tukarpendapat.files.wordpress.com · web viewpaket 3 sejarah perkembangan dan pembukuan hadits nabi...

104
Paket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk penuturan maupun tulisan adalah melalui perjalanan sejarah yang panjang. Jika al- Qur’an sejak zaman Nabi sampai terwujudnya pembukuan (mushaf) sebagaimana kita saksikan hari ini memerlukan waktu yang relatif pendek, yaitu sekitar 15 tahun, maka untuk hadits Nabi memerlukan waktu yang relatif panjang dan penuh variasi. Oleh karena itu mengetahui sejarah perkembangan yang dilalui, sejak masa Rasulullah saw masih hidup di tengah- tengah kaum muslimin sampai masa pembukuan dan penyempurnaan sistematikanya menjadi sangat penting. Jika periwayatan dan penuturan al-Qur’an harus disampaikan dengan menjaga kepersisan dan ketepatan

Upload: lynhu

Post on 09-Mar-2019

261 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Paket 3

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN

HADITS NABI SAW

A. Pendahuluan

Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

penuturan maupun tulisan adalah melalui perjalanan sejarah yang panjang.

Jika al-Qur’an sejak zaman Nabi sampai terwujudnya pembukuan (mushaf)

sebagaimana kita saksikan hari ini memerlukan waktu yang relatif pendek,

yaitu sekitar 15 tahun, maka untuk hadits Nabi memerlukan waktu yang relatif

panjang dan penuh variasi. Oleh karena itu mengetahui sejarah perkembangan

yang dilalui, sejak masa Rasulullah saw masih hidup di tengah-tengah kaum

muslimin sampai masa pembukuan dan penyempurnaan sistematikanya

menjadi sangat penting.

Jika periwayatan dan penuturan al-Qur’an harus disampaikan dengan

menjaga kepersisan dan ketepatan redaksinya (riwayat bi al-lafdzi), maka

penuturan hadits Nabi boleh diriwayatkan bi al-ma’na (ditekankan pada

kebenaran maknanya, bukan redaksinya). Oleh karena itu keragaman redaksi

hadits tidak dapat dielakkan. Dalam konteks ini, pengetahuan tentang sejarah

perkembangan dan pembukuan hadits Nabi akan membantu memahami usaha

yang dilakukan Nabi saw bersama para sahabat dan para ulama dalam menjaga

otentisitas hadits Nabi saw.

Page 2: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

A. Standar Kompetensi

Mahasiswa menguasai konsep dan dasar–dasar Ilmu Hadits serta

mampu melakukan penelitian sanad hadits Nabi saw.

B. Kompetensi Dasar

Mahasiswa Memiliki kemampuan memahami eksistensi, perkembangan dan

pembukuan hadits Nabi

C. Indikator

1. Mahasiswa mampu menjelaskan eksistensi dan perkembangan hadits pada masa

Nabi saw.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan eksistensi dan perkembangan hadits pada masa

sahabat Nabi

3. Mahasiswa mampu menjelaskan eksistensi dan perkembangan hadits pada abad II,

III, IV dan masa sesudahnya

D. Waktu

Alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai beberapa indicator tersebut

adalah satu kali tatap muka (120 menit).

E. Kegiatan Pembelajaran

Waktu Langkah Pembelajaran Bahan

Kegiatan Awal

Page 3: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

25 menit

1. Mengajak mahasiswa memperhatikan materi

pembelajaran dengan menghubungkan pada materi

sebelumnya

2. Menjelaskan pokok pembahasan

3. Membagikan lembar kerja

Paparan

power

poin

60 menit

Kegiatan Inti

1. Menjelaskan secara umum tentang usaha Nabi

saw , para sahabat dan para ulama dalam menjaga

kemurnian dan kelestarian hadits Nabi

2. Kelas dibagi 3-4 kelompok. Kelompok 1

berdiskusi tentang Usaha Nabi dan sahabat dalam

meyosialisasikan hadits dan sunnahnya.

Kelompok 2 berdiskusi tentang uapaya penulisan

dan pembukuan hadits. Kelompok 3

mendiskusikan usaha pemurnian hadits Nabi.

Kelompok 4 mendiskusikan usaha

penyempurnaan penyusunan kitab-kitab hadits

3. Perwakilan masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi dan

pendalamannya di depan kelas

Power

poin

Naskah

hadits

Nabi

Page 4: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

25 menit

Kegiatan Penutup

1. Kesimpulan hasil diskusi

2. Mahasiswa membuat rangkuman hasil diskusi

3. Merefleksi proses pembelajaran dan mendorong

mahasiswa mengkaji lebih dalam tentang sejarah

pembukuan hadits Nabi

10 menitKegiatan Tindak lanjut

1. Meminta mahasiswa meresume pendapat para

ulama tentang Usaha para ulama dalam

menghadapi pemalsuan hadits

F. Lembar Kegiatan Mahasiswa

1. Tujuan

Agar mahasiswa memahami dan dapat menjelaskan berbagai usaha yang

telah dilakukan oleh Nabi saw, para sahabat, tabi’in dan para ulama

dalam menjaga kemurnian dan kelestarian hadist Nabi

1. Bahan dan alat

a. Modul

b. Uraian Materi

Page 5: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

2. Kegiatan

a. Mendiskusikan usaha Nabi dan sahabatnya dalam

menyosialisasikan dan melestarikan hadits dan sunnah Nabi

b. Mendiskusikan upaya pembukuan Hadits

c. Mendiskusikan usaha para ulama dalam menjaga kemurnian dan

kelestarian hadits nabi

d. Mendiskusikan usaha para ulama dalam menyempurnakan

sistematika kitab hadits

e. Mempresentasika hasil diskusi

G. Materi Pokok

- Sejarah hadits pada masa abad I

- Sejarah hadits pada abad II

- Sejarah hadits pada abad III

- Sejarah hadits pada abad IV dan sesudahnya

H. Sumber Pembelajaran

1. Muhammad Ajjaj al-Khatib, al-Sunnah Qabla al-Tadwin

2. Subhi Salih : Ulum Al Hadis Wa Mustolahuhu

3. Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits

4. Dr. M. Mustafa A’dzami, Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya

Page 6: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

I. Uraian Materi

1. Hadits Nabi Pada Periode Abad I H

Periode abad I H ini meliputi zaman Nabi saw, Sahabat Nabi

dan zaman Tabi’in besar (senior) di masa pemerintahan Bani Umayah,

yaitu ahir abad I H.

Rasulullah membina umatnya selama 23 tahun. Masa ini

merupakan masa turunnya wahyu , termasuk masa wurudnya hadits Nabi

saw. Wahyu yang diterima oleh Nabi saw dijelaskan melalui perkataan,

perbuatan, persetujuan dan sikap yang melekat dalam sifat-sifat beliau.

Oleh karena itu apa yang didengar, dilihat, disaksikan dan dirasa (melalui

internalisasi nilai) oleh para sahabat, dijadikan sebagai pedoman bagi amal

ibadah mereka. Dalam hal ini Nabi saw merupakan contoh satu-satunya

bagi para sahabat, karena beliau memiliki sifat-sifat sempurna selaku

Rasulullah, yang berbeda dengan manusia lainnya. Oleh karena hadits

merupakan bagian penting dari wahyu yang diterima Nabi, maka dalam

rangka menyosialisasikan, ditempuh upaya sebagai berikut:

a. Langkah-Langkah Nabi saw dalam menyebarkan Hadits/Sunnah

1. Mendirikan sekolah;

Ketika Rasulullah masih berada di Makkah, beliau

menyebarkan sunnahnya dengan mendirikan semacam majlis ta’lim

(kelompok dakwah) sebagaimana yang terjadi di rumah al-Arqam (bait

Page 7: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

al-Arqam) dan sahabat yang lain. Kemudian setelah hijrah ke kota

Madinah beliau mendirikan sekolah/madrsah. Berbagai majlis ilmu ini

bukan hanya diadakan di masjid tetapi juga di rumah-rumah, termasuk

pertemuan husus untuk kaum wanita. Pada majlis-majlis inilah para

sahabat menerima hadits Nabi, kemudian para sahabat mempelajari

dan mengulanginya serta menghafal.1 Di samping itu kegiatan sekolah

ini pada umumnya juga mengirimkan guru dan katib ke berbagai

wilayah di luar kota Madinah. Contohnya sejumlah utusan dikirim ke

Adzal dan Qara pada tahun ke 3 H. Ke Bi’ru Ma’unah tahun ke 4 H, ke

Najran, Yaman dan Hadramaut tahun ke 9 H.2

2. Memberikan Perintah/Instruksi;

Nabi bersabda, “Sampaikanlah pengetahuan dariku meskipun

hanya satu ayat.”3 Tekanan yang sama dapat dilihat pada pidato Nabi

saw pada saat Hajji wada’: “Yang hadir di sini hendaklah

menyampaikan amanat ini kepada yang tidak hadir.” 4 Karena itu

merupakan praktik umum di kalangan sahabat Nabi untuk

memberitahukan ucapan dan perbuatan Nabi kepada sahabat yang lain

yang tidak hadir. Delegasi yang dating ke Kota Madinah diperintahkan

untuk mengajarkan kepada kaumnya. Contoh seperti Malik bin

Huwairits ditugasi oleh Nabi mengajar pada kaumnya. Tugas ini tetap

diemban hingga jauh sesudah Rasul wafat. Tugas yang sama juga

diberikan kepada yang lain.5

Page 8: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

3.Memberi Motivasi Bagi Pengajar dan Penuntut Ilmu;

Nabi saw tidak hanya memeritah dalam mendidik masyarakat,

tetapi juga menjanjikan penghargaan (pahala) yang besar bagi subyek

pendidikan. Nabi saw bersabda :” Menuntut ilmu adalah wajib bagi

setiap muslim”6. “Barang siapa menempuh jalan menuju pengetahuan,

Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.”7 Bagi mereka

yang mengajar, Rasulullah menyampaikan sabdanya;” Barang siapa

menunjukkan jalan kebaikan, maka ia akan memperoleh pahala yang

besarnya sama dengan orang yang melakukan perbuatan baik tersebt”.

Bahkan Rasul memberikan peringatan kepada orang yang berilmu ,

tetapi tidak mau mengajarkan kepada yang lain :”Barang siapa

menyimpan/menahan ilmu, maka ia akan dicambuk dengan api

neraka”.8 Sungguhpun demikian Nabi tetap menyerukan supaya

penyampaian hadits itu dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan

jujur. Untuk itu nabi memberikan peringatan:”Barang siapa berdusta

atas nama-ku, maka bersiaplah menempati kedukannya/tempat

duduknya di Neraka”.

b. Metode Pengajaran Nabi

Metode yang digunakan Nabi saw untuk mengajarkan

hadits/sunnahnya dapat dibagi ke dalam tiga kategori: yaitu metode

lisan, metode tulisan dan metode peragaan praktis.

Page 9: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

1. Metode Lisan

Nabi saw adalah guru bagi sunnah dan ummatnya. Untuk

memudahkan hafalan dan pengertian, beliau biasa mengulangi hal-hal

penting sampai tiga kali. Sesudah mengajari shahabat, biasanya beliau

mendengarkan lagi apa yang sudah mereka pelajari.9 Ada beberapa

cara yang ditempuh oleh Nabi saw dalam menyampaikan pesan

dengan lisan ini, yaitu : Pertama, Nabi menyampaikan pesannya di

hadapan jam’ah. Dalam kesempatan semacaam ini para sahabat

banyak yang memanfalkannya secara antusias. Oleh karena itu farum

ini dihadiri secara bergantian, seperti yang dilakukan oleh sahabat

Umar bin Khattab, artinya jika sewaktu-waktu ia tak dapat hadir, maka

ia berpesan kepada temannya yang hadir supaya menginformasikan

hasilnya kepada Umar. Demikian pula jika Umar yang hadir,

sementara kawannya absen, maka Umar berkewajiban

menginformasikan hasilnya.10 Bahkan kepala suku yang jauh

mengirimkan utusannya ke majlis ini, untuk kemudian

mengajarkannya kepada anggota suku mereka.

