repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/abd....

83
PERBANDINGAN RASM USMANI ANTARA MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF PAKISTAN PERSPEKTIF AL-DĀNĪ “Analisis Kaidah Hażf al-Harf dalam Rasm Usmani” Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag) Oleh ABD. RAHMAN NIM: 11140340000258 PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

Upload: others

Post on 14-Oct-2019

42 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

PERBANDINGAN RASM USMANI ANTARA MUSHAF STANDAR

INDONESIA DAN MUSHAF PAKISTAN PERSPEKTIF AL-DĀNĪ

“Analisis Kaidah Hażf al-Harf dalam Rasm Usmani”

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S.Ag)

Oleh

ABD. RAHMAN

NIM: 11140340000258

PROGRAM STUDI ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1440 H/2019 M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

Perbandingan Rasm Usmani Antara Mushaf Standar Indonesia Dan Mushaf

Pakistan Perspektif al-Dānī

“Analisis Kaidah Hażf al-Harf dalam Rasm Usmani”

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Agama (S.Ag)

Disusun oleh:

ABD. RAHMAN

NIM: 11140340000258

Pembimbing

Dr. Eva Nugraha, M.Ag

NIP: 197102171998031002

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019

Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

i

ABSTRAK

ABD. RAHMAN

Perbandingan Rasm Usmani antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Pakistan “Analisis Kaidah Hażf al-Harf dalam Rasm Utsmani”

Seiring berjalannya waktu, rasm usmani selalu menjadi perbincangan yang

sangat menarik baik dari kalangan bawah, mengengah, dan atas. Sering terjadi

perdebatan di antara mereka karena ditemukannya kadang berbeda dalam tulisan

antara mushaf yang satu dengan mushaf yang lain, bahkan sampai terjadi saling

menyalahkan dan saling tuduh di antara mereka. Lajnah Pentashihan Mushaf al-

Quran datang menjawab semua peristiwa itu, menjadi tempat untuk menampung

semua masalah yang terjadi prihal Mushaf al-Quran.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji dan menganalisa mengenai

sebab-sebab terjadi perbedaan antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Pakistan dengan menggunakan metode analisis data, Kenapa di antara keduanya

yang sama-sama satu imam yaitu menagacu pada Imam al-Dānī harus berbeda.

Untuk membantu menganalisa ayat-ayat yang berbeda tersebut penulis

menghadirkan kitab karangan asli dari Imam al-Dānī al-Muqni‟ fī Ma‟rifati

Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣār.

Penelitian ini mengarah pada kesimpulan bahwa, walaupun pada Mushaf

Standar Indonesia dan Pakistan merujuk pada imam al-Dānī namun tidak semua

dalam kedua mushaf tersebut merujuk penuh pada al-Dānī, sehingga tidak heran

jika keduanya masih terjadi perbedaan penulisan. Selain itu banyaknya rujukan

yang diambil oleh Lajnah dalam merumuskan pedoman penulisan Mushaf Standar

Indonesia.

Kata Kunci: Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, Rasm.

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

ii

“Alif Lām Mīm, ... Inilah simbol-simbol al-Quran yang mengandung hikmat,

menjadi Petunjuk dan Rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan....”

Dipersembahkan untuk “Cinta dan Kasih Sayang”

Yang terlahir dari:

Keikhlasan dan Keriḍaan Ayah dan Bunda.

H. ABD. JALIL dan HASANAH

Dorongan semua kakak dan adik tercinta

Ṣafiyah sekeluarga, Ṣālehah sekeluarga, Nur Faḍilah

sekeluarga, Maswatul Hasanah sekeluarga, Ach Muallim,

S.H., Maisūroh,S.Pd.I

Kesetiaan seluruh sahabat

Kesungguhan orang yang akan mengisi hari-hariku

di masa yang akan datang.

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

iii

Kata Pengantar

Bismillāh al-Rahmān al-Rahīm

Segala puji saya haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

kesempatan bagi kami untuk melanjutkan kuliah Strata 1 hingga sampai pada titik

akhir. Selanjutnya saya membacakan salawat penghormatan dan salam

pengagungan kepada Nabi yang sabdanya lestari hingga saat ini. Tidak lupa,

kepada para sahabat, keluarga dan ulama penerus, yang berjasa besar menjaga

kelestarian sabdanya. Semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada

mereka semua. Amin

Berbagai hambatan selalu hadir mulai dari awal hingga titik akhir pengerjaan

skripsi, baik internal maupun eksternal hingga harus fakum karena Drop dan harus

merelakan laptop untuk saudari yang juga kebetulan sedang menulis skripsi,

belum lagi harus mencari pinjaman laptop ke teman.

Proses pengerjaan tugas akhir ini tidak mungkin selesai jika hanya dikerjakan oleh

saya sendiri, maka dari itu patut rasanya saya ucapkan terima kasih kepada:

1. Civitas Akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj Amany

Burhanuddin Lubis selaku Rektor UIN Syarif Hidayatulah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Dosen Favorit

smt 7

3. Dr. Lilik Ummi Kaltsum Selaku Ketua Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir

dan Ibu kedua yang selalu memberikan arahan termasuk judul Skripsi ini.

4. Dra. Banun Binaningrum, M.Pd selaku Skretaris jurusan Ilmu al-Quran

dan Tafsir yang selalu melayani mahasiswa dari semester 1 hingga lulus.

5. Dr. Eva Nugraha selaku Pembimbing Skripsi yang dengan sabar dan

Ikhlas membimbing di rumahnya sampai tengah malam dan juga Dr.

Ahsin Sakho Muhammad Asyrofuddin selaku dosen penasehat akademik

yang selalu memberika arahan terbaiknya.

6. Seluruh dosen dan karyawan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

7. Teristimewa salam untuk ayahanda H. Abd. Jalil dan Ibunda Hasanah

yang telah mendidik, dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih

sayang, selalu memberikan dukungan dan kekuatan kepada penulis serta

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

iv

ikhlas mengeluarkan keringatnya untuk membiayai kuliah sampai akhir,

kalianlah kehidupanku.

8. Teruntuk saudara-saudaraku yang selalu mendukung dan memberikan

motivasi serta berkorban untuk keberlangsungan pendidikan penulis,

terima kasih banyak atas segalanya.

9. Ikatan Mahasiswa Bata-Bata (IMABA) Jabodetabek, keluarga kedua yang

selalu menjadi naungan dalam kehidupan di Jakarta, dan juga teruntuk

taretan angkatan IMABA Miftahol Munir, Nor Kholis Swandi, Ubaidillah,

Kanzul Fikri, Ahmad Muzayyan dan jauhari, hidup susah dan senang

selalu bersama terkadang makan 2 hari sekali, kami ucapkan terima kasih

atas ketidakbosanan kalian dalam berteman. Dan juga Rokiin yang selalu

membantu penerjemahan kitab, Ahmad Mahfuẓ yang selalu memberikan

Support, Mahbubi yang selalu menghibur, terima kasih untuk kalian

semua.

10. Kementerian Agama Bidang Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran

(LPMQ) terkhusus Dr. Zainal Arifin yang selalu memberikan arahan dan

refrensinya dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11. Keluarga Ilmu al-Quran dan Tafsir (IQTAF) 2014 terhusus TH G, serta

teman kece Ahmad Sya’dan, Qurrata A’yun, Arif Ubaidilah, Fiqri

Hidayat, Rizqiyatun Khozaitunah, Lutfiyah, Imam Turmużi, Bahar

Kurniawan terima kasih atas segalanya.

12. Keluarga Besar Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas

Ushuluddin 2018 Khoiruddin, Faisal, Ambar, Farida, Nizar Fuadi, Imas

Maulida, Helmi Faridatun, Abi Hasan, Sodik, Bayu, Zahra, Bela, Iqbal,

Aini, Tia dan para Pioner Dema F 2018.

13. Sahabat-sahabat Bimbingan Rumah Perpustakaan Eva Nugraha Sufyan,

Kholik Ramdan Mahesa, Sahroni, terima kasih atas bantuan kalian, tanpa

kalian skripsi ini akan banyak mengalami kendala.

14. Keluarga KKN Mata Air 2017 Pepy, Kahfi, Zaki, Nopal, Adnan, Oki,

Diya, Varrah, Kiya, Iffa, Ani, Novi dan Gesti. Terima kasih sudah

menjadi bagian dari keluarga penulis, mendukung dan memberikan

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

v

semangat. Tawa kalian selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan

tugas ini.

15. Rozali Hidayatullah mahasiswa IAT angkatan 2013 yang selalu

memberikan supportnya, tidak pernah mengenal lelah untuk selalu

mendampingi mulai dari proses penyelesaian Skripsi hingga Sidang

berlanjut, loyalitas dan totalitasnya sangat tinggi.

Kepada mereka semua, penulis tidak bisa membalas apa-apa, semoga Allah

Membalas semua kebaikan kalian dan penulis berharap semoga kita

dipertemukan lagi nanti di Surga-Nya. Amin

Ciputat, 4 Mei 2019

ABD. RAHMAN

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Padanan Aksara

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

B Be ب

T Te ت

ṡ es dengan titik atas ث

J Je ج

ḥ ha dengan titik bawah ح

Kh ka dan ha خ

D De د

Ż zet dengan titik atas ذ

R Er ر

Z Zet ز

S Es س

Sy es dan ye ش

ṣ es dengan titik bawah ص

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

vii

ḍ de dengan titik bawah ض

ṭ te dengan titik bawah ط

ẓ zet dengan titik bawah ظ

‘ عKoma terbalik di atas hadap

kanan

Gh ge dan ha غ

F Ef ؼ

Q Qi ؽ

K Ka ؾ

L El ؿ

M Em ـ

N En ف

W We ك

H Ha ق

Apostrof ’ ء

Y Ye ي

2. Vokal

Vokal terdiri dari dua bagian, yaitu vokal tunggal dan vokal rangkap.

Berikut ketentuan alih aksara vokal tunggal:

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

viii

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

A Fatḥah ـ

I Kasrah ـ

U Ḍammah ـ

Adapun vokal rangkap ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

يـ Ai a dan i

ك ـ Au a dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang dalam bahasa Arab dilambangakan

dengan harkat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

Ā a dengan topi di atas ىا

Ī i dengan topi di atas ىي

Ū u dengan topi di atas ىػو

4. Kata Sandang

Kata sandang, yang dalam system aksara Arab dilambangkan dengan huruf

dialih aksarakan menjadi huruf ‘l’ baik diikuti huruf syamsiyah maupun huruf اؿ

qamariyah. Contoh: al-rijāl bukan ar-rijāl.

5. Syaddah (Tasydīd)

Syaddah atau tasydīd yang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan

sebuah tanda (ـ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak

berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

ix

yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Misalnya, kata الضركرة tidak ditulis ad-

ḍarūrah tapi al-ḍarūrah.

6. Tā‟ Marbūṭah

Kata Arab Alih Aksara Keterangan

Ṭarīqah Berdiri sendiri طريقة

-Al-jāmi‘ah al اجلامعة اإلسالمية

islāmiyyah Diikuti oleh kata sifat

waḥdat al-wujūd كحدة الوجودDiikuti oleh kata

benda

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam system tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, alih aksara

huruf kapital ini juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalan

Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permukaan kalimat,

huruf awal nama tempat, nama bulan, nama seseorang, dan lain-lain. Jika nama

seseorang didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital

adalah huruf awal nama tersebut. Misalnya: Abū ‘Abdullāh Muhammad al-

Qurṭubī bukan Abū ‘Abdullāh Muhammad Al-Qurṭubī

Berkaitan dengan judul buku ditulis dengan cetak miring, maka demikian

halnya dengan alih aksaranya, demikian seterusnya. Jika terkait nama, untuk

nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak

dialih aksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Contoh:

Nuruddin al-Raniri tidak ditulis dengan Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap kata, baik kata kerja, kata benda, maupun huruf ditulis secara

terpisah. Berikut contohnya dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan diatas:

Kata Arab Alih Aksara

Faiżā qara‟ta al-Qur‟āna فإذا قػرأ ت ال قر آف

نوف Fī kitābin maknūn ف كتاب مك

Afalā yatadabbarūna al-Qur‟āna أفال يػتدبػركف ال قر آف

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

x

ال مطهركف ل يسه إل Lā yamassuhū illa al-Muṭahharūna

9. Singkatan

Huruf Latin Keterangan

Swt Subḥāh wa ta„ālā

Saw Ṣalla Allāh „alaih wa sallam

QS. Quran Surat

M Masehi

H Hijriyah

w. Wafat

MSI Mushaf Stndar Indonesia

MB Mushāf Bākistān

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................... iii

PEDOMAN TRANSLITERASI .......................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................... 1

B. Identifikasi, Batasan, dan Rumusan Masalah ....................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 7

D. Metodelogi Penelitian dan Sumber data ............................... 8

E. Kajian Pustaka ....................................................................... 10

F. Sistematika Penulisan ........................................................... 12

BAB II GAMBARAN UMUM RASM USMANI ............................... 14

A. Pengertian Rasm.................................................................... 14

B. Macam-Macam Rasm ........................................................... 16

C. Kaidah-Kaidah Rasm Usmani ............................................... 17

D. Pandangan Ulama Tentang Rasm ......................................... 22

BAB III MENGENAL MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN PAKISTAN

................................................................................................................. 25

A. Mushaf Standar Indonesia .................................................... 25

1. Sejarah Mushaf Standar Indonesia .................................. 25

2. Definisi Mushaf Standar .................................................. 29

3. Jenis-Jenis Mushaf Standar Indonesia ............................. 30

4. Rujukan dalam Penulisan Mushaf Standar ...................... 39

B. Mushaf Pakistan .................................................................... 41

1. Sejarah Mushaf Pakistan ................................................. 41

2. Definisi Mushaf Pakistan ................................................ 42

3. Jenis-Jenis Percetakan Mushāf Bākistān ......................... 42

BAB IV MUSHAF AL-QURAN STANDAR INDONESIA DAN PAKISTAN

PERSPEKTIF AL-DĀNĪ ..................................................................... 48

A. Kesesuaian Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Pakistan

.............................................................................................. 48

B. Ketidaksesuaian Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Pakistan

.............................................................................................. 53

BAB V PENUTUP ................................................................................. 62

A. Kesimpulan .......................................................................... 62

B. Saran .................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 64

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

xii

Daftar Tabel

Tabel 1.1 Sampel Perbandingan Rasm Utsmanî antara MSI dan Mushāf

Bākistān

Tabel 3.1 Susunan Titik Pada Simbol Braille

Tabel 3.2 Contoh Mushaf Standar Braille

Tabel 4.1 Perbandingan Kesesuaian MSI, MP dan al-Dānī

Tabel 4.2 Perbandingan Ketidaksesuaian antara MSI, MP dan al-Dānī

Table 4.3 Perbandingan Kesesuaian MSI, MP dan al-Dānī

Table 4.4 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI, MP dan al-Dānī.

Tabel 4.5 Perbandingan Kesesuaian MSI, MP dan al-Dānī.

Tabel 4.6 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI, MP dan al-Dānī

Tabel 4.7 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI dengan al-Dānī

Tabel 4.8 Perbandingan Ketidaksesuaian MP dengan al-Dānī

Tabel 4.9 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI, MP dan al-Dānī

Tabel 4.10 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI dengan al-Dānī

Tabel 4.11 Perbandingan Ketidaksesuaian MP dengan al-Dānī

Tabel 4.12 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI, MP dengan al-Dānī

Tabel 4.13 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI dengan al-Dānī

Tabel 4.14 Perbandingan Ketidaksesuaian MP dengan al-Dānī

Tabel 4.15 Perbandingan Ketidaksesuaian MSI, MP dengan al-Dānī.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Quran merupakan kalamullah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad sebagai pedoman hidup bagi manusia akhir zaman1, kata Quran,

disebutkan sebanyak 70 kali dalam al-Qurān,2 di antaranya pada ayat 17 dan 18

dalam surat al-Qiyāmah, ayat 4 surat al-Muzammil, selain itu Allah juga memberi

nama untuk nama3 kitab suci ini, di antaranya al-Kitāb,

4 al-Żikr,

5 al-Furqān,

6 al-

Haqq,7 al-Hudā,

8 al-Syifā,

9 al-Bayyinah,

10 dan al-Tanzīl

11.

