kemahasiswaan.um.ac.idkemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/04/pkm-gt... · web...
TRANSCRIPT
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
BATIK MODERN SEBAGAI COMMODITY ERA GLOBAL
BIDANG KEGIATAN :
PKM-GT
Diusulkan oleh :
Riski Ayu Dewi Cahyani 109221426123/2009
Windy Uswatun Chasanah 107251407170/2007
Khamad Zaim Mamduh 108431417990/2008
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MALANG
2010i
HALAMAN PENGESAHAN USULPKM-GT
1. Judul Kegiatan : Batik Modern sebagai Commodity Era Global
2. Bidang Kegiatan : PKM-GT3. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Riski Ayu Dewi Cahyanib. NIM : 109221426123c. Jurusan : Sastra Inggrisd. Universitas : Universitas Negeri Malang e. Alamat Rumah dan No. Telp/ HP : Jl. MH. Thamrin No. 88
Kec. KertosonoKab. Nganjuk, Jawa Timur085233999965
f. Alamat Email : [email protected]. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang5. Dosen Pendamping
Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Sumarwahyudi, M. Sn.NIP : 19620519 199203 1 001Alamat Rumah dan No. Tel. /HP : Perum Taman Janti Blok C-5
Gadang Sukun, Malang081555637325
Malang, 15 Pebruari 2010
Menyetujui,Ketua Jurusan Sastra Inggris Ketua Pelaksana Kegiatan
(Dra. Hj. Utami Widiati, M. A., Ph. D.) (Riski Ayu Dewi Cahyani)NIP. 19650813 199002 2 001 NIM. 109221426123
a.n. Rektor Dosen PendampingPembantu Rektor III
(Drs. H. Kadim Masjkur, M. Pd) (Drs. Sumarwahyudi, M. Sn.)NIP.19541216 198102 1 001 NIP. 19620519 199203 1 001
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik
serta hidayah-Nya sehingga Program Kreativitas Mahasiswa – Gagasan Tertulis
(PKM-GT) yang berjudul “Batik Modern sebagai Commodity Era Global” dapat
tersusun dengan baik.
Namun, penulisan karya ilmiah ini tidak akan terlaksana dengan baik
tanpa adanya bantuan moril dan materiil dari banyak pihak. Oleh kaerna itu,
penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Suparno selaku Rektor Universitas Negeri Malang.
2. Bapak Prof. Dr. H. Dawud, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Sastra.
3. Ibu Dra. Hj. Utami Widiati, M. A., Ph. D. selaku Ketua Jurusan Sastra
Inggris.
4. Bapak Drs. Sumarwahyudi, M. Sn. selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi
bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah.
5. Seluruh dosen Universitas Negeri Malang yang telah membimbing dan
membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah.
6. Semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian karya
ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia, begitu pula dengan karya
ilmiah ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan karya ilmiah ini.
Malang, 15 Pebruari 2010
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………....... ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………....... iii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..... iv
DAFTAR LAMPIRAN..………………………………………………….....
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………..
vi
vii
RINGKASAN ……………………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………................... 1
A. Latar Belakang ……………………………………………...............
B. Rumusan Masalah…………………………………………………...
C. Tujuan Penulisan.................................................................................
D. Manfaat Penulisan…………………………………………...............
1
3
4
4
BAB II TELAAH PUSTAKA...................................................................... 5
A. Batik Masa Kini..................................................................................
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya....................................
C. Perbaikan setelah Gagasan..................................................................
5
9
10
BAB III METODE PENULISAN................................................................. 11
A. Data dan Sumber Data........................................................................
B. Metode Penulisan................................................................................
11
11
BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS........................................................... 12
A. Analisis...............................................................................................
B. Sintesis................................................................................................
12
12
BAB V KESIMPULAN................................................................................ 14
A. Gagasan yang Diajukan......................................................................
B. Teknik Implementasi yang akan Dilakukan.......................................
C. Prediksi Hasil yang akan Diperoleh....................................................
14
14
14
iv
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 15
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA..……………………................... 16
LAMPIRAN………………………………………………………………… 19
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Gambar Motif yang Diusulkan Penulis.
Lampiran 2 : Gambar batik tradisional.
Lampiran 3 : Gambar batik modern dan keberagamannya.
Lampiran 4 : Foto teknik pembuatan batik.
Lampiran 5 : Gambar peralatan membatik ( tulis dan cap) .
Lampiran 6 : Foto-foto kegiatan yang berhubungan dengan batik dan yang menggunakan batik.
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Gambar Motif Batik Sakura.
Gambar 2 : Gambar Motif Batik Harajuku.
Gambar 3 : Gambar Motif Batik Klorofil.
Gambar 4 : Gambar Motif Batik Tupat Tindih.
Gambar 5 : Gambar Motif Batik Naruto.
Gambar 6 : Gambar Simbol Kepala Naruto.
Gambar 7 : Gambar Simbol Kepala Naruto.
Gambar 8 : Gambar Motif Batik Pengembangan Motif Naruto.
Gambar 9 : Gambar Motif Batik Pengembangan Motif Naruto.
Gambar 10 : Gambar Motif Batik Udan Rilis.
Gambar 11 : Gambar Motif Batik Slobog.
Gambar 12 : Gambar Motif Batik Mega Mendung.
Gambar 13 : Gambar Motif Batik Ciptoning.
Gambar 14 : Gambar Motif Batik Ceplok kasatriyan.
Gambar 15 : Gambar Motif Batik Tambal.
Gambar 16 : Gambar Motif Batik Cuwiri.
Gambar 17 : Gambar Motif Batik Kawung.
Gambar 18 : Gambar Motif Batik Nitik Karawitan.
Gambar 19 : Gambar Motif Batik Parang Kusumo.
Gambar 20 : Gambar Motif Batik Parang Rusak Barong.
Gambar 21 : Gambar Motif Batik Pamiluto.
Gambar 22 : Gambar Motif Batik Truntum.