Kedua, dalam banyak kesempatan Rasulullah juga

menyampaikan pesan haditsnya kepada sahabat tertentu, kemudian

oleh sahabat tersebut disampaikan kepada yang lain. Hal ini terjadi

karena secara tehnis memang mengharuskan demikian. Contohnya

seperti ketika Rasulullah menyampaikan petunjuk yang berhubungan

dengan hal-hal yang sensitive, seperti mengenai hubungan suami istri,

Page 10: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Dalam hal ini disampaikan Nabi kepada istri-istrinya. Contoh lainnya,

ketika Rasul dalam suatu perjalanan bersama beberapa orang

sahabatnya, maka dalam hal ini yang menerima langsung hanya

sedikit, kemudian berita itu diteruskan oleh sahabat yang mendampingi

Nabi, kepada sahabat lain yang tidak ikut

2. Metode Tulisan

Seluruh surat Rasulullah kepada raja-raja, penguasa daerah,

kepala suku dan gubernur Muslim dapat dikategorikan ke dalam

metode tulisan. Beberapa surat terdapat yang isinya sangat panjang

dan mengandung berbagai masalah hukum ibadah, zakat dan

perpajakan, serta lainnya. Jumlah hadits Nabi yang ditulis dalam

bentuk surat Nabi ini cukup banyak, apalagi jika digabung dengan

tulisan Abdullah bin Amr bin Ash, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan

sebagainya.

Memang metode tulis dalam penyampaian hadits ini pernah

menjadi perdebatan, khususnya pada masa Nabi dan sahabat. Akan

tetapi menurut penelitian Musthafa A’dhami , data sejarah

memperkuat metode tulisan juga digunakan oleh Rasulullah.

Para penulis sejarah Rasul, ulama hadis, dan umat Islam

semuanya sependapat menetapkan bahwa AI-Quranul Karim

memperoleh perhatian yang penuh dari Rasul dan para sahabatnya.

Page 11: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Rasul mengharapkan para sahabatnya untuk menghapalkan AI-Quran

dan menuliskannya di tempat-tempat tertentu, seperti keping-keping

tulang, pelepah kurma, di batu-batu, dan sebagainya.

Ketika Rasulullah SAW. wafat, Al-Quran telah dihapalkan

dengan sempurna oleh para sahabat. Selain itu, ayat-ayat suci AI-

Quran seluruhnya telah lengkap ditulis, hanya saja belum terkumpul

dalam bentuk sebuah mushaf. Adapun hadis atau sunnah dalam

penulisannya ketika itu belum memperoleh perhatian seperti halnya

Al-Quran. Penulisan hadis dilakukan oleh beberapa sahabat secara

tidak resmi, karena tidak diperintahkan oleh Rasul (secara husus)

sebagaimana ia memerintahkan mereka untuk menulis AI-Quran.

Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan hadis-hadis

Rasulullah SAW. Mereka mencatat sebagian hadis-hadis yang pernah

mereka dengar dari Rasulullah SA W.

Diantara sahabat-sahabat Rasulullah yang mempunyai catatan-

catatan hadis Rasulullah adalah Abdullah bin Amr bin AS yang

menulis, sahifah-sahifah yang dinamai As-Sadiqah. Sebagian sahabat

menyatakan keberatannya terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh

Abdullah itu. Mereka beralasan bahwa Rasulullah telah bersabda

ير عني ا تكتبو ال رأن غ ني كتب ومن الق ع. مسلم فليمحه- رواه القرأن غير

Page 12: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Artinya:

"Janganlah kamu tulis apa-apa yang kamu dengar dari aku selain Al-

Quran. Dan barang siapa yang lelah menulis sesuatu dariku selain Al-

Quran, hendaklah dihapuskan. " (HR. Muslim)

Mereka berkata kepada Abdullah bin Amr bin Ash, "Kamu

selalu menulis apa yang kamu dengar dari Nabi, padahal beliau

kadang-kadang dalam keadaan marah, lalu beliau menuturkan sesuatu

yang tidak dijadikan syariat umum." Mendengar ucapan mereka itu,

Abdullah bertanya kepada Rasulullah SAW. mengenai hal tersebut.

Rasulullah kemudian bersabda: 11

ذي أكتب ده نفسي فوال رج ما بي إال فمي من خ

- مسلم حق

Artinya:

"Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi Tuhan yang jiwaku di

tangannya. tidak keluar dari mulutku. selain kebenaran ".

Menurut suatu riwayat, diterangkan bahwa Ali bin Abi Thalib

mempunyai sebuah sahifah dan Anas bin Malik mempunyai sebuah

buku catatan. Abu Hurairah menyatakan: "Tidak ada dari seorang

sahabat Nabi yang lebih banyak (lebih mengetahui) hadis Rasulullah

dari padaku, selain Abdullah bin Amr bin Ash. Dia menuliskan apa

Page 13: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

yang dia dengar, sedangkan aku tidak menulisnya". Sebagian besar

ulama berpendapat bahwa larangan menulis hadis dinasakh

(dimansukh) dengan hadis yang memberi izin, yang datang kemudian.

Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa Rasulullah tidak

menghalangi usaha para sahabat menulis hadis secara tidak resmi.

Mereka memahami hadis Rasulullah SAW. di atas bahwa larangan

Nabi menulis hadis adalah ditujukan kepada mereka yang

dikhawatirkan akan mencampuradukan hadis Nabi dengan AI-Quran

Sedangkan izin penulisan hanya diberikan kepada mereka yang tidak

dikhawatirkan mencampuradukan hadis Nabi dengan Al-Quran. Oleh

karena itu, setelah Al-Quran ditulis dengan sempurna dan telah

lengkap pula turunannya, maka tidak ada larangan untuk menulis

hadis. Tegasnya antara dua hadis Rasulullah di atas tidak ada

pertentangan manakala kita memahami bahwa larangan itu hanya

berlaku untuk orang-orang tertentu yang dikhawatirkan

mencampurkan AI-Quran dengan hadis, dan mereka yang mempunyai

ingatan/kuat hapalannya. Sedangkan izin menulis hadis Nabi diberikan

kepada mereka yang hanya menulis sunah untuk diri sendiri, dan

mereka yang tidak kuat ingatan/hapalannya.12

Di antara sahabat Nabi yang mencatat hadits Nabi dalam

shahifah-shahifahnya adalah:

Page 14: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

1. Abdullah bin Amr bin Ash. Shahifahnya diberi nama الصحيفة

Menurut Ibnu al-Atsir di dalam shahifah tersebut termuat الصادقة

sekitar 1000 hadits. Hadits-hadits Abdullah bin Amr ini sekarang

terhimpun bersama sama hadits yang disusun oleh Imam Ahmad bin

Hambal dalam kitab Musnadnya.

2. Jabir bin Abdullah al-Anshari. Shahifahnya disebut Shahifah Jabir.

Imam Muslim dalam kitab shahihnya telah menghimpun hadits-

hadits Jabir bin Abdullah ini dalam masalah hajji.

3. Abdullah bin Abi Awfa. Shahifahnya dikenal dengan nama Shahifah

Abdullah bin Abi Awfa.

4. Samurah bin Jundub. Shahifahnya diwarisi oleh anaknya yang

bernama Sulaiman bin Samurah.

5. Ali bin Abi Thalib, Shahifahnya berisi hadits-hadits Nabi yang

berhubungan dengan diyat.13

3 Metode Peragaan Praktis

Metode ini biasanya wujud dalam hadits fi’liyah, seperti tata

cara wudlu, tayammum, shalat, hajji dan sebagainya. Banyak

ketentuan al-Qur’an yang bersifat mujmal. Kemudian Rasulullah

memberikan petunjuk praktis supaya kaum muslimin dapat

memahaminya dengan mudah. Menyangkut masalah peragaan praktis

ini biasanya Rasulullah juga memberikan instruksi yang jelas, seperti

sabda Nabi saw ; “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku

Page 15: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

shalat.”14 Dan hadits Nabi ;” Belajarlah kalia dariku upacara manasik

ibadah hajjiku.”15 Demikian juga jika Nabi saw menjawab pertanyaan

yang banyak, beliau biasanya meminta si penanya tinggal beberapa

saat bersama nya, dan belajar melalui pengamatan terhadap praktik

beliau.

c. Cara Shahabat Nabi Dalam Menerima dan Menyampaikan Hadits

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa cara

yang dialami para sahabat dalam menerima hadits dari Nabi saw ialah

penerimaan langsung dan penerimaan tidak langsung. Yang dimaksud

secara lansung yaitu mereka langsung mendengar atau melihat sendiri

apa yang disampaikan dan dilakukan oleh Nabi saw. Sedangkan cara

tidak langsung adalah mereka tidak secara langsung mendengar atau

melihat perkataan dan perbuatan Nabi saw., tetapi mereka dapat

mengikuti dan menerima hadits –hadits beliau dengan jalan bertanya

kepada sahabat lain yang hadir di majlis Nabi.

Adapun cara-cara yang digunakan para shahabat di dalam

menyampaikan hadits kepada orang lain (baik kepada sesama sahabat

atau kepada tabi’in) ialah melalui dua cara :

1. Dengan lafadz asli (bi al-lafdzi); yaitu menyampaikan hadits yang

diterimanya sesuai dengan redaksi yang didengar. Periwayatan

dengan lafadz ini tentu hanya berkaitan dengan hadits qawliyah.,

Page 16: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Sedangkan untuk hadits fi’liyah tentu tidak mungkin diriwayatkan

dengan lafdzi.

2. Dengan makna (secara maknawi) ; yakni hadits yang telah diterima

oleh para sahabat tersebut disampaikan dengan mengemukakan

maknanya saja, tidak persis dengan redaksi yang didengar dan

diucapkan Nabi saw.. Jadi bahasa dan redaksinya disusun oleh

sahabat sendiri, sadang isinya dari Nabi saw. Prof. Dr. Hasbi al-

Siddiqi menyatakan bahwa yang penting dari hadits ialah isinya

(contens). Sedang bahasa dan redaksinya boleh dengan susunan

yang berbeda, asal tidak menyalahi isinya.16

Sepeninggal Nabi saw wafat, amanat melestarikan dan

membina hadits/sunnah Nabi menjadi tanggung jawab para sahabat,

terutama para khalifah pengganti Nabi saw. Secara umum pembinaan

hadits yang dilakukan para sahabat adalah sebagai berikut:

1. Sangat hati-hati dalam periwayatan. Artinya mereka sangat

memperhatikan rawi dan matan hadits dalam hal penerimaan dan

periwayatan.

2. Tidak memperbanyak periwayatan dan penerimaan hadits. Hal ini

jangan diartikan bahwa mereka kurang serius dalam melestarikan

hadits,  namun sesungguhnya  hal  ini  tidak  tertuju pada

periwayatan  itu  sendiri, tetapi dimaksudkan  agar  masyarakat

lebih  berhati-hati dalam periwayatan hadits, dan supaya perhatian

Page 17: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

masyarakat muslim  (hususnya yang sedang dalam  proses

pembelajaran) tidak terganggu dalam mempelajari al-Qur'an. Pada

masa sahabat penyiaran sunnah Nabi   berjalan seiring dengan

kebutuhan pembinaan hokum(ketentuan ajaran Islam) yang

diperlukan, dengan pengawalan yang cukup ketat. Hadits-hadits

yang tidak  ada kaitannya dengan pembinaan Syariat,  atau tidak

memcerminkan sunnah Nabi dilarang untuk disebarkan.17

3. Para sahabat yunior , telah mulai banyak yang mengadakan

perlawatan ke luar kota/ daerah-daerah, sebab para sahabat senior

sebagian berada di sana.