1 Banyak ayat yang menjelaskan tentang definisi al-Quran bahwa al-Quran merupakan

kitab yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad dan diantaranya adalah Surat al-

An‟ām : 155, al-Furqān : 6, al-Zūmar : 1, Al-Sajdah: 2, dan al-Najm : 4 2 M. Adnan Salim dkk, A Dictionary of the words of the great Quran: Mu‟jam Kalimat al-

Qurān al-Aẓm (Dār al-Fikr al-Muaṣṣir, 1998), h.787-789 3 Abdul Chaer, Perkenalan Awal Dengan Al-Quran (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014), h. 4

4 Nama al-Kitab yang berarti “Buku Catatan” menunjukkan bahwa al-Quran adalah

firman atau wahyu Allah yang bisa ditulis dalam bentuk huruf dan kalimat, dalam al-Quran kata

al-Kitab ditulis sebanyak 74 kali di antaranya (1) al-Baqarah/2: 2 (2) Al-Ankabūt: 47, 48, dan 51

(3) Fāṭir: 29 (4) al-Zumar: 1 (5) Fuṣṣilat: 3 5 Nama al-Żikr yang berarti “Peringatan” menunjukkan bahwa al-Quran menjadi

peringatan bagi manusia agar tetap berada di jalan yang benar, dan diridhoi Allah. Nama tersebut

disebut sebanyak 55 kali dalam al-Quran, (1) ayat 6 dan 9 surat al-Hijr, (2) ayat 44 surat al – Naḥl,

(3) ayat 41 surat Fuṣṣilat, (4) ayat 50 surat al-Ambiyā‟ (5) ayat 8 surat Ṣād, (6) ayat 3 surat Tāhā. 6 Nama al-Furqān yang berarti “Pembeda” menunjukkan bahwa al-Quran menjadi

patokan untuk membedakan yang benar dari yang bathil. Dalam al-Quran nama tersebut

disebutkan dalam ayat 1 dan 7 surat al-Furqān dan ayat 4 surat Aīî Imrān. 7 Nama al-Haqq yang berarti “Kebenaran” menunjukkan bahwa al-Quran memiliki ajaran

yang benar. Al-Haqq juga berarti “keadilan dan pertengahan” maksudnya kebenaran al-Quran itu

berada pada sisi pertengahan antara dua hal yang ekstrem, yakni memperhatikan kehidupan dunia

dan akhirat, memperhatikan kepentingan individual dan akhirat, tidak terlalu mengikat tetapi tidak

terlalu bebas, mengedepankan yang hak dan kewajiban, ada pahala ada dosa. Nama al-Haqq

disebutkan sebanyak 61 kali dalam al-Quran, antara lain pada (1) ayat 84 dan 108 surat Yūnus, (2)

ayat 170 surat al-Nisā‟, (3) ayat 83 dan 84 surat al-Māidah, (4) ayat 5 surat al-An‟ām, (5) ayat 17

surat Hūd. 8 Nama al-Hudā yang berarti “petunjuk” menunjukkan bahwa al-Quran merupakan

petunjuk bagi manusia yang meraih kebahagiaan dunia dan akhirat. Siapa saja yang memepelajari

al-Quran dan menjadikannya petunjuk hidup akan menemukan kemajuan hidup, sebaliknya

siapapun yang menyalahi aturan al-Quran akan mengalami kesengsaraan, nama al-Hudā dalam al-

Quran sebanyak 47 kali, (1) ayat 89 surat al-Naḥl, (2) ayat 85 surat al-Qaṣaṣ, (3) ayat 33 surat al-

Taubat, (4) ayat 55 surat al-Kahfi, (5) ayat 97 surat al-Baqarah, (6) ayat 28 surat al-Fath,(7) ayat

138 surat Alī Imran. 9 Nama Al-Syīfā yang berarti “Obat” menunjukkan bahwa al-Quran merupakan obat,

yakni merupakan obat hati untuk mendapatkan ketenangan, nama Al-Syīfā disebutkan pada ayat 57

surat Yūnus, ayat 83 surat al-Isrā‟, dan ayat 44 surat al-Fuṣṣilat.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

2

Dalam al-Quran terdapat beberapa unsur di dalamnya, di antaranya: unsur

bacaan yang dibahas oleh ilmu qiraat,12

unsur Kandungan yang dibahas oleh ilmu

tafsir,13

dan unsur tulisan yang dibahas oleh ilmu rasm.

Dalam unsur tulisan masih banyak orang Islam yang belum paham

terhadap perbedaan yang terdapat dalam Mushaf al-Quran sebab berbedanya

imam yang dijadikan rujukan.

Dalam disertasinya Zainal Arifin yang berjudul perbedaan antara Mushaf

Standar Indonesia dan Madinah perspektif Abū Dawūd dan Al-Dānī di dalamnya

menjelaskan tentang lafaẓ-lafaẓ mana saja yang berbeda antara kedua mushaf

tersebut, beda halnya dengan Jurnal yang ditulis oleh Abdul Hakim yang mana di

dalamnya menjelaskan tentang perbandingan Rasm antara Mushaf Standar

Indonesia, Mushaf Pakistan, dan Mushaf Madinah. Namun dalam jurnal tersebut

hanya membahas dari 3 juz saja, yaitu juz 7, Juz 14, dan Juz 24.14

Begitu pula

seperti apa yang telah diteliti oleh Eva Nugraha dalam penelitiannya yang

10

Nama al-Bayyinah yang berarti “bukti” menunjukkan bahwa al-Quran merupakan

bukti dari kenabian Nabi Muhammad. Dalam agama ada dua hal yang tidak bisa dipisahkan, yaitu

ajaran agama dan penyampaian ajaran itu untuk menyelaraskan ajaran agama sesuai dengan

karakter manusia bukan malaikat. Nama tersebut dalam al-Quran telah disebutkan sebanyak 30

kali, (1) ayat 6 surat al-Ṣaffāt, (2) ayat 159 surat al-Baqarah, (3) ayat 34 dan 46 surat Al-Nūr, (4)

ayat 7 surat al-Aḥqāf, (5) ayat 1 surat al-Hijr, (6) ayat 66 surat al-Mu‟min. 11

Nama al-Tanzīl yang berarti “yang diturunkan” menunjukkan bahwa al-Quran

diturunkan dari Allah kepada nabi Muhammad, bukan sesuatu yang di anjurkan, dikirimkan atau

ditemukan, melainkan diresapkan atau dimasukkan kedalam hati nurani atau sanubari Nabi

Muhammad secara berangsur-angsur, Nama al-Tanzîl disebutkan dalam al-Quran sebanyak 142

kali, antara lain, (1) ayat 2 surat Luqmān, (2) ayat 2 dan 26 surat Muhammad, (3) ayat 6 surat

sabā‟, (4) ayat 42 surat Fuṣṣilat, (5) ayat 43 surat al-Ḣaqqah, (6) ayat 44 surat al-Māidah. 12

Untuk membedakan antara sistem qiraat yang menyimpang dengan yang benar, para

ulama telah membuat patokan bahwa qiraat yang benar harus terdiri dari 3 syarat, 1. Sesuai dengan

salah satu mushaf yang dinashkan oleh Utsman ibn Affan, 2. Sesuai dengan kaidah bahasa arab, 3.

Benar isnadnya, sekalipun lebih dari tujuh atau sepeuluh orang dari pada ulama ahli qiraat yang

tersohor, lihat di Subhi al-Ṣālih, Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990),

h. 360 13

Al-Żahabī mendifinisikan tafsir sebagai penjelasan tentang arti atau penjelasan firman-

firman Allah sesuai dengan kemampuan Manusia. Lihat di Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-

Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2014), h.173 14

Abdul Hakim, Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, Dan

Mushaf Madinah, Jurnal Suhuf, 2017, h. 373

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

3

berjudul Konsep al-Nabī al-Ummī dan Implikasinya terhadap Rasm beliau

menjelaskan bahwa apabila konsep Nabi al-Ummī tidak dimaknai sebagai sifat

nabi yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis, maka sudah dipastikan

bahwa al-Quran adalah tauqīfī yang artinya sudah petunjuk dari Tuhan melalui

nabi, namun apabila konsep nabi al-ummī dimaknai sebagai sifat nabi yang tidak

bisa membaca dan menulis, maka sudah dipastikan bahwa al-Quran merupakan

ijtihad para sahabat.15

Rasm merupakan salah satu cabang dari ulūm al-Qurān yang sangat

penting untuk dibahas karena cara penulisan rasm dalam al- Quran berbeda

dengan rasm dalam bahasa arab biasa, sehingga seorang penulis diwajibkan

memiliki pedoman rasm agar dalam proses penulisan mushaf al-Quran tidak

mudah menyalahkan tulisan al-Quran, Al-Baihaki sebagaimana dikutip oleh Al-

Suyūṭī mengatakan: “Sepantasnya setiap penulis mushaf memelihara huruf

hija‟iyah yang terdapat padanya, sesuai dengan apa-apa yang telah ditulis oleh

para sahabat nabi,16

sehingga tidak mudah menyalahkan mereka yang lebih tahu.17

Sebagaimana telah disebutkan dalam kitab al-Muqni‟ karangan Imam Al-

Dīnī bahwa dalam penulisan al-Quran rasm usmani ada enam kaidah18

Kaidah

15

Eva Nugraha, Konsep al-Nabī al-Ummī dan implikasinya terhadap Rasm, artikel

Refleksi, Volume 13, Nomor 2, April 2012, h.268 16

Dalam kajian sejarah penulsan al-Quran telaah rasm usmani masuk pada kajian studi

ilmu- ilmu al-Quran , selanjutnya pola penulisan al-Quran berkembang menjadi disipin ilmu, yaitu

Rasm Utsmani, perkembangan ilmu tersebut ditandai dengan ditulisnya dua kitab monumental; Al-

Muqni‟ fī Ma‟rifati Maṣāhif Ahl al- Amṣār karya Abū Sa‟id Utsman Al-Dānī (w. 444 H/1052 M),

dan Mukhtasâr at-Tabyīn li Hijā al-Tanzīl karya Abī Dawūd Sulaimān ibn Najah (w. 496 H/1102

M), Lihat di Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan Rasm Usmani Antara Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam persepktif al-Dānī dan Abū Dawūd (Disertasi S3

Fakultas Pascasarjana, Uin Syarif Hadayatullah Negeri Jakarta, 2017), h. 5 17

MM. A‟zami, Sejarah Teks al-Quran dari wahyu sampai kompilasi (Jakarta: Gema

Insan, 2014), h.96 18

Abū Umar al-Dānī, al-Muqni‟ Fī Ma‟rifat Marsumi Maṣāhif Ahl al-Amṣār (Maktabah

al-Kulliyāt al-Azhāriyyah, tth), h. 20

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

4

Ziyādah al-harf, Hażf al-harf, Ibdāl, al-Wasṣl wa al-Faṣl, Hamzah. Fīhi mā qirā

atāni wa kutiba ahādihimā.19

Mushaf Standar Indonesia terbagi menjadi 3 varian, 1) Mushaf standar

Usmani untuk orang awam, 2) Mushaf Standar Bahriyah untuk para pengahafal

al-Quran, dan 3) Mushaf Standar Braille untuk para penyandang tunanetra, yang

mana terhitung sejak tahun 1984 M, ketiga varian tersebut tersebar dan

digunakan, baik dibaca maupun dijadikan objek penelitian dan yang paling

banyak mengalami perkembangan yang pesat dalam hal percetakan adalah mushaf

standar usmani.20

Ketiga varian mushaf di atas memiliki spesifikasi yang dapat

dikenali dari empat unsur utama, yaitu cara penulisan (rasm)21

, harakat, tanda

baca, dan tanda waqaf.

Melalui KMA. No. 25 tahun 1984, Indonesia menetapkan Mushaf Al-

Qur‟an Standar Indonesia (MS).22

Tujuan dari penetapan MSI ini yaitu adanya

pedoman dalam penerbitan dan pencetakan al-Qur‟an di Indonesia. Saat itu tidak

diperkenankan lagi menerbitkan al-Qur‟an dari luar negeri karena memiliki rasm

dan tanda baca yang berbeda-beda. Secara sosiologis, perbedaan mushaf itu,

19

Begitu pula seperti yang telah dibahas dalam kitab al-Itqān fī ulūm al-Quran karangan

imam al-Suyūṭī. 20

Zainal Arifin, “Mengenal Mushaf al-Qur‟an Standar Usmani Indonesia”, Jurnal Suhuf,

2011, h. 1-2 21

Kajian tentang rasm pada mushaf standar pada dasarnya masih terbatas dan sedikit,

Zaenal Arifin menulis “Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Al-Qur‟an Standar Usmani

Indonesia”. Tulisannya mempertegas bahwa rasm yang digunakan Mushaf Standar adalah rasm

usmani, walaupun diakui bahwa konsensus ini tidak mempertegas tentang mazhab siapa yang

diikuti dan dijadikan acuan. Mushaf Standar telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku

dalam ilmu rasm utsmani seperti tertuang dalam kitab karya al­Suyūṭī, al- Itqān fī Ulūm al-

Qur‟ān. Hal­hal lain yang tidak dijelaskan oleh al­Suyūṭī juga tidak diberlakukan pada Mushaf

Standar. 22

Tidak ada perbedaan mendasar antara Mushaf al-Quran Standar Usmani dengan

Mushaf Al-Qur'an lainnya yang beredar di kalangan umat Islam, baik di Indonesia maupun di

negara lainnya. Dari segi tulisannya, Mushaf al-Quran Standar Usmani juga menggunakan kaidah-

kaidah penulisan rasm usmani. Karena itu, disebut Mushaf Utsmani juga. Kalaulah ada perbedaan,

seperti dengan mushaf al-Qur'an terbitan Saudi Arabia, itu terbatas pada penggunaan beberapa

harakat, tanda baca, dan tanda waqaf.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

5

sedikit banyak akan menimbulkan fragmentasi keagamaan di tengah masyarakat

di kemudian hari.23

Mushaf Pakistan adalah nama mushaf yang diberikan kepada mushaf

Syirkah Qudratullah Pakistan yang memiliki ciri khas kaligrafi yang besar dan

gemuk. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Abdul Hakim (2012) al-

Quran Pakistan sudah beredar sejak pertengahan abad ke 19. Mushaf

Pakistanbanyak dicetak oleh penerbit Indonesia, yang mana selanjutnya Mushaf

tersebut menjadi rujukan dalam penyusunan Mushaf Standar Indonesia. Namun

walaupun pada awalnya al-Quran Mushaf Standar Indonesia merujuk kepada al-

Quran Mushaf Pakistan, tetapi masih banyak perbedaan rasm yang terjadi antara

keduanya24

.

Tabel 1.1

Sampel Perbandingan Rasm Utsmānī antara MSI dan Pakistān

No Surat/Ayat MSI MB Al-Dânî

قىتن قاوتن قاوتن 30/26 1

ريح رياح ريح 30/46 2

جدك جادك جدك 31/15 3

*MSI : Mushaf Standar Indonesia, MP: Mushaf Pakistan

Dari beberapa sampel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat Banyak

perbedaan dan ketidaksamaan Rasm antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushāf

Pakistan, yang penulis temukan dalam penelitian di atas, sehingga penulis sangat

bergegas untuk menulis skripsi ini, adapun judul yang penulis angkat adalah

23

Abdul Hakim, “Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, Dan

Mushaf Madinah” Jurnal Suhuf, 2017, h. 373 24

Abdul Hakim, “Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, Dan

Mushaf Madinah” Jurnal Suhuf, 2017, h. 376

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

6

Perbandingan Rasm Usmani antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Pakistan“Analisis Kaidah Hażf al- Harf dalam Rasm Utsmani”

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis menemukan beberapa

akar permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini, yaitu :

a. Banyaknya perbedaan rasm yang terdapat dalam Mushaf Standar Indonesia

dan Mushāf Pakistan

b. Terjadinya kesalahpahaman dari orang yang membaca al-Quran antara

Mushaf Standar Indonesia dan Mushāf Pakistan

c. Adanya perbedaan riwayat dalam rasm di antara keduanya.

2. Batasan Masalah

Agar dalam penelitian ini tersusun dengan baik dan ada korelasi antara

latar belakang masalah dengan judul atau tema yang dibuat, maka perlu dijelaskan

pula pembatasan masalah yang akan dibahas oleh penulis. Dalam rasm usmani

seperti yang telah dijelaskan dalam kitab al-Itqān fī Ulūm al-Qurān bahwa Kaidah

penulisan Rasm usmani ada enam kaidah25

, Kaidah Ziyādah al-harf, Hażf al-harf,

Ibdāl, al-Waṣl wa al-Faṣl, Hamzah. Fīhi mā qirā atāni wa kutiba ahādihimā.26

Dari beberapa kaidah yang telah dijelaskan di atas maka penulis hanya

akan mengambil satu kaidah, yaitu Kaidah Hażf Harf al-alf27

dan penelitiannya

akan diteliti dari Juz 1-30 yang terbagi menjadi tiga kelompok, sepuluh juz

25

Abū Umar al-Dānī, al-Muqni‟ Fī Ma‟rifat Marsumi Maṣāhif Ahl al-Amṣar (Maktabah

al-Kulliyât al-Azhariyyah, tt), h. 20 26

Al-Suyūṭī, al-Itqān Fī Ulūm al- Qurān (Beirut: Dār al-Fikr, 1951), h. 907 27

Dalam hal ini mengapa penulis hanya mengambil satu kaidah yaitu kaidah Hażf al-Harf

karena kaidah tersebut yang paling banyak memiliki perbedaan diantara kaidah – kaidah yang lain,

sehingga penulis lebih menfokuskan pada titik itu. Dan dalam penelitisn ini hanya difokuskan pada

pandangan al-Dani karena beliau adalah merupakan rujukan utama dari penulisan al-Quran

Mushaf Standar Indonesia dan MushAf Bākistān.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

7

pertama, sepuluh juz kedua, dan sepuluh juz ketiga, dan dari satu persatu

kelompok tersebut akan diambil sepuluh lafaẓ yang sama dan sepuluh lafaẓ yang

berbeda.

