simdos.unud.ac.id · proceedings-seminar nasional seminar nasional pendidikan arsitektur manajemen...
TRANSCRIPT
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
SISTEM EVALUASI DALAM STUDIO TERINTEGRASI
Oleh: Widiastuti
Program Studi Arsitektur - Fakultas Teknik Universitas Udayana Jalan PB Sudirman Denpasar Bali – Indonesia
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Dua tahun sudah kurikulum 2006 Jurusan Arsitektur Unud diterapkan. Kurikulum baru ini menggunakan integrated studio sebagai core kurikulum. Dengan integrated ini semua kompetensi utama diharapkan tercapai dalam satu mata kuliah.
Prinsip utama dari sistem ini adalah menyatukan beberapa multi disiplin yang terkait dalam satu paket mata kuliah untuk mendapatkan hasil yang baik dari aspek-aspek keahlian (skills), pengetahuan (concept), dan sikap (attitude) (Kathyi Lake). Keuntungan dari sistem ini adalah memberikan kemampuan pada mahasiswa untuk memahami keterkaitan dan hubungan antara disisplin terkait dan bekerja berdasarkan keterkaitan tersebut. Namun kekurangannya juga ada yaitu agar sistem ini berjalan dengan baik memerlukan tim yang multi disiplin dan rigid dan memiliki perencanaan personal dan waktu yang jelas.
Keterkaitan dari disiplin-disiplin tersebut diterapkan bukan hanya dalam bentuk perkuliahan dan tuntutan tugas, namun juga pada komponen-komponen evaluasi. Dalam studio yang terintegrasi, kejelasan evaluasi akan membantu memperlancar kegiatan studio dan mendorong keaktifan mahasiswa dan dosen sebagai fasilitator. Kejelasan bukan hanya pada komponen yang dievaluasi, bobot masing-masing komponen tersebut dalam evaluasi, waktu evaluasi tetapi juga siapa yang akan mengevaluasi.
Permasalahan pertama yang sering dihadapi dalam evaluasi adalah penentuan komponen-komponen evaluasi yang menggambarkan terintegrasinya disiplin-disiplin yang dinaungi studio terintegrasi. Dua model telah diuji cobakan pada pelaksanaan studio Arsitektur I Unud dimana masing-masing model memiliki kelemahan dan kelebihannya.
Permasalahan berikutnya adalah perbedaan yang cukup mencolok antara dosen satu dengan yang lain dalam memberikan penilaian atas komponen-komponen evaluasi. Perbedaan tersebut menciptakan ketidak adilan bagi mahasiswa karena terdapat kelompok dosen yang memberikan ”nilai murah” atas kompetensi mahasiswa dan kelompok dosen yang ”mahal” memberikan nilai untuk kompetensi yang sama. Padahal kelompok
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
103III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
mahasiswa yang memperoleh capaian kompetensi tinggi memungkinkan jatuh pada penilaian dosen kelompok mahal dan sebaliknya.
Makalah ini menguraikan beberapa sistem evaluasi yang telah dicoba-terapkan pada Studio Arsitektur I Universitas Udayana periode tahun 2006 dan 2007. Pembahasan akan dilakukan terhadap komponen penilaian, waktu penilaian dan penilai. Termasuk di dalamnya adalah kelebihan dan kekurangan masing-masing model tersebut.
KOMPETENSI ACUAN
Kurikulum Arsitektur Unud 2006 dirancang berdasarkan acuan tingkat kompetensi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang harus dimiliki oleh Arsitek Professional yang dikeluarkan oleh UIA (Union Internationale des Architectes)/UNESCO Charter for Architectureal Education (1996). Dari 37 kompetensi dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu: Kompetensi utama dan Kompetensi komplementer. Kompetensi utama merupakan dasar untuk mencapai kompetensi lulusan; acuan baku minimal mutu penyelenggaraan program studi, berlaku secara nasional dan internasional, lentur dan akomodatif terhadap perubahan yang sangat cepat. Sedang Kompetensi Komplementer adalah bersifat khusus dan gayut dengan kompetensi utama.