Gambar 23 : Gambar Motif Batik Sidomukti.
vii
Gambar 24 : Gambar Motif Batik Tiga Negeri.
Gambar 25 : Gambar Motif Batik Jawa Hokokai.
Gambar 26 : Gambar Motif Batik Buketan asal Pekalongan.
Gambar 27 : Gambar Kain Jarit.
Gambar 28 : Gambar Motif Batik Buketan.
Gambar 29 : Gambar Motif Batik Lasem.
Gambar 30 : Gambar Motif Batik Agro.
Gambar 31 : Gambar Motif Batik Agro.
Gambar 32 : Gambar Motif Batik Agro.
Gambar 33 : Gambar Kemeja Batik.
Gambar 34 : Gambar Gaun Batik.
Gambar 35 : Gambar Kaos Batik.
Gambar 36 : Gambar Blouse Batik.
Gambar 37 : Gambar Peragaan Busana Batik.
Gambar 38 : Gambar Daster Batik.
Gambar 39 : Gambar Baby doll Batik.
Gambar 40 : Gambar Blouse Batik.
Gambar 41 : Gambar Kain Sarung Batik.
Gambar 42 : Gambar Bed Cover Batik.
Gambar 43 : Gambar Musium Batik di Solo.
Gambar 44 : Gambar Sajadah Batik.
Gambar 45 : Gambar Tas Batik.
Gambar 46 : Gambar Kerudung Batik.
Gambar 47 : Gambar Sepatu Batik.
Gambar 48 : Gambar Pembuatan Pola Dasar Batik.
Gambar 49 : Gambar Pemalaman pada Kain Mori.
viii
Gambar 50 : Gambar Pemalaman pada Kain Mori.
Gambar 51 : Gambar Pemalaman pada Kain Mori dengan Teknik Cap.
Gambar 52 : Gambar Cartoon Seorang Pembatik.
Gambar 53 : Gambar Pemalaman pada Kain Mori.
Gambar 54 : Gambar Pemalaman pada Kain Mori.
Gambar 55 : Gambar Pemalaman pada Kain Mori.
Gambar 56 : Gambar Canting.
Gambar 57 : Gambar Gawangan.
Gambar 58 : Gambar Wajan.
Gambar 59 : Gambar Cetakan lilin yang Diukir.
Gambar 60 : Gambar Cetakan lilin yang Diukir.
Gambar 61 : Gambar Cetakan Batik Kayu.
Gambar 62 : Gambar Cetakan Batik Tembaga.
Gambar 63 : Foto Yogyakarta Kembangkan Wisata Batik.
Gambar 64 : Foto pengenalan Batik.
Gambar 65 : Foto Pertemuan Delegasi Indonesia dan Malaysia.
ix
RINGKASAN
Industri batik mengalami perkembangan dan kemajuan. Dengan meluasnya pemasaran sampai ke luar negeri maka permintaan akan batik menjadi banyak. Jenis batik juga bertambah. Kegunaan batik juga meluas. Batik tidak lagi dipakai hanya sebagai sandang tetapi juga sebagai hiasan rumah tangga. Batik memiliki nilai seni yang tinggi karena pada proses pembuatannya diperlukan kesabaran dan keterampilan mulai dari proses pembuatan motif sampai proses pewarnaannya. Kini batik berkembang menjadi batik tradisional dan batik modern. Batik yang berkembang dengan pesat era ini adalah batik dengan motif kontemporer yang lebih mengutamakan nilai artistik daripada filosofinya.Tujuan penulisan adalah (1) Untuk mengetahui minat masyarakat terhadap batik (2) Untuk mengetahui perbedaan antara batik tradisional dan batik modern (3) Untuk mengetahui cara mengembangkan batik modern agar mampu menjadi commodity era global.Landasan teori yang mendukung adalah diambil dari beberapa referensi baik dari internet maupun buku-buku di perpustakaan yang berisi tentang batik dan perkembangannya. Metode penulisan adalah (1) Data-data dan Sumber Data yang didapat melalui metode kajian pustaka yang mengacu pada referensi-referensi yang ada (2) Metode observasi di lingkungan sekitar penulis.Dalam karya Ilmiah ini, penulis membahas tentang minat masyarakat terhadap batik, perbedaan antara batik tradisional dan modern dan cara mengembangkan batik modern agar mampu menjadi commodity era global.Kesimpulan berisi tentang (1) Gagasan yang diajukan oleh penulisan, yaitu : (a) Inovasi motif-motif baru baik kombinasi motif-motif tradisional yang dikemas secara modern maupun inovasi motif kontemporer (b) Dilakukan sosialisasi melalui internet maupun lembaga-lembaga pemerintah daerah setempat (2) Teknik implementasi yang akan dilakukan, yaitu : (a) Membuat situs pertemanan yang bernama “Batik Fans Club” (b) Mengadakan lomba-lomba “Ajang Kreativitas Seni Batik Modern” (c) Penayangan iklan dan bekerja sama dengan Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan baik melalui media cetak maupun elektronik secara berkala (d) Melalui media pembelajaran baik pendidikan formal, informal maupun non formal (3) Prediksi hasil yang akan diperoleh, yaitu : (a) Kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam produksi batik semakin meningkat sehingga kualitas dan kuantitas batik meningkat (b) Adanya regenerasi perajin batik dapat menjadi salah satu upaya untuk melestarikan batik tradisional (khususnya batik tulis) disamping adanya perkembangan batik kontemporer (c) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap batik, khususnya gererasi muda (d) Munculnya berbagai inovasi dalam perkembangan batik, baik dari segi motif hingga proses pembuatannya sehingga Indonesia semakin kaya akan batik dan ragamnya.Rekomendasi yang diberikan penulis adalah supaya masyarakat Indonesia memberikan apresiasinya pada batik sebagai salah satu budaya asli Indonesia.