Adapun tehnik pengambilan sampelnya, Pertama penulis melihat lafaẓ-

lafaẓ yang termasuk pada kaidah Hażf al-harf dalam kitab al-Muqni‟, Kedua

memilah lafaẓ-lafaẓ yang termasuk pada kategori Hażf al-harf, Ketiga

menentukan secara acak lafaẓ-lafaẓ yang akan menjadi sampel dalam penelitian

ini.

Mushaf Standar Indonesia yang akan diteliti adalah Mushaf cetakan

Kemenag tahun 2017 yang dicetak oleh Unit Percetakan al-Quran (UPQ),

sedangkan Mushaf Pakistan yang akan diteliti adalah Mushaf cetakan Taj

Compani namun tidak ada keterangan tahun dicetaknya mushaf.

3. Perumusan Masalah.

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah yaitu:

a. Bagaimana penerapan kaidah Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Pakistan?

b. Bagaimana perbandingan Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia dan

Mushaf Pakistan.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai oleh

penulis adalah :

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

8

a. Mengetahui penerapan kaidah Rasm Usmani dalam Mushaf Standar

Indonesia dan Mushaf Pakistan.

b. Mengetahui perbandingan Rasm Usmani dalam Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Pakistan.

2. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini secara teoritis, penelitian ini mampu memberikan

kontribusi dan mempeluas keilmuan umat Islam dalam kajian Rasm Usmani, dan

bisa menjadi bahan rujukan terkait masalah-masalah yang mungkin akan semakin

berkembang di masa modern ini.

Adapun secara praktis, penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan

apabila masih ada kesalah pahaman pelajar tentang penulisan Rasm Usmani

dalam proses belajar mengaji al-Quran, serta mampu memberikan kontribusi

terhadap Studi Ilmu al-Quran dan Tafsir dalam bentuk pemahaman yang lebih

luas dan mendalam mengenai Rasm Usmani.

D. Metodelogi Penelitian28

dan Sumber data

Metodelogi penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.29

1. Jenis penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, metode yang dipakai adalah metode

pengumpulan data yaitu, penelitian yang bersifat kepustakaan (Library Research)

yaitu sebuah penelitian yang menggunakan cara pengumpulan data mengenai

28

Metode penelitian mencakup penjelasan menganai jenis atau format penelitian yang

digunakan, sumber serta metode dan alat pengumpulan data, dan strategi analisis data yang

digunakan; apabila format penelitiannya survei juga dijelaskan populasi penelitian beserta teknik

pengambilan sampel penelitian, dan apabila format penelitiannya berupa eksperimen, maka perlu

dijelaskan pola eksperimen yang digunakan lihat di Sanapiah Faisal, Format-Format penelitian

Sosial, (Jakarta : PT Rajagrafindo, 2008), h. 34 29

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Bandung: Alfabeta CV, 2014), h. 3

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

9

tema pembahasan,30

dan menggunakan metode Analisis, yaitu penulis

menganalisa tentang kalimat-kalimat apa saja yang berbeda dalam Mushaf

Standar Indonesia dan Mushaf Pakistandengan menggunkan kaidah Hażf al-Harf

seperti yang telah dijelaskan dalam perumusan masalah.

2. Sumber data.

Sumber data31

yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu;

a. Sumber data primer.

Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan oleh penulis

merupakan sumber data pertama yang ditulis oleh pengarang pertama yang

berkaitan dengan rasm, yaitu kitab Al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Maṣāhif Ahl al- Amṣār

(Karya Al-Dānī).32

b. Sumber data sekunder

Sumber data skunder yang dipakai penulis untuk mendukung dan

memperkuat data primer dalam kajian ini, penulis merujuk pada kitab al-Itqān fī

Ulūm al-Qurān, Mabāhits Fī Ulūm al-Qurān, dan buku-buku yang lain yang

berkaitan dengan tema pembahasan penulis. Serta ditambah dengan beberapa

jurnal, artikel, Skripsi dan Disertasi yang dianggap penting untuk dikutip serta

bisa mendukung dan menambah pembahasan-pembahasan terkait.

3. Tehnik penulisan

Adapun dalam tehnik penulisan dalam skripsi ini, penulis mengau pada

pedoman akademik Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tahun 2013.

30

Kartini, Pengantar Metode Penelitian Sosial (Bandung: Bandar Maju, 1996) h. 71 31

Adapun metode pengambilan data bisa dilakukan dengan Observasi, Dokumentasi,

Wawancara, Angket, dan data kuantitatif ( timbangan, alat pengukur, haemoglobin darah,

barometer, dll. Lihat di B. Sandjaja, Panduan Penelitian (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2006), h. 140 32

Sumardi Surya Brata, Metode Penelitian (Jakarta: Grafindo Persada, 1998), h. 84

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

10

E. Kajian Pustaka.

Untuk menyusun skripsi ini, penulis mencari dan meneliti tentang kajian

terdahulu yang satu tema dengan skripsi ini, baik dalam bentuk buku, skripsi,

tesis, disertasi, maupun artikel-artikel yang temanya masih ada keterkaitan dengan

penulisan, diantaranya adalah:

Dalam skripsinya Eva Nugraha yang berjudul Kaidah Rasm Utsmani Pada

Mushaf al-Quran Standar Indonesia, dalam skripsi tersebut dijelaskan tentang

penerapan kaidah rasm al-Quran pada Mushaf al-Quran Standar Indonesia yang

mana menurutnya bahwa tidak semua ayat dalam Mushaf Standar Indonesia

mengikuti rasm yang sudah ditetapkan oleh Ulama rasm.

Ahmad Fathoni Tesis S2 Fakultas Pascasarjana, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999 dengan judul Sejarah Perkembangan Rasm

Utsmani: Studi Kasus Penulisan al-Quran Standar Utsmani Indonesia yang

menyebutkan rasm usmani MSI harusnya mengacu pada mażhab al-Dānī (W. 444

H. / 1052 M). Di bagian akhir tesis ini, Ahmad Fathoni menginventarisir beberapa

pola penulisan kalimat dalam Mushaf al-Quran Standar Indonesia yang

menurutnya tidak memiliki pijakan literatur ilmu rasm usmani sebanyak 105

tempat. Menurutnya kalau mau konsisten, Mushaf al-Quran Standar Indonesia

tidak memiliki pijakan dalam Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Standar

Madinah.

Ahmad Fathoni Tesis S2 Fakultas Pascasarjana, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008 dengan judul Keterkaitan ragam qirāat dengan

rasm Utsmani serta impilkasinya terhadap penerbitan mushaf dan penafsiran al-

Quran, dalam Disetasi ini penulis menjelaskan tentang hubungan timbal balik

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

11

antara ragam qiraat dan rasm utsmani serta pengaruhnya yang mencakup tentang

korelasi al-Quran dan ragam qirāat pada masa awal Islam.

Abdul Hakim, Jurnal Suhuf dengan judul Perbandingan Rasm Mushaf

Standar Indonesia, Mushaf Pakistan, Dan Mushaf Madinah Analisis Rasm Kata

Berkaidah Ḥażf Al-Ḥurūf, dalam jurnal tersebut membahas tentang semua

perbandingan antara Mushaf Standar Indonesia, Pakistan, dan Madinah, namun

dalam pembahasan tersebut hanya terbatas pada juz 7, 14, dan 24. Dari ketiga juz

tersebut disimpulkan bahwa Mushaf Standar Indonesia memiliki persamaan lebih

banyak dari pada mushaf Madinah.

Zainal Arifin Madzkur, Tesis di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008 dengan judul Legalisasi al-Rasm al-Utsmani dalam

penulsan al-Quran, beliau menjelaskan tentang awal proses terbentuknya rasm

usmani, tekhnik penulisan, dan legitimasi dalam penulisan rasm usmani. Dan

dalam subbab terakhir dijelaskan beberapa pengaruh seiring peresmiannya yang

mencakup doktrin taufīqī dan terlembaganya disiplin ilmu rasm utsmani.

Zainal Arifin Mażkur, Disertasi di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2018 dengan judul Perbedaan Rasm Usmani antara mushaf

standard Indonesia dan Mushaf Madinah dalam perspektif al-Dīnī dan Abū

Dawūd, dalam disertasi tersebut dijelaskan tentang bagaimana pandangan Al-Dānī

dan Abū Dawūd tentang al-Quran Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf

Madinah.

H. Hisyami Disertasi di Sekolah Pascasarjana Uin Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008 dengan judul Penulisan dan pemberian tanda baca Mushaf Standar

Indonesia cetakan 2002 (Ditinjau dari ilmu rasm dan ilmu dabt al-Quran), dalam

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

12

Diseratsi ini menjelaskan tentang penulisan dan tanda baca mushaf standar

indonesia, yang mencakup pembicaraan hilang huruf, penambahan huruf,

menambah ayat, penulisan huruf, perbedaan penulisan dalan kaidah ilmu rasm.

Sedangkan pembahasan tanda bacanya mencakup perbedaan tanda baca dengan

ilmu dabt, meletakkan tanda baca tidak pada letaknya dan lain-lain.

Mochammad Hidayatullah, Skripsi di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Rasm Usmani dalam Mushaf Menara Pojok

Kudus, di dalamnya dibahas tentang Rasm Mushaf Menara Kudus yang berbeda

dengan Kaidah Rasm Usmani Pada Umumnya serta pengaruhnya pada Qiraat.

Zainal Arifin, Jurnal Suhuf yang berjudul Mengenal Mushaf Standar

Indonesia “Studi Komparatif atas Mushaf Rasm Usmani tahun 1983 dan 2002,

dalam jurnal tersebut dijelaskan tentang ciri has yang berbeda antara Mushaf yang

ditulis pertama pada tahun 1983 dengan Mushaf hasil tulisan kembali pada tahun

2002.

Eva Nugraha, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, artikel, Refleksi, Volume

13, Nomor 2, April 2012, Konsep al-Nabīy al-Ummī dan Implikasinya pada

Penulisan Rasm, dalam artikel tersebut menjelaskan mengenai bagaimana

pandangan ulama jika sifat al-ummī nabi diartikan sebagai seorang nabi yang

tidak bisa membaca dan menhitung dan bagaimana pula jika sifat al-ummī nabi

diartikan sebagai seorang nabi yang tidak bisa membaca dan menghitung serta

bagaimana pengaruhnya terhadap Rasm Utsmani.

F. Sistematika Penulisan.

Sistematika penulisan merupakan uraian tentang bab-bab yang akan

dibahas dalam penelitian ini, serta argumentasi mengapa isu – isu yang

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

13

dicantumkan di dalamnya perlu dibahas. Agar penelitian ini memperlihatkan

adanya kesatuan serta keterkaitan antara satu sama lain, maka penulis akan

membagi pembahasan ini menjadi lima bab yang terdiri dari beberapa sub-bab.

Adapun sistematika penulisannya dapat dijelaskan sebagaimana berikut:

Bab I Pendahuluan, pembahasan dimulai dengan pendahuluan yang berisi

penguraian Latar Belakang Masalah, Kemudian Permasalahan yang akan

diuraikan, Identifikasi Dan Batasan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian,

Metode Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Pembahasan.

Bab II Gambaran Umum Rasm Utsmani, dalam Bab kedua ini, akan

dibahas mengenai Pengertian Rasm Utsmani, Macam-Macam Rasm, Kaidah-

Kaidah dalam Rasm Usmani, Ciri-Ciri Rasm Utsmani dan Pandangan Ulama

tentang Rasm Usmani.

Bab III Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Pakistan yang mana dalam

bab ini penulis akan membahas tentang sejarah standarisasi Mushaf Standar

Indonesia dan Mushāf Pakistan, Jenis-Jenis Mushaf Standar Indonesia dan

Mushāf Pakistan, serta rujukan atau refrensi yang digunakan keduanya dalam

menulis al-Quran.

Bab IV Perbandingan Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Pakistan

dalam Bab keempat ini penulis akan menguraikan perbandingan-perbandingan

rasm dalam mushaf standar Indonesia dan Mushāf Pakistan.

Bab V Penutup, yang di dalamnya akan disintesikan beberapa kesimpulan

sesuai dengan rumusan masalah berikut implikasi penulisan yang penulis.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

14

BAB II

GAMBARAN UMUM RASM USMANI

A. Pengertian Rasm

Rasm menurut bahasa berarti tulisan, sedangkan secara istilah rasm adalah

tata cara penulisan huruf dan kalimat-kalimat al-Quran sesuai dengan metode

yang ditetapkan dalam mushaf usmani pada masa Usman bin Affan.33

Menurut Manna‟ al-Qaṭṭān rasm usmani adalah pola penulisan al-Quran

yang lebih mengutamakan pada metode tertentu yang digunakan Usman bin Affan

dalam proses pengumpulan al-Quran yang mana dalam hal tersebut dipercayakan

kepada Zaid bin Tsabit bersama tiga orang Quraisy yang telah mendapatkan

persetujuan dari Usman bin Affan.34

Abū Bakar Ismaīl mendefinisikan ilmu rasm usmani sebagai berikut:

فببتكيذال ط النعويفثحبيػملع فلتيزيػ متمط خوىرضياهللعنووافمثعدهعوةي انمثعالفاحصمالهىذةابتكدعبػةلغال اءملاعهعضوتال ةي ئلمالداعوقالنعاءيشالضعبػ

.نمالز نمةبقب“Ilmu yang membahas tentang tata cara penulisan al-Quran yang dilakukan pada masa

pemerintahan khalifah Usman r.a., yaitu tulisan yang berbeda dengan aturan – aturan penulisan

yang telah disepakati oleh para ahli bahasa, setelah penulisan mushaf Usmani dilakukan, karena

perkembangan masa”.35

Beralih dari definisi dasar tentang rasm,36

dalam kitab-kitab ulūm al-

Qurān rasm dibahas lebih luas, yang mana ilmu rasm ini mucul dari sejarah

33

Jalaluddin al-Suyūtī, al-Itqān fī ulūm al-Qurān (Mesir: Mustafā al-Babi al-Halanī,

1973), h.166 34

Manna‟ al-Qaṭṭān, Mabāhits fī Ulūm al-Qurān (Riyad: Mansyūrat al-Hasr wa al-Hadīts,

1973), cet II, h.146 35

Usman, Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 113-114

`36

Kamaluddin Marzuki dalam bukunya Ulūm al-Qurān mendifinisikan Ilmu Rasm al-

Quran sebagai ilmu yang membahas tentang tata cara penulisan al-Quran pada masa Usman bin

Affan yang ditulis sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa arab, lihat di Kamaluddin Marzuki, Ulūm

al-Qurān (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992), h. 78. Pada dasarnya, prinsip dalam

penulisan itu adalah kesesuaiannya dengan pengucapan tanpa ada penambahan, pengurangan,

penggantian antara huruf yang satu dengan huruf yang lainnya, dan juga tanpa adanya perubahan,

namun mushaf al-Quran yang ditulis pada madsa khalifah Usman itu tidaklah terikat dengan

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

15

panjang mushaf usmani yang membahas semua pola tulisan dalam al-Quran.