Berdasarkan 37 kompetensi ini dapat dijabarkan dalam bentuk mata kuliah-mata kuliah. Contoh kompetensi dan penjabaranya secara terinci dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1 Kompetensi Utama dan Contoh Penjabarannya dalam Mata Kuliah
NO KOMPETENSI CONTOH PENJABARAN PADA MATA KULIAH
1 Keterampilan dasar perancangan Studio ; Metode perancangan
2 Sistem struktur Struktur dan Konstruksi
3 Sistem keamanan bangunan utilitas
4 Sistem selubung bangunan Kota; Permukiman
5 Sistem lingkungan Arsitektur lingkungan
6 Sistem pelayanan Utilitas
7 Intgrasi sistem bangunan Studio
8 Building codes Kota ; Permukiman
9 Bahan bangunan Bahan bangunan
10 Pengembangan perancangan Studio
11 Perancangan terpadu Studio
12 Penyiapan program Teori ; studio
13 Kondisi tapak Perencanaan tapak
14 Pencapaian Utilitas
15 Keterampilan grafis Menggambar Aritektur ; Menggambar teknik; CAD
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
104 III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Tabel 2 Kompetensi Komplementer dan Contoh Penjabarannya dalam Mata Kuliah
NO KOMPETENSI CONTOH PENJABARAN PADA MATA KULIAH
1 Tradisi timur dan barat Sejarah arsitektur
2 Sejarah dan preseden Sejarah ; Teori
3 Tradisi Nasional dan lokal Sejarah ; ATB
4 Kontrak dan Dokumentasi Menpro
5 Konteks legalitas Pranata
6 Ekonomi bangunan dan kontrol Menpro
7 Sistem susunan bentuk Esben
8 Tanggung jawab profesi Etika profesi
9 Konservasi lingkungan Arsitektur lingkungan
10 Keterampilan verbal Komunikasi Arsitektur
11 Keterampilan berfikir kritis Seminar
12 Keterampilan bekerjasama Disebar diberbagai mata kuliah
13 Perilaku Arsitektur Perilaku
Acuan UIA lebih menekankan pada pendidikan yang akan mencetak arsitek profesional, sementara sistem pendidikan S1 Arsitektur di Indonesia yang berdurasi 4 tahun tidak memungkinkan untuk mencapai seluruh kompetensi secara optimal. Wacana pendidikan tambahan untuk mencapai kualifikasi arsitek profesional menjadi salah satu jalan keluar. Dengan demikian pendidikan S1 Arsitektur, setidaknya menanamkan dasar-dasar minimal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dibidang arsitektur untuk siap dikembangkan lebih lanjut, baik ke arah pengembangan profesional maupun dalam pengembangan pengetahuan arsitektur dan bidang lain yang gayut.
Selain acuan dari UIA, Kurikulum 2006 memperhatikan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia N° 232/U/2000 tentang “Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa”, juga Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia N° 045/U/2002 tentang “Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi”.
KOMPETENSI LULUSAN JURUSAN ARSITEKTUR UNUD YANG DIHARAPKAN
Lulusan pendidikan tingkat sarjana pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana memiliki tingkat kompetensi yang harus dicapai yaitu pengetahuan dan kompetensi dasar (basic knowledge and competence). Dengan pengetahuan dan kompetensi tersebut lulusan dapat berpraktek arsitektur dalam posisi setara dengan Pembantu Arsitek. (Jurusan Arsitektur, 2005)
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
105III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Kompetensi dasar tersebut meliputi:
1. Area kompetensi komunikasi efektif: menggunakan ketrampilan komunikasi yang baik (grafis, verbal-tertulis, oral- non verbal, dan mendengar dengan konsentrasi) yang dikembangkan berdasarkan paradigma komunikasi ilmiah untuk membantu pengelolaan lingkungan binaan serta kerja sama yang produktif dengan pemilik proyek, masyarakat, pemerintah, sejawat dan profesi terkait.
2. Area kompetensi ketrampilan dasar perancangan arsitektur dan lingkungan binaan : menggambar dan merancang arsitektur dan lingkungan binaan secara baik, benar dan kontekstual serta memahami secara komprehensif berbagai kasus dalam perancangan arsitektur dan lingkungan binaan.
