pudyhastuti23.files.wordpress.com … · web view(bi) berdasarkan uu no 13 tahun 1968. kemudian...
TRANSCRIPT
TUGAS PERBANKAN
BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAHDisusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perbankan
Dosen Pengampu Drs.Sriyono,M.Pd
Disusun Oleh
DIAN PUDIHASTUTI
A21010031
PENDIDIKAN EKONOMI AKUNTANSI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2011
BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH
A Bank Konvensional
1 Sejarah Singkat
Pada 1958, pemerintah melakukan nasionalisasi bank milik Belanda mulai
dengan Nationale Handelsbank (NHB) selanjutnya pada tahun 1959 yang
diubah menjadi Bank Umum Negara (BUNEG kemudian menjadi Bank
Bumi Daya) selanjutnya pada 1960 secara berturut-turut Escomptobank
menjadi Bank Dagang Negara (BDN) dan Nederlandsche
Handelsmaatschappij (NHM) menjadi Bank Koperasi Tani dan Nelayan
(BKTN) dan kemudian menjadi Bank Expor Impor Indonesia (BEII).
Berikut ini secara singkat sejarah bank-bank milik pemerintah, yaitu
a Bank Sentral
Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU
No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23
Tahun 1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang
di nasionalkan di tahun 1951.
b Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor
Bank ini berasal dari De Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di
lebur setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional
Indonesia (BNI) Unit II yang bergerak di bidang rural dan expor impor
(exim), dipisahkan lagi menjadi:
(1) Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan
UU No 21 Tahun 1968.
(2) Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi
Bank Expor Impor Indonesia.
c Bank Negara Indonesia (BNI '46)
Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968
berubah menjadi Bank Negara Indonesia '46.
d Bank Dagang Negara(BDN)
BDN berasal dari Escompto Bank yang di nasionalisasikan dengan PP
No 13 Tahun 1960, namun PP (Peraturan Pemerintah) ini dicabut
dengan diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang
Negara. BDN merupakan satu-satunya Bank Pemerintah yangberada
diluar Bank Negara Indonesia Unit.
e Bank Bumi Daya (BBD)
BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Hendles Bank,
kemudian menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini
menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19
Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya.
f Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo)
g Bank Pembangunan Daerah (BPD)
Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hukumnya adalah
UU No 13 Tahun 1962.
h Bank Tabungan Negara (BTN)
BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank
Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara
Indonesia Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan
UU No 20 Tahun 1968.
i Bank Mandiri
Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya
(BBD), Bank Dagang Negara (BDN), Bank Pembangunan Indonesia
(Bapindo) dan Bank Expor Impor Indonesia (Bank Exim). Hasil
merger keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.
2 Produk Bank Konvensional
a Produk disisi kewajiban neraca bank
(1) Giro ( Demand Deposit) :
Simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan
menggunakan cek atau bilyet giro (BG). Kepada pemegang
rekening
akan diberikan jasa giro (bunga).
jasa giro bagi bank merupakan dana murah karena bunganya relatif
rendah dibandingkan dengan bunga simpanan lainnya.
(2) Tabungan ( Saving) :
Simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan bank, dengan menggunakan slip
penarikan atau ATM. Kepada pemegang rekening akan diberikan
bunga.
(3) Deposito ( Deposit ) :
Simpanan pada Bank yang memiliki jangka waktu tertentu,
pencairannya dilakukan pada saat jatuh tempo simpanan . Kepada
pemegang rekening akan diberikan bunga.
b Jenis-Jenis Deposito :
(1) Deposito Berjangka (time deposit)
merupakan deposito yang diterbitkan atas nama deposan (nasabah)
baik individu maupun institusi untuk jangka waktu tertentu
(1,3,6 ,12 bulan)
(2) Sertifikat Deposito (Certificate of Deposit)
merupakan deposito yang diterbitkan atas unjuk (tanpa nama)
dalam bentuk sertifikat yang dapat diperjual belikan kepada pihak
lain.
(3) Deposit On Call :
merupakan deposito yang berjangka waktu minimal 7 hari dan
maksimal 1 bulan, diterbitkan atas nama deposan dalam jumlah
minimal yang ditentukan oleh Bank. Pembayaran bunga dilakukan
pada saat pencairan deposito. Sebelum deposito dicairkan, deposan
membuat pemeritahuan kepada bank minimal 3 hari sebelum jatuh
tempo.
c Produk disisi aktiva neraca bank :
(1) Kredit yang diberikan (lending)
(a) Kredit Investasi : kredit yang diberikan kepada nasabah untuk
keperluan investasi. Umumnya kredit ini mempunyai jangka
waktu yang relatif panjang (> 1 tahuan).