Sedangkan cara yang ditempuh para sahabat dalam

periwayatan (kegiatan menerima dan menyampaikan) hadits, secara

umum masih didominasi oleh penyampaian lisan (melalui hafalan dan

ingatan), baik billafdzi, atau bi al-makna.. Hal ini terjadi karena

beberapa faktor :

a. bahan untuk keperluan tulis menulis sangat langka. Mushaf yang

ditulis pada masa Utsman saja hanya terdiri dari empat (menurut

sebagian ulama ada lima) copy. Untuk itu menulis hadits yang

jumlahnya sangat banyak tentu mengalami banyak hambatan.

b. Orang yang memiliki kemampuan baca-tulis amat sedikit sehingga

dihawatirkan terjadi percampuran dengan al-qur’an

Page 18: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

c. Tradisi saat itu mengharuskan orang melakukan periwayatan

dengan lisan, Periwayatan dengan cara yang tidak lazim (misalnya

dengan tulisan ) akan dinilai kurang sempurna;

d. Pendokumentasian al-qur’an dipandang lebih mendesak di banding

hadits18

2. Hadits Pada Periode Abad II H

Masa ini dimulai pada zaman pemerintahan Banu Umaiyah

angkatan ke dua (mulai khalifah Umar bin Abd. Aziz) sampai akhir

abad II H (menjelang akhir masa pemerintahan Bani Abbas angakatan

pertama)

Pada abad pertama hijrah, yakni masa Rasulullah SAW., masa

khulafaur Rasyidin dan sebagian besar masa Bani Umayyah, hingga

akhir abad pertama hijrah, hadis-hadis itu berpindah-pindah dan

disampaikan dari mulut ke mulut. Masing-masing perawi pada waktu

itu meriwayatkan hadis berdasarkan kekuatan hapalannya. Memang

hafalan mereka terkenal kuat sehingga mampu menyampaikan kembali

hadis-hadis yang pernah direkam dalam ingatannya. Ide

penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk pertama kalinya

dikemukakan oleh khalifah Umar bin Khattab (w. 23/H/644 M).

Namun ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena beliau

Page 19: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

khawatir bila umat Islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari

Al-Quran.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang

dinobatkan akhir abad pertama hijrah, yakni tahun 99 hijrah, datanglah

angin segar yang mendukung pembukuan hadis (yaitu sebuah usaha

pembukuan hadits yang secara resmi berdasar perintah kepala negara

dengan melibatkan beberapa personil, bersifat terbuka dan untuk

kepentingan publik)19. Umar bin Abdul Azis seorang khalifah dari

Bani Umayyah terkenal adil dan wara', sehingga beliau dipandang

sebagai khalifah Rasyidin yang kelima. Beliau sangat waspada dan

sadar, bahwa para perawi yang mengumpulkan hadis dalam ingatannya

semakin sedikit jumlahnya, karena meninggal dunia. Beliau khawatir

apabila tidak segera dikumpulkan dan dikodifikasi dalam buku-buku

hadis dari para perawinya, mungkin hadis-hadis itu akan lenyap

bersama lenyapnya para penghapalnya. Maka tergeraklah untuk

mengumpulkan hadis-hadis Nabi dari para penghapal yang masih

hidup. Pada tahun 100 H. Khalifah Umar bin Abdul Azis

memerintahkah kepada gubernur Madinah, Abu Bakar bin Muhammad

bin Amer bin Hazm supaya membukukan hadis-hadis Nabi yang

terdapat pada para penghafal.

Umar bin Abdul Azis menulis surat kepada Abu Bakar bin

Hazm yang berbunyi:20

Page 20: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

ان انظر ديث من ماك ول ح لى الله رس ص لم عليه الله إني فاكتبه وس دروس خفت ف

اب العلم اء وذه دبث والتقبل العلم إالح ول لى الرس لم عليه الله ص وا وس ولتفش

وا العلم تى ولتجلس إن اليعلم من يعلم خ فسترا يكون حتى اليهلك العلم

Artinya:

"Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu

tulislah. karena aku takut akan lenyapnya ilmu disebabkan

meninggalnya ulama dan jangan diterima selain hadis Rasul SAW dan

hendaklah disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu

supaya orang yang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka

sesungguhnya ilmu itu tidak sirna sampai dirahasiakan. "

Selain kepada Gubernur Madinah, khalifah juga menulis surat

kepada Gubernur lain agar mengusahakan pembukuan hadis. Khalifah

juga secara khusus menulis surat kepada Abu Bakar Muhammad bin

Muslim bin Ubaidillah bin Syihab Az-Zuhri. Kemudian Ibnu Syihab

Az-Zuhri mulai melaksanakan perintah khalifah tersebut. Az-Zuhri

inilah yang merupakan salah satu ulama, yang pertama kali

membukukan hadis (sedang Abu Bakar bin Muhammad bin Amer bin

Hazm, Gubernur Madinah adalah kaum birokrat pertama yang

membukukan hadits nabi) .

Page 21: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Dari Ibnu Syihab Az-Zuhri ini (15-124 H) kemudian

dikembangkan oleh ulama-ulama berikutnya, pembukuan hadis

dilanjutkan oleh Malik bin Anas (93-179 H)Ibn Juraij (w. 150 H), Ar-

Rabi' bin Shabih (w. 160 H) Ibnu Abi Dzi’bin (80-158 H) Hammam

bin Sulaiman (w. 176) Sufyan al-Tsawri (97-161 H) Al-Awza’I (88-

157 H) Ibnu al-Mubarak (118-181 H) Jarir bin Abd Hamid (110-188

H) Muhammad bin Ishaq (w. 151)dan masih banyak lagi ulama-ulama

lainnya.21

Di antara kitab hadits yang disusun pada abad II H, dan dapat sampai

di tengah-tengah kita adalah :

1. Al-Muwatha’, disusun oleh Imam Malik bin Anas atas permintaan

khalifah Abu Ja’far al-Manshur.

2. Musnad al-Syafi'i , disusun oleh Muhammad bin Idris al-Syafi'i

Kumpulan hadits ini dimuat juga di dalam kitab beliau ,Al-Umm

3. Mukhtalif al-Hadits, susunan Muhammad bin Idris al-Syafi'i . Di

dalamnya dibahas tentang cara menerima hadits sebagai hujjah,

dan cara mengompromikan hadits-hadits yang secara lahiriyah

tampak berlawanan.

4. Sirat al-Nabawiyah, disusun oleh Ibnu Ishaq, berisi antara lain

tentang perjalanan Nabi saw dan peperangan yang terjadi zaman

Nabi.22

Page 22: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

a. Ciri-Ciri Pembukuan Pada Periode Abad II H

Dengan kegiatan pembukuan hadits yang pertama kali secara

resmi, maka secara resmi pula kaum muslimin memiliki kitab-kitab

hadits yang dapat dijadikan rujukan untuk belajar dan mendalami

petunjuk-petunjuk Nabi saw. Akan tetapi buku atau kitab hadits

tersebut masih dalam bentuknya yang sederhana. Secara umum ciri-

ciri yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Hadits yang dibukukan dalam kitab/dewan hadits, mencakup

hadits Nabi saw, fatwa shahabat dan tabi’in. Dengan demikian

kitab hadits dalam periode ini, belum ada pemisahan antara hadits

marfu’, hadits mauquf dan hadits maqthu’. Kitab hadits saat itu

yang hanya husus menghimpun hadits Nabi saw adalah yang

ditulis oleh Muhammad bin Hazm, Gubernur kota Madinah yang

mendapat Instruksi Khalifah Umar bin Abd. Aziz :

عليه الله ص���لى الرس���ول ح���ديث اال التقبل

وسلم

b. Hadist yang ditulis dalam kitab hadits saat itu, umumnya belum

dikelompokkan dalam judul-judul (maudhu’) tertentu. Dengan

demikian hadits yang tertulis dalam kitab, masih bercampur antar

berbagai tema, belum ada pengelompokan misalnya bab tentang

hukum, sejarah Nabi, hadits tentang tafsir dan sebagainya. Yang

Page 23: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

pertama melakukan pengelompokan berdasar tema adalah Imam

al-Syafi’i, yaitu masalah thalaq, terkumpul dalam satu bab.

c. Hadits-hadits yang disusun dalam kitab belum dipisah, antara yang

shahih, hasan dan dha’if.

b. Pemalsuan Dan upaya Penyelamatan Hadits Nabi

Sejak terbunuhnya khalifah Usman bin Affan dan tampilnya

Ali bin Abu Thalib serta Muawiyah yang masing-masing ingin

memegang jabatan khalifah, maka umat Islam terpecah menjadi tiga

golongan, yaitu syiah. khawarij, dan jumhur. Masing-masing

kelompok mengaku berada dalam pihak yang benar dan menuduh

pihak lainnya salah. Untuk membela pendirian masing-masing, maka

mereka membuat hadis-hadis palsu. Mulai saat itulah timbulnya

riwayat-riwayat hadis palsu. Orang-orang yang mula-mula membuat

hadis palsu adalah dari golongan Syiah kemudian golongan khawarij

dan jumhur, Tempat mula berkembangnya hadis palsu adalah daerah

Irak tempat kamu syiah berpusat pada waktu itu.

Pada abad kedua, pemalsuan hadis bertambah luas dengan

munculnya propaganda-propaganda politik untuk menumbangkan

rezim Bani Umayyah. Sebagai imbangan, muncul pula dari pihak

Muawiyyah ahli-ahli pemalsu hadis untuk membendung arus

propaganda yang dilakukan oleh golongan oposisi. Selain itu, muncul

Page 24: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

juga golongan Zindiq, tukang kisah yang berupaya untuk menarik

minat masyarakat agar mendengarkannya dengan membuat kisah-

kisah palsu.

Menurut Imam Malik ada empat jenis orang yang hadisnya

tidak boleh diambil darinya:

1. Orang yang kurang akal.

2. Orang yang mengikuti hawa nafsunya yang mengajak masyarakat

untuk mengikuti hawa nafsunya.

3. Orang yang berdusta dalam pembicaraannya walaupun dia tidak

berdusta kepada Rasul.

4. Orang yang tampaknya saleh dan beribadah apabila orang itu tidak

mengetahui nilai-nilai hadis yang diriwayatkannya.23

Untuk itu, kemudian sebagian ulama mempelajari dan meneliti

keadaan perawi-perawi hadis yang dalam masa itu banyak terdapat

perawi-perawi hadis yang lemah Diantara perawi-perawi tersebut. Hal

ini dilakukan untuk mengetahui mana yang benar-benar dapat diterima

periwayatannya dan mana yang tidak dapat diterima.

Selain itu juga diusahakan pemberantasan terhadap hadis-hadis

palsu oleh para ulama, yaitu dengan cara menunjukan nama-nama dari

oknum-oknum/ golongan-golongan yang memalsukan hais berikut

Page 25: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

hadis-hadis yang dibuatnya supaya umat islam tidak terpengaruh dan

tersesat oleh perbuatan mereka. Untuk itu, para ulama menyusun kitab-

kitab yang secara khusus menerangkan hadis-hadis palsu tersebut,

yaitu antara lain :

1. Kitab الموضوعات تذكرت oleh Muhammad bin

Thahir Ak-Maqdisi(w. tahun 507 H)

1. Kitab الكبرى الموضوعات oleh Ibnul Jauzi (w. tahun

597 H)

Di samping itu para ulama hadis membuat kaidah-kaidah atau

patokan-patokan serta menetapkan ciri-ciri kongkret yang dapat

menunjukkan bahwa suatu hadis itu palsu. Ciri-ciri yang menunjukkan

bahwa hadis itu palsu antara lain:

1. Susunan hadis itu baik lafaz maupun maknanya janggal, sehingga

tidak pantas rasanya disabdakan oleh Nabi SAW., seperti hadis:

صديقي فإنه الديك التسبوا

Artinya:

"Janganlah engkau memaki ayam jantan, karena dia teman

karibku. "

2. Isi maksud hadis tersebut bertentangan dengan akal, seperti hadis:

داء كل من شفاء الباذنجان

Page 26: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Artinya:

"Buah terong itu menyembuhkan. Segala macam penyakit. "

3. Isi/maksud itu bertentangan dengan nas Al-Quran dan atau hadis

mutawatir, seperti hadis:

الجنة الزنا ولد اليدخلArtinya:

"Anak zina itu tidak akan masuk surga. "

4. Hadis tersebut bertentangan dengan firman Allah SWT. :

وزرأخرى والتزروازرةArtinya:

"Orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. " (QS.

Fatir: 18)

3. Hadits Pada Periode Abad III H

Periode ini dimulai sejak masa akhir pemerintahan Bani Abbas

angkatan pertama (Khalifah al-Makmun) sampai awal pemerintahan

Bani Abbas angkatan ke dua (Khalifah al-Muqtadir). Periode abad ini

disebut sebagai masa penyaringan dan seleksi hadits, karena pada

masa inilah kegiatan pentashihan hadits Nabi mulai dilakukan dengan

sitematis.

