eny4ict.files.wordpress.com file · web viewkelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol...
TRANSCRIPT
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat memahami apa itu larutan jenuh
2. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap kelarutan asam oksalat
3. Mahasiswa dapat menentukan harga kelarutan asam oksalat pada berbagai suhu, yang
kemudian dihitung panas pelarutan asam oksalat tersebut.
B. Dasar Teori
Jika kelarutan suhu suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan,
cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan jenuh
adalah larutan yang kandungan solutnya sudah mencapai maksimal sehingga
penambahan solut lebih lanjut tidak dapat larut. Konsentrasi solut dalam larutan jenuh
disebut kelarutan. Untuk solut padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana
molekul fase padat meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan
sama dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi
dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam
air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun
sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang
terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk
menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh yang metastabil atau mengendap.
Dalam larutan jenuh terjadi keseimbangan antara molekul zat yang larut dan yang
tidak larut.keseimbangan itu dapat dituliskan sebagai berikut :
A(p) A(l)
Dimana :
A (l) : molekul zat terlarut
A (p) : molekul zat yang tidak larut
Tetapan kesimbangan proses pelarutan tersebut :
K = az
az¿=¿ az
1¿
Dimana :
az : keaktifan zat yang larut
az : keaktifan zat yang tidak larut, yang mengambil harga satu untuk zat padat dalam keadaan standar
yz : koefisien keaktifan zat yang larut
mz : kemolalan zat yang larut yang karena larutan jenuh disebut kelarutan
(Tim Kimia Fisika, 2011)
Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolut atau kelarutan
dengan temperature dirumuskan van’t hoff :
dln sdT =
d ∆ HRT2
∫ d ln s = ∫ ΔHRT2 dT
ln s = −ΔHRT
+C
log s = −ΔH2,303R
1T
+C
atau ln S2
S1 = ∆HR [T 2−T1
T2 .T 1]
Dimana :
ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)
T = suhu (K)
s = kelarutan per 1000 gr solut
Panas pelarutan yang dihitung ini adalah panas yang diserap jika 1 mol padatan
dilarutkan dalam larutan yang sudah dalam keadaan jenuh. Hal ini berbeda dengan panas
pelarutan untuk larutan encer yang biasa terdapat dalam table panas pelarutan. Pada
umumnya panas pelarutan bernilai (+), sehingga menurut van’t hoff kenaikan suhu akan
meningkatkan jumlah zat terlarut (panas pelarutan (+)) = endotermis. Sedangkan untuk
zat – zat yang panas pelarutannya (-) adalh eksotermis. Kenaikan suhu akan menurunkan
jumlah zat yang terlarut, (Tim Kimia Fisika: 2011).
Proses apa saja yang bersifat endotermis dalam satu arah adalah eksoterm dalam
arah yang lain. Karena proses pembentukan larutan dalam proses pengkristalan
berlangsung dengan laju dalam proses pengkristalan berlangsung dengan laju yang sama
dengan kesetimbangan maka perubahan energy netto adalah nol. Tetapi jika suhu
dinaikkan maka proses akan menyerap kalor. Dalam hal ini pembentukan larutan lebih
disukai. Segera setelah sushu dinaikkan tidak berada pada kesetimbangan karena ada
lagi zat yang melarut. Suatu zat yang menyerap kalor ketika melarut cenderung lebih
mudah larut pada suhu tinggi, (Kleinfelter: 1996).
Kelarutan zat menurut suhu sangat berbeda – beda. Pada suhu tertentu larutan
jenuh yang bersentuhan dengan zat terlarut yang tidak larut dalam larutan itu adalah
sebuah contoh mengenai kesetimbangan dinamik. Karena dihadapkan dengan sistem
kesetimbangn, dapat menggunakan prinsip le chatelier. Untuk menganalisis bagaimana
gangguan itu pada sistem akan mempengaruhi kedudukan kesetimbangan. Gangguan ini
antara lain perubahan pada suhu ini cenderung menggeser kesetimbangan kea rah
penyerap kalor.
Jike pelarut dari zat terlarut lebih banyak merupakan peristiwa endoterm, seperti
dinyatakan dalam persamaan :
Kalor + zat terlarut + larutan (l1) larutan (l2)
Dengan larutan (l2) lebih pekat daripada larutan(l1) maka kenaikan suhu akan
meningkatkan kelarutan. Dengan kata lain, kesetimbangan bergeser ke kanan karena
meningkatnya suhu. Untuk kebanyakan padatan dan cairan yang dilakukan dalam pelarut
cairan, biasaarutannya kelarutan meningkat dengan kenaikan suhu.
