hildanovialaksaita.files.wordpress.com€¦ · web view. table 1. inflasi menerkam masyarakat...

36
http://cyberjournalismclassss.blogdetik.com/57/ http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran#Penyebab_Pengangguran http://www.bimbingan.org/masalah-kemiskinan-dan-pengangguran-di- indonesia.htm Table 1 Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit Pasca pengumuman resmi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah pada jumat malam tanggal 21 Juni 2013 lalu membuat masyarakat miskin berada pada posisi yang semakin sulit. Berbagai aksi penolakan dan kritikan, baik yang dilakukan oleh beberapa partai politik di gedung parlemen maupun yang dilakukan oleh mahasiswa dan unsur-unsur masyarakat lainnya di jalanan tak mampu menyurutkan langkah pemerintah yang saat ini sedang mengalami kesulitan keuangan negara untuk mengambil kebijakan dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. Kenaikan sebesar 44,44 persen untuk harga premium, yaitu dari Rp 4.500,- menjadi Rp.6.500,- perliter, dan sebesar 22,22 persen untuk harga solar dari Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,- perliter merupakan persentase kenaikan harga yang tinggi dalam sejarah kenaikan harga BBM di Indonesia. Berbagai alasan pembenar yang telah dikemukakan dan gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai media masa mengapa BBM tersebut harus dinaikkan menjadikan masyarakat menjadi diam dalam kepasrahan. Saat ini aksi-aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM sudah semakin berkurang, bahkan sudah semakin jarang terdengar Dalih pemerintah bahwa subsidi yang selama ini dilakukan tidak tepat sasaran karena lebih banyak mensubsidi kelompok orang kaya, sehingga lebih baik memberikan kompensasi dalam bentuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) bukanlah alasan pembenar yang tepat. Apalagi seandainya dalam hal ini terselip adanya kepentingan politik tertentu menjelang pesta demokrasi pada tahun 2014. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, langkah yang diambil pemerintah mungkin ada benarnya, tapi masalahnya sekarang sebagian besar masyarakat masih berada dalam kesulitan ekonomi. Kenaikan harga BBM tersebut selanjutnya akan menimbulkan efek spiral, yaitu kenaikan harga semua barang dan jasa yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya inflasi. Dari Data yang dirilis oleh BPS Babel menunjukkan bahwa tingkat inflasi bulanan di Kota Pangkalpinang pada

Upload: hakhanh

Post on 21-Jun-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

http://cyberjournalismclassss.blogdetik.com/57/

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran#Penyebab_Pengangguran

http://www.bimbingan.org/masalah-kemiskinan-dan-pengangguran-di-indonesia.htm

Table 1

Inflasi Menerkam Masyarakat Miskin Semakin Terjepit

Pasca pengumuman resmi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dilakukan oleh pemerintah pada jumat malam tanggal 21 Juni 2013 lalu membuat masyarakat miskin berada pada posisi yang semakin sulit. Berbagai aksi penolakan dan kritikan, baik yang dilakukan oleh beberapa partai politik di gedung parlemen maupun yang dilakukan oleh mahasiswa dan unsur-unsur masyarakat lainnya di jalanan tak mampu menyurutkan langkah pemerintah yang saat ini sedang mengalami kesulitan keuangan negara untuk mengambil kebijakan dengan menaikkan harga BBM bersubsidi. Kenaikan sebesar 44,44 persen untuk harga premium, yaitu dari Rp 4.500,- menjadi Rp.6.500,- perliter, dan sebesar 22,22 persen untuk harga solar dari Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,- perliter merupakan persentase kenaikan harga yang tinggi dalam sejarah kenaikan harga BBM di Indonesia.

Berbagai alasan pembenar yang telah dikemukakan dan gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui berbagai media masa mengapa BBM tersebut harus dinaikkan menjadikan masyarakat menjadi diam dalam kepasrahan. Saat ini aksi-aksi demonstrasi menentang kenaikan harga BBM sudah semakin berkurang, bahkan sudah semakin jarang terdengar Dalih pemerintah bahwa subsidi yang selama ini dilakukan tidak tepat sasaran karena lebih banyak mensubsidi kelompok orang kaya, sehingga lebih baik memberikan kompensasi dalam bentuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) bukanlah alasan pembenar yang tepat. Apalagi seandainya dalam hal ini terselip adanya kepentingan politik tertentu menjelang pesta demokrasi pada tahun 2014.

Dilihat dari sudut pandang ekonomi, langkah yang diambil pemerintah mungkin ada benarnya, tapi masalahnya sekarang sebagian besar masyarakat masih berada dalam kesulitan ekonomi. Kenaikan harga BBM tersebut selanjutnya akan menimbulkan efek spiral, yaitu kenaikan harga semua barang dan jasa yang selanjutnya akan menyebabkan terjadinya inflasi. Dari Data yang dirilis oleh BPS Babel menunjukkan bahwa tingkat inflasi bulanan di Kota Pangkalpinang pada bulan Juni 2013 sebesar 0,17 persen, angka ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan dengan bulan Mei 2013, dimana pada bulan tersebut bahkan terjadi deflasi sebesar 1,15 persen.

Kenaikan harga BBM bersubsidi diprediksi akan menyebabkan tingkat inflasi pada bulan juli 2013 ini akan semakin meningkat lagi. Waktu kenaikan yang berbarengan dengan dimulainya tahun ajaran baru dan masuknya bulan suci ramadhan akan membuat keadaan semakin bertambah parah, efek domino akan semakin besar dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok yang bisa mencapai dua kali lipat. Yang paling merasakan dampak kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut adalah masyarakat miskin dan masyarakat yang sedikit berada diatas garis kemiskinan, hal ini tentunya akan membuat posisi masyarakat miskin akan semakin terjepit.

Kenaikan harga BBM menyebabkan semakin meningkatnya biaya produksi suatu industri yang akan menyebabkan kenaikan harga barang produksinya, kenaikan BBM juga akan diikuti dengan naiknya ongkos transportasi baik darat, laut, maupun udara, dengan naiknya biaya transportasi akan menyebabkan kenaikan harga barang-barang dan jasa,

apalagi untuk Provinsi Kepuluan Bangka Belitung, kebanyakan barang kebutuhan pokok berasal dari luar daerah.

Salah satu sektor yang terpukul dengan kenaikan harga BBM adalah sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Selama ini sektor UMKM memegang peranan yang penting dan strategis dalam perekonomian nasional, karena sektor ini terbukti mampu memberikan kontribusi sebesar 57,12 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan jumlah UMKM di Indonesia kini mencapai 55,2 juta unit atau 99,98 persen dari total unit usaha Indonesia. Bahkan sektor ini telah menyerap 101,72 juta orang tenaga kerja atau 97,3 persen dari total tenaga kerja Indonesia.

Jelasnya, dampak ekonomi dari kenaikan harga BBM, adalah akan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan, yang disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat pengangguran, yang selanjutnya akan berakibat tingginya angka anak putus sekolah dan bermasalah dalam kesehatan, bahkan lebih jauhnya lagi adalah akan semakin meningkatnya tingkat kriminalitas.

BLSM Bukan Solusi

Langkah pemerintah yang akan memberikan dana kompensasi kepada masyarakat yang besarannya mencapai Rp 14 trilyun pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dalam bentuk BLSM bukanlah merupakan solusi yang tepat, karena hanya bersifat sementara dan instant.