Page 27: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

a. Kegiatan Para Ulama Hadits

Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa pembukuan hadis

dimulai sejak akhir masa pemerintahan Bani Umayyah angakatan

pertama (awal pemerintahan Bani Umayah angkatan ke dua) sampai

ahir abad II H, tetapi belum begitu sempurna. Kitab hadits yang ada

berisi campuran antara hadits yang shahih dan dha’if. Begitu pula

belum dipisahkan antara hadits yang marfu’, mauquf dan maqthu’.

Maka pada awal abad III H. dilakukan upaya penyempunaan; berupa

kegiatan sebagain berikut:

1. Mengadakan perlawatan ke daerah-daerah yang jauh. Kegiatan ini

dilakukan karena hadits-hadits Nabi yang sudah dibukukan pada

abad II H baru terbatas pada hadits hadits Nabi yang ada di kota-

kota tertentu saja, padahal dengan telah tersebarnya para perawi

hadits ke tempat-tempat yang jauh (karena kekuasaan Islam telah

semakin luas), maka masih sangat banyak hadits Nabi yang belum

dibukukan. Oleh karena itu untuk melengkapi koleksi hadits Nabi,

jalan satu-satunya adalah melakukan rihlah (perjalanan) ke tempat-

tempat yang dimaksud. Usaha ini dipelopori oleh Imam al-

Bukhori. Selama 16 tahun beliau telah melakukan perlawatan ke

kota Makkah, Madinah, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mesir,

Demaskus, Naisabur dan sebagainya. Kemudian diikuti Imam

Muslim, Abu Dawud, al-Turmudzi, al-Nasa’I dan lain-lain.

Page 28: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

2. Mengadakan klasifikasi antara hadits yang marfu’(hadits yang

disandarkan kepada Nabi), mauquf (yang disandarkan kepada

Sahabat Nabi) dan yang maqthu’(yang disandarkan kepada

Tabi’in). Dengan usaha ini, maka hadits Nabi telah terpelihara dari

percampuran dengan fatwa sahabat dan fatwa tabi’in.

3. Para ulama mulai mengadakan seleksi kualitas hadits antara hadits

yang shahih dan yang dha’if. Ulama yang mempelopori kegiatan

ini adalah Ishaq Ibnu Rahawaih. Kemudian tilanjutkan oleh al-

Bukhari, Muslim, Abu Dawud , al-Turmudzi, al-Nasa’I, Ibnu

Majah dan lain-lain. Sebelum kemunculan al-Turmudzi, klasifikasi

hadits hanya terdiri atas hadits shahih dan dha’if. Akan tetapi

setelah al-Turmudzi, klasifikasi itu berkembang menjadi hadits

shahih, hasan dan dha’if.

4. Menghimpun kritik yang dilontarkan para ahli ilmu kalam dan

lain-lain, baik kritik yang ditujukan kepada pribadi perawi maupun

pada matan hadits. Kemudian dilakukan upaya pembelaan dengan

melakukan bantahan terhadap kritik tersebut. Salah seorang ulama

yang melakukan kegiatan ini adalah Ibnu Qutaibah dengan

menyusun kitab“Ta’wilu Mukhtalif al-Hadits fi Raddi ‘Ala ada’ al-

Hadits.

5. Menyusun kitab hadits hadits berdasarkan tema dan masalah,

sehingga kitab tersebut memiliki bab-bab sesuai dengan masalah

tertentu. Metode ini dilakukan untuk mempermudah mencari

Page 29: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

masalah yang dikandung oleh hadits. Metode ini dikenal dengan

istilah metode Mushannaf. Ulama yang merintis mertode ini adalah

Imam al-Bukhari, kemudian diikuti oleh muridnya sendiri yaitu

Imam Muslim. Sesudah itu baru diikuti oleh Abu Dawud, al-

Turmudzi dan lain-lain.24

b. Bentuk Penyusunan Kitab-Kitab Hadits

Sistem pembukuan (kodifikasi) hadits pada periode ini dapat

diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk :

1. Kitab Shahih, Yaitu kitab hadits yang disusun dengan cara

menghimpun hadits-hadits yang berkualitas shahih, sedang hadits-

hadits yang berkualitas tidak shahih tidak dimasukkan ke dalam

kitab. Bentuk penyusunan kitab shahih termasuk bentuk mushannaf.

Contohnya kitab al-Jami’ al-Shahih, karya al-Bukhari, dan al-Jani’

al-Shahih karya Imam Muslim.

2. Kitab Sunan, yaitu kitab hadits yang dususun, selaim memuat

hadits-hadits yang berkualitas shahih, juga mengikut sertakan hadits

yang berkualitas hasan dan dha’if, dengan catatan tidak berkualitas

hadits mungkar dan terlalu lemah. Untuk hadits yang berkualitas

tidak shahih biasanya , oleh penyusunnya, diterangkan

kelemahannya. Kitab sunan termasuk disusun dengan metode

mushannaf. Contohnya adalah Kitab Sunan Abu Dawud, Sunan Al-

Turmudzi, Sunan al-Nasa’I, Sunan Ibnu Majah dan Sunan al-Darimi.

Page 30: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

3. Kitab Musnad, yaitu kitab hadits yang disusun dengan

menggunakan nama-nama perawi pertamanya (rawi dari kalangan

shahabat Nabi) sebagai bab. Misalnya hadits-hadits yang

diriwayatkan saiyidah A’isyah, dihimpun di bawah titel A’isyah.

Hadits-hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas,dihimpun di bawah titel

Ibnu Abbas dan seterusnya. Kitab musnad ini berisi hadits yang

berkualitas shahih dan tidak shahih, tetapi tidak dijelaskan

kualitasnya oleh sang penyusun. Contoh Kitab Musnad , karya

Ahmad bin Hambal, Kitab Musnad, karya Abu al-Qasim al-

Baghawi, kitab Musnad , karya Utsman bin Abi Syaibah.25

c. Kitab-Kitab Hadits Induk

Berkat keuletan para ulama hadits yang telah bersusah-payah

mengadakan perjalanan melacak hadits ke berbagai daerah, ahirnya

mereka telah berhasil menyusun berbagai kitab hadits. Demikian

pula berkat kesungguhan mereka dalam melakukan kegiatan

penyaringan hadits, mereka telah berhasil membukukan hadits-hadits

yang shahih, atau kitab-kitab yang isinya lebih banyak memuat

hadits shahih. Kitab-kitab ini pada perkembangan selanjutnya

dikenal al-kutub al-sittah (kitab induk enam) atau al-kitab al-tis’ah

(kitab induk sembilan).

Al-Kutub al-Sittah terdiri atas kitab-kitab shahih dan kitab-kitab

sunan sebagai berikut :

Page 31: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

1. Al-Jami’ al-Shahih karya Imam al-Bukhari

2. Al-Jami’ al-Shahih karya Imam Muslim

3. Sunan Abu Dawud karya Imam Abu Dawud

4. Sunan al-Turmudzi karya Imam al-Turmudzi

5. Sunan al-Nasa’i karya Imam al-Nasa’I

6. Sunan Ibnu Majah karya Imam Ibnu Majah

Sedangkan al-Kutub al-Tis’ah adalah terdiri atas kitab-kitab

induk yang enam di atas, ditambah dengan kitab-kitan hadits berikut:

7. al-Muwattha’ karya Imam Malik bin Anas

8. Sunan al-Darimi karya Imam al-Darimi

9. Musnad Ahmad karya Imam Ahmad bin Hambal

Suatu catatan yang perlu diketahui bahwa walaupun kitab-kitab

hadits di atas disebut sebagai kitab induk (hadits), tetapi tidak semua

hadits Nabi yang dikandung di dalamnya, berstatus shahih secara

keseluruhan. Masih ada beberapa hadits yang kualitasnya hasan atau

bahkan lemah dalam sanad tertentu. Oleh karena itu tetap diperlukan

sikap kritis di dalam mempergunakannya. Tindakan selektif dengan

memperhatikan pendapat para ulama yang tetah melakukan pengkajian

dan penelitian hadits patut diperhatikan. Namun demikian, perlu

diketahui pula bahwa jika terdapat suatu hadits yang lemah dari sisi

sanad tertentu, masih ada kemungkinan shahih pada sanadnya yang

lain. Untuk itu melakukan konfirmasi dan membandingkan suatu

Page 32: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

matan hadits melalui berbagai sanad yang berbeda sangat bermakna,

guna menghindari sikap gegabah dalam melemahkan suatu hadits.26

4. Hadits Pada Periode Abad IV H ( Periode Penyempurnaan

Sistematika Pembukuan) Dan Sesudahnya

Periode ini dimulai pada masa pemerintahan Bani Abbas

angakatan ke dua (masa pemerintahan al-Muqtadir). Masa ini disebut

juga dengan istilah periode ulama muta’akhirin27. Mulai pada periode

ini dinamakan sebagai masa pemeliharaan, penertiban, penambahan,

penggabungan, pensyarahan dan pentahrijan.

a. Kegiatan Para Ulama

Pada periode ini kaadaan daulat islamiyah sudah mulai

melemah, namun kegiatan para ulama hadits dalam melestarikan hadits

Nabi tetap tidak terpengaruh, sebab kenyataannya masih sangat banyak

para ulama yang menekuni dan mendalami serta bersungguh-sungguh

dalam memelihara dan mengembangkan pembinaan hadits, sekalipun

caranya berbeda dengan ulama sebelumnya.

Pada abad III H hampir seluruh hadits Nabi telah terbukukan.

Oleh karena itu kegiatan para ulama abad IV H ini, meskipun masih

ada yang melakukan usaha pembukuan (melakukan perlawatan ke

daerah dengan tujuan mendapatkan hadits untuk dihimpunan dalam

Page 33: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

suatu kitab), tetapi kebanyakan kegiatan mereka ditujukan kepada

pemeliharaan hadits dengan berpedoman pada kitab-kitab yang sudah

ada, dengan cara (1) mempelajari (2) menghafal (3) memeriksa dan

menyelidiki sanad (4) menyusun kitab-kitab baru dengan tujuan untuk

memelihara, menertibkan dan menghimpun segala sanad dan matan

yang saling berhubungan serta yang telah termuat secara terpisah

dalam kitab-kitab yang sudah ada (5) memberikan syarah dan

komentar hadits-hadits yang sudah dihimpun dalam kitab hadits yang

ada.28

Di antara kitab-kitab yang tersusun pada abad ini ialah sebagai berikut:

1. Kitab al-Shahih, karya Ibnu Huzaimah

2. Al-Anwa’ wa al-Taqsim, susunan Ibnu Hibban

3. Kitab Musnad, karya Abu Awanah

4. Al-Muntaqa , susunan Ibnu Jarud

5. dan lain-lain

b. Ciri-Ciri Sistem Pembukuan Hadits

Ulama hadits pada periode ini di samping menyusun kitab

hadits seperti metode yang ditempuh ulama sebelumnya, yaitu dalam

bentuk mushannaf dan musnad, juga menyususn kitab hadits dengan

sistem baru sebagai berikut:

1. Kitab Athraf; yaitu kitab hadits yang isinya hanya menyebut

sebagian-sebagian dari matan hadits tertentu, kemudian

Page 34: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

menjelaskan seluruh sanad dari matan yang bersangkutan., baik

dari sanad yang berasal dari kitab hadits yang dikutip, maupun dari

kitab lain. Misalnya :

a. Athraf al-Shahihain, karya Ibrahin al-Dimasyqy

b. Athraf sl-Shahihain, susunan Abu Muhammad Khallaf Ibnu

Muhammad al-Wasithi

c. Athraf Kutub al-Sittah, susunan Muhammad Ibnu Thahir al-

Maqdisi

2. Kitab Mustakhraj; yaitu kitab hadits yang memuat matan-matan

hadits yang diriwayatkan misalnya oleh al-Bukhari dan Muslim,

atau salah satunya, kemudian penyusun kitab meriwayatkan

matan-matan hadits tersebut dengan menggunakan sanadnya

sendiri yang berbeda. Misalnya:

a. Mustakhraj Shahih al-Bukhari , karya al-Jurjani

b. Mustakhraj Shahih Muslim, karya Abu Awanah

c. Mustakhraj Bukhari-Muslim, karya Abu Bakar Ibnu

Abdan al-Syirazi

3. Kitab al-Mustadrak; yaitu kitab hadits yang menghimpun hadits

hadits yang memiliki syarat , misalnya Bukhari-Muslim, atau

memiliki syarat dengan salah satu kitab Bukhari-Muslim.