Secara teoritis ilmu rasm merupakan ilmu yang mempelajari tentang penulisan

mushaf al-Quran yang dilakukan dengan cara khusus baik dalam penulisan lafaẓ-

lafaẓnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan. Adapun seperti yang

dikemukakan badan litbang, ilmu rasm usmani ini didefinisikan sebagai ilmu

untuk mengetahui segi-segi perbedaan antara rasm usmani dan kaidah-kaidah

rasm qiyāsī maupun imla‟ī.37

Syaikh Abdul Aziz Al-Dabbāġ berkata “Para sahabat dan yang lainnya

tidak ikut campur seujung rambut pun dalam penulisan al-Quran, karena

penulisan al-Quran sudah petunjuk dari nabi, beliau yang memerintahkan kepada

mereka untuk menuliskannya dengan bentuk yang seperti sekarang, dengan

menambah alif atau menguranginya, karena ada rahasia-rahasia yang tidak

terjangkau oleh akal dan itulah sebab satu rahasia Allah yang diberikan kepada

kitab-Nya yang mulia, yang tidak diberikan kepada kitab-kitab yang lainnya38

.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa rasm usmani adalah sebuah

cara atau proses penulisan mushaf al-Quran yang memiliki pola spesifik tersendiri

dalam menentukannya dan di dalamnya terdapat beberapa bagian yang berbeda

dengan rasm imlā‟i yang banyak digunakan pada penulisan huruf atau lafaẓ arab.

prinsip-prisnsip dasar tersebut. Oleh karena itu di dalamnya banyak terdapat huruf-huruf atau

lafaẓ-lafaẓ yang penulisannya kadang-kadang berbeda dengan aturan-aturan yang ditetapkan para

ulama. Hal ini didasarkan pada suatu pertimbangan akan adanya maksud positif yang terdapat di

dalamnya. Dengan demikian di antara para ulama banyak menaruh perhatiannya untuk

mengomentari dan membahas Rasm al-Quran mushaf Usmani tersebut lihat di Dr. Usman, Ilmu

Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2009), h. 114 37

Mazmur Sya‟roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Quran

dengan Rasm Usmani (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Puslitbang Lektur

Agama, 1998/1999), h. 10 38

Manna al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Quran (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006),

h. 183

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

16

B. Macam-Macam Rasm.

Berangkat dari spesifikasi cara penulisan kalimat atau lafaẓ arab yang

telah dikemukakan di atas maka, Rasm terbagi menjadi tiga macam;39

1. Rasm Usmani

Rasm Usmani adalah penulisan al-Quran yang telah disetujui oleh Usman

bin Affan,40

yang mana dalam proses penulisannya yang menjadi rujukan awal

adalah suhuf Abū Bakar, sementara suhuf Abū Bakar merupakan hasil

pengumpulan dari naskah-naskah para penulis wahyu Rasulullah. Sehingga dalam

hal ini dapat disimpulkan bahwa rasm usmani41

tidak berbeda dengan rasm yang

ditulis oleh para penulis wahyu Rasulullah SAW.42

39

Mazmur Sya‟roni, Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Quran

dengan Rasm Usmani (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Puslitbang Lektur

Agama, 1998/1999), h. 9 40

Ulama berbeda pendapat mengenai jumlah mushaf, ada yang mengatakan 4,5,6 Mushaf

yang dicetak dan disebar luaskan di kota-kota besar 41

Ada beberapa ciri yang dimiliki oleh rasm ustmani yang diasumsikan masih memiliki

kadar orisinalitas, yaitu Pertama, Dalam al-Quran mushaf usmani, setiap fenomena simbolik

menampakkan keteraturan dan konsistensi. Tetapi setiap konsistensi dan keteraturan, didalamnya

selalu diikuti oleh ketidakkonsistenan, meskipun fenomena ketidakkonsistenan tersebut hanya

menjadi bagian yang sangat kecil, sermacam deviasi yang tingkat signifikansinya sangat rendah.

Kedua, Setiap halaman al-Quran berisi 18 baris, tetapi pada halaman 2 dan 3 masing-masing hanya

berisi 6 baris. Inilah deviasi yang terjadi dalam susunan baris setiap halaman. Di kanan atau kiri

halam al-Quran terdapat tanda „ain (alfabetik arab ke 18) yang diseratai angka, baik di atas, di

tengah, maupun di bawah, tanda ain tersebut yang oleh umat islam biasa disebut sebagai ruku‟ atau

tanda berhenti membaca, dan posisi ain bersifat baku, berada pada posisi tertentu yang tidak dapat

dirubah. Ketiga, Pembagian ayat ke dalam unit-unit juz, tampak begitu konsisten dan ketat, dengan

kepastian jumlah ayat pada setiap halaman, pengaturan halaman juga sangat konsisten ke dalam 16

halaman, kecuali juz 1 dan juz 30, dimana masing-masig terdiri dari 15 dan 21 halaman. Keempat,

Masing-masing halaman dalam mushaf utsmani diisi oleh ayat utuh sehingga awal halaman

menjadi awal ayat dan akhir halaman menjadi akhir ayat. Dalam keteraturan ini juga terdapat

deviasi, dimana ada satu halaman dimana ayat al-Quran terpotong oleh pergantian halaman al-

Quran, yaitu pada halaman 484. Tetapi secara umum, keteraturan setiap halaman terdiri dari ayat

utuh yang menunjukkan adanya hubungan antara jumlah ayat dengan halaman al-Quran. Kelima,

Di setiap ayat surat terdapat tulisan basmalah sebagai kop surat, kecuali surat ke 9 (al-Taubat).

Surat ini yang menjadi deviasi konsistensi pencantuman Basmalah. Setiap kop surat ditulis dengan

dua baris, tetapi terdapat dua surat yang ditulis hanya dengan satu baris yaitu surat al-Hijr dan

surat al-Naml. Kop surat dalam rasm utsmani bersisi tentang keterangan surat dan potongan ayat

“basmalah”. Keenam, Setiap awal juz dimulai dengan halaman sebelah kiri, kecuali juz satu.

Setiap awal juz ditandai dengan huruf cetak tebal pada beberapa huruf di ayat awal juz, kecuali juz

1 dimana cetak tebalnya di surat al-Fatihah (1-7) dan surat al-Baqarah (1-4), fenomena cetak tebal

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

17

Contoh اىدناالصرطاملستقيم

Pada contoh di atas dalam lafaẓ الصرط alif setelah huruf Rā’ dibuang dengan

mengikuti imam Abū Dawūd.

2. Rasm Qiyāsī

Rasm Qiyāsī adalah cara menuliskan kalimat atau lafaẓ sesuai dengan

ucapannya, dengan memerhatikan waktu memulai dan berhentinya kalimat

tersebut, rasm ini juga disebut rasm imlā‟i.

Contoh اىدناالصراطاملستقيم

3. Rasm Arūḍī

Rasm Arūdī adalah cara menuliskan bahasa arab sesui dengan wazan-

wazan dalam Syair Arab, hal ini bertujuan untuk mengetahui nama-nama syair

yang dimaksud43

.

Contoh قدكفاينعلمريبمنسؤايلواختياري C. Kaidah-Kaidah Rasm Usmani

Kaidah rasm usmani adalah tata cara penulisan al-Quran yang ditetapkan pada

masa khalifah Usman bin Affan.44

Dalam rasm usmani terdapat beberapa kaidah

penulisan yang menjadi acuan dalam penulisan, beda dengan rasm imlā‟i dan

arūdī.

dalam permulaan juz berbeda satu sama lain, ada ynag terdiri dari dua huruf seperti ( Hā Mīm)

dalam juz 26, („Ammȃ ) dalam juz 30. Tetapi ada juga yang cetak tebalnya terdiridari beberapa

huruf seperti (Iqtaraba Li al-nās) pada juz 17 dan (Qāla Famā Khatbukum) pada juz 27. Lihat di

bukunya . Lukman Saksono, Pengantar Psikology al-Quran: Dimensi Keilmuan Di Balik Mushaf

Utsman (Jakarta: PT Gralikatama jaya, 1992), h. 56 42

Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 2014), h.156 43

Anshori, Ulumul Quran: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, h.156 44

Eva Nugraha, “Kaidah Rasm Utsmani pada Mushaf Standar Indonesia”, (Skripsi S1

fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1995), h. 18

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

18

1. Hażf Harf (Pembuangan Huruf)

Hażf al-Harf adalah kaidah yang digunakan untuk membuang,

menghilangkan, atau meniadakan salah satu huruf dalam kalimat45

. Adapun ciri-

ciri dalam hażf al-harf adalah sebagai berikut:

a. Hażf al-alif jika:46

1. Di dahului Ya‟ nidā‟ (Panggilan) contoh (يأيهاالناس) 2. Didahului dengan Ha tanbih (Peringatan) contoh (ىؤالء) .

3. Dari kata ( نا ) jika bertemu dengan ḍamir contoh اجنينكم) )

4. Dari lafaẓ jalalah contoh (الرمحن،سبحن،اهلل)

5. Alif yang terletak setelah huruf lam contoh ( خلئف)

6. Alif yang terletak diantara huruf lam contoh (الكللة )

7. Alif tatsniyah contoh (رجالف)

8. Alif pada kalimat bentuk jamak mużakkar dan muannats salim, contoh

( مسعوف،املؤمنت)

9. Bentuk jamak yang dengan wazan (مفاعل) atau yang menyerupai, contoh

(املسجد،ثلث،ربع)

b. Huruf ya dibuang jika:47

1. Terdapat dalam isim manquṣ yang ditanwin, contoh غريباغوالعاد

2. Dari beberapa kalimat berikut: وخافوف

c. Huruf wawu dibuang jika bertemu dengan huruf wawu, contoh فأووا،اليستووف

d. Huruf lam dibuang jika mudgam, contoh واليل kecuali pada lafaẓ ،اهلل،اللوامة

dan cabang-cabangnya contoh, 48،اللهم،اللهو،اللطيف،الالتاللعنة

45 Acep Hermawan, Ulumul Quran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016), h.94

46 Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hātim Shalih al-Damin, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm

Maṣāhif ahl al-Amṣār (Bairut: Dār al-Baṣāir al-Islāmiyyah, 2011), cet. 1, h. 125, lihat juga di

Jalaluddin Al-Suyūṭī, al-Itqᾱn fī ulūm al-Qurān (Beirut: Dār al-Fikr, 2010), h.536 47

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣār, h. 163

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

19

Terdapat beberapa huruf yang dibuang tidak berdasarkan kaidah,

contoh pembuangan huruf ya‟ pada lafaẓ (أبراىم), pembuangan huruf alif

pada (ملك), dan huruf wawu dari empat fi‟il berikut: عاالنساف،سندعالزبانية،ويديدعالداع،وميحاهللالباطل .dan sebagainya يـو

2. Kaidah Al-Ziyādah.49

Ziyādah berarti penambahan huruf alif, ya, atau wawu dalam Rasm

Usmani:

a. Menambah huruf Alif;

1. Menambah huruf alif, setelah wawu pada akhir setiap isim jama‟ atau

mempunyai hukum jama‟50

. Contoh االلباب،بنواإسرائيلامالقوارهبم،اولو

2. Menambah alif setelah hamzah marsumah wawu51

(Hamzah yang

terletak diatas tulisan wawu). Contoh تاهللتفتؤا asalanya تاهللتفتأ

3. Beberapa kalimat yang keluar dari kaidah52

. Contoh مائة،واطعناالرسوال،

وتظنوفباهللالظنونا،مائتني،فأضلوفالسبيال.

b. Huruf ya‟ 53

ditambahkan dalam beberapa kalimat antara lain:

منتلقائ نفسي،ومناناءىاليل،ومننباءىاملرسلني

c. Huruf wawu54

ditambahkan dalam beberapa kalimat antara lain: أوالء،

أولئك،أولو.

3. Kaidah Hamzah55

48

Al-Suyūṭī, al-Itqᾱn fī ulum al-Quran.... h.537 49

Al-Suyūṭī, al-Itqᾱn fī ulum al-Quran.... h.538 50

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 152 51

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 174 52

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 169 53

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 183-185 54

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 194

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

20

a. Jika terdapat huruf hamzah sukun, maka ditulis sesuai dengan harkat

sebelum huruf sebelumnya, contoh أؤمتن،أئذف،البأساء

b. Jika huruf hamzah berharkat maka:

1. Jika berada pada permulaan kalimat dan bertemu dengan huruf zaidah

maka ditulis dengan huruf alif, contoh فبأي،سأنزؿ،سأصرؼ،إذا،ألولو، أيوب

2. Jika berada ditengah-tengah kalimat maka ditulis sesuai dengan

harkatnya, apabila hamzah berharkat fathah maka ditulis dengan alif,

jika hamzah berharkat kasrah maka ditulis dengan huruf ya, jika

hamzah berharkat ḍammah maka ditulis dengan huruf wawu. ،تقرؤه سئل،سأؿ

3. Jika berada di akhir kalimat maka ditulis sesuai dengan harakat

sebelumya. Apabila huruf sebelum hamzah berharkat fathah maka

hamzah ditulis dengan alif, jika huruf sebelumnya berharkat kasrah

maka ditulis dengan ya, jika huruf sebelumnya berharkat ḍammah

maka ditulis dengan wawu. سبأ،لؤلؤ،شاطئ

4. Jika huruf sebelum Hamzah berharkat sukun makaditulis sendirian,

contoh ملءاالرض،يرجالبء

4. Kaidah al-Washal wa al-Fashal (Sambung Pisah)56

Washal artinya menyambung. Yang dimaksud di sini adalah metode

penyambungan kata (dalam Bahasa arab disebut huruf, jadi penyambungan

dua huruf) yang mengakibatkan hilang atau dibuatnya huruf tertentu.

55

Al-Suyūṭī, al-Itqᾱn fī ulūm al-Quran.... h. 538 56

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 218

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

21

a. Kata (اف) jika bertemu dengan (ال) maka ditulis menyambung ( اال), kecuali

sepuluh tempat yaitu pada surat al-A‟rāf/7:150 & 169, Hūd/11: 14 & 26,

al-Taubah/9: 118, al-Hajj/22: 60, al-Dukhān/44 : 19, dan al-Qalam/68: 24.

b. Kata (من) jika bertemu dengan (ما) maka ditulis dengan menyambung (ما), kecuali pada surat al-Nisā‟/4: 25, al-Rūm/30: 28, dan al-Baqarah/2:57.

c. Kata (من) jika bertemu dengan (من) maka secara mutlak harus ditulis

dengan menyambung (م ن) d. Kata (عن) jika bertemu dengan (ما) maka harus ditulis dengan

menyambung (ا kecuali pada surat al-A‟rāf/7: 166 ,(عم

e. Kata (اف) jika bertemu dengan (ما) maka harus ditulis menyambung ( اام ), kecuali surat al-Ra‟d/13: 40

f. Kata (اف) jika ditulis dengan (ما) maka secara mutlak harus ditulis

meyambung (اما) g. Kata ( كل) jika bertemu dengan (ما) harus ditulis menyambung (كل ما),

kecuali pada surat al-Nisā/4: 91, al-Mu‟minūn/23: 44, dan Ibrahīm/14:34

h. Ada beberapa kalimat yang harus disambung penulisannya antara lain:

ا،رمبا،نعما كأن

5. Kaidah yang berkaitan dengan dua bacaan57

Apabila dalam satu kalimat terdapat dua bacaan maka cukup ditulis salah

satunya. Contoh الدين يـو ,tulisan tersebut sudah mewakili dua bacaan ملك

bacaan pendek dan bacaan panjang pada huruf mim.

6. Kaidah al-Badal

57

Abū Amr al-Dānī, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm Maṣāhif ahl al-Amṣhār, h. 240

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

22

a. Alif diganti wawu untuk menunjukkan keagungan, contoh الز كوة، اليوة، الص لوة

b. Alif ditulis dengan ya‟ jika asal katanya dari ya‟. Contohnya يأسفى،حيسرتى selain itu ada juga beberapa kalimat yang keluar dari dari kaidah ini

sepertiاىل،بلى،مت،حت،اىن،على c. Nun ditulis dengan alif pada nun taukid khafifah, contoh اذا d. Ha‟ ditulis dengan Ta‟ terbuka contohnya ،رمحت ومعصيت،نعمت dan

kalimat امرأة ketika disandarkan pada nama suaminya. Seperti امراتنوح،امرت عمراف

D. Pandangan Ulama Tentang Rasm

Perdebatan di kalangan ulama tentang status hukum dalam penulisan

mushaf al-Quran masih banyak menuai kontroversi, apakah dalam penulisan

tersebut memang petunjuk dari nabi atau hanya hasil ijtihad dari kalangan sahabat

nabi.