Pengalaman tahun 2005 menunjukkan bahwa BLSM yang dahulunya bernama BLT lebih banyak menimbulkan permasalahan baru dibandingkan menyelesaikan masalah. Berapa banyak bantuan tersebut yang salah sasaran, berapa banyak ketua RT yang mengundurkan diri dari jabatannya akibat mendapat tekanan dan ancaman, berapa banyak kantor desa yang dibakar masa akibat program tersebut, serta dampak negatif lainnya. Penyaluran BLSM pada tahun 2013 juga telah menimbulkan banyak permasalahan karena tidak akuratnya berbagai data dan tidak siapnya instrument dan SDM dalam proses penyalurannya.

Apapun alasannya pemberian BLSM bukanlah merupakan langkah yang bijak. Akan lebih baik dan mendidik jika dana BLSM yang jumlahnya mencapai triliunan rupiah tersebut disalurkan melalui proyek padat karya, membantu usaha-usaha mikro dan usaha rumah tangga atau bahkan untuk mendirikan pabrik-pabrik diseluruh Indonesia, sehingga dapat menampung banyak tenaga kerja. Pemerintah harus menyelamatkan masyarakat miskin dari terkaman inflasi dengan mengawasi dan mengontrol kenaikan-kenaikan harga barang-barang dan ongkos transportasi yang terjadi. Jangan biarkan masyarakat miskin bertambah frustasi dalam posisi yang semakin tak berdaya.

Telah dimuat dalam Opini Harian Bangka Pos tanggal 11 Juli 2013

ARTIKEL PENGANGGURAN

Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya. Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara. Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

 Jenis & macam pengangguran

Pengangguran Friksional / Frictional UnemploymentPengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

Pengangguran Musiman / Seasonal UnemploymentPengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.

Pengangguran SiklikalPengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah

lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik, keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

Pengangguran adalah suatu masalah yang selalu dihadapi oleh semua Negara di dunia terutama Negara berkembang. Di Negara Negara berkembang seperti Indonesia contohnya pengangguran adalah suatu masalah sosal yang bisa bilang dinamis karena dari waktu ke waktu,dari tahun ke tahun perkembangannya selalu bertambah.

Bila masalah ini terus dibiarkan akan sangat mengganggu pertumbuhan ekonomi dalam suatu Negara. Begitupun dengan kondisi kesejahteraan rakyatnya yang akan sangat terpuruk bila masalah ini tetap dibiarkan.

Untuk mengatasi masalah pengangguran ini pemerintah bersama BUMN dan perusahaan swasta harus bekerja sama dan berusaha dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru. Mungkin menurut saya industri rumahan atau Home Industry harus lebih banyak dikembangkan baru setelah itu industri menengah dan industri besar yang dikembangkan. Karena dengan industri rumahan ini akan lebih banyak tenaga kerja yang terserap karena tingkat tingginya jenjang pendidikan tidak terlalu menjadi prioritas. Pengangguran akan selalu tumbuh seiring dengan berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk maka dari itu terutama pemerintah harus lebih ‘kreatif’ untuk menyelesaikan pengangguran ini.

L

Kriminalitas di Indonesia Menjadi Fenomena Tersendiri

Ketidak Adilan Hukum, Kurangnya Lapangan Pekerjaan dan Perekonomian Yang Kronis Membuat Lahirnya Tindakan Kejahatan Kriminalitas

Mengamati berbagai kejadian tindakan kriminalitas yang terjadi di Indonesia sungguh mengerikan, dan bahkan membuat merinding disetiap benak hati kita dalam menyikapinya. Dari tindakan penculikan anak, penjualan anak-anak dibawah usia untuk dijadikan komoditi seksual, pencurian dan perampokan, pengeroyokan dan bahkan pembunuhan berantai. Belum lagi soal maraknya premanisme yang tidak pernah hilang di negeri ini, Indonesia.

Dari setiap kejadian tindakan kriminalitas pastilah ada korban, baik materil hingga nyawa. Dan tindakan kriminalitas sering kali terjadi adanya rasa ketidak adilan, dendam bahkan kurangnya pendidikan tentang hukum dan kemanusiaan. Belum lagi pemerintah menunjukan tidak tegasnya pada penerapan hukum yang sesungguhnya. Hal inilah yang membuat kehidupan dalam tatanan bermasyarakat menjadi tidak nyaman. Ditambah lagi kondisi negara ini dalam keadaan kronis dibidang lapangan pekerjaan serta ekonomi yang morat marit. Selain persoalan ketidak adilan dalam hukum dan rasa dendam maupun lainnya, ternyata persoalan ekonomi dan lapangan pekerjaan menjadi biang keladinya.

Bagaimana tidak ?. Pemerintah sendiri seakan-akan tidak peduli soal kebutuhan rakyat, ekonomi dan lapangan pekerjaan.

Inilah fenomena yang terus menerus terjadi di Indonesia, yang katanya negara Hukum dan menghargai Hak Azasi Manusia, namun kenyataannya tidak !!!.

Narkoba, penculikan anak-anak tak berdosa, penjualan manusia untuk komoditi seksual, pemerkosaan, pembunuhan, bahkan sampai dengan dunia premanisme, semua itu fenomena kriminalitas yang terjadi di Indonesia hingga sampai saat ini. Bahkan pemerintahnyapun sebenarnya adalah biangnya premanisme. Bukti nyata, pemerintah beserta para bawahannya, baik dari tingkat kepala desa sampai dengan tingkat menteri, semuanya preman yang gemar korupsi. Ditambah lagi para anggota dewan perwakilan rakyat juga para preman-preman berdasi.

Dari tinggkat pejabat saja sudah menunjukan gelagatnya seperti preman-preman yang tidak punya rasa kemanusiaan. Yang bukan menjadi haknyapun disikat, diembat, dan digelapkan. Nah kalau sudah seperti itu, bagaimana tidak banyak para premanisme berkembang ditengah-tengah masyarakat, soalnya pemerintah sendiri tidak mencontohkan dan tidak memiliki perilaku yang bermoral serta tidak berahklak mulia. Maka jadilah contoh yang tidak benar di mata masyarakat.

Inilah fenomena bagaikan, “ guru kencing berdiri, murid kencing berlari, akhirnya dimana-mana terjadi kekotoran yang menimbulan aroma kejahatan “

'

Kategori

Follow Us!

Kontroversi Kenaikan Harga BBMPENGANTAR

Dalam paparan ini saya memberlakukan penyederhaan atau simplifikasi dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang sangat jelas tentang esensinya saja.

Maka saya mengasumsikan bahwa semua minyak mentah Indonesia dijadikan satu jenis BBM saja, yaitu bensin Premium. Metode ini sering digunakan untuk memperoleh gambaran tentang esensi atau inti permasalahannya. Metode ini dikenal dengan istilah method of decreasing abstraction, terutama kalau dilanjutkan dengan penyempurnaan dengan cara memasukkan semua detil dari data dan kenyataan, yang dikenal dengan istilah putting the flesh on the bones.

Cara perhitungan yang saya lakukan dan dijadikan dasar untuk paparan hari ini ternyata 99% sama dengan perhitungan oleh Pemerintah yang tentunya sangat mendetil dan akurat.

Dengan data dan asumsi yang sama, Pemerintah mencantumkan kelebihan uang tunai sebesar Rp. 96,8 trilyun, dan saya tiba pada kelebihan uang tunai sebesar Rp. 97,955 trilyun.

