· web viewuntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan...

22

Click here to load reader

Upload: lynhu

Post on 24-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Contoh pendekatan Objektif

OBJEKTIVITAS TOTI TJITRAWASITA DALAM CERPEN

SURABAYA PENDAHULUAN

Kenyataan atau realitas dalam hidup dan fiksional atau rekaan adalah dua hal yang

berbeda. Kenyataan menggambarkan keadaan yang sebenarnya yang dialami dan dilakukan

oleh manusia, sedangkan rekaan atau fiksionalitas adalah daya imajinasi atau khayalan dari

seorang. Tetapi, kedua hal tersebut menjadi satu di dalam karya sastra. Dalam karya sastra,

kenyataan dan fikisionalitas merupakan dua hal yang saling melengkapi dan menjadikan

karya sastra menarik untuk dibaca.

Karya sastra merupakan hasil cipta kreatif dari pengarang, lahir dari proses

perenungan dan penjelajahan yang muncul dari realitas kehidupan masyarakat. Melalui karya

sastra, pengarang berusaha mengungkapkan nilai-nilai kehidupan yang ada dalam

masyarakat. Hal ini dikarenakan pengarang merupakan bagian dari masyarakat yang hidup

dan mengalami berbagai macam kegiatan dan kehidupan dalam bermasyarakat. Pengarang

menangkap realitas dan nilai-nilai masyarakat kemudian secara kreatif mengolah,

mengeidelisasi, dan mengekspresikan dalam bentuk karya sastra.

Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dituangkan dalam sebuah bentuk

keindahan. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam

dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang

mempesona (Sumardjo dan Saini, 1997: 2-3). Seorang sastrawan akan melahirkan sebuah

karya sastra jika memang ia ingin mengekspresikan gagasannya dan kegelisahannya terhadap

kemasyarakatan dan kebudayaan (Jurnal Bogor, 2009).

Karya sastra merupakan dunia baru yang diciptakan oleh pengarang. Dunia baru yang

merupakan gabungan dari realitas sosial yang ada dalam lingkungan pengarang maupun dari

luar lingkungan pengarang dengan daya imajinasi pengarang dalam mengungkapkan pikiran

dan keinginannya. Dapat dikatakan bahwa sastra tidak terlahir dari kekosongan, tetapi sastra

lahir dari tanggapan diri pengarang ketika kesadarannya bersentuhan dengan kenyataan.

Pengalaman dan refleksi batin atas hal tersebut terlahir dalam karya sastra (Najid, 2003:9).

Sastra tidak hanya lahir dari kekosongan. Sastra adalah gambaran kehidupan yang ada

di sekitar kita karena sastra adalah cerminan masyarakat. Sastra adalah dunia kecil yang

diciptakan oleh pengarang yang di dalamnya terdapat masalah-masalah kehidupan yang

Page 2:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

bersumber dari realitas sosial atau kehidupan lingkungan sosial yang ada di alam pikiran

pengarang maupun yang dilihat oleh pengarang. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan

oleh Damono dalam Najid (2003:9) bahwa sastra adalah cermin kehidupan. Sastra merupakan

kristalisasi nilai dan pengalaman hidup. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan

kehidupan adalah kenyataan budaya.

Dalam menciptakan karya sastra, pengarang tidak hanya menonjolkan daya

imajinasinya saja. Tetapi, pengarang harus bisa menggabungkan daya pikir yang dia miliki

dengan kenyataan sosial yang ada yang merupakan sumber penulisan menjadi sebuah karya

sastra yang bermutu, karya sastra yang bisa memberikan gambaran kepada masyarakat

tentang kehidupan dan permasalahannya. Hal ini dikarenakan karya sastra tidak hanya

bertujuan menghibur saja tetapi juga bermanfaat. Melalui karya sastra, pembaca dapat

memikirkan masalah yang ada dalam kehidupannya sehingga pembaca mampu memilah

mana hal yang baik dan mana yang jelek.

Dalam mencipta karya sastra, proses kreatif seorang pengarang dengan pengarang

lain pastilah berbeda. Setiap sastrawan memiliki proses kreatif tersendiri, ada yang

menceritakan diri dalam karyanya dan ada pula yang mengeskpresikan idenya tanpa harus

melibatkan atau menceritakan dirinya dalam karya tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat

Wellek dan Warren (1989:85) bahwa ada dua tipe penyair yaitu tipe yang objektif dan tipe

yang subjektif. Tipe objektif adalah tipe pengarang yang mampu membuat negasi, terbuka

pada dunia, dan penhilangan identitas diri pengarang. Sebaliknya tipe subjektif adalah tipe

pengarang yang selalu ingin memamerkan kepribadiannya, memotret diri, menyampaikan

pengakuan dan menyatakan dirinya.