Contoh : Kredit untuk membangun pabrik atau membeli
peralatan pabrik.
(b) Kredit Modal Kerja : kredit yang diberikan kepada nasabah
untuk
keperluan modal usaha. Umumnya kredit ini mempunyai
jangka
waktu 1 tahun.
Contoh : Kredit untuk membeli barang dagangan atau bahan
baku,
dan modal kerja lainnya
(c) Kredit Perdagangan: kredit yang diberikan kepada nasabah
untuk memperbesar/memperlancar kegiatan perdagangan.
(d) Kredit Konsumtif : kredit yang diberikan kepada nasabah untuk
keperluan konsumsi Umumnya kredit ini mempunyai jangka
waktu
lebih dari 1 tahun.
Contoh : Kredit pemilikan rumah, kredit pemilikan kendaraan
dan
barang-barang konsumsi lainnya.
(e) Kredit Profesi: kredit yang diberikan kepada kalangan
profesional, seperti dokter, pengacara, guru dan lain-lain.
(f) Kredit Sindikasi : Kredit yang diberikan kepada debitur
korporasi
secara bersama-sama dengan beberapa bank lain, dengan
kesepakatan dalam hal porsi masing-masing bank, suku bunga,
porsi agunan.
(g) Kredit Program : Kredit yang diberikan bank dalam rangka
memenuhi suatu program pemerintah, seperti Kredit UKM.
(h) Kredit off Shore : Fasilitas kredit yang diberikan bank luar
negeri
kepada debitur dalam negeri dalam mata valuta asing .
(i) Kredit on shore : Kredit yang diberikan kepada debitur oleh
unit
kredit bank dalam negeri dalam valuta asing.
(2) Produk Jasa Lainnya
(a) Kiriman Uang (transfer) : Jasa pengiriman uang via bank baik
pada bank yang sama maupun bank lainnya.
Pengiriman uang dapat dilakukan dengan tujuan dalam kota,
luar kota maupun luar negeri. Khusus pengiriman uang luar
negeri dilakukan melalui bank devisa. Kepada nasabah
pengirim dikenakan biaya transfer.
(b) RTGS (Real Time Gross Sattlement) : Proses penyelesaian
akhir
transaksi pembayaran (transfer atau kiriman uang) yang
dilakukan per transaksi dan bersifat real time & electronically
processed.
(c) Kliring (Clearing) : jasa penagihan warkat (cek atau bilyet giro)
yang berasal dari dalam kota pada bank yang berlainan. Proses
kliring membutuhkan waktu 1 hari kerja. Lembaga
penyelenggara kliring adalah Bank Indonesia.
(d) Inkaso (collection): Jasa penagihan warkat (cek atau Bilyet
giro)yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Proses
penagihanlewat inkaso tergantung dari jarak lokasi penagihan,
umumnya 1minggu sampai 1 bulan.
(e) Safe Deposit Box (SDB) : Jasa penyewaan kotak pengaman
untuk menyimpan surat-surat atau barang berharga milik
nasabah.
Kepada nasabah dikenakan biaya sewa yang besarnya
tergantung
dari ukuran box serta jangka waktu penyewaan.
(f) Bank Cards (kartu Kredit, Kartu Debit, Kartu ATM)
B Bank Syariah
1 Sejarah Perbankan Syariah
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan
embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat
itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis
usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan
yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada
tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu
sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang
tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi
pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk
partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan
dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun
dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun
syariat islam.
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974
disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi
Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar
pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek
pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa
finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan
secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam
kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic
Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of
Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik,
Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden,
dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation
yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk
menunaikan ibadah haji.
Sejarah Perbankan Syariah di Indonesia
Indonesia yang sebagian besar penduduknya adalah Muslim membuat
negara ini menjadi pasar terbesar di dunia bagi perbankan syariah.
Besarnya populasi muslim itu memberikan ruang yang cukup lebar bagi
perkembangan bank syariah di Indonesia.