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batik adalah produk kebudayaan (artefac). Dari pandangan antropologi, seperti
yang diketengahkan oleh Koentjaraningrat (1980) kebudayaan dideskripsikan
sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Hal
tersebut serupa dengan gagasan Honigmann, yang membedakan tiga gejala
kebudayaan, yaitu ideas, activities dan artifacts. Batik adalah produk kebudayaan
yang sinonim dengan artifacts. (Koentjaraningrat 1980, lihat Sumandiyo Hadi,
2006:18). (Mistaram, 2009 )
Kata batik berasal dari bahasa Jawa "amba" yang berarti menulis dan "nitik". Kata
batik sendiri merujuk pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau
cap - dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak
"malam" (wax) yang diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya
bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist
dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang
dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan
perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari
serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan
serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak
menggunakan teknik ini bukan kain batik. Batik telah ditetapkan oleh United
Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai
budaya yang berasal dari Indonesia dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi
bangsa Indonesia. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama.
Batik yang merupakan wujud benda budaya, memiliki nilai tradisi, baik dalam
proses maupun ragam hias yang diterapkannya. Kegiatan yang mentradisi dalam
proses batik yang diproduksi di lingkungan keraton dan di luar tembok keraton
juga berkembang, umumnya pengerjaannya dilakukan dengan sistem tradisional.
xi
Mempunyai nilai tradisi karena pengerjaannya dilakukan dengan turun temurun
dengan tidak merubah sistem. Kegiatan ini diikuti oleh masyarakat perajin batik di
setiap daerah di Indonesia. ( Tim Peneliti IKIP Malang, 1990)
Namun pada era global ini, perkembangan batik menjadi semakin pesat. Baik dari
segi motif yang lebih mengacu pada motif batik kontemporer dan teknik
pembuatanya yang mulai memproduksi secara masal dengan mesin. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya permintaan pasar yang menghendaki adanya
perkembangan dalam dunia seni batik, tidak hanya terbatas pada corak maupun
warna akan tetapi juga mode, fungsi serta dalam proses produksinya. Jadi mode
batik tidak hanya monoton dan tradisional seperti berupa kain jarit ataupun
kemeja akan tetapi berkembang sesuai dengan perubahan jaman. Sehingga batik
modern Indonesia mampu bersaing tidak hanya di pasaran dalam negeri namun
juga di pasaran internasional.
Sebelum dikeluarkannya putusan dari United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO) terhadap batik sebagai warisan budaya dunia,
batik telah memiliki penggemar sendiri dikalangan masyarakat Indonesia. Untuk
batik tradisional atau yang dikenal dengan batik tulis yang harganya relatif lebih
mahal, dikarenakan dari sisi kualitas biasanya lebih bagus, mewah dan unik akan
menjadi pilihan bagi masyarakat menengah ke atas sedangkan batik printing akan
menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat menengah ke bawah karena harganya
yang relatif lebih murah.
Data-data dari Departemen Perindustrian menunjukan bahwa pada tahun 2006
tenaga kerja pada industri TPT sebanyak 1,2 juta orang, belum termasuk industri
TPT skala kecil dan rumah tangga, dengan nilai ekspor US$ 9.45 milyar dan
meningkat menjadi US$ 10,03 milyar pada tahun 2007. Salah satu kendala dalam
industri TPT, ialah usia permesinan yang sudah tua, rata-rata diatas 20 tahun.
Dengan Program Restrukturisasi Mesin/Peralatan Industri TPT, diperkirakan pada
tahun 2009 ekspor TPT bisa mencapai US$ 11,80 milyar dengan surplus sekitar
US$ 5 milyar, dan penyerapan tenaga kerja langsung sebanyak 1,62 juta atau
keseluruhannya 3 juta orang, sudah termasuk tenaga kerja yang tidak langsung.
Industri batik pada tahun 2006 berjumlah 48.287 unit usaha tersebar di 17
propinsi, dan menyerap tenaga kerja sebanyak 792.300 orang. Sedangkan nilai
xii
produksi mencapai Rp. 2,90 triliun dan nilai ekspor US$ 110 juta. Sedang
beberapa data menunjukan bahwa Jawa Tengah memberikan kontribusi ekspor
sekitar 30-35% dari ekspor nasional. (Robby World. 2009)
Pengakuan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) terhadap batik sebagai warisan budaya dunia ternyata berpengaruh
signifikan terhadap penjualan batik di Indonesia khususnya di Yogyakarta.
Berdasarkan data Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota
Yogyakarta, peningkatan penjualan batik di Yogyakarta pasca pengkuan
UNESCO mencapai 30 persen. Ketua Dekranasda Kota Yogyakarta, Dyah
Suminar, mengatakan bahwa pasca pengakuan tersebut, batik semakin diminati
oleh banyak kalangan. (Republika, 2009)
Pengakuan UNESCO terhadap batik sebagai warisan budaya Indonesia, Jumat
(2/10) ternyata berbuah untung besar bagai harta karun bagi toko penjual batik.
Mirota toko batik di Jl. Sulawesi Surabaya diserbu pembeli. Menurut pengakuan
Hayna Honoury Supervisor Mirota, pengukuhan batik berdampak 70 persen pada
penjualan Mirota. Omset batik bahkan meningkat 30-40 persen dibandingkan hari
biasa. (Jakartapos, 2009)
Dari penjelasan sebelumnya, dapat dipahami bahwa sebelum United Nations
Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan batik
sebagai Global Cultural Herritage yang berasal dari Indonesia pada tanggal 2
Oktober 2009 lalu, batik memiliki nilai tersendiri bagi masyarakat Indonesia.
Selain hal tersebut, terjadi pula peningkatan angka penjualan yang cukup
signifikan di beberapa daerah setelah tanggal 2 Oktober. Dari hal tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa batik memiliki daya pikat tersendiri baik pada kalangan
masyarakat mancanegara maupun masyarakat Indonesia sendiri. Oleh karena itu,
pada seni batik modern di Indonesia harus dikembangkan serta disosialisasikan
agar mampu bersaing dan menjadi commodity era global.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, permasalahan yang dapat
dirumuskan pada karya ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1) Bagaimana minat masyarakat terhadap batik?xiii
2) Bagaimana perbedaan pembuatan batik tradisonal dan batik modern?