Salah satu karya sastra itu adalah cerpen. Cerpen merupakan salah satu bentuk karya

sastra yang menggambarkan gambaran hidup manusia dengan liku-liku yang ada di

dalamnya. Cerpen menggambarkan semuanya dengan kompleks dan sebagai aktualisasi dari

gejolak jiwa pengarang yang bergelut dengan dunia sastra dan akan terus menciptakan karya

sastra sebagai bagian dari penggambarannya terhadap kehidupan dan realitas sosial yang ada

di masyarakat.

Hal ini seperti terlihat dalam cerpen “Surabaya” karya Toti Tjitrawasita dalam Dua

Kelamin bagi Midin (Cerpen KOMPAS Pilihan 1970-1980). Cerpen tersebut menceritakan

perjalanan seorang nenek untuk bertemu dangan anak dan cucunya yang ada di Surabaya

dengan penuh perjuangan. Dalam perjalanan untuk bertemu dengan anak dan cucunya, nenek

Soma mengalami berbagai pengalaman hidup yang menyakitkan yang menjadikannya

sebagai wanita yang tangguh dan kuat dalam menjalani hidup. Dengan melihat situasi di atas

Page 3:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

dan melihat isi dari cerpen “Surabaya” karya Toti Tjitrawasita, pembahasan yang dilakukan

adalah tentang objektivitas pengarang dalam cerpen tersebut.

PEMBAHASAN

Objektivitas Pengarang dalam Cerpen “Surabaya” karya Toti Tjitrawasita

1. Penggambaran Suasana Pedesaan dan Perkotaan

Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra menjadi media yang tepat untuk

melihat dan mengetahui realitas sosial dan kenyataan yang ada dalam masyarakat. Hal itu

juga terdapat dalam cerpen “Surabaya” karya Toti Tjitrawasita. Cerpen tersebut merupakan

salah satu cerpen yang berisi berbagai macam realitas sosial yang ada dalam masyarakat.

Mulai dari realitas sosial yang ada di pedesaan sampai realitas sosial yang ada di perkotaan.

Pedesaan dan perkotaan adalah dua hal yang berbeda. Dalam kehidupan yang ada di

pedesaan, kerukunan dan kebersamaan menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam

kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Hal ini terlihat dari kutipan yang ada di bawah ini:

“Kabar tersebut lantas pecah dan berputar ramai di sumber tempat mereka saling bertemu. Dari mulut ke mulut, tersebar ke seluruh dusun yang kecil itu. Beberapa malah datang ke gubuknya, menunjukkan rasa syukur sambil menyisipkan sekeping rezeki di kutang mbok Soma...” (Tjitrawasita dalam Kompas, 2003:251).

Dalam kutipan di atas, pengarang melihat bagaimana gambaran pedesaan kemudian

melikiskannya digabubgkan dengan daya imajinasi yang dia peroleh sehingga terciptalah

gambaran pedesaan dalam cerpen tersebut. Dalam kutipan di atas, terlihat jelas bagaimana

keadaan yang ada dalam masyarakat pedesaan. Kabar tentang akan berangkatnya mbok Soma

ke Surabaya untuk menjenguk anak dan cucunya tersebar ke orang-orang dalam dusun itu.

Mereka tidak hanya membicarakannya saja tetapi juga bersimpati dengan mendatangi rumah

mbok Soma meskipun tidak memberikan apa-apa, tetapi ada beberapa yang memberikan

uang saku untuk bekal selama dalam perjalanan ke Surabaya. Hal ini sampai sekarang juga

masih bisa kita temui dalam kehidupan bermasyarakat yang ada di pedesaan-pedesaan

meskipun cerpen itu ditulis di tahun 1970-an.

Dalam kehidupan bermasyarakat di pedesaan, tegur sapa dan berbincang-bincang

merupakan salah satu ciri khas yang ada di pedesaan. Bahan pembicaraan pun tidak hanya

masalah yang besar dan rumit, masalah kecil pun bisa menjadi bahan pembicaraan dalam

berbagai kegiatan yang mereka lakukan. Hal tersebut tercermin dari kutipan di bawah ini:

“.... Satu-satunya pendukung kehidupan, terletak pada satu-satunya sumber yang merupakan pusat kegiatan di dusun itu. Segala kasak-kusuk, bisik kerling, sampai ke

Page 4:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

isu politik, seluruhnya bermula di tempat yang sama...” (Tjitrawasita dalam Kompas, 2003:249).

Kutipan di atas memperlihatkan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan di salah

satu tempat yang merupakan pusat kegiatan di dusun tersebut, yaitu sumber air yang ada di

pedesaan tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan antara lain adalah membicarakan

masalah yang mereka hadapi meskipun itu hanya membicarakan orang lain sampai pada

masalah besar yang ada dalam kehidupan yang mereka jalani. Dalam kehidupan di pedesaan,

kerukunan dan kebersamaan dan saling mambantu adalah kegiatan yang tidak bisa dilepaskan

dari kehidupan mereka.

