digilib.uns.ac.id · implementasi pp no. 41 tahun 1999. tentang p. engendalian pencemaran udara...

147
Implementasi PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi Implementasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar) SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Ilmu Administrasi Di susun oleh : Achmad Junisar D 0106001 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

Upload: dinhhuong

Post on 03-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

Implementasi PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar

(Studi Implementasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar)

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai

Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik

Jurusan Ilmu Administrasi

Di susun oleh :

Achmad Junisar

D 0106001

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui Untuk Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Dra. Sri Yuliani, M.Si.

NIP.196307301990032002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pada Hari :

Tanggal :

Panitia Penguji :

1. Drs. Agung Priyono, M.Si. ( )

NIP. 195504231981031002 Ketua Penguji

2. Drs. Ali, M.Si. ( )

NIP. 195408301985031002 Sekretaris Penguji

3. Dra. Sri Yuliani, M.Si. ( )

NIP. 196307301990032002 Penguji

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Drs. Pawito Ph.D

NIP.195408051985031002

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

iv

MOTTO

“Berdo’alah kepada-Ku niscaya akan kuperkenankan bagimu.”

(QS. Al-Mu’min: 60)

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.”

(QS. Al-Insyirah: 6)

”Jangan pernah sia-siakan waktu yang ada dalam hidupmu.”

(Penulis)

“Jangan pernah tenggelam dalam kemalasan, karena kemalasan

membuat seseorang begitu lamban sehingga kemiskinan

mengambil alih keadaan dirinya.”

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya kecil ini penulis persembahkan untuk:

๘ Bapak Mus’ad Idris dan Ibu Halikus Zahro

tercinta

Atas doa dan kasih sayang yang tak ternilai

harganya dan pengorbanan yang tak pernah ada

habisnya.

๘ Kak Mepie, Yuk Nia dan Adek Tia

Yang telah memberikan dukungan dan semangat

kepadaku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’aalamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah melimpahkan segala berkah, rahmat, dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Implementasi PP

No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara oleh BLH

Kabupaten Karanganyar (Studi Implementasi Pencemaran Udara Sumber

Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar).

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini tidak terlepas dari semua pihak yang telah membantu hingga

tersusunnya skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dra. Sri Yuliani, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan sabar

membimbing dan memberikan arahan sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Sukadi, M.Si selaku pembimbing akademis yang telah

membimbing penulis selama menempuh masa pendidikan selama ini.

3. Bapak Drs. Pawito Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si dan Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Ketua

dan Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

vii

5. Bapak Drs. Wahyo Dwi B, M.M selaku Kepala Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar yang telah berkenan memberikan ijin kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

6. Ibu Indah Rudiartati, S.H selaku Kepala Sub Bidang Penegakan Hukum

Lingkungan yang telah memberikan bimbingan dan kemudahan data selama

penulis melakukan penelitian.

7. Bapak Aji Dwi Bintoro, M.Si selaku Kepala Sub Bidang Pengendalian

Lingkungan, Bapak Abdurrozzaq An, S.T selaku staff Bidang Pengendalian

Lingkungan serta Bapak Lilik Agung Prabowo selaku Staff Bagian

Pengolahan PG. Tasikmadu yang telah memberikan informasi dan data yang

diperlukan selama penelitian.

8. Bapak dan Ibu penulis yang telah memberikan kasih sayang yang tiada

habisnya untuk setiap doa restu yang tidak pernah putus.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan. Penulis juga

berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang berkepentingan dengan

skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN MOTTO iv

HALAMAN PERSEMBAHAN v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

ABSTRAK xii

ABSTRACT xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan Penelitian

4. Manfaat Penelitian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Implementasi Kebijakan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara

3. Pengendalian Pencemaran Udara

4. Kerangka Pemikiran

1

12

12

13

14

30

32

48

BAB III. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

2. Lokasi Penelitian

3. Sumber Data

4. Teknik Pengumpulan Data

5. Teknik Penarikan Sampel

53

54

54

56

58

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

ix

6. Teknis Analisa Data

7. Validitas Data

59

61

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

2. PG. Tasikmadu

63

71

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

79

109

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

2. Saran

130

133

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Daftar Pengaduan Permasalahan Limbah Industri ke BLH

Kabupaten Karanganyar Melalui Pos Pengaduan Tahun

2007-2010

9

Tabel 1.2 Jenis-Jenis Pencemaran Udara 35

Tabel 1.3 Matrik Tahapan Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak di PG Tasikmadu Kabupaten

Karanganyar

107

Tabel 1.4 Matrik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di

PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

128

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle 18

Gambar 1.2 Model Implementasi Kebijakan Menurut VanMetter dan

Van Horn

23

Gambar 1.3 Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan

Sabatier

26

Gambar 1.4 Skema Kerangka Pemikiran 60

Gambar 1.5 Model Analisis Interaktif 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

xii

ABSTRAK

Achmad Junisar. D 0106001. Skripsi. Implementasi PP No. 41 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten

Karanganyar (Studi Implementasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber

Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar). Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret. 2011.

Keberadaan industri di wilayah Kabupaten Karanganyar mampu

memberikan pengaruh positif bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD),

transfer teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun jika hal itu tanpa disertai

suatu peraturan yang ketat yang mengatur tentang pengelolaan limbah industri,

khususnya pada pengendalian pencemaran udara, dikhawatirkan hal itu malah

berdampak negatif bagi kelestarian dan keseimbangan lingkungan. Oleh karena

itu mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, menjadi salah satu upaya Pemerintah

Kabupaten Karanganyar untuk berpartisipasi dalam menyelamatkan lingkungan

hidup. Peraturan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman baik itu kepada

para pelaku industri maupun masyarakat luas dalam menjunjung tinggi prinsip

pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi atau

pelaksanaan pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian adalah di

Kantor BLH Kabupaten Karanganyar, serta pelaku usaha yaitu PG. Tasikmadu.

Metode penarikan sampel yang digunakan adalah Purposive sampling. Metode

analisis data yang dipergunakan adalah adalah analisis data interaktif. Sedangkan

untuk menguji validitas data digunakan triangulasi data. Data diperoleh dari

beberapa sumber melalui wawancara, dokumentasi serta observasi.

Dari hasil penelitian yang dilakukan, BLH Kabupaten Karanganyar dalam

pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak, dilaksanakan dalam

bentuk tahapan kegiatan meliputi Sosialisasi Kebijakan, Inventarisasi,

Pemantauan dan Pengawasan. Dari tahapan kegiatan tersebut, dapat diketahui

bahwa Implementasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak bergerak di

PG. Tasikmadu oleh BLH Kabupaten Karanganyar cukup baik. Hal ini dapat

dilihat dari empat faktor : yang pertama sikap pelaksana, sikap aparat pelaksana

dalam melaksanakan kebijakan sudah sesuai dengan mekanisme yang ada. Yang

kedua komunikasi, komunikasi dalam pelaksanaan program ini telah berjalan

secara vertikal dan horizontal dengan baik. Yang ketiga sumber daya, Sumber

daya yang dimiliki BLH Kabupaten Karanganyar dalam pengendalian

pencemaran udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu sudah cukup, akan

tetapi tidak dipungkiri masih banyak juga kekurangannya. Yang keempat

kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran, PG. Tasikmadu sebagai kelompok

sasaran mendukung pelaksanaan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak. Hal ini menunjukkan kepatuhan dan tanggapan positif

dari PG. Tasikmadu dalam mematuhi prosedur peraturan yang sudah ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

xiii

ABSTRACT

Achmad Junisar. D 0106001. Thesis. The Implemention of PP

(Government Regulation) No. 41 of 1999 about Air Pollution Control by BLH

of Karanganyar Regency (A Study on the Implementation of Air Pollution

Control for Immobile Source in PG. Tasikmadu of Karanganyar Regency).

Social and Political Sciences Faculty. Sebelas Maret University. 2011.

The existence of Industry in Karanganyar Regency area can exert positive

effect on the improvement of Local Original Income (PAD), technology transfer

and labor absorption. If it is not accompanied by a tight regulation governing the

industrial waste management particularly the air pollution control, however, it is

expected that it will affect negatively the environment preservation and balance.

For that reason, reffering to the Government Regulation No. 41 of 1999 about Air

Pollution Control, the Karanganyar Regency’s Government attempts to participate

in saving living environment. This regulation is expected to give good

understanding to both industrial performer and wide society in upholding the

environment-oriented development principle.

The objective of research is to find out the implementation of air pollution

control for immobile source by Living Environment Agency (BLH) of

Karanganyar Regency.

This study belongs to a descriptive qualitative research. The research was

taken place in BLH Office of Karanganyar Regency, as well as the businessmen,

namely PG. Tasikmadu. The sampling method used purposive sampling one.

Method of analyzing data used was an interactive data analysis. Meanwhile the

data validation was done using data triangulation. The data was obtained from

various sources through interview, documentation as well as observation.

From the result of research done, BLH of Karanganyar Regency in the air

pollution control immobile source based on the PP No. 41 of 1999 has been

implemented in the form of such activities as Policy Socialization, inventorying,

Monitoring and Overseeing. From that stage of activity, it can be seen that BLH

of Karanganyar Regency has been sufficiently good. It can be seen from four

factors : firstly, the imolementer’s attitude, the implementing apparaturs attitude

in implementing the policy has been consistent with the available mechanism.

Secondly, communication, communication in this program implementation has

proceeded well vertically and horizontally. Thirdly, resource, the resource the

BLH of Karanganyar Regency has in controlling the air pollution for immobile

source in PG. Tasikmadu has been adequate, but is undeniable that there are still

some limitations. Fourthly, the targeted group’s compliance and responsiveness,

PG. Tasikmadu as the targeted group supports the implementation of Air Pollution

Control Policy for Immobile Source. It Indicates the PG. Tasikmadu’s compliance

and positive respond to the compliance with the predetermined regulation

procedure.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Perhatian dunia pada masalah lingkungan hidup yang menurunkan

kualitas lingkungan sebagai akibat pola hidup manusia dan kegiatan

pembangunan yang dilakukan, termasuk akibat industrialisasi sangat besar,

diawali konferensi Stockholm bulan Juni 1972, yaitu konferensi PBB tentang

lingkungan hidup manusia. Konferensi Stockholm ini mencetuskan berbagai

gagasan untuk mengatasi masalah kerusakan dan pencemaran lingkungan dan

merupakan tonggak bagi kepedulian dunia terhadap lingkungan. Beberapa

dokumen yang dihasilkan oleh konferensi Stockholm mempunyai arti penting

bagi usaha mengatasi masalah lingkungan global. Seperti tentang lingkungan

hidup manusia dan rencana aksi lingkungan hidup manusia yang didalamnya

dimuat rekomendasi tentang pencemaran dan pengelolaan pemukiman

manusia.

Masalah lingkungan hidup merupakan tanggung jawab setiap orang

baik perseorangan maupun kelompok. Untuk dapat mengatasi masalah ini

diperlukan pola perilaku yang dapat mendukung pola kebersamaan. Hal ini

sangat penting karena pada masalah lingkungan hidup terdapat berbagai

kepentingan yang saling bertentangan bahkan tak jarang saling berbenturan.

Di Indonesia masalah lingkungan hidup mulai disikapi pemerintah

secara formal dan nyata, setelah diundangkannya Undang-Undang RI Nomor

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

2

4 Tahun 1982 yang sudah diganti dengan Undang-Undang RI Nomor 23

Tahun 1997 dan kemudian diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32

Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk selanjutnya dalam

penulisan ini disebut UUPLH Undang-Undang tersebut juga sudah dilengkapi

dengan berbagai peraturan pelaksananya, yang bertujuan untuk mencegah dan

menanggulangi pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.

Dalam pendayagunaan sumber daya alam, baik hayati maupun non

hayati, sangat mempengaruhi kondisi lingkungan bahkan dapat merombak

sistem kehidupan itu sendiri dengan lingkungannya. Manusia dalam

memanfaatkan sumber daya alam harus memperhatikan tujuannya, dan

pengaruh (dampak) yang akan ditimbulkan akibat pemakaiannya. Apabila

dampak yang ditimbulkan tidak diperhatikan, akibatnya akan dirasakan oleh

generasi berikutnya. Keseimbangan sumber daya alam akan sulit tercipta

kembali dan akan memakan waktu yang lama dengan biaya yang tidak sedikit.

Manusia mempunyai hubungan timbal balik dengan lingkungannya.

Aktivasinya mempengaruhi lingkungannya, sebaliknya manusia dipengaruhi

oleh lingkungannya. Dalam perkembangan selanjutnya, terutama dalam abad

21 ini, keseimbangan antara kedua bentuk lingkungan hidup manusia, yaitu

lingkungan hidup alami (natural environmental or the biosphere of his

inheritance) dan lingkungan hidup buatannya (man of made environment or

the technosphere of his creation) mengalami gangguan (out of balance),

secara fundamental mengalami konflik (potentially in deep conflict). Sehingga

manusia mengalami krisis lingkungan, Karena manusia sebagai pelaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

3

sekaligus korbannya. (Silalahi Daud. 1996 : 9). Karena itu, sudah menjadi

tujuan untuk menyadarkan manusia dan bila mungkin menjadikan pembinaan

lingkungan sebagai pola perilaku yang menjadi bagian dari budaya manusia

modern. Dengan demikian kebijakan lingkungan tidak lagi berada dalam

pengertian kebijakan yang selalu tergantung pada sanksi dan pemaksaan,

sehingga dalam masyarakat diharapkan akan tumbuh budaya dan pola hidup

yang berwawasan lingkungan.

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dan

bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan

kondisi asal pada kondisi yang buruk ini dapat terjadi sebagai akibat masukan

dari bahan-bahan pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada

umumnya mempunyai sifat racun (toksik) yang berbahaya bagi organisme

hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi

pemicu terjadinya pencemaran.

Lingkungan dapat diartikan sebagai media atau suatu areal, tempat

atau wilayah yang di dalamnya terdapat bermacam-macam bentuk aktivitas

yang berasal dari ornamen-ornamen penyusunnya. Ornamen-ornamen yang

ada dalan dan membentuk lingkungan, merupakan suatu bentuk sistem yang

saling mengikat, saling menyokong kehidupan mereka. Karena itu suatu

tatanan lingkungan yang mencakup segala bentuk aktivitas dan interaksi di

dalamnya disebut juga dengan ekosistem.

Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi

perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu sehingga tidak sama lagi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

4

dengan bentuk asalnya, sebagai akibat dari masuk dan atau dimasukkannya

suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan itu. Perubahan yang

terjadi sebagai akibat dari kemasukan benda asing itu, memberikan pengaruh

(dampak) buruk terhadap organisme yang sudah ada dan hidup dengan baik

dalam tatanan lingkungan tersebut. Sehingga pada tingkat lanjut dalam arti

bila lingkungan tersebut telah tercemar dalam tingkatan yang tinggi, dapat

membunuh dan bahkan menghapuskan satu atau lebih jenis organisme yang

tadinya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu. Jadi pencemaran

lingkunagn adalah terjadinya perubahan dalam suatu tatanan lingkungan asli

menjadi suatu tatanan baru yang lebih buruk dari tatanan aslinya.

Dalam Undang-Undang Lingkungan Hidup Nomor 32 tahun 2009

dijelaskan bahwa suatu tatanan lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila

ke dalam tatanan lingkungan hidup itu masuk atau dimasukkan suatu benda

lain yang kemudian memberikan pengaruh buruk terhadap bagian-bagian yang

menyusun tatanan lingkungan hidup itu sendiri, sehingga tidak dapat lagi

hidup sesuai aslinya. Pada tingkatan lanjutnya bahkan dapat menghapuskan

satu atau lebih dari mata rantai dalam tatanan tersebut. Sedangkan suatu

pencemar atau polutan adalah setiap benda, zat ataupun organisme hidup yang

masuk ke dalam suatu tatanan alami dan kemudian mendatangkan perubahan-

perubahan yang bersifat negatif terhadap tatanan yang dimasukinya.

Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia

ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi

kehidupan manusia dan tatanan lingkungan hidupnya. Aktivitas yang pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

5

prinsipnya merupakan usaha manusia untuk dapat hidup dengan layak dan

berketurunan dengan baik, telah merangsang manusia untuk melakukan

tindakan-tindakan yang menyalahi kaidah-kaidah yang ada dalam tatanan

lingkungan hidupnya. Akibatnya terjadi pergeseran keseimbangan dalam

tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cenderung lebih

buruk.

Salah satu aktivitas manusia yang sangat berhubungan dengan

lingkungan adalah pembangunan industri. Dapat diambil contoh di daerah

perkotaan, semakin meningkat jumlah penduduk perkotaan, semakin besar

pula masalah lingkungan hidup perkotaan yang dihadapi. Kenaikan jumlah

penduduk di perkotaan ini erat kaitannya dengan pesatnya industrialisasi.

Industrialisasi, yang berlangsung dalam proses pembangunan, pada

hakekatnya merupakan upaya meningkatkan pemanfaatan berbagai faktor,

misalnya sumber alam, keahlian manusia, modal, dan teknologi, secara

berkesinambungan. Semakin banyak kebutuhan masyarakat, semakin banyak

kegiatan industri yang berlangsung sehingga semakin besar pula tekanan

untuk meningkatkan pemanfaatan faktor-faktor tersebut.

Dampak positif dari pembangunan sektor industri sudah banyak kita

rasakan, mulai dari meningkatnya kemakmuran rakyat, meningkatnya

pendapatan perkapita, meningkatnya mutu pendidikan masyarakat,

meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan masih banyak lagi sisi positif

dari pembangunan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

6

Salah satu dampak negatif pembangunan yang menonjol adalah

timbulnya berbagai macam pencemaran, akibat penggunaan mesin dalam

industri maupun mesin sebagai hasil produksi dari industri tersebut. Suatu

tatanan lingkungan hidup dapat tercemar atau menjadi rusak disebabkan oleh

banyak hal. Namun yang paling utama dari sekian banyak penyebab

tercemarnya suatu tatanan lingkungan adalah limbah.

Limbah dalam konotasi sederhana dapat diartikan sebagai sampah.

Limbah atau dalam bahasa ilmiahnya disebut juga dengan polutan, dapat

digolongkan atas beberapa kelompok berdasarkan pada jenis, sifat, dan

sumbernya. Berdasrkan pada jenis, limbah dikelompokkan atas golongan

limbah padat dan limbah cair. Berdasarkan sifat yang dibawanya, limbah

dikelompokkan atas limbah organik dan limbah an-organik. Sedangkan bila

berdasarkan pada sumbernya, limbah dikelompokkan atas limbah rumah

tangga atau limbah domestik dan limbah industri.

Salah satu dari limbah industri ini adalah pencemaran udara.

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau

biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan

manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

merusak properti.

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami

maupun kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi

suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

7

alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung

dan lokal, regional, maupun global.

Beberapa perangkat peraturan perundang-undangan yang mengatur

pengendalian pencemaran udara, antara lain:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

b. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997 tentang

Indeks Pencemaran Udara.

c. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 1996 tentang

Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak.

d. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang

Baku Mutu Tingkat Kebisingan.

e. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 50 Tahun 1996 tentang

Baku Mutu Tingkat Kebauan.

f. Keputusan Kepala Bapeda No 205 Tahun 1996 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara Tidak Bergerak.

Keberadaan industri di wilayah Kabupaten Karanganyar mampu

memberikan pengaruh positif bagi peningkatan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), transfer teknologi dan penyerapan tenaga kerja. Namun jika hal itu

tanpa disertai suatu peraturan yang ketat yang mengatur tentang pengelolaan

limbah industri, khususnya pada pengendalian pencemaran udara,

dikhawatirkan hal itu malah berdampak negatif bagi kelestarian dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

8

keseimbangan lingkungan. Dari beberapa artikel diketahui permasalahan

pengendalian pencemaran udara di Kabupaten Karanganyar antara lain:

1. Sebanyak 80 persen pabrik tekstil di Kabupaten Karanganyar, Jawa

Tengah, mendapatkan teguran dari Badan Lingkungan Hidup (BLH)

Pemkab setempat. Selain tidak memiliki unit pengelolaan limbah batubara

dan mencemari udara lingkungan sekitar, keberadaan pabrik tekstil yang

berjumlah ratusan ini juga menggunakan surat manifest palsu untuk

membuang limbah (okezone.com).

2. Dari hasil inspeksi rutin yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar, berdasarkan laporan warga, diketahui bahwa PG

Tasikmadu dalam kegiatan operasionalnya melakukan pencemaran udara.

Pencemaran udara ini, seperti keluarnya asap dan abu bercampur debu.

Sisa pembakaran itu mengganggu udara di sekitar pabrik, sedangkan abu

bercampur debu menempel pada cucian warga. Penyebabnya adalah proses

pembakaran yang tidak berlangsung sempurna (sololawu.blogspot.com).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar, diketahui bahwa ternyata terdapat laporan

pengaduan dari masyarakat terkait pencemaran limbah yang dilakukan oleh

beberapa pelaku usaha industri di Kabupaten Karanganyar. Pencemaran ini

berupa pencemaran udara yang berasal dari cerobong asap pabrik yang

mengganggu aktivitas warga sekitar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

9

Tabel 1.1

DAFTAR PENGADUAN PERMASALAHAN LIMBAH INDUSTRI KE

BLH KABUPATEN KARANGANYAR MELALUI POS PENGADUAN

TAHUN 2007-2010

BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KARANGANYAR

NO Nama

Perusahaan

Jenis

Pengaduan Lokasi Permasalahan

1 PG Tasikmadu Pencemaran

Udara

Desa Ngijo Kec.

Tasikmadu

Diindikasikan oleh pelapor

bahwa timbulnya asap hitam

diikuti partikel debu berasal

dari cerobong asap, tidak

adanya penyemprotan pada

cerobong sehingga dust

collector tidak berfungsi

dengan baik.

2 PT Panca Darma

Puspawira

Pencemaran

Udara

Desa Ngasem

Kec. Colomadu

Asap yang sangat tebal

sehingga menganggu

lingkungan sekitar pabrik.

3 PT Sekar

Bengawan

Pencemaran

udara

Nggumbung

Sawit Desa Jetis

Kec. Jaten

Pabrik mengeluarkan asap

dari cerobong bahan bakar

batu bara sehingga

mengganggu penduduk

sekitar pabrik.

4 PG Tasikmadu Pencemaran

udara

Desa Nglano,

sebelah utara

pabrik

Partikel debu dari cerobong

asap PG Tasikmadu

mengganggu warga sekitar

pabrik.

5 Aliran air sungai

sebelah timur PG

Tasikmadu

Permintaan

pancuran air

dari sungai

sebelum

masuk ke PG

Tasikmadu

Desa Ngijo Kec.

Tasikmadu

Selama ini air sungai (arah

dari timur PG Tasikmadu)

yang digunakan oleh pabrik

sebagian dialirkan ke

pertanian sebelah utara

pabrik.

6 Home Industri

Snack

Pencemaran

udara dan bau

Penggorengan

Argotiloso, Kec.

Tasikmadu

Partikel debu dan bau asap

mengganggu aktivitas warga

sekitar.

7 PG Tasikmadu Pencemaran

udara dari

sumber emisi

gas buang

cerobong asap

Kec. Tasikmadu Terdapat asap hitam tebal

karena nozzle baru

diperbaiki.

8 PT Delta Merlin Pencemaran

Debu Kapas

Desa Kaling

Kec. Tasikmadu

Asap dari cerobong pabrik

mengganggu warga sekitar.