Untuk gas, pembentukan larutan dalam cairan hapir selalu eksoterm, sehingga
ketimbangan dapat dinyatakan dengan :
Gas + larutan (1) larutan (2) + kalor
Untuk kesetimabngan ini, peningkatan suhu malah akan mengusir gas dan larutan
sebeb pergeseran ini ke kiri adalah endoterm. Karena itu gas hamppir selalu menjadi
kurang larut dalam cairan jika suhunya dinaikkan, (Atkins: 1994).
Pengaruh temperatur dalam kesetimbangan kimia ditentukan dengan ΔH o dengan
persamaan :[ ∂ lnK∂T ] p =
Δr H o
RT 2 yang disebut persamaan van’t hoff. Pada reaksi endoterm
konstanta kesetimbangan akan naik seiring dengan naiknya termperatur. Pada reaksi
eksoterm konstanta kesetimbangan akan turun dengan naiknya temperature, (Robert A
Alberty Silbey: 1996)
C. Alat dan Bahan
Alat :
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Termometer
4. Buret
5. Statif
6. Klem
7. beaker glas 1000 ml
8. beaker glass kecil
9. pipet tetes
10. corong
11. pengaduk
12. pipet volume 10 ml
13. labu takar 100 ml dan penangas air.
Bahan:
1. Asam oksalat jenuh
2. Larutan NaOH 0,05 M
3. Indikator PP
4. aquades
D. Cara kerja
E. Tabel Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan Titrasi Asam oksalat dan NaOH
NoT(0C)
asam oksalat
V NaOH 0,05 M (ml)
V1 V2 V rata-rata
1 45 13,5 13,6 13,55
2 35 12,5 12,5 12,55
3 25 10,8 10,6 10,7
4 25 9,8 9,9 9,85
Kristal asam okasalat dilarutkan dalam aquades 50 ml pada suhu 60 OC sampai
jenuh
Beker glass kecil masuk ke beker glass besar yang sudah diisi garam dan es batu
Larutan diaduk, bila suhu turun sampai 40 OC larutan diambil 10 ml lalu diencerkan
sampai 100 ml
Larutan yang diencerkan diambil 10 ml ditambah indicator pp 3 tetes untuk
dititrasi dengan NaOH 0,5 N
Dilakukan hal yang sama untuk penurunan suhu 30,20,10OC
Volume NaOH yang dibutuhkan dicatat dalam tabel pengamatan
F.Analisis Data
1. Kelarutan Asam oksalat
a. Pada suhu 45 ℃V1 = V NaOH = 13,55 ml N1 = N NaOH = 0,5N V2 = V asam oksalat = 25 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V1xN1 = V2xN2 V1xM1 = V2xM2
13,55x 0,5= 25xN2 10xM = 10x0,271
N2 = 0,271 N M = 0,271 M
Jadi kelarutan H2C2O4 = 0,0271 M. Analisis selanjutnya ada di lampiran.
Tabel 2. Tabel Kelarutan Asam oksalat dalam berbagai suhu
T (oK) s (M)
318 0,271
308 0,251
298 0,214
288 0,197
2. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan perhitungan
Untuk T1 = 318 oK, T2 = 313 oK
Ln S2
S1 = ∆ HR [T 2−T1
T2 .T 1]
Ln 0,2710,251 =
∆ H8,314 J /mol [ 308−318
308.318 ] [ 0K0K 2 ]
0,053 = ∆ H
8,314 J /mol. ( -1,0209.10-4)
∆H =- 4315,8240 J/mol. Analisis selanjutnya ada di lampiran.
3. Kosentrasi asam oksalat sebelum dititrasi
M = 1590x
100050
= 3,33 M
4. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan Grafik ln s vs 1/T
Tabel 3. Tabel Ln s dan 1/T
T (0 K) 1/T (K-1) s Ln s
318 0.003145 0,271 -1,3056
308 0,003247 0,251 -1,3823
298 0,003356 0,214 -1,5417
288 0,003472 0,197 -1,6245
0.0031 0.0032 0.0033 0.0034 0.0035
-1.8000-1.6000-1.4000-1.2000-1.0000-0.8000-0.6000-0.4000-0.20000.0000
f(x) = − 1023.46015406873 x + 1.91901080919715R² = 0.979771506448631
grafik ln S vs 1/T
Series2Linear (Series2)
1/T
ln S
Gambar 1. Grafik ln s vs 1/T
G. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan pengaruh suhu terhadap kelarutan suatu
zat dan menghitung panas pelarutannya. Zat yang digunakan pada praktikum ini adalah
asam oksalat karena kelarutannya sangat sensitif terhadap suhu sehingga dengan
berubahnya suhu, kelarutan asam oksalat juga akan berubah selain itu asam oksalat
memiliki kelarutan yang kecil jika dilarutkan dalam air.