Situasi dan kehidupan bermasyarakat yang sulit kita lihat dalam kehidupan

masyarakat di perkotaan. Kehidupan masyarakat perkotaan lebih cenderung individu dan

acuh kepada orang lain. Situasi tersebut dapat dilihat dari kutipan di bawah ini:

“ Tak ada keramahan yang menyambutnya, setiap kali ia berhenti untuk menentramkan hatinya, setiap kali orang bergumam dan menggusur tempatnya.. (Tjitrawasita dalam kompas, 2003:252).

Kutipan tersebut memperlihatkan keadaan dan situasi yang ada di Surabaya ketika mbok

Soma tiba di Surabaya tepatnya di Stasiun Pasar Turi. Ketika dia datang dan menginjakkan

kakinya di Surabaya, ketidakramahan yang dia terima. Dia ingin beristirahat sebentar saja,

tetapi dia selalu tergusur dan tergeser oleh penduduk yang ada di tempat tersebut. Mereka

menganggap mbok Soma tidak ada meskipun dia adalah seorang nenek tua yang hanya ingin

bertemu dengan anak dan cucunya. Selain itu banyak orang yang mencibir dan mengejek si

nenek yang hanya akan menjadi sampah di kota yang besar ini yaitu kota Surabaya.

2. Penggambaran Kehidupan di Kota Surabaya

Dalam cerpen ini, sang pengarang yaitu Toti Tjitrawasita menggambarkan kehidupan

yang ada di kota Surabaya berawal dari kedatangan Mbok Soma di Surabaya. Hal ini bisa

dilihat dari kutipan di bawah ini:

Surabaya yang cerah ceria, acuh tak acuh saja menyambut kedatangan tamunya. Waktu kereta berhenti di Stasiun Pasar Turi, ia tak sadar bahwa telah sampai di akhir perjalanannya. Lautan manusia yang lalu lalang di perut stasiun, tak satu pun yang dikenalnya, dan tak satu pun yang memperhatikannya.... (Tjitrawasita dalam Kompas, 2003: 252).

Dari kutipan di atas, suasana yang tergambar dan menggambarkan kota Surabaya tidak

berasal dari pengalaman pribadi sang pengarang. Hal ini dikarenakan semua orang sudah tahu

bagai kota Surabaya meskipun itu terjadi pada tahun 70-an. Kota Surabaya merupakan kota

Page 5:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

yang panas dan merupakan salah kota metropolitan di Indonesia. Jadi, orang-orang yang

hidup di dalamnya hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri dan tidak peduli dengan

orang lain.

Kehidupan yang begitu ketat dan begitu sulit untuk mencari nafkah di kota besar

menjadikan semua orang menghalalkan segala cara untuk menghidupi keluarganya termasuk

dengan cara merampok. Hal ini terlihat dari kutipan di bawah ini:

.... di sebuah pengkolan yang remang-remang, ia disergap oleh lelaki muda dengan belati terhunus tepat menghunjam tenggorokannya.....Dengan patuh diturunkannya rinjingnya, dinaikkan ke atas becak. Uang tak seberapa di gembolannya diulurkan kepada yang sedang meminta.... (Tjitrawasita dalam Kompas, 2003: 252-253).

Dari kutipan di atas, Toto Tjitrawasita mampu menggambarkan kehidupan yang ada di kota

Surabaya dengan jelas yang penuh dengan kekerasan bagi siapa saja yang belum mengenal

kota Surabaya dan tidak peduli siapa korbannya. Hal ini sudah banyak diketahui oleh banyak

orang karena memang itulah yang terjadi di kota besar. Yang penting bisa bertahan hidup

meskipun cara yang dilakukan merugikan orang lain.

DAFTAR RUJUKAN

Cerpen Kompas Pilihan 1970-1980. 2003. Dua Kelamin bagi Midin. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Najid, Moh. 2003. Mengenal Apresiasi Prosa Fiksi. Surabaya: Unversity Press.

Tjitrawasita, Toti. 1977. Surabaya (dalam buku kumpulan cerpen Dua Kelamin bagi Midin: Cerpen Kompas Pilihan 1970-1980). Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Sumardjo, Jakob dan Saini, KM. 1997. Apresiasi Kesusastraan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wellek dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta : PT. Gramedia.

http//www.jurnal bogor..com 2009

Page 6:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Contoh Pendekatan Ekspresif

SUBJEKTIVITAS MOHAMAD SOBARY

DALAM NOVEL SANG MUSAFIR

Sastra adalah inspirasi kehidupan yanag dituangkan dalam sebuah bentuk

keindahan. Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam

dan kebenaran moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang

mempesona (Sumardjo dan Saini, 1997: 2-3). Seorang sastrawan akan melahirkan sebuah

karya sastra jika memang ia ingin mengekspresikan gagasannya dan kegelisahannya terhadap

kemasyarakatan dan kebudayaan (Jurnal Bogor, 2009).