Sumber: Data yang sudah diolah dari Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

10

Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara, menjadi salah satu upaya Pemerintah

Kabupaten Karanganyar untuk berpartisipasi dalam menyelamatkan

lingkungan hidup. Peraturan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman

baik itu kepada para pelaku industri maupun masyarakat luas dalam

menjunjung tinggi prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan

sehingga perkembangan pesat di bidang industri mampu berjalan seimbang

dan selaras dengan kondisi lingkungan. Kemudian peraturan ini juga

memberikan sanksi kepada pihak-pihak yang terbukti melakukan pelanggaran

yaitu melakukan pencemaran udara yang dapat berdampak bagi kerusakan

lingkungan.

Badan Lingkungan Hidup (BLH) sebagai pendukung tugas Bupati

dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang lingkungan hidup

bertanggung jawab langsung dalam hal pengendalian pencemaran udara di

wilayah Kabupaten Karanganyar. Dalam pengendalian pencemaran udara,

langkah-langkah atau tugas pokok yang dimiliki oleh Badan Lingkungan

Hidup (BLH) adalah sebagai berikut:

1. BLH melaksanakan inventarisasi data untuk menentukan sumber dan jenis

pencemaran;

2. Kemudian BLH menurunkan team untuk melakukan pemantauan atau

pengawasan secara langsung di lokasi pencemaran;

3. Jika dalam kegiatan pemantauan dan pengawasan ditemukan adanya

pelanggaran, maka BLH melakukan kroscek atau memanggil terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

11

pihak-pihak yang bersangkutan untuk dilakukan musyawarah untuk

mendapatkan solusi yang tepat atas permasalahan tersebut;

4. Kemudian BLH melakukan pembinaan dan memberikan arahan terhadap

pihak yang bersangkutan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui lebih lanjut

proses Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara yang difokuskan pada studi implementasi

yaitu pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak di PG.

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Hal ini dikarenakan PG. Tasikmadu

merupakan salah satu dari para pelaku usaha industri di Kabupaten

Karanganyar yang mempunyai potensi untuk melakukan pencemaran udara

yang dapat berdampak buruk bagi kondisi lingkungan sekitarnya. Hal itulah

yang menjadi alasan penulis memilih judul: “Implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi Implementasi

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di PG.

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar)”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

12

2. Perumusan masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang

hendak dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagaimanakah implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara di PG. Tasikmadu?

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi dalam Implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendaliaan Pencemaran

Udara di PG. Tasikmadu?

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian implementasi pengendalian pencemaran udara

oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar ini adalah sebagai

berikut:

a) Tujuan Operasional

1. Mengetahui Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara di PG. Tasikmadu.

2. Mencari dan mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi

Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara di PG. Tasikmadu.

b) Tujuan Fungsional

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak, sebagai bahan pemikiran dalam melanjutkan dan meningkatkan

kualitas implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

13

tentang Pengendalian Pencemaran Udara oleh Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar maupun di daerah lainnya.

c) Tujuan Individual

Untuk memenuhi persyaratan guna meraih gelar sarjana S-1 di

jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain

sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi

organisasi yang terkait dalam meningkatkan implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.

2. Sebagai sumbangan dalam pengujian dan penerapan teori Administrasi

Negara terhadap masalah publik terutama masalah yang berkaitan dengan

pengendalian pencemaran udara sehingga penelitian selanjutnya dapat

melengkapi dan memperbaiki penelitian yang ada sebelumnya.

3. Memberikan informasi kepada pihak-pihak yang mempunyai perhatian

terhadap pengendalian pencemaran udara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mempermudah penyampaian teori yang menjadi landasan dalam

penelitian ini, maka penyusunannya adalah sebagai berikut :

1. Implementasi Kebijakan

Implementasi yang berasal dari bahasa Inggris “implementation”.

Menurut Riant Nugroho (2004:158), Implementasi kebijakan adalah cara agar

sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. tidak lebih dan tidak kurang.

Untuk mengimplemtasikan kebijakan publik, maka ada dua pilihan langkah

yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-

program atau melalui formulasi kebijakan derivatt atau turunan dari kebijakan

publik tersebut.

Secara luas, implementasi merupakan tahap dari proeses kebijakan

segera setelah penetapan undang-undang. Implementasi dipandang secara luas

mempunyai makna pelaksanaan undang-undang di mana berbagai aktor,

organisasi, prosedur, dan tehnik bekerja bersama-sama untuk menjalankan

kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-

program.

Menurut Wiliam N. Dunn (2000:24), Implementasi kebijakan

merupakan kebijakan yang telah di ambil dilaksanakan oleh unit-unit

administrasi yang memobilisasikan sumberdaya finansial dan manusia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

15

Sedangkan Stewart, Alan Greer dan Paul Hogget dalam Journal Public

Policies, Private Strategies, and Local Public Spending Bodies justru

membedakan antara kebijakan dengan implementasi yaitu :

“The policy – implementation distinction is not only based

upon a questionable set of assumption about how policy is

constructed but is also central component of a combination of a

practices which have led to progressive depoliticization of

local public life” (“Perbedaan implementasi dengan kebijakan

tidak hanya berdasarkan pada kumpulan pertanyaan mengenai

asumsi bagaimana kebijakan tersebut dibuat tetapi itu termasuk

juga bagian pusat dari kombinasi praktek untuk memimpin

depolitisasi progresif kehidupan masyarakat lokal”).

Bintoro Tjokroamidjojo (dalam Lubis, 2010:13) berpendapat bahwa

implementasi adalah merealisasikan pencapaian tujuan yang telah dirumuskan

ke dalam rencana, kebijaksanaan dan Program Pemerintah yang konsisten

berdasarkan keputusan politik. Implementasi menurut Daniel A. Mazmanian

dan Paul A.Sabatier (dalam Lubis, 2010:13) sebagai berikut :

“Implementation is carrying out of basic polcy, decision

usually in corporated a state but which cam also take the from

or important executive orders or court decisions ideally, that

decisions identifies the problem to be addressed, stipulates the

objectives to be persued and in variety of process. The process

normally runs through anumber of stages beginning with

passages of the basic statue, followed by the policy output

(decisions) of the implementing agencies, the compliance of

target groups with those decisions the actual impact of

agencies decisions, and finally, important revisions (or attem-

ted revisions) in the basic statue” (“Implementasi adalah

pelaksanaan kebijaksanaan dari suatu keputusan yang

mendasar, biasanya berbentuk undang-undang (peraturan) yang

dikeluarkan oleh suatu lembaga dapat juga berasal dari perintah

seorang eksekutif yang penting atau keputusan pengadilan.

Keputusan ini untuk mengidentifikasikan masalah yang

menjadi pusat perhaian, menetapkan tujuan yang hendak

dicapai dan berbagai cara penyusunan proses implementasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

16

Proses ini pada permulaan biasanya menghabiskan sejumlah

pernyataan uraian dari undang-undang diikuti dengan

pelaksanaan dari hasil kebijaksanaan (keputusan), pemenuhan

tujuan kelompok berdasarkan keputusan yang telah ditentukan.

Hasil nyata antara yang diharapkan, pengaruh dari keputusan

dan yang terakhir adalah perbaikan-perbaikan yang penting

(atau usaha-usaha untuk memperbaiki) dari peraturan dasar

tersebut”).

Menurut kamus Webster (dalam Lubis, 2010:13) implementasi diartikan

sebagai berikut :

“…to implement is to provide the means for carrying out and to

give practical effect to…” (“Mengimplementasikan berarti

menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu serta

menimbulkan dampak akibat tertentu”).

Sedangkan implementasi menurut Van Meter dan Van Horn (dalam Lubis,

2010:13) adalah:

“those actions by public or private individuals or groups that

directed at the achievement of objectives set forth in prior

policy decisions” (“Tindakan yang dilakukan baik oleh

individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-

kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada

tercapainya tujuan-tujuan yag telah digariskan dalam keputusan

kebijaksanaan”)

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi

adalah penerapan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya atau tindakan yang nyata dari rencana yang telah di tetapkan.

Selain definisi implementasi hal yang perlu mendapat perhatian adalah

bilamana implementasi dinilai berhasil. Terhadap keberhasilan implementasi

tidak ada kriteria yang berlaku mutlak dan umum, sebab pada situasi dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

17

kondisi tertentu ada kemungkinan tidak berlaku. Menurut Nakamura (dalam

Lubis, 2010: 14) merekomendasikan 5 kriteria keberhasilan implementasi

program atau kebijakan yang dapat diukur dari hasilnya, meliputi :

1. Pencapaian tujuan atau hasil akhir

2. Efisiensi

3. Kepuasan kelompok sasaran

4. Daya tanggap klien

5. Sistem pemeliharaan

Sedangkan menurut Petak dalam Journal The Problem of Formulating

Public Policy ada hal yang harus diperhatikan dalam proses implementasi

yaitu :

“It’s implementation – it seems it is possible to abstract at least

three fundamental problems to which one should pay attention.

The first problem concerns a possible lack of coordination in

formulating particular policies, the second one a possible lack

of monitoring, and the third one an unsystematic evaluation of

policies (Petak, 2008a:160-164)” (“Implementasi ini – ini

terlihat dapat diabstrakkan menjadi tiga masalah fundamental

yang salah satunya harus diberikan perhatian. Masalah pertama

memusatkan pada kemungkinan terjadinya kesalahan

koordinasi dalam formulasi kebijkan tertentu, yang kedua

kemungkinan kesalahan pengawasan dan yang ketiga tidak

adanya sistematika evaluasi kebijakan”).

Suatu program untuk mencapai kinerja sesuai tujuan ditentukan oleh

banyak faktor dalam pelaksanaannya. Berbagai faktor atau variabel yang

mempengaruhi kinerja suatu program akan nampak dalam model-model

implementasi yang ada.

Di bawah ini disajikan model-model implementasi kebijakan :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

18

a. Model dari Grindle

Grindle (dalam Lubis, 2010:15) mengemukakan bahwa

implementasi kebijakan secara garis besar dipengaruhi oleh 2 variabel

utama yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya.

Gambar 1.1

Model Implementasi Kebijakan Menurut Grindle

Program yang dijalankan seperti yang direncanakan?

Tujuan Kebijakan

Program aksi dan

proyek individu

yang didesain dan

dibiayai

Tujuan yang ingin

dicapai

Pengukuran

Keberhasilan

Melaksanakan Kegiatan dipengaruhi oleh:

b. Isi Kebijakan

1. Kepentingan yang dipengaruhi

2. Tipe Manfaat

3. Derajat perubahan yang diharapkan

4. Letak Pengambilan Keputusan

5. Pelaksanaan Program

6. Sumberdaya yang diharapkan

c. Konteks implementasi

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi

actor yang tepat

2. Karakteristik Lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Hasil Kebijakan:

2. Dampak pada

masyarakat,individu, dan

kelompok

3. Perubahan dan penerimaan oleh

masyarakat

Tujuan Kebijakan

Program aksi dan

proyek individu

yang didesain dan

dibiayai

Tujuan yang ingin

dicapai

Pengukuran

Keberhasilan

Melaksanakan Kegiatan dipengaruhi oleh:

a. Isi Kebijakan

1. Kepentingan yang dipengaruhi

2. Tipe Manfaat

3. Derajat perubahan yang diharapkan

4. Letak Pengambilan Keputusan

5. Pelaksanaan Program

6. Sumberdaya yang diharapkan

b. Konteks implementasi

1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi

actor yang tepat

2. Karakteristik Lembaga dan penguasa

3. Kepatuhan dan daya tanggap

Hasil Kebijakan:

1. Dampak pada

masyarakat,individu, dan

kelompok

2. Perubahan dan penerimaan oleh

masyarakat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

19

Keterangan :

1) Isi Kebijakan Mencakup

a) Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan

Suatu kebijakan sebaiknya mampu secara optimal

menampung kepentingan pihak-pihak yang terkena dampak dari

suatu kebijakan tersebut. Semakin optimal suatu kebijakan dalam

menampung kepentingan banyak pihak maka semakin sedikit pihak

yang menentang kebijakan tersebut untuk diimplementasikan.

b) Jenis manfaat yang dihasilkan

Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan manfaat

yang besar dan jelas manfaat yang dihasilkan kebijakan tersebut

maka semakin besar dukungan terhadap kebijakan tersebut untuk

segera diimplementasikan.

c) Derajat perubahan yang diinginkan

Suatu kebijakan haruslah mampu menghasilkan perubahan

kearah kemajuan secara nyata dan rasional. Suatu kebijakan yang

terlalu menuntut perubahan perilaku dari kelompok sasaran akan

lebih sulit untuk diimplementasikan.

d) Kedudukan pembuat kebijakan

Pembuat kebijakan yang mempunyai wewenang (otoritas)

yang tinggi dapat dengan mudah mengkoordinasikan bawahannya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

20

didukung oleh komunikasi yang baik sehingga keduduka pembuat

kebijakan dapat mempengaruhi proses implementasinya.

e) Pelaksanaan program

Pelaksana program harus mempunyai kualitas pemahaman

yang baik mengenai kondisi lapangan dan tugas yang harus

dijalaninya. Koordinasi haruslah baik supaya program berjalan

efektif dan lancer.

f) Sumber daya yang dilibatkan

Sumber daya yang dimaksud adalah semua komponen yang

diperlukan dalam pelaksanaan program seperti keuangan,

administrasi dan sebagainya.

2) Konteks Kebijakan mencakup

a) Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat

Banyaknya aktor dari berbagai tingkat pemerintahan

maupun non pemerintahan yang memiliki kepentingan serta

strategi yang mungkin saja berbeda berpengaruh terhadap

pengimplementasian suatu kebijakan.

b) Karakteristik lembaga dan penguasa

Apa yang diimplementasikan sebenarnya adalah hasil dari

perhitungan berbagai kelompok yang berkompetisi memperebutkan

sumber daya yang terbatas, yang semua interaksi tersebut terjadi

dalam konteks suatu lembaga.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

21

c) Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran

Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat

kepatuhan serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap

kebijakan yang harus mereka implementasikan. Adanya sikap

pelaksana yang baik menimbulkan tanggapan baik pula dari

kelompok sasaran.

b. Model dari Van Meter dan Van Horn

Van Meter dan Van Horn (dalam Lubis, 2010:18) mengemukakan

6 variabel yang memperlihatkan hubungan yang mempengaruhi kinerja

atau hasil suatu kebijakan. Enam variable tersebut adalah :

1) Standar dan Sasaran Kebijakan

Standard dan sasaran harus dirumuskan secara spesifik dan konkret

sehingga kita bisa mengukur sejauh mana telah dilaksanakan dan

bagaimana pula tingkat keberhasilannya karena kinerja kebijakan pada

dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standard dan

sasaran tersebut telah dilaksanakan dan bagaimana pula tingkat

keberhasilannya.

2) Sumber Daya

Kebijakan menuntut adanya sumber daya baik yang berupa dana

maupun insentif yang lain yang kemungkinan dapat mendorong

terlaksananya implementasi secara efektif.

3) Komunikasi Antar Organisasi san Pengukuhan Aktivitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

22

Suatu kebijakan agar berhasil dalam implementasinya haruslah

tercipta suatu komunikasi yang baik (terpadu) antar organisasi pelaksana

serta adanya penetapan (pengukuhan) dan kejelasan dari serangkaian

tindakan atau aktivitas yang akan dilakukan dalam implementasi kebijakan

tersebut.

4) Karakteristik Birokrasi Pelaksana

Karakteristik yang bisa disebut antara lain kompetensi dan jumlah

staf, rentang dan derajat pengendalian, dukungan politik yang dimiliki,

kekuatan organisasi, derajat keterbukaan serta kebebasan komunikasi dan

keterbukaan kaitan dengan pembuat kebijakan.

5) Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik

Hal ini berdasarkan pada beberapa pertanyaan, misalnya : apakah

sumber daya ekonomi yang dimiliki mendukung keberhasilan

implementasi?. Bagaimana keadaan social ekonomi dari masyarakat yang

dipengaruhi kebijakan?.

6) Sikap Pelaksana

Sikap individu pelaksana sangat mempengaruhi bentuk respons

mereka terhadap keterkaitan antar variable tersebut. Wujud respons

pelaksana menjadi penyebab dari berhasil dan gagalnya implementasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

23

Gambar 1.2

Model Implementasi Kebijakan Menurut Van

Metter dan Van Horn

c. Model dari Mazmanian dan Sabatier

Kerangka berpikir mereka sebenarnya tidak jauh berbeda dengan milik

Van Meter dan Van Horn serta Grindle. Dalam hal perhatiannya terhadap dua

persoalan mendasar (kebijakan dan lingkungan kebijakan). Hanya saja pemikiran

Mazmanian ini terkesan menganggap bahwa suatu implementasi akan efektif

apabila birokrasi pelaksanaannya mematuhi apa yang telah digariskan oleh

peraturan (petunjuk pelaksanaan teknis). Model ini sering disebut sebagai model

top down (pendekatan dari atas ke bawah).

Mazmanian dan Sabatier (dalam Lubis, 2010:21) menyatakan

implementasi kebijakan merupakan fungsi dari tiga variable, yaitu :

Komunikasi antar organisasi

dan pengukuhan aktivitas

Kinerja

Kebijakan

Standar

dan saran

kebijakan Karakteristik

organisasi

komunikasi

antar

organisasi

Sikap Pelaksana

Sumber Daya Kondisi sosial,

ekonomi,politik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

24

1) Karakteristik masalah

Dalam implementasi program akan dijumpai karakteristik masalah yang

bisa terdiri dari empat variable yaitu bagaimana ketersediaan teknologi dan teori

teknis, keragaman perilaku kelompok sasaran, sifat dari populasi dan derajat

perubahan.

2) Daya dukung peraturan

Implementasi akan efektif bila pelaksanaannya mematuhi apa yang telah

digariskan oleh peraturan yang ditetapkan. Aturan-aturan yang disarankan yaitu:

kejelasan atau konsistensi tujuan yang merupakan standar evaluasi dan saran

lebal bagi pelaksana untuk mengerahkan sumber daya, teori kausal yang

memadai, sumber keuangan yang mencukupi dalam pelaksanaan kebijakan,

integrasi organisasi pelaksana, direksi pelaksana, rekruitmen dari pejabat

pelaksana dan akses formal pelaksana keorganisasian lain sebagai suatu bentuk

koordinasi.

3) Variable non Pemerintah

Dalam implementasi juga memerlukan variable lain di luar peraturan

seperti kondisi sosio ekonomi dan teknologi, perhatian pers terhadap masalah

kebijakan, dukungan public, sikap sumber daya kelompok sasaran, dukungan

kewenangan serta komtmen dan kemampuan pejabat pelaksana.

Ketiga variabel di atas merupakan hal-hal yang berpengaruh terhadap

proses implementasi. Implememtasi adalah suatu proses yang terhadap proses

implementasi. Implementasi adalah suatu proses yang terdiri dari tahapan itu juga

merupakan input bagi keberhasilan tahap yang lain. Tahap tersebut yaitu :

keluaran kebijakan dari organisasi pelaksana, kesesuaian keluaran kelompok

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

25

sasaran, dampak actual keluaran kebijakan, dampak yang diperkirakan dan

perbaikan peraturan. Struktur manajemen program yang tercermin dalam

berbagai peraturan yang mengoperasionalkan kebijakan.

Adapun model implementasi menurut Mazmanian dan Sabatier ini dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

26

Gambar 1.3

Model Implementasi Kebijakan Menurut Mazmanian dan Sabatier

Karakteristik Masalah

1. Ketersediaan teknologi dan teori

2. Keragaman perilaku kelompok

sasaran

3. Sifat populasi

4. Derajat perilaku yang diharapkan

Daya dukung peraturan

1. Kejelasan/konsistensi tujuan dan

sasaran

2. Teori kausal yang memadai

3. Sumber keuangan yang memadai

4. Direksi pelaksana

5. Rekruitmen dari pejabat pelaksana

6. Akses formal pelaksana ke organisasi lain

Variabel non peraturan

1. Kondisi social ekonomi dan teknologi

2. Perhatian pers terhadap masalah

kebijakan

3. Dukungan publik

4. Sikap dan sumber daya kelompok

sasaran

5. Dukungan kewenangan

6. Komitmen kemampuan pelaksaan

Proses Implementasi

Keluaran kebijakan dari organisasi

pelaksana

Kesesuaian keluar kebijakan dengan

kelompok sasaran

Dampak Aktual Keluaran

Dampak yang diperkirakan Perbaikan peraturan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

27

Dalam pelaksanaan suatu program ada beberapa faktor yang perlu

diperhatikan. Faktor-faktor yang ada merupakan hasil pemilihan dari

pendapat atau model dari para ahli. Faktor-faktor yang ada tidak secara

otomatis berlaku secara bulat dan utuh artinya ada suatu faktor yang

dikemukakan sebagai kesatuan, adakalanya dipisah dan diadaptasikan

dengan kondisi lapangan.

Dengan demikian penelitian ini, faktor-faktor yang digunakan

adalah :

a. Sikap Pelaksana (diambil dari model Implementasi Van Metter dan

Van Horn)

Dukungan sikap pelaksana program meliputi keahlian, keaktifan,

kreatifitas serta dedikasi pelaksana yang berpengaruh selama proses

pelaksanaan serta kekuasaan, kepentingan dan strategi aparat yang terlibat

proses pelaksanaan. Sikap pelaksana yang mendukung program akan

menimbulkan kreatifitas agar pelaksanaan lebih efektif. Sikap ini

ditentukan oleh pemahaman terhadap tujuan program. Seringkali terjadi

sikap pelaksana berubah karena mempunyai kepentingan atau pengaruh

lain dari luar.

Faktor ini menjelaskan bagaimana sikap yang diambil oleh

Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar guna mendukung

terlaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara. Hal ini sangat penting mengingat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

28

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 merupakan kebijakan yang

bersifat top down, sehingga memerlukan dukungan dari para pelaksana

kebijakan tersebut.

b. Komunikasi (diambil dari model Implementasi Van Metter dan Van

Horn)

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan suatu

program, terlebih yang menyangkut lebih dari satu instansi, sebagai

jembatan koordinasi. Komunikasi menghubungkan antara sesama aparat

pelaksana (pemerintah) ataupun antara aparat dengan publik (kelompok

sasaran) dan juga untuk menyamakan persepsi dan pemahaman antara para

pelaksana dengan apa yang dimaksud oleh kebijakan.

Secara garis besar komunikasi yang terjadi dapat dibedakan

menjadi dua yakni komunikasi mendatar (horizontal communication) dan

komunikasi vertikal. Komunikasi mendatar terjadi antar aparat yang

berkedudukan sejajar untuk mengkoordinasikan tugas dan peranan agar

tidak terjadi overlapping tugas-tugas atau kekosongan perhatian terhadap

sesuatu. Komunikasi vertikal terjadi antar atasan dengan bawahan yang

bisa berwujud perintah, informasi, teguran dan laporan yang berkaitan

dengan pelaksanaan program.

Faktor ini menjelaskan bagaimana pola komunikasi yang dibuat

oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dalam

menjalankan tugas pokoknya sebagai pemantau, pengawas dan pengendali

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

29

terlaksananya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Penegendalian Pencemaran Udara.

c. Sumber daya (diambil dari model Implementasi Grindle, Van Metter

dan Van Horn, Mazmanian dan Sabatier)

Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam

pelaksanan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Sumber daya tersebut dapat berupa biaya, perlengkapan yang dibutuhkan

maupun sumber daya manusianya.