3. Area kompetensi penerapan dasar ilmu rancang bangun dalam praktek perancangan dan perlestarian lingkungan binaan: menjelaskan masalah kearsitekturan berdasarkan pengertian ilmu perancangan secara komprehensif, menyusun dokumen rancangan termasuk rencana anggaran biaya dan komponen lain dalam pembangunan proyek berdasarkan perhitungan yang tepat, melakukan pengawasan pelaksanaan pembangunan fisik.
4. Area kompetensi pengelolaan masalah kearsitekturan pada individu, keluarga dan masyarakat: menganalisis dan memecahkan masalah kearsitekturan dan lingkungan binaan yang terjadi baik yang terjadi pada individu, keluarga maupun masyarakat secara komprehensif, holistik, berkesinambungan serta kerja sama; mengelola masalah kearsitekturan dan lingkungan binaan melalui ketrampilan manajemen pengelolaan bangunan dan lingkungan untuk menjamin hasil yang maksiman
5. Area kompetensi mengakses, menilai secara kritis kesahihan dan mengelola informasi: mengakses, menilai secara kritis kesahihan dan kemampu-terapan, mengelola informasi untuk menjelaskan dan memecahkan masalah, atau mengambil keputusan dalam kaitan dengan pengelolaan lingkungan binaan.
6. Area kompetensi mawas diri dan belajar sepanjang hayat: melakukan praktek perancangan dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan keterbatasannya, menghadapi dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan kearsitekturan yang mempengaruhi keberlanjutan lingkungan binaan sekitarnya.
7. Area kompetensi etika, moral dan profesionalisme dalam praktik: menjunjung tinggi profesionalisme, moral dan etika dalam praktek kearsitekturan dan pengelolaan lingkungan binaan serta menghargai nilai-nilai lokal yang berkait dengan tata bangunan dan tata ruang.
Berdasarkan kompetensi acuan dan kompetensi dasar tersebut di atas, Kurikulum Arsitektur UNUD 2006 disusun dengan kekhasan dibanding dengan kurikulum sebelumnya. Studio Arsitektur (SA) dijadikan sebagai inti (core comptence) pendidikan
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
106 III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
107III-
di Arsitektur diramu dalam bentuk paket terpadu (integrated) berbagai pengetahuan yang dibuat berjenjang berdasarkan tingkat kompleksitasnya yang meliputi : 1. Konteks1 : dalam skala ruang (tunggal, komunitas, lingkungan, kota). 2. Aspek keteknikan : struktur, sains teknologi (bahan, utilitas, fisika) 3. Metodologi : konvensional, temporer 4. Komunikasi : manual, digital. 5. Perilaku : meniru, mencipta, motorik - knowledge 6. Muatan lokal : tangible –intangible, konkrit- abstrak (simbolik)
Artinya, setiap jenjang SA, ke enam elemen diatas HARUS ada, dengan tingkat gradasi yang berbeda, makin ke atas tingkat kompleksitasnya semakin tinggi (Lihat Tabel 3).
1 Adalah kombinasi pertimbangan faktor-faktor fisik lingkungan (fisiografis) dengan lingkungan social (budaya, politik, ekonomi, moral, estetik).
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
108 III-
Digital
Tabel 3 Tingkat Kompleksitas pada Setiap Studio Arsitektur
N° Kompleksitas Studio Arsitektur1 Studio Arsitektur 2 Studio Arsitektur 3 Studio Arsitektur4 Studio Arsitektur 5 1 Konteks Massa tunggal,
lahan ideal
Bangunan
sederhana
Komunitas, massa
jamak
Site Force Lingkungan,
building code
High Rise
Building
Simbolisme dan
filosofis
Bangunan
bentang lebar
Kota Kawasan
Terpadu
2 Keteknikan Konstruksi
bangunan
sederhana
Penghawaan
Alami,
pencahayaan
alami dan
buatan
Konstruksi middle
rise
Penghawaan
Pengolahan
potensi tapak
Struktur lantai
banyak, bahan
beton dan baja
Mekanikal dan
elektrikal
Struktur bentang lebar, bahan
bangunan non konvensional,
mekanikal dan elektrikal kompleks
Sistem struktur
kreatif, bahan
bangunan yang
sesuai, utilitas
kota
Aturan tata
kota, perda
lokal
3 Metode Konvensional, given Konvensional, given Konvensional, pemrograman Preseden, futuristik Temporer Tematik
4 Komunikasi Manual, oral Manual,
Deskripsii
Digital Manual,
Deskripsii
Digital Oral, Deskripsii Digital Oral Deskripsii
Skill (70%), motorik (30%) 5 Perilaku Skill (30%), motorik (70%) Skill (40%), motorik (60%) Skill (50%), motorik (50%) Skill (60%), motorik (40%)
6 Ciri etnik Tangible, konkrit Tangible, konkrit Intangibel, abstrak Intangibel, abstrak Bebas
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
KOMPETESI YANG DIHARAPKAN PADA STUDIO ARSITEKTUR I
Deskripsi Mata Kuliah Studio Arsitektur I:
Pembentukan kemampuan dasar merancang karya arsitektur sederhana dengan materi:
Merancang unsur-unsur elementer bangunan (lantai, kolom, dinding, bukaan, langit-langit, atap) pembentuk ruang dan order pada sebuah bangunan sederhana dengan fungsi tunggal.