Di Indonesia, bank syariah pertama baru lahir tahun 1991 dan beroperasi
secara resmi tahun 1992. Padahal, pemikiran mengenai hal ini sudah
terjadi sejak dasawarsa 1970-an. Menurut Dawam Raharjo, saat
memberikan Kata Pengantar buku Bank Islam Analisa Fiqih dan
Keuangan penghalangnya adalah faktor politik, yaitu bahwa pendirian
bank Islam dianggap sebagai bagian dari cita-cita mendirikan Negara
Islam (baca buku Bank Islam Analisa Fiqih dan Keuangan karya
Adiwarman Karim – IIIT Indonesia, 2003).
Namun, sejak 2000-an, setelah terbukti keunggulan bank syariah (bank
Islam) dibandingkan bank konvensional – antara lain, Bank Muamalat
tidak memerlukan suntikan dana, ketika bank-bank konvensional menjerit
minta Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) ratusan triliunan akibat
negative spread – bank-bank syariah pun bermunculan di Indonesia.
Hingga akhir Desember 2006, di Indonesia terdapat tiga Bank Umum
Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS).
Fungsi-fungsi bank sudah dipraktikkan oleh para sahabat di zaman Nabi
SAW, yakni menerima simpanan uang, memberikan pembiayaan, dan jasa
transfer uang. Namun, biasanya satu orang hanya melakukan satu fungsi
saja. Baru kemudian, di zaman Bani Abbasiyah, ketiga fungsi perbankan
dilakukan oleh satu individu.
Usaha modern pertama untuk mendirikan bank tanpa bunga pertama kali
dilakukan di Malaysia pada pertengahan tahun 1940-an, namun usaha
tersebut tidak berhasil. Berikutnya, eksperimen dilakukan di Pakistan pada
akhir 1950-an.
Namun, eksperimen pendirian bank syariah yang paling sukses dan
inovatif di masa modern dilakukan di Mesir pada 1963, dengan berdirinya
Mit Ghamr Local Saving Bank. Kesuksesan Mit Ghamr memberi inspirasi
bagi umat Muslim di seluruh dunia, sehingga muncul kesadaran bahwa
prinsip-prinsip Islam ternyata masih dapat diaplikasi dalam bisnis modern.
Salah satu tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya
Islamic Development Bank (IDB, atau Bank Pembangunan Islam) pada
tahun 1975, yang berpusat di Jeddah. Bank pembangunan yang
menyerupai Bank Dunia (World Bank) dan Bank Pembangunan Asia
(Asia Development Bank, ADB) ini dibentuk oleh Organisasi Konferensi
Islam (OKI) yang anggota-anggotanya adalah negara-negara Islam,
termasuk Indonesia.
Pada era 1970-an, usaha-usaha untuk mendirikan bank Islam sudah
menyebar ke banyak negara. Misalnya, Dubai Islamic Bank (1975) dan
Kuwait Finance House (1977) di Timur Tengah. Beberapa negara seperti
Pakistan, Iran, dan Sudan, bahkan mengubah seluruh sistem keuangan di
negara tersebut menjadi nur-bung, sehingga semua lembaga keuangan di
negara tersebut beroperasi tanpa menggunakan bunga.
Kini perbankan syariah sudah menyebar ke berbagai negara, bahkan
negara-negara Barat. The Islamic Bank International of Denmark tercatat
sebagai bank syariah pertama yang beroperasi di Eropa, tepatnya
Denmark, tahun 1983.
Di Asia Tenggara, tonggak perkembangan perbankan terjadi pada awal
dasawarsa 1980-an, dengan berdirinya Bank Islam Malaysia Berhad
(BIMB) pada tahun 1983.
2 Produk Bank Syariah
a Al-wadi’ah (Simpanan)
Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama titipan atau simpanan,
merupakan titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik perorangan
maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikain kapan saja
bila si penitip menghendaki.
Penerima simpanan disebut yad al-amanah yang artinya tangan
amanah. Si penyimpan tidak bertanggung jawab atas segala
kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada titipan selama hal itu
bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan
dalam memelihara barang titipan.
Penggunaan uang titipan harus terlebih dulu meminta izin kepada
si pemilik uang dan dengan catatan si pengguna uang menjamin
akan mengembalikan uang tersebut secara utuh. Dengan demikian
prinsip yad al-amanah (tangan amanah) menjadi yad adh-
dhamanah (tangan penanggung).