Faktor ini menjelaskan siap, tidaknya atau memadai dan tidak

memadainya sumber daya yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar baik berupa sumber biaya, perlengkapan maupun

sumber daya manusianya dalam mendukung implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara.

d. Kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran (diambil dari model

Implementasi Mazmanian dan Sabatier)

Pelaksana kebijakan yang baik tentu mempunyai tingkat

kepatuhan serta pemahaman (daya tanggap) yang tinggi terhadap

kebijakan yang harus mereka implementasikan. Adanya sikap pelaksana

yang baik menimbulkan tanggapan baik pula dari kelompok sasaran.

Faktor ini menjelaskan hubungan timbal balik antara Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sebagai pelaksana kebijakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

30

dengan masyarakat dan para pelaku industri di Kabupaten Karanganyar

khususnya PG Tasikmadu. Dari komponen ini dapat dilihat juga kepatuhan

dan daya tanggap masyarakat serta para pelaku industri di Kabupaten

Karanganyar khususnya PG Tasikmadu terhadap implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran

Udara. Dari komponen inilah kita dapat mengetahui dan mengukur tingkat

keberhasilan dari implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

1999.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

Dalam rangka upaya menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif,

pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan untuk penanganan masalah

lingkungan khususnya tentang pengendalian pencemaran udara yaitu dengan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999. Peraturan

Pemerintah ini menjadi dasar hukum pelaksanaan tindakan preventif oleh

aparat pelaksana yang melalui penetapan tolak ukur baku mutu udara baik itu

sumber pencemaran udara yang bergerak maupun yang tidak bergerak.

Dengan adanya tolok ukur baku mutu udara maka akan dapat

dilakukan penyusunan dan penetapan kegiatan pengendalian pencemaran

udara. Penjabaran kegiatan pengendalian pencemaran udara nasional

merupakan arahan dan pedoman yang sangat penting untuk pengendalian

pencemaran udara di daerah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

31

2.1 Tujuan

Pengendalian pencemaran udara ini diselenggarakan dengan tujuan:

a) Untuk melindungi udara yang merupakan sumber daya alam yang

harus dilindungi untuk hidup dan kehidupan manusia dan makhluk

hidup lainnya.

b) Tercapainya keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara manusia

dengan lingkungan hidup.

c) Untuk mendapatkan udara sesuai dengan tingkat kualitas yang

diinginkan.

2.2 Ruang Lingkup Keberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Peraturan Pemerintah ini berlaku untuk mendapatkan udara yang

sesuai dengan tingkat kualitas yang baik dengan melalui beberapa kegiatan

yaitu:

a) Inventarisasi kualitas udara daerah dengan mempertimbangkan

berbagai kriteria yang ada dalam pengendalian pencemaran udara;

b) Penetapan baku mutu udara ambien dan baku mutu emisi yang

digunakan sebagai tolok ukur pengendalian pencemaran udara;

c) Penetapan mutu kualitas udara di suatu daerah termasuk perencanaan

pengalokasian kegiatan yang berdampak mencemari udara;

d) Pemantauan kualitas udara baik ambien dan emisi yang diikuti dengan

evaluasi analisis;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

32

e) Pengawasan terhadap penaatan peraturan pengendalian pencemaran

udara;

f) Peran masyarakat dalam kepedulian terhadap pengendalian

pencemaran udara;

g) Kebijakan bahan bakar yang diikuti dengan serangkaian kegiatan

terpadu dengan mengacu kepada bahan bakar bersih dan ramah

lingkungan;

h) Penetapan kebijakan dasar baik teknis maupun non-teknis dalam

pengendalian pencemaran udara secara nasional.

3. Pengendalian Pencemaran Udara

3.1 Pengendalian

Menurut Syamrilaode (2010) dalam artikelnya, pengendalian

secara umum dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan manajemen

agar pelaksanaan tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan.

Pengendalian menurut Ibnu Syamsi (dalam Syamrilaode, 2010)

adalah fungsi manejemen yang mengusahakan agar pekerjaan atau

kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, patokan

atau peraturan yang telah di tetapkan dalam sebelumnya. Senada dengan

pengertian tersebut, Indriyo (dalam Syamrilaode, 2010) menjelaskan

bahwa ada tiga tahap dalam proses pengendalian :

1. Proses penentuan standar

2. Proses evaluasi dan penilaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

33

3. Proses perbaikan

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengendalian adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan

kegiatan-kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan.

Beberapa ahli ada yang menyamakan pengendalian dengan

pengawasan atau controlling. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa

terdapat perbedaan antara pengendalian dengan pengawasan. Dalam

penelitian ini, dalam kegiatan pengendalian terdiri dari beberapa kegiatan

yaitu kegiatan sosialisasi, kegiatan inventarisasi, kegiatan pemantauan dan

pengawasan.

3.2 Pencemaran Udara

Pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat,

energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia,

sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan

udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara ambien adalah

udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di

dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan

mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan

hidup. (Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999). Sedangkan menurut

Tresna Wijaya, (2009:192), pencemaran udara ialah jika udara di atmosfer

dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap

organisme hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

34

Pencemaran udara juga dapat diartikan adanya bahan atau zat-zat

asing yang terdapat di udara dalam jumlah yang menyebabkan perubahan

komposisi atmosfer dari keadaan normal. Pengertian tentang pencemaran

udara diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat

energi, dan atau komponen lain ke udara dan atau berubahnya tatanan

udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara

turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara menjadi kurang

atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Pramudya

Sunu, 2001:41).

Pencemaran udara memiliki dua jenis sumber emisi. Sumber emisi

ini adalah setiap usaha dan atau kegiatan yang mengeluarkan emisi dari

sumber bergerak, sumber bergerak spesifik dan sumber tidak bergerak

maupun sumber tidak bergerak spesifik. Sumber bergerak adalah sumber

emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari

kendaraan bermotor dan sumber bergerak spesifik adalah sumber emisi

yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang berasal dari kereta

api, pesawat terbang, kapal laut dan kendaraan berat lainnya. Sedangkan

sumber tidak bergerak adalah sumber emisi yang tetap pada suatu tempat

dan sumber tidak bergerak spesifik adalah sumber emisi yang tetap pada

suatu tempat yang berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

35

3.3 Jenis-Jenis Pencemaran Udara

Tabel 1.2

Jenis-Jenis Pencemaran Udara

Pencemaran Udara Jenisnya

1. Menurut bentuk

2. Menurut tempat

3. Gangguan kesehatan

4. Susunan kimia

5. Menurut Asalnya

a. Gas

b. Partikel

a. Ruangan

b. Udara bebas

a. Iritansia

b. Aspeksia

c. Anestesia

d. Toksis

a. Anorganik

b. Organik

a. Primer

b. Sekunder

Sumber: Pramudya Sunu dalam buku Melindungi

Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001 Hal. 43

3.4 Penyebab Pencemaran Udara

Menurut Pramudya Sunu (2001:47) pada umumnya pencemaran

udara disebabkan oleh kegiatan manusia yang tidak mengindahkan

dampak lingkungan dan faktor alam.

Penyebab pencemaran udara oleh kegiatan manusia seperti:

a) Debu atau partikel dari kegiatan industri.

b) Penggunaan zat kimia yang disemprotkan ke udara.

c) Gas buang hasil pembakaran bahan bakar fosil.

Penyebab pencemaran udara oleh faktor alam seperti:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

36

a) Debu akibat letusan gunung berapi

b) Proses pembusukan sampah organik

c) Debu yang berterbangan akibat tiupan angin.

Pramudya Sunu (2001:47-48) juga menambahkan, udara yang tercemar

dapat merusak lingkungan sekitarnya dan berpotensi terganggunya

kesehatan. Lingkungan yang rusak berarti berkurangnya daya dukung alam

yang selanjutnya akan mengurangi kualitas hidup manusia. Pencemaran

udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran berbagai

bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk

terdispersi terurai ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan

sekitarnya. Kondisi geografi, suhu, udara, dan tekanan udara setempat

akan mempengaruhi kecepatan penyebaran pencemarannya. Kawasan

yang daya dukung alamnya berkurang, sering dijumpai berbagai penyakit

yang erat kaitannya dengan akibat pencemaran.

3.5 Pengendalian Pencemaran Udara

Pengendalian pencemaran udara adalah upaya pencegahan dan atau

penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.

Pengendalian pencemaran udara ini meliputi pengendalian dan usaha dan

atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak spesifik, sumber tidak

bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik, yang dilakukan dengan

upaya pengendalian emisi dan atau sumber gangguan yang bertujuan untuk

mencegah turunnya mutu udara ambien (Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 1999).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

37

Berkaitan dengan pelaksanaan pengendalian pencemaran udara

sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu, BLH Kabupaten Karanganyar

melalui Surat Keputusan Kepala BLH Kabupaten Karanganyar

membentuk Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan

Hidup. Tim tersebut berfungsi melakukan dan mengawasi jalannya

tahapan kegiatan pengendalian pencemaran udara yaitu kegiatan

sosialisasi, inventarisasi, pemantauan dan pengawasan.

a) Tahap Sosialisasi

Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan

pemahaman kepada kelompok sasaran yakni PG. Tasikmadu

mengenai isi dan tujuan dari pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara sumber tidak bergerak tersebut.

b) Tahap Inventarisasi

Tujuan dari kegiatan inventarisasi ini adalah untuk mengetahui

status mutu udara suatu daerah apakah sudah tercemar atau

belum tercemar oleh sumber pencemar udara. Kegiatan

inventarisasi ini dilakukan dengan mewajibkan para pelaku

usaha yakni PG. Tasikmadu melaporkan hasil laboratorium uji

udara ambien dan emisi gas minimal enam bulan sekali.

c) Tahap Pemantauan dan Pengawasan

Tujuan dari kegiatan pemantauan dan pengawasan adalah

sebagai salah satu bentuk tanggung jawab BLH Kabupaten

Karanganyar sebagai Pembina dan pengawas bagi para pelaku

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

38

usaha dalam penataan mereka terhadap ketentuan-ketentuan

yang ada di dalam semua peraturan pengelolaan lingkungan

hidup khususnya di bidang pengendalian pencemaran udara.

3.5.1 Metode Pengendalian Pencemaran Udara

Jika pengendalian pencemaran ingin diterapkan, maka berbagai

pendekatan dapat dipilih untuk menentukan metode pengendalian atau

pencegahan pencemaran udara. Pencegahan yang ditempuh terhadap

pencemaran udara tergantung dari sifat dan sumber polutannya.

Pencegahan yang paling sederhana dan mudah dilakukan yaitu

menggunakan masker sebagai pelindung untuk menghindari terjadinya

gangguan kesehatan.

Pencegahan disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan

pengaruhnya terhadap kesehatan dan peralatan yang digunakan. Tindakan

yang dilakukan untuk meneegah pencemaran udara seperti mengurangi

polutan bahan yang mengakibatkan polusi dengan peralatan, mengubah

polutan, melarutkan polutan, dan mendispersikan atau menguraikan

polutan.

Pramudya Sunu (2001:85-90) dalam bukunya, membagi mencegah

pencemaran udara menjadi dua jenis, yaitu mencegah pencemaran udara

berbentuk gas dan mencegah pencemaran udara berbentuk partikel.

Berikut penjelasannya :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

39

Mencegah pencemaran udara berbentuk gas

a) Adsorbsi

Adsorbsi merupakan proses melekatnya molekul polutan atau ion

pada permukaan zat padat adsorben seperti karbon aktif dan silikat.

Adsorben mempunyai sifat dapat menyerap zat lain sehingga menenmpel

pada permukaannya tanpa reaksi kimia serta memiliki daya kejenuhan

yang bersifat disposal (sekali pakai buang) atau dibersihkan dulu,

kemudian digunakan lagi. Emisi hidrokarbon diadsorbsi pada permukaan

karbon aktif, kemudian dihilangkan dengan cara melewatkan uap yang

selanjutnya dikondensasi menjadi cairan dan hidrokarbon dapat diperoleh

kembali untuk penggunaan selanjutnya.

b) Absorbsi

Absorbsi merupakan proses penyerapan yang memerlukan solven

yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan konsentrasinya. Cara

yang mudah dan sederhana, menggunakan air sebagai absorben, tetapi

kadang-kadang dapat juga tidak mengunakan air yang disebut dry

absorben. Metode absorbsi ini pada prinsipnya hampir sama dengan

metode adsorbsi, hanya bedanya bahwa emisi hidrokarbon mengalami

kontak dengan cairan di mana hidrokarbon akan larut atau tersuspensi.

Kontak antara emisi hidrokarbon dengan cairan absorbsi biasanya

digunakan pada menara yang tinggi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

40

c) Kondensasi

Kondensasi merupakan proses perubahan uap air atau benda gas

menjadi benda cair pada suhu udara di bawah titik embun. Polulan gas

diarahkan mencapai titik kondensasi, terutama pada polutan gas yang

mempunyai titik kondensasi tinggi dan tilik penguapan yang rendah,

seperti hidrokarbon dan gas organik lainnya. Cara kondensasi dalam

membersihkan polutan gas kurang praktis, untuk penggunaan polutan gas

yang mempunyai konsentrasi tinggi. Untuk lebih praktisnya digunakan

cara kombinasi pacla taraf awal digunakan cara kondensasi, kemuclian

cliikuti dengan cara adsorbsi. Emisi hidrokarbon akan mengalami

kondensasi menjadi cairan pada suhu yang cukup rendah. Metode

kondensasi ini digunakan untuk menghilangkan gas buang yang

dilewatkan permukaan bersuhu rendah sehingga cairan hidrokarbon yang

terkondensasi tetap tertinggal dan dapat dikumpulkan.

d) Pembakaran

Pembakaran merupakan proses untuk menghancurkan gas

hidrokarbon yang terdapat di dalaru polutan dengan mempergunakan

proses oksidasi panas yang disebut incineration. Hasil pembakaran berupa

karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Proses pembakarannya

menggunakan proses incineration, sedangkan alatnya namanya incinerator

atau burner dengan berbagai tipe yang suhunya dapat mencapai 1800 °F.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

41

Incineration merupakan salah satu metode dalam pengolahan

limbah padat dengan menggunakan pembakaran yang menghasilkan gas

dan residu pembakaran. Metode ini mempunyai resiko yang cukup tinggi

seperti bahaya meledak. Cara pencegahan polusi gas dengan pembakaran

ini harus segera disingkirkan seperti menggunakan exhaust fan atau

pembuatan cerobong asap. Penurunan volume hasil pembakaran dapat

mencapai 70 % dari limbah padat. Metode insinerasi dapat menggunakan

alat seperti :

Menggunakan api untuk oksidasi lengkap hidrokarbon menjadi

CO2 dan air, di mana efisiensi penghilangan hidrokarbon

sangat tinggi.

Menggunakan katalis sehingga oksidasi hidrokarbon lengkap

dapat terjadi pada suhu yang lebih rendah.

Mencegah pencemaran udara berbentuk partikel

a) Filter

Filter udara dimaksudkan untuk menangkap debu atau polutan

partikel yang ikut keluar pada cerobong atau slack pada permukaan filter,

agar tidak ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih saja

yang keluar dari cerobong. Filter udara yang di pasang pada cerobong

harus diperiksa secara periodik, bila sudah dalam kondisi jenuh yaitu

penuh dengan debu harus segera diganti atau dibersihkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

42

Penggunaan filter udara seharusnya disesuaikan dengan sifat gas

buangan yang keluar seperti berdebu banyak, bersifat asam, bersifat

alkalis, dan sebagainya. Beberapa contoh jenis filter yang banyak

digunakan seperti cotton, nylon, orion, dacron, fibreglass, polypropylene,

ivool, nomex, teflon.

b) Filter basah

Cara kerja filter basah atau scrubbers/wet collectors adalah

membersihkan udara kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian

atas alat, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat

udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotan air

turun ke bawah. Secara alamiah air hujan cukup efektif untuk

membersihkan polutan partikel.

c) Elektrostatik

Alat pengendap elektrostatik dapat digunakan untuk membersihkan

udara kotor dalam jumlah yang relatif besar. Alat ini menggunakan arus

searah (DC) yang mempunyai tegangan antara 25-100 kv, berupa tabung

silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada

sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung,

diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan akan menimbulkan

corona discharga di sekitar pusat silinder. Udara kotor menjadi ion

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

43

negatif, sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing

akan menuju elektroda yang sesuai.

Menggunakan presipitasi elektrostatik berbeda dengan cara

mekanis lainnya, karena langsung ke butir-butir partikel seperti pada

industri peleburan logam, industri semen. Polutan dialirkan diantara dua

pelat yang diberi aliran listrik sebagai presipirator yang akan

mempresipitasikan polutan partikel dan ditampung dalam kolektor.

d) Kolektor mekanis

Mengendapkan polutan partikel yang ukurannya relatif besar dapat

dengan menggunakan tenaga gravitasi. Cara kerjanya cukup sederhana

yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat

sedemikian rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan,

zarah/partikel akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri

(gravitasi).

Pengendap siklon atau cyclone separators adalah pengendap debu

yang ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu.

Prinsip kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari

udara/gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung

siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Makin

besar ukuran debu/partikel akan makin cepat diendapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

44

e) Program penghijauan

Tumbuh-tumbuhan menyerap hasil pencemaran udara berupa

karbon dioksida (CO,) dan melepaskan oksigen (O2). Tumbuh-tumbuhan

akan menghisap dan mengurangi polutan. dengan melepaskan gas oksigen

maka akan mengurangi jumlah polutan di udara.

Semakin banyak tumbuh-tumbuhan ditanam sebagai paru-patu kota

maka kualitas udara akan semakin sehat sehingga akan mendukung

program langit biru (prolabir). Program penghijauan ini seharusnya

merupakan gerakan nasional agar semua pihak dapat berpartisipasi aktif.

Pemerintah dapat memberikan contoh. dan kontribusinya seperti

penghijauan sarana umum dan sarana sosial. Para industriawan juga turut

serta melakukan penghijauan dilingkungan pabriknya. Masyarakat juga

tidak kalah pentingnya untuk berpaitisipasi dalam program penghijauan

yaitu dengan menanam tanaman/bunga baik di pekarangan sekitar rumah

maupun dalam pot.

Di kota-kota besar seperti Jakarta, sumber peneemaran udara

terbanyak berasal dari kendaraan bermotor sekitar 90 % dan industri

sekitar 5 %. Untuk mengurangi pencemaran udara yang diakibatkan oleh

kendaraan bermotor, maka emisi gas buang pacla seluruh kendaraan

bermotor umum, pribadi, truk, harus memenuhi batas ambang yang

ditetapkan, serta kepedulian para pengelola industri agar emisi yang

ditimbulkannya memenuhi batas ambang yang ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

45

f) Pencemaran udara secara elektronik

Pencemaran udara secara elektronik (electronic air cleaner) dapat

berfungsi untuk mengurangi polutan udara dalam ruangan. Udara yang

mengandung polutan dilewatkan melalui alat ini sehingga udara yang ada

dalam ruangan menjadi lebih bersih.

g) Ventilasi udara

Penggunaan dan penempatan ventilasi udara seharusnya

clisesuaikan dengan kebutuhan. Perhatian utama yaitu tercukupinya

kebutuhan gas oksigen (O2) dalam ruangan serta menjadikan udara dalam

ruangan bebas dari berbagai polutan. Bila akan menggunakan exhaust fan,

maka usahakan dekat dengan sumber pencemaran, agar polutan segera

dapat keluar dari dalam ruangan.

3.5.2 Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara

Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau

tahap proses dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau

perlindungan lingkungan. Teknologi ini dapat dipilih dengan penerapan

susunan alat pengendali sehingga memenuhi persyaratan yang telah

disusun dalam rancangan proses.

Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat

memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam peraturan pengelolaan

lingkungan. Rancangan ini harus mempertimbangkan faktor ekonomi. Jadi

penerapan peralatan pengendalian ini perlu dikaitkan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

46

perkembangan proses produksi itu sendiri sehingga memberikan nilai

ekonomik yang paling rendah baik untuk instalasi, operasi, dan

pemeliharaan. Nilai ekonomik yang dihubungkan dengan biaya produksi

ini masih sering dianggap cukup besar. Penilaian ekonomik yang

dihubungkan dengan kemaslahatan masyarakat kurang ditinjau, karena

analisis ini kurang dapat dipahami oleh pihak industriawan. Dengan

demikian penerapan peraturan harus dilaksanakan dan diawasi dengan

baik, agar penerapan teknologi pengendalian ini bukan hanya sekedar

memasang alat pengendalian pencemaran udara, tetapi kinerja alat ini

tidak memenuhi persyaratan.

Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar

penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat

alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan perlindungan lingkungan.

Sistem pengendalian ini harus diawali dengan pemahaman watak emisi

senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi pengendalian

yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan

dengan dimensi alat, kebutuhan energi, kinerja, keselamatan kerja, dan

mekanisme reaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi

pengendalian atau rancangan sistem pengendalian meliputi :

a) watak gas buang atau efluen,

b) tingkat pengurangan yang dibutuhkan,

c) teknologi komponen alat pengendalian pencemaran udara, dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

47

d) kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai

ekonomik.

Watak efluen merupakan faktor penentu dan tidak dapat digunakan

untuk penyelesaian semua jenis pengendalian pencemaran. Jadi watak fisik

dan kimia efluen dan lingkungan penerima harus dipahami dengan baik.

Kemungkinan fenomena sinergetik yang dapat berlangsung harus dapat

diperkirakan, jika perubahan watak atau komposisi efluen atau proses

produksi berlangsung dalam waktu yang akan datang.

Rancangan sistem pengelolaan udara di daerah industri meliputi

semua langkah perbaikan dan metoda perlakuan yang menjamin hasil-

guna dan ekonomis untuk penyelesaian masalah. Pengkajian yang rinci

harus dilakukan untuk sistem yang lengkap. Penilaian masalah

pencemaran udara untuk sistem produksi meliputi tahap-tahap :

a) penilaian,

b) kajian teknis dan rekayasa, dan

c) rancangan dan konstruksi.

Tahap penilaian masalah meliputi :

a) penyigian plant,

b) pengujian dan pengumpulan data,

c) penentuan kriteria rancangan, yang mencakup pengkajian watak

efluen dengan Baku Mutu Lingkungan Udara.

Tahap kajian teknis dan rekayasa melaksanakan :

a) penilaian sistem dan teknologi pengendalian pencemaran,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

48

b) sumber perbaikan,

c) metode perlakuan yang memperhatikan cara pengumpulan,

pendinginan, dispersi, dan pembuangan, dan

d) perolehan kembali senyawa yang bernilai ekonomik.

Tahap rancangan dan konstruksi mencakup :

a) pemilihan sistem pengendalian, dan

b) rancangan proses dan rekayasa, serta konstruksi.

Sistem pengendalian pencemaran ini akan selalu memasang

cerobong sebagai upaya untuk mengurangi konsentrasi senyawa pencemar

pada saat pembebasan ke lingkungan. Rancangan cerobong ini harus

memenuhi persyaratan tingkat konsentrasi di permukaan dan watak

lingkungan udara yang meliputi kemantapan dan derajat inversi.

4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran digunakan sebagai dasar atau landasan dalam

pengembangan berbagai konsep atau teori yang digunakan dalam penelitian

serta hubungannya dengan perumusan masalah. Mengacu pada konsep dan

teori yang telah disebutkan diatas maka kerangka pemikiran yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

Dalam rangka upaya menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif,

pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan untuk penanganan masalah

lingkungan khususnya dalam pengendalian pencemaran udara yaitu dengan

dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

49

Pengendalian Pencemaran Udara. Peraturan ini menjadi dasar hukum

pelaksanaan tindakan preventif oleh aparat pelaksana yang melalui penetapan

tolak ukur baku mutu udara baik itu sumber pencemaran udara yang bergerak

maupun yang tidak bergerak.