PERMASALAHAN

Kepada masyarakat diberikan gambaran bahwa setiap kali harga minyak mentah di pasar internasional meningkat, dengan sendirinya pemerintah harus mengeluarkan uang ekstra, dengan istilah “untuk membayar subsidi BBM yang membengkak”.

Harga minyak mentah di pasar internasional selalu meningkat. Sebabnya karena minyak mentah adalah fosil yang tidak terbarui (not renewable). Setiap kali minyak mentah diangkat ke permukaan bumi, persediaan minyak di dalam perut bumi berkurang. Pemakaian (konsumsi) minyak bumi sebagai bahan baku BBM meningkat terus, sehingga permintaan yang meningkat terus berlangsung bersamaan dengan berkurangnya cadangan minyak di dalam perut bumi. Hal ini membuat bahwa permintaan senantiasa meningkat sedangkan berbarengan dengan itu, penawarannya senantiasa menyusut.

Sejak lama para pemimpin dan cendekiawan Indonesia berhasil di-“brainwash” dengan sebuah doktrin yang mengatakan : “Semua minyak mentah yang dibutuhkan oleh penduduk Indonesia harus dinilai dengan harga internasional, walaupun kita mempunyai minyak mentah sendiri.” Dengan kata lain, bangsa Indonesia yang mempunyai minyak harus membayar minyak ini dengan harga internasional.

Harga BBM yang dikenakan pada rakyat Indonesia tidak selalu sama dengan ekuivalen harga minyak mentahnya. Bilamana harga BBM lebih rendah dibandingkan dengan ekuivalen harga minyak mentahnya di pasar internasional, dikatakan bahwa pemerintah merugi, memberi subsidi untuk perbedaan harga ini. Lantas dikatakan bahwa “subsidi” sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, sedangkan pemerintah tidak memilikinya. Maka APBN akan jebol, dan untuk menghindarinya, harga BBM harus dinaikkan.

Pikiran tersebut adalah pikiran yang sesat, ditinjau dari sudut teori kalkulasi harga pokok dengan metode apapun juga. Penyesatannya dapat dituangkan dalam angka-angka yang sebagai berikut.

Harga bensin premium yang Rp. 4.500 per liter sekarang ini ekuivalen dengan harga minyak mentah sebesar US$ 69,50 per barrel. Harga yang berlaku US$ 105 per barrel. Lantas dikatakan bahwa pemerintah merugi US$ 35,50 per barrel. Dalam rupiah, pemerintah merugi sebesar US$ 35,50 x Rp. 9.000 = Rp. 319.500 per barrel. Ini sama dengan Rp. 2009, 43 per liter (Rp. 319.500 : 159). Karena konsumsi BBM Indonesia sebanyak 63 milyar liter per tahun, dikatakan bahwa kerugiannya 63 milyar x Rp. 2009,43 = Rp. 126,59 trilyun per tahun. Maka kalau harga bensin premium dipertahankan sebesar Rp. 4.500 per liter, pemerintah merugi atau memberi subsidi sebesar Rp. 126,59 trilyun. Uang ini tidak dimiliki, sehingga APBN akan jebol.

Pikiran yang didasarkan atas perhitungan di atas sangat menyesatkan, karena sama sekali tidak memperhitunkan kenyataan bahwa bangsa Indonesia memiliki minyak mentah sendiri di dalam perut buminya.

Pengadaan BBM oleh Pertamina berlangsung atas perintah dari Pemerintah. Pertamina diperintahkan untuk mengadakan 63 milyar liter bensin premium setiap tahunnya, yang harus dijual dengan harga Rp. 4.500 per liter. Maka perolehan Pertamina atas hasil penjualan bensin premium sebesar 63.000.000.000 liter x Rp. 4.500 = Rp. 283,5 trilyun.

Pertamina disuruh membeli dari:

Pemerintah 37,7808 milyar liter dengan harga Rp. 5.944/liter = Rp. 224,5691trPasar internasional 25,2192 milyar liter dengan harga Rp. 5.944/liter = Rp. 149,903 trJumlahnya 63 milyar liter dengan harga Rp. 5.944/liter = Rp. 374,4721 trBiaya LRT 63 milyar liter @Rp. 566   Rp. 35,658 trJumlah Pengeluaran Pertamina Rp. 410,13 tr

Hasil Penjualan Pert 63 milyar liter @ Rp. 4.500   Rp. 283,5 trPERTAMINA DEFISIT/TEKOR/KEKURANGAN TUNAI Rp. 126,63 tr.

Tabel di atas menunjukkan bahwa setelah menurut dengan patuh apa saja yang diperintahkan oleh Pemerintah, Pertamina kekurangan uang tunai sebesar Rp. 126,63 trilyun.

Pemerintah menambal defisit tersebut dengan membayar tunai sebesar Rp. 126,63 trilyun yang katanya membuat jebolnya APBN, karena uang ini tidak dimiliki oleh Pemerintah.

Ini jelas bohong di siang hari bolong. Kita lihat baris paling atas dari Tabel denga huruf tebal (bold), bahwa Pemerintah menerima hasil penjualan minyak mentah kepada Pertamina sebesar Rp. 224,569 trilyun. Jumlah penerimaan oleh Pemerintah ini tidak pernah disebut-sebut. Yang ditonjol-tonjolkan hanya tekornya Pertamina sebesar Rp. 126,63 trilyun yang harus ditomboki oleh Pemerintah.

Kalau jumlah penerimaan Pemerintah dari Pertamina ini tidak disembunyikan, maka hasilnya adalah:

• Pemerintah menerima dari Pertamina sejumlah Rp. 224,569 trilyun

• Pemerintah menomboki tekornya Pertamina sejumlah (Rp. 126,63 trilyun)

• Per saldo Pemerintah kelebihan uang tunai sejumlah Rp. 97,939 trilyun

Perhitungan selengkapnya dapat di-download di sini.

TEMPATNYA DALAM APBN

Kalau memang ada kelebihan uang tunai dalam Kas Pemerintah, di mana dapat kita temukan dalam APBN 2012 ?

Di halaman 1 yang saya lampirkan, yaitu yang dirinci ke dalam :

• Pos “DBH (Dana Bagi Hasil) sejumlah Rp. 45,3 trilyun

• Pos “Net Migas” sejumlah Rp. 51,5 trilyun

• Jumlahnya Rp. 96,8 trilyun

Sumber : Perhitungan Bp. Anggito Abimanyu dan Perhitungan Bp. Anthony Budiawan

Perbedaan sejumlah Rp. 1,1 trilyun disebabkan karena Pemerintah menghitungnya dengan data lengkap yang mendetil.

Saya menghitungngya dengan penyederhanaan/simplifikasi guna memperoleh esensi perhitungan bahwa Pemerintah melakukan kehohongan publik. Bedanya toh ternyata sama sekali tidak signifikan, yaitu sebesar Rp. 1,1 trilyun atau 1,14 % saja.

SUBSIDI BUKAN PENGELUARAN UANG TUNAI

Dalam pembicaraan tentang BBM, kata “subsidi BBM” yang paling banyak dipakai. Kebanyakan dari elit bangsa kita, baik yang ada di dalam pemerintahan maupun yang di luar mempunyai pengertian yang sama ketika mereka mengucapkan kata “subsidi BBM”.