Langkah pertama melarutkan Kristal asam oksalat ke dalam 50 ml aquades pada
suhu 60 0C. Asam oksalat dilarutkan sedikit demi sedikit hingga asam oksalatnya tidak
dapat larut lagi dalam aquades tersebut atau sampai jenuh. Reaksi pada saat terjadi
kesetimbangan asam oksalat dalam aquades adalah :
H2C2O4(S) + H2O(l) H2C2O4 (aq)
Untuk larutan jenuh, setelah terjadi kesetimbangan antara zat terlarut dalam larutan
dan zat yang tidak larut maka dalam kesetimbangan tersebut kecepatan melarut sama
dengan kecepatan mengendap yang artinya konsentrasi zat dalam larutan akan selalu
tetap. Pada saat pembuatan larutan jenuh yang perlu diperhatikan adalah larutan jangan
sampai lewat jenuh, sehingga endapan yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Tetapi
apabila kesetimbangan diganggu misalnya dengan cara suhunya dirubah, maka
konsentrasi larutan akan berubah.
Setelah larutan jenuh selesai dibuat, lalu larutan asam oksalat jenuh dimasukkan
dalam tabung reaksi besar yang suhunya selalu diamati dengan thermometer.
Selanjutnya suhu diturunkan sampai 450C kemudian dipipet 10 ml untuk dititrasi dengan
NaOH 0,5 N. Sebelum dititrasi, larutan diencerkan sebanyak 100 ml selanjutnya dipipet 25
ml untuk dititrasi dengan NaOH dan ditambahkan indicator pp 3 tetes. Titrasi dilakukan
secara duplo (2 kali pengulangan). Untuk membuktikan bahwa bila suhu diturunkan,
kelarutan zat juga turun sehingga dilakukan perlakuan yang sama untuk penurunan suhu
sebesar 35, 35, 15 0C.
Dari hasil titrasi diperoleh volume NaOH. Volume NaOH tersebut digunakan untuk
menghitung kelarutan asam oksalat. Kelarutan asam oksalat dapat dicari dengan rumus
V1.M1 sehingga kelarutannya dapat diketahui. Molaritas zat yang larut disebut kelarutan
karena larutan tersebut larutan yang jenuh.
Berdasarkan harga kelarutan pada tabel 2, maka dapat dihitung panas
pelarutannya dengan menggunakan persamaan Van’t Hoff sebagai berikut:
Ln S2
S1 =
∆HR [T 2−T1
T2 .T 1]
Dari persamaan diatas maka didapatkan 5 ∆H, kemudian dihitung harga rata-rata
∆H sebesar 4315,8240 J/mol. Selain menggunakan persamaan Van’t Hoff. Dari hasil
perhitungan pada tabel 2 dapat disimpulkan bahwa apabila kelarutan semakin rendah
maka volume NaOH yang diperlukan juga semakin kecil. Besarnya kelarutan dipengaruhi
oleh faktor :
- Jenis pelarut dan zat terlarut : bila zat pelarut sesuai dengan zat terlarut maka
kelarutannya semakin besar.
- Pengadukan : semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin banyak zat yang
terlarut
- Temperatur : semakin tinggi temperatur maka akan semakin besar kelarutannya
Panas pelarutan Asam oksalat dapat dihitung menggunakan regresi linier.
Sebelumnya dibuat grafik ln s vs 1/T seperti pada grafik 1. Sumbu x adalah 1/T
sedangkan sumbu y adalah ln s. Maka grafik tersebut akan diperoleh persamaan
y = a + bx
Dimana
Ln s = −∆HR
. 1T
+C
↓ ↓ ↓ ↓
Y b x a
Dari regresi linear dapat diperoleh slope, dimana slope adalah b = −∆ HR , sehingga
harga ∆H dapat ditentukan. Harga ∆ H berdasarkan grafik 1. adalah sebesar 4315,8240
J/mol.
Walaupun hasil dari kedua perhitungan berbeda namun hasilnya sama-sama positif.
