repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45368/2/yulianto...

125
PELAKSANAAN HABITUAL CURRICULUM (HC) DALAM MEMBINA HAFALAN AL-QUR’AN SISWA DI MADRASAH ALIYAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA SKIRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) OLEH: YULIANTO NUGROHO NIM. 11112011000026 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1440 H

Upload: trinhlien

Post on 14-Aug-2019

229 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PELAKSANAAN HABITUAL CURRICULUM (HC) DALAM

MEMBINA HAFALAN AL-QUR’AN SISWA DI MADRASAH ALIYAH

PEMBANGUNAN UIN JAKARTA

SKIRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan (S.Pd)

OLEH:

YULIANTO NUGROHO

NIM. 11112011000026

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2019 M/1440 H

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

PELAKSANAAN HAFALAN SURAT… SURAT PILIHANDALAM AL…QUR'AN YANG TERDAPAT PADA KEGIATAN

HABITUAL CURRICULUPI DI MADRASAⅡ ALIYAHPEMBANGUNAN I「IN JAKARTA '

Skripsi

Dittukan kepada Fakultas 1lmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Mclnenuhi

Persyaratan Mcncapai Gelar Sttal■ a Pendidikan(S.Pの

Oleh:

Yulianto Nugroho

NIPII.111201100026

Menycttui,

Dosell Pembilnbing SIcipsi

NIP。 197105121996032002

JURUSAN PENDIDIKAN AGAⅣ 眈 ISLAⅣI

FAKULTASILⅣ IU TARBIYAⅡ DAN KEGURUAN

UNIVERSITASISLAM NEGERISYARIF ⅡIDAYATULLAⅡ

JAKARTA

2019Ⅳ1/1440H

LEⅣIBAR PENGESAHAN PEⅣ IBIⅣIBING SKRIPSI

Skripsi yang beq'udul "Pelaksanaan Hafalan Surat-Surat Pilihan Dalam

Al-Qur'an Yang Terdapat Pada Kegiatan Habitual Curriulum Di

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta." Disusun oleh Yulianto

Nugroho NIM. 1112011000026, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah

yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang

ditetapkan oleh fakultas.

Jakarla, Apr1l20l9

Yang mengesahkan,

Pembimbing

ヨ[env Narendranv Ⅱidavati,ⅣI.Pd

NIP。 197105121996032002

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Slaipsi berjuclul "Pelalisnnaan Ilafrlan Surat-Surat Pilihan Dalam .\l-Qur'au vang Tcrrirpat Parlr

i{egiltan Hsbitutl Cttn'iculutrt Srsrlc Drf }ludrustlr,4lii'ulr Pctttburtguttcn L,IIN Jukut'lu" clisiisr-rn olch

Yulianto Nugroho Nomor I-uduk \4ahasisrva 1112011000026, diajukan kepacla Fakulras llruu Tarbirvah

dan Keguruan UIN Syarif Flclairatullah Jakarta clan dinyatakan lr-rlus clalarl Ujian Nlunrclasah pada

tan-rrgal 29 April 201,9 cli hadapan dervan penguji. Karela itr.i, pen,.rlis berhak mempeloleli gclar saljana S 1

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 29 Apil2019

Panitia Ujian N'Ir-rnaclasah

Kettla Panda(Kctua Jurusan/Prodi)

Dr.H.Abdul Malid Khono M.Ag.NIP.195807071987031005

Sehetaris(SCkretaris Jurusan/Prodi)

M〔arhamah Saleh.Ⅱ i.Lc.M.A.NIP.197203132008012010

Pcngu」 lI

Dr.Sapiudin Shidio.Ⅳ l.A

NIP.196703282000031001

PcnguJl Ⅱ

Yudhi Mllnadi.Ⅳl.Ag

NIP.197012031998031003

77トワ

役古「.製

Tarbiyah dan Keguruan

Tanda Tanqan

Mengetahui,

191998032001

KEPIENTERIAN ACAPIAUIN JAnRTAFITKJr fl圧 ヵα〃

`M,ガC,“″rf5ィ′2Jjlめ ″

“′

FORM(FDNO DOkumcn i FITK‐ FR‐AKD-089

Tgl Tcrb士 : l NIarct 2010

No Rc宙 si : 01Hal

SURAT PERNYATAAN KARIrA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama

TempaUTgl.Lahir

NTM

Jurusan / Prodi

Judul Skripsi

:Yulianto Nugroho

:Jakarta,08 Juli 1994

:1112011000026

:Pen土dikall Agama lslam

i Pelよsanaan Habitllal Cllrriculum Dalamヽ 〔embina

Hafalan Al― Qw'an siswa di MA Pel■ ballgllnall■「IN

Jakarta.

:Heny Narendrany Hidayati,M.Pd

NI]P.197105121996032002

Dosen Pernbirnbirg

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akadernis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakrarta)1 5 Ftpri1 20]9

Mahasiswa Ybs

nllallto Nurollo

NIM.1112011000026

\F

i

ABSTRAK

Yulianto Nugroho (NIM 1112011000026). Pelaksanaan Hafalan Surat-Surat

Pilihan Dalam Al-Qur’an Yang Terdapat Pada Kegiatan Habitual

Curriculum Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan aktivitas belajar-mengajar

tentang pelajaran Islam. Termasuk didalamnya yaitu kegiatan Habitual

Curriculum (HC) yang terfokus dalam Hafalan Al-Qr’an. Penelitian ini bertujuan

untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Hafalan Al-Qur’an yang terdapat di kegiatan

HC dalam Pembinaan Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini pun menggunakan pendekatan kualitatif

melalui Deskriptif Kualitatif.

Hasil penelitian ini diperoleh melalui obeservasi, wawancara, angket/kuesioner,

dokumentasi dan triangulasi dengan menunjukkan bahwa pelaksanaan habiual

curriculum dalam membina hafalan Al-Qur’an siswa di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta ini telah dilaksanakan dengan baik. Sesuai dengan

capaian yang ditetapkan sekolah yaitu siswa dapat meningkatkan potensi dalam

menghafal Al-Qur’an. Materi yang disampaikan oleh pembimbing HC inipun

berbeda-beda, disesuaikan dengan kelompok atau tingkatan kemampuan siswa-

siswi dalam belajar. Kegiatan pembinaan Hafalan Al-Qur’an yang terdapat di

kegiatan HC ini menggunakan metode menyetor dan muroja’ah, dengan aspek

penilaian guru pembimbing mulai dari Makharijul huruf, tajwid sampai penulisan

yang baik. Sekolah menyediakan berbagai fasilitas dalam berlangsungnya

kegiatan Hafalan Al-Qur’an yang terdapat di kegiatan HC ini dan mengadakan

Evaluasi kegiatan HC yang diadakan tiap UTS dan UAS. Pencapaian keberhasilan

peserta didik dalam kegiatan pembinaan Hafalan Al-Qur’an di MA Pembangunan

UIN Jakarta ini sudah berjalan dengan baik

Kata Kunci: Hafalan Al-Qur’an, Proses Pembinaan, Metode, Habitual

Curriculum

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil’alamin. Puja dan puji serta syukur kehadirat Allah

Subhanahuu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya

kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan

judul “Pelaksanaan Hafalan Surat-Surat Pilihan Dalam Al-Qur’an Yang Terdapat

Pada Kegiatan Habitual Curriculum Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada

Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus

ikhlas dan rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Sururin, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Dr. H. Abdul Majid Khan, M.Ag., dan Hj. Marhamah Saleh, Lc. M.A.,

selaku Ketua Jurusan dan Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Heny Narendrany Hidayati, M.Pd., selaku dosen pembimbing Skripsi yang

telah memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, serta saran dengan

penuh keikhlasan dan kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.

4. Drs. Achmad Gholib,M.A selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan, waktu, motivasi, dan semangat kepada penulis

selama perkuliahan berlangsung.

5. Seluruh Dosen dan Staff Jurusan Pendidikan Agama Islam FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmu kepada

penulis selama penulis menjadi mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Al-Habib Nabil Bin Ridho Al-Habsyi, selaku Pimpinan Majlis Burdah

Miftahussalamah Ciawi-Bogor, guru tercinta yang senantiasa memberikan

iii

doa, ilmu, motivasi dan saran dengan penuh keikhlasan kepada saya sampai

saat ini.

7. Zakaria, M.A. selaku kepala sekolah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta yang telah mengizinkan dan memberi kesempatan kepada penulis

untuk melaksanakan penelitian.

8. Bapak dan Ibu Guru MA Pembangunan UIN Jakarta yang telah membantu

peneliti selama melakukan penelitian.

9. Ayah (Irwan) dan Ibu (Sri Murniati) tercinta yang senantiasa memberikan

do’a, dukungan, semangat, motivasi, dan segala sesuatu yang penulis

butuhkan dari pertama kali masuk sekolah sampai sekarang.

10. Dede Tiara Rachmawaty, S.Pd seseorang yang “istimewa dan luar biasa”

senantiasa membantu penulis dalam keadaan apapun. Doa, motivasi, saran,

ucapan dukunngan dan semangat pun selalu terucap dari dirinya. Mulai dari

start sampai finish proses penulisan skripsi dia yang selalu menemani, baik

dalam keadaan suka maupun duka.

11. Dhea Izzati Farhani, S.Pd., Feby Yustianingsih, S.Pd., Fikri Abdul Basith,

S.Pd, Achmad As’ad, S.Pd, dan Errico Glenn teman seperbimbingan yang

berjuang bersama, berkeluh kesah bersama, sharing, dan juga saling

memberikan motivasi satu sama lain.

12. Teman-teman Pendidikan Agama Islam angkatan 2012 khusunya untuk

“KANCA” (kelas C) yang saling memberikan motivasi dan semangat dalam

menyelesaikan skripsi.

13. Teman-teman “Kosan Ciputat” (Sayyidina Luthfi Rachman, Yunus Yazid,

Mohamad Rusdiansyah, Achmad Karim Amirullah, Hermawan, M. Nuruddin

Akbar) yang selalu berbagi pengalaman hidup dan dukungan serta motivasi

dalam menyelesaikan skripsi.

14. Teman-teman “Majlis Burdah” tiap awal bulan malam selasa, yang telah

memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.

15. Serta semua pihak yang tidak penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu penyelesaian skripsi ini.

iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan, kritik, dan

saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi

ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai calon pendidik dan secara umum

bagi pemberdayaan dan peningkatan pendidikan berkualitas untuk generasi masa

depan. Aamiin.

Jakarta, 26 April 2019

Penulis

v

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQASAH

LEMBAR KARYA SENDIRI

ABSTRAK ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 11

C. Fokus Penilitian ................................................................................. 11

D. Perumusan Masalah .......................................................................... 12

E. Tujuan Penilitian ............................................................................... 12

F. Manfaat Penilitian .............................................................................. 12

BAB II KAJIAN TEORITIS ...................................................................... 14

A. Menghafal Al-Qur’an ........................................................................ 14

1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an ............................................... 14

2. Hukum Menghafal Al-Qur’an ...................................................... 15

3. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an .............................................. 19

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal al-Qur’an .......... 20

5. Metode Menghafal Al-Qur’an ..................................................... 22

6. Pembinaan Hafalan Al-Qur’an..................................................... 24

7. Guru dan Peserta Didik Tahfidz .................................................. 25

8. Evaluasi Pembinaan Tahfidz Al-Qur’an ...................................... 27

9. Pelaksanaan Membina Tahfidz Al-Qur’an .................................. 28

B. Habitual Curriculum ......................................................................... 29

1. Pengertian Kurikulum .................................................................. 29

2. Peranan Kurikulum ..................................................................... 33

3. Pengertian Hidden Kurikulum ..................................................... 34

vi

4. Pengertian Habitual Curriculum .................................................. 36

5. Implementasi Pelaksanaan Habitual Curriculum dalam Membina

Tahfidz Al-Qur’an ....................................................................... 37

C. Hasil Penilitian Relevan ..................................................................... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 40

A. Tempat Dan Waktu Penelitian .......................................................... 40

B. Metode Penelitian ............................................................................. 40

C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 41

D. Instrumen Penelitan ........................................................................... 42

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 46

F. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data ................................ 50

G. Teknik Analisis Data ......................................................................... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 53

A. Deskripsi Data ................................................................................... 53

B. Pembahasan ....................................................................................... 76

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 85

A. Kesimpulan ....................................................................................... 85

B. Saran ................................................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 87

LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................... 90

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar hasil observasi ............................................................... 92

Lampiran 2 Lembar hasil wawancara ............................................................ 101

Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen penelitian .................................................... 115

Lampiran 4 Instrumen penelitian ................................................................... 120

Lampiran 5 Kuesioner penelitian .................................................................... 123

Lampiran 5 Dokumentasi foto kegiatan ......................................................... 131

Lampiran 6 Surat Izin Observasi ................................................................... 133

Lampiran 7 Surat Izin Bimbingan Skripsi ...................................................... 134

vii

Lampiran 8 Surat izin penelitian .................................................................... 135

Lampiran 9 Surat keterangan telah melaksanakan penelitian ........................ 136

Lampiran 10 Lembar uji referensi ................................................................... 137

Lampairan 11 Biodata Penulis ............................................................................ 144

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi masyarakat

untuk belajar dan memperoleh pengetahuan. Dewasa ini pendidikan telah

menjadi kebutuhan primer bagi setiap manusia, dalam mempertahankan

dan melangsukan kehidupanya. Pendidikan merupakan salah satu faktor

penting dalam membentuk generasi penerus bangsa. Maju dan

berkembangnya suatu bangsa dilihat dari pendidikannya. Bangsa yang

maju adalah bangsa yang mampu mencetak generasi unggul dan

berakhlaku karimah. “Pendidikan merupakan proses pengubahan proses

dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan

manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.1

Adapun pendidikan menurut Undang-Undang tentang sistem

pendidikan nasional No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 “usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar setiap peserta didik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.2

Dalam mewujudkan cita-cita kecerdasan kehidupan bangsa, sejalan

dengan visi dan misi pendidikan nasional Kemendiknas, Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan memiliki visi 2025 untuk menghasilkan Insan

Indonesia cerdas dan kompepetitif (insan kamil/insan paripurna). “Insan

1. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group,2011), h.08 2. Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 , Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2005), h.10

2

Indonesia adalah insan yang cerdas komprehensif, yaitu cerdas spiritual,

cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual, dan cerdas kinestetis.3

Selain itu juga menurut Undang-Undang No.20 pasal 5 ayat 4

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menegaskan bahwa

“Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa

berhak memperoleh pendidikan khusus.4

Senada dengan hal di atas, Al-Qur‟an sebagai pedoman, tidak

hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga

menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia diantaranya adalah

pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur‟an disebutkan dalam

Al-Qur‟an Surat As-Shod ayat 39:

٣٣ أو أيسك ثغش حسبة ٲيعطبؤب ف هزا

39. Inilah anugerah kami; Maka berikanlah (kepada orang lain)

atau tahanlah (untuk dirimu sendiri) dengan tiada pertanggungan jawab. 5

Dalam kaitannya dengan nilai yang merupakan muatan pendidikan,

al-Qur‟an dijadikan sebagai sumber materi pendidikan, karena pokok

pertama pendidikan agama Islam adalah al-Qur‟an merupakan bacaan

paling sempurna dan mulia. Karena al-Qur‟an diturunkan kepada yang

Maha Bijaksana, Maha Mulia dan Maha Sempurna.6

Al-Qur‟an adalah kalam illahi yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad Saw tertulis di dalam mushaf berdasarkan sumber-sumber

mutawatir dan bersifat pasti kebenarannya, dan yang dibaca oleh umat

Islam dalam rangka ibadah.7

Senada dengan di atas, Rasulullah SAW menganjurkan kepada

kaumnya untuk selalu menghafalkan Al-Qur‟an karena disamping

3. E. Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: 2014), cet.IV,

h.19. 4. Ibid.

5. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: Diponegoro, 2009),

Cet. X, h. 455 6. Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Terj dari Mabaahits fi Ulumii

Qur’an oleh Aunur Rafiq El-Mazni, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2011), Cet. VI, h.14. 7. Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Terj. dari Mahabits fi Ulumil Qur‟an

oleh Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011), Cet XI, h.10

3

menjaga kelestariannya, menghafal ayat-ayatnya pun merupakan akhlak

yang terpuji dan amal yang mulia. Dalam shalat berjama‟ah pun seseorang

imam terlebih dahulu yang dipilih orang yang bacaannya bagus, lebih-

lebih yang hafal Al-Qur‟an. Menghafal Al-Qur‟an bukanlah hal yang

impossible atau mustahil dan merupakan ibadah yang sangat dianjurkan.

Bagi orang Islam yang ingin melakukannya, Allah telah memberikan

keringanan atau kemudahan untuk menghafalnya. Dorongan untuk

menghafalkan Al-Qur‟an sendiri telah dijelaskan dalam Al-Qur‟an, Allah

SWT berfirman:

ب ونمذ سش ٢٢ نهزكش فهم ي يذكش ٱنمشءا

Artinya: Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al Qur‟ an

untuk peringatan maka adakah orang yang mengambil pelajaran ? (QS Al

Qamar ayat 22).8

Sejak Al-Qur‟an diturunkan hingga kini banyak orang yang

menghafal Al-Qur‟an. Dalam belajar menghafal Al-Qur‟an. Dalam belajar

Al-Qur‟an tidak bisa di sangkal lagi bahwa metode sangat mempunyai

peranan penting, sehingga bisa membantu untuk menentukan keberhasilan

dalam belajar Al-Qur‟an.

Jadi salah satu untuk menjaga kelestarian Al-Qur‟an adalah dengan

menghafalkannya, karena memelihara kesucian dengan menghafalkannya

adalah pekerti yang terpuji dan amal yang mulia, yang sangat dianjurkan

oleh Rasulullah SAW, dimana Rasulullah sendiri dan para sahabatnya

banyak yang hafal Al-Qur‟an. Hingga sekarang tradisi menghafal Al-

Qur‟an masih dilakukan oleh umat Islam di dunia ini.

Dalam menghafal yang terpenting adalah bagaimana kita

melestarikan (menjaga) hafalan tersebut sehingga Al-Qur‟an tetap ada

dalam dada kita. Untuk melestarikan hafalan diperlukan kemauan yang

kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap

8. Kementerian Agama Islam, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Dilengkapi Kajian Ushul

Fiqih, (PT Stigma Gramedia, 2000), hal.59

4

hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan

Al-Qur‟an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya.

Al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran agama Islam yang

mengandung perintah untuk menuntut ilmu pengetahuan, sebagaimana

perintah Allah SWT. Dalam surat Al-Alaq 1-5:

خهك ١خهك ٱنزيسثك ٲسىث ٱلشأ ٣ ٱنأكشووسثك ٱلشأ ٢ي عهك ٱنإس

عهى ٤ ٲنمهىعهى ث ٱنزي ٥يب نى عهى ٱنإس

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang meciptakan. Dia

yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan

Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar dengan pena. Dia yang

mengajarkan manusia apa yang ia tidak tahu.9

Kata-kata membaca, mengajar, pena dan mengetahui jelas

hubungannya dalam pengertian diatas, yaitu erat sekali dengan ilmu

pengetahuan. Dizaman yang modern seperti sekarang ini pendidikan tidak

harus berhenti dibangku sekolah saja tetapi dilanjutkan walaupun sudah

selesai dari studi formal. Karena dengan kemajuan teknologi saat ini

membuat anak mengikuti pola hidup atau gaya sesuai dengan zaman yang

tren sehingga mengakibatkan keprihatinan dan tingkah laku atau kebiasaan

yang menyimpang dari agama Islam. Dampak negatif dari kemajuan

tersebut membuat anak akan kesulitan dalam menghafal ayat-ayat Al-

Qur‟an. Padahal untuk menciptakan generasi yang akan datang perlu

adanya generasi yang Islam, maka anak haruslah dibekali dengan hafalan-

hafalan dari kecil dengan tujuan membuat fondasi mereka agar terus

diamalkan dan diajarkan kepada anak cucu mereka kelak hingga tercipta

generasi yang patuh dan taat terhadap agama sehingga dengan mudah

melewati segala bentuk tanpa meninggalkan atribut keIslamannya.

Prinsip pembelajaran Al-Qur‟an pada dasarnya bisa dilakukan

dengan bermacam-macam metode antara lain sebagai berikut: Pertama,

guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul murid/santri, kedua,

9 Kementrian Agama Islam, op.cit.,hal. 597.

5

murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya, dan ketiga,

guru mengulang-ulang bacaan sedangkan murid menirukannya kata

perkata dan kalimat perkalimat secara berulang-ulang hingga terampil dan

benar.10

Untuk dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar hendaklah

membaca Al-Qur‟an dengan tartil. Dalam pandangan Abdullah bin Ahmad

an-Nasafi “tartil” adalah memperjelas bacaan semua huruf hijaiyah,

memelihara tempat-tempat menghentikan bacaan (waqaf), dan

memyempurnakan harokat dalam bacaan. Sementara Sayyidina Ali bin

Abi Thalib menyamakan “tartil” dengan tajwid, yaitu membaguskan

bacaan-bacaan huruf-huruf dan mengenal tempat-tempat berhenti (waqaf).

