kimiakimi.files.wordpress.com · web viewpercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan...

16
Laporan Praktikum Nama : Diana Agustini Raharja Mikrobiologi NIM : J3L112168 Kelas/kelompok : C P1/1 PJP : M. Arif Mulya, S. Pi. Asisten : 1. Yuriska Sekar Rani 2. Lia Suliani 3. Ramdhani ANALISIS MIKROBIOLOGI PRODUK PANGAN: PENGHITUNGAN JUMLAH BAKTERI

Upload: vanliem

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

Laporan Praktikum Nama : Diana Agustini RaharjaMikrobiologi NIM : J3L112168

Kelas/kelompok : C P1/1PJP : M. Arif Mulya, S. Pi.Asisten : 1. Yuriska Sekar Rani

2. Lia Suliani3. Ramdhani

ANALISIS MIKROBIOLOGI PRODUK PANGAN: PENGHITUNGAN JUMLAH BAKTERI

PROGRAM KEAHLIAN ANALISIS KIMIAPROGAM DIPLOMA

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2013

Page 2: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

PendahuluanMikrobiologi pangan adalah ilmu yang mempelajari tentang pengaruh sel

mikroorganisme pada proses pengolahan bahan pangan, termasuk mekanisme ketahanan mikroorganisme terhadap proses pengolahannya. Ilmu mikrobiologi pangan selain itu juga merupakan ilmu yang mempelajari tentang perubahan-perubahan yang merugikan seperti kebusukan dan keracunan makanan maupun perubahan-perubahan yang menguntungkan seperti dalam fermentasi makanan (Volk 1988). Bahan pangan dapat mengandung mikroba ataupun vektor yang mampu memindahkan sebaran penyakit. Bahan pangan yang mengandung nutrien organik merupakan media yang menunjang pertumbuhan dan reproduksi mikroba yang berlangsung pada suhu lingkungan tertentu. Bahan pangan dapat terkontaminasi oleh berbagai sumber seperti tanah, air, peralatan, mikroba saluran pencernaan manusia, mikroba saluran pencernaan hewan, pekerja yang menangani bahan pangan, hewan, dan pakan (Sunatmo 2009).

Proses pengolahan dan pengawetan makanan tidak sepenuhnya dapat mencegah semua perubahan-perubahan yang merugikan, seperti pada makanan yang telah diawetkan dengan pembekuan atau pengeringan. Enzim-enzim hasil metabolit bakteri yang terdapat di dalam bahan pangan masih mungkin aktif dan menyebabkan perubahan warna, tekstur, maupun cita rasa dari suatu produk pangan. Pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga daya tahan dalam penyimpanan suatu makanan juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi makanan atau indikator keamanan makanan. Pengujian mikrobiologi di antaranya meliputi uji kualitatif untuk menetukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kuantitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz 1993).

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan atas beberapa kelompok yaitu, perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan mikroskopik,  hitungan cawan, dan MPN (most probable number); perhitungan massa sel secara langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, dan kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel secara tidak langsung, terdiri dari analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan analisis konsumsi nutrien (Lay 1994). Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan cawan dapat dibedakan atas dua cara, yaitu metode tuang (pour plate) dan metode permukaan atau sebar (surface atau spread plate) (Fardiaz 1993). Cawan yang dipilih untuk dihitung agar memenuhi persyaratan statistik, harus memiliki 30-300 koloni. Oleh karena itu, dilakukan sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan. Satuan yang  digunakan untuk menyatakan jumlah koloni bakteri adalah CFU/mL (CFU = colony forming units) (Waluyo 2008).

Uji mikrobiologis pangan juga dapat dianalisis berdasarkan organisme penunjuk atau indicator organism. Syarat organisme indikator antara lain yaitu

Page 3: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

terdapat pada bahan pangan yang tercemar, mempunyai kemampuan bertahan hidup yang lebih besar dibandingkan bakteri patogen, terdapat dalam jumlah lebih banyak dibandingkan bakteri patogen, dan mudah dideteksi dengan teknik laboratorium yang sederhana. Biasanya yang digunakan sebagai indikator yaitu dari jenis Escherichia coli (E. coli) dikarenakan selalu terdapat dalam feses. Kehadiran E. coli pada bahan pangan perlu diperhatikan karena terkait dengan kehadiran mikroba patogen lain akibat dari sifat E. coli yang biasanya hidup bersama bakteri lainnya seperti Salmonella tipholia, Shigella dysentriae, dan Vibrio cholera. Bakteri patogen tersebut dapat menyebabkan infeksi saluran pencernaan. (Adam 1992).

TujuanPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging

giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah mikroba pada bahan pangan secara tidak langsung dengan metode cawan tuang serta kehadiran bakteri E. coli pada bahan pangan tersebut dengan media differensial.

Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan di antaranya pembakar spirtus, mikropipet,

inkubator, cawan petri steril, dan spidol. Bahan-bahan yang digunakan di antaranya media eosin methylene blue agar, plate count agar, alkohol 70%, bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, kangkung, dan dH2O steril.

Prosedur KerjaBahan pangan yang akan diuji terlebih dahulu dihaluskan dengan cara

sebanyak 20 g sampel ditambahkan 180 mL akuades dan dihaluskan atau diblender selama 5 menit. Sampel yang digunakan ialah bayam, daging giling, manusan manggam manisan pala, dan kangkung. Penambahan akuades merupakan pengenceran 10-1. Uji bakteri koliform dilakukan dengan cara sebanyak 0,1 mL sampel hasil pengenceran 10-1 diteteskan pada media eosin methylene blue agar. Metode hitungan cawan tuang dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL sampel dimasukkan ke dalam 99 mL dH2O steril pertama. Sebanyak 0,1 mL sampel yang telah dimasukkan ke dalam dH2O steril pertama diambil dengan mikropipet dan diteteskan pada media cawan petri kosong yang steril. Setelah itu, cawan petri tersebut dituangkan media plate count agar -sebanyak kira-kira 12 mL yang masih dalam keadaan hangat. Media plate count agar diratakan dengan cara cawan petri diletakkan pada meja datar dan digerakkan dengan cara membentuk angka delapan. Hal ini dilakukan agar ketebalan media plate count agar seragam. Media yang telah dibuat merupakan hasil pengenceran 10-4. Percobaan diulangi dengan cara sebanyak 1 mL sampel diambil dari sampel yang telah dimasukkan ke dalam 99 mL dH2O steril pertama dengan menggunakan mikropipet kemudian dimasukkan ke dalam 99 mL dH2O steril kedua. Hasil pengenceran 10-6 dilakukan dengan cara sebanyak 1 mL sampel yang telah dimasukkan ke dalam dH2O steril kedua diambil dengan mikropipet dan diteteskan pada media cawan petri kosong yang steril, kemudian cawan petri dituangkan media plate count agar. Hasil pengenceran 10-7 dilakukan dengan cara

Page 4: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

sebanyak 0,1 mL sampel yang telah dimasukkan ke dalam dH2O steril kedua diambil dengan mikropipet dan diteteskan pada media cawan petri kosong yang steril, kemudian cawan petri dituangkan media plate count agar. Cawan-cawan petri tersebut baik media EMBA dan PCA dimasukkan ke dalam plastik steril. Plastik dapat disterilkan dengan cara disemprotkan alkohol 70% bagian dalamnya. Semua cawan petri diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C.

Data dan Hasil PengamatanBerikut ini data dan hasil pengamatan yang dilakukan pada beberapa bahan

pangan.Tabel 1 Hasil penghitungan jumlah bakteri secara tidak langsung

Jenis bahan pangan

Pengenceran

Jumlah koloni

per cawan

Jumlah organisme

per mLGambar

Bayam 10-4 TBUD -

10-6 48 48.000.000

10-7 TSUD -

Daging giling 10-4 TBUD -

Page 5: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

10-6 TBUD -

Lanjutan tabel 1 Hasil penghitungan jumlah bakteri secara tidak langsung

Jenis bahan pangan

Pengenceran

Jumlah koloni

per cawan

Jumlah organisme

per mLGambar

Daging giling 10-7 TBUD -

Manisan mangga 10-4 TSUD -

10-6 TSUD -

10-7 TSUD -

Page 6: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

Manisan pala 10-4 TSUD -

Lanjutan tabel 1 Hasil penghitungan jumlah bakteri secara tidak langsung

Jenis bahan pangan

Pengenceran

Jumlah koloni

per cawan

Jumlah organisme

per mLGambar

Manisan pala 10-6 TSUD -

10-7 TSUD -

Kangkung 10-4 TBUD -

10-6 35 35.000.000

Page 7: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

10-7 TSUD -

Keterangan : TSUD = terlalu sedikit untuk dihitung TBUD = terlalu banyak untuk dihitung