Ketika mulut mengucapkan dua kata “subsidi BBM”, otaknya mengatakan “perbedaan antara harga minyak mentah internasional dengan harga yang dikenakan kepada bangsa Indonesia.” Ketika mulut mengucapkan “Subsidi bensin premium sebesar Rp. 2.009 per liter”, otaknya berpikir : “Harga minyak mentah USD 105 per barrel setara dengan dengan Rp. 6.509 per liter bensin premium, sedangkan harga bensin premium hanya Rp. 4.500 per liter”.

Mengapa para elit itu berpikir bahwa harga minyak mentah yang milik kita sendiri harus ditentukan oleh mekanisme pasar yang dikoordinasikan oleh NYMEX di New York ?

Karena mereka sudah di-“brain wash” bahwa harga adalah yang berlaku di pasar internasional pada saat mengucapkan harga yang bersangkutan. Maka karena sekarang ini harga minyak mentah yang ditentukan dan diumumkan oleh NYMEX sebesar USD 105 per barrel atau setara dengan bensin premium seharga Rp. 6.509 per liter, dan harga yang diberlakukan untuk bangsa Indonesia sebesar Rp. 4.500 per liter, mereka teriak : “Pemerintah merugi sebesar Rp. 2.009 per liter”. Karena konsumsi bangsa Indonesia sebanyak 63 milyar liter per tahun, maka Pertamina merugi Rp. 126,567 trilyun per tahun.

Selisih ini disebut “subsidi”, dan lebih konyol lagi, karena lantas mengatakan bahwa “subsidi” ini sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan”.

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

Pikiran hasil brain washing tersebut berakar dalam UU nomor 22 tahun 2001. Pasal 28 ayat 2 berbunyi : “Harga bahan bakar minyak dan gas bumi diserahkan pada mekanisme persaingan usaha yang sehat dan wajar”. Ini berarti bahwa rakyat harus membayar minyak yang miliknya sendiri dengan harga yang ditentukan oleh NYMEX di New York. Kalau harganya lebih rendah dikatakan merugi, harus mengeluarkan tunai yang tidak dimiliki dan membuat APBN jebol.

Seperti yang baru saya katakan tadi pikiran seperti itu tidak benar. Yang benar ialah pengeluaran uang tunai untuk pemompaan minyak sampai ke atas muka bumi (lifting) ditambah dengan pengilangan sampai menjadi BBM (refining) ditambah dengan pengangkutan sampai ke pompa-pompa bensin (transporting), seluruhnya sebesar USD 10 per barrel. Dengan kurs yang 1 USD = Rp. 9.000, uang tunai yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 liter premium sebesar Rp. 566.

BAGAIMANA UUD HARUS DITAFSIRKAN TENTANG KEBIJAKAN MINYAK?

Menurut UUD kita harga BBM tidak boleh ditentukan oleh siapapun juga kecuali oleh hikmah kebijaksanaan yang sesuai dengan kepatutan, daya beli masyarakat dan nilai strategisnya bagi sektor-sektor kehidupan ekonomi lainnya. Mengapa ? Karena BBM termasuk dalam “Barang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak”.

PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Itulah sebabnya Mahkamah Konstitusi menyatakan pasal 28 ayat (2) dari UU nomor 22 tahun 2001 tentang Migas bertentangan dengan UUD RI. Putusannya bernomor 002/PUU-I/2003 yang berbunyi : “Harga bahan bakar minyak dan gas bumi diserahkan pada persaingan usaha yang sehat dan wajar dari Undang-Undang nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan Undang-Undang dasar Republik Indonesia.”

Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2004 pasal 72 ayat (1)

Brain washing begitu berhasilnya , sehingga Putusan MK ini disikapi dengan Peraturan Pemerintah nomor 36 Tahun 2004. Pasal 72 ayat (1) berbunyi : “Harga bahan bakar minyak dan gas bumi, kecuali gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil, diserahkan pada persaingan usaha yang wajar, sehat dan transparan.”

Ini benar-benar keterlaluan. UUD, MK dilecehkan dengan PP.

Jelas Pemerintah telah berpikir, berucap dan bertinak yang bertentangan dengan UUD kita dalam kebijakannya tentang BBM. Toh tidak ada konsekuensinya apa-apa. Toh Pemerintah akan memberlakukannya dengan merujuk pada Undang-Undang yang telah dinyatakan bertentangan dengan Konstitusi.

APA MAKSUD DAN DAMPAK DARI MEMPERTAHANKAN BERLAKUNYA UU NO. 22 TAHUN 2001 ?

Maksudnya jelas, yaitu supaya mendarah daging pada rakyat Indonesia bahwa mereka harus membayar harga BBM (bensin) dengan harga yang ditentukan oleh NYMEX. Bahkan setiap hari harga BBM harus bergejolak sesuai dengan fluktuasi harga minyak mentah yang diumumkan oleh NYMEX setiap beberapa menit sekali.

Harian Kompas tanggal 17 Mei 2008 memuat pernyataan Menko Boediono (yang sekarang menjabat Wakil Presiden) yang berbunyi : “Pemerintah akan menyamakan harga bahan bakar minyak atau BBM untuk umum di dalam negeri dengan harga minyak di pasar internasional secara bertahap mulai tahun 2008……..dan Pemerintah ingin mengarahkan kebijakan harga BBM pada mekanisme penyesuaian otomatis dengan harga dunia.”

Harian Indopos tanggal 3 Juli 2008 mengutip Presiden SBY yang mengatakan :”Jika harga minyak USD 150 per barrel, subsidi BBM dan listrik yang harus ditanggung APBN Rp. 320 trilyun.” “Kalau (harga minyak) USD 160, gila lagi. Kita akan keluarkan (subsidi) Rp. 254 trilyun hanya untuk BBM.”

Jelas bahwa Presiden SBY sudah teryakinkan bahwa yang dikatakan dengan subsidi memang sama dengan uang tunai yang harus dikeluarkan. Hal yang sama sekali tidak benar, seperti yang diuraikan di atas tadi.

SHELL SUDAH MENJALANKAN HARGA BBM NAIK TURUN OTOMATIS DENGAN NAIK TURUNNYA HARGA MINYAK DI PASAR INTERNASIONAL

Barang siapa membeli bensin dari pompa Shell akan mengalami bahwa harga naik turun. Kemarin, tanggal 18 Maret 2012 harga bensin super Shell Rp. 9.550 per liter.

Harga Rp. 9.550 dikurangi dengan biaya LTR sebesar Rp. 566 = Rp. 8.984 per liter. Dengan kurs 1 USD = Rp. 9.000, harga ini setara dengan harga minyak mentah USD 0,9982 per liter atau USD 159 minyak mentah per barrel. Harga minyak mentah di pasar internasional USD 105 per barrel. Shell mengambil untung dari rakyat Indonesia sebesar USD 54 per barrel atau USD 0,34 per liter, yang sama dengan Rp. 3.057 per liternya. Ini kalau minyak mentahnya dibeli dari pasar internasional dengan harga USD 105 per barrel. Tetapi kalau minyak mentahnya berasal dari bagiannya dari kontrak bagi hasil, bayangkan berapa untungnya !!

PEMERINTAH BERANGGAPAN BAHWA PENENTUAN HARGA BBM KEPADA RAKYATNYA SENDIRI HARUS SAMA DENGAN YANG DILAKUKAN OLEH SHELL

Sekarang menjadi lebih jelas lagi bahwa Pemerintah merasa dan berpendapat (sadar atau tidak sadar) bahwa Pemerintah harus mengambil untung yang sama besarnya dengan keuntungan yang diraih oleh Shell dari rakyat Indonesia, bukan menutup defisit BBM dalam APBN, karena defisitnya tidak ada. Sebaliknya, yang ada surplus atau kelebihan uang tunai.