Memahami fungsi ruang individu, berbagai macam suasana ruang, dan aspek yang mempengaruhinya.
Ditekankan pada aspek pemahaman ruang dalam arti luas (spatial) dan proses merancang.
Metoda merancang menggunakan metoda sistematik/konvensional, pendekatan dari dalam (aktivitas, antropometrik dan ergonomik).
Aspek keteknikan :memahami konstruksi bangunan bentang kecil baik struktur (aplikasi pembebanan, momen dan penyalurannya) maupun konstruksi (detail hubungan antar elemen bangunan, detail sambungan berdasarkan bahan bangunan yang digunakan).
Sistem utilitas: pemahaman sistem utilitas alami (penerangan dan penghawaan). Sistem keamanan bangunan pasif. Estetika : mengaplikasikan berbagai teori proporsi, teori keindahan,skala, teksture
dan ornamen etnik yang bersifat tangibel. Keterampilan grafis : mampu mengaplikasikan berbagai media grafis (pensil, spidol,
water color, dsb) baik dengan menggunakan tangan bebas maupun menggunakan menggunakan alat.
Kompetensi yang diharapkan : 1. Keterampilan dasar perancangan: Memahami dan mampu merancang bangunan
sederhana melalui kreatifitas penyusunan unsur-unsur elementer pembentuk ruang dan bangunan (lantai, kolom, dinding, bukaan, langit-langit, atap)
2. Penyiapan program: Mampu mentransformasikan program yang diberikan TOR ke dalam rancangan sederhana
3. Sistem struktur: Memahami dan mempu merancang sistem struktur dan konstruksi bangunan lantai I, bentang kecil dan bentuk sederhana (< 10 m)
4. Sistem pelayanan (utilitas): Memahami dan mampu merancang penerangan dan penghawaan alami dalam bangunan
5. Bahan bangunan: Mampu memahami karakter bahan bangunan alami, kayu, batu bata
6. Sistem keamanan bangunan: Memahami dan mampu merancang sistem keamanan bangunan pasif
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
109III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
7. Sistem aksesibilitas: Memahami dan mampu merancang sistem pencapaian dan
pergerakan manusia 8. Sistem selubung bangunan: Mampu menerapkan teori-teori estetika bangunan
sederhana (proporsi, skala, ornamen) 9. Building codes: Pemahaman sederhana building codes pada perancangan rumah
tinggal 10. Kondisi tapak: Pemahaman syarat-syarat panataan tapak sederhana dan ideal 11. Metode perancangan: Memahami pendekatan perancangan dari dalam (aktivitas)
secara sistematis 12. Keterampilan grafis: Mampu menggunakan berbagai media grafis (pensil, spidol,
water color, dsb)
RANCANGAN EVALUASI STUDIO ARSITEKTUR I TAHUN 2006
Prinsip-prinsip penilaian:
1. Setiap klaster adalah satu unit yang independen.
2. Setiap klaster dikelola oleh tiga dosen dengan masing-masing tanggung jawab dalam aspek-aspek: arsitektur, Struktur dan Utilitas yaitu :
a. Arsitektur dengan penekanan kompetensi: Keterampilan dasar perancangan, penyiapan program, sistem selubung bangunan, building codes, kondisi tapak, metode perancangan sederhana, ketrampilan grafis.
b. Struktur dan Konstruksi dengan penekanan kompetensi: sistem struktur, sistem konstruksi, bahan bangunan.
c. Utilitas dengan penekanan kompetensi: sistem pelayanan, sistem keamanan bangunan pasif, sistem aksesibilitas.