- = tidak dilakukan penghitunganContoh perhitungan jumlah organisme per mL pada kangkung dengan pengenceran 10-6

∑sel     =    ∑koloni x x∑sel    = 35 x (1/10-6) x (1/1)∑sel    = 35.000.000 CFU/mL

Tabel 2 Hasil keberadaan Escherichia coli pada sampel panganSampel

ujiEscherichia coli

(+)/(-)Kontaminasi feses

(+)/(-) Gambar

Bayam - -

Daging giling + +

Kangkung + +

Manisan mangga - -

Page 8: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

Manisan pala - -

Keterangan : + = terdapat E. coli dan terkontaminasi feses - = tidak terdapat E. coli dan tidak terkontaminasi feses

PembahasanPerlakuan aseptik dilakukan bertujuan agar  terbebas dari mikroorganisme

yang tidak diinginkan (kontaminan) (Dwijoseputro 2003). Aseptik diimbangi dengan sterilisasi yang merupakan upaya untuk menghilangkan mikroorganisme kontaminan yang menempel pada alat atau bahan yang akan dipergunakan untuk analisis (Jati 2007). Cawan petri baik yang masih kosong maupun yang sudah berisi media EMBA harus distrelisasikan terlebih dahulu dalam autoclave. Tip yang digunakan juga harus steril. Kotak tip baru dibuka ketika tip akan dipasangkan dengan mikropipet dan segera ditutup agar kontaminan dari udara tidak sempat menempel pada tip. Setiap pengerjaan dilakukan di dekat api spirtus. Hal tersebut dilakukan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan (kontaminan) agar diperoleh pengukuran yang akurat.

Konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap pada penentuan jumlah organisme dalam 1 mL contoh bahan pangan sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah pada media agar. Tip yang digunakan untuk memindahkan cairan selalu diganti setiap pemindahan cairan agar sterilisasi dapat terjaga. Larutan yang digunakan untuk pengenceran pada percobaan, yaitu dH2O steril. Selain dH2O steril, dapat pula menggunakan larutan fisiologis 0,85% yang mengandung 0,85 gram NaCl dalam 100 mL air dan phospat buffer salin (PBS). Larutan phospat buffer salin ini merupakan larutan yang paling baik jika digunakan karena selain mengandung ion-ion yang baik untuk bakteri juga mengandung NaCl seperti larutan fisiologis.

Media agar yang digunakan pada metode cawan tuang adalah plate count agar. Plate count agar merupakan media bentuk padat yang komposisinya sintetik dan memiliki fungsi umum. Plate count agar sebagai media mikroorganisme aerob dengan inokulasi di atas permukaannya. Komposisi yang terkandung dalam plate count agat di antaranya ekstrak ragi 2,5 g/L, kasein 5,0 g/L, glukosa 1,0 g/L, dan agar 15.0 g/L. Media ini dapat dibuat dengan cara dicampurkan 23,5 g media plate count agar dalam 1 L air distilasi yang kemudian dididihkan sampai larut sempurna. Setelah larut sempurna, media plate count agar disterilkan terlebih dahulu dengan autoclave pada suhu 121°C selama 15 menit. Media pada cawan tuang berada dalam keadaan hangat. Jika media pada cawan tuang terlalu panas, maka bakteri sampel bahan pangan yang hidup di suhu ruang yang diteteskan dapat mati dan apabila sudah dalam keadaan dingin, media plate

Page 9: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

count agar akan membeku sehingga sulit untuk dituangkan ke dalam cawan. Oleh karena itu, media plate count agar yang sudah dingin sebaiknya dipanaskan kembali. Media plate count agar yang berada dalam Erlenmeyer harus ditutup dengan menggunakan aluminium foil agar bakteri yang berasal dari udara (kontaminan) tidak masuk ke dalam media.

Jika suatu cawan membentuk banyak koloni setelah diinkubasi maka perhitungan dapat dipermudah dengan cara menggunakan kuadran dan pada salah satu kuadran dihitung yang dapat mewakili kuadran lainnya seperti berikut.