BENSIN PERTAMAX DARI PERTAMINA SUDAH MEMBERI UNTUNG SANGAT BESAR KEPADA PERTAMINA

Harga bensin Pertamax Rp. 9.650 per liter. Dikurangi dengan biaya LTR sebesar Rp. 566 menjadi setara dengan harga minyak mentah sebesar Rp. 9.084/liter. Dengan kurs 1 USD = Rp. 9.000, per liternya menjadi USD 1,0093, dan per barrel (x 159) menjadi USD 160,48. Untuk bensin Pertamax, Pertamina sudah mengambil untung sebesar USD 55,48 per barrelnya.

Nampaknya Pemerintah tidak rela kalau untuk bensin premium keuntungannya tidak sebesar ini juga.

MENGAPA RAKYAT MARAH ?

Kita saksikan mulai maraknya demonstrasi menolak kenaikan harga bensin premium. Bukan hanya karena kenaikan yang akan diberlakukan oleh Pemerintah memang sangat memberatkan, tetapi juga karena rakyat dengan cara pikir dan bahasanya sendiri mengerti bahwa yang dikatakan oleh Pemerintah tidak benar.

Banyak yang menanyakan kepada saya : Kita punya minyak di bawah perut bumi kita. Kenapa kok menjadi sedih kalau harganya meningkat ? Orang punya barang yang harganya naik kan seharusnya lebih senang ?

Dalam hal minyak dan bensin, dengan kenaikan harga di pasar internasional bukankah kita harus berkata : “Untunglah kita punyak minyak sendiri, sehingga harus mengimpor sedikit saja.”

ADAKAH NEGARA YANG MENJUAL BENSINNYA ATAS DASAR KEBIJAKANNYA SENDIRI, TIDAK OLEH NYMEX ?

Ada. Fuad Bawazir mengirimkan sms kepada saya dengan data tentang negara-negara yang menjual bensinnya dengan harga yang ditetapkannya sendiri, yaitu :

Venezuela : Rp. 585/liter Turkmenistan : Rp. 936/liter Nigeria : Rp. 1.170/liter Iran : Rp. 1.287/liter Arab Saudi : Rp. 1.404/liter Lybia : Rp. 1.636/liter Kuwait : Rp. 2.457/liter Quatar : Rp. 2.575/liter Bahrain : Rp. 3.159/liter Uni Emirat Arab : Rp. 4.300/liter

KESIMPULAN

Kesimpulan dari paparan kami ialah :

Pemerintah telah melanggar UUD RI Pemerintah telah mengatakan hal yang tidak benar kepada rakyatnya, karena mengatakan

mengeluarkan uang tunai sebesar Rp. 126 tr, sedangkan kenyataannya kelebihan uang tunai sebesar Rp. 97,955 trilyun.

Dengan menaikkan premium menjadi Rp. 6.000 per liter, Pemerintah ingin memperoleh kelebihan yang lebih besar lagi, yaitu sebesar Rp. 192,455 trilyun, bukan sekedar menutup “bolongnya” APBN.

Pertamina sudah mengambil keuntungan besar dari rakyat Indonesia dalam hal bensin Pertamax dan Pertamax Plus. Nampaknya tidak rela hanya memperoleh kelebihan uang tunai sebesar Rp. 97,955 trilyun dari rakyatnya. Maunya sebesar Rp. 192,455 trilyun dengan cara menaikkan harga bensin premium menjadi Rp. 6.000 per liter.

Pemerintah menuruti (comply) dengan aspirasi UU no. 22 tahun 2001 yang menghendaki supaya rakyat Indonesia merasa dan berpikir bahwa dengan sendirinya kita harus membayar bensin dengan harga dunia, agar dengan demikian semua perusahaan minyak asing bisa memperoleh laba dengan menjual bensin di Indonesia, yang notabene minyak mentahnya dari Indonesia sendiri.Bukankah Shell, Petronas, Chevron sudah mempunyai pompa-pompa bensin ?

 

Jika anda menyukai artikel ini, silahkan me

Mahalnya Biaya Pendidikan, Akibat Tidak KonsistenOPINI | 22 August 2013 | 08:28 Dibaca: 2966   Komentar: 3   1

Mahalnya pendidikan masih menjadi perbincangan dan permasalahan masyarakat

setiapkali pergantian tahun ajaran, bukan hanya terjadi pada sekolah swasta tetapi juga sekolah

yang berstatus negeri. Orangtua siswa harus berfikir kembali untuk melanjutkan anaknya pada

jenjang yang lebih tinggi akibat semakin tingginya biaya pendidikan.

Padahal pendidikan adalah suatu bentuk hak asasi yang harus dipenuhi dari lembaga atau

institusi yang berkewajiban memenuhinya secara merata, sehingga semua masyarakat dalam

suatu bangsa tersebut dapat menikmatinya. Bukannya hanya ditujukan untuk orang yang mampu

membayarnya. Mengingat pentingnya pendidikan untuk semua warga, sehingga posisinya

sebagai salahsatu bidang yang mendapat perhatian serius dalam konstitusi Negara kita, dan

menjadi salah satu tujuan didirikannya Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu Negara

dalam hal ini pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan secara murah dan bahkan gratis

untuk masyarakatnya.

Biaya pendidikan di negara kita sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan pendidikan

sesuai dengan amanat yang terdapat pada pembukaan UUD 1945, demikian pula batang

tubuhnya, khususnya dalam pasal 31, yang kemudian secara lebih jelas diatur dalam Undang-

Undang No. 2 Tahun 1989 yang mengatur tentang sistem pendidikan nasional, terutama dalam

pasal 36 dalam ayat 1, 2 dan 3.

Pada ayat 1 disebutkan biaya penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggungjawab pemerintah. pada ayat 2 disebutkan

biaya penyelenggaraan kegiatan pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

masyarakat menjadi tanggungjawab badan/perorangan yang meyelenggarakan satuan

pendidikan. Kemudian pada ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah dapat memberi bantuan kepada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Berdasarkan uraian sumber biaya pendidikan seperti yang dikutipkan di atas, maka dapat

diketahui bahwa biaya pendidikan di Indonesia bersumber dari pemerintah, badan-badan

tertentu, dan perorangan. Pada dasarnya, pendidikan dilihat dari segi pelaksanaannya dan

pembiayaannya, merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan

pemerintah.

Dalam sistem penyelenggaraan pendidikan yang merupakan tanggungjawab bersama

antara keluarga, masyarakat dan pemerintah ini, disebutkan bahwa biaya pada satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh pemerintah menjadi tanggungjawab pemerintah, ini bukan berarti

bahwa peserta didik bebas dari kewajiban membayar biaya pendidikan, tetapi justru ikut

menanggung biaya yang jumlahnya ditetapkan menurut kemampuan orang tua atau wali peserta

didik.

Namun demikian, pada jenjang pendidikan yang dikenai ketentuan wajib belajar, pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah, biaya penyelenggaraannya merupakan

tanggungjawab pemerintah, sehingga peserta didik seharusnya tidak dikenai kewajiban untuk

ikut menanggung biayanya. Jadi, sesuai dengan ketentuan wajib belajar, peserta didik untuk di

tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama seharusnya tidak dikenai biaya-biaya yang

lainnya. Ini sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 bahwa ketentuan wajib belajar di

negara kita sampai pada sekolah menengah tingkat pertama. Dalam hubungan ini, setiap

warganegara Indonesia wajib menyelesaikan pendidikannya sampai pada tingkat sekolah

menengah pertama.

