00. bab i 08 kelas

8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran di sekolah. Upaya dalam proses pembelajaran yang bertumpu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa , sebagai pembangun pengetahuan dan subjek transformasi belajar (Depdiknas, 2003). Kenyataannya, pembelajaran Biologi di sekolah lebih banyak mengajarkan siswa menghafal fakta-fakta dengan sedikit penekanan pada proses berpikir untuk membangun pengetahuan. Pembelajaran yang digunakan lebih banyak pada pemberian konsep yang sudah tertulis di buku dan Lembar Kerja Siswa (LKS), sehingga lebih menekankan pada hafalan daripada mencari dan membangun konsep sendiri. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa menjadi kurang 1

Upload: rizka-novitasari

Post on 23-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 00. BAB I 08 kelas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan yang berkualitas dapat dikembangkan melalui proses

pembelajaran di sekolah. Upaya dalam proses pembelajaran yang bertumpu

pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) berbasis kompetensi

adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, sebagai pembangun

pengetahuan dan subjek transformasi belajar (Depdiknas, 2003).

Kenyataannya, pembelajaran Biologi di sekolah lebih banyak mengajarkan

siswa menghafal fakta-fakta dengan sedikit penekanan pada proses berpikir

untuk membangun pengetahuan. Pembelajaran yang digunakan lebih banyak

pada pemberian konsep yang sudah tertulis di buku dan Lembar Kerja Siswa

(LKS), sehingga lebih menekankan pada hafalan daripada mencari dan

membangun konsep sendiri. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan siswa

menjadi kurang memahami konsep yang dipelajari karena tidak dapat

mengembangkan kemampuan kognitif yang dimilikinya.

Melatih kemampuan kognitif dibutuhkan kesadaran pada diri sendiri untuk

menilai kemampuan berpikir, yakni mengontrol proses kognitif yang dikenal

sebagai kemampuan metakognitif. Menurut Flavell (1976), metakognitif

merupakan sistem regulasi yang mencakup pengetahuan, pengalaman, tujuan,

dan strategi. Metakognitif penting dikembangkan untuk membantu siswa

menentukan bagaimana mereka dapat belajar lebih baik dalam memanfaatkan

sumber daya kognitif, dengan cara mempertajam kemampuan metakognitifnya.

1

Page 2: 00. BAB I 08 kelas

2

Menurut Sternberg (2006), seseorang yang memiliki kemampuan

metakognitif dapat mencari tahu bagaimana melakukan tugas tertentu atau

sejumlah pekerjaan, kemudian memastikan bahwa tugas atau pekerjaan tersebut

dapat dilakukannya dengan benar.

Hasil wawancara dengan guru Biologi dan siswa, serta pengalaman PPL,

ternyata pada kegiatan belajar kebanyakan siswa masih sulit memahami

konsep-konsep Biologi, khususnya di kegiatan praktikum materi sistem

ekskresi uji urin manusia. Menurut pendapat beberapa siswa, LKS yang

digunakan kurang memotivasi, sehingga siswa tidak dapat memunculkan ide-

ide dalam menemukan konsep yang tertulis pada LKS. Siswa juga tidak

mengenal prosedur berpikir ilmiah yang seharusnya dimilikinya, seperti

menentukan apa yang harus diamati dan membuat penjelasan yang lengkap

mengenai objek maupun peristiwa yang terjadi dalam kegiatan praktikum. Hal

ini menyebabkan siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan

metakognitifnya.

Salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan metakognitif tersebut,

yaitu memahami konsep dengan bantuan diagram Vee. Diagram Vee memiliki

bentuk “V”, terdiri dari sisi konseptual (berfikir) pada bagian kiri dan sisi

metodologis (bekerja) pada bagian kanan (Gowin, 1984). Kedua sisi secara

aktif berinteraksi membantu mengorganisir pengetahuan siswa dalam

memecahkan masalah yang menjadi fokus pertanyaan, dan secara langsung

berhubungan dengan peristiwa maupun objek yang diamati. Diagram Vee

memperlihatkan keterkaitan antara proses berpikir dengan kegiatan praktikum

yang dilakukan siswa.