Gambar 1 Pembuatan kuadran untuk mempermudah perhitungan koloni bakteriJumlah sel bakteri yang terdapat dalam sampel dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut.

∑sel     =    ∑koloni x x

Satuan untuk ∑sel adalah CFU/mL yang mana CFU merupakan colony forming units per mL. Semakin besar pengenceran, maka jumlah koloni semakin kecil sehingga jumlah mikroorganisme dapat dihitung. Fp merupakan faktor pengenceran sedangkan ∑inokulan merupakan larutan pengencer yang diambil untuk diinokulasikan.

Berdasarkan hasil percobaan, jumlah koloni yang terbentuk pada sampel bayam dan kangkung dengan pengenceran 10-6 masing-masing diperoleh 48.000.000 CFU/mL dan 35.000.000 CFU/mL. Nilai ini menunjukkan bahwa terdapat 48.000.000 koloni bakteri dalam 1 mL sampel bahan pangan bayam dan begitu pula pada sampel bahan pangan kangkung. Hasil terlalu banyak untuk dihitung (TBUD) dan terlalu sedikit untuk dihitung (TSUD) pada tabel 1 tidak dilakukan perhitungan, karena untuk memenuhi persyaratan statistik, cawan yang dipilih untuk penghitungan koloni adalah yang memiliki antara 30-300 koloni bakteri. Sampel bahan pangan yang bersifat TBUD pada salah satu ataupun semua pengenceran, seperti bayam, daging giling, dan kangkung sangat tidak layak untuk dikonsumsi karena jumlah mikroorganisme yang berada pada sampel terlalu banyak walaupun telah dilakukan faktor pengenceran. Oleh karena itu, sebelum mengkonsumsi bayam, daging giling, maupun kangkung terlebih dahulu diolah dengan cara dimasak agar mikroorganisme yang melekat pada bahan pangan tersebut dapat mati oleh adanya pemanasan. Sampel bahan pangan seperti manisan mangga dan manisan pala bersifat TSUD sehingga dapat diketahui

Page 10: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

bahwa pengolahan dalam pembuatan manisan tersebut cukup higienis sehingga tidak ada atau sedikit mikroba yang ada pada sampel bahan pangan.

Keuntungan menggunakan perhitungan secara tidak langsung ialah metode tersebut hanya dapat menghitung jumlah mikroorganisme yang hidup atau sel yang hidup. Kelemahan utama metode hitungan cawan adalah keselektifannya. Kondisi pertumbuhan bakteri, termasuk komposisi media yang digunakan, waktu inkubasi, suhu, dan pH sangat menentukan jenis bakteri yang dapat tumbuh dari seluruh populasi yang ada. Tidak ada satu kondisi yang universal untuk membuat seluruh mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik. Kekurangan tersebut dapat menjadi suatu keunggulan jika ingin menghitung populasi mikroorganisme spesifik. Sebagai contoh yaitu mendesain prosedur yang selektif untuk menghitung bakteri koliform atau kelompok mikroorganisme fisiologis lainnya.

Beberapa indikator mikroorganisme pembusuk pada bahan pangan adalah bakteri yang tergolong ke dalam bakteri koliform, bakteri ini hampir ada pada setiap bahan pangan yang telah mengalami  tahap  pengolahan. Adanya Enterobacter dan Klebsiella pada bahan pangan seperti sayur-sayuran sejak masih di kebun merupakan mikroflora normal, sehingga mikroorganisme ini tidak dapat dijadikan sebagai indikator sanitasi. Terkontaminasinya sayuran oleh koliform fekal seperti Escherichia coli yang sebenarnya jarang ditemukan pada bahan pangan seperti sayuran dapat menjadikan bakteri ini sebagai mikroorganisme indikator sanitasi. Bahan pangan lebih banyak terkontaminsasi E. coli dibandingkan dengan bahan pangan yang dibekukan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu bahan pangan jarang terkontaminasi oleh kotoran manusia maupun hewan, kecuali jika setelah bahan pangan tersebut dicuci dengan air yang terkontaminasi kotoran dan bahan pangan bukan termasuk ke dalam habitat normal E.coli.