Kondisi dilapangan, masih ditemui sekolah-sekolah memungut biaya pendidikan. Sehingga

muncul slogan “pendidikan bermutu itu mahal”. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi

mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.

Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT)

membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Orang miskin

tidak boleh sekolah. Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500 ribu

sampai Rp 1 juta. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa

mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

Mengapa biaya pendidikan masih mahal? Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini

tidak lepas dari kebijakan pemerintah yaitu; Pertama, penerapan MBS (Manajemen Berbasis

Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan

mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS

selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha.

Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah

Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite

Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih

menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala

Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan

MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap

permasalahan pendidikan rakyatnya.

Kedua, penstatusan sekolah. Dengan munculnya sekolah unggulan, sekolah plus, Sekolah

Standat Nasional (SSN) dan Sekolah Berstandat Internasional (SBI), sekolah dapat leluasa

meminta sumbangan ke wali murid berkedok untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun SBI

akhirnya dihapus berkat keputusan Mahkamah Konstitusi (MK).

Ketiga, adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status

pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan

politis amat besar. Dengan perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan

tanggung jawabnya atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak

jelas. Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Munculnya sekolah status, MBS dan BHMN adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan

yang kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di

beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak

lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar negeri

Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor pendorong

privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar seperti pendidikan

menjadi korban.

Untuk mengatasi mahalnya biaya pendidikan kita dapat dilakukan dengan beberapa cara.

Pertama, mengembangkan konsep (CBE) Community-Based Education. Negara ini dapat

meniru atau belajar dari negara Jepang dan Australia. Kedua Negara tersebut memiliki

pengalaman bagus untuk membuat biaya pendidikan tidak mahal bagi masyarakat. Dengan

mengembangkan konsep CBE maka pemerintah melibatkan tokoh masyarakat, kaum bisnis,

pengusaha, dan kaum berduit lainnya dalam urusan pendidikan. Mereka diminta membantu

pemikiran, gagasan, dan dana untuk mengembangkan pendidikan baik melalui komite sekolah

(school committee), dewan pendidikan (board of education), atau secara langsung berhubungan

dengan pihak sekolah.

Kedua, meningkatkan subsidi. Dalam Pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas disebutkan bahwa

dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%

dari APBN dan APBD. Ketentuan semacam ini juga ada dalam Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 dan

UU No.20/2003. Sayangnya, pemerintah sendiri tidak konsisten dalam menjalankan ketentuan

ini. Seandainya saja ketentuan UU dan UUD tersebut direalisasi maka sebagian permasalahan

tentang mahalnya biaya pendidikan di negara kita tentu akan teratasi.

Walaupun prosentasi anggaran pendidikan tersebut masih jauh tertinggal dari anggaran

pendidikan di luar negeri yang mencapai sebesar 40 persen. Dana pendidikan di negara asing

itupun di luar gaji dan pendidikan kedinasan dan sumbangan dari pengusaha terutama untuk

membiayai penelitian. Kalau demikian, alangkah kecilnya anggaran pendidikan kita.

Ketiga, membangkitkan peran serta masyarakat. Dalam Pasal 56 ayat (2) dan (3) dijamin

eksistensi dan perlunya dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah untuk membantu

sekolah, termasuk mengatasi mahalnya pendidikan bagi rakyat banyak. Sekarang hampir di

seluruh kabupaten/kota dan provinsi sudah dibentuk lembaga yang disebut dewan pendidikan, di

samping komite sekolah/madrasah yang dibentuk pada banyak sekolah. Sayangnya, banyak

dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah yang tidak dapat menjalankan fungsinya secara

benar. Celakanya, banyak dewan pendidikan dan komite sekolah/madrasah hanya menjadi

aksesori saja. Lagi-lagi kita tidak konsisten menjalankan konsep.

Sebenarnya kita sudah memiliki konsep yang bagus untuk mengatasi mahalnya biaya

pendidikan. Namun, karena kita tidak bisa menghilangkan penyakit “tidak konsisten”, akhirnya

biaya pendidikan kita pun tetap mahal bagi masyarakat kebanyakan. Saya yakin, dengan

kemauan yang kuat kita dapat memajukan pendidikan ditengah himpitan mahalnya pendidikan

*Penulis adalah guru SMPN 1 Sukosari Bondowoso

Artikel PendidikanPosted by: wiwi on: 21 November 2009

In: Uncategorized 8 Comments

PENDIDIKAN YANG KOMERSIAL DI INDONESIA

Apakah benar sistem pendidikan di Indonesia sekarang berubah menjadi sistem pendidikan komersial? Bahwa mulai pendidikan pra-sekolah, SD, SLTP, SLTA sampai perguruan tinggi, semakin berlomba menaikkan pembiayaan dengan bermacam dalih. Salah satunya pasti demi meningkatkan mutu pendidikan. Ada yang bilang bahwa ketika mutu pendidikan menjadi tuntutan, mau tak mau dibutuhkan biaya pendidikan yang besar untuk memenuhi standar baku. Karena itu, tentu masyarakat sebagai pihak pengguna jasa pendidikan harus berpartisipasi ikut menanggung beban berat untuk meringankan pengelolaan pendidikan dalam memenuhi terbangunnya pendidikan berkualitas.Memang perlu diakui tanpa dana yang cukup, cita-cita pendidikan berkualitas sangat sulit direalisasikan. Kalau tujuan biaya pendidikan yang mahal tersebut untuk memperoleh kualitas baik, itu wajar. Namun kalau pendidikan mahal itu akibat orientasi komersialisasi, di mana lembaga pendidikan menerapkan diri sebagai produsen dalam ekonomi liberal (untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya), ini perlu ditentang.Saat ini pendidikan di Indonesia benar-benar dikomersialkan seperti masa-masa dimana sekolah hanya menerima anak camat atau orang-orang yang berkantong tebal. Masa kolonialisme telah terulang pada dunia pendidikan. Ini dikatakan komersialisasi karena visi pendidikan telah di belokkan ke ajang bisnis cari untung, sedangkan yang di sebut diskriminasi karena misi pencerdasan bangsa telah di geser ke kemampuan keuangan. Padahal pendidikan sebagai hak konstitusional yang di jamin UUD 1945. Komersialisasi pendidikan telah merampas hak anak bangsa yang kurang beruntung untuk mendapatkan penddikan dan meminggirkan mereka dari cita-cita yang merupakan human investmen dan social capital demi kepentingan bangsa. Padahal sekolah adalah sebuah harga mati untuk seseorang bisa menjadi manusia dan dimanusiakan.