Dalam mencipta karya sastra, proses kreatif seorang pengarang dengan pengarang

lain pastilah berbeda. Setiap sastrawan memiliki proses kreatif tersendiri, ada yang

menceritakan diri dalam karyanya dan ada pula yang mengeskpresikan idenya tanpa harus

melibatkan atau menceritakan dirinya dalam karya tersebutr. Hal ini sejalan dengan pendapat

Wellek dan Warren (1989:85) bahwa ada dua tipe penyair yaitu tipe yang objektif dan tipe

yang subjektif. Tipe objektif adalah tipe pengarang yang mampu membuat negasi, terbuka

pada dunia, dan penhilangan identitas diri pengarang. Sebaliknya tipe subjektif adalah tipe

pengarang yang selalu ingin memamerkan kepribadiannya, memotret diri, menyampaikan

pengakuan dan menyatakan dirinya.

Novel adalah salah satu karya sastra yang mengungkapkan kehidupan dan

pengalaman hidup manusia. Novel Sang Musafir adalah salah satu buah karya Mohamad

Sobary yang menceritakan tentang perjalanan dan pengalaman manusia lebih tepatnya

pengalaman kehidupan tokoh Aku mulai dari kecil sampai si Aku dewasa. Cerita dimulai

dengan hadirnya seorang bocah yang meninggalkan tempat kelahirannya menuju ke Jakarta

untuk mencari kehidupannya di kota yang besar itu. Di dalam kereta api, bocah itu

menerawang jauh. Pikirannya hanya berisi Jakarta dan masa depannya yang masih gelap

yang pelan-pelan sedang ia “lukis” dalam benaknya. Pikiran bocah itu menerawang jauh ke

dunia yang tidak dikenalnya dan berganti dari imajinasi ke imajinasi yang lain secara bebas

dan leluasa. Dunia khayal dan dunia nyata ia campur aduk bersatu rupa. “Aku hanya musafir

yang menunduk dan melingsut, apa yang bisa membuat aku tahu bahwa di Jakarta yang

sumpek dan ruwet secara fisik maupun rohaniah, kehidupan berjuta-juta manusia bisa

berlangsung tanpa ketulusan dan cinta. Tapi dengan demikian hidup bisa kehilangan separoh

atau bahkan seluruh makna hakikinya.

Page 7:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Beranjak dewasa, si bocah akhirnya bekerja dan berumah tangga. Namun setelah dia

dapatkan semuanya, si aku masih terus bertanya dalam hatinya. Terlihat tokoh Aku selalu

diliputi pertanyaan tentang perjalanan hidupnya. Si Aku selalu memandang hidup berdasar

pada pengetahuan dan akal budi agar terwujud pergaulan yang lebih baik dan berdasarkan

asas-asas kemanusiaan.

Cerita yang dipaparkan Sobary dalam novel ini merupakan perjalanan hidup Sobary

sendiri. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut.

Dalam pengembaraanku, jauh dari orang tua, jauh dari kampung, aku merasa dekat dengan ibu. Rupanya, dari jarak jauh, aku bisa memahami arti ibu. Dan aku merasa tak sendirian lagi. Ibuku selalu hadir dalam mimpi-mimpiku. Bayangan ibuku selalu tampil, anehnya, dalam sebingkai potret, yang menatapku tanpa menyapa. Tapi aku selalu tahu pesan bisunya, yang begitu pasti, seperti dalil ilmu hidup : di mana ada kemauan di situ ada jalan (Sobary, 2007: 15-16).

Perpisahan ini mengantarkanku pada pemahaman untuk menerima pertuah Gibran, bahwa aku memang berasal darimu, tapi bukan milikmu. Aku anak panah yang telah lepas dari busurnya : busur di hatimu, dan busur di dasar pertiwi, tanah tumpah darah di kampung kita. Aku milik Sang Hidup. Maka, izinkan aku, dengan restumu, meneruskan pengembaraan ini. Lorong-lorong masih panjang dan menantang, dan aku-pengembara yang melangkah pelan, dengan langkah-langkah kecil ini-belum melewati semuanya, belum tahu apa yang bakal kujumpai di depan sana (Sobary, 2007: 17).

Hidup memiliki banyak sudut yang tak selalu mudah dimengerti. Lalu kita pun menyerah seperti kalah. Kita menerima-ibarat dalam lotre kemenangan maupun kekalahan, apa adanya. Apa yang baik dan kita inginkan kita sambut. Tapi apa yang tak kita kehendaki, tak selamanya kita bisa hindari. Takdir dan suratan tangan, pendeknya apa yang sudah ginaris, apa pun bentuknya, berlakulah. Di dalamnya tak ada usaha manusia yang tak sia-sia (Sobary, 2007:62).