Jumhur ulama58

berpendapat bahwa penggunaan Rasm Usmani merupakan

tauqīfī dari nabi Muhammad yang harus dipakai dalam penulisan al-Quran,

sehingga mereka menisbatkannya kepada nabi Muhammad59

. Adapun Ibnu al-

Mubāraq mengutip gurunya, Abdul „Azīz al-Dabbaġ mengatakan kepadanya

bahwa, para sahabat dan orang lain tidak campur tangan seujung rambut pun

dalam penulisan al-Qur‟an karena penulisan al-Qur‟an adalah tauqīfī, ketentuan

58

Ibnu al- Mubarok mengutip dari Syaikhnya, Abdul Aziz Al-Dabbaġ, bahwa dia berkata

kepadanya, “ Semua para sahabat tidak ikut campur tentang bagaimana metode penulisan mushaf

al-Quran karena semua bentuk tulisan yang ada dalam al-Quran merupakan tauqifi dari nabi

Muhammad, karena beliaulah yang telah memerintahkan kepada mereka untuk menuliskannya

dalam bentuk yang seperti sekarang, baik dengan menambah alif atau menguranginya karena ada

rahasia-rahasia yang tidak dapat dijangkau oleh akal manusia. dan itu merupakan suatu rahasia

Allah yang diberikan kepada kitab-Nya yang mulia, yang tidak Dia berikan kepada kitab sebelum

– sebelumnya. lihat di kitabnya Subhi Shaleh Mabāhith fī Ulūm al-Qurān (Bairut: Dār al-ilm,

1958), h. 276 59

Manna‟ al-Qaṭṭān, Mabāhtih Fī Ulūm al-Qurān (Maktabah Wahbah, tt), h.140

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

23

dari Nabi. Dialah yang memerintahkan kepada mereka untuk menuliskannya ke

dalam bentuk seperti yang dikenal sekarang, dengan menambahkan alif atau

menguranginya, karena terdapat rahasia-rahasia Allah yang diberikan kepada

kitab-Nya yang mulia dan tidak diberikan kepada kitab-kitab selainnya.

Sebagaimana susunan al-Qur‟an adalah mukjizat, maka penulisannya pun juga

mukjizat.60

Sekelompok ulama berbeda pendapat, bahwa Rasm Usmani bukan tauqīfī

dari nabi Muhammad, hanya saja rasm usmani merupakan salah satu ijtihad

dalam menulis al-Quran dan disetujui oleh Usman serta diterima dengan baik oleh

kalangan umat terdahulu, sehingga hal tersebut menjadi keharusan bahwa setiap

al-Quran yang ditulis harus berpegangan pada rasm usmani.61

Tidak pernah

ditemukan riwayat nabi mengenai ketentuan-ketentuan dalam penulisan al-Quran,

hanya saja ditemukan riwayat nabi yang dikutip oleh Rajab Farjani

“Sesungguhnya Rasulullah memerintahkan menulis al-Quran, tetapi tidak

memberikan petunjuk atau teknis penulisannya dan juga tidak melarang

menulisnya dengan pola-pola tertentu, sehingga terdapat perbedaan-perbedaan

dalam model penulisan mushaf-mushaf al-Quran mereka, ada yang menulis

dengan pola qiyāsī ada yang menambah dan menguranginya, karena mereka tahu

bahwa itu hanya sebagai cara dan itu dibenarkan menulis dengan pola-pola

penulisan masa lalu atau dalam pola-pola baru.62

Akram berpendapat bahwa al-Quran sebagai kitab suci umat Islam

seharunya mengikuti dan berpedoman pada rasm usmani mengingat agar umat

60

Manna‟ al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Quran (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014),

h. 214 61

Manna al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Quran (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014),

h.184 62

Quraish Shihab dkk, Sejarah dan Ulūm al-Qurān, h. 95

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

24

Islam memiliki kitab suci yang seragam dengan dalam kepenulisannya dan juga

kalaupun penulisan al-Quran tidak tauqīfī minimalnya sudah merupakan hasil dari

ijma‟ sahabat nabi.63

Ada pula sebagian ulama juga berpendapat bahwa rasm usmani hanyalah

sebuah metode dan istilah dalam penulisan mushaf al-Quran, sehingga hal

tersebut tidak menjadi masalah ketika metode yang digunakan tersebut telah

menyebar luas di berbagai wilayah.64

Banyak pendapat yang telah dikemukakan oleh ulama mengenai tauqīfī

atau tidaknya bentuk rasm dalam al-Quran, namun ketika melihat dari sifat nabi

yang ummī, maka kita harus melihat apa arti atau makna dari ummī itu, ketika kata

ummī itu dipahami sebagai orang yang tidak bisa baca dan tidak bisa menulis,

maka tidak tauqīfī, namun apabila arti ummī itu tidak diberi arti sebagai orang

yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis maka, rasm dalam al-Quran itu

adalah tauqīfī dari nabi Muhammad SAW.

63

Akram Beno “Rasm al-Quran” di akses di https://www.academia.edu/37914482/RASM

_al_Quran pada tanggal 3 Mei 2019 64

Manna al-Qaṭṭān, Pengantar Studi Ilmu al-Quran (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2014),

h. 182-184

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

25

BAB III

MENGENAL MUSHAF STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

PAKISTAN

Setelah pada bab sebelumnya pembahasan tentang rasm usmani dibahas

secara detail, untuk bab selanjutnya ini peneliti akan membahas lebih dalam

mengenai Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Pakistan, yang mana keduanya

sudah lama memiliki standarisasi mushaf al-Quran dan termasuk dua di antara

negara-negara dunia yang memiliki tolak ukur sendiri dalam penulisan mushaf al-

Quran.

A. Mushaf Standar Indonesia

Cukup lama Indonesia meresmikan Mushaf Standar Indonesia sebagai

acuan dalam pentashihan mushaf al-Quran. Mushaf Standar Indonesia ditulis

dengan rasm usmani riwayat „Asim.

1. Sejarah Mushaf Standar Indonesia

Sebelum berdirinya Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Departemen

Agama pada tahun 1957, pada tahun 1951 sudah ada al-Quran yang tashih,

pentashihnya terdiri dari: Muhammad Adnan, Ahmad Baidawi, Musa al-Mahfuẓ,

Abdullah Afandi Munawar, Abdul Qadir Munawar, Muhammad Basyir, Ahmad

Ma‟mur, Muhammad Arwani, Muhammad Umar Khalil, dan Muhammad Dahlan.

Pada tahun 1960 terjadi pentashihan di luar lajnah, yaitu pada waktu al-Quran

dicetak di Jepang sebanyak 6.000.000 naskah.65

Dengan demikian bahwa jauh

sebelum diresmikannya modul atau buku pedoman pentashihan mushaf al-Quran

sudah ada mushaf-mushaf yang beredar di Indonesia.

65

Ahmad Fathoni, “Sejarah Perkembangan Rasm Usmani” (Tesis S2, Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999), h. 75

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

26

Lahirnya Mushaf al-Quran Standar Indonesia tidak lepas dari keberadaan

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran (LPMQ)66

yang selanjutnya sering disebut

“Lajnah”67

. Lembaga ini ditetapkan berdasarkan keputusan kementerian agama

NO.B.III/2-0/7413. Pada tanggal 17 Desember 1971 Berdasarkan keputusan

presiden RI NO.44 lajnah berada pada unit Puslitbang Lektur Agama yang

dijabarkan melalui keputusan kementerian agama No 18 tahun 1975.68

Namun sejak sekian lama Lajnah berdiri belum mempunyai buku pedoman

sebagai rujukan utama dalam pentashihan Mushaf al-Quran Standar Indonesia,

sehingga pada tanggal 16-17 Desember 1972 dilaksanakanlah rapat kerja di Ciawi

Bogor untuk menyusun suatu konsep naskah untuk pedoman Pentashihan Mushaf

al-Quran. Dan konsep tersebut dibahas dalam MUKER ulama pada tanggal 5-9

Februari 1974 di Ciawi Bogor dan naskah tersebut yang akan menjadi pedoman

Lajnah dalam melakukan pentashihan mushaf al-Quran.69

Dalam proses mewujudkan Mushaf Standar Indonesia yang terdiri dari tiga

macam yaitu, Pertama Mushaf Usmani atau yang biasa disebut dengan mushaf

standar biasanya al-Quran ini digunakan untuk orang-orang yang normal. Kedua

Mushaf Bahriah atau yang biasa disebut dengan mushaf pojok, biasanya mushaf

66

Secara teknis lajnah sebelum menjadi satuan kerja tersendiri, dalam emlakukan tugas-

tugasnya diatur oleh peraturan-peraturan menteri agama, peraturan Kementerian Agama No 1

tahun 1957 yang mengatur tentang pengawasan terhadap penerbitan dan pemasukan al-Quran yang

ditetapkan oleh menteri agama waktu itu K.H Muhammad Iljas, kemudian berdasarkan Peraturan

Menteri Agama No.1 tahun 1982 ditegaskan bahwa Lajnah adalah lembaga pembantu Menteri

Agama dalam bidang pentashihan Mushaf al-Quran, Terjemahan, Tafsir, Rekaman, dan penemuan

elektronik lainnya yang berkaitan dengan al-Quran. 67

Sejarah mengatakan bahwa jauh sebelum lahirnya lajnah sesungguhnya kegiatan

pentashihan mushaf al-Quran telah dilakukan oleh para ulama dan lembaga, di antaranya cetakan

Mat‟ba‟ah al-Islāmiyah Bukit Tinggi tahun 1933 M yang ditashih oleh Syeikh Sulaimān al-Rasūli

dan Haji Abdul Malik dan Mushaf al-Quran cetakan Abdullah bin Afif Cirebon tahun 1933 M

yang tashih oleh H. Muhammad Usman dan H. Ahmad Baidawi Kaliwungu, Kendal Jawa Tengah. 68

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 2 69

Hisyami, “Penulisan dan Pemberian Tanda Baca Mushaf Standar Indonesia Cetakan

Tahun 2002” (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 126

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

27

ini digunakan untuk menghafal al-Quran, dan ketiga yaitu mushaf Braille yaitu

mushaf yang biasa digunakan untuk orang yang menyandang tunanetra.70

Dalam perjalanan sejarah Lajnah hingga 1974 M lembaga pentashih ini

dalam menjalankan tugas-tugas pentashihannya belum memiliki pedoman yang

terkodifikasi dalam bentuk buku acuan pentashihan.71

Karena itu, setiap

memutuskan persoalan baru di setiap melakukan pentashihan, para anggota lajnah

harus terlebih dahulu membahas, mencari kitab-kitab refrensi, mendiskusikan

kemudian memutuskannya.72

Sehingga anggota lajnah yang baru direkrut tidak

langsung memahami tugasnya sebagai pentashih.

Dari awal berdirinya lajnah yang beranggotakan para penghafal al-Quran,

para peneliti, dan para pakar ulūm al-Qurān yang jumlahnya disesuaikan dengan

kebutuhan dan diangkat setiap tahun berdasarkan surat keputusan menteri

agama,73

namun pada tahun 2007 berdasarkan peraturan menteri agama No 3

tahun 2007 tentang organisasi dan tata kerja Lajnah Pentashihan Mushaf al-

Quran, lajnah berubah menjadi satuan kerja tersendiri, di bawah Badan Litbang

dan Diklat Kementerian Agama, tetapi ditetapkan sebagai Pegawai Negeri Sipil

(PNS).74

Berikut nama-nama ketua Lajnah sejak 1957-sampai sekarang.

70

Ahmad Fathoni, “Sejarah Perkembangan Rasm Utsmānī: Studi Kasus Penulisan al-

Qur'ān Standar Usmānī Indonesia” (Tesis S2 , Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1999), h.78 71

Proses pentashihan pada waktu sebelum diresmikannya Lajnah itu dilakukan dengan

cara membaca mushaf al-Quran yang ditashih secara utuh. Ketika menemukan kesalahan yang

dijumpai kesalahan maka akan dibandingkan dengan musaf al-Quran yang lain yang sudah

ditashih sebelumnya, mengingat belum adanya pedoman pentashihan yang dapat dijadikan

pedoman oleh anggota lajnah. 72

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 6 73

Berdasarkan peraturan Menteri Agama No. 1 tahun 1982, Bab 3, Pasal 5 ayat 2

“keanggotaan lajnah tiap tahun dikukuhkan kembali, diperbarui atau diganti berdasarkan

Keputusan Menteri Agama RI. 74

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 4

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

28

1. H. Abu Bakar Atjeh (1957-1960)

2. H. Ghazali Thaib (1960-1963)

3. H. Mas‟ud Noor (1964-1966)

4. H. A. Amin Nashir (1967-1.971)

5. H. B. Hamdany Ali, M.A., M.Ed. (1972-1974)

6. H. Sawabi Ihsan, M.A (1975-1978)

7. Drs. H Mahmud Usman (1979-1981)

8. H. Sawabi Ihsan, M.A (1982-1988)

9. Drs. H. Abdul Hafidz Dasuki (1988-1998)

10. Drs. H. kailani Eryono (1998-2001)

11. Drs. H. Abdullah Sukarta (2001-2002)

12. Drs. H. Fadhal AR. Bafadal, M.Sc (2001-2006)

13. Drs. Muhammad Shohib, M.A (2007-2014)

14. Drs. H. Hisyam Ma‟sum (Pgs: Juni-September 2014)

15. H. Abdul Halim H. Ahmad, Lc., M.M. (2014-2015)

16. Dr. H. Muchlis M. Hanafi, M.A (Pgs; 2015-Sekarang)75

Dari beberapa uraian di atas bahwa tidak lama perjalan Lajnah Pentashihan

Mushaf al-Quran berjalan, sudah terdapat banyak hal yang dilakukan oleh

anggota Lajnah dan itu semua demia kemudahan umat Islam dalam belajar dan

membaca al-Quran.

2. Definisi Mushaf Standar

Setidaknya ada tiga definisi mushaf standar yang dihasilkan saat Lajnah

melakukan Musyawarah Kerja (Muker) ulama‟; Pertama yang dikutip dari

75

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 5

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

29

bingkai Mushaf Standar Indonesia cetakan perdana bahwa Mushaf Standar adalah

hasil dari penelitian Badan Litbang Agama dan Musyawarah ahli al-Quran

dikeluarkan oleh Kementerian Agama RI 1404 H/1983 M. Kedua berdasarkan

dokumen tanya jawab seputar mushaf standar yang dikeluarkan pada Mukar

Ulama IX yaitu “Mushaf al-Quran yang dibakukan cara penlisannya (Rasm),

tanda bacanya, dan tanda waqafnya, sesuai dengan hasil Muker ulama yang

dijadikan pedoman bagi al-Quran yang diterbitkan di Indoensia. Ketiga

berdasarkan petikan keputusan Menteri Agama No 25 tahun 1984 bahwa Mushaf

Standar Indonesia adalah al-Quran Mushaf Usmani, Bahriah, dan Braille hasil

penelitian dan pembahasan Muker Ulama I-IX.76

Menurut Ahmad Fathoni dalam tesisnya dijelaskan bahwa Mushaf

Standar adalah meliputi al-Quran Standar Usmani, al-Quran Bahriah, dan al-

Quran Braille yang telah disepakati saat Muker ulama I-IX yang diikuti oleh

ulama Jawa maupun luar Jawa.77

Sementara Ibnan Syarif mendefinisikan Mushaf Standar adalah al-Quran

yang sudah dibakukan rasmnya, cara bacanya, dan tanda waqafnya berdasarkan

hasil Muker ulama seluruh Indonesia sejak 1974-1984.78

Sedikit berbeda dengan

pandangan Sawabi Ihsan bahwa Mushaf Standar adalah membakukan rasm al-

Quran, tanda-tanda baca dengan tanda-tanda yang dikenali di Indonesia, supaya

76

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 9-10 77

Ahmad Fathoni, “Sejarah Perkembangan Rasm Utsmani: Studi Kasus Penulisan al-

Qur'ân Standar Usmānī Indonesia” (Tesis S2 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 1999), h.79 78

M. Ibnan Syarif, Ketika Mushaf Menjadi Indah (Semarang: Aini, 2003), cet 1, h. 65

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

30

mudah dipelajari dan dibaca dengan tidak menyimpang jauh dari rasm usmani dan

tajwidnya.79

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Mushaf Standar adalah

Mushaf yang sudah dibakukan baik dalam rasm, tanda baca maupun tanda

waqafnya dan menjadi pedoman dalam proses pentashihan ketika ingin mencetak

mushaf al-Quran.