Contohnya : Al-Mustadrak ‘ala al-Shahihaini, karya Imam al-

Hakim

Page 35: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

4. Kitab Jami’ ; yaitu kitab hadits yang menghimpun

(mengumpulkan )hadits hadits Nabi yang terlah termuat dalam

kitab yang telah ada dalam satu kitab tertentu. Contohnya :

a. Al-Jami’ Baina al-Shahihaini, karya Ibnu al-Furat

b. Al-Jami’ Baina al-Shahihaini, karya al-Baghawi

c. Mashabih al-Sunan, karya al-Baghawi

5. Kitab Berdasar pokok Masalah; yaitu kitab hadits yang

menghimpun hadits hadits Nabi berdasar masalah tertentu dari

kitab-kitab yang telah ada, contohnya antara lain:

a. Muntaqa al-Akhbar fi al-Ahkam, karya Majduddin Abd. Salam

b. Al-Sunan al-Kubra, karya al-Baghawi

c. Umdat al-Ahkam, karya Abd. Ghoni al-Maqdisi

6. Kitab Syarah ; yaitu kitab hadits yang memuat hadits-hadits dari kitab

tertentu yang sudah ada, kemudian dijelaskan dan dikomentari

maksudnya, baik dengan menggunakan ayat al-qur’an, atau hadits nabi

atau dengan keterangan rasional. Contohnya antara lain:

a. Fath al-Bari, Syarah Shahih al-Bukhari, karya Ibnu Hajar al-

Atsqalani

b. Al-Minhaj, Syarah Muslim, karya Imam al-Nawawi

c. Aun al-Ma’bud, syarah Sunan Abi Dawud, karya Syamsul Haq al-

Adhim al-Abady

Page 36: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

d. Qutul Mughtadzi, Syarah al-Turmudzi, karya Imam al-Syuyuthi

e. Syarah Ta’liq, syarah sunan al-Nasa’i, karya Imam al-Syuyuthi

f. Al-Dibajah, syarah Sunan Ibnu Majah, karya Kamaluddin al-

Damiri.

7. Kitab Mukhtashar; yaitu kitab hadits yang memuat hadits hadits yang

sudah dihimpun dalam kitab yang sudah ada, dengan cara

menyederhanakan / meringkas periwayatan hadits tertentu. Misalnya

dengan membuang sanad, Contoh :

a. Al-Jami’ al-Shaghir, mukhtashar kitab Jam’ul Jawami’, karya

Imam al-Syuyuthi

b. Muhtashar Shahih-Muslim, karya Muhammad Fu’ad Abd. Baqi

8. Kitab Petunjuk /Kamus Hadits : yaitu kitab yang disusun dengan

memuat sebagian kalimat dari sustu hadits Nabi, kemudian

menjelaskan letak hadits yang dimaksud di dalam kitab-kitab hadits;

mulai dari nama kitab, bab dan sub babnya. Sebagian kitab kamus

hadits, ada yang menyebut tempat hadits dengan menunjuk juz dan

halaman kitab hadits yang dimaksud. Contohnya antara lain ialah kitab

Miftah Kunuz al-Sunnah, karya Prof. Dr. A.J.Winsink. Kitab ini

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abd.

Baqy. Kitab ini memberikan petunjuk untuk mencari matan hadits

yang terdapat dalam 14 macam kitab hadits (Kitab shahih al-Bukhari,

Page 37: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Nasa’i, Sunan al-

Turmudzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan al-Darimi, Muwattha’ Malik,

Musnad Zaid bin Ali, Musnad Abu Dawud al-Thayalisi, Musnad

Ahmad bin Hambal, Thabaqat Ibnu Sa’ad, Sirat Ibnu Hisyam dan al-

Maghazi al-Waqidi)

9. Kitab Tahrij ; yaitu kitab yang disusun dengan memuat penjelasan

tentang tempat-tempat pengambilah hadits yang dimuat dalam kitab

tertentu, selkaligus menjelaskan kualitanya. Di antara contohnya :

a. Kitab Takhrij Ahadits al-Anbiya’, karya Al-Iraqi, merupakan kitab

tahrij terhadap hadits-hadits yang ada dalam kitab Ihya’ Ulum al-

Din, karya al-Ghazali

b. Kitab Takhrij Ahadits al-Baidhawi, karya al-Mannawi,sebagai

takhrij terhadap hadits-hadits yang dimuat dalam kitab Tafsir

Baidhawi .

10 Kitab Zawa’id ; yaitu kitab hadits yang disusun dengan memuat hadits-

hadits yang diriwayatakan oleh ulama hadits tertentu (dan dimuat

dalam kitab ulama tersebut, misalnya hadits yang dimuat dalam kitab

Sunan al-Kubra karya Imam al-Baihaqi), tetapi tidak dimuat di dalam

kitab hadits yang disusun oleh ulama tertentu pula.Contohnya Seperti

kitab Zawaid al-Sunan al-Kubra, karya al-Bushiri. Memuat hadits

Page 38: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi. Tetapi tidak dimuat

dalam al-Kutub al-Sittah.

K. Lembar Penilaian

1. Jenis Penilaian

Jenis penilaian yang dipergunakan dalam proses pembelajaran ini

adalah tes tertulis (paper and pencil test) dan non tes

2. Bentuk Penilaian

Bentuk tes yang dipakai adalah essay, sedangkan bentuk non tes-nya

mempergunakan performan selama proses perkuliahan dan bentuk

proyek berupa penyelesaian tugas tertentu

3. Insrumen Penilaian

a. Tes

1. Sebutkan Bagaimana metode Nabi saw dalam menyebarkan

hadits-haditsnya

2. sejak kapan penulisan dimulai, dan sejak kapan pula usaha

pembukuan dilakukan. Jelaskan dan siapa yang mengagasnya

3. Kemukakan bagaimana ciri pembukuan hadits pada abad II H

4. Apa saja upaya para ulama dalam menjaga kemurnian dan

kelestarian hadits Nabi

Page 39: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

5. Apa saja bentuk kitab hadits yang diterbitkan pada abad III dan

IV H

b. Pengamatan

FORMAT PENILAIAN PERFORMANNO NAMA

MAHASISWAVARIABEL YG DIAMATI NILAI

RERATA1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

6

Keterangan Variabel

1. Kedisiplinan

2. Antusiasme

3. Rasionalitas

4. Kerjasama

5. Cara berkomunikasi

c. Proyek

Page 40: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Buat resume tentang bentuk /jenis kitab hadits yang dihasilkan pada

abad V – VII H.

d. Petunjuk Penyekoran

4.1. Tes

a. Item 1 jawaban benar bernilai 20

b. item 2 jawaban benar bernilai 20

c. Item 3 jawaban benar bernilai 20

a. Item 4 jawaban benar bernilai 20

b. Item 5 jawaban benar bernilai 20

Total Nilai = 100

4.2. Performan

Skor penilaian performan bergerak dengan rentangan antara 60-100

4.3. Proyek

Skor penilaian proyek bergerak dengan rentangan antara 60-100

4.4. Pembobotan

Test Tertulis Performan Proyek

40 % 20 % 40 %

Page 41: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Paket 4

ILMU HADITS DAN CABANG-CABANGNYA

A. Pendahuluan

Secara garis besar ilmu hadits dibagi atas ilmu hadits riwayat dan ilmu

hadits dirayat. Jika ilmu hadits riwayat membahas materi hadis yang menjadi

kandungan makna, maka ilmu hadits dirayat mengambil pembahasan

mengenai kaidah-kaidahnya, baik yang berhubungah dengan sanad atau matan

hadits. Kedua pengetahuan tersebut sama-sama penting. Sebab dengan ilmu

yang pertama, setiap muslim yang ingin mengikuti jejak laku dan teladan

Rasulullah , harus menguasai ilmu tersebut. Sementara itu dengan menguasai

ilmu yang kedua, setiap muslim dan siapapun yang mempelajari dengan baik

akan mendapatkan informasi yang akurat dan akuntabel tentang hadits Nabi/

Rasulullah saw.

Di bawah ini akan dibahas tentang pengertian ilmu hadits, sejarah yang

dilalui, dan cabang-cabang ilmu hadits, terurama ilmu hadits yang berkaitan

dengan kegiataan takhrij dan penelitian sanad hadit Nabi saw.

B. Standar Kompetensi

Mahasiswa menguasai konsep dan dasar–dasar Ilmu Hadits serta

mampu melakukan penelitian sanad hadits Nabi saw.

C. Kompetensi Dasar

Mahasiswa memahami pengertian, sejarah perkembangan dan cabang-

cabang ilmu hadits

Page 42: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

D. Indikator

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian dan makna ilmu hadits

2. Mahasiswa dapat menguraikan dan menjelaskan dengan baik

perkembangan dan perjalanan ilmu hadits

3. Mahasiswa mampu menyebutkan, menguraikan dan menjelaskan cabang

dan macam-macam ilmu hadits

E. Waktu

Alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai beberapa indicator tersebut

adalah satu kali tatap muka (120 menit).

E. Kegiatan Pembelajaran

Waktu Langkah Pembelajaran Bahan

25 menit

Kegiatan Awal

1. Memusatkan perhatian mahasiswa pada materi

pembahasan dengan menjelaskan materi pokok

2. Apersepsi pentingnya penguasaan Ilmu Hadits

bagi sarjana PAI dalam memahami hadits Nabi

Uraian

60 menitKegiatan Inti

1. Menyajikan paparan tentang makna, sejarah

perkembangan dan cabang-cabang ilmu hadits

secara garis besar

Power

poin

Page 43: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

2. Mendiskusikan tentang pengertian, sejarah dan

cabang-cabang ilmu hadits

3. Kelas dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok 1

mendiskusikan pengertian dan kegunaan ilmu

hadits. Sedangkan kelompok 2 mendiskusikan

Sejarah perkembangan ilmu hadits. Dan kelompok

3 mendiskusikan cabang-cabang ilmu hadits

5.Perwakilan masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil diskusi dan

pendalamannya di depan kelas

Modul/

buku teks

dan

uraian

25 menitKegiatan Penutup

1. Kesimpulan hasil diskusi

2. Melakukan tes lisan atas hasil pembelajaran

3. Merefleksi proses pembelajaran

10 menitKegiatan Tindak lanjut

1. Dorongan pendalaman buku rujukan/referensi

2. Mahasiswa ditugasi Meresume pendapat para

ulama tentang sejarah dan macam-macam ilmu

hadits

Page 44: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

G.Lembar Kegiatan Mahasiswa

1. Tujuan

Agar mahasiswa memahami dan dapat memahami dengan baik tentang

pengertian, sejarah dan cabang-cabang ilmu hadits serta kegunaannya

dalam studi hadits Nabi

2. Bahan dan alat

a. Modul

b. Uraian Materi

3. Kegiatan

a. Mendiskusikan makna dan kegunaan ilmu hadits

b.Mendiskusikan sejarah perkembangan ilmu dan cabang-cabang ilmu

hadits

c. Mempresentasika hasil diskusi

H.Materi Pokok

d. Pengertian Ilmu Hadits

e. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits

f. Cabang-cabang ilmu hadits.

Page 45: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

I.Sumber Pembelajaran

1. Syuhudi Ismail, Drs, Pengantar Ilmu Hadits

2. Shubhi Shalih Dr. Ulum al-Hadits wa Mushthalahuhu

3. Abd. Majid Khon, Dr. Ulum al-Hadits

4. Fathur Rahman, Drs, Ikhtisar Musthalah Hadits

J. Uraian Materi

1. Makna Istilah Ilmu Hadits Dan Kegunaannya

Banyak macam istilah yang digunakan para ulama untuk menyebut

ilmu hadits. Di antaranya adalah Ilmu Ushul al-Hadits, Ilmu Mushthalah

Hadits, Ilmu Mushthalahi ahli al-Atsar, Ilmu Mushthalahi Ahli al-Hadits.

Prof. Dr. Hasbi al-Siddiqi, sebagaimana dikutib Syuhudi Ismail dan Nur

Sulaiman, mengartikan ilmu Hadits sebagai segala pengetahuan yang

berhubungan dengan hadits Nabi.29 Dari definisi ini, maka cakupan

(obyek) ilmu hadits itu sangat luas. Ia tidak saja menyangkut matan dan

sanad hadits, tetapi juga menyangkut setting social-budaya, pilitik dan

social ekonomi yang melingkupi hadits Nabi. Berangkat dari pengertian

ini, maka ilmu hadits bisa mengalami perkembangan sesuai dengan

perkembangan ilmu itu sendiri. Misalnya ilmu sosiologi Hadits, Ilmu

Pilitik Hadits dan sebagaimnya.