Kutipan di atas, Sobary menitipkan amanah yang bermakna sangat dalam yang

dapat dijadikan bahan perenungan bagi pembaca, bagaimana mengilhami unsur ketabahan

menjadi basis berjuang menantang cobaan kehidupan. Proses kehidupan menuju tujuan yang

dicita-citakan selalu diikuti oleh ketabahan melakoninya. Khususnya dalam usaha kontrol

kekuatan atau kesanggupan menjalani hidup yang sarat dengan tantangan.

Penggalan cerita di atas merupakan pengalaman Sobary ketika dia harus

meninggalkan kampung halamannya dan menetap di Jakarta. Sobary telah menceritakan

perjalanan hidupnya ketika beliau masih mengeyam pendidikan dasar dan pendidikan

Page 8:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

menengah. Hal ini diperkuat oleh tulisan yang dimuat di http//www.pdt apa dan siapa..co.id

sebagai berikut.

Lantaran tidak bisa beli seragam korp pelajar serbaguna ketika ia di kelas 5 SD, Sobary tidak bisa melanjutkan ke kelas 6. Akhirnya, "Saya stop di situ. Lagi pula orangtua saya tidak punya uang." Setelah orangtuanya berhasil mengumpulkan uang setahun kemudian, baru ia melanjutkan ke kelas 6.

Ketika di kelas satu SMP Muhammadiyah Bantul, ia mengalami hal yang sama. Tak punya uang buat beli seragam, Sobary terhenti lagi sekolahnya. Pamannya yang bekerja di Departemen P&K berniat baik ketika memboyongnya ke Jakarta, meskipun ia miskin dan menanggung banyak anak. "Saya kerja, menyapu jalanan pasar Blok M," tutur Sobary. Uang hasil kerja ditabung untuk biaya melanjutkan ke kelas dua SMP Negeri 12 Wijaya, Jakarta Selatan, awal 1967.

Untuk membiayai pendidikannya, Sobary pernah pula bekerja sebagai tukang antar roti. Ia juga mengarang cerpen anak-anak di majalah Si Kuncung dan Kawanku- tonggak pertama Sobary belajar menulis.

Selain itu, Sobary sebagai pengarang telah memaparkan pengalamannya waktu

beliau menjabat sebagai kepala di kantor Antara. Berikut kutipannya.

Terus terang aku risau. Selebihnya aku merasa aneh bahwa diriku ada kekuasaan sebesar itu untuk mengatur orang. Kadang aku khawatir dianggap angkuh dan tidak adil, karena sesudah setiap keputusan, berdasarkan tradisi yang sudah turun-temurun, tak lagi dibutuhkan penjelasan (Sobary, 35).

Penggalan cerita di atas, memberikan informasi tentang perjalanan beliau, sebagai

seorang musafir, yang terpaksa harus memilih pilihan (jabatan) yang sebenarnya tidak sesuai

dengan hati nuraninya. Karena bukan pilihan yang ikhlas dia pilih, maka kondisi tersebut

menjadi sangat berat untuk dijalani. Namun sudah selayaknya setiap orang harus selalu siap

dengan pilihan yang ada, baik yang direncanakan maupun yang tidak kita bayangkan sama

sekali. Hal ini dibuktikan penyataan yang dimuat di http//www.pdt apa dan siapa..co.id

sebagai berikut.

Apakah Mohamad Sobary sudah merasa meraih sukses dalam hidupnya? "Sukses dan kegagalan tidak penting, yang paling penting adalah intensitas kita dalam menjalani hidup di tengah kemiskinan, di tengah tekanan politik, ekonomi, sosial," kata lelaki yang dikenal dekat Gus Dur, mantan presiden yang berjasa menempatkannya di Antara.

Dalam noverl Sang Musafir, Sobary memberikan suatu pandangan hidup bahwa

hidup itu hanyalah serangkaian perjalanan yang di setiap saat harus membuat pilihan. Sobary

dengan cerdas menunjukkan bahwa ketika pilihan sudah diambil maka selanjutnya adalah

Page 9:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

bertanggung jawab terhadap pilihan tersebut. Karena pilihan tidak berdiri sendiri tetapi

merupakan awal dari rangkaian pilihan lainnya dan awal dari munculnya tanggung jawab.

Hal ini tampak pada kutipan berikut.

Tapi kalau ditelusuri lebih jauh, ada alasan yang berbeda. Bagiku, tak semua hal harus dijawab dengan penjelasan. Alasan mereka lain lagi. Ada yang takut, ada yang mencari aman bagi dirinya sendiri, ada yang melempar tanggung jawab. Jabatan bisa dikejar mati-matian seperti singa mengejar buruannya. Tapi perkara tanggung jawab mudah dilupakan (Sobary, 2007:37).