Berbeda dengan Ibnu Katsir yang mengartikan “tartil” sebagai bacaan

perlahan-lahan yang dapat membantu menuju tingkat pemahaman dan

perenungan Al-Qur‟an. Sejalan dengan Ibnu Katsir, Fakhrur Rozy dalam

tafsirnya mengatakan “tartil” adalah memperjelas dan menyempurnakan

bacaan semua huruf dengan memberikan semua hak-haknya dengan cara

tidak tegesa-gesa dalam membaca Al-Qur‟an.11

Untuk dapat membaca Al-Qur‟ an dengan tartil dan sesuai kaidah-

kaidah yang berlaku diperlukan suatu bidang disiplin ilmu yang lazim

disebut ilmu tajwid. Ilmu yang dapat mengantarkan para pembaca Al-

Qur‟ an mampumembaca dengan benar teratur, indah dan fasih sehingga

terhindar dari kekeliruan atau kesalahan dalam membacannya.

Dalam proses kegiatan, metode merupakan bagian dari strategi

kegiatan dan juga mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam

upaya pencapaian tujuan, karena menjadi sarana yang membermaknakan

materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan rupa sehingga

10

Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Menulis, Membaca Dan Mencintai Al-qur’an.

(Jakarata: Gema Insani, 2004), hal. 81.

11 Sirojuddin AS., Tuntutan Membaca Al-qur’an Dengan Tartil, (Bandung, Mizan 2005),

hal. 78

6

dapat dipahami dan diserap oleh anak didik menjadi pengertian-pengertian

yang fungsional terhadap tingkah lakunya.12

Dalam penerapan metode menghafal tentunya harus ada wadah

untuk membina yaitu lembaga pendidikan formal seperti sekolah. Sekolah

merupakan bagian yang integral dari lembaga-lembaga pendidikan di

Indonesia, nilai-nilai agama di ajarkan bagi kemajuan pembangunan

bangsa dan negara. Sebagaimana tujuan sekolah tersebut yaitu untuk

membentuk kepribadian muslim, kepribadian yang beriman dan bertaqwa

kepada Tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat dengan jalan

mengabdi pada masyarakat. Maka sekolah sebagai suatu wadah dan

tempat pembinaan mental spiritual sepenuhnya akan kewajiban dan

tanggung jawabnya sebagai salah satu lembaga pendidikan yang akan

mengisi pembangunan ini.

Menyinggung pernyataan di atas perlu kita pahami, bahwa sekolah

didirikan untuk membimbing peserta didik agar berkembang sesuai

dengan tujuan yang diharapkan. Ini berarti titik sentral kurikulum adalah

anak didik itu sendiri. Perkembangan anak didik hanya akan tercapai

apabila dia memperoleh pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang

disajikan sekolah, baik melalui mata pelajaran maupun kegiatan lainnya.13

Kurikulum dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan, yakni mempersiapkan peserta didik agar mereka dapat hidup

di masyarakat. Makna dapat hidup di masyarakat itu memiliki arti luas,

yang bukan saja berhubungan dengan kemampuan peserta didik untuk

menginternalisasi nilai atau hidup sesuai dengan norma-norma

masyarakat, akan tetapi juga pendidikan harus berisi tentang pemberian

pengalaman agar anak dapat mengembangkan kemampuannya sesusai

dengan minat dan bakat mereka.14

12

Hamdani Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal. 163. 13

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2011), hal. 9 14

Ibid, hal. 10

7

Kurikulum pada hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau

gagasan itu selanjutnya dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan

secara sistematis dan logis yang memerhatikan unsur scope dan sequnce,

selanjutnya dokumen tertulis itulah yang dinamakan dengan kurikulum

terencana. Salah satu isi yang terdapat dalam dokumen kurikulum itu

adalah sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik.

Tujuan itulah yang selanjutnya dijadikan pedoman oleh guru dalam proses

pembelajaran sebagai tahap implementasi kurikulum.

Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam

kelas atau pengembangan kurikulum dalam skala mikro, kurikulum

tersembunyi (hidden curriculum) memiliki makna: pertama, kurikulum

tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis

(tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh

setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna.

Kedua, kurikulum tersembunyi juga dapat diartikan sebagai segala

sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang dapat

dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.15

Adapun program Tahfidz Al-Qur;an di MA Pembangunan sendiri mengacu pada

muatan lokal kurikulum dari Kemenag langsung, berikut paparan penulis yang

diambil dari website koran online tribunews, ''Kami ingin siswa madrasah punya

nilai lebih dengan menghafal Alquran,'' kata Kepala Kanwil Kementerian Agama

Provinsi DKI Jakarta Akhmad Murtado pada pencanangan kurikulum lokal

hafalan

Al-Qur‟an di Jakarta, Jumat (5/7).

Ia mengatakan, pemberlakuan muatan lokal ini minimal dua jam

pelajaran per pekan. Siswa MI minimal menghafal satu juz, siswa MTS hafal dua

juz, dan siswa MA hafal tiga juz. Penghafalan Al-Qur‟an itu mulai dari juz

belakang dari juz belakang, yakni meliputi juz 28, 29, dan 30. Ini ditambah

dengan hafalan surah-surah populer, seperti surah Yasin, al-Waqiah, dan al-Mulk.

Ia mengungkapkan, hafalan Al-Qur‟an dalam bentuk ekstrakurikuler maupun

muatan lokal sudah diterapkan di beberapa madrasah. Namun, sebagian besar

15

Ibid, hal. 25-27

8

madrasah di Dki Jakarta belum menjadikan hafalan Al-Qur‟an sebagai muatan

lokal.

Program kurikulum muatan lokal hafalan Al-Qur‟an itu, katanya

bermanfaat bagi peserta didik. Tidak hanya memperkuat spriritualitas, tetapi juga

intelektualitas. Hafalan Al-Qur‟an mendorong pikiran menjadi jernih, kekuatan

memori, terbebas dari takut, sedih, cemas, dan dapat meningkatkan IQ. Terbukti,

siswa berprestasi di sejumlah sekolah ataupun mahasiswa di perguruan tinggi

adalah para penghafal Al-Qur‟an.

Kedepannya, muatan lokal ini akan diperkuat dengan pembekalan siswa

dengan tafsir Al-Qur‟an. Harapannya agar mereka mampu memahami, lalu

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, kata Akhmad Murtado,

didampingi Kabag TU Kanwil Kemenag DKI Jakarta Saiful Mujab dan Kabid

Pendidikan Madrasah Wahyudin.16

Pendidikan di Indonesia menjadikan pendidikan agama Islam

sebagai salah satu mata pelajaran utama. Maka pendidikan agama Islam

memerlukan metode-metode efektif agar peserta didik dapat mengikuti

pelajaran dengan baik. Namun metodologi pembelajaran agama Islam

yang diterapkan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional)

seperti ceramah , menghafal, dan demonstrasi praktik-praktik ibadah yang

membuat peserta didik bosan, jenuh dan kurang bersemengat dalam

belajar agama.17

Hal ini dapat dibuktikan di beberapa sekolah bahwa kemampuan

peserta didik masih sangat kurang dalam membaca dan menghafal Al-

Qur‟an di dalam program Habitual Curiculum. Peserta didik yang

membaca dan menghafal Al-Qur‟an disekolah hanya menggugurkan

kewajiban untuk menyetorkan hafalan kepada kepada guru, maka dari itu

peserta didik tidak memperhatikan hukum bacaan dan makharijul huruf

dalam membaca dan menghafal Al-Qur‟an. Selain itu terdapat sekolah

16

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/07/12/mpttd0-

2013-madrasah-di-jakarta-wajib-menghafal-alquran di akses pada tanggal 26 Oktober pukul 21.00.

17 Moh. Thoyib, “Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al-Qur’an dengan

Metode Active Learning Berkelompok Siswa Kelas III SDN Bogempinggir Sidoarjo Tahun Ajaran 2010-2011”, Jurnal penilitian tindakan kelas pendidikan agama Islam, Vol. 4 2013, h.02.

9

maupun orang tua yang tidak memperhatikan peserta didik dalam

menghafal Al-Qur‟an. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang

kurang mendukung, seperti kurangnya alokasi waktu dan lingkungan di

sekolah maupun di rumah untuk memperdalam pembelajaran Al-Qur‟an,

serta orang tua yang lebih memprioritaskan pelajaran umum lainnya.

Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta merupakan sekolah

yang telah menjadikan Habitual Curiculum dan Menghafal Al-Qur‟an

telah menjadikan sebagai kurikulum wajib sejak berdirinya sekolah

Madrasah Pembangunan tahun 2006. Tahfidz Al-Qur‟an didalam Habitual

Curiculum di MA Pembangunan UIN Jakarta bertujuan untuk

mengantarkan peserta didik untuk memiliki hafalan Al-Qur‟an melalui

beberapa surat-surat pilihan seperti surat Al-Waqi‟ah pada semeser ini.18

Dengan menggunakan metode muraja’ah dalam penyetoran hafalan

kepada guru pembimbing.19

Pelaksanaan Habitua Curiculum tahfidz Al-

Qur‟an di MA Pembangunan UIN Jakarta lebih menekankan pada hafalan

dengan Makhrijul huruf dan hukum bacaan yang benar. Guru yang

dibutuhkan untuk membimbing peserta didik dalam pelaksanaan Habitual

Curiculum dalam tahfidz Al-Qur‟an tentunya guru memiliki kemampuan

yang sesuai dengan bidangnya dan telah menguasai materi agar dalam

pelaksanaan program tahfidz Al-Qur‟an dapat berjalan dengan baik.

Proses pelaksanaan Habitual Curiculum dalam membina tahfidz Al-

Qur‟an dilaksanakan 3 kali tatap muka dalam seminggu, dengan masing-

masing guru pembimbing yang telah ditentukan sesuai kemampuan

membaca dan menghafal Al-Qur‟an peserta didik. Dengan adanya

pengelompokan peserta didik, diharapkan peserta didik dapat membaca

dan menghafal Al-Qur‟an dengan kaidah yang baik dan benar.20

18

Pedoman Habitual Curiculum MA Pembangunan UIN Jakarta . 19

Hasi observasi pada tanggal 22 November 2018 pukul 07.15 WIB di MA Pembanguna UIN Jakarta.

20 Hasil wawancara guru pembimbing Habitual Curiculum, Bapak Yayat pada 28

November 2018 pukul 08.30 WIB di MA Pembangunan UIN Jakarta.

10

Namun walaupun sekolah telah menekankan pada aspek makhrijul

huruf dan hukum bacaan dalam menghafal Al-Qur‟an, nyatanya MA

Pembangunan UIN Jakarta juga mengalami permasalahan sebagaimana

telah dijelaskan sebelumnya. Dalam membina Hafalan Al-Qur‟an, terdapat

peserta didik yang tidak mencapai target hafalan Al-Qur‟an yang telah

ditentukan oleh sekolah.

Menurut Yayat, “Salah satu faktor penghambat peserta didik tidak

dapat mencapai target hafalan Al-Qur‟an adalah karena alokasi waktu dan

meprioritaskan pelajaran umum lain sehingga Materi Habitual Curiculum

khususnya Hafalan Al-Qur‟an tidak mencapai target”.21

Oleh karena itu, terdapat peserta didik yang kurang termotivasi

untuk mencapai target hafalan Al-Qur‟an yang telah ditentukan oleh

sekolah dan juga peserta didik yang tidak dapat membaca Al-Qur‟an

dengan baik, sehingga peserta didik kesulitan dalam proses menghafal

dengan Makhrijul huruf dan hukum bacaaan yang baik dan benar.

Berdasarkan uraian di atas, Habitual Curriculum dapat dijadikan

akses untuk peserta didik dalam membina Hafalan Al-Qur‟an siswa, maka

hal ini membuat penulis tertarik untuk meniliti tentang Habittual

Curriculum yang berada di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

Penulis akan melakukan penilitian dengan judul ,“Pelaksanaan Hafalan

Surat-Surat Pilian Dalam Al-Qur’an Yang Terdapat Pada Kegiatan

Habitual Curriculum Di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta

”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa

masalah, antara lain:

1. Kesadaran diri dalam mengafal Al-Qur‟an masih lemah dan sulit

untuk menghafal.

2. Pembiasaan menghafal Al-Qur‟an yang belum maksimal.

21

Ibid.,

11

3. Keterbatasan waktu dalam menghafal Al-Qur‟an peserta didik

hanya diberi waktu selama 30 menit sebelum memulai pelajaran

dalam menghafal Al-Qur‟an.

4. Perlunya metode yang tepat untuk membimbing peserta didik

dalam menghafal Al-Qur‟an.

5. Menanamkan kepada peserta didik sejak usia dini betapa

pentingnya menghafal Al-Qur‟an

6. Adanya kesenjangan guru pembimbing dan peserta didik antara

harapan dan kenyataan dalam menghafal Al-Qur‟an.

C. Fokus Penilitian

Penulis tertarik dengan masalah-masalah yang ada di dalam

sekolah pada pelaksanaan habitual curiculum khususnya program tahfidz

Al-Qur‟an, maka penulis akan meneliti dan mengkaji lebih dalam

mengenai pelaksanaan habitual curiculum dalam membina hafalan Al-

Qur‟an yang dijadikan sebagai kurikulum oleh suatu instasi di kota

Tangerang Selatan. Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas,

penulis tidak mengungkap seluruh masalah tersebut maka, perlu adanya

pembatasan masalah agar penilitian dapat lebih terarah serta mendekati

pada fokus pencapaian tujuan. Penulis membatasi fokus penilitian ini pada

pelaksanaan habitual curiculum dalam membina tahfidz Al-Qur‟an siswa

di MP UIN Jakarta kelas X tahun ajaran 2018/2019, di antaranya

mengenai tujuan habitual curiculum, metode habitual curiculum, materi

habitual curiculum, evaluasi serta guru dan peserta didik tahfidz Al-

Qur‟an. Dengan fokus penilitian ini penulis dapat mengungkap,

menganalisis, dan mendeskripsikan pembinaan tahfidz Al-Qur‟an yang

diterapkan baik di dalam maupun di luar kelas sebagai bentuk proses

pembinaan yang mengarah pada tujuan pendidikan yaitu peserta didik

memiliki kemampuan dalam menghafal dan membaca Al-Qur‟an dengan

baik dan benar dalam hal tajwid maupun makhrijul huruf.

12

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka penulis dapat

merumuskan masalah yang akan menjadi acuan dalam penilitian ini yaitu:

Bagaimana pelaksanaan Habitual Curriculum dalam membina hafalan

Al-Qur’an siswa di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta ?

E. Tujuan

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

pelaksanaan hafalan surat-surat pilihan dalam Al-Qur‟an yang terdapat

pada kegiatan Habitual Curriculum di Madrasah Aliyah Pembangunan

UIN Jakarta.

F. Manfaat Penilitian

Sesuai dengan tujuan penilitian di atas, maka manfaat penilitian ini

adalah:

1. Hasil penilitian dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau

masukan bagi penulis khususnya, dan pelaksanaan Habitual

Curriculum yang berkepentingan dalam membina hafalan Al-

Qur‟an siswa.

2. Penilitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan

evaluasi bagi pihak Madrasah Aliyah Pembangunan yang

bersangkutan dalam membina hafalan Al-Qur‟an siswa dengan

melaksanakan program sekolah Habitual Curriculum.

3. Memperkaya khazanah keilmuwan dalam bidang pendidikan

bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan.

4. Menjadi bahan rujukan bagi para pembaca dalam rangka

membina hafalan Al-Qur‟an disekolah masing-masing.

13

5. Menambah wawasan dan pengetahuan bidang pendidikan bagi

penulis sehingga dapat menjadi modal untuk mempersiapkan

diri sebagai calon pendidik.

14

BAB II

Kajian Teori

A. Menghafal Al-Qur’an

1. Pengertian Menghafal dan Al-Qur’an

Tahfidz berasal dari lafal yang berarti menjaga

(jangan sampai rusak), memelihara, melindungi.22

Dalam hal ini

dimaksud tahfidz ialah menghafal. Para ulama ushul, ahli kalam, fuqaha,

Muhadissin, dan ahli tata bahasa memberikan definisi yang beragam

pada kata Al-Qur‟an, diantaranya adalah:

a. Al-Qur‟an adalah lafadz yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

mulai dari surat Al-Fatihah sampai akhir surat An-Nas.

b. Al-Qur‟an adalah. Kalamullah yang mengandung mukjizat, kepada

Nabi terakhir, dengan perantara Al-Amin Jibril yang tertulis dalam

mushaf , disampaikan kepada kita secara mutawwatir dan bagi orang

yang membacanya dinilai ibadah.

c. Menurut Abdullah yang dikutip dari buku mengungkap makna-makna

tersembunyi Al-Qur‟an, berpendapat bahwa Al-Qur‟an adalah

perkataan yang melemahkan (al-kalam al-mujiz) yang diturunkan

Allah kepada Nabi Muhammad melalui jalan wahyu yang dinukilkan

kepada kita dengan periwayatan yang bersifat mutawattir.23

Dari tiga definisi diatas masih terdapat beberapa definisi yang

lain. Definisi ini telah menjadi kesepakatan para ulama mengenai Al-

Qur‟an yaitu kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan

kepada pungkasan para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril

22

A.W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progressif,1997), Cet, Ke-14, h. 279. 23

Ar-Rumi, Abdurahman, Ulumul Qur’an (studi kompleksitas Al-Qur’an), Titian Ilahi

Press, Imogiri Yogyakarta, 1997, h. 38-42.

15

A.S yang tertulis mashaif, diriwayatkan kepada manusia dengan

mutawwatir, membacanya terhitung ibadah, diawali dengan surat Al-

Fatihah dan ditutup dengan Surat An-Naas.24

2. Hukum Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur‟an merupakan kitab suci yang sudah terjamin keasliannya

oleh Allah SWT. Menurut Al-Azmi Al-Qur‟an adalah “risalah terakhir

untuk umat manusia, diriwayatkan pada Rasul terakhir yakni Nabi

Muhammad SAW, yang meruang dan terpelihara dari segi keaslian

bahasa tanpa perubahan, tambahan, maupun pengurangan.25

Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Hijr (15) ayat 9:

زن ۥوإب نه ٱنزكشب إب ح ٣نحفظى

Artinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan

Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Q.S. Al- Hijr: 15)

Kendati pun Allah telah menjamin akan terpeliharanya Al-Qur‟an

berdasarkan ayat di atas, namun kita tidak boleh melepas tanggung jawab

dan kewajiban kita untuk memelihara kemurnian Al-Qur‟an dari tangan-

tangan jahil dan dari musuh-musuh Islam yang tidak henti-hentinya

berusaha mengotori dan memalsukan ayat-ayat Al-Qur‟an.

Memelihara Al-Qur‟an pada dasarnya adalah kewajiban kita

sebagai umat Islam karena Al-Qur‟an adalah hal pokok yang harus kita

jaga kemurniannya. Dan sebagai umat Islam sudah sepatuhnya peduli

terhadap Al-Qur‟an. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan

kemurnian Al-Qur‟an adalah dengan menghafalkannya.

Menurut Ahsin W. Alhafidz menghafalkan Al-Qur‟an merupakan

hal yang sangat diperlukan dengan beberapa alasan;

24

Ash Shabuni, Muhammad Ali, 2001 At-Tibyan fi ulumul Qur’an, Jakarta:

PustakaAmani, h. 8. 25

Anshori, Ulumul Qur’an (kaidah-kaidah memahami firman tuhan, (Jakarta: Raja

Grafindo, 2016) h.18-19

16

a. Al-Qur‟an diturunkan, diterima, dan diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW secara hafalan, sebagaimana ditegaskan Allah dalam firman-

Nya dalam surat As-Syu‟ara (26) ayat 192-195:

نتزم سة ۥوإه ٱنشوحثه زل ١٣٢ ٱنعه عهى ١٣٣ ٱنأي

ي لهجك نتكى زس ١٣٤ ٱن ثهسب ١٣٥ يج عشث

Artinya: “dan Sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan

oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin

(Jibril). ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah

seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan

bahasa Arab yang jelas.(Q.S. As-Syu‟ara {26}: 192-195) 26

b. Al-Qur‟an diturunkan secara berangsur-angsur memiliki hikmah

sebagai isyarat dan dorongan ke arah tumbuhnya kemauan kuat

untuk menghafal, dan Nabi Muhammad SAW merupakan figur

seoarang Nabi yang dipersiapkan untuk menguasai wahyu secara

hafalan, untuk menjadi teladan bagi umatnya. Nabi Muhammad

menerima wahyu secara hafalan, kemudian mengajarkan kepada

para sahabat secara hafalan dan mendorong para sahabat untuk

menghafalkan Al-Qur‟an.

c. Firman Allah dalam surat Al-Hijr ayat 9 di atas bersifat aplikatif,

artinya bahwa pemeliharaan terhadap kemurnian Al-Qur‟an adalah

Allah yang memberikannya, tetapi tugas secara nyata untuk

memeliharanya harus dilakukan oleh umat Islam sebagai

pemiliknya.27

Hukum menghafal Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah, sebagaimana

yang dikutip oleh Muhaimin Zen dari kitab Burhan fi Ulumil Qur’an,

juz”I, halaman 539, Imam Badruddin bin Muhammad bin Abdullah Az-

Zarkasih mengatakan bahwa “mengahafal Al-Qur’an adalah farddhu

26

Departemen Agama RI, op.cit., h. 375. 27

Ahsin W. Alhafidz, Bimbingan Prakts Menghafal Al-Qur’an. (Jakarta: Bumi Aksara,

1994). h. 22-23.