3. Jenis-Jenis Mushaf Standar Indonesia

Sesuai dengan Keputusan Kementerian Agama no 25 tahun 1984 bahwa

Mushaf Standar Indonesia terdiri dari tiga jenis.80

Terhitung sejak diresmikannya

tiga bentuk mushaf tersebut, tidak sedikit dari kalangan akademisi yang

menjadikannya sebagai bacaan dan sebagai objek kajian. Namun dari ketiganya

yang paling sering digunakan sebagai objek kajian adalah mushaf Usmani.81

a. Mushaf Standar Usmani

Mushaf standar usmani merupakan hasil dari Muker ulama tahun 1974 yang

mana ide awal penyusunanya adalah merupakan hasil rapat kerja Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Quran tahun 1972 dan dibahas lebih lanjut saat muker

ulama 1974. Dari aspek penulisan, mushaf usmani mengacu pada al-Quran

terbitan Departemen Agama 1960 dan ditelaah kembali dengan mengacu pada

kitab al-Itqān fī Ulūm al-Qurān karangan al-Suyūṭī.82

79

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 11 80

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 10 81

Zainal Arifin, Mengenal Mushaf Al-Qur‟an Standar Usmani Indonesia Studi

Komparatif atas Mushaf Standar Usmani 1983 dan 2002 (Jurnal Suhuf, Vol. 4, No. 1, 201), h. 2 82

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 89

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

31

Menurut Mazmūr Sya‟rānī bahwa dalam penulisan mushaf standar usmani

tidak hanya mengacu pada dua imam besar rasm, karena setelah dilakukan

penelitian lanjutan ternyata masih ada sebagian yang tidak mengikuti keduanya.83

Dalam penentuan harakat, Mushaf Standar Usmani mengacu pada Muker II

tahun 1976 yaitu dengan memadukan dengan harakat dari berbagai negara karena

memang sudah familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Menurut Mazmūr

Sya‟rānī berjumlah 7, yaitu fathah, Kasrah, Ḍammah, dan sukun. Namun dalam

penulisan sukun tidak sama dengan cetakan madinah, yaitu berbentuk separuh

bulat dengan alasan dihawatirkan serupa dengan sifir mustadir.84

Terkait tanda baca, dalam Mushaf Standar Indonesia tidak hanya cukup di

harakat saja, namun juga dilengkapi dengan tanda baca yang membantu cara baca

al-Quran dengan mudah, tanda-tanda baca tersebut di antaranya Isymām, Imālah,

Tashīl, Idġām, Iqlāb.85

Adapun tanda baca yang dimaksud adalah sebagai

berikut:86

1. Mad Wājib 87

pada kasus ini terjadi ketika mad wajib dibubuhi tanda khusus

(~) tanda ini juga digunakan untuk mengukur mad yang memiliki ukuran

panjang yang sama, seperti Mad Jāiz, Mad lāzīm Musaqqal Kilmiy dan yang

lain, contoh اذا جاء

83

Mazmur Sya‟rani, “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam Al-Quran Standar Indonesia”

Jurnal Lektur, Vol. 5, No 1, 2007, h. 129 84

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 91 85

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 92 86

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 92-94 87

Mad wajib adalah ketika mad tabi‟ie bertemu dengan hamzah dalam satu kalimat.

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

34

Damanhuri bahwa penggunaan mushaf ini sudah mendapatkan toleransi dari

semua ulama untuk digunakan oleh para penghafal al-Quran, sehingga atas

pertimbangan ini muker ulama selain menyepakati tentang Mushaf Standar

Usmani juga menyepakati Mushaf Standar Bahriah.91

Tidak jauh beda dengan aspek rasm, aspek harakat dalam mushaf standar

Bahriah juga mengikti kesepakatan ulama dalam muker II tahun 1976 yang

menyepakati bahwa harakat dalam mushaf bahriah harus mengikuti harakat-

harakat yang sudah familiar di kalangan masyarakat, sedangkan dalam aspek

tanda baca, Mushaf Standar Bahriah mengikuti pola tanda baca dari mushaf

standar usmani.92

Berikut ciri-ciri dari Mushaf Standar Bahriah yang menjadi pembeda dengan

Musahf Standar Usmani:93

1. Wawu dan Ya Mad Tabī‟i tidak diberi sukun contoh فيو

2. Idġām tidak diberi tanda tasydīd dan Iqlāb tidak diberi tanda mim kecil.

Contoh منرهبم dan بكمصم

3. Tanda waqaf disesuikan dengan Mushaf Standar Usmani

4. Jumlah Sifir Mustatil (Oval) sama jumlahnya dengan Mushaf Standar Usmani

5. Tanda Sifir Mustadil sama jumlahnya dengan Mushaf Standar Usmani

6. Setiap ya )( mati di akhir kata tidak diberi titik dua, sedangkan huruf

sebelumnya dikasih harakat kasroh panjang. Contoh ال ذى

91

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 96 92

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 97 93

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 100-101

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

36

13. Semua kata الئن ditulis demikian, kecuali yang terdapat dalam surah al-

Jin/72: 9 yang ditulis االف sesuai dengan pedoman.

14. Kata ءاذا dan ءان ا ditulis demikian kecuali yang terdapat dalam surah al-

Wāqi‟ah/56: 47 yang ditulis ائذا dan surat al-Ṣaffāt/37: 36 yang ditulis ائن ا 15. Dalam menulis kata yang ditulis secara berbeda dalam Mushaf Standar

Usmani, Mushaf Standar Bahriah tetap berpedoman pada rasm usma, seperti

بسماهلل yang ditulis باسماهلل16. Tanda hizib tidak dicantumkan

17. Ya pada setiap kata شىء yang dibaca rafa atau jar tidak diberi titik.

18. Tiap kata berakhiran ya tasydīd dn dalam keadaan waqaf, ya tersebut tidak

diberi titik, seperti surah Ibrahīm/14: 22 مبصرخى

19. Tiap lafaẓ yang menunjukkan ya nida‟ ditulis secara imlāi, contoh 94ياايػ ها

Gambar 2: Contoh Mushaf Standar Bahriah95

94

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 100-101 95

Mushaf tersebut merupakan koleksi pribadi penulis.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

37

c. Mushaf Braille

Mushaf al-Quran Standar Braille adalah mushaf yang ditulis dengan simbol-

simbol braille atau titik yang mana simbol tersebut memang sesuai dengan simbol

yang biasa digunakan oleh orang penyandang tunanetra, simbol braille terbentuk

dari 6 titik timbul yang tersusun dalam dua kolom sebagai berikut:96

Tabel 3.1: Susunan Titik Pada Simbol Braille

Tidak hanya dalam bentuk tulisan yang berbeda, Mushaf Standar Braille juga

memiliki karakteristik yang berbeda dengan yang lain, baik dalam rasm, tanda

baca, dan tanda waqaf. Namun dalam aspek rasm, Mushaf Standar Braille

memilik kesamaan dengan Mushas Standar Usmani.97

Penggunaan refrensi

terhadap hasil muker ulama III 1977 yang menegaskan bahwa Mushaf Standar

Braille ditulis dengan berdasarkan rasm usmani, kecuali jika ada tulisan yang

menyulitkan bagi kaum tunanetra, dan jika hal ini terjadi maka penulisan Mushaf

Braille akan mengikuti kaidah Imlāi, seperti kata as-salah dan az-zakah98

96

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 102 97

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/326-mushaf-standar-braille diakses pada tanggal

23/04/2019 98

Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia (Jakarta:

Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II, h. 102-103

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

38

Beberapa contoh berikut tentang Mushaf Standar Braille, dalam contoh

tersebut ada empat kolom, pada kolom kedua tentang tulisan ayat menurut Standar

Usmani, pada kolom menurut kaidah Imlai atau sesuai bacaan, sedangkan kolom

ke empat menurut Braille.

Tabel 3.2: Contoh Mushaf Standar Braille99

No Standar Usmani Imlāi Braille

تػلووف تػلوف 1

حييي حيي 2

يستحيي يستحي 3

Dari contoh tabel di atas, ada perbedaan yang sangat menarik antara

Mushaf Barille dengan Mushaf yang lain, yaitu ketika memulai membaca. Cara

membaca dalam Mushaf Standar Braille di mulai dari kiri ke kanan, beda halnya

dengan Mushaf Standar Usmani yang cara bacanya di mulai dari kanan.

4. Rujukan dalam Penulisan Mushaf Standar

Dalam proses penyusunan Mushaf Standar Indonesia, Lajnah Pentashihan

Mushaf al-Quran memiliki rujukan tersendiri, sesuai dengan apa yang telah

99

Contoh tersebut dikutip dari bukunya Zaenal Arifin dkk, Sejarah Penulisan Mushaf al-

Quran Standar Indonesia (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013), cet II,

h. 104

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

39

disepakati pada saat muker ulama pada tanggal 5-9 Februari 1974 M, dalam

kesepekatan tersebut ada tiga rujukan yang sudah ditetapkan, di antaranya:100

a. Al-Quran Departemen Agama Tahun 1960

Ada alasan yang sangat signifikan kenapa al-Quran Departemen Agama tahun

1960 menjadi salah satu rujukan dari penulisan mushaf standar Indonesia yaitu

mushaf tersebut sudah dicetak sebanyak 5 jt eksamplar dan tersebar ke seluruh

Indonesia, sudah merakyat dan tidak banyak komentar dari ulama.101

Menurut

Ahmad Fathoni dalam Tesisnya dijelaskan bahwa dalam Mushaf Depag 1960

tidak semuanya mengikui rasm usmani.

b. Al-Itqān fī Ulūm al-Qurān

Sama halnya dengan dengan al-Quran Departemen Agama Tahun 1960, bahwa al-

Itqȃn juga tidak sepenuhnya sama dengan rasm mushaf usmani, terbukti dengan

beberapa kasus yang ditemukan, contohnya penulisan lafaẓ "مسوات " سبع pada

surat Fuṣṣilat/41: 12 tertulis مسوت tertulis dengan tanpa alif antara huruf سبع

Wawu dan Ta, sedangkan dalam kitab al-ȋtqan tertulis مسوات yaitu dengan سبع

menambah alif setelah wawu, begitu juga dengan penulisan lafaẓ “ اياتللسائلني”

pada surat Yūsuf/12: 7 tertulis ايت dengan tanpa alif setelah ya, sedangkan dalam

kitab al-Itqān tertulis ايات dengan menggunakan alif setelah ya.102

c. Kaidah Baġdādiyah

Dalam menentukan bentuk dan tanda baca dalam mushaf standar, Lajnah

Pentashihan Mushaf al-Quran banyak menggunakan Kaidah Baġdādiyah, kaidah

100

Ahmad Fathoni, “Sejarah Perkembangan Rasm Usman” Tesis S2 Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999, h. 92 101

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI, Mengenal al-

Quran Standar Indonesia, 1994, h 35 102

Jalaluddin al-Suyūṭī, al-Itqān fī Ulūm al-Qurān (Kairo: Musthafa Halabi, 1951), cet.

II, Juz II, h. 444

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

40

Baġdādiyah yang biasa digunakan dalam memberikan tanda baca Mushaf Standar

adalah:

1. Tanwin yang berbentuk sangat sederhana

2. Mad Tȃbī‟ī yang menggunakan tanda

3. Nun yang mati selalu menggunakan Saknah

Dalam menentukan tanda baca seperti Fathah berdiri untuk Mad Tȃbīī atau

kasroh berdiri, Hisyami dalam Disertasinya berpendapat bahwa beliau belum

menemukan rujukan yang digunakan dalam mushaf Standar.103

Dari beberapa uraian di atas mengenai rujukan dalam menentukan rasm dan

tanda baca penulis berpendapat bahwa mushaf standar tidak memliki rujukan

husus yang keselurahan sama dengan mushaf standar, karena dalam

menentukannya pada saat muker ulama I-IX pastinya mengalir banyak

pandangan dari ulama-ulama yang hadir.

B. Mushaf Pakistan

1. Sejarah Mushaf Pakistan

Pakistan adalah negara yang hampir kehilangan sejarah proses penerbitan

mushaf al-Quran, Akram mengatakan berkata bahwa sangat sulit bagi seseorang

yang ingin mengetahui sejarah penerbitan mushaf al-Quran dikarenakan sulitnya

menemukan buku-buku yang menjelasan tentang proses penerbitan mushaf al-

Quran bahkan hampir tidak ada, hanyalah manuskrip dan hasil penelitian

seseorang dan itupun sangat sedikit. Kemudian karena terlalu sedikitnya buku

yang menjelaskan tentang proses penerbitan mushaf al-Quran, maka akram

mendatangkan seorang dari Kementerian Agama Pakistan untuk menjelaskan

103

Hisyami, “Penulisan dan Pemberian Tanda Baca Mushaf Standar Indonesia Cetakan

Tahun 2002” (Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008), h. 143

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

41

bagaimana proses penerbitan mushaf al-Quran di Pakistan. Maka kemudian

Muhammad Ayyub orang yang diundang Akram menceritakan bahwa kota

pertama yang menebitkan al-Quran di Pakistan adalah Lahur, Bisyawar, dan

Kiratisyi.104

Penerbit yang paling terkenal pada waktu itu adalah Taj Compani, kemudian

pada tahun 1973 M, pemerintah mulai melakukan penerbitan standarisasi105

mushaf al-Quran untuk menyatukan bacaan al-Quran pada waktu itu, setelah itu

pemerintah mengeluarkan UU no 1(7)/76/ADQ/RANDR bahwa seluruh penerbit

harus menyesuaikan mushaf al-Quran yang akan dicetak dengan mushaf yang

sudah distandarisasi oleh pemerintah dan pada tahun itu pula sebanyak 422 sudah

terdaftar dan resmi mempunyai surat izin penerbitan mushaf al-Quran, namun

yang bisa bertahan hingga tahun 2010 hanya 80 penerbit.106

Walapun pemerintah sudah mengeluarkan UU pada tahun 2010, namun

penerbitan mushaf al-Quran tersebut sempurna pada tahun 2011, pada saat itu

pula Kementerian Agama wilayah Punjab membentuk Lembaga Pentashihan

Mushaf al-Quran yang bernama Punjab Quran Board lahore, kemudian lembaga

tersebut membuat standarisasi mushaf dan melakukan penerbitan Mushaf.107

104

Akram, Tārīkh Ṭibā‟ati al-Qurān al-Karīm wa Nasyrihī fī Bākistān (T.tp, T.pn, t.t), h.

746 105

Standarisasi Penerbitan Mushāf Bākistān, Pertama. Percetakan al-Quran harus

memiliki izin penerbitan dr lembaga mushaf di wilayah punjab. Kedua, Standar kertas yang

dipakai tidak boleh melebihi 52 gram baik itu putih atau berwarna, dan dilarang unutk

menggunakn kertas yg dipakai seperti majalah. Ketiga Sebelum penerbit menerbitkan mushaf.

Keempat penerbit diwajibkan melakukan pentashihan teks yg mau dicetak kepada orang yang ahli

dakam bidangnya, teliti dalam bidang quran. Kelima Penerbit harus mengikuti peraturan dan

mencetak sesuai dengan standarisasi yg disebut 106

Akram, Tārīkh Ṭibā‟ati al-Qurān al-Karīm wa Nasyrihī fī Bākistān (T.tp, T.pn, t.t), h.

747 107

Akram, Tārīkh Ṭibā‟ati al-Qurān al-Karīm wa Nasyrihī fī Bākistān (T.tp, T.pn, t.t),

h.748

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

42

Akhirnya lembaga Pentashihan Mushaf al-Quran yang berada di wilayah kota

Punjab menjadi Lembaga resmi Pentashih dari pemerintah Pakistan dan tidak

lama kemudian lembaga tersebut menerbitkan modul standarisasi mushaf No

SO(ibm)1-1/2010 tahun 2011 di bawah keputusan Kementerian Agama Wilayah

Punjab.108

2. Definisi Mushaf Pakistan

Mushaf Pakistan adalah mushaf yang sudah dibakukan melalui keputusan

Kementerian Agama Pakistan No 1(7)/76/ADQ/RANDR yang berisi bahwa

seluruh penerbit yang akan mencetak atau menerbitkan Mushaf al-Quran harus

menyesuaikan terlebih dahulu dengan mushaf yang sudah dibakukan oleh

Kementerian Agama.109

3. Jenis-Jenis Percetakan Mushaf Pakistan

a. Himayat al-Islam

Himayat al-Islam adalah salah satu percetakan yang sangat terkenal di

Pakistan yang berada di bawah pimpinan al-Mansyi Muhammad Qasim atau

yang lebih dikenal dengan sebutan Sulthon al-Qalam, kemudian ketika beliau

wafat lalu diganti anaknya yang bernama al-Mansyi Muhammad Syafi‟.

Keistimewaan dalam percetakan Himayat al-Islam, antara lain , pertama

Mushaf ini ditulis dengan tanda waqaf berdasarkan pendapat al-allamah al-

Sajawandi, kedua, Jumlah ayat dan penentuan nomor ayat berdasarkan mazhab

ahli kufah atau berpedoman pada msuhaf al-Amiriy, Ketiga Melampirkan 10

108

Akram, Tārīkh Ṭibā‟ati al-Qurān al-Karīm wa Nasyrihī fī Bākistān (T.tp, T.pn, t.t), h.

748 109

Akram, Tārīkh Ṭibā‟ati al-Qurān al-Karīm wa Nasyrihī fī Bākistān (T.tp, T.pn, t.t), h.

747

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id
Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

48

BAB IV

MUSHAF AL-QURAN STANDAR INDONESIA DAN MUSHAF

PAKISTAN PERSPEKTIF AL-DĀNĪ

Dalam bab ini peneliti akan menjelaskan secara detail terkait lafaẓ-lafaẓ

apa saja yang sesuai dan tidak sesuai antara Mushaf Standar Indonesia dengan

Mushaf Pakistan berdasarkan rujukan primer kitab al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati

Marsūm Maṣāhif ahl Amṣār karangan al-Dānī.