Selain itu, Sobary sebagai pengarang novel Sang Musafir telah menyatakan diri

bahwa dia adalah sosok yang mementingkan prinsip saling menghormati dan bekerjasama

dengan orang lain. Saling menghormati dan bekerjasama merupakan penentu keberhasilan.

Bekerjasama adalah siap dan setia menerima kekurangan dan kelebihan. Hal ini tampak pada

kutipan berikut.

Jika nasibku ibarat bergantung di sebatang ranting kecil, agak kritis dan mencemaskan, serta ada tangan-tangan sirik dan hati dengki yang mencoba menjatuhkanku dari sana, maka aku bergayut pada ranting itu dan berayun-ayun di ujungnya, mengikuti kelenturan yang sudah diatur oleh tangan besar yang tak tampak (Sobary, 2007:19).

Penggalan cerita di atas menggambarkan adanya dimensi yang mencerminkan

dualisme esensi manusia, ada kebaikan dan ada pula keburukan. Keduanya menuntut

kecerdasan serta rasionalitas individu mengelolanya. Untuk itu, bekerjasama antara manusia

sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan.

Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku menerapkan

prinsip saling menghormati dan bekerjasama dimulai dari keluarga lalu kemudian terbawa ke

lingkungan luar. Hal tersebut tampak pada kutipan berikut.

Istri boleh mengomandani suami dalam cara menjaga kesehatan. Berbahagialah aku hidup di bawah komando perempuan. Bukankah di kantor hakikatnya sama : aku juga diatur sekretaris, yang juga perempuan? (Sobary, 2007: 83)

........................................................................................................................Ruang kerjaku sibuk, lebih daripada kantor kelurahan aku menerima siapapun yang datang. Aku sudah berjanji membukakan pintuku. Ruang kerjaku tak boleh angker. Kalau pintu ruanganku terbuka, itu karena pintu hatiku lebih dahulu terbuka.

Ini bukan kemuliaan yang berlebihan. Aku mendukung gagasan demokrasi dan segenap corak keterbukaan. Maka, di sini ketika aku mempunyai kekuasaan, dan memegang sendiri kendali kekuasaan, harus dibuktikan bahwa omongan tak bertentangan dengan perbuatan, teori tak menodai praktik, gagasan tak membunuh kenyataan.

Page 10:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Jangan lupa, aku datang bukan untuk menguasai atau mendominasi orang lain. Aku tak punya selera mendominasi orang lain. Aku tak punya selera mendominasi siapa pun. Di minggu-minggu pertama masuk kantor, aku sudah rapat dengan sejumlah tokoh informal, orang-orang kantorku, di luar anggota-anggota resmi manajemen. Mereka membawa aspirasi demokrasi. Terutama mengenai perlunya aku bersikap terbuka (Sobary, 2007:84).

Sebagaimana yang tampak pada beberapa kutipan di atas, memberikan informasi

bahwa Sobary telah menyatakan dirinya sebagai sosok yang sangat menjunjung tinggi prinsip

kerjasama dan saling menghormati. Hal ini dipertegas dari tulisan yang dimuat http//www.pdt

apa dan siapa..co.id sebagai berikut.

Untuk keluarga, ayah dua anak ini tetap memberikan waktu dan perhatian. Nasihat kepada anak-anaknya: "Jangan berlebih-lebihan. Jangan suka iri pada orang lain. Dan, hidup harus memberi sesuatu kepada orang lain."

Selain itu, dalam novel Sang Musafir, Sobary juga menyatakan dirinya sebagai sosok

yang taat beragama. Sebagai tokoh “Aku” dalam cerita, Sobary menjalani kehidupan dengan

landasan ketaatan beragama. Tokoh Aku mendapatkan pembelajaran agama dari orang tua

serta lingkungan alami di kampung tempatnya tumbuh. Hal ini tampak pada kutipan berikut.

Mr. Kasman Singodimedjo, tokoh Masyumi, yang dianggap singa podium, karena pandai berpidato dan suaranya lantang menyambar semua jenis kebatilan (dan juga telinga orang-orang batil), merumuskan bahwa hidup itu perjuangan. Aku tak heran menemukan pengertian itu di balik jejak-jejak perjalanannya sebagai tokoh pejuang yang bersemangat dan mendukung cita-cita luhur bukan untuk dirinya sendiri (Sobary, 2007:29).

Malam mengintip dari kaki langit. Di surau kecil, nggone kajine- di rumah Pak Haji, Haji Tohir, satu-satunya kiai di kampungku- terdengar sayup-sayup suara azan magrib. Dan sayup-sayup pula kemudian terdengar suara pujian, nyanyian rohani yang lembut dan menyayat, tapi menyembuhkan luka-luka hati, memperkokoh iman dan harapan akan kebaikan-kebaikan dan kemurahan Yang Maha Pemurah. Pujian berlangsung beberapa menit, sampai semua anggota jamaah lengkap dam siap untuk shalat bersama.