Definisi ini senada dengan pengertian yang dirumuskan oleh Ibnu

Hajar al-Atsqalani 30:

Page 46: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

معرفة الى بها يتوصل ال����تى القواعد معرفة والمروي الراوي

“Pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dapat dipergunakan untuk

mengetahui kaadaan para perawi dan apa yang diriwayatkan(matan

hadits)”

Secara garis besar ilmu-ilmu hadits dapat dibagi menjadi dua, yaitu

ilmu hadits riwayat (riwayah) dan ilmu hadits diroyat (diroyah).  

Ilmu hadis riwayah ialah ilmu yang membahas segala perkataan,

perbuatan, ketetapan dan sifat-sifat Nabi Saw. Jadi ilmu ini titik tekannya

pada materi hadits itu sendiri. Wilayah dan ruang lingkup pembahasan

Ilmu ini tidak menyinggung apakah hadits itu mutawatir atau ahad, dan

juga tidak mempersoalkan apakan hadits tersebut shaih atau tidak, maqbul

atau mardud, tetapi pembahasannya lebih pada apa saja penuturan yang

berasal dari nabi saw. Hal ini dilakukan kerena ditujukan agar supaya

mengetahui apa saja sikap dan prilaku nabi yang dapat dicontoh dan

diteladani. Dengan demikian maka obyek Ilmu hadits Riwayat adalah

pribadi Nabi, baik dari segi perkataan, perbuatan, penetapan dan sifat-sifat

Nabi saw. Dintara kitab-kitab yang mebahas ilmu riwayat adalah kitab

Shahih al-Bukhari, shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan al-Nasa’i,

Sunan Ibnu Majah, Muwatha’ Malik, Musnad Ahmad, Sunan al-Darimi

dan lain se bagainya.

Page 47: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Sedang Ilmu hadis Dirayat berkisar pada kaidah-kaidah untuk

mengetahui kaadaan matan dan sanad hadits, bagaimana cara-cara

penukilan hadis yang dilakukan oleh para ahli hadis, bagaimana cara

menyampaikan kepada orang lain, tentang sifat-sifat rawi, bagaimana cara

memahami hadits dan sebagainya. Dari dua pokok asasi ini, terbitlah

berbagai-bagai berbagai ilmu hadits, seperti ilmu Rijal al-Hadits, Ilmu

Tarih al-Rawi, Ilmu al-Jarhi wa al-Ta’dil, Ilmu Asbab al-Nuzul, Ilmu

Musykilat al-Hadits dan sebagainya.

Adapun kegunaan mempelajari ilmu hadits antara lain :

1. Dapat meneladani akhlak Nabi saw, baik dalam hal ibadah maupun

muamalah, secara benar.

2. Menjaga dan memelihara hadits Nabi dari segala kesalahan dan

penyimpangan

3. Menjaga kemurnian syariat Islam dari berbagai penyimpangan

4. Melaksanakan Syari’at sesuai dengan sunnah Nabi saw.

5. Mengetahu upaya dan jerih payah para ulama dalam menjaga dan

melestarikan hadits Nabi

6. Dapat mengetahui istilah-istilah yang dipergunakan para ulama hadits

Page 48: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

7. Mengetahui kriteria yang dipergunakan para ulama dalam

mengklasifikasikan kaadaan hadist, baik dari sisi kuantitas / jumlah

sanad maupun dari sisi kualitas sanad dan matannya.

8. Dapat mengetahui periwayatan yang maqbul (diterima) dan yang

mardud (tertolak)

9. Dapat melakukan penelitian hadits sesuai dengan kaidah-kaidah dan

syarat-syarat yang disepakati para ulama

10. mampu bersikap kritis dan proporsional terhadap periwayatan hadits

Nabi saw.31

2. Sejarah Perkembangan Ilmu Hadits

Ilmu ini sebenarnya telah tumbuh sejak zaman Rasulullah saw

masih hidup. Perkembangan ilmu hadits selalu beriringan dengan

pertumbuhan pembinaan hadits itu sendiri. Hanya saja ia belum wujud

sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Pada saat Rasulullah saw

masih hidup ditengah-tengah kaum muslimin, ilmu ini masih wujud dalam

bentuk prinsip-prinsip dasar, yang merupakan emberio bagi pertumbuhan

ilmu hadits dikemudian hari. Misalnya tentang pentingnya pemeriksaan

dan tabayyun, terhadap setiap berita yang didengar, atau pentingnya

persaksian orang adil dan sebagainya. Firman Allah dalam surat al-Hujurat

ayat 6 menyatakan:

Page 49: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

فاسق ج��اءكم إن ءامن��وا ال��ذين ياأيها بجهالة قوما تص����يبوا أن فت����بينوا بنبأ

نادمين فعلتم ما على فتصبحوا“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang

fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu

tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”

Demikian pula dalam surat al-Thalaq : 2

وأقيم���وا منكم ع���دل ذوي وأش���هدوا ك���ان من به يوعظ ذلكم لله الش���هادة

الله يتق ومن اآلخر والي��وم بالله ي��ؤمنمخرجا له يجعل

“persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu

dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah

diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari

akhirat. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan

mengadakan baginya jalan ke luar.”

Ayat di atas jelas memberikan perintah kepada kaum muslimin

supaya memeriksa, meneliti dan mengkaji berita yang dating, khususnya

berita yang dibawa oleh orang-orang fasiq. Tidak semua berita yang

datang pasti diterima sebelum diperiksa siapa pembawanya dan apa materi

isinya. Jika pembawanya orang terpercaya dan adil , maka pasti diterima.

Tetapi sabaliknya, jika mereka tidak jujur dan fasik, tidak obyektif, maka

berita akan ditolak.32

Page 50: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Sepeninggal Rasulullah saw , para sahabat Nabi sangat hati-hati

dalam periwayatan hadits, karena konsentrasi mereka masih banyak

tercurahkan kepada al-Qur’an, yang baru mulai dibukukan pada zaman

khalifah Abu Bakar dan disempurnakan pada saat sahabat Utsman bin

Affan menjadi Khalifah. Selanjutnya ketika mulai terjadi konflik politik ,

yang memicu munculnya firqah di kalangan kaum muslimin ; Syi’ah,

Murji’ah dan Jama’ah, dan pada gilirannya mendorong timbulnya

periwayatan yang dimanipulasi, dipalsukan dan direkayasa, maka para

ulama bangkit untuk membendung pemalsuan dan menjaga kemurnian

hadits Nabi. Dari usaha ini, terbentuklah teori-teori tentang periwayatan.

Keharusan menyertakan sanad menjadi bagian penting yang

dipersyaratakan dalam setiap periwayatan. Hal ini telah dilakukan antara

lain oleh Ibnu Syihab al-Zuhri ketika menghimpin hadits dari para ulama.33

Ketika para ulama hadits membahas tentang kemampuan hafalan /

daya ingat para perawi (dhabit), membahas bagaimana system penerimaan

dan penyampaian yang dipergunakan (tahammul wa ada’ al-hadits),

bagaimana cara menyelesaikan hadits yang tampak kotradiktif, bagaimana

memahami hadits yang musykil dan sebagainya, maka perkembangan ilmu

hadits semakin meningkat. Ketika Imam al-Syafi’i (w. 204 H) menulis

kitab al-Risalah, sebenarnya ilmu hadits telah mengalami perkembangan

lebih maju, sebab di dalam kitab tersebut telah dibahas kaidah-kaidah

tentang periwayatan, hanya saja masih bercampur dengan kaidah ushul

Page 51: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

fiqih. Demikian pula dalam kitab al-Umm. Di sana telah ditulis pula

kaidah yang berkaitan dengan cara menyelesaikan haadits-hadits yang

bertentangan, tetapi masih bercampur dengan fiqih. Artinya ilmu hadits

pada saat itu sudah mulai tampak bentuknya, tetapi masih belum terpisah

dengan ilmu lain, belum menjadi disiplin ilmu yang berdiri sendiri.

Sesudah generasi al-Syafi’i, banyak sekali para ulama yang

menulis ilmu hadits, misalnya Ali bin al-Madini menulis kitab Mukhtalif

al-Hadits, Ibnu Qutaibah (w. 276 H ) menyusun kitab Ta’wil Mukhtalif al-

Hadits. Imam Muslim dalam Muqaddimah kitab shahihnya, Al-Turmudzi

menulis al-Asma’ wa al-Kuna, Muhammad bin Sa’ad menulis al-Thabaqat

al-Kubra. Demikian pula al-Bukhari menulis tentang rawi-rawi yang

lemah dalam kitab al-Dlu’afa’. Dengan banyaknya ulama yang menulis

tentang persoalan yang menyangkut ilmu hadits pada abad III H ini, maka

dapat difahami mengapa abad ini disebut sebagai awal kelahiran Ilmu

Hadits, walaupun tulisan yang ada belum membahas ilmu hadits secara

lengkap dan sempurna.

Penulisan ilmu hadits secara lebih lengkap baru terjadi ketika Al-

Qadli Abu Muhammad al-Hasan bin Abd. Rahman al-Ramahurmudzi (w.

360 H) menulis buku Al-Muhaddits al-Fashil Baina al-Rawi wa al-Wa’i.

Kemudian disusul al-Hakim al-Naisaburi (w. 405 H) menulis Ma’rifatu

Ulum al-Hadits,al-Khathib Abu Bakar al-Baghdadi menulis kitab Al-Jami’

Page 52: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

li Adab al-Syaikh wa al-Sami’, al-Kifayah fi Ilmi al-Riwayat dan al-Jami’

li Akhlaq al-Rawi wa Adab al-Sami’34.

C. Cabang-Cabang Ilmu Hadits

1. IImu Rijalil Hadis

من الحديث رواة عن فيه يبحث علمبعدهم ومن والتابعين الصحابة

Artinya:

"Ilmu yang membahas tentang kaadaan para perawi hadis, baik dari

sahabat, tabi'in, maupun dari angkatan sesudahnya35 ."

Dengan ilmu ini dapatlah kita mengetahui keadaan para perawi

menerima hadis dari Rasulullah dan keadaan para perawi yang menerima

hadis dari sahabat dan seterusnya. Di dalam ilmu ini diterangkan tarikh

ringkas dari riwayat hidup para perawi, mazhab yang dipegang oleh para

perawi dan keadaan-keadaan para perawi itu dalam menerima hadis.

Sungguh penting sekali ilmu ini dipelajari dengan seksama, karena

hadis itu terdiri dari sanad dan matan. Maka mengetahui keadaan para

perawi yang menjadi sanad merupakan separuh dari pengetahuan. Kitab-

kitab yang disusun dalam ilmu ini banyak ragamnya. Ada yang hanya

menerangkan riwayat-riwayat ringkas dari para sahabat saja. Ada yang

menerangkan riwayat-riwayat umum para perawi-perawi, Ada yang

Page 53: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

menerangkan perawi-perawi yang dipercayai saja, Ada yang menerangkan

riwayat-riwayat para perawi yang lemah-lemah, atau para mudallis, atau

para pemuat hadis maudlu'. Dan ada yang menerangkan sebab-sebab

dianggap cacat dan sebab-sebab dipandang adil dengan menyebut kata-

kata yang dipakai untuk itu serta martabat perkataan.

Ada yang menerangkan nama-nama yang serupa tulisan berlainan

sebutan yang di dalam ilmu hadis disebut Mu'talif dan Mukhtalif. Dan ada

yang menerangkan nama-nama perawi yang sama namanya, lain orangnya,

Umpamanya Khalil ibnu Ahmad. Nama ini banyak orangnya. lni dinamai

Muttafiq dan Muftariq. Dan ada yang menerangkan nama- nama yang

serupa tulisan dan sebutan, tetapi berlainan keturunan dalam sebutan,

sedang dalam tulisan serupa. Seumpama Muhammad ibnu Aqil dan

Muhammad ibnu Uqail. Ini dinamai Mutasyabah. Dan ada juga yang

hanya menyebut tanggal wafat.