Reaksi tersebut bersifat endoterm atau menyerap panas, sehingga terjadi perpindahan
panas dari lingkungan ke sistem. Pada reaksi endotermis , semakin tinggi suhu maka
semakin banyak zat yang larut.
H. Simpulan
Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Larutan jenuh merupakan suatu larutan sudah tidak dapat melarutkan lagi zat
terlarutnya.
2. Semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutan suatu zat.
3. Panas pelarutan dari percobaan diperoleh 4315,8240 J/mol.
I. Saran
Saran yang dapat diberikan dalam praktikum kali ini adalah
1. Dalam membuat larutan jenuh harus diperhatikan benar – benar apakah larutan
tersebut sudah mengendap atau belum sehingga larutan nantinya tidak kelewat jenuh.
2. Pada titrasi sebaiknya dilakukan duplo atau triplo bila data yang diperoleh memiliki
selisih yang cukup jauh.
3. Pada saat titrasi praktikan harus jeli dalam melihat perubahan warna.
J. Daftar Pustaka
Alberty, Robert A and Robert J.Silbey. 1996. Physical Chemistry 2nd edition. USA: John
Wiley and sons inc.
Atkins, PW. 1994. Kimia Fsika. Jakarta: Elangga
Kleinfelter, Keenan. 1996. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Tim Dosen Kimia Fisik. 2011. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :
Laboratorium Kimia Universitas Negeri Semarang
Mengetahui, Semarang, 2 Desember 2012
Dosen Pengampu Praktikan
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Eny Atminiati
NIP. NIM. 4301410007
K. Lampiran
1. Menghitung kelarutan asam oksalat
b. Pada suhu 35 ℃V1 = V NaOH = 12,55 ml
N1 = N NaOH = 0,5 N
V2 = V asam oksalat = 25ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V1xN1 = V2xN2 V1xM1 = V2xM2
12,55x0,5 = 25xN2 25 x = 25 x0,251
N2 = 0,251 N M = 0,251 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,251 M
c. Pada suhu 25 ℃V1 = V NaOH = 10,7 ml
N1 = N NaOH = 0,5 N
V2 = V asam oksalat = 25 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V1xN1 = V2xN2 V1xM1 = V2xM2
10,7 x0,5 = 25xN2 25xM = 25x0,214
N2 = 0,214 N M = 0,214 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,214M
d. Pada suhu 15 ℃V1 = V NaOH = 9,85 ml
N1 = N NaOH = 0,5 N
V2 = V asam oksalat = 25 ml
Setelah pengenceran Sebelum Pengenceran
V1xN1 = V2xN2 V1xM1 = V2 xM2
9,85x0,5 = 25xN2 25xM = 25 x0,197
N2 = 0,197 N M = 0,197 M
Jadi kelarutan kelarutan asam oksalat = 0,197 M
2. Kosentrasi asam oksalat sebelum dititrasi
M = 1590x
100050
= 3,33 M
3. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan perhitungan
Untuk T1 = 308 oK, T2 = 318 oK
Ln S2
S1 = ∆HR [T 2−T1
T2 .T 1]
Ln 0,2170,251 =
∆H8,314 J /mol [ 308−318
308.318 ] [ 0K0K 2 ]
-0,145 = ∆ H
8,314J /mol. ( -1,0209.10-4)
∆H =- 11807.44 J/mol.
Untuk T1 = 308 oK, T2 = 298 oK
Ln S2
S1 = ∆HR [T 2−T1
T2 .T 1]
Ln 0,2140,251 =
∆ H8,314 J /mol [ 298−308
298 .308 ] [ 0K0K 2 ]
-0,15947 = ∆H . ( -1,31045.10-5)
∆H = 12169J/mol
Untuk T1 = 298 oK, T2 = 288 oK
Ln S2
S1 = ∆HR [T 2−T1
T2 .T 1]
Ln 0,1970,214 =
∆ H8,314 J /mol [ 288−298
288 .298 ] [ 0K0K 2 ]
-0,0827 = ∆H . ( -1,40146.10-5)
∆H = 5900.98 J/mol
∆H rata-rata = ∆H 1+∆H 2+∆H 3
3
= 11807.44+12169+5900.98
3 J/mol
= 9959.14 J/mol
4. Menentukan panas pelarutan Asam oksalat dengan Grafik ln s vs 1/T
T (0 K) 1/T (K-1) s Ln s
318 0.003145 0,271 -1,3056
308 0,003247 0,251 -1,3823
298 0,003356 0,214 -1,5417
288 0,003472 0,197 -1,6245