Haji Tohir menjadi imam, seperti biasanya, dan sehabis shalat, Haji Tohir berdoa panjang sekali, untuk memberi peluang semua anggota jamaah ikut merasa menumpangkan doa masing-masing ke dalam doa Haji Tohir (Sobary, 2007:59).

Penggalan di atas memberikan gambaran bahwa pandangan-pandangan serta arahan

yang diperoleh tokoh “Aku” (Sobary) dari bacaan, pergaulan, serta ceramah dan diskusi-

diskusi memberi dampak positif dalam aktivitas ketaatannya dalam beragama.

Page 11:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Berdasarkan cerita tersebut, dapat diinterpretasikan bahwa ketaatan beragama yang

diperankan oleh tokoh Aku dalam novel Sang Musafir, tidak lain adalah gambaran dari

Sobary sebagai pengarang novel. Hal ini dikuatkan oleh sebuah tulisan yang dimuat

http//www.pdt apa dan siapa..co.id sebagai berikut.

Sobary suka menonton wayang. "Dunia pewayangan membuka mata saya terhadap realitas hidup kaum rohaniwan," ujarnya. Ia terkesan oleh lakon yang menyindir tingkah laku orang yang sok kiai dan sok pendeta, tapi goyah imannya karena uang dan perempuan.

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa cerita yang dikembangkan Sobary

dalam novel Sang Musafir adalah representasi dari perjalanan hidup Sobary sendiri. Melalui

alur cerita, Sobary telah mengungkapkan perjalanan hidupnya dan telah menyatakan dirinya

bahwa beliau adalah sosok yang tabah, menjunjung tinggi prinsip saling menghormati dan

bekerjasama. Selain itu, Sobary juga telah menyatakan dirinya bahwa beliau adalah sosok

yang taat beragama.

Rujukan

Sobary, Mohamad. 2007. Sang Musafir. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Sumardjo, Jakob dan Saini, KM. 1997. Apresiasi Kesusastraan Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wellek dan Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta : PT. Gramedia.

http//www.jurnal bogor..com 2009

http//www.pdt apa dan siapa..co.id

Page 12:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Contoh Pendekatan Mimetik

CERPEN “MALAM SEORANG MALING” KARYA JAKOB SUMARDJO

(Suatu Tinjauan Mimetik)

Karya sastra merupakan hasil cipta kreatif dari seseorang pengarang, lahir melalui

proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari realitas kehidupan masyarakat.

Melalui karya sastra seorang pengarang berusaha untuk mengungkapkan nilai-nilai

kemanusiaan yang lebih tinggi. Pengarang sebagian dari masyarakat menangkap realitas dan

nilai-nilai masyarakatnya kemudian secara kreatif mengolah, mengidealisasi, dan

mengekspresikan dalam bentuk karya sastra. Dengan demikian melalui karya sastra

dilakukan suatu proses terhadap ketimpangan-ketimpangan sosial maupun ketimpangan

keyakinan serta sebagai persoalan hidup di dalam masyarakat (Semi, 1993: 73).

Dalam menciptakan karya sastra, sastrawan dituntut lebih sungguh- sungguh dalam

memperhatikan persoalan masyarakat di sekitarnya. Hanya dengan kesungguhan itulah yang

bisa menghasilkan karya yang baik. Jika kita menerima sastra sebagai suatu ekspresi seni

pengarang yang peka terhadap apa yang hidup dalam masyarakatnya dan memiliki daya

observasi yang tajam terhadap persoalan kemasyarakatan, kemudian diungkapkannya dalam

sebuah karya sastra. Maka secara tidak langsung karya tersebut memiliki peran dalam

perubahan tatanan kehidupan masyarakat. Sebab mampu menggugah hati pembaca untuk

memikirkan masalah masyarakat sehingga termotivasi untuk melakukan suatu perbuatan baik

(Damono, 1999: 88).

Wellek dan Warren (1989) mengingatkan, bahwa karya sastra memang

mengekspresikan kehidupan, tetapi keliru kalau dianggap mengekspresikan selengkap-

lengkapnya. Hal ini disebabkan fenomena kehidupan sosial yang terdapat dalam karya sastra

tersebut kadang tidak disengaja dituliskan oleh pengarang, atau karena hakikat karya sastra

itu sendiri yang tidak pernah langsung mengungkapkan fenomena sosial, tetapi secara tidak

langsung, yang mungkin pengarangnya sendiri tidak tahu.

Dengan demikian, sebuah karya sastra tidak pernah berangkat dari kekosongan sosial.

Artinya karya sastra, ditulis berdasarkan kehidupan sosial masyarakat tertentu dan

menceritakan kebudayaan-kebudayaan yang melatarbelakanginya.