3. Penilaian dilakukan setiap pertemuan dengan bobot masing-masing sama untuk setiap aspek.
4. Penilaian menekankan pada proses. Bukan hanya pada hasil.
5. Setiap pertemuan dosen memberikan nilai diakhir pertemuan dengan nilai kompetensi dan nilai angka kompetenti (lihat tabel).
6. Mahasiswa memperbaiki pekerjaannya dirumah untuk mendapatkan nilai perbaikan.
7. Nilai perbaikan diberikan oleh dosen pada pertemuan berikutnya setelah mahasiswa memberikan tugas perbaikan. Nilai ini merupakan nilai akhir dari pertemuan tersebut.
8. Nilai tiap pertemuan berupa angka. Nilai akhir merupakan jumlah nilai keseluruhan dibagi jumlah pertemuan. Nilai akhir ini akan ditransformasi dalam bentuk huruf dengan interval nilai sebagai berikut.
9. Nilai akhir ditentukan oleh tim pengajar dalam klaster yang telah ditentukan.
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
110 III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
111III-
10. Bila dalam satu klaster terdapat mahasiswa yang beberapa kompetensinya tidak memenuhi syarat maka mahasiswa tersebut harus memperbaiki kompetensi tersebut selama tenggang waktu dengan semester berikutnya (remidi) dibawah bimbingan dosen yang memberi nilai pada kompetensi tersebut.
0. Bila dalam satu klaster terdapat mahasiswa yang beberapa kompetensinya tidak memenuhi syarat maka mahasiswa tersebut harus memperbaiki kompetensi tersebut selama tenggang waktu dengan semester berikutnya (remidi) dibawah bimbingan dosen yang memberi nilai pada kompetensi tersebut.
11. Perbaikan dilakukan sampai kompetensi yang diinginkan tercapai yang ditunjukkan dengan kartu penilaian perbaikan dari dosen tersebut.
11. Perbaikan dilakukan sampai kompetensi yang diinginkan tercapai yang ditunjukkan dengan kartu penilaian perbaikan dari dosen tersebut.
PROSES PENILAIAN PROSES PENILAIAN
NILAI PERTEMUAN NILAI PERTEMUAN NILAI AKHIR NILAI AKHIR Nilai Kompetensi Nilai Angka
Kompetensi Nilai huruf
Nilai Angka Poin nilai
A. Sangat Memenuhi 81-100 A 80 4,00 75-80 B+ 75 ke atas 3,50 B. Memenuhi 66-74 B 70 s.d. 74 3 60- 65 C+ 65 s.d. 69 2,50 C. Cukup Memenuhi 55-59 C 60 s.d. 64 2
D. Kurang memenuhi 40-54 D 55 s.d. 59 1 E. Tidak memenuhi <40 E 50 s.d. 54 0
PER
TEM
UA
N I
PRESENTASI & DISKUSI
KULIAH
NILAI I
KERJA
Take home
PERBAIKAN TUGAS
NILAI PERBAIKAN NILAI I FINAL
Kompetensi belum terpenuhi
Kompetensi terpenuhi
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Tabel 4. Contoh lembar penilaian Studio Arsitektur I Tahun 2006 PERTEMUAN II
TARGET TUGAS : DENAH NILAI AWAL NILAI PERBAIKAN KOMPETENSI YANG DINILAI
KOMPETENSI NILAI
(ANGKA)
BOBOT NILAI
ANGKA
KOMPE-
TENSI
NILAI
(ANGKA)
BOBOT NILAI
ANGKA
1. Metoda Perancangan Sederhana (5%) 5% 5%
2. Penyiapan program(10%)
a. Menentukan fungsi
b. Menentukan civitas
c. Menentukan aktifitas
d. Menentukan kebutuhan ruang
Given
0
0
0
0
0
0
0
e. Menentukan besaran ruang 5% 5%
f. Menentukan persyaratan ruang 5% 5%
3.Tapak:Menganalisis tapak sederhana 5% 5%
4. Ketrampilan dasar perancangan(40%)
a. Menentukan bentuk massa 10% 10%
b. Transformasi program pada rancangan 20% 20%
c. Sintesa tapak (bentuk, sirkulasi, leveling) 10% 10%
5. Ketrampilan Grafis (20%)
a. Proyeksi 5% 5%