Jika melihat para guru yang tidak mendapatkan tuntutan atas hak-haknya hati ini menangis, tetapi di kota banyak sekali guru dengan mobil mewah menjadikan siswa sebagai komoditas dan lahan komersialitas dengan mengatasnamakan peningkatan mutu pendidikan. Pungutan kepada siswa dengan embel-embel sukarela tetapi sebenarnya memaksa masih banyak terjadi di sekolah terutama dikota, di mana kehidupan sudah cukup kejam dan harapan seseorang anak manusia untuk merubah nasib dalam hidupnya pun melalui pendidikan sia-sia. Intimidasi sekarang ditemui di sekolah-sekolah untuk menakuti nakuti siswa yang orang taunya keberatan atas pungutan yang tidak jelas dan mengatasnamakan sukarela padahal memaksa. Rupanya hal ini merupakan tradisi di dunia pendidikan, Kepala Diknas di suatu kota pun berhak mendapatkan pesangon dari Kepala Sekolah di kotanya jika suatu saat akan pensiun. Adakah yang bisa membongkar kebobrokan di dunia pendidikan?Semuanya serba bayar karena lembaga pendidikan kini ditunggangi pemilik modal. Saatnya pemerintah peduli dan tidak memandang sebelah mata untuk pendidikan. Dengan demikian, pemerintah dalam kasus mahalnya biaya pendidikan harus mampu berfungsi sebagai filter untuk memonitor sejauh mana biaya pendidikan mahal bagi masyarakat sehingga konsep pemerataan yang dibebankan pada pemerintah bisa dijalankan secara baik. Pemerintah harus senantiasa mengoreksi, mengawasi dan mengevaluasi setiap kebijakan biaya pendidikan yang dibebankan kepada masyarakat. Depdiknas selaku instansi yang langsung menangani masalah pendidikan harus mampu bertindak sebagai penengah antara pelaksana pendidikan (guru dan kepala sekolah) dengan masyarakat. Pada tingkat sekolah, komite sekolah harus pula berjalan sesuai tugasnya. Di antaranya, mengajak masyarakat terlibat menanggung beban biaya pendidikan.Masyarakat juga harus meminta pemerintah kota untuk menyusun peraturan daerah (perda) tentang pendidikan untuk memangkas praktik bisnis pribadi di lingkungan sekolah karena pada akhirnya bisnis itu hanya membebani siswa yang semestinya digratiskan pemerintah pusat. Masyarakat juga harus menuntut pemerintah kota untuk mewujudkan pendidikan gratis secara total dengan biaya dari APBD untuk seluruh sekolah negeri. Sekolah swasta juga harus ikut menjaga agar pendidikan tetap berjalan dalam koridor upaya mencerdaskan dan memakmurkan bangsa.Tujuan negara Indonesia harus dapat terwujud, salah satunya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, kita semua bagian dari elemen anak bangsa harus terpanggil bangkit meningkatan kualitas mutu perbaikan penyelenggaraan pemerintah, serta adanya kemauan politik pemerintah untuk merubah sistem pendidikan kita kalau ingin negara kita maju.

Tag: wiwi

8 Tanggapan to "Artikel Pendidikan"

1 | Hidayatul Wakhidah28 Desember 2009 at 4:58 am

Suka banget pada nulis tentang pendidikan di Indonesia yang komersil. Nanti ujung-ujungya juga kita ketemu lagi dengan ketidakkonsistenan filosofi pendidikan dengan aturan yang ada. Dari awal, maksud pendidikan di Indonesia ini sudah bagus yaitu ingin mencerdaskan kehidupan bangasa. tapi setelah turun ke UU, sekolah aja jadi mahal. Jadi yang harus dilakukan adalah

merubah UU nya. Sesuaikan lah dengan tujuan negara di Pembkaan UUD 1945 agar kecerdasan untuk semua warga negara secara merata dapat tercapai. Jangan sampai terjadi yang tidak punya uang tidak sekolah.

Balas

angat masuk akal dari banyak hal hitungan yang telah Om kwik paparkan diatas tadi, Jikalaulah ini benar maka saya sebagai anak bangsa sungguh miris teramat malu terhadap para pemimpin bangsa ini yang berpikiran picik dengan memeras rakyat ini bertubi tubi tampa ampunan, sehingga semakin berkembangnya pola pikir rakyat yang semakin merajalela yaitu peniruan pola pikir pemerasan terhadap hal apapun didalam masyarakat !

msalim Maret 25th, 2012 16:06 pm Balas

Harga minyak mentah di pasar internasional selalu meningkat. Sebabnya karena minyak mentah adalah fosil yang tidak terbarui (not renewable).==================utk pernyataan itu munkin pak KKG blm menerima info ini :

http://sinarilahdunia.wordpress.com/2012/03/13/propaganda-peak-oil-ternyata-minyak-bumi-bukan-berasal-dari-fosil/

Simson Arifin Maret 25th, 2012 16:14 pm Balas

Saya sangat tertarik dengan paparan kalkulasi tersebut.

Saya mau bertanya mengenai kpernyataan “Pertamina disuruh membeli dari:

Pemerintah 37,7808 milyar liter dengan harga Rp. 5.944/liter = Rp. 224,5691tr”

Bagaimana hal ini terjadi secara aktual?

Makudnya, Apakah sekarang ini prakteknya Pertamina selalu ada pengeluaran konstan / semacam biaya yg hrs dibayarkan ke Pemerintah sejumlah sekian?

Atau apakah ada istilah lain yang digunakan pemerintah hingga bisa terlaksana pengeluaran sbebesar itu?

Karena, jika saya baca sebagai orang awam (yang tidak memahami seluk beluk pemerintahan: “Karena sudah terlalu bosan dengan celoteh Pemerintah”) terkesan aneh / janggal?

Mohon sedikit penjelasannya.

Terima kasih banyak.

bambang suhadi Maret 25th, 2012 17:42 pm Balas

Terima kasih atas ulasan Bapak, sebelunya saya termasuk yang pro dengan kenaikan, dan setelah baca tulisan bapak pun saya masih pro dengan kenaikan BBM, maaf saya belum tercerahkan sepertinya.

pertama yang ingin saya tanyakan adalah,

kenapa biaya investasi( alat dan biaya ekplorasi) yang ditanamkan oleh perusahan minyak tidak bapak ikutkan, demikian juga dengan tax yang harus ditanggung perusahaan minyak bukankah nialinya cukup besar?

Selanjutnya, apakah setiap kontrak migas selalu memberikan 70% dari hasil kepada RI?

Bapak juga harus melihat negara-negara berkembang seperti Malaysia, China, Vietnam,India bahkan Timor Leste dapat hidup dengan layak tanpa harus menggelontorkan triliunnan rupiah untub sussidi BBM

sebagian dari mereka juga penghasil negara penghasil minyak.

sepertinya ulasan bapak cukup mendasar, dan jika memang benar kenapa paka tidak pernah sampaikan secara teruka di forum yang lebih luas semacam TV dll

pendapat saya walupun toh Negara di untungkan sekian triliun dari hasil penjualan minyak bumi kita, bukankah lebih baik jika keuntungan itu di berikan untuk mensubsidi sektor-sektor yang lebih produktif semacam pertanian, industri galangan kapal, industri penerbangan, maupun subsidi-subsidi bunga untuk UMKM, seperti Uni ERopa, korea selatan Jepang arau AS

maaf jika pendapat saya terkesan picik dan tak berbobot, saya bukan ekonom semacam Bapak, jadi mohon penjelasaannya

terima kasih

Ahmad Fikri Aulia Maret 25th, 2012 21:08 pm Balas

Yth. Pak Kwik, terima kasih telah memberi pencerahan.Namun, masih ada yang belum jelas di benak saya.Saya pernah melihat perhitungan Bapak sebelumnya ketika Bapak menjadi pembicara pada Seminar Mafia Minyak di FEUI.Yang saya ingin tanyakan adalah bagaimana dengan alokasi pendapatan pemerintah yang hilang itu?Jika dengan perhitungan Bapak, bukankah ada opportunity cost yang seharusnya dapat dialokasikan ke pos lain seperti pendidikan, kesehatan, dll?Mohon penjelasannya.