Cerpen ”Malam Seorang Maling” karya Jakob Sumardjo merupakan cerpen pilihan

kompas 1970-1980, yang termuat dalam buku Dua Kelamin bagi Midin. Sumardjo sebagai

pengarang mengangkat suatu cerita berdasarkan kenyataan atau realitas yang terjadi di dalam

Page 13:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

masyarakat. Cerpen ini mengisahkan seorang maling yang ketahuan saat melakukan aksinya

di malam hari. Maling tersebut menyelamatkan diri dari kejaran penduduk. Maling itu

memang selamat, tetapi itu terjadi karena kesalahfahaman penduduk yang menangkap

seorang pendatang, yang dikira adalah maling yang mereka kejar. Pendatang itu pun dihabisi.

Membaca cerpen ”Malam Seorang Maling” memunculkan semangat untuk mengingat

dan mencatat, segala ihwal yang tengah berlangsung dalam masyarakat. Tidak

mengherankan, apabila konflik yang berkembang dalam cerita ini, terasa sebagai suatu upaya

rekonstruksi “kenyataan” ke dalam struktur cerita, yang selanjutnya diharapkan dapat dipakai

sebagai seperangkat alat untuk memahami “kenyataan” atau “realitas” itu kembali.

Sumardjo sebagai pengarang cerpen ”Malam Seoramg Maling” sangat jeli telah

mengatakan suatu tentang sebuah dunia nyata dan sekaligus mengungkapkan sebuah kritik

sosial terhadap pemerintah bahwa bangsa Indonesia masih terdapat berbagai ketimpangan

sosial terrmasuk di dalamnya kemiskinan yang menyebabkan munculnya tindakan kriminal.

Situasi yang digambarkan dalam cerita ini ini telah membuat pembaca dapat menarik

sebuah benang merah sebagai pembeda bahwa cerita ini bukanlah semata-mata kenyataan

yang diceritakan namun hanya rekaan dari pengarangnya. Hal ini tampak pada salah satu

penggunaan gaya bahasa personifikasi yang digunakan pengarang ”Malam yang tadinya

seperti dibius mendadak bangkit mengandung ancaman”

Melalui cerpen ini pula, pengarang menyampaikan suatu amanat bahwa dalam

kehidupan ini, setiap manusia harus selalu waspada terhadap segala kemungkinan yang tidak

terduga. Hal ini secara eksplisit disampaikan pengarang sebagaimana tampak pada dua

kutipan berikut.

Dengan mudah jendela itu dapat kucungkil. Penghuni rumah ini terlalu sembrono atau orang yang tak pernah curiga pada orang-orang semacam aku ini? ...............................................................................................................

Setelah pakaian lain kumasukkan kopor yang terbuka itu, segera aku jinjing keduanya. Kulihat suami istri itu masih tak bergerak dari pose semula dan dengkur lelaki itu persis suara gergaji kayu. Aku ingin ketawa pada pasangan yang kurang hati-hati ini, tetapi aku bisa menahan diri.

Selain itu, dalam cerpen ”Malam Seorang Maling”, pengarang juga menyampaikan

suatu pesan tentang solidaritas sosial bahwa dalam menjalani kehidupan ini manusia sangat

membutuhkan sebuah kerjasama antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain.

Hal ini tergambar pada kutipan berikut.

Page 14:  · Web viewUntuk itu, bekerjasama antara manusia sangat erat kaitannya dengan pencapaian dan keberhasilan yang diinginkan. Dalam novel Sang Musafir karya Mohammad Sobary, tokoh Aku

Sulit menghindari penghakiman semacam ini. Sebulan ini saja sudah ada lima rumah kemasukan maling. Kita bisa mengerti kemarahan kampung ini.

Kutipan di atas memberikan gambaran bahwa solidaritas antaranggota masyarakat

sangat penting dalam mengungkap atau menyelesaikan masalah. Namun solidaritas tersebut

harus dijalankan berdasarkan norma yang berlaku agar tidak terjadi kekeliruan. Hal ini

tampak pada kutipan berikut.

”Hus, mungkin ini kekeliruan lagi seperti yang terjadi di kampung Meniran dua bulan yang lalu. Seorang gelandangan dihantam sampai mati dituduh maling juga.”

Kutipan di atas memberikan gambaran sekaligus membeikan suatu pemahaman

kepada pembaca bahwa dalam bertindak perlu sebuah pertimbangan yang matang agar tidak

terjadi kekeliruan.

Rujukan :

Damono, Sapardi Djoko. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Cerpen Kompas Pilihan 1970-1980. 2003. Dua Kelamin bagi Midin. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara.

Luxemburg, et.all. 1989. Pengantar Imlu Sastra. Jakarta: PT Gramedia.

Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa.

Wellek & Warren. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.