Konsekuensi dari diterapkannya prinsip yad adh-dhamanah pihak
bank akan menerima seluruh keuntungan dari penggunaan uang,
namun sebaliknya bila mengalami kerugian juga harus ditanggung
oleh bank.
Sebagai imbalan kepada pemilik dana disamping jaminan
keamanan uangnya juga akan memperoleh fasilitas lainnya seperti
insentif atau bonus untuk giro wadiah. Artinya bank tidak dilarang
untuk memberikan jasa atas pemakaian uangnya berupa insentif
atau bonus, dengan catatan tanpa perjanjian terlebih dulu baik
nominal maupun persentase dan ini murni merupakan kebijakan
bank sebagai pengguna uang. Pemberian jasa berupa insentif atau
bonus biasanya digunakan istilah nisbah atau bagi hasil antara
bank dengan nasabah. Bonus biasanya diberikan kepada nasabah
yang memiliki dana rata-rata minimal yang telah ditetapkan.
Dalam praktiknya nisbah antara bank (shahibul maal) dengan
deposan (mudharib) biasanya bonus untuk giro wadiah sebesar
30%, nisbah 40%:60% untuk simpanan tabungan dan nisbah
45%:55% untuk simpanan deposito.
Contoh rekening giro Wadiah :
Tn. Baris memiliki rekening giro wadiah di Bank Muamalat Sungailiat dengan
saldo rata-rata pada bulan Mei 2002 adalah Rp 1.000.000,-. Bonus yang
diberikan Bank Muamalat Sungailiat kepada nasabah adalah 30% dengan saldo
rata-rata minimal Rp 500.000,-. Diasumsikan total dana giro wadiah di Bank
Muamalat Sungailiat adalah Rp 500.000.000,-. Pendapatan Bank Muamalat
Sungailiat dari penggunaan giro wadiah adalah Rp 20.000.000,-.
Pertanyaan : Berapa bonus yang diterima oleh Tn. Baris pada akhir bulan
Mei 2002.
Jawab :
Rp 1.000.000,-
Bonus yang diterima = x Rp 20.000.000,- x 30 % Tn. Baris
Rp 500.000.000,- (sebelum dipotong pajak)
= Rp 12.000,-
Contoh Perhitungan Keuntungan Tabungan Mudharabah :
Tn. Derani memiliki tabungan di Bank Syariah Pangkal Pinang. Pada bulan
juni 2002 Saldo rata-rata tabungan Tn. Derani adalah sebesar Rp 10.000.000,-.
Perbandingan bagi hasil (nisbah) antara Bank Syariah Pangkal Pinang dengan
deposan adalah 40%:60%. Saldo rata-rata tabungan per-bulan di seluruh Bank
Syariah Pangkal Pinang adalah Rp 10.000.000.000,-. Kemudian pendapatan
Bank Syariah Pangkal Pinang yang dibagihasilkan adalah Rp 40.000.000,-.
Pertanyaan : Berapa keuntungan Tn. Derani pada bulan yang bersangkutan.
Jawab :
Rp 10.000.000,-
Keuntungan = x Rp 40.000.000,- x 60 %
Tn. Derani Rp 10.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)
= Rp 24.000,-
Contoh Perhitungan Keuntungan Deposito Mudharabah :
Tn. Rahman Hakim memiliki deposito sebesar Rp 100.000.000, untuk jangka
waktu 1 bulan di Bank Syariah Belinyu. Bagi hasil (nisbah) antara Bank
Syariah Belinyu dengan nasabah adalah 45%:55%. Saldo rata-rata deposito per
bulan di Bank Syariah Belinyu adalah Rp 10.000.000.000,-. Kemudian
pendapatan yang dibagihasilkan di Bank Syariah Belinyu adalah Rp
500.000.000, -.
Pertanyaan : Berapa keuntungan Tn. Rahman Hakim dari nisbah yang
ditetapkan.
Jawab:
Rp 100.000.000,-
Keuntungan = x Rp 500.000.000,- x 55%
nasabah Rp 10.000.000.000,- (sebelum dipotong pajak)
= Rp 2.750.000,-
b Pembiayaan dengan bagi basil
a. Al-musyarakah
Al-musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk melakukan usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan
dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan atau resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
AI-musyarakah dalam praktik perbankan diaplikasikan dalam hal
pembiayaan proyek. Dalam hal ini nasabah yang dibiayai dengan bank
sama-sama menyediakan dana untuk melaksanakan proyek tersebut.
Keuntungan dari proyek dibagi sesuai dengan kesepakatan untuk bank
setelah terlebih dulu mengembalikan dana yang dipakai nasabah. Al-
musyarakah dapat pula dilakukan untuk kegiatan investasi seperti
pada lembaga keuangan modal ventura.
b. AI-mudharabah
Pengertian AI-mudharabah adalah akad kerja sama antara dua pihak,
di mana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak lain
menjadi pengelola. Keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang
dituangkan dalam kontrak. Apabila rugi maka akan ditanggung
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si
pengelola. Apabila kerugian diakibatkan kelalaian pengelola, maka si
pengelolalah yang bertanggung jawab.
mudharabah muthlaqah merupakan kerja sama antara pihak
pertama dan pihak lain yang cakupannya lebih luas. Maksudnya
tidak dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan daerah bisnis.
mudharabah muqayyadah merupakan kebalikan dari mudharabah
muthlaqah di mana pihak lain dibatasi oleh waktu spesifikasi usaha
dan daerah bisnis.
Dalam dunia perbankan Al-mudharabah biasanya diaplikasikan pada
produk pembiayaan atau pendanaan seperti, pembiayaan modal kerja.
Dana untuk kegiatan mudharabah diambil dari simpanan tabungan
berjangka seperti tabungan haji atau tabungan kurban. Dana juga
dapat dilakukan dari deposito biasa dan deposito spesial yang
dititipkan nasabah untuk usaha tertentu.
c. Al-muzara'ah
Pengertian AI-muzara'ah adalah kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan lahan
kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan imbalan bagian
tertentu dari hasil panen. Dalam dunia perbankan kasus ini diaplikasikan
untuk pembiayaan bidang plantation atas dasar bagi hasil panen.
d. Al-musaqah
Pengertian AI-musaqah merupakan bagian dari al-muza'arah yaitu
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan
dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam konteks
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap.
e. Bai'al Murabahah
Pengertian Bai'al-Murabahah merupakan kegiatan jual beli pada
harga pokok dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini
penjual harus terlebih dulu memberitahukan harga pokok yang ia beli
ditambah keuntungan yang diinginkannya.
Sebagai contoh harga pokok barang "X" Rp 100.000,-. Keuntungan yang
diharapkan adalah sebesar Rp 5.000,-, sehingga harga jualnya Rp
105.000,-. Kegiatan Bai'al-Murabahah ini baru dilakukan setelah ada
kesepakatan dengan pembeli, baru kemudian dilakukan pemesanan. Dalam
dunia perbankan kegiatan Bai'al-Murabahah pada pembiayaan produk
barang-barang investasi baik dalam negeri maupun luar negeri seperti
Letter of credit atau lebih dikenal dengan nama L/C.
Sebagai contoh Ny. Pariani memerlukan sebuah mobil senilai Rp
30.000.000,-. Jika Bank Syariah Tanjung Pandan yang membiayai
pembelian mobil tersebut maka Bank Syariah Tanjung Pandan
mengharapkan suatu keuntungan sebesar Rp 6. 000.000,- selama 3 tahun,
maka harga yang ditetapkan kepada Ny. Pariani adalah Rp 36.000.000,
Kemudian jika nasabah setuju maka nasabah dapat mencicil dengan
angsuran Rp 1.000.000,-. per bulan (diperoleh dari Rp 36.000.000,- : 36
bulan) kepada Bank Syariah Tanjung Pandan.
f. Bai'as-salam
Bai'as-salam artinya pembelian barang yang diserahkan kemudian
hari, sedangkan pembayaran dilakukan di muka. Prinsip yang harus dianut
adalah harus diketahui terlebih dulu jenis, kualitas dan jumlah barang dan
hukum awal pembayaran harus dalam bentuk uang.
Sebagai contoh seorang petani lada yang bernama Tn. Ivan Pratama
hendak menanam lada dan membutuhkan dana sebesar Rp 200.000.000,
untuk satu hektar. Bank Syariah Toboali menyetujui dan melakukan akad
di mana Bank Syariah Toboali akan membeli hasil lada tersebut sebanyak
10 ton dengan harga Rp 200.000.000,-. Pada saat jatuh tempo petani harus
menyerahkan lada sebanyak 10 ton. Kemudian Bank Syariah Toboali
dapat menjual lada tersebut dengan harga yang relatif lebih tinggi
misalnya Rp 25.000,- per. kilo. Dengan demikian penghasilan bank adalah
10 ton x Rp 25.000, = Rp 250.000.000,-. Dari hasil tersebut Bank Syariah
Toboali akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 50.000.000,-. setelah
dikurangi modal yang diberikan oleh Bank Syariah Toboali yaitu Rp
250.000.000, dikurangi Rp 200.000.000,-.
g. Bai'Al istishna'
Bai' Al istishna' merupakan bentuk khusus dari akad Bai'assalam,
oleh karena itu ketentuan dalam Bai` Al istishna' mengikuti ketentuan dan
aturan Bai'as-salam. Pengertian Bai' Al istishna' adalah kontrak penjualan
antara pembeli dengan produsen (pembuat barang). Kedua belah pihak
harus saling menyetujui atau sepakat lebih dulu tentang harga dan sistem
pembayaran. Kesepakatan harga dapat dilakukan tawar-menawar dan
sistem pembayaran dapat dilakukan di muka atau secara angsuran per
bulan atau di belakang.
CV. Sungai Layang yang bergerak dalam bidang pembuatan dan penjualan
sepatu memperoleh order untuk membuat sepatu anak sekolah SMU
senilai Rp 60.000.000,- dan mengajukan permodalan kepada Bank Syariah
Koba. Harga perpasang sepatu yang diajukan adalah Rp 85.000,- dan
pembayarannya diangsur selama tiga bulan. Harga perpasang sepatu
dipasaran sekitar Rp 90.000,-. Dalam hal ini Bank Syariah Koba tidak tahu
berapa biaya pokok produksi. CV. Sungai Layang hanya memberikan
keuntungan Rp 5000,- persepasang sepatu atau keuntungan keseluruhan
adalah Rp 3.529.412,- yang diperoleh dari hitungan:
Rp 60.000.000,-
x Rp 5.000,- = Rp 3.529.412,-
Rp 85.000,-
Bank Syariah Koba dapat menawar harga yang diajukan oleh CV. Sungai
Layang dengan harga yang lebih murah, sehingga dapat dijual kepada
masyarakat dengan harga murah pula. Katakanlah misalnya Bank
Syariah Koba menawar harga Rp 86.000,- per pasang, sehingga masih
untung Rp 4.000,- per pasang dan keuntungan keseluruhan adalah :
Rp 60.000.000,-
x Rp 4.000,- = Rp 2.790.697,-
Rp 86.000,-
h. Al-Ijarah (Leasing)
Pengertian Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang
atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. Dalam praktiknya
kegiatan ini dilakukan oleh perusahaan leasing, baik untuk kegiatan
operating lease maupun financial lease.
i. Al-Wakalah (Amanat)
Wakalah atau wakilah artinya penyerahan atau pendelegasian atau
pemberian mandat dari satu pihak kepada pihak lain. Mandat ini harus
dilakukan sesuai dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
j. Al-Kafalah (Garansi)
Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dapat pula diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab dari
satu pihak kepada pihak lain. Dalam dunia perbankan dapat dilakukan
dalam hal pembiayaan dengan jaminan seseorang.
k. Al-Hawalah
Al-Hawalah merupakan pengalihan utang dari orang yang berutang
kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Atau dengan kata lain
pemindahan beban utang dari satu pihak kepada lain pihak. Dalam dunia
keuangan atau perbankan dikenal dengan kegiatan anjak piutang atau
factoring.
l. Ar-Rahn
Ar-Rahn merupakan kegiatan menahan salah satu harta milik si
peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Kegiatan
seperti ini dilakukan seperti jaminan utang atau gadai.
Daftar Pustaka
Kasmir.2002.Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya edisi ke enam.Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada
http://id.wikipedia.org/wiki/Perbankan_syariah diakses tanggal 30 November
2010 jam 13:32
http://duniabaca.com/sejarah-prinsip-serta-produk-perbankan-syariah.html diakses tanggal 30 November jam 13:45
http://www.4shared.com/u/M0ShHlb4/ir_Adi_Wiratama_MBA.html diakses tanggal 30 November 14:00