3) Bagaimana cara mensosialisasikan batik modern agar mampu menjadi
commodity era global?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada karya
ilmiah ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui minat masyarakat terhadap batik.
2) Untuk mengetahui perbedaan antara batik tradisional dan batik modern.
3) Untuk mengetahui cara mengembangkan batik modern agar mampu menjadi
commodity era global.
D. Manfaat Penulisan
Adapun penyusunan karya ilmiah ini diharapkan bisa memberikan manfaat bagi
semua pihak yang terkait, adalah sebagai berikut :
1) Bagi Penulis
Penulisan karya ilmiah ini, dapat menambah wawasan penulis dalam
menganalisa serta berpikiran secara kritis terhadap kejadian-kejadian yang
terjadi di masyarakat, khususnya tentang perkembangan batik.
2) Bagi Lembaga
Semoga karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai referensi tambahan
mengenai apresiasi bangsa Indonesia terhadap budayanya. Karena batik
merupakan budaya asli Indonesia memerlukan perhatian khusus dari
masyarakat dan pemerintah.
3) Bagi Pihak yang Berkepentingan
Pihak yang dimaksud dalam hal ini adalah para produsen dan konsumen
batik. Sehingga karya ilmiah ini diharapkan dapat menjadi pembanding serta
bahan pertimbangan dalam penyusunan karya ilmiah lain yang masih
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini. Dan
diharapkan karya ilmiah ini dapat memberi wawasan tentang betapa
pentingnya kepedulian terhadap budaya bangsa sendiri.
xiv
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Batik Masa Kini
Pada waktu belakangan ini, industri batik mengalami perkembangan dan
kemajuan. Dengan meluasnya pemasaran sampai ke luar negeri maka permintaan
akan batik menjadi banyak. Jenis batik juga bertambah. Kegunaan batik juga
meluas. Batik tidak lagi dipakai hanya sebagai sandang tetapi juga sebagai hiasan
rumah tangga, seperti kain dinding, sarung bantal, sprei, alas meja, serbet dan
lain-lainnya. Perkembangan ini mendapat pengamatan khusus dari kalangan
seniman dan budayawan Indonesia. Tetapi, buku-buku yang menceritakan riwayat
batik amat sedikit. Juga buku yang menerangkan proses batik dan pelajaran batik
tidak banyak. Ada juga diterbitkan buku-buku tentang batik akan tetapi sangat
sulit dipahami karena khusus ditujukan untuk orang-orang asing sebagai sarana
promosi. Banyak orang Indonesia sendiri tidak tahu bagaimana caranya
membatik. Maka banyak seniman mulai menciptakan motif-motif baru, disamping
motif tradisional. Sedangkan yang menulis buku-buku tentang batik hampir tidak
ada atau sedikit saja. Batik juga mendapat saingan berat dari mode-mode pakaian
yang berasal dari Barat. (Candra Irawan, 1984)
Tidak hanya mode pakaian dari barat akan tetapi batik buatan China pun telah
merambah di Indonesia. Dan fenomena yang terjadi adalah masyarakat lebih
memilih produk luar daripada produk dalam negeri. Hal tersebut disebabkan
karena harga yang mereka tawarkan jauh lebih murah daripada produk buatan
Indonesia. Jadi dapat diketahui bahwa minat masyarakat lebih masyarakat
Indonesia lebih dipengaruhi oleh faktor harga.
Selain itu, masyarakat juga kurang memiliki wawasan tentang batik sehingga
mereka mendapat kesulitan untuk membedakan antara batik produksi luar negeri
dan batik produksi dalam negeri, baik yang tradisional maupun modern.
Pengertian tradisional menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah sikap dan
cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat
kebiasaan yang ada secara turun-temurun.( Anton M. Moeliono, 1988)
xv
Karakteristik batik tradisional yaitu batik tulis antara lain sebagai berikut :
1) Pembuatan batik menggunakan canting yaitu alat yang terbuat dari tembaga
yang dibentuk bisa menampung malam (lilin batik) dengan memiliki ujung
berupa saluran/pipa kecil untuk keluarnya malam dalam membentuk gambar
awal pada permukaan kain.
2) Bentuk gambar/desain pada batik tulis tidak ada pengulangan yang jelas,
sehingga gambar nampak bisa lebih luwes dengan ukuran garis motif yang
relatif bisa lebih kecil dibandingkan dengan batik cap.
3) Gambar motif batik tulis bisa dilihat pada kedua sisi kain nampak lebih rata
(tembus bolak-balik) khusus bagi batik tulis yang halus.
4) Warna dasar kain biasanya lebih muda dibandingkan dengan warna pada
goresan motif batik tulis (batik tulis putihan/tembokan).
5) Setiap potongan gambar (ragam hias) yang diulang pada lembar kain
biasanya tidak akan pernah sama bentuk dan ukurannya. Berbeda dengan
batik cap yang kemungkinannya bisa sama persis antara gambar yang satu
dengan gambar lainnya.
6) Waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan batik tulis relatif lebih lama (2 atau
3 kali lebih lama) dibandingkan dengan pembuatan batik cap. Pengerjaan
batik tulis yang halus bisa memakan waktu 3 hingga 6 bulan lamanya.
7) Alat kerja berupa canting harganya relatif lebih murah.