b. Notasi-notasi 5% 5%
c. Kemahiran menggunakan media 5% 5%
d. Teknik Rendering 5% 5%
6. Struktur dan Konstruksi(15%)
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
112 III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
113III-
a. Aplikasi Sistem Struktur 5% 5%
b. Elemen Struktur (Kolom/rangka umum, dinding,
dinding dg. Perkuatan)
5% 5%
c. Prinsip Penggunaan Bahan 5% 5%
7. Utilitas : Luas Bukaan (5%) 5% 5%
Total Nilai
Dinilai di : Dinilai di :
Tanggal : Tanggal
Attitude: *) Coret yang tidak perlu
1. Kelakuan : (Baik/Cukup/Kurang)*
2. Kedisiplinan : (Baik/Cukup/Kurang)*
3. Kerapian : (Baik/Cukup/Kurang)* Dosen Penilai : Dosen Penilai :
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
RANCANGAN EVALUASI STUDIO ARSITEKTUR I TAHUN 2007
Pada dasarnya evaluasi untuk Studio Arsitektur I tahun 2007 ini tidak dirancangan pada awal perkuliahan dalam bentuk panduan yang jelas. Bentuk evaluasi dirancang pada saat proses berlangsung dengan pertimbangan pengalaman pelaksanaan Studio Arsitektur I Tahun 2006 serta melihat perkembangan pelaksanaan mata kuliah ini.
Kompetensi yang ditetapkan adalah mengikuti buku panduan Kurikulum Jurusan Arsitektur tahun 2006. Namun dalam format penilaian kompetensi tersebut tidak nampak dengan jelas (Lihat Tabel 5).
Tabel 5 Contoh Lembar Evaluasi Studio Arsitektur I Tahun 2007
No Target Substansi Kualitas
Grafis
Kemampuan
Verbal
Kelengkapan Bobot Nilai
1 Program Ruang
2 Analisis Tapak
3 Konsep
Perencanaan
Tapak
4 Konsep
Perancangan
Bangunan
5 Transformasi
(Sketsa Ide)
6 Pra Rancangan
Site Plan
Lay Out Plan
Denah
Tampak
Potongan
Perspektif
7 Rencana
8 Detail
Jenis evaluasi adalah evaluasi kluster dan evaluasi kelas. Evaluasi klaster dilakukan oleh pembimbing klaster dan evaluasi kelas dilakukan dalam dua tahap yaitu pada tahap programming sampai skematik. Pelaksanaan evaluasi klaster dilakukan dalam bentuk bimbingan di tiap pertemuan. Evaluasi juga dilakukan dalam bentuk pameran-pameran hasil karya mahasiswa yang dilakukan dua kali dalam satu semester.
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
114 III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Evaluasi sebagai salah satu proses dalam manajemen studio sering merupakan masalah yang krusial dari penyelenggaraan perkuliahan. Kompleksitas mata kuliah studio menjadikan evaluasi ini sebagai hal yang rumit untuk diselesaikan.
Perbedaan sistem evaluasi Studio Arsitektur di Jurusan Arsitektur Unud pada dua periode tersebut diatas menunjukkan kerumitan permasalahan yang harus diselesaikan. Terdapat kekurangan dan kelebihan pada masing-masing sistem evaluasi yang diterapkan.
Kelebihan dari sistem evaluasi Studio Arsitektur I tahun 2006 adalah perencanaan yang sudah dilakukan di awal perkuliahan sehingga baik mahasiswa maupun pembimbing mengetahui dengan jelas kapan dan apa yang akan dievaluasi. Kejelasan macam kompetensi pada setiap pertemuan juga menggambarkan kompetensi yang dituntut tiap tahap dan menggambarkan juga terintegrasinya beberapa disiplin dalam tiap tahap. Kelebihan lain adalah keterlibatan dosen klaster yang sangat tinggi sehingga perkembangan mahasiswa dapat diamati dengan baik.