Di samping itu ada pula yang hanya menerangkan nama-nama

yang terdapat dalam satu-satu kitab saja, atau: beberapa kitab saja. Dalam

semua itu para ulama telah berusaha menyusun kitab-kitab yang

dibutuhkan.

Permulaan ulama yang menyusun kitab riwayat ringkas para

sahabat, ialah Al-Bukhari (256 H). Kemudian usaha itu dilaksanakan oleh

Muhammad Ibnu Saad, sesudah itu terdapat beberapa ahli lagi, di

Page 54: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

antaranya, yang penting diterangkan ialah Ibnu Abdil Barr (463 H).

Kitabnya bernama AI-Istiab.

Pada permulaan abad ketujuh Hijrah, Izzuddin ibnul Atsir (630 H)

mengumpulkan kitab-kitab yang telah disusun sebelum masanya dalam

sebuah kitab besar yang dinamai Usdul Gabah. Ibnu Atsir ini adalah

saudara dari Majdudin Ibnu Atsir pengarang An-Nihayah fi GaribiI Hadis.

Kitab Izzuddin diperbaiki oleh Ai-Dzahabi (747 H) dalam kitab At-Tajrid.

Sesudah itu pada abad kesembilan Hijrah, Al-Hafidh Ibnu Hajar

Al-Asqali menyusun kitabnya yang terkenal dengan nama AI-Ishabah.

Dalam kitab ini dikumpulkan Al-Istiab dengan Usdul Gabah dan ditambah

dengan yang tidak terdapat dalam kedua kitab tersebut. Kitab ini telah

diringkaskan oleh As-Sayuti dalam kitab Ainul Ishabah.

Al-Bukhari dan muslim telah, menulis juga kitab yang

menerangkan nama-nama sahabi yang hanya meriwayatkan suatu hadis

saja yang dinamai Wuzdan. Kemudian, dalam bab ini Yahya ibnu abdul

Wahab ibnu Mandah Al-Asbahani (551 H) menulis sebuah kitab yang

menerangkan nama-nama sahabat yang hidup 120 tahun.

Ilmu Rijal al-Hadits ini dibagi menjadi beberapa bagian. Antara

lain adalah Ilmu Tarih al-Rawi dan Ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil. Titik tekan

kedua ilmu ini berbeda. Ilmu Tarih al-Rawi memfokuskan pembahasannya

pada sejarah perjalanan hidup perawi, misalnya kapan seorang rawi itu

Page 55: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

dilahirkan, di mana, kepada siapa dia berlajar hadits, siapa saja gurunya,

memiliki berapa murid hadits, siapa saja mereka itu, pernah melakukan

perlawatan untuk mencari hadits ke mana saja, dimana ia tinggal dan

sebagainya. Sedangkan ilmu al-Jarh wa al-Ta’dil, lebih menfokuskan

kepada kritik perawi; apakan seorang perawi itu adil, kapasitas

intelektualnya sehat apa tidak , Jadi titik tekannya pada kualitas pribadi

dan kapasitas intelektualnya.36

2. Ilmul Jarhi Wat Takdil

Ilmu Jarhi Wat Takdir, pada hakekatnya merupakan suatu bagian

dari ilmu rijalil hadis. Akan tetapi, karena bagian ini dipandang sebagai

yang terpenting maka ilmu ini dijadikan sebagai ilmu yang berdiri sendiri.

Yang dimaksud dengan ilmul jarhi wat takdil ialah:

ال������رواة ج������رح عن فيه يبحث علم وعن مخصوصة بألف����اظ وتع����ديلهم

األلفاظ تلك مراتبArtinya:

"Ilmu yang menerangkan tentang catatan-catatan yang dihadapkan pada

para perawi dan tentang penakdilannya (memandang adil para perawi)

dengan memakai kata-kata yang khusus dan tentang martabat-martabat

kata-kata itu37. "

Yang menjadi pembahasan ilmu ini pada prinsipnya adalah

melakukan telaah terhadap keadilan dan kedhabitan para perawi hadits.

Page 56: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Jadi intinya membicarakan kualitas pribadi perawi dan kapasitas

intelektualnya

Mencacat para perawi (yakni menerangkan keadaannya yang tidak

baik, agar orang tidak terpedaya dengan riwayat-riwayatnya), telah

tumbuh sejak zaman sahabat. Menurut keterangan Ibnu Adi (365 H) dalam

Muqaddimah kitab AI-Kamil, para ahli telah menyebutkan keadaan-

keadaan para perawi sejak zaman sahabat. Di antara para sahabat yang

menyebutkan keadaan perawi-perawi hadis ialah Ibnu Abbas (68 H),

Ubadah ibnu Shamit (34 H), dan Anas ibnu Malik (93 H).

Sedangkan dari kalangan tabi'in antara lain ialah Asy Sya’bi(103

H), Ibnu Sirin (110H), Said Ibnu AI-Musaiyab (94 H). Dalam masa

mereka itu, masih sedikit orang yang dipandang cacat. Mulai abad kedua

Hijrah baru ditemukan banyak orang-orang yang lemah. Kelemahan itu

adakalanya karena meng-irsal-kan hadis, adakalanya karena me-rafa-kan

hadits yang sebenarnya mauquf dan adakalanya karena beberapa kesalahan

yang tidak disengaja, seperti Abu Harun AI-Abdari (143 H).

Sesudah berakhir masa tabi'in, yaitu pada kira-kira tahun 150

Hijrah, para ahli mulai menyebutkan keadaan-keadaan perawi,

menta’dil(menilai adil) dan menajrihkan(menilai cacat) mereka. Di antara

ulama besar yang memberikan perhatian pada urusan ini, ialah Yahya.

ibnu Said Al-Qattan (189H), Abdur Rachman ibnu Mahdi (198 H)",

Page 57: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

sesudah itu, Yazid Ibnu Harun(189 H), Abu Daud At-Thayalisi (204 H),

Abdur Razaq bin Human (211 H).Sesudah itu, barulah para ahli menyusun

kitab-kitab jarah dan ta’dil. Di dalamnya diterangkan keadaan para

perawi, yang boleh diterima riwayatnya dan yang ditolak.

Di antara pemuka-pemuka al-jarah dan al-ta’dil ialah Yahya ibnu

Main (233 H), Ahmad ibnu Hanbal (241 H), MUhammad ibnu Saad (230

H),Ali Ibnul Madini (234 H), Abu Bakar ibnu Syaibah (235 H), Ishaq ibnu

Rahawaih (237 H). Sesudah itu, Ad-Darimi (255 H),Al-Bukhari (256 H),

Al-Ajali(261 H), Muslim (251 H), Abu Zurah (264 H), Baqi ibnu Makhlad

(276 H), Abu Zurah Ad-Dimasyqi (281 H).

Kemudian pada tiap-tiap masa terdapat ulama-ulama yang

memperhatikan keadaan perawi, hingga sampai pada ibnu Hajar Asqalani

(852 H).

Kitab-kitab yang disusun mengenai al-Jarh wa al-Ta’dil, ada

beberapa macam. Ada yang menerangkan orang-orang yang dipercayai

saja, ada yang menerangkan orang-orang yang lemah saja, atau orang-

orang yang menadlieskan hadis. dan ada pula yang melengkapi semuanya.

Di samping itu, ada yang menerangkan perawi-perawi suatu kitab saja atau

beberapa kitab dan ada yang melengkapi segala kitab.

Di antara kitab yang melengkapi semua itu ialah: Kitab Tabaqat

Muhammad ibnu Saad Az-Zuhri Al-Basari (23Q H). Kitab ini sangat

Page 58: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

besar. Di dalamnya terdapat nama-nama sahabat nama-nama tabi'in dan

orang-orang sesudahnya. Kemudian berusaha pula beberapa ulama besar

lain, di antaranya Ali ibnul Madini(234 H), Al-Bukhari, Muslim; Al-

Hariwi (301 H) dan ibnu Hatim (327 H). Dan yang sangat berguna bagi

ahli hadis dan fiqih ialah At-Takmil susunan Al-Imam ibnu Katsir.

Diantara kitab-kitab yang menerangkan orang-orang yang dapat

dipercayai saja ialah Kitab As-Siqat, karangan Al-Ajaly (261 H) dan kitab

As-Siqat karangan Abu Hatim ibnu Hibban Al-Busty. Masuk dalam bagian

ini adalah kitab-kitab yang menerangkan tingkatan penghapal-penghapal

hadis. Banyak pula ulama yang menyusun kitab ini, di antaranya, Az-

Zahabi, Ibnu Hajar Al-Asqalani dan As-Sayuti.

Diantara kitab-kitab yang menerangkan orang-orang yang lemah-

lemah saja ialah: Kitab Ad-Dhuafa, karangan Al-Bukhari dan kitab Ad-

Dhu’afa karangan ibnul Jauzi (587 H)

Kitab yang menggabungkan antara ilmu tarih al-Rawi dan Ilmu al-

Jarh wa al-Ta’dil, antara lain ialah kitab Tahdzib al_kamal fi Asma al-

Rijal karya Abu Al-Hajjaj Yusuf bin al-Zaki al-Mizzi, dan kitab Tahdzib

al-Tahdzib karya Ibnu Hajar al-Atsqalani

Sedangkan lambing-lambang yang dipergunakan untuk menta’dil

adalah :

Page 59: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

ثقة ثقة ثقة ثبت ثبت , ثقة ثبت , , , , ص�����الح , متقن , ص�����دوق , حجة ثبت

, , ش��يخ , مأمون الحديث , حسن الحديثبه بأس , ال وسط

Adapun lafadz/ lambing yang diginakan mentajrih adalah sebagai

berikut :

, كذاب, دج��ال, الناس , أكذب الناس أوضع س����اقط, م����تروك بالك����ذب, فالن متهم

لين, الحديث, فالن الحديث, ضعيف, مردودبقوي, ليس

Selanjutnya, jika dalam penilaian para ulama terdapat perbedaan,

artinya ketika terjadi penilaian yang berbeda di kalangan para ulama

terhadap seorang perawi, maka ada beberapa teori38 :

الجرح على مقدم التعديل.1التعديل على مقدم الجرح.2 للمعد ف��الحكم والمع��دل الج��ارح تعارض إذا.3

المقسر الجرح ثبت اذا اال ل خش������ية التثبت بعد اال الج������رح يقبل ال.4

المجروحين في االشباه

3. IImu Illail Hadis39

Page 60: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

خفية غامضة اس���باب من فيه يبحث علمالحديث صحة في قادحة

Artinya:

Ilmu yang menerangkan sebab-sebab yang tersembunyi, tidak nyata,

yang dapat mencacatkan hadis.

Yakni menyambung yang munqati’, merafa’kan yang mauqu

memasukkan satu hadis ke dalam hadis yang lain dan yang serupa itu

Semuanya ini, bila diketahui, dapat merusakkan kesahihan hadis.

Ilmu ini merupakan semulia-mulia ilmu yang berpautan dengan

hadis, dan sehalus-halusnya. Cacat hadits yang demikian ini tidak dapat

diketahui melainkan oleh ulama yang mempunyai pengetahuan yang

sempurna tentang martabat-martabat perawi dan mempunyai malakah

yang kuat terhadap sanad dan matan-matan hadis.

Di antara para ulama yang menulis ilmu ini, ialah Ibnul Madini (23

H), Ibnu Abi Hatim (327 H), kitab beliau sangat baik dan dinamai Kitab

Illial Hadis. Selain itu, ulama yang menulis kitab ini adalah AI-lmam

Muslim (261 H), Ad-Daruqutni (357 H) dan Muhammad ibnu Abdillah

AI-Hakim.

4. Ilmun nasih wal mansuh40

Page 61: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

والمنسوخ الناسخ عن فيه يبحث علمالحديث من

Artinya:

"ilmu yang menerangkan hadis-hadis yang sudah dimansuhkan dan

yang menasihkannya. "

Apabila didapati suatu hadis yang maqbul, tidak ada yang

memberikan perlawanan maka hadis tersebut dinamai Muhkam. Namun

jika dilawan oleh hadis yang sederajatnya, tetapi dikumpulkan dengan

mudah maka hadis itu dinamai Mukhatakiful Hadis. Jika tak mungkin

dikumpul dan diketahui mana yang terkemudian, maka yang terkemudian

itu, dinamai Nasih dan yang terdahulu dinamai Mansuh.