17

kifayah.”28

Dan dalam kitab Nihayah Qaulul-Mufid, Syeikh Muhammad

Makki Nashr mengatakan “sesungguhnya menghafal Al-Qur’an diluar

kepala hukumnya fardhu kifayah.” Demikian pula mengajarkannya.

Mengajarkan membaca Al-Qur‟an adalah fardhu kifayah dan merupakan

Ibadah yang utama.29

Menghafal Al-Qur‟an adalah wajib kifayah bagi umat Islam.

Berangkat dari kewajiban ini, tidaklah heran apabila sebagian lembaga

pendidikan pesantren memprioritaskan kurikulumnya pada hafalan Al-

Qur‟an. Para santri diarahkan agar mampu menghafal Al-Qur‟an di luar

kepala. Mereka berusaha mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat

mempengaruhi kemurnian Al-Qur‟an.30

Pada hakikatnya Allah sendiri yang menjaga kemurnian Al-

Qur‟an, namun secara operasional Allah SWT melibatkan manusia dalam

pemeliharaannya, yang dalam hal ini khususnya kaum muslimin, sebagai

pemilik dan pengamal kitab suci tersebut. Tidak ada batasan secara

mutlak kapan seseorang dapat dibimbing untuk menghafal Al-Qur‟an.

Namun, secara umum usia ideal mulai menghafal Al-Qur‟an adalah masa

kanak-kanak. Dikutip dari buku Para Penjaga Al-Qur‟an, As-Suyuti

mengutip hadis Nabi yang diriwayatkan al-Khatib dari Ibn Abbas, yang

artinya: “Hafalan anak kecil bagaikan ukiran diatas batu, dan hafalan

sesudah dewasa bagaikan ukiran diatas air.” Lebih lanjut „Abdurrahman

„Abdul Khaliq menjelaskan bahwa usia paling ideal untuk menghafal

adalah usia 5 sampai 23 tahun. Seseorang pada usia ini hafalannya sangat

bagus dan setelah usia 23 tahun tampak kelupaan yang jelas.31

Beberapa ulama besar, baik ulama terdahulu maupun

kontemporer, mengawali studinya di masa kecil dengan menghafal Al-

Qur‟an. Sebagai contoh, al-Imam asy-Syafi‟i yang hafal Al-Qur‟an mulai

28

Muhaimin Zen, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim, (Jakarta : PT Al-

Husna Zikra, 1996) cet. I h.37. 29

Ibid., h. 37. 30

Muhaimin Zen, Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun, ( Ciputat Transpustaka, 2015), h.

17-20 31

Ibid., h. 26.

18

usia 7 atau 9 tahun seperti Sijin al-Kurni dari Mesir dan Sayyid

Muhammad Tabataba‟i dari Iran.32

Firman Allah SWT dalam surat At-

Taghabun (64) ayat 16:

عىاو ٱستطعتىيب ٱنهه فٲتمىا ا نأفسكى وي وأطعىا وأفمىا خش ٱس

فأونئك هى ۦىق شح فسه فهحى ١٦ ٱن

Artinya: “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut

kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah

yang baik untuk dirimu[1480]. dan Barangsiapa yang dipelihara dari

kekikiran dirinya, Maka mereka Itulah orang-orang yang beruntung.”

(Q.S. At-Taghabun {64}: 16)

Salah satu sifat manusia yang sudah menjadi kodrat dan sangat

manusiawi adalah lupa, dan salah. Begitupun orang yang menghafalkan

Al-Qur‟an tentunya mempunyai sifat dan mengalami lupa dalam

hafalanya. Mengenai dosa atau tidaknya terhadap hafalan Al-Qur‟an

tergantung dari usaha dalam menjaga hafalan. Rasulullah selalu

mengajarkan untuk selalu memelihara dan menjaga hafalannya dengan

cara membacanya setiap saat dan men-takrir hafalannya supaya tidak

lupa dan hilang. Setelah ada usaha tetapi masih juga lupa, maka yang

menghafalkan Al-Qur‟an tersebut tidak lagi dinyatakan sebagai orang

yang lengah dan bersalah.33

Jadi dapat dikatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur‟an adalah

fardhu kifayah sama seperti hukum mempelajari Al-Qur‟an. Hal ini

berarti bahwa orang yang menghafal Al-Qur‟an tidak boleh kurang dari

jumlah mutawattir. Adapun mengenai hukum orang yang lupa terhadap

apa yang dihafalkannya itu tergantung dari bagaimana usaha orang

tersebut dalam menjaga hafalannya.

3. Keutamaan Mengahafal Al-Qur’an

32

Ibid. 33

Maula Raisya, Panduan Tahsin, Tajwid, dan Tahfidz Untuk Pemula, (Jakarta: Diva

Press, 2015), h. 179-182.

19

Al-Qur‟an adalah kitab suci yang merupakan penutup berbagai

kitab suci sebelumnya, sehingga isinya berlaku secara umum dan abadi,

baik dari segi waktu tempat maupun umat yang menerima risalah. Yang

mana Al-Qur‟an secara umum isi kandungannya terdiri atas tiga hal

pokok, yaitu: Aqidah, Hukum, dan Akhlak. Kemudian ditetapkan pula

bahwa syariat Islam memiliki keutamaan untuk membentuk agar setiap

pribadi menjadi pelaku dan penganjur amal sholeh, menegakkan keadilan

merata, dan menyelenggarakan kehidupan dengan sebaik-baiknya.34

Menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat

terpuji dan mulia. Orang-orang yang mempelajari, membaca atau

menghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan yang memang

dipilih Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur‟an.

Allah SWT. Berfirman dalam surat Fathir (35) ayat 32:

ب ثى ٱنكتتأوسث ب ٱنز هى ظبنى ٱصطف فسه ي عجبدب ف ويهى ۦن

ٲنخشتويهى سبثك ث يمتصذ ٣٢ ٱنكجش ٱنفضمرنك هى ٱنههثإر

Artinya: “kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang

Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada

yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang

pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat

kebaikan[1260] dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia

yang Amat besar.”(Q.S. Fathir {35}:32).35

Dari kesimpulan tentang keutamaan menghafal Al-Qur‟an adalah

Allah SWT akan memberi kemuliaan, keridhaan dari dirinya dan kelak

akan diberi ganjaran oleh Allah SWT berupa karamah yang amat mulia

darinya, dan Rasulullah pun juga berkata demikian yang akan di

dahulukan ialah orang yang menghafal Al-Qur‟an.36

4. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an

34

Imam Mukhlas, Al-Qur’an Berbicara, ( Surabaya: Pustaka Progresif, 1996), h. 38. 35

Departemen Agama RI. op.cit., h. 438. 36

Yusuf Al-Qardhawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur’an, h. 195.

20

Terdapat beberapa hal penting sebagai pendukung tercapainya

tujuan menghafal Al-Qur‟an, faktor-faktor tersebut antara lain:

a. Usia yang ideal

Beberapa hasil penilitian dan eksperimen para ahli menjelaskan

menghafal pada anak-anak lebih cepat dan lebih melekat selain itu

menghafal pada masa kanak-kanak juga lebih penting kesempatan

untuk mencapai harapan. Untuk itu usia ideal menghafal adalah sejak

usia 6-12 tahun.

b. Manajemen waktu

Untuk berhasil menghafal Al-Qur‟an dengan cepat, para penghafal Al-

Qur‟an hendaknya mencari waktu yang tepat dan kondusif.

Maksudnya, waktu yang memberikan ketenangan, keringanan,

kekhusukan, dan keserasian dengan lingkungan bagi penghafal

tersebut, dan juga waktu-waktu yang diutamakan. Waktu-waktu

tersebut antara lain; waktu sebelum terbit fajar, setelah fajar sehingga

terbit matahari, setelah bangun tidur siang, setelah salat dan waktu di

antara Maghrib dan Isya.

c. Tempat menghafal

Kriteria dari tempat-tempat yang baik untuk menghafal, antara lain,

jauh dari kebisingan, bersih dan suci, sehat, tidak sempit, terang,

bercuaca baik, dan jauh dari gangguan, seperti telepon dan suara

berisik.37

Faktor penghambat yang dihadapi oleh orang yang sedang dalam

proses menghafal Al-Qur‟an memang banyak dan bermacam-macam.

Mulai dari permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan

minat, penciptan lingkungan, pembagian waktu, sampai kepada metode

menghafal Al-Qur‟an itu sendiri. Faktor penghambat yang dihadapi oleh

para penghafal Al-Qur‟an itu secara garis besarnya dapat dirangkum

sebagai berikut:

1) Menghafal itu susah

37

Muhaimin Zen, op.cit., h. 105.

21

Susahnya menghafal bisa dirasakan baik dalam proses menghafal

maupun ketika ingin melestarikan hafalan. Hal tersebut dikarenakan

keterbatasan potensi, baik intelegensia, waktu maupun finansial.

2) Ayat-ayat sudah dohafal lupa lagi

Penyebab terjadinya hilangnya hafalan bisa terjadi karena faktor

internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi malas, bosan, dan

keterbatasan potensi memorial. Sedangkan faktor eksternal seperti

tidak kondusifnya lingkungan, banyaknya kesibukan sosial, dan lain-

lain.

3) Banyaknya ayat-ayat yang serupa

Banyaknya ayat-ayat yang serupa antara ayat yang satu dengan ayat

yang lain bisa mengaburkan hafalan dan menyebabkan seringnya

kesalahan dalam menghafal. Sehingga hal itu betul-betul

membutuhkan ketelitian, konsentransi, dan kepekaan dalam

menghafal ayat-ayat tersebut.

4) Gangguan-gangguan kejiwaan

Ganggguan-gangguan yang dimaksud di sini adalah seperti bosan,

jenuh, stress, dan emosi yang tidak stabil. Penghafal Al-Qur‟an

hendaknya selalu menjaga stabilitas dirinya, baik secara lahir

maupun batin.

5) Gangguan-gangguan lingkungan

Keberadaan lingkungan juga bisa memeranguhi proses menghafal

Al-Qur‟an. Gangguan-gangguan lingkungan yang biasanya dialami

oleh penghafal Al-Qur‟an, antara lain: lingkungan yang tidak

kondusif, ramai, suasana tidak Qur‟ani, teman-teman yang tidak

sama aktivitasnya, dan lain sebagainya.38

5. Metode Menghafal Al-Qur’an

Al-Qur‟an sebagaimana diterangkan di atas merupakan kitab suci

yang Allah jamin pemeliharaannya. Dalam implementasinya, Allah

38

Ibid,. h. 106.

22

jadikan Al-Qur‟an sebagai kitab suci yang mudah dihafal, diturunkan

kepada bangsa Arab yang dianugerahkan kekuatan hafalan, ditulis oleh

orang-orang pilihan yang ditunjuk langsung oleh Nabi Muhammad SAW,

serta dicetak secara sempurna dalam satu mushaf oleh sahabat-sahabat

terbaiknya beliau, utamanya oleh „Usman, dan terus terpelihara sampai

sekarang. Dengan demikian, Al-Qur‟an dalam sepanjang sejarahnya

terpelihara dengan dua cara, yaitu hafalan dan tulisan.

Namun demikian, bukan berarti Al-Qur‟an bisa dihafal, dengan

mudah oleh semua orang tanpa adanya sistematika, langkah-langkah, dan

metode-metode khusus yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an.

Di samping itu juga, kebersihan jiwa, keikhlasa niat, dan ketangguhan

minat juga menjadi hal penting bagi penghafal Al-Qur‟an.

Metode menghafal Al-Qur‟an dapat dilakukan dengan dua cara:

a. Tahfidz, yaitu cara menghafalkan Al-Qur‟an dengan melalui

beberapa tahapan. Adapun tahapan-tahapan tersebut diawali

dengan membaca bin-nazar (dengan melihat mushaf) dari per

kalimat hingga satu ayat penuh dengan lancar. Setelah terasa ada

bayangan, dibaca dengan dengan hafalan. Jika ayat telah dihafal

dengan lancar dan sempurna, baru beralih ke ayat selanjutnya,

dan demikian seterusnya. Materi hafalan tersebut lalu

diperdengarkan kepada instruktur untuk mendapatkan pentunjuk

seperlunya.39

b. Takrir, yaitu mengulang-ngulang hafalan yang sudah

diperdengarkan kepada instruktur. Tahap ini sangat penting

dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur‟an. Sebab, takrir adalah

cara memelihara dan memperkuat hafalan yang terdahulu.

Perimbangan antara materi tahfiz dan takrir adalah satu banding

sepuluh. Artinya, apabila penghafal mempunyai kesanggupan

39

Muhaimin Zen,op.cit., h. 248.

23

menambah hafalan baru dalam satu hari yaitu dua halaman, maka

harus diimbangi takrir dua puluh halaman.40

Lebih detail, Ahsin Wijaya al-Hafiz menyebutkan bahwa, metode

menghafal Al-Qur‟an dibagi menjadi 4, yaitu.

1. Metode (tariqah) wahdah, yaitu menghafalkan satu persatu

ayat yang hendak dihafalkan. Untuk mencapai hafalan awal

setiap ayat dibaca sebanyak 10 kali atau lebih sehingga benar-

benar mampu membentuk gerak refleksi lisan.

2. Metode Kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-

ayat al-Qur‟an. Kemudian ayat-ayat tersebut dibaca hingga

lancar dan benar, kemudian dihafalkan.

3. Metode sama’i, yaitu menghafalkan Al-Qur‟an dengan

mendengarkan bacaan untuk dihafalnya, baik dari gurunya

maupun dari rekaman kaset yang telah dipersiapkan tempat

dahulu. Penghafal mendengarkan secara seksama dan perlahan-

lahan mengikutinya.

4. Metode jama’i, yakni cara menghafal yang dilakukan secara

kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafalnya secara bersama-sama

dipimpin oleh seorang instruktur.41

6. Pembinaan Hafalan Al-Qur’an

Pembinaan berasal dari kata “bina” yang mendapat awalan pe-

dan akhiran- an, yang berarti bangun/bangunan. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia pembinaan berarti membina, memperbaharui atau

proses, perbuatan, cara membina, usaha, tindakan dan kegiatan yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil

40

Ibid. 41

Ibid., h. 68.

24

yang lebih baik.42

Secara umum pembinaan diartikan sebagai usaha

untuk memberi pengarahan dan bimbingan guna mencapai sautu tujuan

tertent.

Adapun hafalan adalah sesuatu yang dipelajari telah masuk dalam

ingatan, berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.43

Siswa

selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan,

karena siswa akan menerima pengetahuan tentang hasil (knowledge of

result) yang sekaligus merupakan penguat bagi dirinya.

Dalam menghafal siswa belajar lebih banyak bilamana setiap

langkah diberikan penguatan (reinforcement), hal ini timbul karena

kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus

penguatan bagi setiap bentuk-bentuk materi pelajaran yang diberikan.44

Belajar meliputi tidak hanya mata pelajaran, tetapi juga

penguasaan, kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat, penyesuaian sosial,

bermacam-macam keterampilan dan cita-cita.45

Belajar juga termasuk

menghafal bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk

mencapai tujuan. Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya

perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti atau dari tidak

hafal menjadi hafal.

Menghafal merupakan suatu proses yang ditandai denga adanya

perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar

dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya,

pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan,

dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain

42

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), h. 123. 43

Ibid., h. 473. 44

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.

53. 45

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2001), h. 45.

25

aspek yang ada pada individu.46

Siswa yang belajar berarti menggunakan

kemampuan kognitif, efektif, dan psikomotorik terhadap

lingkungannya.47

7. Guru dan Peserta Didik Tahfidz Al-Qur’an

Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat

penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan

materi pelajaran. Baik tidaknya seorang guru dapat dinilai dari

penguasaan materi pelajaran.48

Dalam UU Republik Indonesia No.14

tahun 2005 tenang guru dan dosen bahwa profesi guru merupakan

pekerjaan bidang khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip,

memiliki bakat, minat, komitmen, kualifikasi akademik, tanggung jawab,

dan memiliki kesempatan mengembangkan profesinya.49

Dapat di

simpulkan dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas bahwa guru

memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan dan guru harus terus

meningkatkan kualitasnya dalam proses belajar mengajar.

Dalam menghafal Al-Qur‟an, peran guru yang ahli di dalam bidang

hifdzul Qur’an adalah penting. Perannya adalah untuk memberi contoh

bacaan yang benar. Bacaan yang harus diikuti oleh murid dan

membenarkan bacaan murid jika terdapat kesalahan. Belajar Al-Qur‟an

tidak bisa serta-merta dengan otodidak, walaupun dengan tingkat

kecerdasan yang tinggi, karena dalam membaca Al-Qur‟an menuntut

adanya praktik langsung di hadapan guru sehingga sang guru dapat

menuntun murid kepada bacaan yang telah memperoleh sanad dengan

alasan, Pertama, sanad adalah bukti bahwa bacaan yang dibaca oleh

guru adalah bacaan yang mutawattir dan muttashil hingga ke Baginda

46

Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Mujahid Press, 2004),

h. 54. 47

Dimyati dan Mudjiono, op.cit., h. 26. 48

Herry Widyastono, Pengembagan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari Kurikulum

2004, 2006, ke Kurikulum 2013, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 199-209. 49

Wina Sanjaya, Strategi Pembelaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, ( Jakarta: Prenamedia Group,2014), cet. Ke-11, h. 21.

26

Nabi Muhammad saw, yang telah diakui oleh ulama. Kedua, guru yang

telah memiliki sanad lebih bisa diakui keahliannya dalam dunia belajar

dan menghafal Al-Qur‟an maupun dalam pengalamannya.

Selain itu, guru bisa menjadi figure bagi muridnya. Sehingga murid

akan berusaha meniru (meneladani) akhlakul karimah dari seorang guru.

Keberadaan guru tersebut akan memotivasi murid, dengan berusaha

sekuat tenaga, untuk bisa meraih keberhasilan. Ketiga, barakah guru

sangat diidam-idamkan oleh murid.50

Dalam bahasa Arab dikenal tiga

istilah tersebut adalah murid yang secara harfiah berarti orang yang

mengingikan atau membtuhkan sesuatu, tilmidz jamak dari talmidz yang

berarti murid, dan thalib al-ilmi yang menuntut ilmu, pelajar atau

mahasiswa. Ketiga istilah tersebut seluruhnya mengacu kepada

seseorang yang tengah menempuh pendidikan. Perbedaannya hanya

terletak pada penggunannya. Dilihat dari segi kedudukan, anak didik

makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan

pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan

bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal

kemampuan fitrahnya. Namun, anak didik tidak hanya dianggap sebagai

objek pendidikan saja, melaikan juga harus diperlukan sebagai subjek

pendidikan. Antara lain dengan cara melibatkan mereka dalam

memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar.51

Menghafal Al-Qur‟an merupakan perbuatan mulia, baik di hadapan

manusia, maupun di hadapan Allah. Orang-orang yang mempelajari,

membaca atau menghafal Al-Qur‟an merupakan orang-orang pilihan

yang ditunjuk oleh Allah. Sebagai peserta didik yang terbiasa

menghafalkan Al-Qur‟an, akan lebih mudah dalam menghafalkan

pelajaran lain. Peserta didik yang terbiasan dalam belajar atau mengkaji

makna Al-Qur‟an, akan terlihat pada perilaku baik dalam sehari-hari.

Maka diperlukan seorang guru tahfidz Al-Qur‟an yang dapat menjadi

50Zaki Zamani, Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Yogyakarta: Al Barokah, 2014), h.

35-36. 51

Abuddin Nata, Pendidikan Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 131.

27

panutan peserta didik, dalam akhlak, pengetahuan dan kemampuan

dalam membaca Al-Qur‟an.

8. Evaluasi Pembinaan Tahfidz Al-Qur’an

Menurut Arifin, “Evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan

berkelanjutan untuk menentukan kualitas dari sesuatu, berdasarkan

pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan.”52

Dalam sistem pembelajaran, evaluasi merupakan salah satu

komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk

mengetahui keekfektifan pembelajaran. Hasil yang diperoleh dari evaluasi

dapat dijadikan balikan (Feed Back) bagi guru dalam memperbaiki dan

menyempurnakan program dan kegiatan pembelajaran.53

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan

dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan,

materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem

peniliaian itu sendiri.54

Di Indonesia, evaluasi hasil banyak digunakan

dalam pendidikan. Evaluasi hasil disebut belajar, meskipun pengertiannya

sama namun cakupannya berbeda. Karena hasil yang dimaksudkan dalam

evaluasi hasil adalah hasil belajar tidaak hanya berkenaan dengan domain

pengetahuan tetapi juga domain keterampilan dan sikap. 55

Evaluasi pembinaan ini tidak hanya untuk peserta didik namun

guru dan pendukung lainnya, seperti dapat membantu peserta didik dalam

mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan peserta didik, dapat menilai

efektivitas strategi pembelajaran, program kurikulum, serta dapat

meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Evaluasi yang digunakan pada MA Pembangunan UIN Jakarta

dengan cara tes lisan.56

Tes lisan ini terdapat dua macam, yaitu

menyambung ayat dan menyetor ayat yang telah di hafal peserta didik di

52

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.5. 53

Ibid., h.2. 54

Ibid., h. 14 55

Ibid., h. 34. 56

Hasil Wawancara dengan pembimbing tahfidz Al-Qur’an, Bapak Yayat pada 20 Desember 2018 pukul 08.30 WIB di MA Pembangunan UIN Jakarta.