8) Harga jual batik tulis relatif lebih mahal, dikarenakan dari sisi kualitas
biasanya lebih bagus, mewah dan unik. (Artikel Indonesia, 2010)
Walaupun dalam kondisi tradisional, dimungkinkan pula adanya perkembangan,
baik dalam motif maupun bahan pewarnaanya. Hal tersebut juga memiliki
pengaruh di luar fungsi utamanya. Hal ini dikuatkan oleh Soedarso SP, sebagai
berikut :
"........., seni batik juga tidak lagi terkungkung oleh motif-motif parang atau
semen, melainkan bergerak begitu jauh menjadi seni lukis batik, dengan tidak
tanpa korban pula. Kalau di masa lalu setiap gadis yang baik di masyarakat dapat
membatik, maka apabila berikutnya menjadi seni lukis batik tidak mungkin lagi
syarat tersebut dikenakan pada setiap orang. Walaupun saat ini batik tradisional
masih juga ada toh tidak semua gadis yang baik mampu melaksanakankarena
xvi
mereka tidak dipaksa untuk itu. Pabrik batik dan batik pun bukan satu-satunya
bahan pakaian untuk mereka. (Soedarso, SP, MA, 1984: 5)
Dari uraian diatas, memberikan arahan bahwa batik tradisionalpun mengalami
perkembangan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor kebutuhan, faktor
kegunaan praktis mempunyai andil dalam perkembangan batik tradisional. Faktor
lain yang mempengaruhi perkembangan batik tradisi adalah lingkungan dan
kondisi geografisnya. ( Tim Peneliti IKIP Malang, 1990)
Secara garis besar istilah modern mencakup pengertian berikut :
1) Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan
meningkatnya taraf penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
2) Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam
pergaulan hidup dalam masyarakat. (Ayuna Kusuma. 2009)
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata modern merupakan kata
sifat yang berarti terkini, mutakhir, terbaru; kata benda yang berarti sikap dan cara
berpikir yang sejalan dengan kondisi (tuntutan) jaman.
Mungkin selama ini masyarakat masih rancu dengan apa yang disebut dengan
batik modern. Quintanova, salah satu pengamat batik sekaligus panitia Solo Batik
Carnival (SBC) 2 menjelaskan istilah modern dalam konteks batik yang dapat
dilihat dari beberapa segi. Pertama, modern dalam arti motif dan kedua, modern
dalam teknis pembuatan. Contoh modernisasi motif diantaranya memadukan dua
motif batik dalam satu kain. Misalnya perpaduan antara lereng dengan kawung
menjadi motif lereng-kawung. Batik kontemporer bahkan mengaplikasikan motif-
motif modern atau bahkan abstrak dalam kain yang diproses dengan teknis
pembuatan batik. Modern yang kedua adalah dalam hal teknis. Batik printing
adalah salah satu bentuk modernisasi teknis pembuatan batik. Namun, istilah batik
printing yang dikenal masyarakat sebenarnya bukan termasuk batik karena tidak
melalui tahapan pembuatan batik. Proses pembuatan batik secara singkat harus
melalui beberapa tahap diantaranya penggambaran motif, pelapisan dengan
malam, pewarnaan, dan terakhir proses lorot (penghilangan malam). Tanpa proses
tersebut sebuah kain tidak bisa dikatakan batik tetapi hanya tekstil yang bermotif
batik. (Universitas Pendidikan Indonesia, 2010)
xvii
Daerah yang terkenal akan batik modern dengan motif kontemporer adalah daerah
Pekalongan. Pada daerah ini telah memiliki beberapa teknik pembuatan batik
secara modern. Pengelompokan batik Pekalongan berdasarkan metode
pembuatannya adalah sebagai berikut :
1) Batik tulis
yaitu batik yang motifnya dibentuk dengan tangan, yaitu digambar dengan
pensil dan canting untuk penutup atau pelindung terhadap zat warna (lihat
cara membuat batik tulis).
2) Batik cap
yaitu batik yang pembuatan motifnya menggunakan stempel. Cap ini
biasanya terbuat dari tembaga yang telah digambar pola dan dibubuhi malam
(cairan lilin panas).
3) Batik sablon
yaitu batik yang motifnya dicetak dengan klise atau hand print.
4) Batik painting
yaitu batik yang dibuat tanpa pola, tetapi langsung meramu warna di atas
kain.
5) Batik printing
yaitu batik yang penggambarannya menggunakan mesin. Jenis batik ini dapat
diproduksi dalam jumlah besar karena menggunakan mesin modern.
Kemunculan batik printing dipertanyakan oleh beberapa seniman dan
pengrajin batik karena dianggap merusak tatanan dalam seni batik, sehingga
mereka lebih suka menyebutnya kain bermotif batik. (Batikmarkets, 2010)
Pada awalnya, seni batik yang berkembang di Indonesia adalah seni batik
tradisional yaitu seni batik yang teknik pembuatannya dilakukan dengan teknik
tulis yang dilakukan secara manual dengan tangan serta motifnya mengutamakan
nilai simbol atau filosofi. Namun seiring dengan kemajuan jaman pada era global
ini, seni batik di Indonesia telah mengalami banyak perkembangan, baik yang
meliputi perkembangan motif, perubahan mode pakaian ataupun fungsi dari kain
batik itu sendiri hingga teknik pembuatannya yang semakin berkembang. Batik
yang berkembang dengan pesat era ini adalah batik dengan motif kontemporer
yang lebih mengutamakan nilai artistik daripada filosofinya.
xviii
B. Solusi yang Pernah Ditawarkan Sebelumnya
Upaya untuk meningkatkan seni batik batik Indonesia supaya menjadi commodity
era global yang telah dilakukan, antara lain sebagai berikut :
1) Pada tanggal 1 Oktober 2009, 2500 jenis batik telah terdaftar di daftar
Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia oleh UNESCO.
2) Menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai hari Batik Nasional.
3) Adanya hari wajib berbaju batik bagi para pegawai pemerintah maupu para
pendidik. Selain itu, terdapat beberapa sekolah yang menjadikan batik sebagai
salah satu seragam khas, seperti SMK Negeri 5 kota Malang.
4) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta merencanakan untuk
mengembangkan wilayah yang sudah terkenal sebagai tempat produksi batik
sebagai tempat untuk belajar batik di kota Yogyakarta, salah satunya adalah
Kampung Taman di Kecamatan Kraton.
5) Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berniat mengembangkan wisata batik
pada 2010, menyusul pengakuan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan
dan Kebudayaan PBB (UNESCO) terhadap batik Indonesia sebagai warisan
budaya dunia. Rencana awal yang akan dilakukan oleh Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan untuk mengembangkan pariwisata minat khusus tersebut adalah
mengembangkan wilayah yang sudah terkenal sebagai tempat produksi batik
di Kota Yogyakarta. Salah satunya adalah Kampung Taman di Kecamatan
Kraton.
6) Pasar Beringharjo sebagai pusat penjualan batik juga akan terus
dikembangkan sebagai bagian dari wisata batik di Yogyakarta oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Yogyakarta.
7) Ketua Umum Paguyuban Pecinta batik Indonesia (PPBI), Larasati Sulianti
Sulaiman mengusulkan perlunya dilakukan regenerasi perajin batik.
8) Diadakannya pemeran-pameran budaya asli Indonesia baik di dalam maupun
luar negeri supaya tidak hanya masyarakat Indonesia mengenal budayanya
sendiri tetapi bangsa lain juga mengenal budaya Indonesia, termasuk batik.
9) Membukukan kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia supaya mudah
untuk dipelajari. Seperti Laporan Penelitian Fundamental yang berjudul
Fungsi, Makna Estetik dan Simbolik Ragam Hias Batik Pesisiran oleh Drs.
xix
Mistaram, M.Pd. ; Drs Pujiyanto, M. Sn. : Dra. Tjitjik Sriwardani, M.Pd.
10) Pemberian materi-materi muatan lokal yang ditambahkan pada jam luar
sekolah pada tingkat SD, SMP maupun SMA karena semakin awal generasi
muda mengenal budayanya, maka budaya tersebut akan memiliki akar yang
kuat. Seperti di SMA Negeri 2 Genteng kabupaten Banyuwangi, SMA Negeri
1 Turen dan SMA Negeri 1 Kepanjen kabupaten Malang.
C. Perbaikan setelah Gagasan
Dengan adanya sosialisasi tentang batik, masyarakat Indonesia diharapkan dapat
mengenal lebih jauh, baik tentang jenis, motif, daerah asalnya hingga cara
pembuatannya. Karena ratusan motif batik di Indonesia telah mendapatkan hak
patennya. Dengan adanya hal tersebut, masyarakat Indonesia mampu
memberikan apresiasinya terhadap seni batik dan lebih memilih produk
Indonesia. Oleh karena itu, usaha untuk menjadikan batik sebagai commodity era
global, dimulai dari masyarakat Indonesia terlebih dahulu dan masyarakat dunia
akan mengikuti selanjutnya. Akan tetapi, hal ini tidak bisa terwujud tanpa adanya
kerjasama dari berbagai pihak, baik dari pihak masyarakat maupun pemerintah.
Batik berkembang di masyarakat didukung oleh masyarakat penggunannya. Motif
hias yang diciptakan oleh perajin lokal, dihargai oleh masyarakat sekitarnya
sebagai apresiator dan pengguna batik. Perajin memproduksi batik dikarenakan
ada kebutuhan masyarakat penggunanya. Sehingga terjadi hubungan timbal balik
antara permintaan dan produksi. (Mistaram dkk, 2008 : 164)
xx
BAB III
METODE PENULISAN
A. Data dan Sumber Data
Data-data pada karya ilmiah ini berupa uraian-uraian, teori-teori, pendapat-
pendapat serta informasi tentang kejadian yang terjadi di masyarakat. Dan sumber
data yang digunakan adalah melalui sarana internet, pengamatan di lingkungan
sekitar penulis yaitu masyarakat di Universitas Negeri Malang serta pengumpulan
referensi-referensi dari perpustakaan. Selain itu, penulis juga mengumpulkan
beberapa fakta dari wawancara beberapa orang,
B. Metode Penulisan
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode telaah pustaka
yang di dalam penyusunannya, penulis mengumpulkan referensi-referensi baik
melalui media internet, referensi-referensi di perpustakaan serta pengamatan
(observasi) secara sekilas di lingkungan sekitar penulis, yaitu masyarakat
Universitas Negeri Malang.
xxi
BAB IV
ANALISIS DAN SINTESIS
A. Analisis
Upaya untuk mengembangkan batik agar menjadi commodity era global adalah
dengan mengembangkan motif-motif batik yang telah ada atau motif yang
tradisional yang dikemas dalam tatanan motif batik modern serta mencari inovasi
baru tentang batik kontemporer saat ini. (lihat lampiran 1)
B. Sintesis
1) Pihak- Pihak yang Membantu Mengimplementasikan Gagasan
Dalam hal ini, pihak-pihak yang dimaksud adalah pemerintah daerah, antara lain
sebagai berikut :
a. Dinas Perindustrian dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Dalam hal ini, instansi-instansi tersebut membantu dalam memberikan
pelatihan dan penyuluhan dalam rangka peningkatan produksi batik mulai
dari pemilihan bahan hingga proses pembuatannya.
b. Dinas Pendidikan
Dalam upaya mengembangkan batik sebagai commodity era global, dinas
pendidikan melalui lembaga-lembaga sekolah utamanya, memberikan
sosialisasi tentang batik yang dikemas dalam bentuk materi pelajaran
maupun materi ekstrakurikuler.
c. Perbankan
Berbeda dengan instansi-instansi pemerintah yang lain, perbankna
menawarkan bantuan pada Usaha Kecil Menengah (UKM) barupa
pinjaman lunak
2) Langkah-Langkah Strategis yang Dilakukan
xxii
Langkah-langkah untuk mengimplementasikan gagasan sehingga batik Indonesia
menjadi commodity era global yaitu dengan :
1) Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) melalui penyuluhan dan
pelatihan batik yang meliputi bidang pengembangan motif, kualitas (warna
dan bahan), produksi dan pemasaran.