Banyak para ahli yang menyusun kitab-kitab nasih dan mam'uh

ini, di antaranya Ahmad ibnu Ishaq Ad-Dillary (318 H), Muhammad ibnu

Bahar AI-Asbahani (322 H), Alunad ibnu Muhaminad An-Nah-has (338

H) Dan sesudah itu terdapat beberapa ulama lagi yang menyusunnya, yaitu

Muhammad ibnu Musa Al-Hazimi (584 H) menyusun kitabnya, yang

dinamai Al-lktibar. Kitab AI-Iktibar itu telah diringkaskan oleh Ibnu Abdil

Haq (744 H) .

5. Ilmu Asbabi Wuruddil Hadis, ialah41:

Page 62: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

ألجله ورد الذي السبب به يعرف علمفيه جاء الذي والزمان الحديث

Artinya:

"Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi yang menurunkan sabdanya

dan masa-masanya Nabi menurunkan itu."

Penting diketahui, karena ilmu itu menolong kita dalam memahami

hadis, sebagaimana ilmu Ashabin Nuzul menolong kita dalam memahami

Al-Quran.

UIama yang mula-mula menyusun kitab ini dan kitabnya ada

dalam masyarakat iaIah Abu Hafas ibnu Umar Muhammad ibnu Raja Al-

Ukbari, dari murid Ahmad (309 H), Dan kemudian dituliskan pula oleh

Ibrahim ibhu Muhammad, yang terkenal dengan nama Ibnu Hamzah Al

Husaini (1120 H), dalam kitabnya AI-Bayan Wat Tarif yang telah dicetak

pada tahun 1329 H

6. Ilmu Talfiqil Hadis

األحاديث بين التوفيق عن فيه يبحث عامظاهرا المتناقضة

Artinya: "Ilmu yang membahas tentang cara

mengumpulkan(mempertemikan) hadis-hadis yang(secara lahiriyah)

isinya tampak berlawanan. "

Page 63: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

Secara  umum metode penyelesaian dengan cara  ini mirip  dengan

metode al-Jam'u yang  telah  berkembang  di kalangan ulama hadis.

Metode ini meliputi :

a. Penyelesaian   berdasar  pemahaman  dengan   pendekatan kaedah ushul

fiqh. Cara mengumpulkannya adakalanya dengan menakhsiskan yang

'amm, atau menaqyidkan yang mutlak, atau dengan mentafsil yang

mujmal

b. Penyelesaian berdasar pemahaman kontekstual.

c. Penyelesaian berdasarkan pemahaman korelatif.

d. Penyelesaian dengan menggunakan pendekatan ta'wil.

e. Penyelesaian berdasarkan pemahaman tanawu' al-ibadah42

Ilmu ini dinamai juga dengan ilmu Mukhtaliful Hadis. Di antara

para ulama besar yang telah berusaha menyusun, ilmu ini ialah Al-

Imamusy Syafii (204 H), Ibnu Qurtaibah (276 H), At-Tahawi (321 H) dan

ibnu Jauzi (597 H). Kitabnya bernama At-Tahqiq, kitab ini sudah

disyarahkan oleh Al-Ustaz Ahmad Muhammad Syakir dan baik sekali

nilainya.

K. Lembar Penilaian

1. Jenis Penilaian

Jenis penilaian yang dipergunakan dalam proses pembelajaran ini

adalah tes tertulis (paper and pencil test) dan non tes

Page 64: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

2. Bentuk Penilaian

Bentuk tes yang dipakai adalah essay, sedangkan bentuk non tes-nya

mempergunakan performan selama proses perkuliahan dan bentuk

proyek berupa penyelesaian tugas tertentu

3. Insrumen Penilaian

a. Tes

1. Sebutkan apa yang dimaksud istilah ilmu hadits dirayat

2. Kapan ilmu hadits dilahirkan sebagai sebuah disiplin ilmu, dan

siapa ulama yang pertama kali mempopulerkan

3. Sebutkan beberapa ilmu hadits yang berhubungan dengan

sanad dan ilmu hadits yang berkaitan dengan matan hadits

4. Apa yang anda ketahui tentang ilmu Jarh wa al-Ta’dil. Jelaskan

pula lambing-lambang yang digunakan dalam menjarh dan

menta’dil

5. Jika kita berhadapan dengan hadits-hadits yang tidak sejalan,

Bagaimana cara menyelesaikannya. Jelaskan

4. Pengamatan

FORMAT PENILAIAN PERFORMAN

Page 65: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

NO NAMAMAHASISWA

VARIABEL YG DIAMATI NILAI RERATA

1 2 3 4 5 6

1

2

3

4

5

6

Keterangan Variabel

1. Kedisiplinan

2. Antusiasme

3. Rasionalitas

4. Kerjasama

5. Cara berkomunikasi

5. Proyek

Buat laporan singkat tentang 15 nama-nama kitab sejarah para

perawi hadits lengkap dengan pengarangnya

6.Petunjuk Penyekoran

6.1. Tes

a. Item 1 jawaban benar bernilai 20

Page 66: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

b. item 2 jawaban benar bernilai 20

c. Item 3 jawaban benar bernilai 20

c.Item 4 jawaban benar bernilai 20

d.Item 5 jawaban benar bernilai 20

Total Nilai = 100

6.2. Performan

Skor penilaian performan bergerak dengan rentangan antara 60-100

6.3. Proyek

Skor penilaian proyek bergerak dengan rentangan antara 60-100

6.4. Pembobotan

Test Tertulis Performan Proyek

40 % 20 % 40 %

Page 67: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk
Page 68: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

1

CATATAN AHIR PAKET 3

?Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung: Angkasa, 1991) hal. 83 2Muhammad Musthafa A’dhami, (selanjutnya disingkat M.M.A’dhami) Memahami Ilmu Hadits, (Lentera, 1993),

hal 14; Lihat pula pada Muhammad Musthafa A’dzami, Prof. Hadits Nabi dan Sejarah Kodifikasinya (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1994) hal. 80-85

3Kelengkapan hadits ini dmuat dalam kitab Sunan al-Turmudzi, bab al-ilmu ‘an Rasulullah . Demikian pula dalam Shahih al-Bukhari pada bab ahadits al-anbiya’

4Hadits ini secara lebih lengkap dapat dilihat pada Shahih al-Bukhari, bab al-ilmu dan bab al-Haji 5Selanjutnya dapat dilihat pada M.M. A’dhami, Memahami ….. op cit , hal 15 6Hadits ini diriwayatkan Ibnu Majah dalam kitabnya pada bab Muqaddimah 7 Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari bab al-Ilmi. Demikain pula Imam Muslim

dalam kitab Shahih Muslim, bab Ilmu.8Lihat misalnya pada Sunan Ibnu Majah, bab al-Muqaddimah 9M.M. A’dhami, Memahami Ilmu…..op. cit. hal. 13 10Utang Ranuwijaya dan Mundzir Suparta, Ilmu Hadits (Jakarta: Grafindo Persada, 1993) ha. 5911Nur Sulaiman Prof. Dr. Antologi Ilmu Hadits (Jakarta : Gaung Persada Press, 2008 )hal. 46-48 12Ibid, hal. 4913Pembahasan mengenai catatan san shahifah para sahabat Nabi dan Tabi’in, secara lebih luas bisa dibaca pada

M.M. A’dhami, Hadits Nabi dan Sejarah……op. cit, hal. 123-440 14Secara lengkap hadits ini diriwayatkan al-Bukhari dalam kitabnya Shahih al-Bikhari pada bab al-adzan15Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari dalam bab al-Haji, dan imam Muslim pada bab masik al-Haji16Syuhudi Ismail, Pengantar …….op. cit, hal . 87-88 1717Menurut  Abu Muhammad,  yang dimaksud ‘hadits (yang tidak  boleh  diriwayatkan  dalam  kapasitas  jumlah

yang  banyak) adalah hadits-hadits tentang masa-masa yang dialami  oleh Nabi, bukan hadits-hadits yang ada kaitannya dengan  masalah  fardlu dan sunnat. Lihat M.M. Azami,  Hadits  Nabawi dan  Sejarah Kodifikasinya, (Jakarta,  Pustaka Firdaus, l994), h. 186. Sedang menurut Syah Wali Allah al-Dahlawi, sebagaimana  dikutip Syibli Nu'mani, bahwa  hadits hadits yang  tidak  boleh diriwayatkan secara  berlebihan  adalah riwayat-riwayat  mengenai kebiasaan pribadi  Nabi, karena riwayat  demikian  tidak mempunyai  kaitan  dengan  hukum. Lihat Syibli Nu'mani, Umar bin Khatthab  yang Agung, Sejarah dan Analisis  Kepemimpinannya,  terj.(Bandungng; Pustaka, l994) h. 480-481.

18Al-Yasa Abu Bakar, Dr. Pengantar Mata Kuliah Ushul Fiqih (Banda Aceh: IAIN Ar Raniri, 1993), hal. 17 19Pengumpulan catatan hadits pada masa ini bukan dilakukan oleh perseorangan dan untuk pentingan pribadi,

sebagaimana yang terjadi pada masa sebelumnya. Oleh karena itu, maka istilah pengumpulah hadits pada abad II H ini lebih tepat disebut sebagai masa pembukuan / tadwin. Maka perlu digaris bawahi bahwa istilah pencatatan dan pembukuan harus dibedakan. Pencatatan hadits sudah dimulai sejah Nabi saw masih hidup, sedang pembukuan baru dilakukan pada abad II H.

20Bandingkan dengan Utang Ranuwijaya dan Mundzir Suparta, op.cit, hal. 74-75 21Ibid. hal. 76 22Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits (Bandung : Ankasa, 1991), Hal. 104 23Ibid, hal. 109-110 24Ibid, hal. 113-115 25Fathurrahman, Drs. Ikhtisar Mushthalah Hadits ( Bandung : al-Ma’arif, 1985) hal. 39. Bandinmgkan dengan

Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits……ibid, hal. 115-116 26Selanjutnya baca Dr. Abd. Majid Khon, Ulumul Haadist ( Jakarta : AMZAH, 2008 ) hal. 64-65 27Ulama yang hidup sebelum abad IV H dinamakan ulama mtaqaddimin (salaf/klasik). Sedangkan ulama yang

hidup pada abad IV H dinamakan ulama muta’akhkhirin (modern) 28Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits……op. cit. hal. 120-121 29

CATATAN AHIR PAKET 4

?Lihat Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadits ( Bandung : Angkasa, 1991), hal. 61; Bandingkan pula dengan Prof. Dr. H. M. Nur Sulaiman (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008) hal. 76

Page 69: tukarpendapat.files.wordpress.com · Web viewPaket 3 SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PEMBUKUAN HADITS NABI SAW A. Pendahuluan Hadits Nabi (Rasulullah) saw yang sampai kepada kita dalam bentuk

30Dr. Abd. Majid Khon, Ulumul Hadits ( Jakarta : AMZAH, 2008) hal. 68 31Lihat ibid, hal 71-72 dan 77. Bandingkan dengan Utang Ranuwijaya, Drs, dan Mundzir Suparta, Drs. Ilmu

Hadits (Jakarta : Raja Grafindo, 1993) hal. 2432Sbd. Majid Khon. Dr. Op.cit, hal. 78-7933Ibid, hal. 80 34Ibid, hal. 82 35Bandingkan dengan Fathur Rahman, Drs. Ikhtisar Musthalah hadits (Bandung : al-Ma’arif, 1985) hal. 245 36Lihat lebih rinci pada Fathur Rahman, Drs. Ibid , hal . 258-27337Bandingkan dengan penjelasan Dr. Abd. Majid Khon, Ulumul Hadits (Jakarta : AMZAH, 2008) hal. 85 38Syuhudi Ismail, Dr. Metodologi Penelitian Hadits Nabi (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hal. 77-80 39 Lihat lebih rinci dan bandingkan dengan Fathur Rahman, Drs. Op.cit, hal . 298-304

40 Lihat lebih rinci pada Fathur Rahman, Drs. ibid, hal . 291-29341 Lihat lebih rinci pada Fathur Rahman, Drs. ibid, hal . 286-28942Lihat Edi Safri, Al-Imam al-Syafi'i, Metode  penyelesaian Hadis   Mukhtalif (Disertasi: IAIN Jakarta,    1990) h.

152-206.