28

semester tersebut, dengan adanya evaluasi ini agar guru maupun peserta

didik mengetahui pencapaian target hafalan yang ditentukan, fashahah

peserta didik dalam menghafal, dan hukum bacaan tajwid maupun

makhraj peserta didik dalam melafalka ayat.57

9. Pelaksanaan Membina Tahfidz Al-Qur’an

Pembinaan tahfidz Al-Qur‟an adalah proses mempelajari Al-

Qur‟an dengan cara menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an. Pembinaan

tahfidz Al-Qur‟an yang dilaksanakan di MA Pembangunan UIN Jakarta

merupakan pembinaan yang terdapat didalam program Habitual

Curicullum. Pembinaan Tahfidz Al-Qur‟an ini telah berjalan sejak

berdirinya MA Pembangunan hingga sekarang. Pesera didik mengafal 3

Juz yakni, Juz 28 untuk kelas XII, Juz 29 untuk kelas XI, Juz 30 untuk

kelas X. Namun terdapat inovasi baru, yang berlaku untuk peserta didik di

kelas X yakni, peserta didik menghafalkan beberapa surat pilihan yang

ditentukan oleh guru pembimbing Habitual Curicullum. Walaupun adanya

inovasi dalam pembinaan tahfidz Al-Qur’an, namun tidak mengurangi ataupun

menghapus tujuan dalam pembinaan hafalan Al-Qur’an, namun tidak

mengurangi ataupun menghapus tujuan dalam pembinaan tahfidz Al-Qur’an.

Melalui pembinaan tahfidz Al-Qur’an, akan menjadikan peserta didik sebagai

generasi Qur’an yang memiliki hafalan Al-Qur’an dan dapat diaplikasikan dalam

keseharian.

B. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

57

Ibid.,

29

Istilah kurikulum digunakan pertama kali pada dunia

olahraga pada zaman yunani kuno yang berasal dari kata curir dan

curere. Pada waktu itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus

ditempuh oleh seorang pelari. Orang mengistilahkannya dengan tempat

berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai finish.58

Dengan menyimak bermacam-macam definisi mengenai

kurikulum menurut pandangan lama, maka dapat diidentifikasikan

maknanya sebagai berikut:

a. Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan dan pengajaran (dilihat

dari pihak pendidik/guru).

b. Kurikulum adalah suatu rencana pelajaran (dilihat dari pihak peserta

didik).

c. Rencana pendidikan dan pengajaran atau rencana pelajaran yang

dimaksudkan pada butir a dan b adalah sejumlah mata pelajaran

yang harus dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai suatu

jenjang pendidikan/ijazah tertentu.

d. Mata-mata pelajaran yang dimaksud pada butir c adalah sejumlah

ilmu pengetahuan yang merupakan warisan dari generasi terdahulu.

Bila kita mengkaji definisi-definisi kurikulum menurut

pandangan lama, maka dapat disimpulkan bahwa:

1) Kurikulum diberi arti yang sempit yakni bahwa rencana pengajaran

yang terdiri dari sejumlah mata pelajaran.

2) Kurikulum diberi arti sebagai hasil pendidikan (education product)

yang harus dicapai oleh peserta didik.

Definsi kurikulum menurut pandangan baru, maka dapat diartikan

sebagai berikut:

58

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup:

2008), h. 3.

30

a) Definisi kurikulum menurut pandangan baru memberi arti kurikulum

secara luas.

b) Pandangan baru tersebut mula-mula menekankan seluruh

pengalaman peserta didik sebagai arti kurikulum.

c) Pengembanagan selanjutnya menunjukan bahwa kurikulum diberi

arti sebagai pengalaman-pengalaman yang direncanakan dan

diarahkan oleh sekolah atau guru.

d) Perkembangan terakhir memandang kurikulum sebagai tujuan, nilai-

nilai atau hasil pendidikan yang ingin dicapai.59

Selanjutnya istilah kurikulum digunakan dalam dunia pendidikan.

Para ahli pendidikan memiliki penafsiran yang bebeda tentang

kurikulum. Namun demikian, dalam penafsiran yang berbeda itu, ada

juga kesamaannya. Kesamaan tersebut adalah, bahwa kurikulum

berhubungan erat dengan usaha mengembangkan peserta didik sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai. Kurikulum memang diperuntukan

untuk anak didik, seperti yang dikutip dari buku Kurikulum dan

Pembelajaran karangan Wina Sanjaya, Murray Print mengungkapkan

bahwa kurikulum meliputi:

(1) Planned learning experiences.

(2) Offered within an educational institution/program.

(3) Represented as a document.

(4) Includes experiences resulting from implementing that document.60

Kurikulum ialah suatu program pendidikan yang berisikan

berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan,

direncanakan dan diracangkan secara sistematik atas dasar norma-norma

yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi

59

Baego Ishak, Pengembangan Kurikulum, ( Ujung Pandang: Berkah Utami: 1998), h. 7-

12. 60

Wina Sanjaya, op.cit, h. 3.

31

tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan

pendidikan.61

Kurikulum merupakan inti dari proses pendidikan, sebab di antara

bidang-bidang pendidikan yaitu manajemen pendidikan, kurikulum,

pembelajaran, dan bimbingan siswa, kurikulum pengajaran merupakan

bidang yang paling langsung berpengaruh terhadap hasil pendidikan.

Dalam pengembangan kurikulum minimal dapat dibedakan antara desain

kurikulum atau kurikulum tertulis (“design, written, ideal, intended,

official, formal curriculum) dan implementasi kurikulum atau kurikulum

perbuatan (“curicullum implmentation, actual curiculum, real

curriculum, atau curriculum in action”). 62

Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat bahwa

kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncankan

melaikan juga peristiwa-peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan

sekolah, jadi selain kegiatan ekstrakurikuler yang formal juga kegiatan

yang tak formal. Yang terakhir ini sering disebut kegiatan ko-

ekstrakurikuler atau ekstra-kurikuler (co-curriculum atau extra

curriculum).

Kurikulum formal meliputi:

(a) Tujuan pelajaran, umum dan spesifik.

(b) Bahan pelajaran yang tersusun sistematis.

(c) Strategi belajar-mengajar serta kegiatan-kegiatannya.

(d) Sistem evaluasi untuk mengetahui hingga mana tujuan tercapai.

Kurikulum tak formal terdiri atas kegiatan-kegiatan yang juga

direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran

akademis dan kelas teretentu. Kurikulum ini dipandang sebagai

61

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2004),

h. 3. 62

Nana Sy. Sukmadinata dan Erliany Syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,

(Bandung: PT Refika Aditama : 2012), h. 1.

32

pelengkap kurikulum formal. Yang termasuk kurikulum tak formal ini

antara lain: pertunjukan sandiwara, pertandingan antar kelas atau antar

sekolah, perkumpulan berbagai hobi, pramuka dan lain-lain.63

Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan

rumusan kurikulum menurut undang-undang pendidikan kita yang

dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional dikatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat

rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Yang dimaksud dengan isi dan bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan

dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan

satuan pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian

tujuan pendidikan nasional.64

Perlu kita pahami bahwa sekolah didirikan untuk membimbing

peserta didik agar berkembang sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Ini

berarti titik sentral kurikulum adalah anak didik itu sendiri.

Perkembangan anak didik hanya akan tercapai apabila da memperoleh

pengalaman belajar melalui semua kegiatan yang disajikan sekolah, baik

melalui mata pelajaran ataupun kegiatan lainnya.65

Maka dalam pembahasan yang disebutkan diatas kurikulum dapat

diartikan sebagai sebuah dokumen perencanaan yang berisi tentang

tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus

dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi

nyata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan

dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah

disusun.

63

S.Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Sinar Grafika: 2010), h. 5-6. 64

Wina Sanjaya, op.cit, h. 8. 65

Ibid., h. 9.

33

2. Peranan Kurikulum

Sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara

sistematis, kurikulum mengemban peranan yang sangat penting bagi

pendidikan siswa. Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan,

dengan sekolah sebagai institusi social dalam melaksanakan operasinya, maka

dapat ditentukan paling tidak tiga peranan kurikulum yang sangat penting,

yakni peranan konservatif, peranan kritis atau evaluative, dan peranan

kreatif. Ketiga peranan ini sama penting dan perlu dilaksanakan secara

seimbang.

a. Peranan Konservatif

Salah satu tanggung jawab kurikulum adalah mentransmisikan dan

menafsirkan warisan social pada generasi muda. Dengan demikian,

sekolah sebagai suatu lembaga social dapat mempengaruhi dan

membina tingkah laku siswa sesuai dengan berbagai nilai sosisal yang

ada dalam masyarakat , sejalan dengan peranan pendidikan sebagai

suatu proses social. Oleh karenanya, dalam kerangka ini fungsi

kurikulum menjadi teramat penting, karena ikut membantu proses

tersebut.

b. Peranan Kritis atau Evaluatif.

Kebudayaan senantiasa berubah dan bertambah, Sekolah tidak

hanya mewariskan kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai dan

memilih berbagai unsur kebudayaan yang akan diwariskan. Dalam hal

ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam control social dan

memberi penekanan pada unsur berpikir kritis. Kurikulum harus

merupakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.

3. Hidden Kurikulum

34

Kurikulum tersembunyi pada dasarnya adalah hasil dari suatu

proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang

muncul di luar tujuan yang dideskripsikan oleh guru. Kurikulum pada

hakikatnya berisi ide atau gagasan. Ide atau gagasan itu selanjutnya

dituangkan dalam bentuk dokumen atau tulisan secara sistematis dan

logis yang memerhatikan unsur scope dan sequence, selanjutnya

dokumen tertulis itulah yang dinamakan dengan kurikulum yang

terencana.66

Hidden curriculum berarti bahwa kurikulum yang tersembunyi.

Tersembunyi berarti tak dapat dilihat tetapi tidak hilang. Jadi kurikulum

tersembunyi ini tidak direncanakan, tidak diprogram dan tidak dirancang

tetapi mempunyai pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung

terhadap output dari proses belajar mengajar.67

Hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) yaitu berupa aturan

tak tertulis dikalangan siswa misalnya, “Harus kompak terhadap guru”

yang turut mempengaruhi suasana pengajaran dalam kelas. Kurikulum

tersembunyi ini dianggap oleh kalangan tertentu tidak termasuk

kurikulum karena tidak direncanakan.68

Menurut Bellack dan Kiebard yang dikutip dari buku Kurikulum

dan Pembelajaran karangan Wina Sanjaya, hidden curriculum memiliki

tiga dimensi yaitu:

a. Hidden curriculum dapat menunjukan suatu hubungan sekolah, yang

meliputi interaksi guru, peserta didik, struktur kelas, keseluruhan

pola organisasional peserta didik sebagai mikrokosmos sistem nilai

sosial.

66

Ibid., h. 25 67

Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, ( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2004),

h. 7. 68

S.Nasution, op.cit, h. 6.

35

b. Hidden curriculum dapat menjelaskan sejumlah proses pelaksanaan

di dalam atau di luar sekolah yang meliputi hal-hal yang memiliki

nilai tambah, sosilisasi, pemeliharaan struktur kelas.

c. Hidden curriculum mencakup perbedaan tingkat kesengajaan

(intensionalitas) seperti halnya yang dihayati oleh para peniliti,

tingkat yang berhubungan dengan hasil yang bersifat insidental.

Bahkan hal itu kadang-kadang tidak diharapkan dari penyusunan

kurikulum dalam kaitannya dengan fungsi sosial pendidikan.69

Dalam dimensi pelaksanaan implementasi kurikulum di dalam

kelas atau pengembangan kurikulum dalam skala mikro, kurikulum

tersembunyi (hidden curriculum) memiliki makna: Pertama, kurikulum

tersembunyi dapat dipandang sebagai tujuan yang tidak tertulis

(tersembunyi), akan tetapi pencapaiannya perlu dipertimbangkan oleh

setiap guru agar kualitas pembelajaran lebih bermakna. Sebagai contoh,

ketika guru hendak mengajar tujuan tertentu melalui metode diskusi,

sebenarnya ada tujuan lain yang harus dicapai selain tujuan yang

berhubungan dengan penguasaan materi pembelajaran.

Kedua, kurikulum tersembunyi juga dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang terjadi tanpa direncanakan terlebih dahulu yang

dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.70

Jadi dapat dikatakan bahwa dari definisi-definisi diatas dapat

diartikan hidden kurikulum merupakan yang didalamnya berisi suatu ide

atau gagasan yang selanjutnya di tuangkan kedalam tulisan secara

sistematis yang tidak direncanakan, tidak diprogram, dan tidak dirancang

tetapi mempunyai pengaruh baik kedepannya dan dapat mempenagruhi

pengajaran dikelas.

4. Habitual Curriculum

69

Wina Sanjaya, op.cit, h. 27. 70

Ibid., h. 27.

36

Teori Habitus yang dimunculkan oleh Pierre Boudieu disebabkan

oleh studi yang mendalam dan penelitian-penelitian yang dilakukan oleh

Bourdieu di daerah Kabylie dan Collo, Aljazair. Rumusan teori beliau

dimasukkan kedalam dikotomi-dikotomi tersebut ke dalam satu kategori

dikotomi epistimologi besar yaitu antara subyektivisme dan

obyektivisme.

Teori yang dikemukakan Pierre Bourdieu dimaksudkan untuk

melewati batas-batas oposisi yang telah terstruktur dalam teori-teori ilmu

sosial seperti subjectivisme dan objectivisme. Habitus dikatakan

structure karena habitus bisa melahirkan praksis baru yang tidak

terbatas.71

Habitual Curriculum merupakan pembinaan akhlak selama tiga

puluh lima menit pada awal jam pelajaran pertama setiap hari. Muatan

materinya berupa hafalan do‟a-do‟a, surat-surat pendek, pembacaan

surat-surat panjang maksimal 5 ayat, dan tausiah akhlak.72

Kegiatan habitual curriculum di MA Pembangunan sendiri

meliputi kegiatan tahfidz al-qur‟an, latihan kultum, sholat dhuha, dan

dzikir bersama.73

jadi, dari beberapa teori habitus di atas yang penulis

paparkan, penulis bisa mengambil kesimpulan bahwa teori habitus dan

kata habitual bisa dikatakan sejalan karena yang dimaksud habitus itu

ialah teori yang menyinggung tentang subjectivisme dan objectivisme

yang dimana bisa melahirkan praksis baru yang tidak terbatas, senada

dengan teori habitus, habitual pun ialah kegiatan yang dimana ada

objektivisme dan subjektivisme yang melahirkan praksis yang tidak

terbatas, yaitu subjektivisme itu sendiri pada kegiatan hafalan-hafalan

surat pilihan dalam Al-Qur‟an dan objektivisme dari kegiatan habitual

ialah peserta didik, yang nantinya bisa melahirkan praksis yang tidak

71

http://www.academia.edu/35894184/TEORI_HABITUS_PIERRE_BOURDIEU

diakses pada tanggal 29 April 2019 pukul 14.50 WIB. 72

http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/kurikulum-ibtidaiyah/ diakses pada tangal

26 oktober 2018 pukul 21.00. 73

Hasil Wawancara dengan bapak Yayat selaku guru pembimbing HC pada tanggal 18

April 2017.

37

terbatas melalui output dari peserta didik di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta.

5. Implementasi Pelaksanaan Habitual Curiculum dalam membina

Tahfidz Al-Qur’an

Al-Qur‟an sebagai Dienul Islam, dimana menjadi petunjuk untuk

seluruh umat manusia dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang

meyakini dan mengimani Al-Qur‟an. Al-Qur‟an memiliki sifat

keagungan dan derajat yang mulia, maka dari itu bagi kaum muslim

diharuskan untuk mempelajari Al-Qur‟an baik membaca, menulis,

menghafalkan, serta mempelajari isi kandungan Al-Qur‟an.

Pencapaian dalam pendidikan yaitu memelihara dan memberi

latihan mengenai akhlak dan kecerdasan dalam mengembangkan

seluruh potensi yang dimilikinya, dalam bentuk sikap maupun

perilaku yang positif di masyarakat. Begitupun dengan pendidikan

keagamaan yang berfugsi mempersiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai

ajaran agamanya. Sehingga pada akhirnya akan menjadi petunjuk

dalam menjalani kehidupan dalam keseharian dan menjadikan

manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.

Pembinaan tahfidz Al-Qur‟an adalah proses mempelajari Al-

Qur‟an dengan cara menghafalkan ayat-ayat Al-Qur‟an.

Menghafalkan Al-Qur‟an dengan metode yang digunakan para

penghafal Al-Qur‟an akan semakin bertambah generasi penghafal Al-

Qur‟an. Peserta didik yang menghafalkan Al-Qur‟an akan terbiasa

dalam mengingat-ingat ayat Al-Qur‟an, begitupun dengan pelajaran

lainnya ia akan merasa mudah dan terbiasa dalam menghafal atau

mengingat pelajaran.

Menghafal Al-Qur‟an atau tahfidz Al-Qur‟an kini telah diterapkan

sebagai salah satu kurikulum dalam pendidikan Islam pada lembaga

38

formal. Salah satu lembaga formal yang menjadikan tahfidz Al-

Qur‟an bagian dari kurikulum yaitu MA Pembangunan UIN Jakarta.

Yang terdapat dalam program Habitual Curriculum, bertujuan untuk

mengantarkan peserta didik untuk memiliki hafalan Al-Qur‟an serta

dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar.

C. Hasil Penilitian Relevan

Sebagai bahan masukan, dalam penelitian ini penulis mengambil kajian-

kajian sebelumnya sebagai berikut:

1. Skripsi yang disusun leh Suwarti (3103098), mahasiswa IAIN Walisongo

Semarang Fakultas Tarbiyah, dengan judul penelitian “Pelaksanaan

Program Tahfidz Qur‟an 2 Juz (Studi di SDIT Harapan Bunda

Semarang)” tahun 2008. Pada skripsi tersebut Suwarti menjelaskan

pelaksanan program Tahfidz Qur‟an 2 Juzdi SDIT Harapan Bunda, di

mana program Tahfidz Qur‟an yang dilaksanakan pada kelas VI dengan

alokasi waktu 2 jam pelajaran. Selain itu, dalam skirpsi ini menjelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program tahfidz Al-

Qur‟an. Metode yang digunakan oleh Suwarti adalah metode kualitatif

deskriptif, dengan teknik pengumpulan data yaitu melalui wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Hasil penilitian yang ditujunkan melalui

teknik pengumpulan data yaitu melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Hasil penilitian yang ditunjukan melalui teknik

pengumpulan data tersebut menunjukan bahwa program tahfidz Al-

Qur‟an di SDIT Harapan Bunda termasuk program khas di mana

kurikulumnya termasuk dalam bentuk kurikulum yang membedakan

dengan sekolah lainya.74

2. Tesi yang disusun oleh Sri Purwaningsih Romadhon (1320410005), dari

UIN Sunan Kalijaga dengan judul penelitian “Implementasi

74

Surwati, “Pelaksanaan Pelaksanaan Program Tahfidz Qur’an 2 Juz (Studi di SDIT Harapan Bunda Semarang)” tahun 2008. IAIN Walisongo

39

Pembelajaran Tahfidz dengan Pendekatan Humanistk Anak

Berkebutuhan Khusus di SDIT Hidayatullah Yogyakarta” tahun 2015.

Pad tesi ini, Sri Purwaningsih Romadhon mendapati keutamaa apabila

tahfidz dijadikan pembelajaran bagi anakberkeutuhan khusus. Karena

dengan tahidz, tantrum anak berkurang dan anak cenderung isa

diarahkan. Keberhasilan dari implemetasi pembelajaran tahfidz dengan

pendekatan humanistik mendapat perbaikan akhlak dan perilaku peserta

didik mampu mencapai target hafalan dengan baik, sosialisasi antarteman

semakin baik, kepercayaan peserta didik menjadi tinggi. Metode yang

digunakan oleh Sri Purwaningsih Romadhn adalah metode deskriptif

kualitatif, dengan teknik pengumpualn data yaitu melalui observasi ,

wawancar, an dokumentasi. Dalam enguji kredibilitas data, ia

menggunakan teknik triangulasi sumber data. Hasil penelitian yang

ditunjkkan melalu tenik pengumpulan data menunjukkan bahwa guru

maupun anak berkebutuhan khusus harus membuat perencanaan yang

matang dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.75

Persamaan penilitian sebelumnya dengan yang akan peneliti lakukan

adalah membahas tentang tahfidz Al-Qur‟an. metode yang digunakan

adalah dengan pendeketan kualitatif deskriptif berdasarkan teknik

pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Namun

dalam penilitian ini metode yang digunakan adalah studi kasus.