Di Kabupaten Karanganyar permasalahan dalam pencemaran udara

terlihat dalam tumbuh pesatnya perkembangan industri yang ditandai dengan

banyaknya pabrik-pabrik yang didirikan. Jumlah pabrik yang terus meningkat

itulah yang menjadi salah satu penyebab atau potensi yang dapat

menyebabkan pencemaran udara. Hal yang tidak mungkin terhindar lagi

adalah dampak pencemaran udara tersebut terhadap lingkungan sekitar.

Dengan segala permasalahan pencemaran udara ini perlu adanya suatu

upaya perlindungan terhadap kualitas udara, salah satunya dalam hal

Pengendalian Pencemaran Udara. Pelaksanaan atau implementasi

pengendalian pencemaran udara ini akan difokuskan pada studi implementasi

pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar yang didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor

41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Hal ini dikarenakan

PG. Tasikmadu merupakan salah satu dari para pelaku usaha industri di

Kabupaten Karanganyar yang mempunyai potensi untuk melakukan

pencemaran udara yang dapat berdampak buruk bagi kelestarian dan

keseimbangan lingkungan sekitarnya.

Langkah yang diambil oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar

melalui BLH yang merupakan instansi yang bertanggung jawab di bidang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

50

lingkungan hidup untuk mengatasi dan mencegah potensi terjadinya

pencemaran udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu yaitu dengan

melaksanakan fungsi pengendalian yang dimiliki oleh BLH Kabupaten

Karanganyar dengan baik. Pelaksanaan pengendalian pencemaran udara

sumber tidak bergerak tersebut dilaksanakan melalui 3 tahap kegiatan,

meliputi : Tahap Sosialisasi, Tahap Inventarisasi, serta Tahap Pemantauan dan

Pengawasan.

Dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara sumber tidak

bergerak di PG. Tasikmadu ada beberapa komponen yang perlu diperhatikan :

Pertama, sikap pelaksana yang merupakan faktor penunjang pelaksanaan

program yang berupa keahlian, keaktifan, kreatifitas serta dedikasi pelaksana.

Sikap dan dukungan yang positif dari aparat pelaksana akan mendukung

keberhasilan pelaksanaan kebijakan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

Kedua, komunikasi, dengan adanya komunikasi dapat dijadikan penghubung

antara aparat pelaksana dengan kelompok sasaran. Selain itu juga mendukung

dalam pelaksanaan sosialisasi kebijakan, kejelasan dalam memberikan

infomasi akan mempermudah kelompok sasaran untuk mengetahui isi, tujuan,

manfaat dan ketentuan dari kebijakan tersebut. Ketiga, sumber daya yang

memadai akan mendukung dalam pelaksanan suatu program untuk dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Sumber daya tersebut dapat berupa biaya,

perlengkapan yang dibutuhkan maupun sumber daya manusianya. Keempat,

kepatuhan serta daya tanggap kelompok sasaran akan mempengaruhi hasil

akhir dari pelaksanaan suatu program. Kepatuhan dan dukungan ini muncul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

51

seiring dengan kesadaran akan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan

program. Keseluruhan faktor ini nantinya akan berpengaruh satu sama lain

terhadap pelaksanaan kebijakan pengendalian pencemaran udara oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

52

Gambar 1.4

Skema Kerangka Pemikiran

Faktor yang mempengaruhi

dalam Pelaksanaan

Pengendalian Pencemaran

Udara di PG Tasikmadu:

Sikap pelaksana

Komunikasi

Sumber daya

Kepatuhan dan daya

tanggap kelompok

sasaran

Masalah yang

ditimbul:

Bertambahnya

jumlah pabrik

yang dapat

menyebabkan

pencemaran udara

Dampak akibat

pencemaran udara

tersebut terhadap

lingkungan

PP No. 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian

Pencemaran Udara

Tercapainya :

Keselarasan,

keserasian dan

keseimbangan

antara manusia

dengan

lingkungan hidup

Kualitas udara

yang diinginkan

PENGENDALIAN PENCEMARAN

UDARA

Pencegahan dan atau

penanggulangan pencemaran

udara

Pemulihan mutu udara

Tahap kegiatan :

Sosialisasi

Inventarisasi Data

Pemantauan dan Pengawasan

BLH Kabupaten

Karanganyar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

53

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan suatu keadaan

sebagaimana adanya. Hasil penelitian ditekankan pada pemberian gambaran

secara objektif tentang keadaan yang sebenarnya dari objek yang diteliti. Oleh

sebab itu bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

kualitatif yang bermaksud memberikan gambaran secara sistematis, aktual dan

akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.

Penelitian kualitatif mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan

mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi

menurut apa adanya di lapangan studinya (HB Sutopo, 2002:11). Pada

prinsipnya dengan metode deskriptif, data-data yang dikumpulkan berupa

kata-kata, gambar dan bukan angka. Dengan demikian laporan penelitian ini

berupa kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut.

Jadi penelitian deskriptif kualitatif digunakan untuk menyusun gambaran

mengenai objek apa yang diteliti dengan terlebih dahulu peneliti

mengumpulkan data di lokasi penelitian, lalu data itu diolah dan diartikan

untuk kemudian dianalisa dari data yang telah disajikan dalam arti hasil

penelitian ini lebih menekankan gambaran mengenai implementasi PP No. 41

Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

54

Karanganyar (Studi Implementasi Pengendalian Pencemaran Udara Sumber

Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu di Kabupaten Karanganyar).

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di

Kabupaten Karanganyar. Adapun pemilihan lokasi tersebut berdasarkan pada

beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Pesatnya perkembangan industri di Kabupaten Karanganyar khususnya PG

Tasikmadu yang berdasarkan pemantauan yang dilakukan oleh Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar, diduga telah menyebabkan

terjadinya pencemaran udara sumber tidak bergerak yang dapat merugikan

lingkungan sekitar.

b. Adanya kesempatan dan ijin penelitian yang diberikan oleh pihak Badan

Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar dan PG. Tasikmadu kepada

penulis untuk melakukan penelitian.

3. Sumber Data

a. Narasumber (informan)

Dalam penelitian kualitatif posisi sumber data manusia

(narasumber) sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki

informasinya. Peneliti dan narasumber disini memiliki posisi yang sama

dan narasumber bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

55

peneliti, tetapi ia lebih memilih arah dan selera dalam menyajikan

informasi yang ia miliki. (H.B. Sutopo, 2002:50). Informan tersebut adalah

Informan dalam penelitian ini terdiri dari :

1) Aparat Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar yaitu,

Bidang Pengendalian khususnya Pengendalian Pencemaran Udara.

2) Pihak industri yaitu, Staff Bagian Pengolahan PG. Tasikmadu.

b. Peristiwa atau aktivitas

Data atau informasi juga dapat dikumpulkan dari peristiwa,

aktivitas, atau perilaku sebagai sumber data yang berkaitan dengan sasaran

penelitiannya. Dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, peneliti bisa

mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena

menyaksikan sendiri secara langsung. Peristiwa sebagai sumber data

memang sangat beragam, dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi sengaja

ataupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali

terjadi, aktivitas yang formal maupun yang tidak formal, dan juga yang

tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja (H.B.

Sutopo, 2002:51).

c. Tempat atau lokasi

H.B. Sutopo (2002:52) mengemukakan bahwa tempat atau lokasi yang

berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian juga merupakan

salah satu jenis sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

56

Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan

bisa digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun

lingkungannya.

d. Dokumen dan arsip

Dokumen resmi dan arsip merupakan bahan tertulis yang

bergayutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu (H.B. Sutopo,

2002:54). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara.

2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup

3) Keputusan Kepala BLH Kabupaten Karanganyar tentang Pembentukan

Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar.

4) Hasil laporan laboratorium uji udara ambient dan emisi gas dari

BPPKKH No. Seri : L-115/2010.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan metode :

a. Observasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

57

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitan untuk mengamati

secara kualitatif berbagai kegiatan dan peristiwa yang terjadi.

Sedangkan menurut HB Sutopo (2000:64) Observasi merupakan

pengamatan perilaku yang relevan dengan kondisi lingkungan yang

tersedia di lokasi penelitian.

Tehnik ini biasanya diartikan sebagai pengamatan dari sistem

fenomena yang diselidiki, dimana Observasi dalam penelitian ini

dilakukan dengan Observasi Langsung yaitu suatu cara pengumpulan data

yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang

tampak pada objek penelitian, pelaksanaannya langsung di mana suatu

peristiwa terjadi.

Adapun sistem yang disepakati pada Observasi langsung adalah

Non participant Observation dimana kedudukan peneliti hanya sebagai

pengamat bukan anggota penuh dari objek yang sedang diteliti.

b. Wawancara

Merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi dengan

memberikan kerangka dan garis besar pokok-pokok yang akan ditanyakan

dalam proses wawancara (Lexy J. Moleong, 2002:136). Teknik ini

dilakukan secara mendalam dengan mempersiapkan garis besar pertanyaan

yang akan diajukan kepada responden untuk memperoleh informasi yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

58

jelas dan mendalam tentang berbagai aspek yang sesuai dengan penelitian

ini.

Dalam H.B Sutopo (2002:58) Tujuan utama melakukan wawancara

adalah untuk menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu konsep

mengenai pribadi, peristiwa, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi

tanggapan atau persepsi, tingkat dan bentuk keterlibatan dan sebagainya,

untuk merekonstruksi beragam hal seperti itu sebagai bagian dari masa

lampau, dan memproyeksikan hal-hal itu dikaitkan dengan harapan yang

bisa terjadi di masa yang akan datang.

c. Dokumentasi

Merupakan teknik pengumpulan data-data dengan cara mencatat

data-data, dokumen-dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian

yang diambil dari beberapa sumber demi kesempurnaan penganalisaannya.

5. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Teknik ini adalah menggunakan cuplikan atau sampel

pada informan yang dianggap lebih mengetahui tentang informasi yang akan

diteliti. Menurut H.B Sutopo (2002:36) pilihan sampel diarahkan pada sumber

data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang diteliti.

Tetapi tidak menutup kemungkinan penulis juga menggunakan

snowball sampling, sepanjang data-data yang diperoleh belum lengkap dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

59

mendalam. Teknik ini digunakan, apabila informasi yang didapat sangat

terbatas, yaitu dengan cara bertanya kepada informan pertama barangkali

informan pertama mengetahui siapa yang lebih mengetahui informasi,

sehingga penulis bisa menemui informan berikutnya dan bertanya lebih jauh

dan mendalam, demikian seterusnya.

6. Teknik Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

secara kualitatif dengan menggunakan model analisa data interaktif, menurut

H.B Sutopo (2002 : 91-93) teknik tersebut meliputi :

a. Data Reduction (pegumpulan data)

Merupakan proses seleksi, membuat fokus, menyederhanakan dan

membuang hal-hal yang tidak penting dan mengatur data sedemikian rupa.

Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai dari

sebelum pengumpulan data dilakukan.

b. Data Display (Penyajian Data)

Merupakan sekumpulan informasi secara sistematis yang memungkinkan

penarikan suatu kesimpulan dapat diambil.

c. Conclusion Data (Penarikan Kesimpulan)

Dari awal pengumpulan data peneliti harus sudah mulai mengerti apa arti

hal-hal yang ditemui. Dari data yang diperoleh di lapangan maka dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

60

diambil suatu kesimpulan sebagai hasil akhir dari proses penelitian

tersebut.

Dalam proses analisanya, ketiga komponen tersebut di atas

aktivitasnya berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data sebagai

proses siklus. Selama proses pengumpulan data berlangsung, peneliti tetap

bergerak diantara komponen pengumpulan data tersebut. Untuk lebih jelasnya,

proses analisis data dengan model interaktif ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1.5

Model Analisis Interaktif

Sumber: H.B Sutopo, 2002: 96.

Dengan memperhatikan gambar tersebut, maka prosesnya dapat dilihat

pada waktu pengumpulan data, peneliti selalu membuat reduksi data dan

sajian data. Artinya, data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari

bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat.

Pengumpulan data

Penyajian data

Penarikan kesimpulan

Reduksi data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

61

Dari dua bagian data tersebut peneliti menyusun rumusan

pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok temuan yang penting

dalam arti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang disebut reduksi data.

Kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dan

logis dengan suntingan penelitinya supaya makna peristiwanya menjadi lebih

jelas dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks,

gambar, dan sebagainya) yang sangat mendukung kekuatan sajian.

Reduksi dan sajian data ini harus disusun pada waktu peneliti sudah

mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan dalam penelitian.

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan

usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal

yang terdapat dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti wajib

kembali melakukan kegiatan pegumpulan data yang sudah terfokus untuk

mencari pendukung simpulan yang ada juga bagi pendalaman data. (H.B.

Soetopo, 2002: 95-96).

7. Validitas Data

Validitas data sebagai proses pembuktian bahwa data yang diperoleh

sesuai dengan kenyataan/fakta. Untuk itu, peneliti menggunakan cara

triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diperoleh.

Pada penelitian ini, triangulasi data dilaksanakan dengan membandingkan data

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

62

yang sama atau pada informan yang berbeda, artinya apa yang diperoleh dari

sumber satu, bisa lebih teruji kebenarannya jika dibandingkan dengan data

sejenis yang diperoleh dari sumber lain yang berbeda sehingga keakuratan

data dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian suatu data akan dapat

dikontrol oleh data yang sama namun dari sumber yang berbeda.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

63

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

1. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

Badan Lingkungan Hidup sesuai Peraturan Bupati Kabupaten

Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Jabatan

Struktural pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

mempunyai tugas membantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintah

Daerah di bidang lingkungan hidup.

Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Badan Lingkungan Hidup

mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang lingkungan hidup;

b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

lingkungan hidup yang meliputi analisa dampak lingkungan,

pengendalian, pemulihan lingkungan dan pelestarian sumber daya alam

serta kesekretariatan;

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang lingkungan hidup yang

meliputi analisa dampak lingkungan, pengendalian, pemulihan lingkungan

dan pelestarian sumber daya alam serta kesekretariatan;

d. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis dalam lingkup Badan

Lingkungan Hidup;

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan

fungsinya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

64

1.1 Visi dan Misi

a. Visi

Visi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar sejalan dengan

visi Bupati Karanganyar Tahun 2008 – 2013 adalah:

“TERWUJUDNYA LINGKUNGAN HIDUP YANG SEHAT DAN

TENTERAM DALAM SEMANGAT KEMITRAAN”

Penjelasan visi tersebut adalah bahwa eksistensi Badan Lingkungan

Hidup Kabupaten Karanganyar harus mampu memegang peranan utama

dalam upaya mewujudkan lingkungan hidup yang sehat dan tenteram dalam

semangat kemitraan.

Adapun penjabaran TENTERAM dari sisi pandang lingkungan hidup

adalah:

Tenang : Bebas dari kebisingan.

Teduh : Terwujudnya kelestarian lingkungan, alam, hutan dan

penghijauan yang memenuhi aspek etika dan estetika lingkungan.

Rapi : Tata ruang lingkungan yang sinergis dengan daya dukung dan

daya guna lingkungan/alam.

Aman : Waspada terhadap dampak pencemaran dan kerusakan

lingkungan baik udara, tanah, perairan dan sumber daya alam.

Makmur : Keberhasilan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan

lingkungan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

65

b. Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan

dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar untuk mencapai visi terwujudnya lingkungan hidup

yang sehat dan tenteram dalam semangat kemitraan adalah

1. Mengendalikan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.

2. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk mengelola lingkungan

hidup secara sistematik dan holistik.

3. Menegakkan hukum di bidang lingkungan.

4. Memfasilitasi berbagai upaya pengelolaan, pemulihan dan rehabilitasi

kerusakan sumber daya alam dan lingkungan sebagai basis pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

5. Mendorong individu, keluarga dan masyarakat agar memiliki komitmen

dan melaksanakan secara nyata pengelolaan lingkungan hidup.

6. Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dan

kelembagaan lingkungan hidup.

7. Meningkatkan kelestarian dan pemulihan keanekaragaman hayati.

1.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan adalah pernyataan tentang apa yang perlu dicapai untuk

mencapai/mewujudkan visi, misi dan mengatasi isu yang dihadapi. Idealnya

tujuan dirumuskan berasaskan pendekatan spesifik, terukur, dapat dicapai,

realistis dan berorientasi hasil dan jangka waktu pencapaian yang jelas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

66

Perumusan tujuan diharapkan dapat menciptakan iklim yang kondusif

untuk mengoptimalkan kinerja pemerintah daerah/Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar dan dapat mencerminkan arah dan prioritas;

memberikan indikasi ke arah perumusan sasaran, kebijakan dan program;

berorientasi kedepan; serta mudah dipahami.

Untuk merealisasikan pelaksanaan Misi Badan Lingkungan Hidup

Kabupaten Karanganyar, perlu ditetapkan tujuan pembangunan yang akan

dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan. Tujuan pembangunan ini

ditetapkan untuk memberikan arah terhadap program dan kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar. Di

samping itu, juga dalam rangka memberikan kepastian operasionalisasi dan

keterkaitan terhadap peran misi yang telah ditetapkan. Tujuan pada masing-

masing misi sebagai berikut:

Misi 1

Mengendalikan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup.

Tujuan :

a. Menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan lingkungan hidup.

b. Menyediakan lahan hijau yang memadai di kawasan perkotaan dan

kawasan strategis daerah yang berwawasan lingkungan.

c. Mengendalikan tingkat pencemaran lingkungan.

Sasaran :

a. Meningkatnya kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pengelolaan

lingkungan hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

67

b. Terciptanya Karanganyar kota yang bersih, sejuk dan bebas polusi.

c. Terpenuhinya ruang terbuka hijau kota.

d. Terwujudnya Karanganyar sebagai daerah industri yang ramah

lingkungan.

e. Mengurangi beban pencemaran badan air oleh industri dan domestik.

f. Mengurangi beban emisi dari kendaraan bermotor dan industri.

g. Mengawasi pemanfaatan B3 dan pembuangan limbah B3.

h. Mengembangkan produksi yang lebih bersih.

Misi 2

Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak utuk mengelola lingkungan

hidup secara sistematik dan holistik.

Tujuan :

Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup melalui kerjasama antar

lembaga.

Sasaran :

Meningkatnya pengelolaan lingkungan hidup melalui kerjasama antar

lembaga.

Misi 3

Menegakkan hukum di bidang lingkungan hidup

Tujuan :

Menegakkan Peraturan Perundang-undangan di bidang lingkungan hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

68

Sasaran:

a. Tersedianya Peraturan Perundang-undangan di bidang lingkungan

hidup.

b. Meningkatnya kesadaran hukum di bidang lingkungan hidup.

c. Terciptanya pelaku usaha yang taat terhadap Peraturan Perundang-

undang yang berlaku di bidang lingkungan hidup.

Misi 4

Memfasilitasi dan meningkatkan berbagai upaya pelestarian, pengelolaan,

pemulihan dan rehabilitasi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan

sebagai basis pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan :

Meningkatkan kelestarian sumber daya alam Karanganyar.

Sasaran :

a. Meningkatkan konservasi air bawah tanah dan daerah tangkapan air.

b. Menanggulangi kerusakan lahan bekas pertambangan, TPA dan

bencana.

c. Mengoptimalkan pelaksanaan rehabilitasi lahan kritis.

Misi 5

Mendorong individu, keluarga dan masyarakat agar memiliki komitmen

dan melaksanakan secara nyata pengelolaan lingkungan hidup.

Tujuan :

Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan

hidup.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

69

Sasaran :

a. Terwujudnya individu/masyarakat cinta lingkungan.

b. Meningkatkan ketanggapan masyarakat terhadap bencana.

Misi 6

Meningkatkan dan mengembangkan sumber daya manusia dan

kelembagaan lingkungan hidup.

Tujuan :

Menguatnya kelembagaan lingkungan hidup dan meningkatnya

kompetensi sumber daya manusia lingkungan hidup.

Sasaran :

a. Meningkatnya kemampuan petugas teknis laboratorium lingkungan

hidup.

b. Meningkatnya sumber daya manusia bagi kader-kader lingkungan dan

tenaga teknis lingkungan hidup.

Misi 7

Meningkatkan kelestarian dan pemulihan keanekaragaman hayati.

Tujuan :

Terjaganya kelestarian dan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman

hayati.

Sasaran :

Rehabilitasi dan konservasi keanekaragaman hayati.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

70

1.3 Struktur Organisasi

Susunan organisasi Badan Lingkungan Hidup sesuai Peraturan Bupati

Kabupaten Karanganyar Nomor 81 Tahun 2009 tentang Uraian Tugas dan

Fungsi Jabatan Struktural pada Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar terdiri dari:

a. Kepala Badan

b. Sekretariat, membawahkan:

1) Sub Bagian Perencanaan;

2) Sub Bagian Keuangan;

3) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Analisa Dampak Lingkungan, membawahkan:

1) Sub Bidang Pengelolaan Teknis Dampak Lingkungan;

2) Sub Bidang Pengembangan Kelembagaan dan Kapasitas.

d. Bidang Pengendalian, membawahkan:

1) Sub Bidang Pengendalian Lingkungan;

2) Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan.

e. Bidang Pemulihan Lingkungan dan Pelestarian Sumber Daya Alam,

membawahkan:

1) Sub Bidang Pemulihan Lingkungan;

2) Sub Bidang Pelestarian Sumber Daya Alam.

f. Unit Pelaksana Teknis

g. Kelompok Jabatan Fungsional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

71

2. PG. Tasikmadu

Pabrik gula Tasikmadu pengolahanya di bawah PT. Perkebunan

Nusantara IX (PERSERO), yang pertama kali didirikan di Colomadu oleh

KGPAA Mangkunegoro IV pada tahun 1871 yang bekerja sama dengan

pemerintahan Hindia Belanda yaitu Soeperintedes ME Zeken. Mulai

berproduksi dapat menghasilkan 3.700 kuintal dari luas areal tanah 95 hektar.

KGPAA Mangkunegoro IV sukses mendirikan PG. Colomadu, beliau

mulai tertarik memperluas pabriknya dengan mendirikan pabrik yaitu PG.

Tasikmadu tanggal 11 Juni 1871 dengan arsitek bernama H. Kamp yang dulu

menjadi arsitek pada PG. Colomadu. Sesuai dengan perkembangan luas

tanaman tebu, maka PG.Tasikmadu dirancang dan dibangun dengan kapasitas

yang lebih besar dari PG. Colomadu. Sejak tanggal 20 Mei 1926 diadakan

perbaikan dan berproduksi normal tahun 1937, saat pemerintahan jepang

kantornya diganti menjadi Kantor Pimpinan Oemoem Perusahaan

Mangkunegara (KPOPPMN). PG. Tasikmadu mengalami banyak

perkembangan antara lain :

a. Periode 1871-1942

Berada di bawah pimpinan Het Fonds Egendommen Van Het

Mangkoenegarance RIJK.

b. Periode 1942-1945

Terdapat perubahan nama kantor yaitu Kantor Pimpinan Umum Perusahaan-

Perusahaan Mangkuoenegaran (PUPPMN) .

