
LAPORAN MATA KULIAH TEKNOLOGI KEBUMIAN DAERAH TERDAMPAK BANJIR DI BANDUNG Dosen : Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo ,DEA., DESS. Oleh : Hamidatul Aminah (3515100043) TANGGAL PELAKSANAAN 13-19 Maret 2016 Jurusan Teknik Geomatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ph. 031-5929487 i

Upload: hamida-id

Post on 08-Jan-2017

143 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

LAPORAN

MATA KULIAH TEKNOLOGI KEBUMIAN

DAERAH TERDAMPAK BANJIR DI BANDUNG

Dosen :

Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo ,DEA., DESS.

Oleh :

Hamidatul Aminah (3515100043)

TANGGAL PELAKSANAAN13-19 Maret 2016

Jurusan Teknik Geomatika

Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Ph. 031-5929487

2016

i

Page 2: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Kata PengantarPuji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyeleaikan laporan praktikum “Teknologi Kebumian” ini dalam waktu yang ditentukan. Shalawat dan salam selalu tteercurahkan tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Laporan dengan judul “Daerah Terdampak Banjir di Bandung” ini tersusun atas hasil surfing internet. Tujuan dari laporan ini untuk memberikan informasi tentang kondisi dan daerah yang terkena banjir di kota Bandung.

Saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Pr Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo ,DEA., DESS. Selaku dosen Teknologi Kebumian.

Laporan ini memiliki beberapa kekurangan, kitik dan saran sangat membantu dalam pengembangan teknik penulisan saya.

Surabaya, 19 Maret 2016

Penulis

ii

Page 3: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Daftar Isi

Halaman Judul..........................................................................................................i

Kata Pengantar.........................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

Bab I Pendahuluan..................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.........................................................................................5

1.2 Rumusan masalah.....................................................................................5

1.3 Tujuan......................................................................................................5

1.4 Manfaat....................................................................................................6

Bab II Dasar Teori...................................................................................................6

2.1 Teknologi Kebumian................................................................................6

2.2 Banjir.......................................................................................................6

Bab III Isi................................................................................................................9

3.1 Sejarah Kota Bandung..............................................................................9

3.2 Kondisi Geografis..................................................................................11

3.3 Sistem Drainase......................................................................................14

3.4 Bencana banjir Maret 2016....................................................................16

iii

Page 4: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

iv

Page 5: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kondisi Bumi saat ini tidak sama dengan satu abad yang lalu dimana

alam masih tampak hijau dan polusi yang masih minim. Saat ini, keadaan di

Bumi tidak stabil sehingga banyak terjadi bencana di beberapa tempat.

Mahasiswa Teknik Geomatika dituntut untuk dapat menganalisis

penyebab dan solusi dari bencana alam yang terjadi di Bumi. Salah satu

bencana yang sering terjadi pada musim penghujan adalah Banjir.

Dengan adanya penelitian ini Mahasiswa diharapkan dapat melakukan

analisis terhadap daerah – daerah rawan bencana banjir dan menyimpulkan

sebuah solusi sebagai penanggulangannya. Dalam hal ini, ilmu dan

teknologi kebumian dibutuhkan sebagai pedoman untuk penelitian.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah yang terdapat dalam

laporan ini,antara lain :

1. Bagaimana sejarah kota Bandung ?

2. Bagaimana Kondisi Geografis di kota Bandung ?

3. Bagaimana Kondisi dari sistem drainase di kota Bandung ?

4. Apa penyebab bencana banjir di Bandung pada Maret 2016 ?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan, maka tujuan dari

penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengetahui sejarah dari kota Bandung.

2. Mahasiswa dapat memahami kondisi geografis di kota Bandung.

3. Mahasiswa mengetahui sistem drainase di kota Bandung.

5

Page 6: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

4. Mahasiswa dapat menyimpulkan penyebab dari banjir yang melanda

kota Bandung.

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari laporan penelitian ilmu kebumian ini,

antara lain :

1. Mahasiswa mampu untuk menentukan wilayah/daerah rawan banjir

di suatu daerah.

2. Mahasiswa dapat menemukan solusi untuk mencegah dan

menanggulangi banjir di suatu daerah.