A. Kesesuaian Mushaf Standar Indonesia dengan Mushaf Pakistan

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam penulisan Mushaf Standar Indonesia

dan Mushaf Pakistan ini tidak semua mengikuti kaidah yang telah disepakati oleh

para ulama rasm, masih banyak terdapat ketidak sesuaian diantara ketiganya.

Dalam pengambilan sampel ini, peneliti membagi tiga kategori, kategori

pertama adalah sepuluh juz pertama, kategori kedua sepuluh juz kedua, dan

kategori ketiga adalah sepuluh juz ketiga.

1. Perbandingan kesesuaian MSI dengan MP dari sepuluh juz pertama.

Dalam kategori ini, peneliti membagi lagi ke dalam dua tabel, tabel pertama

menjelaskan tentang lafaẓ-lafaẓ yang sesuai antara MSI dan MP dengan

pandangan al-Dānī, sedangkan tabel kedua menjelaskan tentang ketidak sesuaian

MSI dan MP dengan pandangan al-Dānī.

Tabel 4.1 Perbandingan Kesesuaian MSI, MP dan al-Dānī.

No Surat/ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Baqarah/2: 35 منيظل منيظل منيظل

2 Qs. Al-Baqarah/2: 51 122وعدنا دناوع وعدىن

122

Al-Quran kementerian Agama, h. 8

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

49

3 Qs. Al-Baqarah /2: 65 123خاسئني خسئني خاسئني

4 Qs. Alī Imrān/3: 37 124ميرن ميرن ميرن

5 Qs. Al-Nisā‟/4: 9 125ضعفا ضعفا ضعفا

6 Qs. Al-A‟rāf /7: 54 126تربؾ تربؾ تربؾ * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Tabel 4.2 Perbandingan Ketidak sesuaian antara MSI, MP dan al-Dānī

No Surat / ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Baqarah/2: 187 127عاكفوف عكفوف عاكفوف

2 Qs. Al-Baqarah/2: 244 128وقاتلوا وقتلوا وقاتلوا

3 Qs. Alī Imrān /3: 7 129الراسخوف الرسخوف الراسخوف

4 Qs. Al- Nisā‟/4: 24 130مسافحني مسفحني مسافحني

5 Qs. Al-A‟rāf / 7: 127 131قاىروف قهروف قاىروف * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Dari sampel di atas pada tabel 4.1 menjelaskan tentang lafaẓ-lafaẓ yang

sesuai antara MSI dan MP dengan al-Dānī, sehingga tidak terdapat masalah antara

ketiganya, beda halnya dengan tabel 4.2 yang mana MSI dan MP berbeda tulisan

dengan al-Dānī, salah satunya pada lafaẓ وقاتلوا yang mana dalam MSI dan MP

alif setelah qaf tidak dibuang (Itsbat), dalam pandangan al-Dānī dan Abī Dawūd

menjelaskan bahwa setiap lafadz قتل dan istiqaq-nya alif setelah qaf harus

123

Al-Quran kementerian Agama, h. 10 124

Al-Quran kementerian Agama, h. 37 125

Al-Quran kementerian Agama, h. 71 126

Al-Quran kementerian Agama, h. 143 127

Al-Quran kementerian Agama, h. 27 128

Al-Quran kementerian Agama, h. 37 129

Al-Quran kementerian Agama, h. 46 130

Al-Quran kementerian Agama, h. 75 131

Al-Quran kementerian Agama, h. 150

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

50

dibuang, kata ini terdapat pada Qs. al-Baqarah/2:191, 193, dan 244, al-Nisā‟/4:

90, Qs. Al-Hajj/22: 39, dan Qs. Muhammad/47: 4, selain dari kata yang 8 tempat

tersebut masih diperselisihkan, namun Abī Dawūd konsisten dengan hażf,

sementara untuk yang lain tidak, sedangkan al-Dānī tidak berkomentar atau tidak

meMPerikan pendapat dengan tujuan untuk mengakomodir dua pendapat yang

sama-sama mutawatir, sehingga bisa disimpulkan bahwa untuk lafaz ini dalam

Mushaf Standar Indonesia dan Pakistan jika mengacu pada suMPer riwayat belum

menemukan landasan mengapa dalam lafaẓ وقاتلوا masih menggunakan alif.132

2. Perbandingan MSI dan MP dengan al-Dānī dalam sepuluh juz kedua

Sama halnya dengan yang bagian pertama bahwa dalam kategori ini, peneliti

membagi lagi ke dalam dua tabel, tabel pertama menjelaskan tentang lafaz-lafaẓ

yang sesuai antara MSI dan MP dengan pandangan al-Dānī, sedangkan tabel

kedua menjelaskan tentang Ketidak sesuaian MSI dan MP dengan pandangan al-

Dānī.

Table 4.3 Perbandingan Kesesuaian MSI, MP dan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Hūd / 11: 16 133بطل بطل بطل

2 Qs. Yūsuf / 12: 7 134ايت ايت ايت

3 Qs. Al-Ra‟d/12: 42 135كفر كفر كفر

4 Qs. Al-Nahl / 16: 116 136حلل حلل حلل

132

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan rasm Usmani (Jakarta; Azza Media, 2018), h. 208 133

Al-Quran kementerian Agama, h. 202 134

Al-Quran kementerian Agama, h. 213 135

Al-Quran kementerian Agama, h. 230 136

Al-Quran kementerian Agama, h. 253

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

51

5 Qs. Al-Anbiyā‟/21:79 137افػفه منه فػفه منها فػفه منها * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Table 4.4 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI, MP dan al-Dānī.

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Taubat/9: 112 138الر اكعوف الركعوف الر اكعوف

2 Qs. Hūd/11: 114 اكرين 139للذ اكرين للذكرين للذ

3 Qs. Yūsuf /12: 70 140سارقػوف سرقػوف سارقػوف

4 Qs . Al-Hijr/15: 22 141بازنني بزنني بازنني

5 Qs. Al-Kahfi/18: 03 142ماكثني مكثني ماكثني * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Pada tabel 4.3 tidak terdapat masalah yang tercantum, karena ketiganya

sama dan tidak terdapat perbedaan, lain halnya dengan tabel 4.4 yang mana pada

tabel tersebut tidak memiliki kesamaan antara MSI dan MP dengan al-Dānī,

misalnya pada lafaẓ اكرين زننيبا ,للذ , dan lafaẓ ماكثني. Yang mana dari ketiga lafaẓ

tersebut terdiri dari jamak mużakkar salim. Dalam pandangan al-Dānī ketika ada

lafaẓ jamak mudzakkar salim yang salah satu hurufnya terdiri dari alif maka

alifnya harus dibuang. Kecuali, apabila setelah alif terdapat hamzah atau tasydid

maka alifnya tetap di-itsbat-kan seperti pada lafaẓ والقائمني,العادين .143

sedangkan

pada penulisan MSI dan MP mengikuti kaidah imlai yaitu sesuai dengan bacaan.

3. Perbandingan MSI dan MP dengan al-Dīnī dalam sepuluh juz ketiga

137

Al-Quran kementerian Agama, h. 297 138

Al-Quran kementerian Agama, h. 185 139

Al-Quran kementerian Agama, h. 212 140

Al-Quran kementerian Agama, h. 220 141

Al-Quran kementerian Agama, h. 238 142

Al-Quran kementerian Agama, h. 256 143

Abȗ Amr al-Dānī, Tahqīq hātim Shalih al-Dāmin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Mashāhif ahl al-Amshār (Bairut: Dār al-Bashāir al-Islāmiyyah, 2011), cet. 1, h.145-146

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

52

āegitu pula dengan bagian ketiga ini, peneliti membagi lagi ke dalam dua

tabel, tabel pertama menjelaskan tentang lafaẓ-lafaẓ yang sesuai antara MSI dan

MP dengan pandangan al-Dīnī, sedangkan tabel kedua menjelaskan tentang

Ketidak sesuaian MSI dan MP dengan pandangan al-Dānī.

Tabel 4.5 Perbandingan Kesesuaian MSI, MP dan al-Dānī.

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Ṣaffāt/37: 1 144الصفت الصفت الصفت

2 Qs. Al-Wāqi‟ah/56:36 145جعلنهن ف جعلنهن ف جعلنهن ف

3 QS. Al-Tahrīm/66: 5 146ثػيبت ثػيبت ثػيبت

4 Qs. Al-Ma‟ārij /70: 31 147عدوف عدوف عدوف

5 Qs. Al-Ma‟ārij/70: 40 148المغرب المغرب المغرب

6 Qs. Al-Falaq/113: 4 149النػ فثت النػ فثت النػ فثت * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Tabel 4.6 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI, MP dan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Rūm/30: 26 150قانتػوف قنتػوف قانتػوف

2 Qs. Yāsīn/36: 29 151خامدوف مخدوف خامدوف

3 Qs al-Ṣāffāt/37: 18 152داخروف دخروف داخروف

144

Al-Quran kementerian Agama, h. 403 145

Al-Quran kementerian Agama, h. 482 146

Al-Quran kementerian Agama, h. 505 147

Al-Quran kementerian Agama, h. 513 148

Al-Quran kementerian Agama, h. 514 149

Al-Quran kementerian Agama, h. 542 150

Al-Quran kementerian Agama, h 567. 151

Al-Quran kementerian Agama, h. 399 152

Al-Quran kementerian Agama, h. 404

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

53

4 Qs. Al-Ṣāffāt/37: 150 153شاىدوف شهدوف شاىدوف

5 Qs. Al-Tahrīm/66: 10 اخلني 154الد اخلني الدخلني الد * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Pada tabel 4.5 dan 4.6 merupakan sample dari sepuluh juz ketiga dalam

al-Quran, yang mana pada tabel 4.5 tidak terdapat permasalahan, sedangkan pada

tabel 4.6 tidak mengikuti kaidah dari al-Dānī contohnya pada lafaẓ داخروف, dan

اخلني dua lafaẓ tersebut terdri dari lafaẓ jamak mudzakkar salim yang mana الد

dalam pandangan al-Dānī alifnya harus dibuang155

. Dalam sistem penulisan pada

tabel di atas baik yang MSI dan MP peneliti tidak menemukan alasan kenapa

keduanya berbeda kaidah dengan al-Dānī sehingga dalam pandangan peneliti

keduanya menggunakan kaidah imlai.

B. Ketidak sesuaian MSI dengan MP Perspektif al-Dānī

Dalam sub bab ini, peneliti menjelaskan lafaẓ-lafaẓ yang tidak sesuai/tidak

sama antara mushaf Indonesia dengan Mushaf Pakistan menurut al-Dānī, yang

mana dalam dalam pembahasan ini akan dibagi menjadi tiga pengklasifikasian di

antaranya yaitu sepuluh juz pertama, sepuluh juz kedua, dan sepuluh juz ketiga.

1. Perbandingan Ketidak sesuaian MSI dengan MP perspektif al-Dānī dari sepuluh

juz pertama.

Dalam pembahasan ini peneliti membagi pada tiga bagian, bagian pertama

adalah Ketidak sesuaian MSI dengan al-Dānī, kedua Ketidak sesuaian MP dengan

al-Dānī, dan ketiga Ketidak sesuaian MSI, MP dengan al-Dānī.

153

Al-Quran kementerian Agama, h. 408 154

Al-Quran kementerian Agama, h. 506 155

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Dāmin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣāhif ahl al-Amṣār (Bairut: Dār al-Bashāir al-Islāmiyyah, 2011), cet. 1, h.145-146

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

54

Tabel 4.7 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI dengan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Baqarah/2: 191 156والتػقاتلوىم والتقتلوىم والتقتلوىم

2 Qs. Alī Imrān/3:33 157عمراف عمرف عمرف

3 Qs. Alī Imrān/3: 146 158قاتل لقت لقت

4 Qs. Al-Nisā‟ /4: 100 159مراغما مرغما مرغما

5 Qs. Al-Nisā‟/ 4: 117 160اناثا انثا انثا * MSI: Musahaf Standar Indonesia, MP: Mushaf Pakistan

Tabel 4.8 Perbandingan Ketidak sesuaian MP dengan al-Dānī

No Surat/ Ayat MSI MP Al-Dānī

* MSI: Musahaf Standar Indonesia, MP: Mushaf Pakistan

Tabel 4.9 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI, MP dan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP Al-Dīnī

1 Qs. Al-Māidah / 5: 29 161جزاؤا جزؤا جزؤ

* MSI: Musahaf Standar Indonesia, MP: Mushaf Pakistan

Dalam penulisan lafaẓ والتقتلوىم MP menggunakan kaidah hażf alif yang

mana ini mengacu pada pendapat al-Dānī dan mengikuti tulisan mushaf ahli

Madinah, kufah, dan Basrah.162

Sedangkan dalam MSI ditulis dengan kaidah

imlai.

156

Al-Quran kementerian Agama, h. 28 157

Al-Quran kementerian Agama, h. 46 158

Al-Quran kementerian Agama, h. 146 159

Al-Quran kementerian Agama, h. 86 160

Al-Quran kementerian Agama, h. 88 161

Al-Quran kementerian Agama Direktorat Jenderal Bimas Islam, h. 102 162

Abī Amr al-Dānī, Tahqīq hātim Ṣālih al-Dāmin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Mashāhif ahl al-Amshār, h. 240-241

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

55

Kesepakatan para ulama penulis al-Quran bahwa ketika ada lafaẓ yang

terdiri dari ajamiyyah maka mereka sepakat untuk membuang alif seperti pada

lafaẓ عمراف, namun mengenai ajamiyyah dalam pembahasan tentang Hażf dan

Itsbat terdiri dari tiga bagian, Pertama bahwa ketika terdiri dari dua alif maka alif

kedua harus dibuang seperti pada lafaẓ مهن dll, Kedua sepakat meng-itsbat-kan

alif pada lafaẓ berikut جالوت طالوت dll, Ketiga boleh memilih antara membuang

atau menetapkan alifnya yang terdiri dari kata اسرائيلىامافقروفىروف الياسالياسني

163.

Lafaẓ قاتل yang mana dalam al-Quran terdapat dalam dua surat yaitu Ali

Imrān dan al-Hadīd, menurut riwayat Warsy dijelaskan bahwa setiap lafaẓ yang

alifnya terletak setelah qaf maka alifnya harus dibuang164

.

Dalam ketentuan penulisan lafaẓ مراغما al-Dānī sepakat membuang alif

setelah huruf ra‟ dengan riwayat Qalūn, sedangkan pada lafaẓ اواثا menurut al-

Dānī lafaẓ tersebut menggunakan hażf alif setelah nun dan juga menurut

Muhammad ibn abdil wahab alif setelah nun harus dibuang karena sesuai dengan

kaidahnya bahwa setiap alif yang terletak setelah alifnya maka nunnya harus

dibuang dan lafaẓ ini terdapat pada 6 tempat: al-Nisā‟/4: 117, al-Isrā‟/17: 40, al-

Ṣaffāt/37: 150, al-Syūrā/42: 49, al-Zukhrūf/43: 49.165

163

Abī Amr al-Dānī, Tahqīq hātim Ṣālih al-Dāmin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Mashāhif ahl al-Amshār, h. 144-145 164

Muhammad ibn Abd Wahāb, Al-Rasm al-Utsmāni Qawāiduhū wa bidāi‟ī al-I‟jaz fīhi

(Afrika timur: 2010), h. 103 165

Muhammad ibn Abd Wahāb, Al-Rasm al-Utsmāni Qawāiduhū wa bidāi‟ī al-I‟jaz fīhi

(Afrika timur: 2010), h. 93

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

56

Disepakati oleh ulama bahwa dalam penulisan lafaẓ-lafaẓ yang terbentuk

dari jamak mużakkar salim dan jamak muannats salim maka harus membuang alif

atau hażf alif seperti yang terdapat pada lafaẓ 166.العاملني

2. Perbandingan Ketidak sesuaian MSI dengan M dari sepuluh juz kedua

Dalam pembahasan ini sama halnya dengan bagian pertama bahwa

peneliti membagi pada tiga bagian, bagian pertama adalah Ketidak sesuaian MSI

dengan Al-Dānī, kedua Ketidak sesuaian MP dengan al-Dānī, dan ketiga Ketidak

sesuaian MSI, MP dengan al-Dānī.