Bakteri E .coli merupakan salah satu bakteri koliform yang dapat terdeteksi setelah inkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Suhu 37°C digunakan karena E. coli dapat tumbuh dengan baik atau optimum pada suhu tersebut yang merupakan suhu umum pada tubuh. Bakter E. coli dapat diidentifikasi dengan menggunakan media selektif dan diferensial seperti eosin methylene blue agar atau endo agar. Percobaan yang dilakukan menggunakan media eosin methylene blue mengandung biru metilena yang menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif. EMBA pada lingkungan asam yang dihasilkan oleh bakteri koliform akan membentuk kompleks yang berwarna menghasilkan warna hijau metalik. Reaksi ini merupakan karakteristik E. coli yang merupakan bakteri indikator pencermaran feses. Endo agar merupakan media nutrien yang mengandung pewarna fuksin yang tidak berwarna. Pewarna fuksin yang tidak berwarna dengan asam yang dihasilkan oleh koloni bakteri koliform akan membentuk kompleks berwarna merah muda yang menjadikan koloni E. coli dan sekelilingnya berwarna merah muda.

Berdasarkan hasil percobaan pada uji bakteri indikator, daging giling dan kangkung menunjukkan hasil positif adanya E. coli. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau metalik. Sampel yang diuji membentuk warna hijau metalik tetapi hanya sedikit sehingga tidak terlihat dengan jelas. Oleh karena itu, daging giling dan kangkung yang mengandung E. coli sebaiknya tidak dikonsumsi secara mentah dan diolah terlebih dahulu, karena bakteri tersebut dapat bersosiasi dengan bakteri patogen lain seperti Salmonella tipholia, Shigella

Page 11: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

dysentriae, dan Vibrio cholera yang menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan. Jika sampel bahan pangan sebenarnya mengandung salah satu bakteri koliform ini tapi tidak membentuk hijau metalik dapat diperngaruhi oleh beberapa faktor di antaranya media EMBA yang digunakan sudah kadaluarsa atau sudah tidak dalam keadaan baik sehingga tidak dapat membentuk warna hijau metalik dengan baik ketika bakteri koliform menghasilkan asam. Selain faktor tersebut, faktor suhu juga memengaruhi hasil uji. Jika sampel disimpan pada suhu bukan suhu optimum bakteri koliform untuk tumbuh maka bakteri tidak akan tumbuh dan membentuk koloni. Warna hijau metalik yang dihasilkan oleh E. coli pada media EMBA terlihat jelas pada gambar 2.

Gambar 2 Warna hijau metalik bakteri E. coli menggunakan media EMBAProses pengolahan seperti pemanasan, pembekuan, dan pengeringan

berpengaruh terhadap kehadiran mikroorganisme pada bahan pangan. Suhu tinggi dapat mengendalikan pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Perlakuan suhu di atas suhu maksimum pertumbuhan mikroba akan bersifat mematikan dan semakin tinggi suhunya akan semakin tinggi laju kematianny, karena mikroorganisme dapat diklasifikasikan atas dasar suhu optimum yang berguna untuk pertumbuhannya. Pendinginan yang lambat dapat merusak populasi mikroba dan bentuk mikroba yang sangat peka seperti sel-sel vegetatif, sedangkan spora biasanya tidak rusak oleh pembekuan. Proses pengeringan dalam pengolahan bahan makanan merupakan proses pembatasan air yang digunakan untuk pertumbuhan  oleh mikroorganisme. Hal ini akan menentukan jumlah dan jenis dari mikroorganisme untuk tumbuh dalam bahan pangan tersebut.

SimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

bayam, daging giling, serta kangkung tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung tanpa pengolahan, sedangkan manisan mangga dan manisan pala layak untuk dikonsumsi.

Daftar PustakaAdam S. 1992. Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawatan. Ja- karta: Kedokteran EGC.Dwijoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.Fardiaz S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persa- da.Jati W. 2007. Biologi Interaktif. Jakarta: Ganeca Exact.Lay B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Page 12: kimiakimi.files.wordpress.com · Web viewPercobaan bertujuan menentukan kelayakan bahan pangan bayam, daging giling, manisan mangga, manisan pala, dan kangkung berdasarkan jumlah

Sunatmo, TI. 2009. Eksperimen Mikrobiologi dalam Laboratorium. Jakarta: Ardy Agency.Volk S. 1988. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Erlangga.

Waluyo L. 2008. Teknik dan Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Malang: UMM Press.