Terima kasih.

Salam,Fikri

nanda goeltom Maret 25th, 2012 22:34 pm Balas

Logic. Harusnya memang kita bisa berdiri sendiri. Apakah kebijakan2 ini ada kaitannya dengan kontrak2 politik? Terima kasih atas jawabannya..

Firman Maret 25th, 2012 22:36 pm Balas

Terima kasih atas pencerahannya Pak. Kalau ada negara2 yang bisa menetapkan harga BBMnya sendiri, mengapa negara kita malah memilih harga pasar internasional? Apakah kebijakan pemerintah ini hasil dari “kekuatan luar” atau hasil dari “rekayasa dari segelintir orang2 kita juga”?

1.

Farhan Maret 27th, 2012 05:52 am Balas

Pertanyaan selanjutnya; “Nominal yang sedemikian besar dan disembunyikan dari publik kemanakah larinya?” Untuk kesejahteraan rakyatkah? Atau untuk “tambahan” kesejahteraan para cukong?

2.

Robinson Elohansen Maret 27th, 2012 14:37 pm Balas

Analisa yang hebat, Pak Kwik. Memang tidak semua orang bisa menganalisa sejauh itu, apalagi lengkap dengan detailnya, sebab mereka harus ikut kedalam sistim pemerintahan baru mengerti. Semoga ada orang-orang yang masih mau berpikiran patriotik dalam rezim pemerintah saat ini untuk menerapkan analisa Bapak. Saya hanya khawatir demo-demo yang digelar oleh sebagian kecil mahasiswa dan masyarakat lebih condong pada politik pemerintah ketimbang ke titik permasalahan yang dihadapi oleh negara, sehingga ketika mereka kelak duduk di pemerintahan, mereka juga tidak mampu menganalisanya. Bukankah isu kenaikan harga BBM sudah pernah didiskusikan oleh rakyat Indonesia beberapa tahun lalu?

3.

Robinson Elohansen Maret 27th, 2012 14:38 pm Balas

Analisa yang hebat, Pak Kwik. Memang tidak semua orang bisa menganalisa sejauh itu, apalagi lengkap dengan detailnya, sebab mereka harus ikut kedalam sistim pemerintahan baru mengerti. Semoga ada orang-orang yang masih mau berpikiran patriotik dalam rezim pemerintah saat ini untuk menerapkan analisa Bapak. Saya hanya khawatir demo-demo yang digelar oleh sebagian kecil mahasiswa dan masyarakat lebih condong pada politik pemerintah ketimbang ke titik permasalahan yang dihadapi oleh negara, sehingga ketika mereka kelak duduk di pemerintahan, mereka juga tidak mampu menganalisanya.

4.

Robinson Elohansen Maret 27th, 2012 14:39 pm Balas

Analisa yang hebat, Pak Kwik. Memang tidak semua orang bisa menganalisa sejauh itu, apalagi lengkap dengan detailnya, sebab mereka harus ikut kedalam sistim pemerintahan baru mengerti. Semoga ada orang-orang yang masih mau berpikiran patriotik dalam rezim pemerintah saat ini untuk menerapkan analisa Bapak. Saya hanya khawatir demo-demo yang digelar oleh sebagian kecil mahasiswa dan masyarakat lebih condong pada politik pemerintah ketimbang ke titik permasalahan yang dihadapi oleh negara.

5.

Uce Prasetyo Maret 29th, 2012 17:20 pm Balas

Apakah arti sebesar-besarnya u kemakmuran Rakyat,bila punya penghasilan 225T dari Migas itu langsung di habiskan 225T agar BBM murah atau bila perlu BBMnya gratis? Bukankah UUD juga mewajibkan pemerintah bahwa Fakir Miskin dan Anak-anak terlantar dipelihara negara serta negara bertanggunjawab atas penyediaan fasilitas kesehatan dan umum yang layak.. Apakah ada bunyi UUD yg mengatakan BBM harus murah atau harus gratis? Dan bagaimana kondisi fakir miskin, anak terlantar n fasilitas umum di Indonesia sekarang, sudah cukup baikkah? Kan belum. Kalau belum, berarti dana itu diperlukan untuk menjalankan kewajiban itu.BBM dengan harga murah hanya di Negara yang melibah ruah BBMnya (Timur Tengah) dan Negara Komunis 30 tahun lalu yaitu di CIna dan Uni Soviet, hasilnya Uni Soviet pecah dan hancur, sedangkan CINA walau komunis sudah merubah ideologi eknonominya sejak 25 tahun lalu sehinggga sekarang Maju.

6.

Uce Prasetyo Maret 29th, 2012 17:50 pm Balas

BUAT PAK THAJYO PDIP:Gubernur dan walikota itu ikut turun ke jalan ya nggak masalah, kan yang memilih rakyat.” Kata Pak Tjahyo Kumolo (Sekjen PDIP). Pak andai, sekarang presidenya Bu Mega, bapak jadi Mendagrinya, dan walikota yang PROTES TERBUKA dan

Membangkang itu kader Demokrat, APA BAPAK TETAP BERSIKAP YANG SAMA dan MEMBELANYA. Atau Kepala Desa di pilih oleh Rakyat, protes terbuka dan membangkang kepada kebijakan BUPATI, Apa tetap kepala desa nya tidak bisa di pecat oleh Pak Sekda karena kades juga di pilih oleh Rakyat? Kalau bapak bersikap sama itu saya anggap kebenaran, bila bapak bersikap yang berbeda, hemat saya pendapat bapak murni karena berdasar KEPENTINGAN.

7.

Fuad BW Maret 30th, 2012 12:55 pm Balas

Perhitungan Pak Kwik terlalu menyederhanakan persoalan. Dikira negara ini milik orang-orang yang punya kendaraan bermotor dan mobil saja. Mereka, para penolak pencabutan subsidi BBM, adalah orang yang ingin mengangkangi kekayaan alam berupa minyak untuk mereka sendiri.

Mana bagian untuk orang miskin, orang yang yang tidak punya kendaraan baik sepeda motor maupun mobil?

8.

Barkah Soamole April 10th, 2012 18:36 pm Balas

Salam …dari Timr IndonesiaPa Kwik…saya sering membaca buku karangan Pa Kwik ttngEkonomi Indo dlm krisis dan transisi politik…..!Sebelumnya saya sampaikan terima kasih atas pencerhan tentang penyederhanaan kenaikan harga BBM.Kapan kita bisa maju kalau Terus begini hal yang kecil aja kita harapkan dari Luar Negeri …DPR…… tambahan pasal aja bertentangan dengn UU 33 tidak salah kata Gusdur DPR seperti taman kanak-kanakcoba kita Tegong sedikit RRC,, suatu negara yg pernah terisolasi selama 50 tahuntetapi nyatanya mereka maju dan berkembang pesat.

9.

Andhy Aryutama Juni 25th, 2013 20:18 pm Balas

Itu karena Negara-negara tersebut Eksportir Minyak masbro Firman,

Konsumsi minyaknya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan produksi minyaknya, lah kalo Indonesia sekarang kondisinya kita sudah net Improtir minyak. Jadi tidak bisa lagi menentukan harga minyak

Bambang MS Maret 25th, 2012