2) Sosialisasi tentang batik melalui beberapa metode yang telah disesuaikan
dengan kondisi saat ini, yaitu :
a. Adanya situs pertemanan “Batik Fans Club” yang dapat digunakan sebagai
sarana pertukaran informasi tentang seni batik Indonesia.
b. Mengadakan lomba-lomba “Ajang Kreativitas Seni Batik Modern” dari
tingkat taman kanak-kanak (TK), sekolah dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengan atas (SMA) hingga tingkat mahasiswa.
c. Pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
menayangkan iklan baik melalui media cetak maupun elektronik secara
berkala tentang perkembangan budaya Indonesia dan di dalannya bisa
disisipkan unsur-unsur yang masih berhubungan dengan seni batik
Indonesia baik yang tradisional maupun modern.
d. Melalui media pembelajaran baik pendidikan formal, informal maupun
non formal. Pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan melalui
lembaga sekolah yang penerapannya pada belajar mewarnai gambar atau
pola batik untuk tingkat TK, pengenalan motif daerah setempat dan
menggambar motif untuk tingkat SD, Pengenalan motif batik nusantara
untuk tingkat SMP dan praktek pembuatan batik sederhana di tingkat
SMA. Sementara, untuk lembaga informal, dapat dilakukan melalui
penyuluhan maupun pelatihan yang dilakukan di sanggar-sanggar batik
maupun lembaga lain. Sedangkan lembaga non formal yang
pembelajarannya melalui didikan keluarga, utanya adalah dari orang tua.
xxiii
BAB V
KESIMPULAN
A. Gagasan yang Diajukan
1) Inovasi motif-motif baru baik kombinasi motif-motif tradisional yang
dikemas secara modern maupun inovasi motif kontemporer.
2) Dilakukan sosialisasi melalui internat maupun lembaga-lembaga pemerintah
daerah setempat.
B. Teknik Implementasi yang akan Dilakukan
1) Membuat situs pertemanan yang bernama “Batik Fans Club” .
2) Mengadakan lomba-lomba “Ajang Kreativitas Seni Batik Modern” .
3) Penayangan iklan dan bekerja sama dengan Pemerintah melalui Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan baik melalui media cetak maupun elektronik
secara berkala .
4) Melalui media pembelajaran baik pendidikan formal, informal maupun non
formal.
C. Prediksi Hasil yang akan Diperoleh
1) Kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam produksi batik semakin
meningkat sehingga kualitas dan kuantitas batik meningkat.
2) Adanya regenerasi perajin batik dapat menjadi salah satu upaya untuk
melestarikan batik tradisional (khususnya batik tulis) disamping adanya
perkembangan batik kontemporer.
3) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap batik, khususnya gererasi muda.
4) Munculnya berbagai inovasi dalam perkembangan batik, baik dari segi motif
xxiv
hingga proses pembuatannya sehingga Indonesia semakin kaya akan batik
dan ragamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Risa, S. Pd. 2009a. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Serba Jaya.
Ant. 2002. Batik. http:// id.wikipedia.org/wiki/batik.html [6 Oktober 2009].
Artikel Indonesia. 2010a. Karakteristik Batik Tulis. http://www.artikelindonesia.co.id/batik\karakteristik-batik-tulis.
Batik markets. 2010b. Cara Membuat Batik. http://www.batikmarkets.com/cara_membuat_batik.html.
Bellamy, Robby. 2009b. Batik dalam Tradisi Baru Menghadapi Arus Budaya Global. http://robby-bellamy.blogspot.com/2009/12/batik-dalam-tradisi-baru-menghadapi.html. [18 Pebruari 2010]
BS. 2009c. Modernisasi. http://www.e-dukasi.net/modernisasi.html [11 Oktober 2009].
Irawan, Candra. 1984. Batik dan Membatik. Jakarta : CV. Akadoma.
Kusuma, Ayuna. 2009d. Pengertian Modernisasi. http://ayuna.cybermq.com/ pengertian-modernisasi.html [17 Mei 2009].
M. Moeliono, Anton. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Mistaram. 1994. Batik, Perkembangannya dan Seni Lukis Batik. Malang : Proyek OPF IKIP Malang.
Mistaram, dkk. 2008. Laporan Penelitian Fundamental : Fungsi, Makna, Estetik dan Simbolik Ragam Hias batik Pesisiran. Malang : Fakultas .Sastra Universitas Negeri Malang
Mistaram. 2009e. Jurnal Media, Seni dan Desain : Revitalisasi dan Eksistensi Batik Malangan. Malang : Universitas Negeri Malang.
Republika. 2009f. Pasca Pengakuan UNESCO Penjualan Batik Yogya Naik 30 Persen.http://www.republika.co.id/batik/pasca-pengakuan-unesco-penjualan batik-yogya-naik-30-persen.html.
Tim Dosen ISD. 1988. Ilmu Sosial Dasar. Malang : IKIP Malang.
Tim Peneliti IKIP Malang. 1990. Ragam Hias Seni Batik Madura. Malang : xxv
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan Malang, Pusat penelitian.
Universitas Pendidikan Indonesia. 2010c. Pengertian Batik Modern. http://forum.upi.edu/pengertian-batik-modern
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA
Nama : Riski Ayu Dewi Cahyani
Tempat Lahir : Nganjuk
Tanggal Lahir : 29 Juli 1989
Alamat Asal dan No. Telp. / HP : Jl. MH. Thamrin No. 88 Kel. Banaran Kec. Kertosono Kab. Nganjuk, Jawa Timur 64311
085233999965
Alamat dan No. Telp. /HP di Malang: Jl. Patimura No. 25 Batu, Ma’had Al-Ulya MAN Kota Batu
(0341) 524920
Karya ilmiah yang pernah dibuat : Jadul Vs Modern dalam Pemakaian Batik Tradisional Versus Modern dalam Seni Batik Indonesia.