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

72

c. Periode 1946-1947

Penggabungan antara Perusahaan Milik Kasunanan, yang diberi nama

Perusahaan Nasional Surakarta ( PNS ).

d. Periode 1947-1960

Dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9/1947 Perusahaan

Nasional Surakarta (PNS), diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Republik

Indonesia (PPRI) dan kepemilikannya dipegang oleh Negara Republik

Indonesia.

e. Periode 1960-1963

Perubahan nama dari Perusahaan Republik Indonesia menjadi Perusahaan

Perkebunan Negara (PPN) .

f. Periode 1963-1968

Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 1/1963 Perusahaan

Perkebunan Negara (PPN) diubah menjadi Badan Pimpinan Perusahaan

Perkebunan Negara Gula (BPUPPN Gula).

g. Periode 1968-1981

Badan Pimpinan Perusahaan Perkebunan Negara Gula (BPUPPN Gula)

diubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 14/1968. Sehingga dengan adanya peraturan tersebut PG. Tasikmadu

termasuk dalam PNP XVI Surakarta.

h. Periode 1981-1994

Tanggal 1 April 1981 di tetapkan bahwa Perusahaan Negara Perkebunan XVI

digabung menjadi PT. Perkebunan XV_XVI yang berkedudukan di Semarang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

73

i. Periode 1994-1995

Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.016/1994 tanggal 2

Mei 1994 maka PT. Perkebunan XV_XVI (Persero) berada dibawah

pengelolaan PT. Perkebunan XXI_XXII (Persero).

j. Periode 1995 sampai sekarang

Dengan dikeluerkan Peraturan Pemerintah Nomor 14/1996 maka terjadi

penggabungan Pt.Perkebunan XV-XVI (Persero) dan PT. Perkebunan

Nusantara IX (Persero). PT. Perkebunan Nusantara IX ( Persero ) memiliki

unit-unit produksi antara lain sebagai berikut :

a) PG. Jatibarang

b) PG. Pangka

c) PG. Sumberharjo

d) PG. Sragi

e) PG. Rendeng

f) PG. Gondang Baru

g) PG. Tasikmadu

h) PG. Mojo

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

74

2.1 Sasaran dan Tujuan PG. Tasikmadu

a. Sasaran

Sasaran perusahaan sesuai yang telah ditetapkan oleh direksi PTPN IX

(Persero) adalah :

Diupayakan rasa ikut memiliki dari seluruh karyawan sehingga loyalitas

atau kesetiaan tinggi bersedia bekerja serta berprestasi demi keberhasilan

serta kelangsungan hidup perusahaan.

Diciptakan untuk berani mengutarakan pendapat dari seluruh karyawan

yang didasari oleh rasa tanggung jawab yang tinggi demi kemajuan

perusahaan yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan

karyawan.

Diciptakanya kepatuhan seluruh jajaran baik terhadap

perundangundangan, peraturan dan sistem atau prosedur kerja dalam

upaya pencapaian misi perusahaan sebagai salah satu BUMN demi

kepentingan nasional.

b. Tujuan

Tujuan perusahaan sesuai Tri Darma Perkebunan adalah :

Menghasilkan devisa maupun rupiah untuk negara dengan cara seefisien

mungkin.

Memenuhi fungsi sosial, diantaranya pemeliharaan atau penambahan

lapangan kerja untuk warga Indonesia.

Memelihara kekayaan alam berupa pemeliharaan dan peningkatan

kesuburan tanah dan tanamannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

75

2.2 Lokasi Perusahaan

PG.Tasikmadu terletak di desa Sondokoro (dulu) , sekarang bernama

desa Ngijo, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa

Tengah. PG. Tasikmadu merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di

bidang pengolahan tebu menjadi produk gula. Pabrik Gula Tasikmadu ini

sangat strategis, karena :

a) Lokasi berdekatan dengan daerah penghasil bahan baku utama yaitu gula,

b) dekat dengan pengairan yaitu waduk Delingan,

c) dekat dengan tenaga kerja baik ahli maupun biasa, dan

d) area tanah di sekitar pabrik sangat cocok untuk tanaman tebu, sehingga

alat angkut tebu (lori) dapat keluar masuk dengan mudah.

2.3 Struktur Organisasi

Seperti perusahaan lainnya, PG.Tasikmadu memiliki struktur

organisasi yang dipimpin oleh seorang administratur yang akan bertanggung

jawab kepada Direksi PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero). Di dalam PG.

Tasikmadu menggunakan jenis wewenang garis (lini). Wewenang ini

merupakan suatu sistem hubungan wewenang pihak atasan mendelegasikan

wewenangnya kepada pihak bawahan. Tujuan dibentuk stuktur organisasi

pada umumnya adalah :

a) Mempermudah karyawan melakukan tugasnya.

b) Mempermudah pimpinan mengadakan pengawasan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

76

c) Mengkoordinasi kegiatan bawahan agar paham dengan tugas yang

diberikan.

Tugas dan Tanggung Jawab masing-masing jabatan di PG. Tasikmadu :

a. Administratur

Bertugas :

Memimpin bawahan dan bertanggung jawab atas kelangsungan serta

kemajuan perusahaan.

Mengawasi seluruh kegiatan operasional bawahan.

Bertanggung jawab kepada Direksi.

Menyusun perencanaan jangka pendek, jangka menengah dan jangka

panjang.

b. Kepala Bagian Instalasi

Bertugas :

Mengkoordinir kegiatan yang bersangkutan dengan mesin di lingkungan

pabrik baik masa giling maupun diluar masa giling.

Mengatur penyelenggaraan daftar hadir atau absensi karyawan.

Melaporkan semua hasil kegiatan kepada administratur secara periodik

yang akan dibantu oleh masinis bagian .

Bagian ini membawahi :

masinis stasiun gilingan,

masinis stasiun ketelan,

masinis pabrik tengah,

masinis pabrik belakang,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

77

masinis stasiun listrik,

masinin bangunan,

masinis besali,

masinis remisi.

c. Kepala Bagian Pabrikasi

Bertugas :

Memimpin proses pengolahan agar dapat menghasilkan kristal gula yang

memiliki kualitas dan kuantitas yang optimal.

Menyelenggarakan arsip dan dokumen.

Mengatur penyimpanan gula dan tetes.

Melaporkan hasil kegiatan kepada administratur secara periodik yang akan

dibantu oleh chemiker.

Bagian ini membawahi :

chemiker,

kepala prosessing,

pengawasan mutu,

staff gudang gula,

staff timbang gula.

d. Kepala Bagian TUK (Tata Usaha dan Keuangan)

Bertugas :

Bertanggung jawab atas SDM , keuangan dan pembukuan.

Mengatur dan mengawasi penggunaan uang dan barang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

78

Menyusun laporan secara periodik.

Bagian ini membawahi :

pembukuan,

keuangan,

personalian dan tenaga kerja umum.

e. Kepala Bagian Tanaman

Bertugas :

Mengadakan penyuluhan kepada petani tebu.

Mengadakan perjanjian dengan petani tebu mengenai penggilingan tebu.

Mengatur jalannya pelaksanaan kerja teknis dan administrasi.

Melaporkan hasil kegiatan secara periodik yang akan dibantu oleh Manajer

Kebun Wilayah (MKW).

Bagian ini membawahi :

sinder kebun,

sinder kebun kepala.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

79

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak

di PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

Pada dasarnya Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara merupakan

upaya pencegahan dan atau penanggulangan pencemaran udara serta

pemulihan mutu udara. Pengendalian pencemaran udara ini meliputi

pengendalian dan usaha dan atau kegiatan sumber bergerak, sumber bergerak

spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik, yang

dilakukan dengan upaya pengendalian emisi dan atau sumber gangguan yang

bertujuan untuk mencegah turunnya mutu udara ambien. Kebijakan tersebut

tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara yang ditindaklanjuti dalam Keputusan

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar tentang

Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan

Hidup Kabupaten Karanganyar. Tujuan dari Peraturan ini adalah untuk

menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif dan upaya untuk

meningkatkan kesadaran para pelaku usaha, terhadap pengelolaan lingkungan

hidup di Kabupaten Karanganyar, melalui penetapan tolak ukur baku mutu

udara, baik itu sumber pencemaran udara yang bergerak maupun yang tidak

bergerak, serta mewajibkan para pelaku usaha untuk memberikan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

80

laporan laboratorium uji udara ambien dan emisi gas melalui kegiatan

inventarisasi.

Pengendalian Pencemaran Udara di Kabupaten Karanganyar telah

dilaksanakan sejak tahun 1999. Tugas tersebut dilaksanakan oleh BLH

Kabupaten Karanganyar yang merupakan unsur pendukung tugas Bupati

dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang lingkungan hidup.

Namun dalam implementasinya, BLH Kabupaten Karanganyar memiliki suatu

tim yaitu Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup

yang berfungsi melakukan tahapan kegiatan pengendalian pencemaran yaitu

kegiatan sosialisasi, inventarisasi, pemantauan dan pengawasan terhadap

pengendalian pencemaran lingkungan di Kabupaten Karanganyar baik itu air,

udara, maupun limbah padat (LB-3). Sebagaimana diungkapkan oleh

Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si

berikut ini :

“Badan Lingkungan Hidup melalui Tim Pengawas Pelaksanaan

Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup dalam Pengendalian

Pencemaran Udara mempunyai prioritas yang sama dengan

pengendalian pencemaran air dan limbah padat (LB-3). Karena

dalam pemantauan dan pengawasan selalu dilakukan secara

bersama untuk pengendalian pencemaran ketiganya.” (Wawancara

tanggal 15 Juni 2011)

Dari pendapat di atas, diketahui bahwa Tim Pengawas Pelaksanaan

Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup dalam melaksanakan tugasnya di bidang

pengendalian, tim tersebut memberikan prioritas yang sama, baik itu terhadap

pengendalian pencemaran air, udara, maupun limbah padat (LB-3). Hal ini

dikarenakan terbatasnya anggaran operasional yamg dimiliki oleh BLH

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

81

Kabupaten Karanganyar sehingga tahapan dari kegiatan sosialisasi,

inventarisasi, pemantauan dan pengawasan terhadap pengendalian pencemaran

ketiganya dijadikan menjadi satu. Meski fungsi dari kegiatan pengendalian

tersebut disatukan dan mendapat prioritas yang sama, penulis menemukan

fakta di lapangan yang menyatakan bahwa pengendalian pencemaran udara

belum menjadi prioritas utama bagi BLH Kabupaten Karanganyar sebagai

kegiatan yang perlu dilaksanakan. Hal ini diungkapkan secara langsung oleh

pihak BLH Kabupaten Karanganyar, yang mengakui bahwa kegiatan

pengendalian pencemaran udara cukup sulit untuk dilaksanakan karena

terbentur dengan permasalahan yang ada, baik itu dari anggaran operasional

yang minim, SDM yang kurang hingga belum adanya fasilitas pendukung

seperti alat laboratorium uji udara ambien dan emisi gas yang harganya sangat

mahal dan sangat sulit untuk mengoperasikannya. Meski demikian, BLH

Kabupaten Karanganyar tetap berusaha untuk melaksanakan kegiatan

pengendalian pencemaran udara dengan sebaik mungkin.

Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara di Kabupaten

Karanganyar dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Karanganyar. Dari

pelaksanaan pengendalian pencemaran udara tersebut, penulis mengambil

suatu studi implementasi, yaitu implementasi pengendalian pencemaran udara

sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, dimana

PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu pelaku usaha

industri gula yang mempunyai potensi untuk melakukan pencemaran udara

yang bersumber dari cerobong asap pabrik yang dapat mengganggu aktivitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

82

warga sekitar. Pencemaran udara yang bersumber dari cerobong asap pabrik

inilah yang disebut dengan pencemaran udara sumber tidak bergerak.

Pesatnya pertumbuhan industri akan berdampak baik bagi kemajuan

suatu daerah. Namun, kemajuan itu tidak akan berarti apa-apa dan malah akan

berdampak buruk bagi daerah tersebut jika tidak diimbangi oleh kesadaran

para pelaku usaha dalam menciptakan dan menjaga agar lingkungan hidup

tetap kondusif. Salah satu dampak buruk tersebut adalah pencemaran udara.

Oleh karena itu, PG. Tasikmadu sebagai salah satu pelaku industri di

Kabupaten Karanganyar wajib menciptakan dan menjaga kelestarian

lingkungan, sehingga dalam menjalankan kegiatannya tidak terjadi perusakan

dan pencemaran terhadap lingkungan. Hal ini sesuai dengan PP No. 41 Tahun

1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 21 yang

menyatakan bahwa setiap orang yang melakukan usaha dan atau kegiatan

yang mengeluarkan emisi dan/atau gangguan ke udara ambien wajib :

1) menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku tingkat

yang ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;

2) melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara

yang diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;

3) memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat

dalam rangka upaya pengendalian pencemaran udara dalam lingkup

usaha dan/ atau kegiatannya.

Karena berdasarkan Daftar Pengaduan Permasalahan Limbah Industri

tahun 2007-2010 yang diterima oleh BLH Kabupaten Karanganyar melalui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

83

Pos Pengaduan, diindikasikan bahwa PG. Tasikmadu telah melakukan

pencemaran udara yang mengganggu aktivitas warga sekitar. Pencemaran

udara ini diakibatkan pembakaran yang terjadi di boiler pada saat proses

produksi gula tidak berjalan sempurna dan kerusakan pada alat penangkap

debu (Dust Collector) yang terdapat di cerobong asap. Pencemaran udara

sumber tidak bergerak yang terjadi di PG. Tasikmadu adalah berupa

banyaknya debu hitam yang dikeluarkan sehingga menyebabkan daerah di

sekitar lingkungan PG. Tasikmadu terkena polusi berupa debu. Daerah yang

terkena dampaknya berdasarkan laporan dari BLH Kabupaten Karanganyar

adalah desa yang mengelilingi PG Tasikmadu yaitu Desa Ngijo, Desa Buran,

Desa Nglano, Desa Suruh , Desa Pandeyan, Desa Kongan dan Papahan. Hal

ini seperti yang diungkapkan Bapak Margono, Desa Ngijo :

“Hal biasa kalau terjadi banyak debu waktu musim giling mas.

Dulu malah pernah banyak debu hitam yang di keluarkan dari

cerobong milik PG Tasikmadu yang berasal dari pembakaran tebu

selama beberapa hari”. (Sumber: Wawancara tanggal 20 Juni 2011)

Hal ini diperkuat dengan keterangan dari Bpk Widodo, warga Nglano

mengatakan :

“Kalau masalah debu mas, setiap memasuki musim giling pasti

ada. Sudah jadi hal yang lumrah bagi warga sekitar PG Tasikmadu

terkena debu pada waktu musim giling”. (Sumber: Wawancara

tanggal 20 Juni 2011)

Sebagaimana juga diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si berikut ini :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

84

“Munculnya pencemaran udara dari sumber tidak bergerak yang

dilakukan PG. Tasikmadu ini mas, disebabkan oleh beberapa hal

antara lain : Pembakaran yang terjadi pada boiler tidak sempurna,

bahan bakar yang tidak memenuhi standar, dan kerusakan pada alat

penangkap debu (Dust Collector) pada cerobong asap.” (Sumber :

Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Dari pendapat di atas, dijelaskan bahwa terjadinya pencemaran udara

sumber tidak bergerak yang dilakukan oleh PG. Tasikmadu terjadi pada saat

musim giling tebu dimulai dan diakibatkan kurangnya kesadaran serta

kelalaian dari pelaku usaha itu sendiri. Hal itu bisa dilihat dari kerusakan alat

produksi yang dimiliki PG Tasikmadu yaitu pada alat penangkap debu (Dust

Collector) yang terdapat di cerobong asap yang mengakibatkan terjadinya

pencemaran udara.

Kesadaran dari pelaku usaha terhadap ketentuan yang sudah ditetapkan

oleh BLH Kabupaten Karanganyar itu sangat dibutuhkan sehingga dalam

melakukan kegiatan produksinya, keseimbangan dan kelestariaan lingkungan

hidup tetap terjaga dan terhindar dari polusi udara yang dihasilkan dari

kegiatan produksi tersebut.

Untuk menghindari hal tersebut, BLH sebagai pelaksana peraturan

pengendalian pencemaran udara, menindaklanjuti dengan melakukan kegiatan

seperti berikut:

a. Tahap Sosialisasi Kebijakan

Sosialisasi peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Udara

sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2009

merupakan dasar hukum bagi BLH Kabupaten Karanganyar untuk mengatasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

85

persoalan pencemaran udara. Sebagai pedoman pelaksanaanya BLH

Kabupaten Karanganyar kemudian menerbitkan Surat Keputusan Kepala

Badan Lingkungan Hidup tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan

Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar. Untuk

memperjelas pemahaman tentang pelaksanaan peraturan tersebut, BLH

Kabupaten Karanganyar terlebih dahulu melaksanakan sosialisasi kebijakan

dengan mengenalkan dan menjelaskan tentang berbagai aturan sebagaimana

tertuang dalam Peraturan Pemerintah dan Surat Keputusan Kepala BLH

Kabupaten Karanganyar yang mengatur tentang pengendalian pencemaran

udara. Diantara peraturan tersebut, berisi tentang ketentuan umum,

inventarisasi kaulitas udara, penetapan baku mutu udara ambien dan baku

mutu emisi, pemantauan kualitas udara, dan pengawasan terhadap pentaatan

peraturan. Sosialisasi ini bertujuan untuk mengadakan pendekatan kepada para

pelaku usaha, agar mematuhi peraturan sehingga nantinya diharapkan akan

muncul kesadaran untuk menjaga dan mengelola lingkungan hidup dengan

baik. Pelaksanaan sosialisasi melibatkan beberapa instansi dan pihak yang

terkait, antara lain BLH Kabupaten Karanganyar melalui Tim Pengawas

Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup, dan PG. Tasikmadu sebagai pelaku

usaha.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Kegiatan yang kami lakukan biasanya berbentuk sosialisasi.

Sosialisasi ini berkaitan dengan pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara dan juga memberikan informasi-informasi

kepada para pengusaha berkaitan dengan lingkungan hidup

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

86

khususnya pencemaran udara.” (Sumber : Wawancara tanggal 15

Juni 2011)

Sosialisasi Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak di PG. Tasikmadu dilakukan dengan dua cara yaitu, dengan cara

langsung dan tidak langsung. Dengan cara langsung yaitu dengan memberikan

penjelasan mengenai Peraturan Pemerintah secara langsung kepada kelompok

sasaran, dimana aparat pelaksana menyosialisasikan kepada setiap pelaku

usaha dengan mendatangi mereka secara langsung untuk diberikan penjelasan

dan pengarahan atau dengan cara mengundang mereka untuk melakukan

pertemuan di Kantor BLH Kabupaten untuk diberikan informasi dan

pengarahan berkaitan dengan pelaksanaan pengendalian pencemaran baik itu

air, udara, dan limbah padat (LB-3), misalnya seperti arahan kepada para

pelaku usaha untuk memberikan hasil laporan uji laboratorium udara ambien

dan emisi gas secara berkala kepada BLH Kabupaten Karanganyar. Setelah

para pelaku usaha tahu dan mengerti, diharapkan mereka dapat memahami dan

mematuhi aturan tersebut agar apa yang sudah menjadi tujuan kebijakan dapat

tercapai.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Sosialisasi yang dilakukan secara langsung yaitu dengan

mengumpulkan para pelaku usaha untuk diberikan sosialisasi atau

dengan langsung mendatangi kelompok sasaran.” (Sumber :

Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan PG.

Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

87

“Untuk kegiatannya biasanya mas bentuknya seperti sosialisasi

atau seminar-seminar untuk membahas masalah-masalah, namun

yang dibahas tidak hanya masalah pengendalian pencemaran udara

saja mas tapi juga masalah-masalah yang berkaitan dengan

Lingkungan Hidup”. (Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Cara kedua, sosialisasi dilaksanakan dengan cara tidak langsung, yaitu

dengan cara mengirimkan surat kepada setiap para pelaku usaha untuk

menginformasikan dan menjelaskan isi dan tujuan dari Kebijakan

Pengendalian Pencemaran Udara. Seperti yang diungkapkan Staff BLH,

Bapak Abdurrozzaq An, S.T sebagai berikut :

...“sedangkan sosialisasi dengan cara yang tidak langsung yaitu

dengan melalui surat tertulis mas”... (Sumber : Wawancara tanggal

22 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas, diketahui bahwa kegiatan sosialisasi yang

dilakukan oleh Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan

Hidup bersifat preventif, yaitu bertujuan untuk mencegah adanya pelanggaran

dengan mengenalkan terlebih dahulu tentang prosedur aturan dalam Peraturan

Pemerintah tersebut, selain itu sosialisasi juga bersifat kuratif, yaitu

dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran para pelaku usaha agar mereka

tidak melakukan pelanggaran yang dapat berdampak bagi kerusakan

lingkungan hidup. Dalam Surat Keputusan Kepala BLH Kabupaten

Karanganyar, TUPOKSI Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang

Lingkungan Hidup lebih berperan sebagai konsultan industri bukan sebagai

aparat pelaksana. Maksud dari konsultan industri adalah, Tim Pengawas

Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup memiliki tugas yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

88

1) Melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan lingkungan hidup;

2) Memberikan pengarahan/pembinaan terhadap pelaku usaha;

3) Melaporkan hasil kegiatan kepada Kepala Badan Lingkungan Hidup.

Agar pelaksanaan Peraturan Pemerintah berjalan secara maksimal maka

jadwal sosialisasi dilaksanakan menyesuaikan dengan update informasi-

informasi yang berkaitan dengan lingkungan hidup baik itu mengenai

pengendalian pencemaran air, udara, maupun limbah padat (LB-3). Hal ini

disebabkan oleh isu-isu serta informasi yang berkaitan dengan lingkungan

hidup selalu bergerak dinamis dan fleksibel dengan mengikuti perkembangan

zaman. Seperti yang diungkapkan Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak

Aji Dwi Bintoro, S.T, M.Si :

“Jadwal sosialisasi disesuaikan dengan update terbaru dari

informasi-informasi mengenai lingkungan hidup khususnya yang

berkaitan dengan pengendalian pencemaran udara.” (Sumber :

Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Hambatan sosialisasi dapat dilihat dari tanggapan yang diungkapkan

oleh Staff Bagian Pengolahan PG. Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo

seperti berikut:

“Untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran udara itu sendiri

pada umumnya sudah berjalan dengan baik mas. Namun pastinya

ada kekurangan di dalamnya, seperti sosialisasi terhadap suatu

program atau suatu aturan yang dirasakan sering terlambat dan

kurang intensitasnya mas.” (Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni

2011)

Dari tanggapan di atas, secara umum pelaksanaan Kebijakan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak dirasakan sudah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

89

berjalan dengan baik oleh para pelaku usaha (PG. Tasikmadu). Namun

kekurangannya adalah sosialisasi yang dilakukan oleh Tim Pegawas

Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup terhadap peraturan tersebut

dirasakan kurang intensitasnya dan sering terlambat oleh para pelaku usaha

(PG. Tasikmadu) sehingga dapat menimbulkan kesalah pahaman antara Tim

Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup dengan pelaku

usaha (PG. Tasikmadu). Kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh BLH

Kabupaten Karanganyar terhadap para pelaku usaha, lebih disebabkan oleh

banyaknya jumlah industri di Kabupaten Karanganyar dan anggaran

operasioanal yang sangat terbatas. Karena hal itulah, yang memaksa BLH

Kabupaten Karanganyar untuk menetapkan skala prioritas dalam pelaksanaan

sosialisasi peraturan tersebut. Seperti yang diungkapkan Kasubbid

Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Hambatan sosialisasi ini mas dikarenakan banyaknya jumlah

industri di Kabupaten Karanganyar sehingga dibutuhkan skala

prioritas dalam pelaksanaan sosialisasi, kemudian anggaran yang

belum cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan

pengendalian pencemaran udara saat ini.” (Sumber : Wawancara

tanggal 15 Juni 2011)

Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu

dilakukan melalui dua cara, secara langsung yaitu dengan mendatangi langsung

kelompok sasaran untuk memberikan penjelasan mengenai Peraturan

Pemerintah tersebut. Cara kedua yaitu secara tidak langsung, dengan

memberikan surat kepada para pelaku usaha (PG. Tasikmadu) untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

90

menginformasikan dan menjelaskan isi dan tujuan dari Kebijakan Pengendalian

Pencemaran Udara di Kabupaten Karanganyar. Secara umum, pelaku usaha

(PG. Tasikmadu) menilai bahwa kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh BLH

Kabupaten Karanganyar masih kurang dan lambatnya sosialisasi menjadi

hambatan dalam pelaksanaan sosialisasi sehingga hasil dari proses sosialisasi

kurang berjalan dengan baik.

b. Inventarisasi (Sumber dan Jenis Pencemaran)

Setelah dilakukan tahap sosialisasi kebijakan maka tahap selanjutnya

yang dilakukan adalah tahap inventarisasi. Dalam PP No. 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara, status mutu udara ambien suatu

daerah ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan inventarisasi dan atau penelitian

terhadap mutu udara ambien, potensi sumber pencemar udara, kondisi

meteorotogis dan geografis, serta tata guna tanah.

Inventarisasi merupakan salah satu kegiatan usaha BLH Kabupaten

Karanganyar untuk mengendalikan pencemaran udara yang terjadi di

Kabupaten Karanganyar. Tujuan dari kegiatan inventarisasi ini adalah untuk

mengetahui status mutu udara suatu daerah apakah sudah tercemar atau belum

tercemar oleh sumber pencemar udara. Dalam PP No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 50 ayat (1) dan ayat (2)

menyatakan bahwa :

1) Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan

menyampaikan laporan hasil pemantauan pengendalian pencemaran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

91

udara yang telah dilakukan kepada instansi yang bertanggung jawab,

instansi teknis dan instansi terkait lainnya.

2) Pedoman dan tata cara pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.

Berkaitan dengan pengendalian pencemaran udara sumber tidak

bergerak di PG. Tasikmadu, BLH Kabupaten Karanganyar sebagai instansi

yang bertanggung jawab telah melakukan inventarisasi terhadap kegiatan

usaha industri di Kabupaten Karanganyar yang salah satunya dilakukan

terhadap PG. Tasikmadu yang kemungkinan besar dapat menimbulkan

pencemaran udara yang bisa berasal dari bau atau asap dari cerobong pabrik.

Kegiatan inventarisasi ini dilakukan dengan cara mewajibkan seluruh pelaku

usaha (PG. Tasikamdu) untuk melaporkan hasil uji laboratorium udara ambien

dan uji emisi gas buang dari cerobong boiler secara berkala minimal enam

bulan sekali. Hal ini sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 50 ayat (1), yaitu setiap orang

atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan menyampaikan laporan hasil

pemantauan pengendalian pencemaran udara yang telah dilakukan kepada

instansi yang bertanggung jawab, instansi teknis dan instansi terkait lainnya.

Hal ini sesuai juga dengan yang diungkapkan oleh Staff BLH Kabupaten

Karanganyar, Bapak Abdurrozzaq An, S.T sebagai berikut :

“Untuk kegiatan inventarisasi mas, kami mewajibkan para pelaku

usaha untuk melaporkan hasil uji laboratorium udara ambien dan

uji emisi gas dari cerobong pabrik minimal enam bulan sekali.”

(Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

92

Pada awalnya, kegiatan inventarisasi di Kabupaten Karanganyar tidak

berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan belum adanya ukuran atau standar

baku mutu yang jelas mengenai pencemaran udara, dan para pelaku usaha

yang mengeluhkan belum tersedianya fasilitas laboratorium untuk uji udara

ambien dan emisi gas di BLH Kabuapeten Karanganyar serta masih mahalnya

biaya untuk melakukan uji laboratorium tersebut. Oleh sebab itu, tidak heran

jika berdasarkan Daftar Pengaduan Permasalahan Limbah Industri tahun

2007-2010 yang diterima oleh BLH Kabupaten Karanganyar melalui Pos

Pengaduan, PG Tasikmadu sering melakukan pencemaran udara sumber tidak

bergerak. Kegiatan inventarisasi ini sangat penting, disamping untuk

mengetahui status mutu udara suatu daerah, inventarisasi juga berguna untuk

mencegah para pelaku usaha melakukan pencemaran udara terhadap

lingkungan di sekitarnya.

Untuk melaksanakan uji laboratorium udara ambien dan uji emisi gas,

para pelaku usaha harus menggunakan laboratorium yang telah mendapat

rujukan dari Gubernur Jawa Tengah atau telah mendapatkan akreditasi dari

KAN (Komite Akreditasi Nasional). Untuk PG. Tasikmadu sendiri telah

melaksanakan uji laboratorium udara ambien dan uji emisi gas dengan

mengujikannya di Laboratorium Balai Pelatihan dan Pengujian Keselamatan

Kerja dan Hiperkes Semarang (BPPKKH).

Berdasarkan Hasil Laporan Uji Laboratorium dari BPPKKH No. Seri :

L-115/2010 menyimpulkan bahwa hasil pengujian kualitas udara emisi

sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu, pada 3 cerobong Boiler dan 1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

93

cerobong Diesel untuk parameter yang diukur secara keseluruhan memenuhi

baku mutu, serta hasil pengujian kualitas udara ambien pada 3 lokasi untuk

parameter yang diukur secara keseluruhan memenuhi baku mutu. Dari Hasil

Laporan Uji tersebut diketahui bahwa PG. Tasikmadu dalam melaksankan

kegiatan produksinya, emisi yang dikeluarkan telah memenuhi baku mutu

yang sudah ditetapkan sehingga tidak terjadi pencemaran udara sumber tidak

bergerak yang dilakukan oleh PG. Tasikmadu.

Berikut ini nama laboratorium yang dapat digunakan oleh para pelaku

usaha untuk melaksanakan uji laboratorium udara ambien dan uji emisi gas :

Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri (BBTPPI)

Semarang;

Balai Pelatihan dan Pengujian Keselamatan Kerja dan Hiperkes

Semarang (BPPKKH);

Hiperkes Yogyakarta;

BTKL Yogyakarta.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Kasubbid Pengendalian Lingkungan,

Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

...’’untuk laboratorium pengujinya harus mendapatkan rujukan dari

Gubernur Jawa Tengah atau sudah mendapatkan akreditasi dari

KAN (Komite Akreditasi Nasional)...” (Sumber : Wawancara

tanggal 15 Juni 2011)

Hal tersebut dilakukan, dikarenakan BLH Kabupaten Karanganyar belum

mempunyai anggaran yang cukup dan belum memiliki fasilitas serta SDM

yang dapat mengoperasikan fasilitas laboratorium itu sendiri, yang digunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

94

untuk melakukan uji udara ambien dan emisi gas. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro,

ST. M.Si :

“Untuk pengendalian pencemaran udara itu mas, dibutuhkan biaya

yang besar dan peralatan yang rumit dan mahal. Sedangkan

anggaran dan SDM untuk mengoperasikan alat uji yang BLH

miliki terbatas serta kami belum punya untuk alat ujinya.” (Sumber

: Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Dari pendapat di atas dapat kita ketahui bahwa BLH Kabupaten

Karanganyar masih memiliki kendala dalam menjalankan tahap inventarisasi.

Kendala ini berkaitan dengan anggaran serta fasilitas yang BLH Kabupaten

Karanganyar miliki, padahal untuk pelaksanaan pengendalian pencemaran

udara dibutuhkan biaya yang sangat besar, SDM yang mampu

mengoperasikan fasilitas peralatan untuk uji laboratorium udara yang sangat

rumit dan harganya yang sangat mahal. Kemudian masih ada beberapa pelaku

usaha industri yang masih mangkir atau belum memberikan hasil dari uji

laboratorium udara ambien dan emisi gas dari kegiatan produksinya kepada

BLH Kabupaten Karanganyar, yang disebabkan mahalnya biaya untuk

melakukan uji laboratorium tersebut. Hal ini perlu mendapat perhatian, agar

fungsi pemantauan terhadap kualitas udara dapat dilaksanakan secara utuh,

efektif dan efisien oleh BLH Kabupaten Karanganyar.

Pelaksanaan Inventarisasi berkaitan dengan pengendalian pencemaran

udara khususnya sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu sudah dilakukan

dengan baik yaitu para pelaku usaha (PG. Tasikmadu) telah memberikan hasil

uji laboratorium udara ambien dan emisi gasnya secara berkala minimal enam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

95

bulan sekali kepada BLH Kabupaten Karanganyar dan terpenuhinya baku

mutu pada hasil uji laboratorium udara ambien dan emisi gas yang dilakukan

oleh PG. Tasikmadu. Namun kurangnya anggaran, fasilitas serta SDM yang

dimiliki membuat pelaksanaan kegiatan iventarisasi kurang berjalan

maksimal.

Akan tetapi ada hal yang menarik yang penulis temukan di lapangan,

yaitu ketika dikonfirmasi kepada PG. Tasikmadu sebagai pelaku usaha

mengenai hambatan yang dihadapi oleh BLH Kabupaten Karanganyar dalam

pelaksanaan kegiatan inventarisasi, PG. Tasikmadu menganggap hambatan

itu tidak menjadi masalah karena mereka menilai bahwa hambatan tersebut

tidak terlalu mempengaruhi kinerja BLH Kabupaten Karanganyar dalam

melaksanakan kegiatan inventarisasi. PG Tasikmadu menilai berhasilnya

pelaksanaan kegiatan inventarisasi lebih dikarenakan pada aparat BLH

Kabupaten Karanganyar itu sendiri yang bekerja sangat baik dan kooperatif

dengan pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini

membuktikan bahwa, meski menemui banyak hambatan, BLH Kabupaten

Karanganyar tetap berhasil melaksanakan kegiatan inventarisasi dengan baik.

c. Kegiatan Pemantauan dan Pengawasan

Kegaiatan pemantauan dan pengawasan merupakan bagian dari tugas

pokok BLH Kabupaten Karanganyar dalam pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara. Tujuan dari kegiatan pemantauan dan pengawasan ini

adalah sebagai salah satu bentuk tanggung jawab BLH Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

96

Karanganyar sebagai pembina dan pengawas bagi para pelaku usaha dalam

penataan mereka terhadap ketentuan-ketentuan yang ada di dalam semua

peraturan pengelolaan lingkungan hidup khususnya di bidang pengendalian

pencemaran udara. Hal ini sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 47 ayat (1) s/d ayat (3) yang

menyatakan bahwa :

1) Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas berwenang melakukan

pemantauan, meminta keterangan, membuat salinan dan dokumen

dan/atau membuat catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu,

mengambil contoh mutu udara ambien dan/atau mutu emisi

memeriksa peralatan, memeriksa instalasi serta meminta keterangan

dan pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan/atau kegiatan.

2) Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang dimintai keterangan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi permintaan

petugas pengawas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan yang berlaku.

3) Setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda

pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat

pengawasan tersebut.

Fokus dari kegiatan pemantauan dan pengawasan ini adalah semua

aspek dari kegiatan para pelaku usaha yang berpotensi dapat mencemari

lingkungan, seperti semua surat perizinan, lingkungan dan kegiatan produksi

serta administrasi pelaporan hasil dari kegiatan pengelolaan limbah yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

97

dilakukan oleh pelaku usaha. Hal ini sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999

tentang Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 47 ayat (1), yaitu dalam

melaksanakan tugasnya, pengawas berwenang melakukan pemantauan,

meminta keterangan, membuat salinan dan dokumen dan/atau membuat

catatan yang diperlukan, memasuki tempat tertentu, mengambil contoh mutu

udara ambien dan/atau mutu emisi, memeriksa pera memeriksa instalasi serta

meminta keterangan dan pihak yang bertanggung jawab atas usaha dan/atau

kegiatan. Sesuai juga dengan yang diungkapkan Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Yang kami lakukan pada saat kegiatan pemantauan dan

pengawasan meliputi: 1. Semua perijinan yang harus dipunyai

pelaku usaha 2. Pengelolaan lingkungan yang meliputi lingkungan

perusahaan, bahan baku dan proses produksi dan semua limbah

yang dihasilkan (air, udara dan limbah padat) 3. Administrasi

pelaporan kegiatan pengelolaan limbah (air, udara dan limbah

padat).” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Berdasarkan hasil temuan di lapangan diketahui kegiatan pemantauan dan

pengawasan dalam pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak di

PG. Tasikmadu hanya difokuskan pada administrasi pelaporan kegiatan

pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh PG. Tasikmadu yaitu dengan

menyerahkan hasil laporan uji laboratorium udara ambien dan emisi gas

secara berkala minimal 6 bulan sekali kepada BLH Kabupaten Karanganyar.

Hal ini dikarenakan BLH Kabupaten Karanganyar menilai hasil laporan uji

laboratorium udara ambien dan emisi gas sudah cukup untuk dijadikan dasar

dalam menentukan apakah PG. Tasikmadu telah melakukan pencemaran

udara atau tidak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

98

Kegiatan pemantauan dan pengawasan ini dilaksanakan secara rutin

oleh BLH Kabupaten Karanganyar melalui Tim Pengawas Kebijakan Bidang

Lingkungan Hidup setiap dua kali dalam seminggu. Namun jadwal tersebut

dapat berubah jika terdapat kritik, saran, komplain atau laporan dari

masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan berkaitan dengan masalah

lingkungan. Keluhan tersebut kemudian ditampung di Pos Pengaduan dan

akan segera ditindak lanjuti oleh Tim Pengaduan BLH. Ini membuktikan

bahwa dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengawasan tidak hanya

BLH Kabupaten Karanganyar saja yang dilibatkan melainkan masyarakat pun

memiliki peran yang sama dalam mensukseskan pelaksanaan kegiatan

tersebut. Hal ini sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian

Pencemaran Udara dalam pasal 51 ayat (1) s/d ayat (3) yang menyatakan

bahwa :

1) Dalam rangka kegiatan pengawasan, masyarakat dapat melakukan

pemantauan terhadap mutu udara ambien.

2) Hasil pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

disampaikan kepada instansi yang bertanggung jawab, instansi teknis

dan instansi terkait lainnya.

3) Hasil pemantauan yang dilakukan oleh masyarakat sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan oleh instansi yang

bertanggung jawab, instansi teknis dan instansi terkait lainnya sebagai

bahan pertimbangan penetapan pengendalian pencemaran udara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

99

Hal ini sesuai juga dengan yang diungkapkan Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Masyarakat bisa mengadukan permasalahan lingkungan kepada

kami baik lewat telepon atau surat dengan menerangkan identitas

dirinya yang bisa dihubungi serta laporan permasalahan yang

terjadi. Tim Pengaduan BLH akan mengadakan klarifikasi

lapangan guna penyeleseaian pengaduan tersebut.” (Sumber :

Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas, dapat kita ketahui bahwa kegiatan pemantauan

dan pengawasan yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Karanganyar tidak

hanya berdasarkan jadwal yang sudah ditetapkan tetapi dapat juga berdasarkan

pada aspirasi atau laporan dari warga sekitar yang ditampung oleh Tim

Pengaduan BLH. Kemudian Tim Pengaduan BLH akan melakukan klarifikasi

lapangan guna menindaklanjuti dan menyelesaikan laporan dari warga

tersebut. Kemudian hasil temuan di lapangan tersebut akan dituangkan dalam

Berita Acara yang ditandatangani oleh Tim dan pelaku usaha sebagai arsip

administrasi baik bagi pelaku usaha maupun salah satu bentuk

pertanggungjawaban Tim baik kepada masyarakat maupun kepada

pemerintah. Seperti yang diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Dalam penanganan laporan dari masyarakat, kami melakukan

beberapa tahapan kegiatan yang meliputi : 1. BLH melaksanakan

inventarisasi data untuk menentukan sumber dan jenis

pencemarannya 2. Kemudian BLH menurunkan team untuk

melakukan pemantauan atau pengawasan secara langsung di lokasi

pencemaran 3. Jika pengaduan tersebut benar, maka BLH

melakukan kroscek atau memanggil terhadap pihak-pihak yang

bersangkutan untuk dilakukan musyawarah untuk mendapatkan

solusi yang terbaik atas permasalahan tersebut 4. Kemudian BLH

melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap pihak yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

100

bersangkutan tersebut.” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni

2011)

Agar pelaksanaan kegiatan pemantauan dan pengawasan ini berjalan

dengan baik diperlukan kerja sama yang baik antara BLH Kabupaten

Karanganyar selaku aparat pelaksana dengan para pelaku usaha (PG

Tasikmadu). Untuk melihat apakah kegiatan pemantauan dan pengawasan ini

berjalan dengan baik, kita dapat melihat dari tanggapan para pelaku usaha

terhadap pelaksanaan kegiatan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh

Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Kegiatan pemantauan dan pengawasan yang kami lakukan

mendapat tanggapan yang positif dan baik sekali dari para pelaku

usaha mas...” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Hal senada juga diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan PG.

Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut :

“Sikap dari PG Tasikmadu sangat jelas mas, pastinya kita akan

selalu mendukung dan membantu pihak BLH dalam melaksanakan

pengendalian pencemaran udara dengan sebaik mungkin.” (Sumber

: Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas, dapat kita ketahui bahwa kegiatan pemantauan dan

pengawasan yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Karanganyar dapat

diterima dan direspon positif oleh para pelaku usaha (PG. Tasikmadu).

Karena pihak PG. Tasikmadu menganggap pengendalian pencemaran udara

ini merupakan tanggung jawab bersama baik itu BLH Kabupaten

Karanganyar maupun PG. Tasikmadu. Hal ini dapat terwujud dikarenakan

adanya saling pengertian dan kerja sama yang baik antara BLH Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

101

Karanganyar dengan pelaku usaha (PG. Tasikmadu) mengenai kewajibannya

masing-masing. Hal ini sesuai dengan PP No. 41 Tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 48 yang menyatakan bahwa

setiap penanggung jawab usaha memiliki kewajiban diantaranya :

1) mengijinkan pengawas memasuki lingkungan kerjanya dan membantu

terlaksananya tugas pengawasan tersebut;

2) memberikan dengan benar baik secara lisan maupun tertulis apabila

hal itu diminta pengawas;

3) memberikan dokumen dan/atau data yang diperlukan oleh pengawas;

4) mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan contoh udara

emisi dan/atau contoh udara ambien dan/atau lainnya yang diperlukan

pengawas; dan

5) mengizinkan pengawas untuk melakukan pengambilan gambar

dan/atau melakukan pemotretan di lokasi kerjanya.

Sedangkan kewajiban BLH Kabupaten Karanganyar tertera dalam PP No. 41

Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dalam pasal 47 ayat (3),

yaitu setiap pengawas wajib memperlihatkan surat tugas dan/atau tanda

pengenal serta wajib memperhatikan situasi dan kondisi tempat pengawasan

tersebut. Dalam hal ini BLH Kabupaten Karanganyar sudah melaksanakan

kewajibannya dengan baik, yaitu melaksanakan kegiatan pemantauan dan

pengawasan sesuai dengan TUPOKSI yang tertera dalam Surat Keputusan

Kepala BLH tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan

Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

102

Kegiatan pemantauan dan pengawasan yang dilakukan BLH

Kabupaten Karanganyar di PG. Tasikmadu adalah kegiatan yang bersifat

pembinaan. Artinya, BLH Kabupaten Karanganyar berperan sebagai

konsultan bagi para pelaku usaha dimana pelaku usaha mempunyai

kesempatan untuk menyampaikan kendala yang dihadapinya kepada BLH

dan BLH wajib untuk menanggapi dan memberikan solusi atas kendala atau

permasalahan tersebut. Seperti yang diungkapkan juga oleh Kasubbid

Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Sifat dari kegiatan pemantauan dan pengawasan ini mas yaitu

bersifat pembinaan sehingga pelaku usaha berkesempatan untuk

menyampaikan kendala-kendala yang dihadapinya utamanya

dalam pengelolaan lingkungan dan sebisa mungkin kami

memberikan solusinya.” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni

2011)

Kemudian jika selama dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan dan

pengawasan, BLH Kabupaten Karanganyar menemukan pelanggaran yang

dilakukan oleh pelaku usaha terhadap ketentuan-ketentuan yang sudah

ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut, maka BLH Kabupaten

Karanganyar akan memberikan sanksi apabila pelaku usaha terbukti telah

melakukan pencemaran terhadap udara berdasarkan hasil laporan uji

laboratorium udara ambien dan emisi gas. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan Kasubbid Penegakan Hukum, Ibu Indah Rudiartati, S.H, M.M :

“Industri bisa dikenai sanksi apabila secara nyata melakukan

pencemaran. Hal ini dubuktikan dengan hasil analisa dari

laboratorium yang sudah terakreditasi atau mendapat rujukan dari

Gubernur Jawa Tengah.” (Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni

2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

103

Dalam pemberian sanksi tersebut BLH Kabupaten Karanganyar

memiliki mekanisme tersendiri, yaitu yang pertama melalui teguran lisan, jika

teguran lisan tersebut tidak ditanggapi dengan baik oleh pelaku usaha maka

BLH Kabupaten Karanganyar akan mengirimkan surat peringatan kepada

pelaku usaha 1 s/d 3 kali dan jika surat peringatan tersebut juga tidak

ditanggapi, maka BLH Kabupaten Karanganyar berhak memberikan sanksi

adminstratif atau membawa masalah tersebut ke dalam ranah hukum. Seperti

yang diungkapkan oleh Kasubbid Penegakan Hukum, Ibu Indah Rudiartati,

S.H, M.M :

“Sanksi yang diberikan sama, yaitu mulai dari teguran lisan, surat

peringatan 1s/d 3 kali dan kalau masih tidak mengindahkan baru ke

ranah hukum mas.” (Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

Jika pelanggaran tersebut dibawa ke dalam ranah hukum, maka sesuai dengan

UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pasal

41 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa :

1) Barang siapa yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan

perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan

lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama

sepuluh tahun dan denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus

juta rupiah).

2) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan orang mati atau luka berat, pelaku tindak pidana

diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 117: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

104

denda paling banyak Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta

rupiah).

Berdasarkan Daftar Pengaduan Permasalahan Limbah Industri tahun

2007-2010 yang diterima oleh BLH Kabupaten Karanganyar melalui Pos

Pengaduan, diindikasikan bahwa PG. Tasikmadu telah melakukan

pencemaran udara sumber tidak bergerak sehingga mengganggu lingkungan

warga di sekitar pabrik. Kemudian BLH Kabupaten Karanganyar segera

merespon laporan tersebut dengan menurunkan Tim Pengawas Kebijakan

Bidang Lingkungan Hidup untuk melakukan verifikasi, pemantauan dan

pengawasan secara langsung di lapangan. Dari hasil verifikasi, pemantauan

dan pengawasan di lapangan, diketahui bahwa permasalahan pencemaran

udara yang dilakukan oleh PG. Tasikmadu memang benar terjadi dan

disebabkan oleh rusaknya alat dust collector sehingga berakibat timbulnya

asap hitam yang diikuti oleh partikel debu yang berasal dari cerobong asap

pabrik. Seperti kita ketahui sebelumnya bahwa kegiatan pemantauan dan

pengawasan ini bersifat membina, maka tim tersebut hanya memberikan

teguran, saran dan tindak lanjut kepada PG. Tasikmadu agar melakukan

pendekatan kepada warga sehingga ditemukan solusi penyelesaian masalah

yang baik. Dari solusi penyelesaian tersebut disepakati antara kedua pihak,

yaitu :

1) Pihak perusahaan akan melakukan usaha untuk meminimalkan

pencemaran yang muncul dari kegiatan PG. Tasikmadu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 118: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

105

2) Pihak PG. Tasikmadu akan memberikan kompensasi kepada warga

sekitar.

Dari fakta di atas, diketahui bahwa selama kegiatan pemantauan dan

pengawasan yang dilakukan pada tahun 2007-2010 masih ditemukan

pelanggaran yang dilakukan oleh PG. Tasikmadu. Meski melakukan

pelanggaran, PG. Tasikmadu tidak perlu dibawa ke ranah hukum,

dikarenakan Tim Pengawas Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup menilai

bahwa pelanggaran tersebut masih bisa diselesaikan melalui musyawarah

antara PG. Tasikmadu dengan warga sekitar agar mendapatkan solusi

penyelesaian yang baik diantara keduanya.

Namun berbeda dengan sebelumnya, selama kegiatan pemantauan dan

pengawasan dilakukan pada tahun 2011 ini, Tim Pengawas Kebijakan

Bidang Lingkungan Hidup belum pernah menemukan pelanggaran ringan

atau pelanggaran berat yang dilakukan oleh PG. Tasikmadu yang dapat

dikenakan sanksi dan atau dapat dibawa ke ranah hukum. Ini membuktikan

bahwa terjadi peningkatan kesadaran dari PG. Tasikmadu sebagai pelaku

usaha dalam menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan dan ini

membuktikan juga bahwa kegiatan pemantauan dan pengawasan yang

dilakukan oleh BLH Kabupaten Karanganyar di PG. Tasikmadu telah

berjalan dengan baik dan direspon positif.

Hambatan atau kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegaiatan

pemantauan dan pengawasan dapat dilihat dari pernyataan Kasubbid

Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 119: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

106

“Kendala yang kami hadapi yaitu banyaknya industri di Kabupaten

Karanganyar yang limbahnya berpotensi dapat mencemari

lingkungan, anggaran yang belum mencukupi untuk melakukan

pemantauan dan pengawasan secara menyeluruh, kurangnya

kendaraan untuk operasional kegiatan pemantauan dan pengawasan

(hanya ada 2 mobil yang dipergunakan untuk 3 bidang dan

kesekretariatan).” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas tersebut, dapat kita ketahui meski kegiatan

pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh BLH Kabupaten

Karanganyar dapat berjalan dengan baik dan mendapat tanggapan yang

positif dari pelaku usaha (PG. Tasikmadu) namun masih banyak kendala yang

harus dihadapi oleh BLH Kabupaten Karanganyar seperti masalah anggaran

serta kendaraan operasional yang masih terbatas. Anggaran dan kendaraan

operasional ini sangat dibutuhkan karena sebagai penunjang utama BLH

Kabupaten Karanganyar dalam melaksanakan fungsi pemantauan dan

pengawasannya dengan baik, mengingat banyaknya jumlah pabrik di

Kabupaten Karanganyar yang limbahnya berpotensi untuk mencemari

lingkungan. Ini merupakan tantangan yang sangat besar bagi BLH Kabupaten

Karanganyar untuk terus menjalankan tugasnya dengan baik meski dengan

keterbatasan yang saat ini mereka miliki.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 120: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

107

Tabel 1.3

Matrik Tahapan Kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak di PG Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

Tahap Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan Analisis

1. Sosialisasi

2. Inventarisasi

- Dilaksanakan secara

langsung dan tidak

langsung

- Sifat preventif dan

kuratif

- PG. Tasikmadu

menilai sosialisasi

yang dilakukan masih

kurang dan sering

terlambat

Mewajibkan kepada PG

Tasikmadu untuk

melaksanakan uji

laboratorium udara

ambien dan emisi gas

minimal 6 bulan sekali.

Pelaksanaan sosialisasi pada

umumnya telah berjalan

dengan baik, namun PG.

Tasikmadu menilai bahwa

sosialisasi yang dilakukan

masih kurang dan sering

terlambat.

Memberikan hasil yang

cukup memuaskan, hal ini

nampak dari kesediaan PG

Tasikmadu untuk

melaksanakan uji

laboratorium udara ambien

dan emisi gas minimal 6

bulan sekali di BBTPPI

Semarang. Dan dari hasil

laporan uji udara ambien

dan emisi gas tersebut, PG

Tasikamadu sudah

memenuhi baku mutu yang

sudah ditetapkan. Hambatan

yang dihadapi BLH

Kabupaten Karanganyar

adalah kurangnya anggaran,

belum adanya fasilitas

laboratorium sendiri, dan

SDM yang belum mampu

mengopersaikan fasilitas

laboratorium tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 121: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

108

3. Pemantauan dan

Pengawasan

Kegiatan pemantauan

dan pengawasan

meliputi:

a. Semua perijinan yang

harus dipunyai pelaku

usaha

b. Pengelolaan

lingkungan yang

meliputi lingkungan

perusahaan, bahan

baku dan proses

produksi dan semua

limbah yang

dihasilkan (air, udara

dan limbah padat)

c. Administrasi

pelaporan kegiatan

pengelolaan limbah

(air, udara dan limbah

padat).

Diketahui pelaksanaan

kegiatan pemantauan dan

pengawasan di PG.

Tasikmadu hanya

difokuskan pada

administrasi pelaporan

pengelolaan yaitu berupa

laporan hasil uji

laboratorium udara ambien

dan emisi gas.

Proses pemantauan dan

pengawasan yang dilakukan

BLH kabupaten

Karanganyar telah berjalan

lancar dan mendapat

tanggapan positif dari PG.

Tasikmadu tapi mempunyai

banyak hambatan antara lain

kurangnya anggaran, dan

kurangnya kendaraan

operasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 122: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

109

2. Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di PG.

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

Keberhasilan dari implementasi kebijakan pengendalian pencemaran

udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu tidak terlepas dari faktor-

faktor yang ada di dalamnya. Melalui pemahaman tentang sikap pelaksana,

komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya tanggap kelompok

sasaran yang telah berjalan selama ini akan diketahui lebih jauh seberapa besar

faktor-faktor tersebut dapat berperan dalam pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara.

a. Sikap Pelaksana

Unsur pelaksana memegang peranan yang penting dalam pelaksanaan

pengendalian pencemaran udara. Suatu kebijakan dapat berjalan dengan baik

walaupun sudah ditunjang dengan sumber daya yang memadai dan lingkungan

yang cukup mendukung belum tentu memberikan hasil yang sesuai dengan

yang diharapkan. Sebagai pelaksana kebijakan, mereka yang bertanggung

jawab terhadap keberhasilan pelaksanaan kebijakan tersebut.

Keberhasilan pelaksanaan pengendalian pencemaran juga sangat

dipengaruhi oleh sikap pelaksana dalam menjalankan tugas. Setiap aparat

pelaksana memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing sesuai dengan

bidang unit kerjanya. Mereka dituntut untuk menjalankan tugas dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 123: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

110

wewenang tugas tersebut dengan loyalitas dan totalitas penuh agar

menghasilkan kinerja yang memuaskan.

Pengaruh sikap pelaksana terhadap keberhasilan kegiatan terlihat dari

pelaksanaan kegiatan yang dilaksankan oleh BLH Kabupaten Karanganyar,

yaitu kegiatan sosialisasi, inventarisasi serta pemantauan dan pengawasan.

Sikap pelaksana tersebut berawal dari bagaimana mereka menyikapi suatu

permasalahan yang ada sebelum mengambil tindakan selanjutnya, sehingga

terbentuk suatu sikap yang akan dilakukan ketika mereka melaksanakan tugas.

Meskipun untuk menyikapi permasalahan pencemaran udara, setiap unit kerja

memiliki persepsi yang berbeda sehingga perlu dilakukan koordinasi diantara

para stakeholders. Namun perbedaan persepsi itu berusaha disatukan agar

langkah yang diambil dapat sejalan dengan sikap pelaksana dengan melihat

situasi dan kondisi yang ada. Seperti penjelasan yang diungkapkan Staff BLH

Kabupaten Karanganyar, Bapak Abdurrozzaq An, S.T sebagai berikut :

“Pelaksanaan koordinasi dilakukan berdasarkan SK Kepala Badan

Lingkungan Hidup tentang Pembentukan Tim Pengawas

Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar dengan melibatkan juga para pelaku usaha di

dalamnya.” (Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

Berdasarkan penuturan di atas, jelas bahwa pelaksanaan kebijakan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak tidak hanya

melibatkan satu pihak saja melainkan antara BLH Kabupaten Karanganyar

dengan pelaku usaha yakni PG. Tasikmadu yang saling bekerja sama demi

kelancaran pelaksanaan kebijakan tersebut. Lebih lanjut Bapak Aji Dwi

Bintoro, S.T, M.Si Kasubbid Pengendalian Lingkungan Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 124: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

111

Karanganyar, menjelaskan bahwa setiap institusi mempunyai hak dan

kewajibannya sendiri-sendiri ketika mengambil tindakan terhadap pelaksanaan

Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, sehingga

perlu disamakan pola pikirnya agar tujuan yang ingin dicapai kebijakan

tersebut tidak salah arah.

Aparat pelaksana dituntut untuk benar-benar paham terhadap tujuan

dari Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di

PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Kepahaman aparat pelaksana

terhadap tujuan program diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Menurut saya mas, aparat pelaksana saya nilai sudah atau cukup

paham dan mengerti tentang isi dan tujuan dari peraturan tersebut.”

(Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Sikap pelaksana dalam Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar dinilai

sudah bisa atau paham dalam menguasai tujuan program tersebut dimana

tujuan dari pengendalian ini adalah agar para pelaku usaha (PG. Tasikmadu)

tersebut dapat ditingkatkan kesadarannya terhadap pengelolaan lingkungan

hidup khususnya di bidang pencemaran udara. Sikap mendukung aparat

pelaksana adalah relatif baik. Hal ini dilihat dari ketaaatan dan tanggung

jawab penuh dari pihak pelaksana dalam melakukan tugasnya melaksanakan

kegiatan sosialisasi, inventarisasi, pemantauan, dan pengawasan di lapangan.

Sebagai aparat pemerintah yang baik maka dituntut untuk mempunyai sikap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 125: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

112

ketaatan dan tanggung jawab serta loyalitas kepada lembaga. Ketaatan dan

kepatuhan aparat pelaksana juga dapat dilihat dari kesesuaian antara aparat

pelaksana dengan prosedur yang berlaku dalam melaksanakan kebijakan. Hal

tersebut sesuai yang dijelaskan oleh Kasubbid Pengendalian Lingkungan,

Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Jadi, ketaatan dan tanggung jawab aparat pelaksana dalam

pelaksanaan pengendalian pencemaran udara, disesuaikan dengan

tupoksi dan kondisi yang ada di lapangan, sehingga dalam

pelaksanaan pengendalian pencemaran udara dapat berjalan dengan

baik tanpa ada hambatan apapun.” (Sumber : Wawancara tanggal

15 Juni 2011)

Menurut penjelasan di atas, teori dan praktek yang dilaksanakan di

lapangan dalam melakukan kegiatan sosialisasi, inventarisasi, pemantauan,

dan pengawasan terhadap pencemaran udara memang bisa berbeda. Hal ini

dikarenakan aparat pelaksana harus melihat situasi dan kondisi di lapangan

yang memungkinkan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dengan

kelompok sasaran yaitu PG. Tasikmadu

Aparat pelaksana dalam memberikan pembinaan dan pengarahan

kepada para pelaku usha (PG. Tasikmadu) menggunakan pendekatan secara

langsung dan tidak langsung. Berikut ini pejelasan Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Sosialisasi yang kami lakukan, dilakukan secara langsung yaitu

dengan mengumpulkan para pelaku usaha untuk diberikan

sosialisasi atau dengan langsung mendatangi kelompok sasaran.

Sedangkan sosialisasi dengan cara yang tidak langsung yaitu

dengan melalui surat tertulis mas.” (Sumber : Wawancara tanggal

15 Juni 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 126: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

113

Jika pendekatan secara langsung dan tidak langsung sudah tidak

mampu mengatasi masalah penecamaran udara tersebut, maka aparat

pelaksana dapat melakukan tindakan atau memberikan sanksi kepada

kelompok sasaran. Lebih lanjut penjelasan yang diungkapkan oleh Kasubbid

Penegakan Hukum, Ibu Indah Rudiartati, S.H, M.M :

“Sanksi yang kami berikan sama, yaitu mulai dari teguran lisan,

surat peringatan 1s/d 3 kali dan jika masih tidak mengindahkan

sama sekali, baru kita bawa ke ranah hukum mas.” (Sumber :

Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

Selain itu dukungan dan sikap pelaksana dalam melaksanakan tugas

juga dapat dilihat dari bagaimana pemantauan dan penilaian dilakukan.

Pemantauan dilaksanakan setiap dua kali dalam seminggu dan penilaian

dilaksanakan setiap tahun atau 2 tahun sekali melalui PROPER (Program

Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) terhadap para pelaku usaha (PG.

Tasikmadu). Berikut ini penuturan Staff BLH Kabupaten Karanganyar,

Bapak Abdurrozzaq An, S.T sebagai berikut :

“Setiap tahun kami akan melakukan evaluasi dan penilaian mas

melalui PROPER yaitu program penilaian peringkat kinerja setiap

perusahaan. Jadi melalui PROPER kita bisa melihat, menilai serta

mengevaluasi perusahaan yang kita anggap masih kurang

kinerjanya dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara.

Namun PROPER ini juga bisa dilaksanakan setiap dua tahun

sekali.” (Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

Sikap aparat pelaksana tersebut tercermin dari pahamnya mereka

terhadap tujuan kebijakan, ketaatan dan loyalitas terhadap kebijakan serta

pemantauan dan penilaian aparat pelaksana secara berkala yang dilakukan

terhadap pelaksanaan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 127: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

114

Sedangkan di pihak kelompok sasaran sendiri yakni PG. Tasikmadu

memiliki anggapan yang sama terhadap sikap aparat pelaksana ketika

melaksanakan tugas. Seperti yang diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan

PG. Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut:

“Menurut saya yah mas, Petugas BLH saya nilai sudah cukup baik

dan kooperatif dalam melaksanakan program pengendalian

pencemaran udara. Dan dari pihak kami sudah menganggap pihak

BLH bukan sebagai aparatur pelaksana melainkan sebagai

konsultan industri dimana BLH berperan untuk mengatur,

mengawasi serta memberikan masukan serta informasi kepada

kami selaku pelaku industri yang berkaitan dengan permasalahan

Lingkungan Hidup”. (Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dari pihak

aparat sebagai pelaksana kebijakan, secara keseluruhan telah melaksanakan

kebijakan sesuai dengan mekanisme yang ada. Begitu juga di kalangan pelaku

usaha (PG. Tasikmadu) sendiri yang menilai bahwa aparat dapat bersikap dan

bekerja cukup baik serta kooperatif karena pelaku usaha (PG. Tasikmadu)

menganggap bahwa BLH Kabupaten Karanganyar bukan sebagai aparat

pelaksana semata, melainkan sebagai konsultan industri. Artinya, BLH

Kabupaten Karanganyar dianggap sebagai rekan kerja dan pembina oleh

pelaku usaha (PG. Tasikmadu) dimana tujuan yang ingin dicapai keduanya

adalah bekerja bersama-sama dalam membangun dan meningkatkan kesadaran

dalam pengelolaan lingkungan hidup baik itu berkaitan dengan air, udara,

maupun limbah padat (LB-3).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 128: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

115

b. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung

keberhasilan kebijakan. Namun demikian, komunikasi seringkali dipahami

dalam konteks formal seperti rapat, instruksi dan kegiatan sejenis lainnya.

Komunikasi menjadi faktor penghubung bagi para stakeholder, baik itu

Kantor BLH Kabupaten Karanganyar, pelaku usaha (PG. Tasikmadu),

maupun masyarakat yang mempunyai kepentingan dengan pelaksanaan

Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara. Komunikasi dilakukan dengan

maksud untuk menyampaikan informasi sehingga tidak terjadi

kesalahpahaman.

Keberhasilan Implementasi Kebijakan Pengendalian Pencemaran

Udara Sumber Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu sangat di tunjang oleh

kelancaran dan kejelasan proses komunikasi antara aparat pelaksana dengan

kelompok sasaran yaitu para pelaku usaha (PG. Tasikmadu). Upaya BLH

Kabupaten Karanganyar untuk mengenalkan dan menjelaskan isi dan tujuan

dari kebijakan tersebut kepada pelaku usaha (PG. Taskmadu), dilakukan

melalui sosialisasi. Sosialisasi tidak hanya dilaksanakan secara formal oleh

BLH Kabupaten Karanganyar semata akan tetapi sosialisasi tersebut juga

dilaksanakan saat aparat pelaksana mengadakan kegiatan pemantauan dan

pengawasan di lapangan. Biasanya sosialisasi dilaksanakan secara langsung

dan tidak langsung kepada para pelaku usaha. Seperti penjelasan yang

diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 129: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

116

“Aparat pelaksana dalam memberikan sosialisasi kepada kelompok

sasaran yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dengan mengumpulkan para pelaku usaha untuk

diberikan sosialisasi atau dengan langsung mendatangi kelompok

sasaran. Sedangkan cara yang tidak langsung yaitu dengan melalui

surat tertulis.” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Pada umumnya komunikasi yang dijalin antara BLH Kabupaten

Karanganyar dengan para pelaku usaha (PG. Tasikmadu) sudah berjalan

dengan baik berkaitan dengan penyampaian sosialisasi kebijakan oleh aparat

pelaksana. Hal ini dibuktikan dengan pendapat yang diungkapkan Staff

Bagian Pengolahan PG. Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti

berikut:

“Menurut saya mas, selama ini komunikasi antara pihak BLH dan

PG Tasikmadu sudah berjalan dengan baik. Hal ini bisa terwujud,

karena kami menggunakan pola komunikasi yang bersifat

horizontal atau komunikasi yang bersifat dua arah sehingga terjadi

saling bertukar informasi antara pihak BLH dan PG Tasikmadu.”

(Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Namun ada beberapa hal yang harus dibenahi dari aspek komunikasi

tersebut. Seperti penjelasan yang diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan

PG. Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut :

“Jadi begini mas, kami sangat berharap intensitas komunikasi

antara pihak BLH dan PG Tasikmadu dapat ditingkatkan lagi,

karena mengingat bahwa isu-isu serta informasi mengenai

Lingkungan Hidup itu selalu bergerak dinamis mas.” (Sumber :

Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas diketahui bahwa, meski dalam penyampaian

informasi dinilai sudah baik oleh PG. Tasikmadu namun pihak PG. Tasikmadu

sangat berharap agar intensitas komunikasi dengan BLH Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 130: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

117

Karanganyar lebih ditingkatkan lagi mengingat isu-isu serta informasi yang

berkaitan dengan Lingkungan Hidup selalu bergerak dinamis. Sehingga

diperlukan jalinan komunikasi dan koordinasi yang kuat diantara keduanya

agar isi dan tujuan dari informasi tersebut dapat diterima dan dipahami dengan

baik.

Selama ini komunikasi dalam pelaksanaan kebijakan ini telah berjalan

secara vertikal dan horizontal. Komunikasi vertikal maksudnya kerjasama,

koordinasi serta media yang digunakan dalam penyampaian pesan kepada para

pelaku usaha (PG. Tasikmadu). Komunikasi vertikal ini terjadi antara atasan

dengan bawahan, dimana komunikasi ini terlihat dalam penyampaian isi,

tujuan serta prosedur pelaksanaan kebijakan dari Kepala BLH Kabupaten

Karanganyar kepada para bawahannya. Sedangkan komunikasi horisontal

terjadi dalam komunikasi antara instansi dengan otoritas dan unit kerja yang

sama atau komunikasi antar aparat pelaksana dan antara aparat pelaksana

dengan para pelaku usaha. Berikut penjelasan Staff BLH Kabupaten

Karanganyar, Bapak Abdurrozzaq An, S.T sebagai berikut :

“Pelaksanaan Koordinasi dilakukan berdasarkan SK Kepala Badan

Lingkungan Hidup tentang Pembentukan Tim Pengawas

Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kabupaten

Karanganyar. Tim pengawas tersebut bertugas sebagai pengawas

pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup dan sebagai

pembina bagi para pelaku usaha. Tim pengawas tersebut

bertanggung jawab langsung kepada Kepala BLH Kabupaten

Karanganyar.” (Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

Kemudian pernyataan di atas ditambah oleh penjelasan dari Kasubbid

Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 131: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

118

...“Sifat dari kegaiatan pemantauan dan pengawasan ini mas yaitu

bersifat pembinaan sehingga pelaku usaha berkesempatan untuk

menyampaikan kendala-kendala yang dihadapinya utamanya

dalam pengelolaan lingkungan dan sebisa mungkin kami

memberikan solusinya...” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni

2011)

Komunikasi vertikal dalam hal ini antara atasan dengan bawahan juga

berjalan dengan baik. Pengenalan program dan prosedurnya disampaikan

atasan kepada bawahan melalui rapat masing-masing bagian, melalui surat

intruksi dan pengarahan langsung oleh Kepala BLH setiap apel pagi. Hal ini

sesuai pernyataan Berikut penjelasan Kasubbid Pengendalian Lingkungan,

Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Aparat kami benar-benar tahu dan paham terhadap tujuan

kebijakan pengendalian pencemaran udara, karena sebelum

melaksanakan kegiatan di lapangan mereka telah kami breafing

terlebih dahulu.” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Sedangkan komunikasi antara bawahan dengan atasan juga

berlangsung dengan baik. Di sini terdapat kerja sama yang baik antara

bawahan dengan atasan dalam pelaksanaan kebijakan. Berikut penuturan dari

Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Menurut saya tidak ada hambatan, karena selama ini saya rasa

koordinasi dapat berjalan dengan lancar, baik itu dengan atasan,

sesama karyawan maupun dengan para pelaku usaha, karena dalam

pelaksanaannya kami semua mampu bekerja secara kooperatif.”

(Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Dalam pelaksanaan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara

Sumber Tidak Bergerak, masyarakat dapat menyampaikan pendapat, kritik,

saran dan laporan yang mekanismenya seperti berikut, masyarakat bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 132: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

119

mengadukan atau menyampaikan pendapat, kritik, saran serta laporan

mengenai permasalahan lingkungan baik lewat telepon atau surat dengan

menyertakan identitas dirinya yang bisa dihubungi oleh Tim Pengaduan BLH.

Kemudian Tim pengaduan BLH akan mengadakan klarifikasi lapangan atau

mengambil tindakan guna penyelesaian pengaduan tersebut.

Dari data-data di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi antara unit

bagian BLH Kabupaten Karanganyar sebagai aparat pelaksana dalam hal

koordinasi telah berjalan dengan baik. Kemudian dalam komunikasi antara

aparat pelaksana dengan pelaku usaha (PG. Tasikmadu) dalam penyampaian

kebijakan melalui sosialisasi secara langsung dan tidak langsung sudah

berjalan dengan baik, sehingga pelaku usaha (PG. Tasikmadu) sudah paham

tentang prosedur kebijakan, hal ini dikarenakan pola komunikasi yang dipakai

adalah pola komunikasi yang bersifat horizontal yang membuat terjalinnya

komunikasi dua arah antara BLH Kabupaten Karanganyar dengan pelaku

usaha (PG. Tasikmadu). Sehingga mudah untuk menyamakan pola pikir dan

mencari titik temu atau solusi yang terbaik dalam mengatasi permasalahan

antara aparat pelaksana dengan kelompok sasaran.

c. Sumber Daya

Tersedianya sumber daya yang memadai akan mendukung dalam

pelaksanan suatu program untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Mengenai sumber daya yang terlibat atau sumber sumber daya apa saja yang

digunakan pada tiap tahap hampir sama. Aparat yang terlibat dalam kebijakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 133: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

120

pengendalian pencemaran udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar terdiri dari BLH Kabupaten Karanganyar Bidang

Pengendalian berjumlah 6 orang dan Tim Pengawas Kebijakan Bidang

Lingkungan Hidup berjumlah 9 orang. Seperti yang diungkapkan oleh

Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara kami

melibatkan BLH Kabupaten Karanganyar Bidang pengendalian

berjumlah 6 orang dan Tim Pengawas Kebijakan Bidang

Lingkungan Hidup berjumlah 9 orang.” (Sumber : Wawancara

tanggal 15 Juni 2011)

Namun aparat yang dilibatkan atau yang terjun langsung di lapangan

hanya dari Tim Pengawas Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup, dikarenakan

Tim tersebut terlibat langsung sebagai pemantau, pengawas dan pembina

dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara, hal tersebut diungkapkan

oleh Staff BLH Kabupaten Karanganyar, Bapak Abdurrozzaq An, S.T

sebagai berikut :

...”Tim pengawas tersebut bertugas sebagai pengawas pelaksanaan

kebijakan bidang lingkungan hidup dan sebagai pembina bagi para

pelaku usaha...” (Sumber : Wawancara tanggal 22 Juni 2011)

Dalam pelaksanaan pengendalian pencemaran udara, BLH Kabupaten

Karanganyar menilai bahwa SDM yang dimilikinya belum cukup dan mampu

untuk mendukung pelaksanaan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara

khususnya sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu. Seperti yang

diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 134: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

121

“Untuk pengendalian pencemaran udara itu mas, dibutuhkan biaya

yang besar dan peralatan yang rumit dan mahal. Sedangkan

anggaran dan SDM untuk mengoperasikan alat uji yang BLH

miliki terbatas serta kami belum punya untuk alat ujinya.” (Sumber

: Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Sedangkan di pihak kelompok sasaran sendiri yakni PG. Tasikmadu

memiliki anggapan yang berbeda terhadap kualitas sumber daya yang dimiliki

oleh BLH Kabupaten Karanganyar. PG. Tasikmadu menilai bahwa

berhasilnya pelaksanaan pengendalian pencemaran udara dikarenakan SDM

yang dimiliki BLH Kabupaten Karanganyar mampu bekerja dengan baik dan

kooperatif. Seperti yang diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan PG.

Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut:

“Kelebihannya adalah sumber daya yang dimiliki BLH sudah baik

dan cukup untuk mendukung BLH dalam menjalankan tugasnya

serta SDM mampu bekerja sama secara kooperatif dengan PG

Tasikmadu...” (Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Sedangkan mengenai anggaran dan fasilitas operasioanal, BLH

Kabupaten Karanganyar menganggap anggaran dan fasilitas operasional yang

dimilkinya masih sangat kurang untuk mendukung pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara. Seperti yang diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian

Lingkungan, Bapak Aji Dwi Bintoro, ST. M.Si :

“Untuk pengendalian pencemaran udara itu mas, dibutuhkan biaya

yang besar dan peralatan yang rumit dan mahal. Sedangkan

anggaran dan SDM untuk mengoperasikan alat uji yang BLH

miliki terbatas serta kami belum punya untuk alat ujinya.” (Sumber

: Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 135: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

122

Dari penjelasan Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si diketahui juga bahwa belum ada program khusus untuk

pengendalian pencemaran udara. Hal ini dikarenakan BLH Kabupaten

Karanganyar tidak mempunyai anggaran yang cukup untuk membuat suatu

program khusus yang berkaitan dengan pengendalian pencemaran udara

sehingga kegiatan pengendalian pencemaran udara kurang mendapat perhatian

dan prioritas untuk dilaksanakan. Kemudian diketahui juga bahwa BLH

Kabupaten Karanganyar belum mempunyai fasilitas laboratorium untuk

menguji kualitas udara ambien dan emisi gas. Hal ini dikarenakan mahal dan

sulitnya untuk mendatangkan fasilitas laboratorium tersebut sehingga untuk

melakukan uji laboratorium udara ambien dan emisi gas buang pada cerobong,

para pelaku usaha harus melakukan di laboratorium yang telah mendapat

rujukan dari Gubernur Jawa Tengah atau yang telah memenuhi standar KAN

(Komite Akreditasi Nasional).

Mobil operasional untuk kegiatan operasional yang dimiliki oleh

Kantor BLH Kabupaten hanya 2 buah. Dan dana operasional berasal dari

Dana Alokasi Umum APBD Kabupaten Karanganyar. Seperti yang

diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si :

“Kantor BLH Kabupaten Karanganyar hanya memiliki 2 buah

mobil, yang digunakan untuk operasional sehari-hari. Dana

operasional kita berasal dari DAU APBD Kabupaten.” (Sumber :

Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 136: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

123

Untuk mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan

pengendalian pencemaran udara, BLH Kabupaten Karanganyar harus

mlelakukan langkah-langkah untuk mengatasi kendala tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si :

“Langkah-langkah yang akan kami lakukan adalah sebagai berikut,

untuk meningkatkan SDM yaitu dengan mengirimkan para staff

untuk mengikuti bimbingan teknis dan kursus-kursus yang

berkaitan dengan pelaksanaan pengendalian pencemaran udara.

Kemudian mendesak pihak legislatif untuk memberikan anggaran

yang lebih yang dapat digunakan untuk melengkapi fasilitas

operasional serta membuat program-program yang bertujuan

terwujudnya pengendalian pencemaran udara yang baik.” (Sumber

: Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Kemudian dari kelompok sasaran yaitu PG Tasikmadu memberikan

masukan agar BLH Kabupaten Karanganyar mampu meningkatkan sumber

dayanya. Seperti yang diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan PG.

Tasikmadu, Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut :

“Jadi mas, kalau dari segi SDM saya rasa BLH sudah cukup dan

mampu, tapi sebaiknya BLH dapat membenahi fasilitas sistem

informasinya dengan membuat suatu Sistem Informasi Terpadu

melalui internet sehingga dengan adanya sistem tersebut dapat

memudahkan para pelaku industri dalam mengakses informasi-

informasi yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup dengan

cepat.” (Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Dari semua pernyataan di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa

sumber daya yang dimiliki oleh BLH Kabupaten Karanganyar dalam

pelaksanaan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak di PG. Tasikmadu masih kurang. Hal ini bisa dilihat, khususnya dari

jumlah SDM, anggaran serta fasilitas operasional. Ketiga hal tersebut yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 137: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

124

menjadi kendala utama bagi BLH Kabupaten Karanganyar dalam

melaksanakan tugasnya.

d. Kepatuhan dan Daya Tanggap Kelompok Sasaran

Kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran menjadi faktor yang

juga ikut memberikan pengaruh terhadap keberhasilan Implementasi

Kebijakan atau Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Udara Sumber

Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu. Hal ini bisa dianalisis dari seberapa besar

tingkat kesadaran pelaku usaha (PG. Tasikmadu) dalam memahami dan

mentaati aturan hukum yang berlaku.

Apabila kita melihat kondisi kawasan PG. Tasikmadu saat ini yang

sedang melakukan kegiatan produksi, tidak terlihat pencemaran udara dari

kegiatan produksi tersebut. Hal ini bisa dilihat dari asap yang keluar dari

cerobong milik PG. Tasikmadu.

Kesediaan kelompok sasaran dalam menerima program merupakan

awal dari kesadaran pelaku usaha (PG. Tasikmadu) untuk mematuhi apa yang

menjadi tujuan dari kebijakan tersebut. Tentu saja kesediaan untuk menerima

kebijakan tidak terlepas dari kepentingan mereka sebagai pelaku usaha.

Seperti penjelasan Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si :

“Hal itu sangat jelas mas, kelompok sasaran cukup sadar,

mendukung serta menyetujui pelaksanaan pengendalian

pencemaran udara tersebut, diakarenakan manfaat dari kegiatan

pengendalian tersebut akan sangat berguna dan berdampak bagi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 138: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

125

kelompok sasaran itu sendiri.” (Sumber : Wawancara tanggal 15

Juni 2011)

Tidak hanya dari kesediaan pelaku usaha (PG. Tasikmadu) untuk

menerima kebijakan saja, tapi dilihat juga dari segi pemahaman mereka

tentang tujuan dari pengendalian pencemaran udara tersebut. Seperti yang

diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan PG. Tasikmadu, Bapak Lilik

Agung Prabowo seperti berikut :

“Kami sudah mengerti mas, ini bisa kita lihat dari kegiatan

operasionalnya PG Tasikmadu selalu berlandaskan pada Peraturan

Pemerintah tersebut khususnya dalam pengendalian pencemaran

udara dan kami selalu memberikan laporan hasil uji laboratorium

uji udara ambien dan emisi gas cerobong setiap 6 bulan sekali.”

(Sumber : Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Dari pernyataan di atas, kita ketahui bahwa pelaku usaha yakni PG

Tasikmadu sudah paham dan mengerti terhadap aturan tersebut. Ini bisa

dilihat dari kegiatan operasional PG. Tasikmadu yang selalu berlandaskan

pada kebijakan atau peraturan yang sudah ditetapkan tersebut dan terjadi

peningkatan kesadaran dari PG. Tasikmadu sebagai pelaku usaha dalam

menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan dan ini membuktikan juga

bahwa kegiatan pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh BLH

Kabupaten Karanganyar di PG. Tasikmadu telah berjalan dengan baik dan

direspon positif.

Kepatuhan dan daya tanggap sangat berkaitan dengan masalah

kejelasan dan kemudahan dalam mendapatkan informasi yang menyebabkan

pelaku usaha akan menjadi paham dengan isi dan tujuan kebijakan tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 139: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

126

Seperti yang diungkapkan oleh Staff Bagian Pengolahan PG. Tasikmadu,

Bapak Lilik Agung Prabowo seperti berikut :

“Untuk mendapatkan informasi, ya cukup mudah mas. Jadi ketika

kami merasa ada yang kurang atau ada sesuatu informasi yang

ingin kami ketahui, kami langsung datang ke Kantor BLH atau

menghubungi via telepon. Tapi mas, saya rasa cara ini kurang

efektif dan efisien, akan lebih baik jika BLH mempunyai suatu

Sistem Informasi Terpadu sehingga kami akan semakin terbantu

dalam mengakses suatu informasi.” (Sumber : Wawancara tanggal

6 Juni 2011)

Kepatuhan dan daya tanggap ini juga dikarenakan adanya kerja sama

yang sangat kooperatif antara BLH Kabupaten Karanganyar dengan pihak PG.

Tasikmadu sehingga keduanya tidak menemui hambatan apapun. Seperti yang

diungkapkan oleh Kasubbid Pengendalian Lingkungan, Bapak Aji Dwi

Bintoro, ST. M.Si :

“Menurut saya, kepatuhan dan daya tanggap kelompok sasaran

selama ini cukup baik dan kooperatif sehingga BLH tidak

menemui kesulitan dalam melaksanakan pengendalian pencemaran

udara.” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Kesediaan adanya kebijakan pengendalian pencemaran udara ini dapat

diketahui dari Staff Bagian Pengolahan PG. Tasikmadu, Bapak Lilik Agung

Prabowo seperti berikut :

“Sikap dari PG Tasikmadu sangat jelas mas, pastinya kita akan

selalu mendukung dan membantu pihak BLH dalam melaksanakan

pengendalian pencemaran udara dengan sebaik mungkin.” (Sumber

: Wawancara tanggal 6 Juni 2011)

Hal ini sama dengan pernyataan Kasubbid Pengendalian Lingkungan,

Bapak Aji Dwi Bintoro, S.T, M.Si sebagai berikut :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 140: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

127

“Hal tersebut dapat mas lihat dari kesediaan kelompok sasaran

dalam melaporkan hasil analisa uji laboratorium udara baik ambien

dan emisi gas buang.” (Sumber : Wawancara tanggal 15 Juni 2011)

Berdasarkan pernyataan di atas, diketahui bahwa PG. Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar mendukung terhadap Implementasi Kebijakan atau

Peraturan tentang Pengendalian Pencemaran Udara khususnya sumber tidak

bergerak. Hal ini menunjukkan kepatuhan dan kesediaan pelaku usaha (PG.

Tasikmadu) menerima dan bersikap positif terhadap prosedur kebijakan atau

peraturan yang telah ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 141: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

128

Tabel 1.4

Matrik Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Pelaksanaan

Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di PG.

Tasikmadu Kabupaten Karanganyar

Faktor-Faktor Dampak Analisis

1. Sikap Pelaksana

2. Komunikasi

- Konsisten terhadap aturan

- Mengetahui dan paham

tujuan program

- Bersikap kooperatif

- Koordinasi antar aparat

pelaksana sudah baik

- Komunikasi yang

terbentuk antara BLH

dengan PG. Tasikmadu

bersifat horizontal dan

berjalan baik.

- Sosialisasi program cukup

dipahami walaupun PG.

Tasikmadu tidak paham,

hal tersebut dapat diatasi,

karena komunikasi yang

terbentuk adalah

komunikasi dua arah.

- Tingkat pemahaman PG.

Tasikmadu terhadap

aturan tinggi

Aparat pelaksana

secara keseluruhan

dalam melaksanakan

kebijakan telah

bersikap sebagaimana

mestinya sesuai

dengan mekanisme

yang ada. Hal ini juga

didukung dengan

pernyataan PG.

Tasikmadu sebagai

pelaku usaha yang

menilai aparat

pelaksana sudah

bekerja dengan baik

dan kooperatif.

Komunikasi sudah

berjalan baik antara

sesama aparat BLH

dan antara BLH

dengan PG.

Tasikmadu. Hal ini

berarti penyampaian

sosialisasi program

sudah berjalan

dengan baik. Tetapi

PG. Tasikmadu

menginginkan agar

intensitas komunikasi

antara BLH dengan

PG. Tasikmadu dapat

ditingkatkan.

Kemudian PG.

Tasikmadu memiliki

tingkat pamahaman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 142: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

129

3. Sumber Daya

4. Kepatuhan dan

Daya Tanggap

Kelompok Sasaran

- Dari kantor BLH bidang

Pengendalian berjumlah 6

orang.

- Sedangkan dari Tim

Pengawas Pelaksanaan

Kebijakan Bidang

Lingkungan pada waktu

sosialisasi, inventarisasi,

pemantauan dan

pengawasan berjumlah 9

orang.

- Menggunakan 2 buah

mobil untuk kegiatan

operasional.

- Kurangnya SDM,

anggaran dan fasilitas

operasional seperti alat-

alat laboratorium untuk uji

udara dan emisi gas.

Sudah baik, bersedia

menerima program dan

memahami tujuan program

serta diikuti dengan

kepatuhan menaati aturan

yaitu dengan bersedia

melaporkan hasil

laboratorium uji udara ambien

dan emisi gas minimal setiap

6 bulan sekali.

dan kesadaran yang

tinggi sehingga PG.

Tasikmadu bersedia

untuk mematuhi

peraturan tersebut.

Pada umumnya, baik

BLH dan PG.

Tasikmadu menilai

sumber daya yang

dimilki oleh BLH

sudah cukup dan

dapat mendukung

pelaksanaan

pengendalian

pencemaran udara.

Namun tidak bisa

dipungkiri masih

banyak

kekurangannya, yaitu

berkaitan dengan

anggaran dan fasilitas

operasional.

PG. Tasikmadu

sebagai kelompok

sasaran mendukung

terhadap pelaksanaan

Kebijakan

Pengendalian

Pencemaran Udara

Sumber Tidak

Bergerak. Hal ini

menunjukkan

kepatuhan dan

tanggapan positif dari

PG. Tasikmadu

dalam mematuhi

prosedur peraturan

yang sudah

ditetapkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 143: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

130

BAB VI

PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dalam

Bab V tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa pelaksanaan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di PG. Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar sudah dikatakan cukup baik. Pemerintah Kabupaten

Karanganyar dalam pengendalian pencemaran udara yang didasarkan pada PP

No.41 Tahun 1999 dilaksanakan dalam bentuk tahapan kegiatan meliputi

Sosilaisasi Kebijakan, Inventarisasi, serta Pemantauan dan Pengawasan.

Sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu

pada umumnya telah berjalan dengan baik, namun PG. Tasikmadu sebagai

kelompok sasaran menilai bahwa sosialisasi yang dilakukan masih kurang

intensitasnya dan sering terlambat.

Pelaksanaan Inventarisasi berkaitan dengan pengendalian pencemaran

udara khususnya sumber tidak bergerak di PG. Tasikmadu sudah dilakukan

dengan baik yaitu para pelaku usaha (PG. Tasikmadu) telah memberikan hasil

uji laboratorium udara ambien dan emisi gasnya secara berkala minimal enam

bulan sekali kepada BLH Kabupaten Karanganyar dan terpenuhinya baku

mutu pada hasil uji laboratorium udara ambien dan emisi gas yang dilakukan

oleh PG. Tasikmadu. Namun kurangnya anggaran, fasilitas serta SDM yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 144: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

131

dimiliki membuat pelaksanaan kegiatan iventarisasi kurang berjalan

maksimal.

Sedangkan kegiatan pemantauan dan pengawasan yang dilakukan oleh

BLH Kabupaten Karanganyar dapat berjalan dengan baik dan mendapat

tanggapan yang positif dari pelaku usaha (PG. Tasikmadu) namun masih

banyak kendala yang harus dihadapi oleh BLH Kabupaten Karanganyar

seperti masalah anggaran serta kendaraan operasional yang masih terbatas.

Dari tahapan kegiatan tersebut, dapat dikatakan bahwa Pelaksanaan

Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak di PG Tasikmadu

Kabupaten Karanganyar dapat dikatakan cukup baik. Hal ini dapat terlihat

dari beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti sikap pelaksana,

komunikasi, sumber daya, serta kepatuhan dan daya tanggap kelompok

sasaran.

Sikap pihak aparat sebagai pelaksana kebijakan, secara keseluruhan

telah melaksanakan kebijakan sesuai dengan mekanisme yang ada. Begitu

juga di kalangan pelaku usaha (PG. Tasikmadu) sendiri yang menilai bahwa

aparat pelaksana dapat bersikap dan bekerja cukup baik serta kooperatif

karena pelaku usaha (PG. Tasikmadu) menganggap bahwa BLH Kabupaten

Karanganyar bukan sebagai aparat pelaksana semata, melainkan sebagai

konsultan industri. Artinya, BLH Kabupaten Karanganyar dianggap sebagai

rekan kerja dan pembina oleh pelaku usaha (PG. Tasikmadu) dimana tujuan

yang ingin dicapai keduanya adalah bekerja bersama-sama dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 145: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

132

membangun dan meningkatkan kesadaran dalam pengelolaan lingkungan

hidup baik itu berkaitan dengan air, udara, maupun limbah padat (LB-3).

Komunikasi antara unit bagian BLH Kabupaten Karanganyar sebagai

aparat pelaksana dalam hal koordinasi telah berjalan dengan baik kemudian

dalam komunikasi antara aparat pelaksana dengan pelaku usaha (PG.

Tasikmadu) dalam penyampaian kebijakan melalui sosialisasi secara

langsung dan tidak langsung sudah berjalan dengan baik sehingga pelaku

usaha (PG. Tasikmadu) sudah paham tentang prosedur kebijakan, hal ini

dikarenakan pola komunikasi yang dipakai adalah pola komunikasi yang

bersifat horizontal yang membuat terjalinnya komunikasi dua arah antara

BLH Kabupaten Karanganyar dengan pelaku usaha (PG. Tasikmadu).

Sehingga mudah untuk menyamakan pola pikir dan mencari titik temu atau

solusi yang terbaik dalam mengatasi permasalahan yang muncul antara aparat

pelaksana dengan kelompok sasaran.

Sumber daya yang dimiliki oleh BLH Kabupaten Karanganyar dalam

pelaksanaan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak

Bergerak di PG. Tasikmadu masih kurang. Hal ini bisa dilihat, khususnya dari

jumlah SDM yang tidak sebanding dengan jumlah pabrik yang ada di

Kabupaten Karanganyar, anggaran serta fasilitas operasional. Ketiga hal

tersebut yang menjadi kendala utama bagi BLH Kabupaten Karanganyar

dalam melaksanakan tugasnya.

PG. Tasikmadu Kabupaten Karanganyar sebagai kelompok sasaran

mendukung penuh terhadap Implementasi Kebijakan atau Peraturan tentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 146: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

133

Pengendalian Pencemaran Udara khususnya sumber tidak bergerak. Hal ini

menunjukkan kepatuhan dan kesediaan pelaku usaha (PG. Tasikmadu)

menerima dan bersikap positif terhadap prosedur kebijakan atau peraturan

yang telah ditetapkan.

2. Saran

Dengan mengamati Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Sumber

Tidak Bergerak di PG Tasikmadu oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar

secara menyeluruh dapat berjalan baik, maka penulis memberi saran-saran

sebagai berikut :

1. BLH Kabupaten Karanganyar diharapkan membenahi fasilitas sistem

informasinya dengan membuat suatu Sistem Informasi Terpadu melalui

internet sehingga dengan adanya sistem tersebut dapat memudahkan para

pelaku industri dalam mengakses informasi-informasi yang berkaitan

dengan pengelolaan Lingkungan Hidup dengan cepat.

2. Mengingat informasi yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan

hidup yang bersifat dinamis, maka diharapkan BLH Kabupaten

Karanganyar dapat meningkatkan intensitas sosialisasi informasi tersebut

dengan kelompok sasaran atau para pelaku usaha.

3. Mengingat masih kurangnya anggaran serta fasilitas operasional yang

dimiliki oleh BLH Kabupaten Karanganayar, maka BLH Kabupaten

Karanganyar harus mendesak Pemerintah Kabupaten Karanganayar serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 147: digilib.uns.ac.id · Implementasi PP No. 41 Tahun 1999. tentang P. engendalian Pencemaran Udara oleh BLH Kabupaten Karanganyar (Studi. Implementasi . Pengendalian Pencemaran Udara

134

DPRD untuk diberi anggaran yang cukup agar kegiatan operasional BLH

dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat terlaksana dengan baik.

4. Mengingat jumlah aparat yang masih kurang untuk melakukan dan

mendukung pelaksanaan pengendalian pencemaran udara sumber tidak

bergerak maka, BLH Kabupaten Karanganyar diharapkan untuk segera

menambah jumlah petugas / aparat pelaksana khususnya tenaga ahli demi

terciptanya kinerja yang baik.

5. Mengingat semakin kompleksnya masalah pencemaran udara, sebaiknya

BLH Kabupaten Karanganyar dapat membangun sendiri fasilitas

laboratorium untuk uji udara ambien dan emisi gas. Sehingga dengan

adanya fasilitas laboratorium uji udara ambien dan emisi gas diharapkan

dapat memudahkan para pelaku industri dalam menjalankan prosedur yang

sudah ditetapkan dalam kegiatan pengendalian pencemaran udara sumber

tidak bergerak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user