Selain itu terdapat perbedaan dengan peneilitian sebelumnya yaitu

pada lokasi dan fokus peniliitan tertuju pada program Habitual Curriculum

yang didalam nya tertuju pada program Tahfidz al-Qur‟an yang akan di teliti

ini merupakan program yang termasuk dalam muatan lokal yang ditetapkan

pemerintah dan juga inisiatif dari sekolah yang membuat program Habitual

Curriculum yang tertuju pada Tahfidz Al-Qur‟an. dan penilitian ini juga di

fokuskan pada program tahfidz dan faktor apa saja yang mendukung dan

75

Sri Purwaningsih Romadhon, “Implementasi Pembelajaran Tahfidz dengan Pendekatan Humanistik Anak Berkebutuhan Khusus di SDIT Hidayatullah Yogyakarta” Tesis pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijag,Yogakarta, 2015 h. 176-179

40

menghambat pelaksanaan habitual curriculum dalam membina tahfidz Al-

Qur‟an di sekolah MA Pembangunan yang menjadi tempat penilitian.

40

BAB III

METODOLOGI PENILITIAN

A. Tempat dan Waktu Penilitian

1. Tempat Penilitian

Penilitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta yang beralamat di jalan. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Tangerang Selatan, Banten 15419 Indonesia.

2. Waktu Penelitian

Waktu penilitian dari bulan Agustus 2018 s.d Maret 2019.

B. Metode Penilitian

Penilitian merupakan usaha seseorang yang dilakukan secara

sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi seperti observasi sistematis,

terkontrol, mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan fakta dan

gejala yang ada.76

Adapun jenis penilitian yang digunakan dalam penilitian

ini adalah penitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif

kualitatif.

Penilitian kualitatif adalah suatu penilitian yang ditunjukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun

kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip

dan penjelasan yang mengarah kepada penyimpulan. Penilitian kualitatif

bersifat induktif: atau dibiarkan terbuka untuk interprestasi. Data dihimpun

dengan pengamatan yang seksama, mencakup deskripsi dalam konteks yang

mendetail disertai catatan-catatan hasil wawacara yang mendalam, serta hasil

76

Hamid Darmadi, Metode Penilitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 24.

41

analisis dokumen dan catatan-catatan.77

Kegiatan pokok dalam penilitian ini

adalah mendeskripsikan dan menganalisis secara intensif tentang fenomena

sosial yang diteliti yaitu, hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan habitual

curriculum dalam membina hafalan Al-Qur‟an siswa di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah keselurahan jumlah subyek penilitian yang terdiri

dari objek yang mempunyai karakteristik tertent di dalam suatu

penelitian.78

Dapat dikatakan populasi adalah wilayah yang terdir dari

subjek maupun objek yang mempunyai karakter tertentu dan berkualitas

sehingga menjadi perhatian bagi peneliti. Sampel adalah sebagian dari

populasi yang diambil secara representatif atau mewakili populasi yang

bersangkutan pada penelitian.79

Dapat diartikan sampel sebagai bagiandari

populasi, sebagai perwakilan yang diambil dengan cara-cara tertentu.

Populasi ada penelitian ini adalah peserta didik kelas X dan XI MA

Pembangunan UIN Jakarta tahun ajaran 2018/2019 yang berjumlah 185

peserta didik.

Adapun dalam hal teknik pengambilan sampel, peniliti

menggunakan non probability sampling dengan teknik sampling

sistematis. sampling sistematis merupakan teknik pengambilan sampel

berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.80

Datam hal penggunaan teknik sampling sistematic ini, peneliti

menggunakan sampel berdasarkan peserta didik kelas X dan XI yang

berdasarkan absen kelas, kemudian peniliti mengambil nomor urut absen

berdasarkan kelipatan yang diambil untuk dijadikan sampling untuk

mendapatkan pengamalan lebih dalam pembinaan tahfidz Al-Qur‟an.

77

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penilitian Pendidikan, ( Bandung: Rosdakarya,

2010), h. 60. 78

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, (Jakarta: Ciputat Mega Mall, 2013), h. 69. 79

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 2. 80

Ibid., h. 84.

42

D. Instrumen Penilitian

Agar penilitian ini lebih terarah, terlebih dahulu peniliti menyusun

kisi-kisi instrumen penilitian, yang mana kisi-kisi tersebut akan

dikembangkan menjadi acuan untuk membuat pedoman observasi,

pedoman wawancara serta kuesioner/angket, guna dalam mencari data

dan informasi yang dibutuhkan peniliti agar dapat tercapai. Berikut

kisi-kisi observasi pada pelaksanaan Habitual Curriculum dalam

membina hafalan Al-Qur‟an siswa:

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Obersvasi pembinaan Hafalan Al-Qur’an

Objek Pengamatan Indikator

A. Pembinaan Hafalan

Al-Qur’an

- Kegiatan

Pembukaan dalam

Pembinaan

- Kegiatan inti dalam

pembinaan

- Kegiatan penutup

dalam pembinaan

.B. Aktifitas pembinaan

hafalan Al-Qur’an.

- Keaktifan peserta

didik dalam

pembinaan

- Penilaian

Instrumen penilitian pada wawancara, peniliti memberikan

pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pembinaan hafalan Al-Qur‟an

siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kisi-kisi

wawancara dibawah ini:

Tabel 3.2

43

Kisi-Kisi Wawancara Pelaksanaan Pembinaan Hafalan Al-Qur’an

No Sub Pokok

Pertanyaan

Aspek yang

diungkap

Sumber

Data

Butir Soal

1. Proses Habitual

Curriculum dalam

membina tahfidz Al-

Qur‟an

1.1 Peran

guru

dalam

pembina

an

1.2 Kesesuai

an antara

metode,

materi

dan

kemapua

n peserta

didik

Kepala

Sekolah

Guru

Pembimbin

g/Wali

Kelas

Peserta

Didik

5, 6

2

1,2

2. Komponen

pembinaan tahfidz

Al-Qur‟an

2.1 Kegiatan

Pembinaan

2.2Habitual

Curriculum

2.3 Materi

Kepala

sekolah

Guru

pembimbin

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Kepala

Sekolah

Guru

Pembimbin

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Guru

Pembimbif

3,7,8

1,10,11

1,2,4,6,7

3,4

5

44

2.4 Metode

2.5 Evaluasi

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Kepala

Sekolah

Guru

Pembimbin

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Peserta

Didik

9

12,13,14

4

Instrumen penilitian pada kuesioner, penulis memberikan

pertanyaan-pertanyaan semi terbuka atau campuran dimana pertanyaan

yang diberikan alternatif jawabannya, namun responden juga dapat

menambah jawaban tersebut sesuai dengan keinginan responden

terkait dengan pelaksanaan pembinaan hafalan Al-Qur‟an siswa,

berikut tabel kisi-kisi instrumen penilitian dibawah ini:

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen kuesioner pelaksanaan pembinaan hafalan Al-

Qur’an siswa

No Sub Pokok Pertanyaan Aspek yang

diungkap

Butir Soal

1. Peserta didik 1.1 Peserta didik

dapat

mengaplikas

ikan ayat

yang telah di

hafal dalam

1,2,3

45

keseharian

1.2 Peserta didik

mampu

menghafal

dengan baik

1.3 Peserta didik

mengikuti

etika dalam

menghafal

Al-Qur’an

1.4 Peserta didik

senantiasa

berperilaku

baik dalam

sosial

dengan

teman

maupun

guru

1.5 Peserta didik

mampu

memuliakan

Al-Qur’an

sebagai

bentuk

penghormat

an kepada

Al-Qur’an

1.6 Motivasi

peserta didik

dalam

4,5,6

7,8

9,10

11,12

13,14

46

menghafal

Al-Qur’an

1.7 Kendala

peserta didik

dalam proses

pembinaan

29,30

31,32

2 Metode pembinaan 2.1 Guru

membina sesuai

tahapan-

tahapan yang

telah disepakati

(muraja’ah)

15,16

3 Materi 3.1 Guru

Menguasai

materi yang

disampaikan

24

4 Evaluasi 5.1 Mengetahui

hasil belajar

peserta didik

terutama dalam

menghafal Al-

Qur’an

5.2 Guru

memberikan

feedback

pembelajaran

tahfidz Al-

Qur’an

25,26,27

28

E. Teknik Pengumpulan Data

47

Teknik pengumpulan data dalam penilitian ini yaitu melalui penilitian

kepustakaan (library resarch) yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan

dara dan mempelajari buku-buku serta referensi yang ada hubungannya

dengan objek yang akan diteliti dan penilitian lapangan (field research),

untuk memudahkan data, fakta, dan informasi yang akan mengungkapkan dan

menjelaskan permasalahan-permasalahan dalam penilitian ini. Pengumpulan

data ini dilakukan pada kelas X dan XI MA Pembangunan UIN Jakarta dalam

kegiatan Habitual Currciulum (HC). Dimana hasil temuan pada pengumpulan

data ini akan diolah menjadi hasil penilitian yang baik, dan bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana pelaksanaan Habitual Curriculum dalam membinan

hafalan Al-Qur‟an siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta itu berjalan

dengan baik ataupun tidak. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu

teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Kegiatan

tersebut bisa berkenan dengan cara guru mengajar, siswa belajar, kepala

sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil bidang

kepegawaian yang sedang rapat, dan sebagainya.

Observasi dapat dilakukan secara partisipatif pengamat ikut

dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta

rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi non partisipatif pengamat

tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan,

tidak ikut dalam kegiatan.81

Obsevasi juga dapat diartikan sebagai

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang

tampak pada objek penilitian. Pengamatan dan pencatatan yang

dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa

sehingga observasi berada bersama objek yang diselidiki, disebut

81

Ibid., h. 220.

48

observasi langsung. Sedang obsevasi tidak langsung adalah pengamatan

yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan

diselidiki.82

Observasi dapat juga diartikan pengamatan yang dilakukan secara

sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis

untuk kemudian dilakukan pencatatan.83

Dalam observasi ini penulis

melakukan pengamatan pada kegiatan habitual curriculum yang meliputi

kegiatan-kegiatan keagamaan sehingga akan diperoleh gambaran tentang

pelaksanaan habitual curriculum dalam membina hafalan Al-Qur‟an

siswa.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu bentuk teknik pengumpulan

data yang banyak digunakan dalam penilitian deskriptif kualitatif dan

deskriptif kuantitatif. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam

pertemuan tatap muka secara individual. 84

Wawancara juga dapat

diartikan sebagai proses tanya-jawab dalam penilitian yang berlangsung

secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-

keterangan.85

Wawancara juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk

mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan pada responden.86

Dalam penilitian ini wawancara

dilakukan kepada kepala sekolah, wakil bidang kurikulum, guru

pembimbing habitual curriculum, dan peserta didik di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta.

82

S. Margono, Metodologi Penilitian Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2013), h. 158-

159. 83

Joko Subagyo, Metode Penilitian Dalam Teori dan Praktek, ( Jakarta: Rineka Cipta,

2004), h. 63. 84

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 216. 85

Cholid Narbuko., dkk, Metodologi Penilitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 83. 86

Joko Subagyo, op.cit., h. 39.

49

3. Studi Dokumenter

Studi dokmenter ( documentary study) merupakan suatu teknik

pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-

dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-

dokumen yang dihimpun dipilih yang sesuai dengan tujuan dan fokus

masalah, kalau fokus penilitiannya berkenaan dengan kebijakan

pendidikan, dan tujuanya mengjaki kebijakan-kebijakan pendidikan

untuk pengembangan karakter bangsa, maka yang dicari adalah

dokumen-dokumen undang-undang, Kepres, PP, Kepmen, kurikulum,

pedoman-pedoman sampai dengan juklak dan juknis yang berkenaan

dengan kebijakan pengembangan karakter bangsa.87

Dalam penilitian ini studi dokumenter dilakukan dengan melihat

dokumen-dokumen tentang Sejarah Madrasah Aliyah Pembangunan UIN

Jakarta, Panduan Habitual Curriculum, muatan lokal kurikulum madrasah

aliyah tentang program menghafal Al-Qur‟an, dan catatan-catatan

akademik.

4. Kuesioner

penilitian ini, peniliti mengumpulkan data dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah salah suatu daftar yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan oleh seseorang

apabila ingin melakukan suatu penilitian dan mengambil sejumlah

informasi ataupun data.88

Kuesioner tersebut diberikan kepada

siswa siswi kelas X dan XI untuk mengetahui informasi mengenai

proses pelaksanaan pembinaan Tahfidz Al-Qur‟an yang ada di

MA Pembangunan UIN Jakarta. Adapun tujuan dari angket ini

untuk mencari atau memperoleh suatu informasi mengenai

87

Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., h. 221-222. 88

Cholid Nabuka., Abu Achmadi, Metodologi Penilitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 76.

50

masalah yang ada dilapangan.89

Dengan responden yang telah

memberikan jawabannya kepada si peniliti. Kuesioner yang

digunakan adalah kuesioner semi terbuka. Kuesioner diberikan

kepada siswa selaku sampel dalam penilitian.

F. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data

Dalam upaya untuk memberikan keabsahan data yang akurat maka

penilitian ini menggunakan beberapa cara, diantaranya:

1. Melakukan prosedur cek ulang secara cermat.

Prosedur cek ulang merupakan teknik yang efektif untuk melihat

keabsahan data temuan. Diantara hal yang dapat dilakukan dalam cek

ulang adalah dengan cara verifikasi data temuan yakni melakukan

pengecekan apakah data yang diungkapkan oleh narasumber atau subjek

penilitian sesuai dengan situasi konkret yang ditemukan di lapangan. 90

2. Ketekunan pengamatan.

Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan

unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu

yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.91

3. Triangulasi

Triangulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya.92

Triangulasi dapat dilakukan dengan tiga cara yakni

triangulasi sumber, teknik, dan waktu. Melalui triangulasi sumber yaitu

89

Cholid Nabuka., Abu Achmadi, Metodologi Penilitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 77.

90 Lexy J. Moleong, Metodologi Penilitian Kualtatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1997), h. 327-332 91

Ibid., h. 177 92

Ibid., h. 178.

51

suatu teknik pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan

memeriksa data yang didapatkan melalui berbagai sumber.

Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya

kepemimpinan kepala madrasah, pengumpulan dan pengujian data yang

kita peroleh dilakukan ke bawahan kepada yang dipimpin, ke atasan yang

menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerja sama.

Triangulasi teknik yaitu digunakan untuk menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan cara mengecek data kepada narasumber yang sama

dengan teknik yang berbeda.

Contoh: data yang diperoleh dengan wawancara, lalu di cek

dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Jika berdasarkan tiga

teknik tersebut menghasilkan temuan yang berbeda-beda, kita melakukan

diskusi lebih lanjut untuk memastikan data mana yang dianggap benar.

Triangulasi waktu merupakan teknik yang dilakukan dengan cara

melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain

dalam waktu atau situasi yang berbeda. Sebagai contoh: data yang kita

peroleh dari hasil wawancara dengan informan pada pagi hari,

dimungkinkan ketika informasi kita wawancarai di siang atau di sore,

memberikan data yang tidak sama.93

4. Pemeriksaan Sejawat

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-

rekan sejawat dan pembimbing akademik. Teknik ini akan digunakan

untuk membantu peniliti agar tetap mempertahankan sikap terbuka dan

kejujuran.94

Dalam teknik ini, peniliti mendiskusikan dengan guru

pembimbing HC mengenai kemampuan peserta didik dalam menghafal

Qur‟an. Hal ini dapat membantu peniliti dalam mengumpulkan data.

G. Teknik Analisis Data

93

Andi Prastowo, Metode Penilitian Kualitatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h.

269-270. 94

Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skiripsi FITK, op.cit., hal. 75

52

Analisis data yang digunaka dalam penelitia kualitatif adalah dengan

model analisis data mengalir.95

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis

sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peniliti membuat catatan-catatan yang

dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara dan studi dokumenter.

2. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penggabungan dan penyeragaman segala

bentuk data menjadi bentuk tulisan yang akan dianalisis.96

Proses reduksi

data meliputi langkah penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan,

pengabstaksian, dan pentransformasian data mentah yang telah

diperoleh.97

3. Penyajian Data

Penyajian data dalam penilitian kualitatif umumnya dilakukan dalam

bentuk teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar tentang

temuan penelitian. Namun untuk teks naratif tertentu ada yang disajikan

dalam bentuk gambar, bagian, dan tabel. Penggunaan gambar, bagan dan

tabel tersebut dilakukan untuk mempermudah pembaca dalam memahami

isi penilitian.98

4. Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan pengumpulan data, reduksi data, dan penyajian maka

langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat

mengarah kepada jawaban dari pertanyaan penilitian yang diajukan

sebelumnya dan mengungkapkan “what dan “how” dari temuan

penelitian.99

95

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman

Penulisan Skiripsi, h. 69. 96

Haris Herdiansyah, op.cit., h. 165. 97

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, op.cit., h. 70. 98

Ibid., h. 70-71.

99

Heris Herdiansyah, op.cit., h. 179.

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data yang diperoleh

dari penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an di MA

Pembangunan UIN Jakarta sebagai hasil penelitian yang telah dijabarkan

pada bab-bab sebelumnya dapat peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan

pembinaan tahfidz Al-Qur‟an di MA Pembangunan UIN Jakarta telah

dilaksanakan dengan baik di buktikan dengan rata-rata presentase sebesar

53.05% maka dari itu program tahfidz Al-Qur‟an sudah sesuai dengan

tujuannya yaitu mengantarkan peserta didik untuk memiliki hafalan Al-

Qur‟an sebanyak 2,5 Juz yang dimulai dari surah an-Nas sampai dengan

surah al-Jumu‟ah. Terdapat tiga guru pembimbing tahfidz Al-Qur‟an, dalam

pembelajaran tahfidz terdapat tiga kelompok belajar masing-masing

kelompok mempunyai grade yang telah ditentukan sesuai dengan

kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur‟an peserta didik. Hal ini salah

satu strategi sekolah dalam pelaksanaan tahfidz Al-Qur‟an untuk mencapai

hafalan 2,5 Juz. Pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an berlangsung

selama 30 menit dalam satu pertemuan. Pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an

menggunakan metode talaqqi di mana peserta didik menghafalkan ayat yang

akan disetorkan kepada guru pembimbing dengan cara membaca dan

menghafal berulang-ulang secara bersama-sama maupun sendiri,

menggunakan Al-Qur‟an masing-masing. Setelah peserta didik hafal, maka

peserta didik menyetorkan kepada guru pembimbing tahfidz Al-Qur‟an.

Terdapat evaluasi dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an yaitu dilaksanakan

pada saat tengah semester (UTS) dan pada akhir semester (UAS), evaluasi

dilaksanakan secara lisan. Tujuan evaluasi ini untuk mempertajam hafalan

peserta didik, karena dalam evaluasi peserta didik menghafal seluruh ayat

86

yang telah dihafal untuk disetorkan kembali kepada guru pembimbing,

adapun aspek penilaian tahfidz Al-Qur‟an meliputi fashahah, tajwid,

kelancaran dalam membaca dan sikap.

Guru pembimbing tahfidz Al-Qur‟an menjadikan pembelajaran tahfidz

Al-Qur‟an bukanlah sebuah beban bagi peserta didik. Suasana belajar yang

nyaman dapat mendukung peserta didik untuk menghafal, muroja‟ah maupun

menyetorkan hafalan. Kemudian dengan adanya pembentukan kelompok

pada pembelajaran tahfidz, agar guru pembimbing lebih mudah untuk

mengontrol peserta didik dalam hal membaca dan menghafal Al-Qur‟an.

Peserta didik yang memiliki kesulitan dalam menghafal dikarenakan belum

lancar dalam membaca Al-Qur‟an, malas, tidak dapat mengatur waktu

maupun tidak sabar dalam proses menghafal Al-Qur‟an, guru pembimbing

dapat memberikan perhatian kepada peserta didik secara intensif.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka ada beberapa saran dari

peneliti sebagai berikut:

1. Sebaiknya sekolah meningkatkan program tahfida dengan

menyempurnakan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi secara

berkala sehingga dapat menyempurnakan program tahfidz Al-Qur‟an

dengan baik.

2. Sebaiknya sekolah mengadakan studi banding atau training kepada

guru tahfidz Al-Qur‟an untuk meningkatkan kemampuan guru sebagai

modal dalam melaksanakan program tahfidz Al-Qur‟an.

3. Sebaiknya pihak sekolah, keluarga, dan lingkungan mempunyai rasa

tanggung jawab yang sama kepada peserta didik dalam proses

pembelajaran tahfidz Al-Qur‟an.

87

Daftar Pustaka

Abdurahman, Rumi. Ar. Ulumul Qur’an. studi kompleksitas Al-Qur’an.Titian

Ilahi Press, Imogiri Yogyakarta, 1997.