Penghargaan Ilmiah : Juara 1 PKM GT 2009 Fakultas Sastra Peserta Lomba PKM GT Universitas Negeri Malang.
xxvi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA
Nama : Windy Uswatun Chasanah
Tempat Lahir : Banyuwangi
Tanggal Lahir : 14 Juli 1988
Alamat Asal dan No. Telp. / HP : Dsn. Sumberjo RT. 01 RW. 03
Ds. Jambewangi Kec. Sempu
Kab. Banyuwangi
085646423085
Alamat dan No. Telp. /HP di Malang : Jl. Jombang gang 1 no21A Malang
Karya ilmiah yang pernah dibuat : Kerajinan Tangan Hasil Kerainan Mutilasi Bagian Tubuh Manusia sebagai Usaha Baru bagi Mmasyarakat Kecil dan Menengah di Desa Plumbon Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang
Penghargaan Ilmiah : Peserta PKM - K
xxvii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PESERTA
Nama : Khamad Zain Mamduh
Tempat Lahir : Madiun
Tanggal Lahir : 14 April 1989
Alamat Asal dan No. Telp. / HP : RT. 20 RW. 02, Dungus Wungu, Kab. Madiun
087859452630
Alamat dan No. Telp. /HP di Malang : Jl. Cengger Ayam no.25 Lowokwaru, Malang
Karya ilmiah yang pernah dibuat : Pengolahan Pepaya Menjadi Kripik Beraneka Rasa sebagai Inovasi Baru
Penghargaan Ilmiah : Finalis Tingkat Fakultas
xxviii
Lampiran 1
Gambar motif gabungan antara motif-motif tradisional yang dikemas secara modern
Motif SakuraBatik Mega Mendung
Bentuk motif kawung
Gambar 1:
Motif HarajukuMotif bunga diambil dari motif truntum
Motif parang barong
Aksen kontemporer
Gambar 2:
Motif KlorofilMotif parang barong
Motif ini merupakan peleburan motif yangBatik agro dan parang barong dengan
pemberian pemberian warna yang memiliki aksen batikbatik kontemporer
xxix
Gambar 3:
Gambar motif batik kontemporer
Motif Tupat tindih
Mengambil unsur-unsurminimalis yang cenderungsederhana dan mengambilunsur kotak dan garis. Dan motif ini sesuai untuk batik cap atau printing.
Gambar 4:
Motif Naruto
Gambar 5:
xxx
Pada batik ini menggambarkan simbol dari film kartun Naruto yang sedang di gemari saat ini. Batik motif ini bisa diaplikasikan untuk bahan pakaian maupun alat rumah tangga seperti sprei ataupun bed cover.
Bentuk awal
Gambar 6: Simbol kepala Naruto
Gambar 7:Simbol kepala Naruto
Gambar 8:
Gambar 9:
xxxi
Batik ini merupakan pengembangan dari motif batik Naruto dan dapat diaplikasikan untuk bahan rok ataupun kain jarit.
Pada batik ini menggambarkan simbol dari film kartun Naruto yang sedang di gemari saat ini dan ditambah sedikit tambahan motif sebagai penarik perhatian bagi anak kecil untuk memakai batik. Batik motif ini dapat diaplikasikan pada baju anak-anak maupun barang-barang yang berhubungan dengan anak-anak.
Lampiran 2
Gambar 10: Gambar 11: Gambar 12:Batik Udan rilis Batik Slobog Batik Mega Mendung
Gambar 13: Gambar 14: Gambar 15:Batik Ciptoning Batik Ceplok kasatriyan Batik Tambal
Gambar 16: Gambar 17: Gambar 18:Batik Cuwiri Batik Kawung Batik Nitikkarawitan
Gambar 19: Gambar 20: Gambar 21:xxxii
Batik Parangkusumo Batik Parang rusak barong Batik Pamiluto
Gambar 22: Gambar 23:Batik Truntum Batik Sido Mukti
Gambar 24: Gambar 25:Batik Tiga Negeri Batik Jawa Hokokai
Gambar 26: Gambar 27:Batik Buketan asal Pekalongan Kain jaritdengan desain pengaruh Eropa
Gambar 28: Gambar 29:Batik Buketan Batik Lasem
xxxiii
Lampiran 3
Batik Agro.
Gambar 30: Gambar 31: Gambar 32:
Batik kontemporer yang di terapkan pada berbagai fungsi.
Gambar 33: Gambar 34: Gambar 35:
Gambar 36: Gambar 37: Gambar 38:
xxxiv
Gambar 39: Gambar 40: Gambar 41:
Gambar 42: Gambar 43:Bed cover batik Musium batik di Solo
Gambar 44: Gambar 45:Sajadah batik Tas batik
Gambar 46: Gambar 47:Kerudung Batik Sepatu Batik
xxxv
Lampiran 4
Pembuatan gambar motif dan proses pemberian malam (wax).
Gambar 48: Gambar 52:
Gambar 49:
Gambar 53:
Gambar 50:
Gambar 54:
xxxvi
Gambar 51: Gambar 55:Tenik batik cap
Lampiran 5
Batik Tulis
Gambar 56: Gambar 57: Gambar 58:Canting Gawangan Wajan
Batik Cap
Lilin yang diukir untuk di cap ke kain
Gambar 59: Gambar 60:
Gambar 61: Gambar 62:Cetakan batik kayu Cetakan batik tembaga
xxxvii
Lampiran 6
Gambar 63:Yogyakarta Kembangkan Wisata BatikMinggu, 04 Oktober 2009 09:48 WIB Apresiasi masyarakat terhadap batik
Gambar 64:Pengenalan batik
Gambar 65:Wakil Dubes RI untuk Malaysia Tatang B Razak (2 dari kanan) menerima dua politisi oposisi Malaysia Salahuddin Haji Ayub dan Syed Azman serta
xxxviii
eksekutif Migrant Care Malaysia Alex Ong yang menyatakan keprihatinan atas ketegangan hubungan Indonesia - Malaysia, di KBRI Kuala Lumpur.
xxxix