Kelemahan dari sistem evaluasi ini adalah rumitnya sistem penilaian yang menyebabkan dosen merasa kerepotan dalam memberikan evaluasi. Dengan total jumlah pertemuan sebanyak 45 kali, dosen merasa terlalu banyak waktu yang harus diluangkan oleh dosen untuk melakukan evaluasi rutin di setiap pertemuan. Kelemahan lain adalah terlalu besarnya otonomi dosen klaster sehingga kesenjangan antara satu klaster dengan klaster lainnya tidak terhindarkan. Masih terdapatnya kelompok dosen yang”mahal” memberikan nilai atas kompetensi mahasiswa dan kelompok dosen yang “murah” ditambah dengan kuatnya otonomi dosen klaster menciptakan kesenjangan tersebut makin nyata.
Kelebihan dari pelaksanaan evaluasi Studio Arsitektur I Tahun 2007 adalah kesenjangan nilai antar kelas dapat diminimalisir. Hal itu dapat terjadi berkat kalibrasi yang dilakukan dalam dua tahap. Kelebihan lain dari sistem ini adalah efisiensi pelaksanaan evaluasi yang dirasakan dosen karena dilakukan dalam dua tahap sehingga waktu yang diluangkan praktis tidak banyak. Selain itu rekap evaluasi yang dilakukan dengan baik pada akhir penilaian menjanjikan penilaian yang lebih akurat.
Kekurangannya adalah otonomi dosen klaster dalam memberikan evaluasi kepada mahasiswa bimbingannya diminimalisir sehingga tingkat perkembangan kemampuan mahasiswa tidak sepenuhnya dapat diamati dengan baik. Kekurangan lain adalah tidak tersosialisasinya aspek-aspek yang dinilai mulai awal perkuliahan menyebabkan baik mahasiswa maupun dosen tidak siap dengan evaluasi tersebut. Evaluasi yang hanya menilai produk dan bukan jenis kompetensi dari tiap produk menunjukkan sistem evaluasi ini belum terintegrated. SIMPULAN : KESEIMBANGAN ANTARA KELAS DAN KLASTER, ANTARA KOMPETENSI DAN PRODUK
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
115III-
PROCEEDINGS-SEMINAR NASIONAL Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur MANAJEMEN STUDIO Menuju Dunia Arsitektur Profesional
Denpasar, 9-10 Pebruari 2008
Perencanaan sistem evaluasi yang matang merupakan hal perlu dilakukan untuk mendapat kejelasan bagi dosen dan mahasiswa akan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Untuk pengelola perkuliahan harus mempersiapk dokumen-dokumen evaluasi (raport) sebelum perkuliahan berlangsung.
Keseimbangan peran dosen klaster dan dosen kelas dalam proses evaluasi perlu dipertimbangkan sehingga proses pembimbingan dapat bermanfaat dan perkembangan mahasiswa dapat dilakukan dengan baik sekaligus mengurangi kesenjangan penilaian antar dosen.
Pemuatan kompetensi dalam tiap produk perlu dilakukan untuk memberikan kejelasan kompetensi yang dituntut tiap tahap pelaksanaan studio. Selain itu konsistensi integrated studio tetap harus dipegang sehingga tuduhan “nama beda isi sama’ dari beberap dosen tidak terbukti. DAFTAR BACAAN Arsitektur UNUD, Kurikulum Arsitektur 2005
Arsitektur ITB, Kurikulum ITB 2005
Lake, Kathy, Integrated Curriculum, http://www.nwrel.org/scpd/sirs/8/c016.html
Paturusi, Syamsul Alam, Integrated Curriculum: Kaji Banding dari Kurikulum
Terintegrasi Arsitektur UNUD, Lokakarya Kurikulum Berbasis Kompetensi
Melalui Pembuatan GBPP, SAP dan Handout Standar Program Studi Pariwisata
UNUD, 8 Desember 2007
Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Udayana
116 III-