Alhafidz,Ahsin. W. Bimbingan Prakts Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi

Aksara. 1994.

Ali, Muhammad. Shabuni, Ash. At-Tibyan fi ulumul Qur’an. Jakarta:

PustakaAmani. 2001.

Al-Qardhawi, Yusuf. Berinteraksi Dengan Al-Qur’an. 2014.

Anshori. Ulumul Qur’an (kaidah-kaidah memahami firman tuhan. Jakarta: Raja

Grafindo 2016.

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.

Dakir. Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Rineka Cipta:

2004.

Damsar. Pengantar Sosiologi Pendidikan Jakarta: Kencana Prenada Media

Group. 2011

Darmadi, Hamid. Metode Penilitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta, 2011.

Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro.

Cet. X. 2009.

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka. 2003.

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2009.

El. Rafiq Aunur. Manna al-Qathan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur’an, Terj dari

Mabaahits fi Ulumii Qur’an. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. Cet. VI. 2014.

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: PT Rajagrafindo

Persada 2012.

Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara. 2001.

http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/13/07/12/mpttd0-

2013-madrasah-di-jakarta-wajib-menghafal-alquran di akses pada tanggal

26 Oktober pukul 21.00. 2018.

http://www.mpuin-jkt.sch.id/halaman/detail/kurikulum-aliyah/ diakses pada tangal

26 oktober 2018.

Ishak, Baego. Pengembangan Kurikulum. Ujung Pandang: Berkah Utami: 1998.

Kementerian Agama Islam. Al-Qur‟an dan Terjemahannya Dilengkapi Kajian

Ushul Fiqih. PT Stigma Gramedia. 2000.

Margono. Metodologi Penilitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

88

Moleong, J. Lexy. Metodologi Penilitian Kualtatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 1997.

Mukhlas, Imam. Al-Qur’an Berbicara. Surabaya: Pustaka Progresif. 1996.

Mulyasa.E .Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:. cet.IV.

2014.

Munawwir, A.W. Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia .Surabaya: Pustaka

Progressif. Cet, Ke-14. 1997.

Narbuko, Cholid. Metodologi Penilitian. Jakarta: Bumi Aksara. 2004.

Nasution. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Sinar Grafika: 2010.

Nata, Abuddin. Pendidikan Filsafat Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2005.

Pedoman Habitual Curiculum MA Pembangunan UIN Jakarta.

Prastowo, Andi. Metode Penilitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2016.

Purwaningsih, Romadhon Sri, “Implementasi Pembelajaran Tahfidz dengan

Pendekatan Humanistik Anak Berkebutuhan Khusus di SDIT Hidayatullah

Yogyakarta” Tesis pada Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijag,Yogakarta,

2015.

Raisya, Maula. Panduan Tahsin, Tajwid, dan Tahfidz Untuk Pemula. Jakarta:

Diva Press. 2015.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group. 2011.

Sanjaya, Wina. Strategi Pembelaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenamedia Group. 2014.

Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Grup: 2008.

Subagyo, Joko. Metode Penilitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta. 2004.

Subhi as-Shalih. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an. Terj. dari Mahabits fi Ulumil

Qur‟an. Jakarta: Pustaka Firdaus. Cet XI. 2011.

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Mujahid Press.

2004.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

2011.

Sukmadinata, Syaodih Nana dan Syaodih, Erliany. Kurikulum dan Pembelajaran

Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama : 2012.

Sukmadinata, Syaodih Nana. Metode Penilitian Pendidikan. Bandung:

Rosdakarya. 2010.

89

Surwati, “Pelaksanaan Pelaksanaan Program Tahfidz Qur‟an 2 Juz. Studi di SDIT

Harapan Bunda Semarang)” tahun 2008.

Syaifudin, Ahmad. Mendidik Anak Menulis, Membaca Dan Mencintai Al-qur’an.

Jakarta: Gema Insani. 2004.

Thoyib, Moh. “Upaya Peningkatan Pemahaman Pembelajaran Al-Qur‟an dengan

Metode Active Learning Berkelompok Siswa Kelas III SDN Bogempinggir

Sidoarjo Tahun Ajaran 2010-2011”. Jurnal penilitian tindakan kelas

pendidikan agama Islam, 2013.

Undang-Undang RI No.20 tahun 2003 .Tentang Sistem Pendidikan

Nasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.2005.

Widyastono, Herry. Pengembagan Kurikulum di Era Otonomi Daerah dari

Kurikulum 2004, 2006, ke Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi Aksara. 2014.

Zamani, Zaki. Metode Cepat Menghafal Al-Qur’an. Yogyakarta: Al Barokah.

2014.

Zen, Muhaimin. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’annul Karim. Jakarta : PT

Al-Husna Zikra, 1996.

Zen, Muhaimin. Tahfizh Al-Qur’an Metode Lauhun. Ciputat Transpustaka. 2015.

90

LAMPIRAN-LAMPIRAN

91

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Daftar Observasi

Aspek Indikator

1. Pelaksanaan

Pembinaan

Hafalan Al-Qur’an

di dalam kelas

a. Kegiatan

pembukaan

dalam

pembinaan

b. Kegiatan inti

dalam

pembinaan

c. Kegiatan

penutup dalam

pembinaan

2. Aktivitas

pembinaan

Hafalan Al-Qur’an

a. Keaktifan

peserta didik

dalam

pembinaan

b. Penilaian

3. Pelaksanaan

evaluasi

pembinaan

Hafalan Al-Qur’an

a. Teknik

penilaian

hafalan Al-

Qur’an yang

digunakan

92

Lampiran 1. Lembar Hasil Observasi

LEMBAR OBSERVASI

Nama Pembimbing : Bapak Yayat Hidayatul M., S.Pd.I

Nama Kegiatan : Habitual Curriculum/ Hafalan Al-Qur‟an

Kelompok : XI MIA 1

Waktu Pembelajaran : Selasa, 07 Januari 2019, 07.00-07.30 WIB

Lama Kegiatan : 1x30 Menit

Tempat Pembelajaran : Ruang Kelas lt.2 MA Pembangunan UIN Jakarta

No Objek

Pengamatan

Deskripsi

1 Pembinan Hafalan

Al-Qur‟an

Pada pembinaan hafalan Al-Qur‟an berlangsung

kelas XI MIA 1 menggunakan ruang kelas yang

dibimbing oleh Bapak Yayat dengan 28 peserta

didik. Pada saat itu, peserta didik dengan tertib

untuk mengambil wudhu terlebih dahulu

sebelum memulai kegiatan, setelah mengambil

wudhu peserta didik langsung menunaikan sholat

dhuha bersama untuk mengawali kegiatan Hc

setelah selesai sholat peserta duduk di bawah dan

megambil Al-Qur‟an untuk memulai kegiatan

menghafal Al-Qur‟an.

2 Aktifitas Pembinan

Hafalan Al-Qur‟an

Pembinaan berlangsung selama 30 menit yang

diawali dengan sholat dhuha kemudian disertai

doa bersama-sama yang dipimpin langsung oleh

bapak Yayat selaku pembimbing kelompok XI

MIA 1, Pembinaan Hafalan Al-Qur‟an di MA

Pembangunan UIN Jakarta pada dasarnya

93

menggunakan metode menyetor dan muroja’ah.

Dimana peserta didik membaca ayat yang akan

dipelajari dengan menggunakan kitab Al-Qur‟an

masing-masing, dengan tajwid yang tepat.

Setelah itu peserta didik membaca kembali dari

apa yang guru pembimbing contohkan cara

membacanya yang baik dan benar, peserta didik

diberikan waktu untuk membaca dan

memperlancar secara bersama-sama sebelum

menyetorkan bacaannya kepada guru

pembimbing secara sendiri-sendiri, saat itu guru

pembimbing hc mendegar salah satu peserta

didik yang sedang muroja‟ah jika terdapat

pelafalan yang kurang tepat ataupun keliru guru

pembimbing akn segera membenarkannya.

Peserta didik diberikan waktu untuk

mempersiapkan diri sebelum dipanggil untuk

menyetorkan bacaan yang akan dibaca kemudian

peserta didik mnyetorkan kepada guru

pembimbing HC secara bergantian. Bagi peserta

didik yang telah menyetorkan hafalan, ia

membantu temanya untuk muroja’ah. Dan juga

ia membantu melafalkan apa yang telah ia baca

ke temanya. Pada kelompok ini, seluruh peserta

didik harus dapat menyetorkan hafalannya. Pada

akhir pembinaan, guru pembimbing mengingatka

kepada seluruh peserta didik yang belum sampai

selesai denga target yang telah ditentukan mak

pada pertemuan selanjutnya untuk

menyetorkannya diawal setiap pertemuan dengan

tujuan selesai target capaian tepat pada

94

waktunya, kemudia memberikan solusi dan

masukan kepada peserta didik yang belum dapat

menyelesaikan hafalannya, serta mengingatkan

kepada peserta didik untuk terus muroja’ah agar

apa yang telah dilafalkan dapat terus terjaga.

Pembinaan ditutup dengan membaca hamdalah,

kafaratul majlis serta salam. Evaluasi pada

pembinaan Hafalan Al-Qur‟an ini dilaksanakan

pada saat UTS dan UAS.

Mengetahui,

Guru Pembimbing HC

Yayat Hidayatul M., S.Pd.I

95

LEMBAR OBSERVASI

Nama Pembimbing : Ibu Putri Nuryani, S.Pd

Nama Kegiatan : Habitual Curriculum/ Hafalan Al-Qur‟an

Kelompok : XI MIA 2

Waktu Pembelajaran : Rabu, 08 Januari 2019, 07.00-07.30 WIB

Lama Kegiatan : 1x30 Menit

Tempat Pembelajaran : Ruang Kelas lt.2 MA Pembangunan UIN Jakarta

No Objek

Pengamatan

Deskripsi

1 Pembinan Hafalan

Al-Qur‟an

Pada pembinaan hafalan Al-Qur‟an berlangsung

kelas XI MIA 2. menggunakan ruang kelas yang

dibimbing oleh Ibu Putri dengan 28 peserta

didik. Pada saat itu, peserta didik dengan tertib

untuk mengambil wudhu terlebih dahulu

sebelum memulai kegiatan, setelah mengambil

wudhu peserta didik langsung menunaikan sholat

dhuha bersama untuk mengawali kegiatan Hc

setelah selesai sholat peserta duduk di bawah dan

megambil Al-Qur‟an untuk memulai kegiatan

menghafal Al-Qur‟an.

2 Aktifitas Pembinan

Hafalan Al-Qur‟an

Pembinaan berlangsung selama 30 menit yang

diawali dengan sholat dhuha kemudian disertai

doa bersama-sama yang dipimpin langsung oleh

Ibu Putri selaku pembimbing kelompok XI MIA

2, Pembinaan Hafalan Al-Qur‟an di MA

Pembangunan UIN Jakarta pada dasarnya

menggunakan metode menyetor dan muroja’ah.

96

Dimana peserta didik membaca ayat yang akan

dipelajari dengan menggunakan kitab Al-Qur‟an

masing-masing, dengan tajwid yang tepat.

Setelah itu peserta didik membaca kembali dari

apa yang guru pembimbing contohkan cara

membacanya yang baik dan benar, peserta didik

diberikan waktu untuk membaca dan

memperlancar secara bersama-sama sebelum

menyetorkan bacaannya kepada guru

pembimbing secara sendiri-sendiri, saat itu guru

pembimbing hc mendegar salah satu peserta

didik yang sedang muroja‟ah jika terdapat

pelafalan yang kurang tepat ataupun keliru guru

pembimbing akn segera membenarkannya.

Peserta didik diberikan waktu untuk

mempersiapkan diri sebelum dipanggil untuk

menyetorkan bacaan yang akan dibaca kemudian

peserta didik mnyetorkan kepada guru

pembimbing HC secara bergantian. Bagi peserta

didik yang telah menyetorkan hafalan, ia

membantu temanya untuk muroja’ah. Dan juga

ia membantu melafalkan apa yang telah ia baca

ke temanya. Pada kelompok ini, seluruh peserta

didik harus dapat menyetorkan hafalannya. Pada

akhir pembinaan, guru pembimbing mengingatka

kepada seluruh peserta didik yang belum sampai

selesai denga target yang telah ditentukan mak

pada pertemuan selanjutnya untuk

menyetorkannya diawal setiap pertemuan dengan

tujuan selesai target capaian tepat pada

waktunya, kemudia memberikan solusi dan

97

masukan kepada peserta didik yang belum dapat

menyelesaikan hafalannya, serta mengingatkan

kepada peserta didik untuk terus muroja’ah agar

apa yang telah dilafalkan dapat terus terjaga.

Pembinaan ditutup dengan membaca hamdalah,

kafaratul majlis serta salam. Evaluasi pada

pembinaan Hafalan Al-Qur‟an ini dilaksanakan

pada saat UTS dan UAS.

Mengetahui,

Guru Pembimbing HC

Putri Nuryani, S.Pd

98

LEMBAR OBSERVASI

Nama Pembimbing : Ibu Nidya Khoerina, S.Pd

Nama Kegiatan : Habitual Curriculum/ Hafalan Al-Qur‟an

Kelompok : XI IIS 1

Waktu Pembelajaran : Kamis, 09 Januari 2019, 07.00-07.30 WIB

Lama Kegiatan : 1x30 Menit

Tempat Pembelajaran : Ruang Kelas lt.2 MA Pembangunan UIN Jakarta

No Objek

Pengamatan

Deskripsi

1 Pembinan Hafalan

Al-Qur‟an

Pada pembinaan hafalan Al-Qur‟an berlangsung

kelas XI IIS 1 menggunakan ruang kelas yang

dibimbing oleh Ibu Nidya dengan 26 peserta

didik. Pada saat itu, peserta didik dengan tertib

untuk mengambil wudhu terlebih dahulu

sebelum memulai kegiatan, setelah mengambil

wudhu peserta didik langsung menunaikan sholat

dhuha bersama untuk mengawali kegiatan Hc

setelah selesai sholat peserta duduk di bawah dan

megambil Al-Qur‟an untuk memulai kegiatan

menghafal Al-Qur‟an.

2 Aktifitas Pembinan

Hafalan Al-Qur‟an

Pembinaan berlangsung selama 30 menit yang

diawali dengan sholat dhuha kemudian disertai

doa bersama-sama yang dipimpin langsung oleh

Ibu Nidya selaku pembimbing kelompok XI IIS

1, Pembinaan Hafalan Al-Qur‟an di MA

Pembangunan UIN Jakarta pada dasarnya

menggunakan metode menyetor dan muroja’ah.

99

Dimana peserta didik membaca ayat yang akan

dipelajari dengan menggunakan kitab Al-Qur‟an

masing-masing, dengan tajwid yang tepat.

Setelah itu peserta didik membaca kembali dari

apa yang guru pembimbing contohkan cara

membacanya yang baik dan benar, peserta didik

diberikan waktu untuk membaca dan

memperlancar secara bersama-sama sebelum

menyetorkan bacaannya kepada guru

pembimbing secara sendiri-sendiri, saat itu guru

pembimbing hc mendegar salah satu peserta

didik yang sedang muroja‟ah jika terdapat

pelafalan yang kurang tepat ataupun keliru guru

pembimbing akn segera membenarkannya.

Peserta didik diberikan waktu untuk

mempersiapkan diri sebelum dipanggil untuk

menyetorkan bacaan yang akan dibaca kemudian

peserta didik mnyetorkan kepada guru

pembimbing HC secara bergantian. Bagi peserta

didik yang telah menyetorkan hafalan, ia

membantu temanya untuk muroja’ah. Dan juga

ia membantu melafalkan apa yang telah ia baca

ke temanya. Pada kelompok ini, seluruh peserta

didik harus dapat menyetorkan hafalannya. Pada

akhir pembinaan, guru pembimbing mengingatka

kepada seluruh peserta didik yang belum sampai

selesai denga target yang telah ditentukan mak

pada pertemuan selanjutnya untuk

menyetorkannya diawal setiap pertemuan dengan

tujuan selesai target capaian tepat pada

waktunya, kemudia memberikan solusi dan

100

masukan kepada peserta didik yang belum dapat

menyelesaikan hafalannya, serta mengingatkan

kepada peserta didik untuk terus muroja’ah agar

apa yang telah dilafalkan dapat terus terjaga.

Pembinaan ditutup dengan membaca hamdalah,

kafaratul majlis serta salam. Evaluasi pada

pembinaan Hafalan Al-Qur‟an ini dilaksanakan

pada saat UTS dan UAS.

Mengetahui,

Guru Pembimbing HC

Nidya Khoerina, S.Pd

101

Lampiran 2. Lembar Hasil Wawancara

Hasil Wawancara

Informan : Bapak Zakaria, M.A,

Jabatan : Kepala Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta

Tempat Wawancara : Ruang Kepala MA Pembanguna UIN Jakarta

Waktu Wawancara : Senin, 16 April 2019, Pukul 07.30 WIB

NO Pertanyaan Jawaban

1 Apa yang

melatarbelakangi di

adakannya kegiatan

HC yang berfokus

kepada hafalan Al-

Qur‟an ?

HC ini masuk ke dalam program sekolah

yang terkait dengan kurikulum di

dalamnya, siswa yang masuk ke MA

Pembangunan ini memiliki potensi

kemampuan yang berbeda-beda,

sedangkan harapan orang tua itu berharap

pendidikan agamanya bagus, bisa

membaca Al-Qur‟an dengan baik dan

dapat menghafalnya. Dalam rangka

mewujudkan itu semua kita disini

melaksanakan kegiatan HC yang sebagian

besarnya kegiatannya fokus untuk

membimbing siswa agar nantinya bisa

hafal surat-surat di dalam Al-Qur‟an yang

notabenenya nanti berguna jika sudaah

terjun di masyarakat, kegiatan HC ini tidak

hanya hafalan saja tetapi didalamnya ada

kegiatan sholat dhuha dan membimbing

siswa khususnya laki-laki agar bisa

berbicara didepan dalam hal

menyampaikan kuliah 7 menit atau

khutbah Jum‟at. Jadi itu yang

102

melatarbelakangi adanya kegiatan HC,

untuk memenuhi harapan orang tua dalam

meningkatkan hafalan Al-Qur‟an terhadap

putra-putrinya.

2 Apakah kegiatan HC

ini wajib bagi siswa ?

Tentu saja ini menjadi kegiatan agenda

wajib siswa setiap hari, karena dengan

adanya kegiatan ini siswa dibimbing untuk

lebih mempelajari berbagai kegiatan yang

nantinya bisa berguna bagi siswa-siswi

kedepannya terutama dalam hal menghafal

Al-Qur‟an.

3 Adakah ketentuan

dalam kemampuan

menghafal Al-Qur‟an

pada saat penerimaan

peserta didik ?

Untuk standar minimal, siswa dapat

membaca Al-Qur‟an. untuk selebihnya

dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam

mengenal huruf hijaiyyah, tajwid dan

kelancaran atau tidaknya siswa dalam

membaca Al-Qur‟an.

4 Apakah guru

pembimbing HC di

sekolah ini sudah

memiliki kemampuan

yang baik ?

Pembimbing atau pendidik memang sudah

dipilih berdasarkan kemampuan yang telah

mereka miliki. Pembimbing telah

menguasai materi mengenai HC

khususnya dalam pembinaan hafalan Al-

Qur‟an siswa yang kemudian di transfer

kepada peserta didik. Dan ditambah guru

pembimbing ini telah memiliki hafalan

yang lebih dari apa yang akan di transfer

begitupun dengan menghafal Al-Qur‟an.

5 Seberapa penting

peran pembimbing

dalam pembinaan

Sangat penting karena nantinya guru

pembimbing inilah yang akan mentransfer

hafalannya yaitu dengan metode

103

hafalan Al-Qur‟an ? muroja’ah yang nantinya bisa di mengerti

oleh siswa.

6 Apakah terdapat

faktor pendukung dan

penghambat guru

pembimbing dalam

hal membimbing

siswa dalam kegiatan

HC ?

Tentunya ada, terutama beberapa faktor

pendukung yaitu mudahnya siswa untuk

diberi arahan dalam hal mengikuti

kegiatan ini dan mau bekerja sama dengan

guru pembimbingnya sehingga guru dapat

dengan mudah mentransfer hafalannya

melalui beberapa metode yang sudah saya

sebutkan, dan juga terdapat faktor

penghambatnya yaitu masih adanya siswa

yang kurang memahami guru pembimbing

dalam hal mentransfer hafalan Al-Qur‟an

dengan metode muroja’ah tetapi hal

tersebut bisa pembimbing atasi dengan

cara mencari solusi dan memotivasi siswa

dalam menghafal Al-Qur‟an.

7 Apakah terdapat

evaluasi dalam HC ?

Ya, tentu ada. Evaluasi kegiatan HC

dilaksanakan saat UTS dan UAS.

Mengetahui,

Kepala

Zakaria, M.A

104

Hasil Wawancara

Informan : Yayat Nurhidayat M., S.Pd.I

Jabatan : Guru Pembimbing HC dan Hafalan Al-Qur‟an

Tempat wawancara : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta

Waktu Wawancara : 18 Maret 2019, Pukul 08.00 WIB

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana proses

pelaksanaan kegiatan-

kegiatan HC khususnya

Hafalan Al-Qur‟an di

MA Pembangunan UIN

Jakarta ?