Tabel 4.10 sampel Ketidak sesuaian MSI dengan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Hūd/11: 44 167اءمسويا ماءويس ءماويس

2 Qs. Yūsuf/12: 76 168درجات درجت درجت 3 Qs. Al-Ra‟d/13: 5 169تػرابا تربا تربا 4 Qs. Al-Hijr/15: 20 170برازقني برزقني برزقني 5 Qs. Al-Hijr/15: 98 171الس اجدين السجدين السجدين 6 Qs. Al-Isrā/17: 14 172كتابك كتبك كتبك 7 Qs. Al-Kahfi / 18: 17 173تػزاور تزور تزور

* MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Tabel 4.11 Perbandingan Ketidak sesuaian MP dengan al-Dānī

166

Abī Amr al-Dānī, Tahqīq hātim Ṣālih al-Dāmin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Mashāhif ahl al-Amshār, h. 145 167

Al-Quran kementerian Agama, h. 205 168

Al-Quran kementerian Agama, h. 221 169

Al-Quran kementerian Agama, h. 225 170

Al-Quran kementerian Agama, h. 238 171

Al-Quran kementerian Agama, h. 241 172

Al-Quran kementerian Agama, h. 256 173

Al-Quran kementerian Agama, h. 266

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

57

No Surat/ Ayat MSI MP Al-Dȃnȋ

* MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Tabel 4.12 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI, MP dengan al-Dānī

No Surat/ Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Yūsuf / 12: 24 174رأى رءا رأ

2 Qs Tāhā/ 20: 63 175لسحراف لساحرف لسحرف * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Dalam penulisan ya‟ nida‟ seperti pada lafaẓ ياس ماء telah disepakati oleh

ulama bahwa alif setelah ya‟ nida‟ harus di Hażf, dan ketika melihat pada al-

Quran Mushaf Standar Indonesia dengan penulisan alif yang di itsbat penulisan

belum menemukan alasan yang pas kenapa dalam lafaz tersebut menggunakan

alif. Begitu pula ketika alif tersebut terletak setelah Ha‟ tanbih maka wajib di

Hażf juga.176

Sedangkan dalam penulisan lafaẓ رأى semua ulama sepakat ditulis

dengan رأ kecuali pada 2 tempat al-Najm/53: 11 dan 18, yang mana dalam kedua

ayat tersebut tetap ditulis dengan رأى sedangkan mushaf-mushaf ahli mesir

disepakati bahwa pada Lam fi‟il terdiri dari ya.177

Seperti yang telah disinggung di atas bahwa ulama sepakat apabila ada

alif dan terdapat pada lafaẓ yang berbentuk jamak muannats salim maka alifnya

harus dibuang. Seperti pada lafaẓ درجات, adapun jika terdapat dua alif berkumpul

dalam satu kalimat maka kedua-duanya wajib dibuang والعديتضبحا dalam surat

al-„Ādiyāt: 1, tetapi apabila sebelum alif terdiri dari tasydid atau hamzah maka

alifnya tidak dibuang روضاتالن ات ف dalam surat al-Syūrā/42: 22, يػلقأثاما dalam

174

Al-Quran kementerian Agama, h. 215 175

Al-Quran kementerian Agama, h. 285

176

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣāhif ahl al-Amṣār, h. 134-135 177

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣāhif ahl al-Amṣār, h. 149-150

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

58

surat al-Furqān/25: 76.178

Sedangkan dalam penulisan lafaẓ تػرابا al-Dānī sepakat

bahwa setelah ra‟ alifnya harus dibuang kecuali pada tiga tempat pada al-

Ra‟du/13: 5, al-Naml/27: 67, Abasa/80: 40 yang mana dari semua surat tersebut

alif setelah ra‟ dibuang.179

Lafaẓ برازقني dan الس اجدين dua lafaẓ tersebut diambil dari mushaf standar

Indonesia yang mana keduanya tidak mengikuti kaidah sebagaimana telah

dijelaskan oleh al-Dānī dalam kitabnya al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm Mashāhif

ahl al-Amshār bahwa ketika terdapat alif dalam jamak mużakkar salim maka

alifnya harus dibuang, beda halanya dalam Mushaf Pakistan bahwa dari kedua

lafaẓ tersebut kesemuanya mengikuti kaidah al-Dānī dengan membuang alif

setelah huruf ra‟ dan sin.

Pandangan al-Dānī tentang كتابك bahwa lafaẓ tersebut ditulis dengan hażf

alif kecuali di empat tempat, yaitu al-Ra‟d/13: 38, al-Hijr/15: 4, al-Kahfi/18: 27,

al-Naml/27:1180

begitu pula Abū dawūd, bahwa beliau juga sepakat bahwa

penulisan lafaẓ كتابك dengan Hażf alif, begitu pula dengan lafaẓ تػزاور yang mana

semua ulama rasm sepakat bahwa alif setelah za‟ dibuang.181

Ketentuan penulisan lafaẓ لسحراف bahwa menurut al-Dānī bahwa setiap

isim tatsniyah yang rafa‟ dengan alif maka alifnya harus dibuang. dalam

pandangan al-Dānī menggunakan lafaẓ لساحرف yang mengikuti riwayat dari Warsy

Qalūn. Sedangkan pada lafaẓ صالهتم menurut al-Dānī dalam penulisan lafaẓ

tersebut bisa tiga cara, pertama dengan tanpa wawu, sebagian ulama rasm

178

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār, h. 146-147 179

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār, h. 140 180

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār, h. 141 181

Zainal Arifin Madzkur, Perbedaan rasm Usmani (Jakarta; Azza Media, 2018), h. 213

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

59

menulisnya dengan alif, dan ketiga tidak ditulis sama sekali, dalam pendapat yang

kedua merupakan paling banyak digunakan, sedangkan pola yang ketiga paling

sedikit digunakannya.182

Lafaẓ yang menggukan pola yang pertama ditemukan

pada empat tempat yaitu al-Taubat/9: 99 103, Hūd/11: 87, dan al-Mu‟min: 9.

3. Perbandingan Ketidak sesuaian MSI dengan MP dari sepuluh juz ketiga

Begitu pula dalam pembahasan ketiga ini sama halnya dengan bagian

pertama bahwa peneliti membagi pada tiga bagian, bagian Pertama adalah

Ketidak sesuaian MSI dengan Al-Dānī, Kedua Ketidak sesuaian MP dengan al-

Dānī, dan Ketiga Ketidak sesuaian MSI, MP dengan al-Dānī.

Tabel 4.13 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI dengan al-Dānī

No Surat / Ayat MSI MP Al-Dānī

1 Qs. Fātir/35: 38 183عال علم علم

2 Qs. Al-Ahqāf/46: 15 184احسانا احسا احسنا 3 Qs. al-Qalam/68: 49 185تداركو تدركو تدركو 4 Qs. Al-Ma‟ārij/70: 40 186المشارؽ المشرؽ المشرؽ 5 Qs. Al-Balad/90:14 ـ 187اطعا اطعم اطعم

* MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Tabel 4.14 Perbandingan Ketidak sesuaian MP dengan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

1 Qs. Al-Rȗm / 30: 46 188ريح ريح رياح

182

Abȗ Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsȗm

Mashȃhif ahl al-Amshȃr, h. 196 183

Al-Quran kementerian Agama, h. 396 184

Al-Quran kementerian Agama, h. 454 185

Al-Quran kementerian Agama, h. 510 186

Al-Quran kementerian Agama, h. 514 187

Al-Quran kementerian Agama, h. 535 188

Al-Quran kementerian Agama, h. 369

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

60

2 Qs. Luqmȃn / 31: 15 189جهدؾ جهدؾ جاىدؾ * MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Tabel 4.15 Perbandingan Ketidak sesuaian MSI, MP dengan al-Dānī

No Surat/Ayat MSI MP al-Dānī

* MSI : Musahaf Standar Indonesia, MP : Mushaf Pakistan

Lafaẓ رياح dalam MSI mengikuti imam al-Dānī yang mana dengan

membuang alif190

dengan tujuan untuk meringkas, sedangkan dalam MP tetap

dengan menggunakan alif dengan mengikuti qiraat Nāfi‟ atas jama‟.

Ketentuan penulisan lafaẓ تداركو al-Dānī berpendapat bahwa alif setelah

huruf dal harus dibuang dalam hal ini periwayatannya diambil dari riwayat

Abdullah ibn Isa, dari Qalun, dan Nafi‟. Begitu pula pada lafaẓ المشارؽ yang mana

alif setelah Syin harus dibuang juga dengan alasan yang sama.191

Lafaẓ المشارؽ terdapat dalam tiga tempat yaitu al-A‟rāf/7: 137, al-Shāffāt/37: 5, al-Ma‟ārij/70:

40, yang mana dalam MSI kesemuanya dengan membuang alif, sedangkan dalam

MP ada yang membuang alif dan ada pula yang menetapkan alif.

lafaẓ احسانا pada lafaẓ tersebut menurut al-Dānī alif setelah Sin harus

dibuang berdasarkan qiroat kufah,192

sedangkan menurut Muhammad ibn Abdil

wahhab bahwa alifnya harus dibuang dikarenakan diikat oleh oleh adanya huruf

Ha sukun.193

Begitu pula dalam pandangan Abū Dawūd bahwa alif setelah Sin

harus dibuang.

189

Al-Quran kementerian Agama, h. 372 190

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār, h. 127 191

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār h. 131 192

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār, h. 281 193

Abū Amr al-Dānī, Tahqīq hatim Ṣalih al-Damin, al-Muqni‟ fī Ma‟rifati Marsūm

Maṣȃhif ahl al-Amshār, h. 105

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

61

Penulisan lafaẓ ـ menurut al-Dānī dari riwayat Nafi‟ bahwa alif اطعا

setelah „ain harus dibuang. Dalam al-rasm al-Ustmani “Qawā‟iduhū wa bidā‟I al-

I‟jaz fīhi, riwayat al-Warsy dijelaskan bahwa setiap alif yang terletak setelah „ain

maka alifnya wajib dibuang194

.

194

Muhammad ibn Abd Wahab, Al-Rasm al-Utsmānī Qawāiduhū wa bidāi‟e al-I‟jaz fīhi,

h.96

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Rujukan rasm dalam Mushaf al-Quran tidak lepas dari dua imam besar

yaitu Abū Amr Al-Dānī dan Abū Dawūd yang mana beliau selalu menjadi rujukan

utama dalam Standarisasi Mushaf al-Quran. Dalam penelitian ini, Mushaf

Pakistan lebih dominan kesesuaiannya dengan al-Dani daripada Mushaf Standar

Indonesia. Namun bukan berarti Mushaf Standar Indonesia ada yang salah, tetapi

hasil kesepakatan dalam setiap musyawarah ulama Indonesia lebih diutamakan

mengingat masyarakat Indonesia yang tidak pernah lepas dari budaya-budaya

sekitar.

Terlepas dari kesalah pahaman masyarakat Indonesia tentang rasm,

Kementerian Agama Bidang Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran harus lebih

inten lagi dalam mensosialisasikan kepada masyarakat terkait perbedaan rasm

dalam mushaf, sehingga bisa meminimalisir angka ketidakpahaman masyarakat

terhadap rasm.

B. Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian ini, penulis sangat menyadari

bahwa penelitian ini jauh dari kata cukup apalagi sempurna. Sehingga penulis

yakin bahwa penelitian ini meninggalkan banyak kesalahan dan kekurangan di

dalamnya. Karena itu penelitian ini sesungguhnya tidak dapat dikatakan telah

selesai, masih banyak hal yang dapat dikaji dalam penelitian ini lebih dalam lagi.

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

63

Penulis berharap masih ada mahasiswa Ilmu al-Quran dan Tafsir yang

ingin melanjutkan penelitian ini lebih dalam lagi, karena dari enam kaidah ilmu

rasm penelitian ini hanya dicukupkan di kaidah Hażf al-Harf.

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

64

Daftar Pustaka

al-A‟zami, MM. Sejarah Teks Al-Quran dari wahyu sampai Kompliasi. Jakarta

Gema Insan, 2014

Amal, Adnan Taufik. Rekonstruksi sejarah al-Quran. Ciputat, PT Pustaka

Alvabet, 2013

Anshori. Ulumul Quran: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 2014

Arifin, Zaenal. Mengenal Mushaf al-Qur‟an Standar Usmani Indonesia. Jurnal

Suhuf, 2011

Arifin, Zaenal. Kajian Ilmu Rasm Usmani dalam Mushaf Indonesia Jurnal. Suhuf,

Vol. 6, No. 1, 2013

Arifin, Zaenal dkk. Sejarah Penulisan Mushaf al-Quran Standar Indonesia.

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Balitbang, 2013

Arifin, Zaenal. Perbedaan Rasm Usmani Antara Mushaf Satndar Indonesia dan

Mushaf Madinah Saudi Arabia dalam persepktif al-Dani dan Abu Daud.

Disertasi S3 Fakultas Pascasarjana, Uin Syarif Hadayatullah Negeri

Jakarta, 2017

Arifin, Zaenal. Perbeda an rasm Usmani. Jakarta; Azza Media, 2018

B. Sandjaja, Panduan Penelitian. Jakarta : Prestasi Pustaka, 2006

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

65

Beno, Akram. “Rasm al-Quran” di akses di

https://www.academia.edu/37914482/RASM _al_Quran pada tanggal 3

Mei 2019

Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Departemen Agama RI, Mengenal

al-Quran Standar Indonesia. 1994

Barata, Sumardi Surya. Metode Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada, 1998

Chaer, Abdul. Perkenalan Awal Dengan Al-Quran. Jakarta: PT Rineka Cipta,

2014

al-Dānī, Abū Amr Tahqīq hatim Shalih al-Damin, al-Muqni‟ fȋ Ma‟rifati Marsūm

Maṣāhif ahl al-Amṣhār. Bairut: Dār al-Baṣāir al-Islāmiyyah, 2011

Dawūd, Abū. Mukhtaṣār al-Tabyīn li Hijā‟ al-Tanzīl. Saudi Arabia: Mujamma‟

Malik Fahd li Thibaah al-Mushȃf, 1999

Faisal, Sanapiah. Format-Format penelitian Sosial. Jakarta: PT Raja grafindo,

2008

Fathoni, Ahmad. Kaidah Qiraat Tujuh. Jakarta: Darul Ulum Press, jilid II, 2005

Fathoni, Ahmad. “Sejarah Perkembangan Rasm Usmani”. Tesis S2, Sekolah

Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999

Hakim, Abdul. Perbandingan Rasm Mushaf Standar Indonesia, Mushaf Pakistan,

Dan Mushaf Madinah. Jurnal Suhuf, 2017

Hermawan, Acep. Ulumul Quran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2016

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

66

Hisyami. “Penulisan dan Pemberian Tanda Baca Mushaf Standar Indonesia

Cetakan Tahun 2002”. Disertasi S3 Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2008

https://lajnah.kemenag.go.id/artikel/326-mushaf-standar-braille diakses pada

tanggal 23/04/2019

http://arrazifahrudin.blogspot.com/2016/02/mengenal-mushaf-standar-pakistan

_25.html?m=1 di akses pada tanggal 28 April 2019

Kadar M. Yusif. Studi al-Quran. Jakarta : Amzah, 2009

Kartini. Pengantar Metode Penelitian Sosial. Bandung : Bandar Maju, 1996

Marzuki, Kamaluddin. Ulūm al-Qurān. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1992

Mesra, Alimin. Ulumul Quran. Jakarta : Uin Jakarta, 2005

Muhammad ibn Abd Wahāb. Al-Rasm al-Utsmāni Qawāiduhū wa bidāi‟e al-I‟jaz

fīhi. Afrika timur: 2010

Nugraha, Eva. “Kaidah Rasm Utsmani pada Mushaf Standar Indonesia”. Skripsi

S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1995

al-Qaṭṭān Mannā‟. Mabāhits fī Ulūm al-Qurān. Riyad: Mansyūrat al-Hasr wa al-

Hadīts, 1973

al-Qaṭṭān, Manna, Pengantar Studi Ilmu al-Quran. Jakarta : Pustaka al-Kautsar,

2014

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46454/1/ABD. RAHMAN...repository.uinjkt.ac.id

67

al-Qaṭṭān, Manna. Pengantar Studi Ilmu al-Quran. Jakarta: Pustaka al-Kautsar,

2006

al-Ṣālih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu al-Quran. Jakarta: Pustaka Firdaus,1990

Shaleh, Subhi. Mabāhith fi Ulum al-Quran. Bairut: Dār al-Ilm, 1958

Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta CV, 2014

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Quran. Jakarta: PT PrajaGrafindo, 2014

al-Sayūṭī. al-Itqān Fi Ulūm Quran. Beirut : Dar al-Fikr, 1951

al-Suyūṭī. al-Itqān Fī ulūm al-Qurān. Mesir: Mustafā al-Babi al-Halanī, 1973

Sya‟roni, Mazmur. Pedoman Umum Penulisan dan Pentashihan Mushaf al-Quran

dengan Rasm Usmani. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Agama Puslitbang Lektur Agama, 1998/1999

Sya‟rani, Mazmur. “Prinsip-Prinsip Penulisan dalam Al-Quran Standar

Indonesia”. Jurnal Lektur, Vol. 5, No 1, 2007

Syarif, M. Ibnan. Ketika Mushaf Menjadi Indah. Semarang: Aini, 2003

Usman. Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2009