3. Mahasiswa memahami pentingnya peduli terhadap lingkungan

sekitar dengan menjaga alam.

Bab II Dasar Teori

2.1 Teknologi Kebumian

Teknologi kebumian adalah suatu ranah ilmu pengetahuan terapan yang

mencakup pemberian informasi mengenai permukaan bumi dengan berbagai

metode seperti fotogrametri, citra satelit, pengukuran terestris, hidrografi,

toponimi.

Dalam hal ini saya akan menjelaskan lebih lanjut tentang kawasan

daerah rawan bencana banjir di kota Bandung. penyebab dari bencana tersebut

akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian isi dalam laporan ini

2.2 Banjir

Banjir merupakan peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang

berlebihan merendam daratan. Di Uni Eropa mengartikan banjir sebagai

perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.

6

Page 7: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.

Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau

yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan

alaminya.

Banjir dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas

saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan

rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski

kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan

badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari

nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang

lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah

bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat

banjir periodik.

Banjir tidak hanya diakibatkan oleh kapasitas curah hujan yang tinggi,

namun ada beberapa penyebab lain, yakni sebagai berikut :

1. Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas

saluran sungai. Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi

tropis, angin luar dan hujan panas yang mempengaruhi salju. Rintangan

drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-puing dapat

mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.

2. Banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau

pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang

bendungan, tanah longsor, atau gletser.

3. Penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai

akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.

4. Badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurricane..

Banjir badai akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam

kategori ini.

7

Page 8: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

5. Peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain

seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi.

6. Kerusakan tak disengaja oleh pekerja terowongan atau pipa.

7. Pengelolaan tata ruang yang salah. Hal ini menyebabkan air tidak

mudah terserap atau lambat mengalirnya, sehingga debit air cepat

meningkat atau lebih banyak yang tertahan daripada yang tersalurkan

ataupun yang terserap.

8. Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian.

Sedimen kemudian terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi

tetap atau penumpukan dasar sungai. Endapan lumpur mudah diketahui

ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur adalah proses

lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan

pergerakan massal.

9. Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya

akibat hujan) dan tidak dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah

atau penguapan rendah).

Dampak dari banjir dengan beberapa penyebab yang telah disebutkan

diatas berupa : dampak primer, sekunder, dan tersier. Dampak primer

menyebkan kerusakan fisik, seperti : infrastruktur suatu tempat, bangunan,

kanal, dll. Dampak sekunder berpengaruh terhadap ketersedian air dan pangan,

kondisi pertanian, kondisi tanaman dan pohon, serta transportasi sekitar. Selain

itu, juga penyakit yang muncul saat dan setelah banjir terjadi. Terakhir, dampak

tersier yang mempengaruhi kondisi ekonomi suatu daerah, misalnya :

penurunan jumlah wisatawan, biaya pembangunan kembali, kelangkaan

makanan yang mendorong kenaikan harga, dll.

8

Page 9: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Bab III Isi

3.1 Sejarah Kota Bandung

Kata Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan karena

terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang

lalu membentuk telaga. Legenda yang diceritakan oleh orang-orang tua di

Bandung mengatakan bahwa nama Bandung diambil dari sebuah kendaraan

air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut

perahu bandung yang digunakan oleh Bupati Bandung, R.A.

Wiranatakusumah II, untuk melayari Ci Tarum dalam mencari tempat

kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama di

Dayeuhkolot.

Berdasarkan filosofi Sunda, kata Bandung juga berasal dari kalimat

Nga-Bandung-an Banda Indung, yang merupakan kalimat sakral dan luhur

karena mengandung nilai ajaran Sunda. Nga-Bandung-an artinya

menyaksikan atau bersaksi. Banda adalah segala sesuatu yang berada di

alam hidup yaitu di bumi dan atmosfer, baik makhluk hidup maupun benda

mati. Sinonim dari banda adalah harta. Indung berarti Ibu atau Bumi,

disebut juga sebagai Ibu Pertiwi tempat Banda berada.

Dari Bumi-lah semua dilahirkan ke alam hidup sebagai Banda. Segala

sesuatu yang berada di alam hidup adalah Banda Indung, yaitu Bumi, air,

tanah, api, tumbuhan, hewan, manusia dan segala isi perut bumi. Langit

yang berada di luar atmosfir adalah tempat yang menyaksikan, Nu Nga-

Bandung-an. Yang disebut sebagai Wasa atau SangHyang Wisesa, yang

berkuasa di langit tanpa batas dan seluruh alam semesta termasuk Bumi.

Jadi kata Bandung mempunyai nilai filosofis sebagai alam tempat segala

makhluk hidup maupun benda mati yang lahir dan tinggal di Ibu Pertiwi

yang keberadaanya disaksikan oleh yang Maha Kuasa.

9

Page 10: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Kota Bandung secara geografis memang terlihat dikelilingi oleh

pegunungan, dan ini menunjukkan bahwa pada masa lalu kota Bandung

memang merupakan sebuah telaga atau danau. Legenda Sangkuriang

merupakan legenda yang menceritakan bagaimana terbentuknya danau

Bandung, dan bagaimana terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu, lalu

bagaimana pula keringnya danau Bandung sehingga meninggalkan

cekungan seperti sekarang ini. Air dari danau Bandung menurut legenda

tersebut kering karena mengalir melalui sebuah gua yang bernama

Sangkyang Tikoro.

Daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah

Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat

berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk

pemukiman.

Kota Bandung mulai dijadikan sebagai kawasan pemukiman sejak

pemerintahan kolonial Hindia-Belanda, melalui Gubernur Jenderalnya

waktu itu Herman Willem Daendels, mengeluarkan surat keputusan tanggal

25 September 1810 tentang pembangunan sarana dan prasarana untuk

kawasan ini. Dikemudian hari peristiwa ini diabadikan sebagai hari jadi

kota Bandung.

Kota Bandung secara resmi mendapat status gemeente (kota) dari

Gubernur Jenderal J.B. van Heutsz pada tanggal 1 April 1906[11] dengan luas

wilayah waktu itu sekitar 900 ha, dan bertambah menjadi 8.000 ha pada

tahun 1949, sampai terakhir bertambah menjadi luas wilayah saat ini.[12]

Pada masa perang kemerdekaan, pada 24 Maret 1946, sebagian kota ini

dibakar oleh para pejuang kemerdekaan sebagai bagian dalam strategi

perang waktu itu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api

dan diabadikan dalam lagu Halo-Halo Bandung. Selain itu kota ini

10

Page 11: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

kemudian ditinggalkan oleh sebagian penduduknya yang mengungsi ke

daerah lain.

3.2 Kondisi Geografis

Secara geografis, Kota Bandung terletak pada koordinat 107º 36’ Bujur

Timur dan 6º 55’ Lintang Selatan dengan luas wilayah sebesar 16.767 hektar.

Wilayah Kota Bandung dilewati oleh 15 sungai sepanjang 265,05 km, dengan

sungai utamanya yaitu Sungai Cikapundung yang mengalir ke arah selatan dan

bermuara ke Sungai Citarum.

Secara administratif, Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat

berbatasan dengan beberapa daerah kabupaten/kota lainnya, yaitu:

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten

Bandung Barat;

11

Page 12: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

2) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat dan Kota

Cimahi;

3) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bandung; dan

4) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bandung.

Luas wilayah Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya

Daerah Tingkat II Bandung Nomor 10 Tahun 1989 tentang Perubahan Batas

Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung yang merupakan tindak lanjut

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1987 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung dengan

Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, adalah 16.729,65 Ha. Luas tersebut

merupakan perubahan terakhir dari luasan sebelumnya, yaitu:

1) 1.922 Ha (tahun 1906–1917)

2) 2.871 Ha (tahun 1917–1942)

3) 5.413 Ha (tahun 1942–1949)

4) 8.098 Ha (tahun 1949–1987)

Wilayah Kota Bandung tersebut dibagi menjadi beberapa wilayah

administratif, yang terdiri atas:

1) 30 Kecamatan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Camat,

2) 151 Kelurahan yang masing-masing dikepalai oleh seorang Lurah,

3) 1.561 Rukun Warga (RW) dan 9.691 Rukun Tetangga (RT).

Secara topografis, bentuk bentang alam Kota Bandung merupakan

cekungan yang dikelilingi perbukitan di bagian Utara dan dataran di bagian

Selatan, yang terletak pada ketinggian antara 675 m - 1.050 m di atas

12

Page 13: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

permukaan laut (dpl). Dimana titik tertinggi berada di daerah utara dengan

ketinggian 1.050 m dpl dan titik terendah di sebelah selatan dengan ketinggian

675 m dpl. Di wilayah Kota Bandung bagian selatan permukaan tanahnya

relatif datar, sedangkan di bagian utara permukaan tanahnya berbukit-bukit

sehingga menjadi panorama yang indah. Sebagai ibukota provinsi Jawa Barat,

Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya karena

berada pada lokasi yang sangat strategis bagi perekonomian nasional. Kota

Bandung terletak pada pertemuan poros jalan utama di Pulau Jawa, yaitu:

1) Barat – Timur, pada posisi ini Kota Bandung menjadi poros tengah yang

menghubungkan antara Ibukota Provinsi Banten dan Jawa Tengah.

2) Utara – Selatan, selain menjadi penghubung utama ibukota negara dengan

wilayah selatan, juga menjadi lokasi titik temu antara daerah penghasil

perkebunan, peternakan, dan perikanan.

.Dilihat dari aspek geologisnya, kondisi tanah Kota Bandung sebagian besar

merupakan lapisan aluvial hasil letusan Gunung Tangkuban Perahu. Jenis

material di bagian utara umumnya merupakan jenis andosol, sedangkan di

bagian selatan serta timur terdiri atas sebaran jenis aluvial kelabu dengan bahan

endapan liat. Di bagian tengah dan barat tersebar jenis tanah andosol. Iklim kota

Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan sejuk, dengan

suhu rata-rata 23.5 °C, curah hujan rata-rata 200.4 mm dan jumlah hari hujan

rata-rata 21.3 hari per bulan. Namun, beberapa tahun terakhir kondisi suhu rata-

rata udara Kota Bandung cenderung mengalami peningkatan yang disebabkan

oleh peningkatan sumber polutan dan dampak dari perubahan iklim serta

pemanasan global (global warming).

Seiring dengan meningkatnya berbagai aktifitas kegiatan/usaha yang

terdapat di Kota Bandung maka hal tersebut dapat meningkatkan kegiatan atau

usaha yang dapat merubah kehidupan ekosistem lingkungan hidup yang ada.

13

Page 14: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

Hasil negatif yang diterima oleh lingkungan sekitar kegiatan usaha dapat berupa

pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan lahan atau tanah, dan

meningkatnya pengaduan masyarakat terkait adanya dugaan pencemaran dan

atau perusakan lingkungan hidup.

3.3 Sistem Drainase

Secara umum sistem drainase di Kota Bandung terbagi menjadi 2 (dua)

bagian, yaitu drainase makro dan drainase mikro. Saluran pembuangan makro

adalah saluran pembuangan yang secara alami sudah ada di Kota Bandung,

yang terdiri dari 15 sungai sepanjang 265,05 km. Saluran pembuangan mikro

adalah saluran yang sengaja dibuat mengikuti pola jaringan jalan. Namun,

sekitar 30% ruas jalan belum memiliki saluran drainase sehingga beberapa

daerah menjadi rawan banjir dan genangan.

Penyebab terjadinya daerah rawan banjir adalah karena tertutupnya street

inlet oleh beberapa aktivitas sehingga air hujan tidak bisa masuk ke dalam

saluran drainase, adanya pendangkalan di beberapa bagian saluran, konstruksi

drainase yang tidak sesuai dengan kebutuhan di lapangan, serta pengalih-

fungsian lahan dari kondisi alami menjadi lahan dengan fungsi komersil seperti

pertokoan, mall, jalan, perumahan, dan lain-lain sehingga tutupan lahan pun

berubah yang meningkatkan debit limpasan.

Selain itu, perubahan iklim dan peningkatan frekuensi dan variabilitas

Iklim memberikan dampak yang signifikan terhadap kota Bandung. Meskipun

dampak yang dirasakan tidak sebesar kota-kota di kawasan pesisir pantai,

perubahan iklim juga meningkatkan kerentanan wilayah di kota Bandung

terhadap ancaman bencana seperti banjir akibat hujan yang berkepanjangan dan

menyebabkan longsor di beberapa lokasi sehingga berdampak pada terputusnya

jaringan transportasi jalan yang ada. Tantangan yang dihadapi adalah

bagaimana sistem dan disain jaringan jalan, sistem drainase dan pengendalian

14

Page 15: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

banjir serta penerangan jalan umum di kota Bandung dirancang dan dibangun

dengan mempertimbangkan kekuatan dan ketahanannya terhadap dampak

perubahan iklim dan ancaman resiko bencana.

Peta diatas merupakan peta yang menjelaskan tentang tempat disekitar DAS

Citarum yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat irigasi dan air tanah.

Penanganan Daerah Aliran Sungai mulai dari bagian hulu hingga ke hilir

menjadi sangat penting dilakukan dengan melibatkan pemerintah daerah dan

para pemangku kepentingan lainnya. Daerah-daerah terbuka di Daerah Aliran

Sungai (DAS) harus sesegera mungkin untuk dihijaukan. Daerah Aliran Sungai

yang gundul akan menimbulkan tingkat sedimentasi yang tinggi pada sungai

dan akan mengakibatkan pengaliran air permukaan yang lebih cepat dan proses

konsentrasi air di sungai lebih singkat dengan debit aliran yang lebih besar.

Pengalihan guna lahan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi

aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak

bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air

15

Page 16: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai

pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup

banyak. Oleh karena itu, pembuatan saluran irigasi di sekitar DAS akan

membantu dalam penampungan air dan sebagai penyimpan air saat musim

kemarau yang membantu para petani sekitar.

3.4 Bencana banjir Maret 2016

Pada tanggal 12 Maret 2016, hujan mengguyur Kota Bandung

mengakibatkan Sungai Citarum kembali meluap sehingga banjir menggenangi

beberapa wilayah Bandung raya dengan ketinggian 80 cm – 3 meter. Ada 15

kecamatan yang tergenang dan sebanyak 24000 jiwa menerima dampak banjir

tersebut, namun hanya sekitar 3000 orang yang mengungsi. Laporan terbaru

juga mengatakan bahwa ada 2 orang meninggal akibat tersengat listrik dan

16

Page 17: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

terseret arus, serta 3 orang dilaporkan menghilang. Hingga hari Senin, 14 Maret

2016 kondisi banjir masih menggenang dan belum surut.

Peta diatas menunjukkan kawasan terdampak bencana di Kota Bandung

yang di keluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Peta

tersebut dapat diakses secara langsung di website resmi BNPB. Peta diatas tidak

menggunakan format yang sesuai dengan kaidah kartografi dasar. Selain itu,

komponen peta ada yang kurang, misalnya: Arah orientasi peta. Namun, masih

dapat dipahami oleh pembaca.

Mengenai kawasan rawan banjir, genangan banjir akibat air hujan atau

seringkali disebut banjir cileuncang terjadi karena air hujan yang tidak terserap

tanah kemudian menggenang, terkumpul di suatu tenpat dan tidak mengalir

karena elevasi lebih rendah dari sekitarnya. Kondisi ini disebabkan oleh:

1. Kurangnya kapasitas infrastruktur drainase mikro dan tidak

berfungsinyasaluran eksisting yang diakibatkan oleh penyempitan

saluran drainase dan sedimentasi

2. Pendangkalan dan penyempitan saluran drainase makro/sungai

17

Page 18: 02_Daerah terdampak banjir di Bandung

3. Saluran drainase jalan masih banyak yang lebih rendah daripada

permukaan sungai.

4. Belum terintegrasinya sistem drainase dari satu wilayah dengan wilayah

lainnya.

5. Naiknya koefisien aliran, akibat berkurangnya daerah resapan akibat

konversi penggunaan lahan di Kawasan Bandung Utara.

18