Sebelum dimulai peserta didik mengambil

wudhu terlebih dahulu, lalu bersama-sama

menunaikan sholat dhuha, lalu doa yang

dipimpin oleh saya sendiri atau juga peserta

didik. setelah sholat dhuha kegiatan hafalan Al-

Qur‟an berlangsung, kegiatan ini diawali oleh

saya sebagai guru pembimbing dengan

memberi arahan ke siswa untuk mengambil Al-

Qur‟an masing-masing dan membaca surat

yang sudah ditentukan oleh sekolah yang

terdapat di buku pedoman HC. Dalam kegiatan

menghafal Al-Qur‟an saya makai metode

muroja’ah yaitu mengulang secara beberapa

kali kemudia secara bersama dan dilakukan

berulang-ulang sampai siswa fasih

melafalkannya, ketika sudah fasih melafalkan

surat yang ditentukan tentunya akan diadakan

setoran ayat-perayat untuk memudahkan siswa.

Setelah waktu 30 menit, kegiatan ditutup

dengan memberikan nasihat lalu membaca

hamdalah dan sama-sama diakhiri dengan

kafratul majlis.

2 Sebagai guru

pembimbing HC

apakah selaku guru

terlibat dalam perilaku

keseharian peserta didik

?

Ya, guru juga harus terlibat, bahkan tidak

hanya guru HC akan tetapi guru yang lain juga.

Karena anak-anak kalau bukan orang tua dan

guru sebagai contoh dalam keseharian siapa

lagi. Karena pembinaan hafalan Al-Qur‟an

pada anak-anak merupakan dasar pendidikan

Islam pertama yang harus diajarkan.

105

3 Bagaimana cara

pembagian materi HC

di sekolah untuk

mencapai target yang

ditentukan ?

Misal juz 30, minimal siswa menghafal 1 surat.

Kalau suratnya sedang cukup satu dan jika

pendek suratnya ya ditambah agar sesuai. Dan

tidak lupa untuk muroja‟ah, orang tua dan guru

lainnya membantu mengingatkan kepada siswa

untuk muroja‟ah.

4 Metode apa yang

digunakan dalam

kegiatan hafalan Al-

Qur‟an di MA

Pembangunan UIN

Jakarta ?

Metode yang digunakan yaitu metode Sima’i ,

yaitu guru membaca ayat yang kemudian

diikuti oleh para siswa, hingga benar dalam

melafalkannya. Selanjutnya ada metode

menyetorkan dimana para siswa diberikan

tugas pada pertemuan sebelumnya untuk

membaca Al-Qur‟an kemudia menghafalnya

untuk disetorkan kepada saya.

5 Media apa saja yang

digunakan dalam

kegiatan Hafalan Al-

Qur‟an didalam

program HC ?

Media yang digunakan, Al-Qur‟an masing-

masing dari siswa.

6 Adakah klasifikasi

tertentu pada peserta

didik dalam menghafal

Al-Qur‟an ?

Ada, untuk klasifikasi sudah ditentukan sejak

mereka masuk. Klasifikasi dapat dilihat dari

kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an,

terutama, makhrijul huruf kemudian tajwid.

7 Apakah peserta didik

dapat mengikuti

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an dengan baik ?

Ya, peserta didik dapat mengikuti kegiatan

menghafal Al-Qur‟an didalam program HC ini

dengan baik, meskipun terdapat siswa yang

masih belum mengikuti kegiatan ini dengan

baik.

8 Jika terdapat peserta

didik yang tidak

mengikuti kegiatan

menghafal Al-Qur‟an

didalam program HC ,

solusi apa yang guru

berikan kepada peserta

didik ?

Siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan HC

yaitu dengan memberikan solusi kepada siswa

tersebut, dengan melalui pendekatan dengan

cara personal. Dan memberikan tuntunan lebih

khusus kepada siswa yang bersangkutan.

9 Apakah terdapat

kendala disaat proses

kegiatan menghafal Al-

Ya, tentu ada. Dengan adanya evaluasi maka

siswa akan mengulang kembali yang telah

mereka hafal.

106

Qur‟an sedang

berlangsung ?

10 Kapan evaluasi dalam

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an ?

Evaluasi biasanya pada saat UTS dan UAS.

11 Bagaimana pelaksanaan

evaluasi HC ?

Ya, terdapat raport. Yang mencakup penilaian

bacaan, makhrijul huruf dan hafalannya.

Mengetahui

Guru Pembimbing HC

Yayat Hidayatul M., S.Pd.I

107

Hasil Wawancara

Informan : Putri Nuryani, S.Pd

Jabatan : Guru Pembimbing HC dan Wali Kelas XI MIA II

Tempat wawancara : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta

Waktu Wawancara : 18 Maret 2019, Pukul 09.00 WIB

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana proses

pelaksanaan kegiatan-

kegiatan HC khususnya

Hafalan Al-Qur‟an di

MA Pembangunan UIN

Jakarta ?

Sebelum dimulai peserta didik mengambil

wudhu terlebih dahulu, lalu bersama-sama

menunaikan sholat dhuha, lalu doa yang

dipimpin oleh saya sendiri atau juga peserta

didik. setelah sholat dhuha kegiatan hafalan Al-

Qur‟an berlangsung, kegiatan ini diawali oleh

saya sebagai guru pembimbing dengan

memberi arahan ke siswa untuk mengambil Al-

Qur‟an masing-masing dan membaca surat

yang sudah ditentukan oleh sekolah yang

terdapat di buku pedoman HC. Dalam kegiatan

menghafal Al-Qur‟an saya makai metode

muroja’ah yaitu mengulang secara beberapa

kali kemudia secara bersama dan dilakukan

berulang-ulang sampai siswa fasih

melafalkannya, ketika sudah fasih melafalkan

surat yang ditentukan tentunya akan diadakan

setoran ayat-perayat untuk memudahkan siswa.

Setelah waktu 30 menit, kegiatan ditutup

dengan memberikan nasihat lalu membaca

hamdalah dan sama-sama diakhiri dengan

kafratul majlis.

2 Sebagai guru

pembimbing HC

apakah selaku guru

terlibat dalam perilaku

keseharian peserta didik

?

Ya, guru juga harus terlibat, bahkan tidak

hanya guru HC akan tetapi guru yang lain juga.

Karena anak-anak kalau bukan orang tua dan

guru sebagai contoh dalam keseharian siapa

lagi. Karena pembinaan hafalan Al-Qur‟an

pada anak-anak merupakan dasar pendidikan

108

Islam pertama yang harus diajarkan.

3 Bagaimana cara

pembagian materi HC

di sekolah untuk

mencapai target yang

ditentukan ?

Misal juz 30, minimal siswa menghafal 1 surat.

Kalau suratnya sedang cukup satu dan jika

pendek suratnya ya ditambah agar sesuai. Dan

tidak lupa untuk muroja‟ah, orang tua dan guru

lainnya membantu mengingatkan kepada siswa

untuk muroja‟ah.

4 Metode apa yang

digunakan dalam

kegiatan hafalan Al-

Qur‟an di MA

Pembangunan UIN

Jakarta ?

Metode yang digunakan yaitu metode Sima’i ,

yaitu guru membaca ayat yang kemudian

diikuti oleh para siswa, hingga benar dalam

melafalkannya. Selanjutnya ada metode

menyetorkan dimana para siswa diberikan

tugas pada pertemuan sebelumnya untuk

membaca Al-Qur‟an kemudia menghafalnya

untuk disetorkan kepada saya.

5 Media apa saja yang

digunakan dalam

kegiatan Hafalan Al-

Qur‟an didalam

program HC ?

Media yang digunakan, Al-Qur‟an masing-

masing dari siswa.

6 Adakah klasifikasi

tertentu pada peserta

didik dalam menghafal

Al-Qur‟an ?

Ada, untuk klasifikasi sudah ditentukan sejak

mereka masuk. Klasifikasi dapat dilihat dari

kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an,

terutama, makhrijul huruf kemudian tajwid.

7 Apakah peserta didik

dapat mengikuti

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an dengan baik ?

Ya, peserta didik dapat mengikuti kegiatan

menghafal Al-Qur‟an didalam program HC ini

dengan baik, meskipun terdapat siswa yang

masih belum mengikuti kegiatan ini dengan

baik.

8 Jika terdapat peserta

didik yang tidak

mengikuti kegiatan

menghafal Al-Qur‟an

didalam program HC ,

solusi apa yang guru

berikan kepada peserta

didik ?

Siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan HC

yaitu dengan memberikan solusi kepada siswa

tersebut, dengan melalui pendekatan dengan

cara personal. Dan memberikan tuntunan lebih

khusus kepada siswa yang bersangkutan.

9 Apakah terdapat

kendala disaat proses

Ya, tentu ada. Dengan adanya evaluasi maka

siswa akan mengulang kembali yang telah

109

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an sedang

berlangsung ?

mereka hafal.

10 Kapan evaluasi dalam

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an ?

Evaluasi biasanya pada saat UTS dan UAS.

11 Bagaimana pelaksanaan

evaluasi HC ?

Ya, terdapat raport. Yang mencakup penilaian

bacaan, makhrijul huruf dan hafalannya.

Mengetahui

Guru Pembimbing HC

Putri Nuryani, S.Pd

110

Hasil Wawancara

Informan : Nidya Khoerina, S.Pd

Jabatan : Guru Pembimbing HC dan Wali Kelas XI IIS 1

Tempat wawancara : Ruang Guru MA Pembangunan UIN Jakarta

Waktu Wawancara : 18 Maret 2019, Pukul 10.00 WIB

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana proses

pelaksanaan kegiatan-

kegiatan HC khususnya

Hafalan Al-Qur‟an di

MA Pembangunan UIN

Jakarta ?

Sebelum dimulai peserta didik mengambil

wudhu terlebih dahulu, lalu bersama-sama

menunaikan sholat dhuha, lalu doa yang

dipimpin oleh saya sendiri atau juga peserta

didik. setelah sholat dhuha kegiatan hafalan Al-

Qur‟an berlangsung, kegiatan ini diawali oleh

saya sebagai guru pembimbing dengan

memberi arahan ke siswa untuk mengambil Al-

Qur‟an masing-masing dan membaca surat

yang sudah ditentukan oleh sekolah yang

terdapat di buku pedoman HC. Dalam kegiatan

menghafal Al-Qur‟an saya makai metode

muroja’ah yaitu mengulang secara beberapa

kali kemudia secara bersama dan dilakukan

berulang-ulang sampai siswa fasih

melafalkannya, ketika sudah fasih melafalkan

surat yang ditentukan tentunya akan diadakan

setoran ayat-perayat untuk memudahkan siswa.

Setelah waktu 30 menit, kegiatan ditutup

dengan memberikan nasihat lalu membaca

hamdalah dan sama-sama diakhiri dengan

kafratul majlis.

2 Sebagai guru

pembimbing HC

apakah selaku guru

terlibat dalam perilaku

keseharian peserta didik

?

Ya, guru juga harus terlibat, bahkan tidak

hanya guru HC akan tetapi guru yang lain juga.

Karena anak-anak kalau bukan orang tua dan

guru sebagai contoh dalam keseharian siapa

lagi. Karena pembinaan hafalan Al-Qur‟an

pada anak-anak merupakan dasar pendidikan

Islam pertama yang harus diajarkan.

111

3 Bagaimana cara

pembagian materi HC

di sekolah untuk

mencapai target yang

ditentukan ?

Misal juz 30, minimal siswa menghafal 1 surat.

Kalau suratnya sedang cukup satu dan jika

pendek suratnya ya ditambah agar sesuai. Dan

tidak lupa untuk muroja‟ah, orang tua dan guru

lainnya membantu mengingatkan kepada siswa

untuk muroja‟ah.

4 Metode apa yang

digunakan dalam

kegiatan hafalan Al-

Qur‟an di MA

Pembangunan UIN

Jakarta ?

Metode yang digunakan yaitu metode Sima’i ,

yaitu guru membaca ayat yang kemudian

diikuti oleh para siswa, hingga benar dalam

melafalkannya. Selanjutnya ada metode

menyetorkan dimana para siswa diberikan

tugas pada pertemuan sebelumnya untuk

membaca Al-Qur‟an kemudia menghafalnya

untuk disetorkan kepada saya.

5 Media apa saja yang

digunakan dalam

kegiatan Hafalan Al-

Qur‟an didalam

program HC ?

Media yang digunakan, Al-Qur‟an masing-

masing dari siswa.

6 Adakah klasifikasi

tertentu pada peserta

didik dalam menghafal

Al-Qur‟an ?

Ada, untuk klasifikasi sudah ditentukan sejak

mereka masuk. Klasifikasi dapat dilihat dari

kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an,

terutama, makhrijul huruf kemudian tajwid.

7 Apakah peserta didik

dapat mengikuti

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an dengan baik ?

Ya, peserta didik dapat mengikuti kegiatan

menghafal Al-Qur‟an didalam program HC ini

dengan baik, meskipun terdapat siswa yang

masih belum mengikuti kegiatan ini dengan

baik.

8 Jika terdapat peserta

didik yang tidak

mengikuti kegiatan

menghafal Al-Qur‟an

didalam program HC ,

solusi apa yang guru

berikan kepada peserta

didik ?

Siswa yang tidak dapat mengikuti kegiatan HC

yaitu dengan memberikan solusi kepada siswa

tersebut, dengan melalui pendekatan dengan

cara personal. Dan memberikan tuntunan lebih

khusus kepada siswa yang bersangkutan.

9 Apakah terdapat

kendala disaat proses

kegiatan menghafal Al-

Ya, tentu ada. Dengan adanya evaluasi maka

siswa akan mengulang kembali yang telah

mereka hafal.

112

Qur‟an sedang

berlangsung ?

10 Kapan evaluasi dalam

kegiatan menghafal Al-

Qur‟an ?

Evaluasi biasanya pada saat UTS dan UAS.

11 Bagaimana pelaksanaan

evaluasi HC ?

Ya, terdapat raport. Yang mencakup penilaian

bacaan, makhrijul huruf dan hafalannya.

Mengetahui

Guru Pembimbing HC

Nidya Khoerina, S.Pd

113

Hasil Wawancara

Informan : Alif Ardian dan Ismail Saleh

Jabatan : Siswa kelas XI MIA I

Tempat Wawancara : Halaman Sekolah MA Pembangunan UIN Jakarta

Waktu Wawancara : Selasa, 19 Maret 2019, Pukul 10.15 WIB

NO PERTANYAAN JAWABAN

1 Bagaimana cara guru

pembimbing HC

membimbing saat kegiatan

menghafal Al-Qur‟an

sedang berlangsung ?

Alif: ketika guru masuk, kita semua

mengambil wudhu terlebih dahulu untuk

memulai kegiatan, dilanjutkan sholat dhuha

bersama, lalu berdoa, kemudian guru

menyamikan salam dan absen siswa, lalu

dilanjutkan kegiatan utama yaitu menghafal

Al-Qur‟an yang nantinya jika kami sudah

hafal, hafalannya harus disetor ke guru

pembimbing untuk masuk kedalam nilai

rapot. Kegiatan ini belangsung dari pukul

07.00-07.30 WIB sekitar 30 menit.

Ismail: ketika guru masuk, kita semua

mengambil wudhu terlebih dahulu untuk

memulai kegiatan, dilanjutkan sholat dhuha

bersama, lalu berdoa, kemudian guru

menyamikan salam dan absen siswa, lalu

dilanjutkan kegiatan utama yaitu menghafal

Al-Qur‟an yang nantinya jika kami sudah

hafal, hafalannya harus disetor ke guru

pembimbing untuk masuk kedalam nilai

rapot. Kegiatan ini belangsung dari pukul

07.00-07.30 WIB sekitar 30 menit

2 Apakah guru pembimbing

membantu anda saat anda

mengalami kesulitan

dalam menghafal Al-

Qur‟an ?

Alif: yaa, saat kesulitan, guru membantu

kita, mengingatkan apa bacaan yang benar

seperti apa.

Ismail: ya sangat membantu sekali, karena

gurunya benar-benar membimbing, ketika

kita ada salah dalam membaca akan segera

diberitahu oleh guru pembimbing.

114

Apakah metode

pembinaan yang

digunakan saat kegiatan

HC berlangsung dapat

membantu anda dalam

membaca Al-Qur‟an ?

Alif: metode yang digunakan saat menghafal

Al-Qur‟an itu sangat membantu, bagaimana

cara mempraktekan bacaan, bagaimana cara

kita untuk menghafal cepat. Dan kadang

suka pake trik dan tips agar kita dapat

memahami dengan cepat.

Ismail: kalo metodenya ya baca dan

makhrijul huruf, dan itu semua di berikan

dengan metode yang mudah kita pahami,

terlebih gurunnya asik dan menyenangkan.

4 Apakah anda dapat

mengikuti test pada HC ?

Alif: Iya alhamdulillah saya dapat

mengikutinya dengan baik.

Ismail: Ya, Insyaa Allah saya dapat

mengikuti dengan baik ujianya, dan ujian

tersebut lenih banyak dengan lisan atau

menghafal.

115

Lampiran 3. Instrumen Penilitian

Kisi-Kisi Obersvasi pembinaan Hafalan Al-Qur’an

Objek Pengamatan Indikator

B. Pembinaan

Hafalan Al-

Qur’an

- Kegiatan Pembukaan dalam

Pembinaan

- Kegiatan inti dalam pembinaan

- Kegiatan penutup dalam

pembinaan

.B. Aktifitas pembinaan

hafalan Al-Qur’an.

- Keaktifan peserta didik dalam

pembinaan

- Penilaian

Kisi-Kisi Wawancara Pelaksanaan Pembinaan Hafalan Al-Qur’an

No Sub Pokok

Pertanyaan

Aspek yang

diungkap

Sumber

Data

Butir

Soal

2. Proses Habitual

Curriculum dalam

membina tahfidz Al-

Qur‟an

2.1 Peran

guru

dalam

pembina

an

2.2 Kesesuai

an antara

metode,

materi

dan

kemapua

n peserta

didik

Kepala

Sekolah

Guru

Pembimbin

g/Wali

Kelas

Peserta

Didik

5, 6

2

1,2

2. Komponen 2.1 Kegiatan Kepala 3,7,8

116

pembinaan tahfidz

Al-Qur‟an

Pembinaan

2.2Habitual

Curriculum

2.3 Materi

2.4 Metode

2.5 Evaluasi

sekolah

Guru

pembimbin

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Kepala

Sekolah

Guru

Pembimbin

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Guru

Pembimbif

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Kepala

Sekolah

Guru

Pembimbin

g Tahfidz

Al-Qur‟an

Peserta

Didik

1,10,11

1,2,4,6,7

3,4

5

9

12,13,14

4

117

Kisi-kisi Instrumen kuesioner pelaksanaan pembinaan hafalan Al-Qur’an siswa

No Sub Pokok

Pertanyaan

Aspek yang

diungkap

Butir Soal

1. Peserta didik 1.8 Peserta didik

dapat

mengaplikasikan

ayat yang telah

di hafal dalam

keseharian

1.9 Peserta didik

mampu

menghafal

dengan baik

1.10 Peserta didik

mengikuti etika

dalam

menghafal Al-

Qur’an

1.11 Peserta didik

senantiasa

berperilaku baik

dalam sosial

dengan teman

maupun guru

1.12 Peserta didik

mampu

memuliakan Al-

Qur’an sebagai

bentuk

penghormatan

kepada Al-

1,2,3

4,5,6

7,8

9,10

11,12

118

Qur’an

1.13 Motivasi

peserta didik

dalam

menghafal Al-

Qur’an

1.14 Kendala

peserta didik

dalam proses

pembinaan

13,14

29,30

31,32

119

2 Metode pembinaan 2.1 Guru

membina sesuai

tahapan-

tahapan yang

telah disepakati

(muraja’ah)

15,16

3 Materi 3.1 Guru

Menguasai

materi yang

disampaikan

24

4 Evaluasi 5.1 Mengetahui

hasil belajar

peserta didik

terutama dalam

menghafal Al-

Qur’an

5.2 Guru

memberikan

feedback

pembelajaran

tahfidz Al-

Qur’an

25,26,27

28

120

Lampiran 4. Instrumen Penilitian

Daftar Pertanyaan Wawancara

DAFTAR PERTANYAAN

Nama Responden : Zakaria, M.Pd.

Jabatan : Kepala Sekolah/Wakil Kepala Sekolah

Tempat Wawancara : Ruang Kepala MA Pembangunan UIN Jakarta

Hari/Tanggal : Senin/ 13 Januari 2019

1. Apa yang melatarbelakangi di adakannya kegiatan HC ?

2. Apakah kegiatan HC diwajibkan bagi seluruh siswa MA Pembangunan

UIN Jakarta ?

3. Adakah ketentuan dalam kemampuan menghafal Al-Qur‟an pada saat

penerimaan peserta didik ?

4. Apakah guru pembimbing HC di sekolah ini sudah memiliki kemampuan

yang baik ?