Page 3: 00. BAB I 08 kelas

3

Penelitian yang dilakukan oleh Alvarez dan Risko (2007) mengenai

efektivitas penggunaan diagram Vee untuk membantu siswa dalam memahami

konsep sains, menunjukkan bahwa diagram Vee merupakan alat yang layak

dalam mempelajari struktur pengetahuan dan proses pembentukan pengetahuan

yakni kemampuan metakognitif siswa. Komponen dalam diagram Vee dapat

membentuk keterkaitan antara pengetahuan sebelumnya dengan pengetahuan

baru yang diperoleh siswa. Sebuah diagram Vee, dalam penelitian ini adalah

sarana visual terstruktur sebagai desain LKS untuk kegiatan praktikum pada

materi sistem ekskresi. Diagram Vee memfasilitasi siswa untuk berfikir kritis

dan bisa diterapkan sesudah siswa memahami konsep sistem ekskresi.

Materi sistem ekskresi merupakan materi yang mengajarkan tentang

konsep pengeluaran sisa metabolisme dalam tubuh oleh organ-organ ekskresi

seperti hati, ginjal, kulit, dan paru-paru. Materi ini bersifat faktual dan sangat

dekat dengan kehidupan sehari-hari. Namun juga besifat abstrak karena proses

ekskresi terjadi secara fisiologis di dalam tubuh, misalnya urin yang

diekskresikan oleh ginjal, mengandung air dan bahan terlarut seperti NaCl,

urea, asam urat, dan kreatinin. Untuk mengatahui kandungan zat dalam urin

dapat dilakukan suatu uji, misalnya mengetahui kandungan glukosa pada urin

dapat dengan uji benedict. Untuk memperoleh konsep tersebut siswa perlu

memahami proses dalam kegiatan praktikum yang dilakukannya.

Jadi dengan demikian untuk mendapatkan pemahaman mengenai materi

sistem ekskresi, dibutuhkan suatu desain praktikum yang dapat memfasilitasi

siswa dalam mengembangkan kemampuan metakognitif sehingga konsep

maupun prinsip sistem ekskresi yang diharapkan dapat tercapai.

Page 4: 00. BAB I 08 kelas

4

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang

mengembangkan LKS metakognitif berbasis diagram Vee untuk kegiatan

praktikum pada materi sistem eksresi di SMA.

B. Rumusan Masalah

Beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kelayakan LKS metakognitif berbasis diagram Vee pada

materi sistem ekskresi yang dikembangkan?

2. Bagaimanakah kemampuan metakognitif siswa sebelum dan sesudah

menggunakan LKS metakognitif berbasis diagram Vee pada materi sistem

ekskresi yang dikembangkan?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan LKS metakognitif

berbasis diagram Vee pada materi sistem ekskresi yang dikembangkan?

4. Bagaimanakah respon siswa terhadap LKS metakognitif berbasis diagram

Vee pada materi sistem ekskresi yang dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan LKS metakognitif berbasis

diagram Vee yang layak untuk mengetahui hasil belajar dan respon siswa pada

materi sistem ekskresi manusia di SMA.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Memiliki LKS metakognitif berbasis diagram Vee yang layak digunakan

pada materi sistem ekskresi manusia.

Page 5: 00. BAB I 08 kelas

5

2. Membantu memotivasi siswa melatih kemampuan metakognitif, khususnya

pada kegiatan praktikum.

E. Pembatasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan pada materi sistem eksresi

manusia adalah uji urin.

2. Penelitian diujicobakan pada siswa kelas XI-IPA di SMA Negeri 16

Surabaya, dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan tiga kali tatap

muka dengan siswa.