5. Seberapa penting pembimbing dalam pembinaan hafalan Al-Qur‟an di MA

Pembangunan UIN Jakarta ?

6. Apakah terdapat faktor pendukung dan penghambat dalam kegiatan

Habitual Curicullum khususnya materi hafalan Al-Qur‟an ?

7. Apakah terdapat evaluasi dalam HC ?

121

DAFTAR PERTANYAAN

Nama Responden :

Jabatan : Guru Pembimbing

Tempat Wawancara :

Hari/Tanggal :

1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan HC khususnya Hafalan

Al-Qur‟an di MA Pembangunan UIN Jakarta ?

2. Sebagai guru pembimbing HC apakah selaku guru terlibat dalam perilaku

keseharian peserta didik ?

3. Bagaimana cara pembagian materi HC di sekolah untuk mencapai target

yang ditentukan ?

4. Metode apa yang digunakan dalam kegiatan hafalan Al-Qur‟an di MA

Pembangunan UIN Jakarta ?

5. Media apa saja yang digunakan dalam kegiatan Hafalan Al-Qur‟an

didalam program HC ?

6. Adakah klasifikasi tertentu pada peserta didik dalam menghafal Al-Qur‟an

?

7. Apakah peserta didik dapat mengikuti kegiatan menghafal Al-Qur‟an

dengan baik ?

8. Jika terdapat peserta didik yang tidak mengikuti kegiatan menghafal Al-

Qur‟an didalam program HC , solusi apa yang guru berikan kepada peserta

didik ?

9. Apakah terdapat kendala disaat proses kegiatan menghafal Al-Qur‟an

sedang berlangsung ?

10. Kapan evaluasi dalam kegiatan menghafal Al-Qur‟an ?

11. Bagaimana pelaksanaan evaluasi HC ?

122

DAFTAR PERTANYAAN

Nama Responden :

Jabatan : Peserta Didik

Tempat Wawancara :

Hari/Tanggal :

1. Bagaimana cara guru pembimbing HC membimbing saat kegiatan

menghafal Al-Qur‟an sedang berlangsung ?

2. Apakah guru pembimbing membantu anda saat anda mengalami kesulitan

dalam menghafal Al-Qur‟an ?

3. Apakah metode pembinaan yang digunakan saat kegiatan HC berlangsung

dapat membantu anda dalam membaca Al-Qur‟an ?

4. Apakah anda dapat mengikuti test pada HC ?

123

Lampiran. 5

ANGKET/KUESIONER

Pelaksanaan Habitual Curriculum dalam Membina Hafalan Al-Qur’an Siswa

di MA Pembangunan UIN Jakarta

Kata Pengantar Kuesioner

Dengan hormat,

Perkenankalah saya meminta kesediaan adik-adik untuk berpartispasi dalam

mengisi dan menjawab seluruh pernyataan yang ada dalam kuesioner ini.

penelitian ini digunakan untuk menyusun skiripsi dengan judul, “Pelaksanaan

Habitual Curriculum Dalam Membina Hafalan Al-Qur’an di Madrasah Aliyah

Pembangunan UIN Jakarta”. Untuk itu diharapkan kepada responden dapat

memberikan jawaban yang sebenar-benarnya demi membantu penilitian ini. Atas

waktu dan kesediannya saya ucapkan terimakasih, semoga penilitian ini

bermanfaat bagi kita semua.

Tangerang Selatan, Maret 2019

Penulis

124

Deskripsi Responden

Nama Instansi :

Nama Responden :

Kelas :

Tanggal Pengisian :

Jenis Kelamin : Laki-Laki/ Perempuan

Daftar Kuesioner Murid/ Peserta Didik

1. Apakah anda membaca Al-Qur‟an di rumah ?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

2. Apakah anda senantiasa menggunakan ayat yang telah dihafal di sekolah

dalam shalat ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda selalu muroja‟ah ayat yang telah di hafal ?

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

4. Apakah anda menghafalkan ayat Al-Qur‟an terlebih dahulu sebelum Anda

setorkan kepada pembimbing ?

a. Selalu

125

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

5. Saat pembinaan tahfidz Al-Qur‟an, apakah anda menyelesaikan hafalan

sesuai target yang telah ditentukan ?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda selalu menyetorkan hafalan di setiap pembinaan tahfidz ?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah anda berwudhu terlebih dahulu sebelum memulai pembinaan

tahfidz Al-Qur‟an ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

8. Dalam menghafal Al-Qur‟an, apakah anda dalam keadaan duduk dan tertib

?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

9. Apabila teman anda mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur‟an,

apakah anda senantiasa untuk membantunya ?

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

126

10. Apakah anda membantu teman anda yang sedang dalam kesulitan saat

menghafal Al-Qur‟an ?

a. Ya

b. Tidak

c. Kadang-kadang

11. Apakah anda berbicara dengan santun kepada teman-teman anda, saat

dikelas maupun di luar kelas ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

12. Apakah anda berbicara dengan santun kepada guru saat di kelas maupun di

luar kelas ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

13. Apakah anda membawa Al-Qur‟an dengan tangan kan dan didekatkan ke

dada ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

14. Apakah anda senantiasa meletakan Al-Qur‟an pada tempat yang lebih

tinggi dari anda ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

127

15. Apakah cara dalam menghafal Al-Qur‟an di sekolah membantu Anda

dalam proses menghafal ?

a. Ya

b. Tidak

16. Apakah anda mempunyai cara yang berbeda dalam menghafal Al-Qur‟an ?

bagaimana ?

a. Ya

b. Tidak

17. Apakah guru pembimbing tahfidz memberikan materi (penjelasan) Al-

Qur‟an dengan baik ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

18. Apakah guru pembimbing mengingatkan anda dalam berprilaku yang baik

dalam keseharian ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

19. Apakah guru pembimbing mengingatkan anda untuk berdo‟a sebelum

belajar menghafal Al-Qur‟an ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

20. Apakah guru selalu memberikan contoh dalam berprilaku baik ?

a. Ya

b. Tidak

128

21. Bagaimana kedisplinan guru dalam mengajar dan mebimbing menghafal

Al-Qur‟an ?

a. Disiplin sekali

b. Cukup disiplin

c. Kurang disiplin

22. Apakah guru membimbing anda dalam proses membina menghafal Al-

Qur‟an ?

a. Selalu membimbing

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

23. Apakah guru pembimbing tahfidz membantu anda dalam melancarkan

hafalan Al-Qur‟an ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

24. Dalam proses penyetoran hafalan yang dilakukan oleh anda, apakah guru

pembimbing mengecek bacaan dalam Al-Qur‟an ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

25. Apakah diadakan tes dalam pembinaan hafalan Al-Qur‟an ?

a. Selalu ada test

b. Kadang ada test

c. Tidak ada test

26. Kapan test tahfidz di laksankan ?

129

a. Setiap minggu

b. UTS dan UAS

c. Lainnya

27. Dengan adanya tes dalam pembinaan Al-Qur‟an, apakah anda mengetahui

kemampuan hafalan anda ?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

28. Apakah pembimbing tahfidz memberikan bimbingan tambahan atau

metode khusus saat anda mengalami kesulitan ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

29. Apakah anda mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Qur‟an ?

a. Selalu

b. Kadang-kadang

c. Tidak pernah

30. Jika anda mengalami kesulitan, faktor apa yang menyebabkan anda sulit

dalam mengafal ?

a. Tidak bisa membaca Al-Qur‟an

b. Banyak ayat yang sama

c. Malas

d. Lainnya

31. Siapa yang menjadi faktor pendorong anda untuk menghafal Al-Qur‟an ?

a. Orang tua

b. Diri sendiri

c. Lingkungan

130

d. Lainnya

32. Siapakah yang anda teladani dalam berprilaku ? (jawaban boleh lebih dari

satu)

a. Orang tua

b. Guru

c. Saudara

d. Lainnya

131

Lampiran 6. Suasana Kegiatan HC / Menghafal Al-Qur’an dan Dokumentasi

Suasana Kegiatan HC di MA Pembangunan UIN Jakarta

132

133

Lampiran. 6 Surat Izin Observasi

134

Lampiran. 7 Surat Izin Bimbingan Skiripsi

135

Lampiran. 8 Surat Izin Penelitian

136

Lampiran. 9 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

ワ/

Nama

NIM

Jurusan/Prodi

Judul Skripsi

Dosen Pembimbirrg

LEPIBtt UJI REFERENSI

Ylllialllo lヾ uダoho

ll12011000026

Pcndidikanヱヘgama lslam

Pclaksanaan Habitual Culiclum Dalal■ Menlbina Ha■1lanAl―Qur'an siswa di M隕 Penlballgllllall uIN Jよ aia_

:Helly Narelldrany Hidayati,M.Pd

BABI

Judul Buku/ReferensiNo.

FoofnoteHalanlall

ParafPembimbing

DanLRar,P`“ y′

r ttsゴο√οノ P“didikα4(JalCarほKttal‐2 Prcnada Media GЮ up,2011),h_08 1 1

Undang」じpdang RI N0 20 tahun 2003,■ 汚rα4g~tSむ′θ,7,Pθマ〃′′ゴたα″,νbs′ο″αι(Yogyakarta:Pustaka

Pel司 ar,2005),h102 1

E. Mulyasa, Pengembangan InplementasiKurtkutum 2013, (Bandung:. 2014), cet.IV, h.19.

3 2

郵Departemen Agama RI, Al-eur'an danTerj emahannya, @andung: Diponegoro, 2009), Cet_x,b- 455

4 2

嘲lMamla al―Qatllan,Pttga″滋rS″″IJ4“ αみ0″/し4,

Teゴ dariル麟bααみfrsノ じ7″滋ゴJ2′″レ″olch Aunur

留鰐‖γ五ズLkma ttttt A― tuts鴫 知り,

¨

Subhi as‐shal■,滋“らα力

“fIPz始″

“易Иみον′後ろ

TCゴ. daJ 、fahabits i ulimil Qur'an Olch TimPドtaka Firdaus,(JakなL:Ptttaka Firdalls,2011),Cet XIと●lo

6 3

笏Kcnlcntrian Agama RlalIIll, Al‐ Q岳'an danTettemahannya Dilengkapi Kaiiam UShul Fiqih,(PT

Stigma Cramcdia,2000),hd.597 3

Ahnad Sya五島dditl,]々 ηど,diИ″αたル化“fzJれ

滋 れらαcα Dα′Мθ″cシたJИみ夕げし4.(JakarataGcma lnsalll,2004),hal_81

9

`ス

11

138

Wina Sanjaya, Ktu ikultqn tLtn Pe.mbela-iaran,(Jakarta: Kencana Prenada li,,Iedia Group. 2011), hal.9

7

ntti〕 ://khazana量=IEpunlil(a。 10=i旦/beritaノ dullia‐

islallL/khazanah/13/07/12ん npttdO-2013¨ madrasah¨di― iakarta‐ wailb‐menghafal― alqllran di akses pada

tangga1 26 0ktober puku1 21 00,

´

働Moh. Thoyib, "Upaya Peningkatan pemahaman

Pembelajaran Al-Qur'an dengan Metode 4ctiyeLearning Berkelompok Siswa Kelas ilt SDNBogempinggir Sidoarjo Tahun Ajaran 2OIO-207L,,Jurnal penilition tindokon kelos pendidikon ogomolslqm, Vol. 4 2013, h.02

9

」udlll Bllku/ReferensiNo.

FootnoteHalaman

ParafPembirnbing

Pedoman″。わたυθ′cruricυ ノυm MA

Pembangunan UIN lakarta 14

%Hasi Observasi pada tangga! 22 November 2018puku1 07 15 WIB d,MA Pembanguna uiN」 akarta

Hasil wawancara guru pembimbing HabitualCuriculum, Bapak Yayat pada 28 Novernber 2O1gpukul 08.30 WiB di MA pembangunan UIN Jakarta.

10 研

彿

ツ ヽ

BAB Ⅱ

Aヽハ/ Muna、マ、ハ/ir, κα777ι ィs αみノン1′′7α l″14′ ル ノ4′ αι―

ル,′0,7ι S′′′(SurabayaI Pustaka Pro8rcssil1997),Cct,Kc-14,h279.

19 14

ハご―Rumi,Abduralllllan,j■u″′′/2ク′'α″(5'′ι′`カ

ん″′ノ′おF/17ゞ И′2夕″'α′り,Titian 1lah Press,Inlogiri

■/ogyakarta,1997,h 38‐

42_

20 14

Ash Shabu」 ,Muhanm■ad All,2001//― ηbッα″′

ッ′ν″ン′2ンだα′,J akarta:PllstalaAmani,h8つ4 15

鶉Anshori, Ul unutl Q u r' a n 0;q i d ah -ka i d ah nr enrl t an iJinnan tu.han, (Iakarta: Raia Grafindo.2016) h 1S-19

う乙 15

Departemen Agama RI, op.cit., lL 3 7 5. 23 ‘

・ αAhsin W tthaidz」 Fヵフめル78り,,P′αヒSn々″gた{ヵん」ル0ン′'θれ(」akal■a:Bulln Aksara,1994)h.22-23 24 17 」弊Mulmimin zcn,3ゴ″7ら ,ァ,gα 7,Γ′也力むJ``″g乃ら47/″′

2ク″した″“7καガ′′,(Jakarta I P J` Al Husna Zih‐ a,

1996)cct l h 37.

う乙

何′

Muhaimin Zcn,],ヵ ′ノアイ/2“″'α″1を70″`五

α′`れ

`′

,,(

Ciputat Trallspustaka,2015),h 17-20うZ 17 γ

Maula Rattya,Pα ″″"α

れ 物Йぶゴ弓及び″ブ4″α″コ%力βル助 畝ルPθ

“″れ (Jakatal D市 a Press,2015),h.179-

182.27 19

Imam Mllmas, Иみ2ク′η4 3θ″bj6α″α,(Surabaya:Pustaka Progresil 1996),h 38. 28 19 /鋳

Departemen Agama RI. op.cit., h.438. 29 20

YusufAl―Qardhawi,Bθガ″arα ttJ D′姿要れИみ

0′″btt h.195. 30 22

Muhaimin Zen,op cir., ir. 105. う∠

ルMullaimin Zm,υ

`ル.,h.248. 32 21

・4

Depanemcn Pen<liciikan Nasionrl. to,*, gn*,:Bahasa Indonesia, ( Jakartal Balai pu.sraka. 200j). h.123. う

脩 皿性器為樹 7::子物レ切砒(

34 27

|

黎35 27 /鮒ハヾNana Suttana,Dα Sα

「′αsα 7・ P″偲θs B91げα″

rcss,2004),h.54. 36 ,′

うZ ql

37 27 州ュHerry Widyastone, Pengentbogan Kurikulun di EraOlononti Dcterah dari Kurikulum 2004, 2006, keKrrrikulum 2013, (.Takarla: Bunri Aksara, 2014),h.199-209.

´

Wina saniaya′ SfrσむgFρ embe/σ ′α′3θ rο ttcЛ どαs′

Sιαη∂ar PЮses ρθηd,J々σηノ(」 akarta:Prenamedia

Group′ 2014)′ cet.Ke-11,h 21

´

Zaki zamanL MatOde"ρ αtt Mεng力 oraノ パトQυ r´α万4}′ h.35-36、

40 04 レイ

Abudd n Nata′ Pend′ d′ α々η F′た3F。さlSノσ赫

Gaya Media Pratama,2005),h131 41 う4

琳Zainal Attin,[ν α′υθsア ρε

"beノ可σЮη′(BandungI PT

Remala RosdakaⅣ a′ 2013)′ h5-34 42 29

Hasil Wawancara dengan pembimbtng tahfidz Al_Qur'an, Bapak Yayat pada 20 Desember 2018 pukul08.30 WIB di MA pembangunan UtN Jakarta.

43 30

彿Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaron, -(Jakarta: Kencaaa Prenada Media Grup: 2003), h. 3

44 31 Q45 つ

L2つ

Daktr. P erencanaan dan P engembangan Kuikulurti,( Jakarta: PT Rineka Cipta: 2004), h. 3. 46

γ.Nana Sy. Sukmadinata dan Erliany Syaodih,

Kurikulum dan Pembel aj aran Komp etensi,

(Bandung: PT Refika Aditama :2012),h. t.47 34

S.Nasution, Kurikulum dcn pengaja*", [ffi.Sinar Grafika: 2010), h. 5-6.

Dimyati dan Ivfudjiono, op.cit , h.26.

″ ヽ

141

Dakir, Perencqilao.n don PengerubotganKurilculum, ( Jakarta: P'J'Rincka Cipra: 2004), h.l

49 7′

嘲ikt scll iJhalaln〔胤/dctai1/1Qlrikulum‐ alixa璽

diabes pada tanga1 26 okobel‐ 2018 pukul21.00

50 う0

Hasil Wawansara dengan bapak Yayat selaku.guru pembimbing HC pada tanggal 18 April20t't

ζD

00

¢Sri Purwaningsih Romadhon, "lmplementasiPembelajaran Tahfidz dengan PendekatanHumanlstik Anak Berkebutuhan Khusus diSD|THidayatullah Yogyakarta" Iesrs pada FakultasTarbiyah UiN Sunan Kalijag,Yogakarta, 2015 h.tt6-779

つ4

一ヽ

} 41

Surwati, " Pe loksonoon Pelaksanaan program TahfidzQur'an 2 Juz (Studi di SDIT Harapan BundaSemarang)" tahun 2008. lAlN Watisongo

一う 42

つん

И仕

BAB III

Judul Buku/ReferensiNo.

FootnoteHalaman

ParafPembimbing

Hamid Danlladi,ル 々`ο

″`′`″

′JI`ビα″Pθη′J己武。4,

Calldung:Alfabeta,2011),h.24 42

Nana Syaodih Sukmadinala, Metode Peni|iiion

Pendidi!:an, ( Randung: Rosdakar-ya, 201 0), h.

60

54 42 卿■lallっ id IDarnladi,9″ εゴr,h_55-56 ′1『 γSugiyorro, Metode Penelitian l{tnntit.ot.if KLtulitutif-dcut R&D, (Bandung: Alfabeta, 20ll),h.2. 56 43

S Margono,]々 ごοあragFP`″ JゴrJ″″P`ηグJど′腸4,(Jakana:Rhc19 clp軋 2013),h.158-159, 7

′ 50

Joko Sr.rbagyo, Metode Penilitian Dulam 'llc_ori tlottPralaelc, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2n04), h {i3 50

Cholid Narbuko., |(Ш 、 腱 ′0あ′aboゴ P`“ゴ″′たη,

(JalCartal Bullllli Ak,ara,2004),h.83.59 50 q

ChOild Nabuka′ Abtt Achmadら ハイelο dοノοgFPen″ tFαι (」akarta:Bumi Aksara′ 2005),h.76.

60

Cho‖ d Nabuka_′ Abu AChmadi′ Лレイelο σοわg′

Pcnilit,or17(Jakarta:Bumi AК saFa′ 2005)′ h.77.61 52

Lexy J,M0100ng,動 彪ゎJθFagi P`77Z′ Jrゴακ κ“′″αrノ

Gandung:PT Remtta Rosdakttγ a,1997),h.177 63 52

Andi PrastOwO,Maカ ル Pc“満′ね″κ′α″降`折(JO」 ,katta Ar Ruzz Media,2016),h.269‐ 270 64 う

Tiltn Pcllyuslu■ Pedolnan Penlllisan Shぃ si

FITK,り.cJ′ .,hal,75‘υ 53

Lexy J. Moleong, op-cit.,hal.24861 /ヵ

”サ

Il mzir, Met o do I o gi P eneli t ia n Km titu t if:

. I t t u I i,t' i s' D u t u. I J akana : P1 R a.1 a gra fi nd<r

Persada, 2012), cet.2, h. 130

う4

′0

Tiin Pcnyusun Pedoman Pcllulisln SkHpsiFITK,υ c,′・,hal.70¨ 71

′0

Jakalta,251/farct 20 1 9

Il{engetahui,

Dosen Pembimbiug,

亘cnv Narendralむ、M,Pd.NIP,197105121996032002

138

Lampiran. 11 Biodata Penulis

BIODATA PENULIS

Yulianto Nugroho, Lahir di Jakarta pada 08 Juli

1994, merupakan anak tunggal buah dari pasangan Bapak Irwan Lubay dan Sri

Murniati. Sejak kecil Penulis selalu dinasehati oleh ayah dan ibu untuk selalu rajin

beribadah, jujur, dan baik terhadap sesama.

Pendidikan penulis dimulai dari didikan kedua orang tua yang begitu sangat

kusayangi dan kucinta hingga saat ini, ketika berumur 6 tahun penulis masuk ke

sekolah SDN 03 Pagi Ciracas dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan

pendidikan tingkat SMPN 208 Jakarta, dan SMA di MAN 2 Jakarta.

Alhamdulillah hingga penulis lulus pada tahun 2012. Penulis aktif di kegiatan

Osis SMP dan MA, serta aktif dikegiatan bulu tangkis dan futsal pada jenjang

SMP DAN MA

Pendidikan terakhir penulis ditempuh di strata 1 (S1) Mulai tahun 2012 di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam.