· ii laporan perekonomian provinsi banten mei 2019 visi bank indonesia menjadi bank sentral yang...

143
LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN PERIODE MEI 2019

Upload: voanh

Post on 17-Jul-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BANTENJalan Raya Serang Pandeglang (Palima) Km. 7Serang, Banten, Indonesiahttp://www.bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

PERIODE MEI 2019

LAPO

RA

N PER

EKON

OM

IAN

PRO

VIN

SI BA

NTEN

- PERIO

DE M

EI 2019

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten2019

LAPORANPEREKONOMIANPROVINSI BANTENPERIODE MEI 2019

iiLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

VISI BANK INDONESIAMenjadi bank sentral yang berkontribusi secara nyata terhadap perekonomian Indonesia dan terbaik diantara negara emerging markets.

MISI BANK INDONESIA1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah melalui

efektivitas kebijakan moneter dan bauran kebijakan Bank Indonesia.

2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial Otoritas Jasa Keuangan.

3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan Pemerintah serta mitra strategis lain.

4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui sinergi bauran kebijakan Bank Indonesia dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural pemerintah serta kebijakan mitra strategis lain.

5. Memperkuat efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan pembiayaan ekonomi, termasuk infrastruktur, melalui akselerasi pendalaman pasar keuangan.

6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional hingga di tingkat daerah.

7. Memperkuat peran internasional, organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem informasi Bank Indonesia.

iiiLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

NILAI-NILAI STRATEGISBANK INDONESIA

Trust & Integrity

Professionalism

Excellence

Public Interest

Coordination & Teamwork berlandaskan religi

ivLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

Kata PengantarSegala puji serta syukur atas berkat dan rahmat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas karunia-Nya, “Laporan Perekonomian Provinsi Banten Mei 2019” dapat dipublikasikan. Buku Laporan Perekonomian yang terbit setiap triwulan ini berisi data, informasi, dan analisis terkait kondisi perekonomian Provinsi Banten kini serta prospek perekonomian ke depan.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten triwulan I 2019 tumbuh sebesar 5,42% (yoy), lebih rendah dari triwulan IV 2018 sebesar 5,98% (yoy). Pertumbuhan tersebut, dari sisi permintaan didorong oleh kinerja investasi, konsumsi rumah tangga dan swasta. Di sisi perkembangan harga, inflasi pada triwulan I 2019 menurun yaitu 2,97% (yoy) dari sebelumnya 3,42% (yoy) pada triwulan IV 2018. Meredanya tekanan inflasi pada triwulan I 2019 disebabkan oleh menurunnya tekanan kelompok komoditas antara lain bahan makanan, sandang, dan kelompok kesehatan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang telah menyediakan data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan buku ini antara lain Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/kota Provinsi Banten, Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, perusahaan/asosiasi di Provinsi Banten serta pihak-pihak lainnya.

Kami berharap koordinasi yang selama ini telah terjalin baik dapat terus ditingkatkan. Selanjutnya, kami mengharapkan saran dan masukan untuk meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat lebih bermanfaat bagi pengembangan perekonomian Provinsi Banten dan perekonomian Nasional.

Serang, 27 Mei 2019

Erry P. SuryantoPjs. Kepala Kantor

PerwakilanBank IndonesiaProvinsi Banten

vLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Daftar IsiMei 2019

Tim Penyusun

Penanggung jawab

Erry P. Suryanto

Tim Editor

Sugeng Siswanto,

Jenidar Oseva

Tim Penulis

Astrilia Liscagita,

Azhari Novy Sucipto,

Claresta Islamey,

Wahyunindia Rahman,

Kontributor

Fungsi Asesmen Ekonomi

dan Surveilans,

Fungsi Data Statistik Ekonomi

dan Keuangan,

Tim Pengembangan

Ekonomi,

Fungsi Pengelolaan Uang

Rupiah,

Fungsi Analisis SP dan PUR

serta KI dan Perlindungan

Konsumen

KataPengantar

RingkasanEksekutif

iv xv

Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Perkembangan InflasiDaerah

49

1

65

Stabilitas KeuanganDaerah, Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

PenyelenggaraanSistem Pembayarandan PengelolaanUang Rupiah

8195

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

113

Prospek PerekonomianDaerah

KeuanganPemerintah

35

viLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

BAB 4. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan 65dan UMKM

Kata Pengantar ivDaftar Isi vDaftar Grafik viiiDaftar Tabel xiiTabel Indikator Ekonomi xiiiTabel Indikator Perbankan xivTabel Indikator Sistem Pembayaran xivRingkasan Eksekutif xv

BAB 1. Perkembangan Ekonomi 1Makro Daerah

BAB 2. Keuangan Pemerintah 35

BAB 3. Perkembangan Inflasi Daerah 49

A. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2019 41.1. SISI PENGELUARAN 4 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga 5 1.1.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 6 1.1.3. Ekspor - Impor 10 1.1.3.1. Ekspor 10 1.1.3.2. Impor 161.2. SISI PENAWARAN 17 1.2.1. Industri Pengolahan 18 1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 20 1.2.3. Konstruksi 21 1.2.4. Transportasi dan Pergudangan 22 1.2.5. Real Estate 24 1.2.6. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 25B. TRACKING PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PROVINSI BANTEN 28

2.1. KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN 37 2.1.1. Pendapatan Provinsi Banten 38 2.1.2. Belanja Provinsi Banten 412.3. REALISASI ALOKASI DANA APBN 44

3.1. INFLASI BANTEN TRIWULAN I 2019 513.2. INFLASI BANTEN BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITAS 533.3 INFLASI SPASIAL MENURUT KOTA 56 3.3.1. Kota Tangerang 56 3.3.2. Kota Serang 57 3.3.3 Kota Cilegon 593.4 INFLASI TRIWULAN BERJALAN 60 3.4.1. Inflasi Hingga Bulan April 2019 60 3.4.2. Tracking Inflasi Triwulan II 2019 60

4.1. PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN 674.2. STABILITAS KEUANGAN DAERAH 70 4.2.1. Ketahanan Sektor Korporasi 70 4.2.2. Kinerja Keuangan Korporasi 71 4.2.3. Eksposur Perbankan Terhadap Sektor Korporasi 73 4.2.4. Ketahanan Sektor Rumah Tangga 75 4.2.5. Eksposur Perbankan dalam Sektor Rumah Tangga 754.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM 78 4.3.1. Perkembangan Pembiayaan UMKM 78

viiLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 5. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah 81

BAB 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat 95

BAB 7. Prospek Perekonomian Daerah 113

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI 83 5.1.1. Perkembangan Transaksi RTGS 83 5.1.2. Perkembangan Transaksi Kliring 83 5.1.3. Perkembangan Transaksi E-Commerce dan Transportasi Online 85 5.1.4. Elektronifikasi Transaksi Pemerintah 86 5.1.4.1. Bantuan Sosial Non Tunai 865.2. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 895.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PENUKARAN VALUTA ASING 91

6.1. KETENAGAKERJAAN 976.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 102 6.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 102 6.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP) 105 6.2.3. Tingkat Kemiskinan 106 6.2.4. Perkembangan Gini Ratio 108

7.1. PERTUMBUHAN EKONOMI 1157.2. INFLASI 1167.2. PROSPEK INFLASI TAHUN 2019 1167.3. FAKTOR RISIKO 118 7.3.1. Faktor Risiko Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Banten Tahun 2019 118

viiiLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

Daftar GrafikBAB 1. Perkembangan EkonomiMakro Daerah

Grafik I.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dan Nasional 3Grafik I.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (% yoy) 3Grafik I.4. Perkembangan Kredit Konsumsi 6Grafik I.3. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini 6Grafik I.5. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor 6Grafik I.6. Impor Barang Modal Provinsi Banten 7Grafik I.7. Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Banten 7Grafik I.8. Peringkat 5 Besar Nasional PMA & PMDN Triwulan I 2019 Berdasarkan Lokasi 8Grafik I.9. Penyerapan Tenaga Kerja & Sebaran Investasi Nasional Triwulan I 2019 9Grafik I.10. PMA dan PMDN di Provinsi Banten 9Grafik I.11. Nilai Investasi PMA dan PMDN Provinsi Banten pada triwulan I 2019 Berdasarkan Kabupaten/Kota 9Grafik I.12. Tujuan Investasi PMA dan PMDN Provinsi Banten pada triwulan I 2019 Berdasarkan Kabupaten/Kota 9Grafik I.13. Purchasing Managers Index (PMI) Negara Mitra Dagang Provinsi Banten 11Grafik I.14. Pertumbuhan Penjualan Ritel % (yoy) Negara Mitra Dagang Provinsi Banten 11Grafik I.15. Nilai Ekspor Negara Tujuan Provinsi Banten 11 Grafik I.16. Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditas Provinsi Banten 11Grafik I.17. Perkembangan Indeks Harga Produk Petrokimia 13Grafik I.18. Perkembangan Indeks Harga 15 Hot Rolled Coil Baja 15Grafik I.19. Perkembangan Nilai Impor Non-Migas Provinsi Banten 16

Grafik I.20. Impor Bahan Baku/Penolong Provinsi Banten 16Grafik I.21. Nilai Impor Negara Asal Provinsi Banten 16Grafik I.22. Impor Luar Negeri Barang Konsumsi Provinsi Banten 17Grafik I.23. Impor Luar Negeri Barang Modal Provinsi Banten 17Grafik I.24. Pertumbuhan Produksi Subsektor Besar dan Sedang 18Grafik I.25. Pertumbuhan Produksi Subsektor Mikro dan Kecil 18Grafik I.26. Perkembangan Kredit Perbankan ke Industri Pengolahan di Provinsi Banten 19Grafik I.27. Perkembangan Nasional Growth Produksi, Penjualan, dan Ekspor Mobil (yoy) 21Grafik I.28. Perkembangan Registrasi Kendaraan Baru di Provinsi Banten 21Grafik I.29. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor yoy Provinsi Banten 21Grafik I.30. Perkembangan Impor Barang Konsumsi 21Grafik I.31. Realisasi Belanja Modal Pemerintah Provinsi Banten Berdasarkan APBD 22Grafik I.32. Perkembangan Kredit Konstruksi di Provinsi Banten 22Grafik I.33. Data Penumpang Pesawat di Bandara Soekarno Hatta 24Grafik I.34. Tingkat Inflasi Angkutan Udara 24Grafik I.35. Data Pengiriman Barang Menggunakan Moda Angkutan Udara di Bandara Soekarno-Hatta 24Grafik I.36. Pertumbuhan Harga Properti Residensial Jabodebek-Banten 25Grafik I.37. Pertumbuhan Kredit Properti di Provinsi Banten 25Grafik I.38. Realisasi Tanaman Padi Triwulan I 2019 26Grafik I.39. Realisasi Tanaman Jagung Triwulan I 2019 26Grafik I.40. Realisasi Tanaman Kedelai Triwulan I 2019 26

ixLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 2. Keuangan Pemerintah

BAB 3. Perkembangan Inflasi Daerah

Grafik II.1. Postur Pendapatan APBD Provinsi Banten 38Grafik II.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Banten 39Grafik II.3. Realisasi Pendapatan per Jenis Pendapatan 39Grafik II.4. Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi Banten 41Grafik II.5. Derajat Desentralisasi Fiskal Nasional, Provinsi & Kabupaten/Kota 41Grafik II.6. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah APBD Provinsi Banten 42Grafik II.7. Postur Belanja APBD Provinsi Banten 42

Grafik III.1. Inflasi Banten dan Nasional (yoy) 51Grafik III.2. Inflasi Banten dari Tahun ke Tahun (ytd) 51Grafik III.3. Inflasi Provinsi di Jawa (yoy) 52Grafik III.4. Inflasi Banten dan Kota Sampel IHK (yoy) 52Grafik III.5. Inflasi Banten Per Kelompok Komoditas (yoy) 55Grafik III.6. Andil Inflasi Banten Per Komoditas (yoy) 55Grafik III.7. Inflasi Tangerang Per Kelompok Komoditas (yoy) 56Grafik III.8. Pola Inflasi Tangerang 3 Tahun Terakhir (ytd) 56Grafik III.9. Inflasi Serang Per Kelompok Komoditas (yoy) 58Grafik III.10. Pola Inflasi Serang 3 Tahun Terakhir (ytd) 58Grafik III.11. Inflasi Cilegon Per Kelompok Komoditas (yoy) 59Grafik III.12. Pola Inflasi Cilegon 3 Tahun Terakhir (ytd) 59Grafik III.13. Inflasi Provinsi Banten Hingga Bulan April 2019 (yoy) 60Grafik III.14. Inflasi Banten dan Kota Sampel IHK (yoy) 60Grafik III.15. Perkiraan Tinggi Gelombang Triwulan II 2019 61Grafik III.16. Perkiraan Curah Hujan Triwulan II 2019 61Grafik III.17. Pertumbuhan Harga Minyak Global (WTI) (yoy) 62Grafik III.18. Pertumbuhan harga emas 62

Grafik I.41. Realisasi Tanaman Cabai Besar Triwulan I 2019 27Grafik I.42. Realisasi Tanaman Cabai Rawit Triwulan I 2019 27Grafik I.43. Realisasi Tanaman Bawang Merah Triwulan I 2019 27Grafik I.44. Indeks Konsumsi dan Indeks Penghasilan 29Grafik I.45. Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (Survei Konsumen) 29Grafik I.46. Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah Provinsi Banten 29Grafik I.47. Perkembangan Likert Scale Investasi 30Grafik I.48. Purchasing Managers Index (PMI) Negara Mitra Dagang Utama Provinsi Banten 30Grafik I.49. Pertumbuhan Penjualan Ritel % (yoy) Negara Mitra Dagang Provinsi Banten 30Grafik I.50. Harga Crude Oil (WTI) 30Grafik I.51. Perkembangan Likert Scale Liaison Penjualan Industri Pengolahan 31Grafik I.52. Perkembangan Kredit Pembiayaan Industri Pengolahan 31 Grafik I.53. Perkembangan Likert Scale Liaison Penjualan Perdagangan 31Grafik I.54. Perkembangan Kredit Perdagangan dan Kredit Konsumsi 31

Grafik II.8. Pangsa APBN Per Pemerintah Daerah 44Grafik II.9. Realisasi APBN Per Pemerintah Daerah 44Grafik II.10. Pangsa APBN Per Jenis Belanja 46Grafik II.11. Realisasi APBN Per Jenis Belanja 46

xLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

BAB 5. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Grafik V.1. Perkembangan Transaksi RTGS di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Nominal 83Grafik V.2. Perkembangan Transaksi RTGS di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Volume 83 Grafik V.3. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Nominal 83Grafik V.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Volume 83Grafik V.5. Nominal Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Jenis 84Grafik V.6. Volume Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Jenis 84

BAB 4. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Grafik IV.1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan 67Grafik IV.2. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Jenis Simpanan 67 Grafik IV.3. Struktur Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Nasabah 67Grafik IV.4. DPK Berdasarkan Lokasi Penghimpunan 67Grafik IV.5. Struktur Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Golongan Debitur 69Grafik IV.6. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 69 Grafik IV.7. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan 69Grafik IV.8. Loan to Deposit Ratio 69Grafik IV.9. Struktur PDRB Provinsi Banten Tw I 2019 menurut Lapangan Usaha 71Grafik IV.10. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Triwulan I 2019 menurut Lapangan Usaha 71Grafik IV.11. Perkembangan Rasio Rentabilitas Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten 71Grafik IV.12. Perkembangan Profit/Loss Margin Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten 72Grafik IV.13. Perkembangan Rasio Asset Turnover Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten 73Grafik IV.14. Perkembangan Rasio Likuiditas Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten 73Grafik IV.15. Perkembangan Rasio Solvabilitas Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten 73 Grafik IV.16. Perkembangan Rasio Repayment Capacity Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten 73Grafik IV.17. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Korporasi 74Grafik IV.18. Struktur Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha 74 Grafik IV.19. Perkembangan Penyaluran Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha 74Grafik IV.20. Perkembangan Suku Bunga Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha 74

Grafik IV.21. Tingkat NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha 75Grafik IV.22. Proporsi NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha 75Grafik IV.23. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan DPK Rumah Tangga 76Grafik IV.24. Perkembangan Pertumbuhan DPK Rumah Tangga 76 Grafik IV.25. Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga 76Grafik IV.26. Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga 76Grafik IV.27. Pertumbuhan KPR/KPA/Ruko berdasarkan Tipe Rumah 77Grafik IV.28. Pertumbuhan KKB berdasarkan jenis kendaraan 77 Grafik IV.29. Perkembangan NPL Kredit RT 77Grafik IV.30. Posisi NPL KKB Berdasarkan Jenis Kendaraan 77Grafik IV.31. Perkembangan Kredit UMKM 79Grafik IV.32. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha 79 Grafik IV.33. Perkembangan NPL Kredit UMKM 79Grafik IV.34. Proporsi NPL Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha 79

xiLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 6. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Grafik VI.1. Pertumbuhan PDRB dan Jumlah Penduduk Bekerja di Provinsi Banten 98Grafik VI.2. Perkembangan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Banten 98 Grafik VI.3. Angkatan Kerja dan TPAK Provinsi Banten 98Grafik VI.4. Penduduk Bekerja dan TPT Provinsi Banten 98

Grafik V.7. Nominal Transaksi Kliring Harian di Wilayah Provinsi Banten 85Grafik V.8. Volume Transaksi Kliring Harian di Wilayah Provinsi Banten 85 Grafik V.9. Perkembangan Transaksi E-Commerce di Provinsi Banten 85Grafik V.10. Perkembangan Metode Pembayaran E-Commerce di Provinsi Banten 85Grafik V.11. Penetrasi Metode Pembayaran E-Commerce Melalui Non Tunai 86Grafik V.12. Jenis Produk E-Commerce di Provinsi Banten 86 Grafik V.13. Metode Pembayaran Transportasi Online di Provinsi Banten 86Grafik V.14. Metode Pembayaran Transportasi Online di Jawa 86Grafik V.15. Peta Implementasi BPNT di Provinsi Banten 87Grafik V.16. Komposisi BPNT di Provinsi Banten 87 Grafik V.17. Nominal Peyerapan BPNT 87Grafik V.18. Penyerapan KPM BPNT 87Grafik V.19. Nominal Penyerapan PKH 88Grafik V.20. Penyerapan KPM PKH 88Grafik V.21. Perkembangan Perputaran Uang di Provinsi Banten 90Grafik V.22. Total Temuan Uang Palsu di Provinsi Banten 90 Grafik V.23. Proyeksi Kebutuhan Uang Tunai pada Momen Lebaran di Provinsi Banten 90Grafik V.24. Sebaran KUPVA di Provinsi Banten 91Grafik V.25. Rekapitulasi Transaksi KUPVA BB di Provinsi Banten 91Grafik V.26. Pangsa Mata Uang Yang Ditransaksikan 92

Grafik VI.5. TPT Provinsi di Jawa dan Nasional 99Grafik VI.6. Pertumbuhan PDRB Provinsi Banten 100Grafik VI.7. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja per Lapangan Usaha Provinsi Banten 100 Grafik VI.8. Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan 100Grafik VI.9. Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan 100Grafik VI.10. Pangsa Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi 101Grafik VI.11. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Posisi Agustus 2018 101 Grafik VI.12. Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Pendidikan Tertinggi 101Grafik VI.13. IPM Provinsi di Jawa 103Grafik VI.14. IPM Provinsi di Jawa 103 Grafik VI.15. IPM per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten 103Grafik VI.16. Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Di Jawa 104Grafik VI.17. Rata-rata Lama Sekolah per Kabupaten Kota di Provinsi Banten 104Grafik VI.18. Nilai Tukar Petani Provinsi Banten 106Grafik VI.19. Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor 106 Grafik VI.20. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan NTP Provinsi Banten 106Grafik VI.21. Nilai Tukar Petani Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional 106Grafik VI.22. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Banten 107Grafik VI.23. Garis Kemiskinan di Provinsi Banten 107Grafik VI.24. Kemiskinan Berdasarkan Wilayah di Provinsi Banten 108Grafik VI.25. Persentase Kemiskinan per Provinsi di Pulau Jawa 108Grafik VI.26. Perkembangan Gini Ratio Provinsi Banten dan Nasional 109Grafik VI.27. Perkembangan Gini Ratio berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal 109 Grafik VI.28. Perkembangan Gini Ratio per Provinsi di Pulau Jawa 109

xiiLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

Daftar TabelBAB 1. Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Tabel I.1. PDRB Provinsi Banten ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) Menurut Pengeluaran (Rp juta) 4Tabel I.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Pengeluaran (% yoy) 5Tabel I.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Pengeluaran (% yoy) 5Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi 17Tabel I.5. Perkembangan Panen Padi di Provinsi Banten 26

BAB 2. Keuangan Pemerintah

BAB 3. Perkembangan Inflasi Daerah

BAB 7. Prospek Perekonomian Daerah

Tabel II.1. Perkembangan dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta) 37Tabel II.2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Banten per Komponen (Rp juta) 38Tabel II.3. Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Banten (Rp juta) 40Tabel II.4. Realisasi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta) 41Tabel II.5. Realisasi Belanja Hibah (Rp juta) 42Tabel II.6. Penyerapan Belanja Modal Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta) 43Tabel II.7. Alokasi APBN Per Pemerintah Daerah di Provinsi Banten (Rp juta) 44Tabel II.8. Alokasi APBN Per Jenis Belanja di Provinsi Banten (Rp juta) 45

Tabel III.1. Ringkasan Penyumbang Inflasi dan Deflasi Triwulan I 2019 51

Tabel VII.1. Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 115Tabel VII.2. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Provinsi Banten 116

xiiiLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

TABEL INDIKATOR EKONOMIPROVINSI BANTEN

Indikator 2016I II III IV

20162017

I II III IV

20172018

I III III IV

2018 2019

PDRB (% yoy) 5,15 5,18 5,23 5,55 5,28 5,93 5,52 5,63 5,82 5,73 5,84 5,54 5,89 5,98 5,81 5,42 Berdasarkan Sektor Ekonomi : 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0,61 2,53 6,74 17,97 6,58 14,03 5,98 4,24 (6,85) 4,28 (2,59) (1,79) 0,35 21,11 3,58 3,08 2. Pertambangan dan Penggalian 5,64 4,42 2,00 1,80 3,43 2,39 (2,92) (0,23) (1,95) (0,68) (0,75) 2,86 (0,36) 1,24 0,72 (1,16)3. Industri Pengolahan 2,57 2,50 3,21 4,05 3,09 4,58 3,86 2,52 3,87 3,70 4,60 3,83 3,87 2,19 3,61 2,98 4. Pengadaan Listrik, Gas 0,54 (0,73) (8,27) (7,79) (4,14) (4,85) (2,81) 5,18 4,90 0,50 8,46 6,29 7,99 6,13 7,20 2,11 5. Pengadaan Air 5,93 6,23 8,39 6,77 6,83 6,09 6,43 8,24 8,37 7,30 6,85 5,26 3,71 3,79 4,87 5,07 6. Konstruksi 6,13 6,01 6,49 6,55 6,31 7,15 6,49 8,78 9,46 8,03 7,77 7,10 8,16 7,70 7,69 8,98 7. Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4,07 4,27 4,07 3,03 3,85 5,90 5,10 6,58 6,98 6,15 7,41 7,09 7,53 6,98 7,25 7,45 8. Transportasi dan Pergudangan 9,26 7,83 7,20 6,42 7,65 6,73 8,04 9,10 10,31 8,57 7,73 8,54 7,95 5,27 7,35 1,00 9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 9,33 8,70 6,91 5,56 7,58 7,25 8,60 8,54 8,69 8,28 7,42 7,48 7,52 7,38 7,45 7,63 10. Informasi dan Komunikasi 8,30 8,80 7,90 7,20 8,04 7,34 8,75 8,77 8,77 8,42 8,45 8,42 7,38 7,30 7,87 8,89 11. Jasa Keuangan 13,89 19,99 13,05 10,87 14,31 4,12 3,86 2,88 4,69 3,89 6,13 4,42 8,07 9,03 6,94 6,02 12. Real Estate 8,88 7,80 7,95 6,64 7,80 6,01 7,73 8,71 9,15 7,92 8,18 7,81 8,15 7,40 7,88 8,33 13. Jasa Perusahaan 8,18 7,77 7,02 6,84 7,44 6,35 7,78 9,06 8,39 7,91 6,38 6,50 6,82 6,75 6,62 8,31 14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,61 8,96 8,04 3,09 7,11 3,23 4,74 4,96 6,20 4,79 4,46 5,37 5,62 5,67 5,29 8,90 15. Jasa Pendidikan 8,96 7,51 5,80 4,50 6,64 5,20 7,93 8,11 8,37 7,42 7,62 7,51 7,62 7,00 7,43 7,78 16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,97 8,33 5,94 6,59 7,42 7,53 7,80 9,74 7,55 8,15 6,51 6,92 6,97 6,98 6,85 8,97 17. Jasa lainnya 7,34 7,44 7,56 7,76 7,53 7,12 8,25 8,62 9,02 8,27 8,00 8,09 7,77 6,70 7,63 8,54 Berdasarkan Penggunaan : 1. Konsumsi Rumah Tangga 5,59 5,76 5,14 5,09 5,39 5,30 5,55 4,91 4,57 5,08 5,00 5,13 5,39 5,53 5,27 5,21 2. Lembaga Non Profit 4,37 4,40 4,28 3,74 4,19 3,84 3,89 2,05 3,36 3,28 6,77 7,04 7,09 6,19 6,77 7,38 3. Konsumsi Pemerintah 0,41 5,38 1,55 6,66 3,85 2,21 5,21 4,38 7,80 5,30 5,25 7,59 8,19 7,15 7,14 6,29 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5,86 6,05 6,41 6,81 6,30 10,77 10,11 8,74 6,35 8,91 6,53 6,89 7,10 7,88 7,12 6,65 5. Perubahan Inventori (26,91) (134,14) (147,29) (54,60) (90,46) (57,24) (180,88) 66,64 (0,07) (5,64) (32,84) (13,57) (65,07) (83,24) 9,21 (83,30)6. Net ekspor 3,34 4,84 8,37 4,20 5,30 (2,74) (12,46) 1,37 15,31 (1,40) 10,15 2,18 2,12 (0,47) 3,74 2,56 - Ekspor Total 5,03 0,70 1,63 2,10 2,32 13,35 7,47 9,60 8,01 9,57 (2,12) 1,81 10,22 4,11 3,47 1,42 - Impor Total 5,24 0,21 0,83 1,97 2,01 15,27 9,97 10,65 7,51 10,77 (3,35) 1,77 11,16 4,44 3,44 1,29 Ekspor1) Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) 2.103 2.436 2.088 2.550 9.177 2.778 2.650 2.830 2.866 11.124 2.834 2.845 3.142 2.969 11.790 2.787 Volume Ekspor Non Migas (juta ton) 1.165 1.510 1.436 1.602 5.714 1.652 1.944 2.310 1.853 7.759 1.746 2.425 2.631 2.273 9.075 2.282 Impor2) Nilai Impor Non Migas (USD juta) 4.405 4.499 4.390 5.450 18.744 4.996 5.203 5.452 6.541 22.191 6.315 6.042 6.648 6.580 25.585 5.700 Volume Impor Non Migas (juta ton) 6.150 6.008 5.799 5.991 23.948 5.698 6.563 5.452 6.513 24.225 5.467 6.020 6.199 6.522 24.208 6.514 Indeks Harga Konsumen3) Kota Cilegon 126,94 128,20 129,06 130,99 130,99 133,43 135,56 136,74 137,85 137,85 138,85 140,46 140,30 141,62 141,62 142,59 Kota Serang 130,13 130,72 132,21 133,02 133,02 135,12 137,66 138,70 139,90 139,90 141,71 142,91 143,51 145,19 145,19 146,10 KotaTangerang 131,06 131,06 131,90 133,61 133,61 135,09 136,63 136,78 138,29 138,29 139,38 140,34 141,64 143,08 143,08 143,56 Provinsi Banten 130,39 130,63 131,58 133,18 133,18 134,88 136,64 137,05 138,47 138,47 139,66 140,74 141,74 143,20 143,22 143,81 Laju Inflasi Tahunan (% yoy) Kota Cilegon 5.23 4.68 3.58 4.22 4.22 5.11 5.74 5.95 5.24 5.24 4.06 3.61 2.60 2.73 2.73 2.69 Kota Serang 6.52 4.41 4.30 3.26 3.26 3.83 5.31 4.91 5.17 5.17 4.88 3.81 3.47 3.78 3.78 3.10 Kota Tangerang 5.62 3.49 2.65 2.65 2.65 3.07 4.25 3.70 3.50 3.50 3.18 2.72 3.55 3.46 3.46 3.00 Provinsi Banten 5.70 3.78 3.07 2.94 2.94 3.45 4.60 4.17 3.98 3.98 3.55 3.00 3.42 3.42 3.42 2.97

xivLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

TABEL INDIKATOR PERBANKANPROVINSI BANTEN

TABEL INDIKATOR SISTEM PEMBAYARANPROVINSI BANTEN

Indikator 2016I II III IV

20162017

I II III IV

20172018

I III III IV

2018 2019

Bank Umum Konvensional (dalam Rp miliar) Total Aset 152.415 159.038 160.438 170.908 170.908 171.100 181.874 178.892 185.281 185.281 184.596 195.612 198.621 204.426 204.426 205.949 Dana Pihak Ketiga (DPK) 124.366 132.876 128.587 143.123 143.123 144.589 154.499 151.785 157.821 157.821 157.359 162.506 163.883 168.501 168.501 170.724 Giro 32.963 34.894 33.847 41.549 41.549 41.950 46.450 42.495 47.249 47.249 44.203 43.620 41.709 44.229 44.229 44.528 Tabungan 42.844 46.578 45.669 51.175 51.175 50.021 53.963 57.074 61.476 61.476 60.515 64.168 64.437 68.840 68.840 66.532 Deposito 48.558 51.405 49.071 50.399 50.399 52.618 54.085 61.144 60.114 60.114 61.324 66.425 71.000 68.191 68.191 72.670 Kredit Berdasarkan Lokasi Bank 98.228 103.888 103.749 106.288 106.288 105.294 109.476 112.229 115.751 115.751 124.550 132.199 134.844 137.656 137.656 133.963 Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek 228.005 238.273 238.268 245.478 245.478 248.188 260.122 265.349 277.516 277.516 283.098 297.700 309.471 316.163 316.163 313.434 Modal Kerja 96.302 104.604 103.789 105.507 105.507 105.121 117.657 121.552 128.331 128.331 126.876 134.856 142.212 147.260 147.260 144.172 Investasi 64.217 64.487 63.299 65.380 65.380 66.982 63.184 68.059 70.767 70.767 75.522 79.095 80.566 79.040 79.040 77.800 Konsumsi 67.487 69.182 71.181 74.591 74.591 76.085 79.281 90.198 93.449 93.449 96.519 100.179 103.436 107.717 107.717 110.184 Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) Lokasi Proyek 79,0 78,2 80,7 74,3 171,5 171,7 168,4 174,8 175,8 175,8 179,9 183,2 188,8 187,6 187,6 183,6 Bank Umum Syariah (dalam Rp miliar) Total Aset 8.109 7.918 8.149 8.448 8.448 8.993 9.233 10.394 12.445 12.445 12.663 13.163 14.888 14.476 14.476 14.448 Dana Pihak Ketiga (DPK) 6.515 6.434 6.521 6.751 6.751 7.585 7.752 8.928 11.018 11.018 11.746 11.707 13.264 12.760 12.760 13.006 Pembiayaan Berdasarkan Lokasi Bank 5.968 5.962 6.130 6.441 6.441 6.756 6.711 6.812 7.679 7.679 7.937 8.081 8.586 9.075 9.075 9.500 Pembiayaan Berdasarkan Lokasi Proyek 10.788 11.798 12.335 12.805 12.805 13.003 13.797 14.460 15.030 15.030 15.819 16.431 16.743 17.854 17.854 18.722 Financing to Deposit Ratio (FDR) Lokasi Proyek 91,6 92,7 94,0 95,4 189,7 171,4 178,0 162,0 136,4 136,4 134,7 140,4 126,2 139,9 139,9 144,0 Total Bank Umum Total Aset 160.524 166.956 168.587 179.355 179.355 180.093 191.107 189.286 197.726 197.726 197.259 208.775 213.509 218.902 218.902 220.396 Dana Pihak Ketiga (DPK) 130.881 139.310 135.108 149.874 149.874 152.174 162.251 160.713 168.840 168.840 169.105 174.213 177.147 181.261 181.261 183.729 Kredit/Pembiayaan Berdasarkan Lokasi Bank 104.195 109.850 109.880 112.729 112.729 112.050 116.187 119.042 123.429 123.429 132.487 140.280 143.430 146.730 146.730 143.463 Kredit/Pembiayaan Berdasarkan Lokasi Proyek 238.793 250.071 250.603 258.283 258.283 261.191 273.919 279.809 292.546 292.546 298.917 314.131 326.214 334.017 334.017 332.156 Loan to Deposit Ratio (LDR) (%) Lokasi Proyek - - - 74,3 172,3 171,6 168,8 174,1 173,3 173,3 176,8 180,3 184,1 184,3 184,3 180,8 Rasio Non Performing Loan (NPL) Gross 2,34 2,55 2,49 2,35 2,35 2,30 2,11 2,32 1,98 1,98 2,00 1,90 1,83 1,43 1,43 1,56 Kredit UMKM (Lokasi Proyek) 32.648 33.110 33.309 34.782 34.782 34.223 36.985 37.545 40.021 40.021 39.259 40.852 40.594 45.317 45.317 45.913

Indikator 2016I II III IV

20162017

I II III IV

20172018

I III III IV

2018 2019

Transaksi Kliring Nominal (Triliun) 13,18 15,18 10,23 11,37 49,96 10,61 10,59 10,97 12,50 44,68 11,01 11,86 12,69 11,01 46,57 9,31 Volume transaksi (Ribu) 275,07 311,02 265,80 323,84 1.175,72 294,91 297,39 309,83 360,38 1.262,50 324,91 358,16 378,62 324,70 1.386,39 235,11Transaksi RTGS Nominal (Triliun) 8,97 15,25 10,65 13,12 47,99 10,34 12,98 19,18 21,99 64,49 16,36 22,13 22,75 23,36 84,60 19,36 Volume transaksi (Ribu) 2,73 3,19 6,27 6,57 18,76 7,58 7,72 8,39 9,26 32,95 8,59 8,19 9,03 9,93 35,74 8,64

xvLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Laporan PerekonomianProvinsi Banten

Mei 2019

Perekonomian Banten pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 5,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 5,98% (yoy) namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2019 sebesar 5,07% (yoy). Di level regional Jawa, Pertumbuhan Ekonomi Banten pada triwulan I 2019 berada di posisi kelima setelah Provinsi D.I. Yogyakarta, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Jawa Barat. Di sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan LNPRT (Lembaga Non Profit Rumah Tangga) dan ekspor netto menjadi pendorong pertumbuhan Provinsi Banten triwulan I 2019. Sementara itu, konsumsi Rumah Tangga, PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), dan konsumsi pemerintah tetap tumbuh meskipun tidak lebih tinggi dari triwulan IV 2018. Di sisi penawaran, pertumbuhan terutama didorong oleh lapangan usaha (LU) utama yaitu LU industri pengolahan, LU perdagangan, LU konstruksi, dan LU real estate. Sementara LU transportasi dan pergudangan dan LU pertanian tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018.

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi belanja, sebagaimana tercermin dari pagu masing-masing komponen tersebut. Meskipun demikian, sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada

RINGKASAN EKSEKUTIF

perekonomian Provinsi Banten triwulan I 2019, realisasi pendapatan dan belanja pemerintah Provinsi maupun Kabupaten/Kota secara total mengalami penurunan, lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan I 2018.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi Banten pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan tahun 2018. Berdasarkan wilayah, peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya alokasi ke pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten Tangerang, Kota Serang, serta Kabupaten Serang, sementara berdasarkan jenis belanja, didorong oleh peningkatan alokasi untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa (DD) seiring meningkatnya anggaran TKDD (Transfer Ke Daerah dan Dana Desa) secara nasional yang ditujukan Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Nawacita. Belanja APBN ke Provinsi Banten baik tingkat provinsi maupun maupun Kabupaten/Kota secara total sampai dengan triwulan I 2019 terealisasi lebih tinggi dibandingkan periode triwulan I 2018.

Secara umum, inflasi IHK di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat menurun dibandingkan triwulan IV 2018. Inflasi triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,97% (yoy), atau menurun dibandingkan inflasi triwulan IV 2018 yang mencapai 3,42% (yoy). Secara spasial, penurunan tekanan inflasi Provinsi Banten didorong oleh menurunnya

xviLaporan Perekonomian Provinsi Banten

Mei 2019

realisasi inflasi di seluruh kota sampel IHK1 di Provinsi Banten yaitu Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon pada periode triwulan I 2019.

Realisasi inflasi di Provinsi Banten tercatat lebih tinggi dibandingkan capaian inflasi regional Jawa dan Nasional. Inflasi di regional Jawa dan Nasional pada triwulan I 2019 tercatat masing-masing sebesar 2,59% (yoy) dan 2,48% (yoy). Meski masih berada dalam level yang tinggi, angka inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya selama 3 (tiga) tahun terakhir yang tercatat sebesar 4,24% (yoy).

Secara umum, kenaikan harga kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komponen pendorong tekanan inflasi di triwulan I 2019. Kenaikan harga terjadi didorong oleh adanya penyesuaian biaya tahunan dan kebijakan beberapa komoditas. Sementara itu, kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi di triwulan I 2019. Penurunan tekanan yang terjadi di kelompok komoditas ini disebabkan oleh efek musiman.

Pada bulan April 2019, inflasi IHK berada dalam tren meningkat yaitu tercatat sebesar 3,14% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019. Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong oleh kelompok Bahan makanan serta kelompok perumahan, listrik, air. gas dan bahan bakar. Dengan perkembangan kenaikan harga tersebut, tekanan inflasi Provinsi Banten diperkirakan meningkat pada triwulan II 2019 di rentang 3,4-

3,8% (yoy). Peningkatan tekanan harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau akan menjadi pendorong utama tingginya laju inflasi pada triwulan II 2019.

Stabilitas keuangan di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 dalam kondisi stabil, didorong oleh pertumbuhan seluruh indikator utama perbankan yang berada dalam kondisi positif. DPK dan kredit perbankan provinsi Banten tercatat masih dapat tumbuh positif meskipun melambat. Risiko kredit sedikit meningkat namun tetap berada di bawah threshold.

Dari sisi ketahanan keuangan korporasi, terpantau dalam kondisi yang baik sebagaimana tercermin dari beberapa indikator finansial korporasi, dan risiko pembiayaan dari perbankan. Demikian juga dengan kondisi stabilitas keuangan rumah tangga terpantau cukup baik yang terlihat dari pertumbuhan DPK dan kredit yang masih tumbuh positif meskipun melambat. Sejalan dengan kredit keseluruhan, tingkat risiko juga dilaporkan meningkat namun tetap berada pada threshold. Di sisi pengembangan UMKM, penyaluran kredit perbankan di Provinsi Banten kepada UMKM tercatat melambat dengan risiko yang sedikit meningkat namun masih berada di bawah level indikatifnya.

Pada triwulan I 2019, kinerja transaksi Sistem Pembayaran (SP) baik tunai maupun non tunai di Provinsi Banten tercatat dalam kondisi yang baik namun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Dari sisi SP non tunai, volume transaksi RTGS dan SKNBI tercatat mengalami perlambatan sesuai dengan siklus tahunan dimana transaksi non tunai pada triwulan IV cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan I dikarenakan momen liburan dan hari besar keagamaan. Sejalan, transaksi berdasarkan e-commerce dan transportasi online pun

1 Kota sampel IHK Provinsi Banten adalah Kota Serang, Cilegon, dan Tangerang

xviiLaporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

tetap meningkat meskipun pertumbuhannya tidak sebesar triwulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan pada triwulan IV banyaknya transaksi e-commerce karena promo akhir tahun dan momen liburan. Sementara itu, untuk SP tunai, perputaran uang di Provinsi Banten dilaporkan mengalami net inflow dari sebelumnya net outflow seiring dengan siklus tahunan dimana uang yang beredar pada triwulan IV kembali masuk lagi ke sistem perbankan di triwulan I.

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada periode Februari 2019 di laporkan mengalami perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja disertai dengan menurunnya jumlah pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan posisi Februari 2018. Namun meskipun mengalami penurunan, secara spasial, angka TPT Provinsi Banten masih lebih tinggi dibandingkan dengan TPT nasional sebesar dan berada di posisi tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Barat.

Dari sisi kualitas hidup masyarakat terlihat adanya peningkatan sebagaimana tergambar dari IPM Provinsi Banten secara konsisten menunjukkan tren peningkatan dan selalu lebih tinggi dari IPM Nasional. Peningkatan kesejahteraan juga dicerminkan dari menurunnya angka gini ratio

pada September 2018 ke level terendah sejak tahun 2010. Namun, di sisi lain jumlah penduduk miskin mengalami sedikit peningkatan yang didorong oleh meningkatnya penduduk miskin di perdesaan sebagaimana juga tercermin dari menurunnya NTP pada triwulan I 2019.

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada tahun 2019 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2018. Pertumbuhan diprakirakan ditopang oleh kinerja konsumsi baik rumah tangga maupun Pemerintah serta kinerja ekspor. Berdasarkan lapangan usaha (LU), pertumbuhan terutama didorong oleh LU utama antara lain, antara lain industri pengolahan, LU konstruksi, dan LU pertanian. Sementara itu, beberapa LU diperkirakan akan tumbuh lebih rendah, diantaranya adalah LU perdagangan, LU real estate, dan LU transportasi dan pergudangan.

Di sisi perkembangan harga, tingkat inflasi Provinsi Banten pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 namun diperkirakan masih akan sejalan dengan target pemerintah yaitu di kisaran 3,5+1% (yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya, inflasi provinsi Banten pada tahun 2019 akan didominasi oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

BAB 1PerkembanganEkonomi Makro

Daerah

2

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 1

PerkembanganEkonomi Makro Daerah

Perekonomian Banten pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 5,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 5,98% (yoy) namun lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan I 2019 sebesar 5,07% (yoy). Di level regional Jawa, Pertumbuhan Ekonomi Banten pada triwulan I 2019 berada di posisi kelima setelah Provinsi D.I. Yogyakarta, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Timur, dan Provinsi Jawa Barat. Di sisi pengeluaran, meningkatnya pertumbuhan LNPRT (Lembaga Non Profit Rumah Tangga) dan ekspor netto menjadi pendorong pertumbuhan Provinsi Banten triwulan I 2019. Sementara itu, konsumsi Rumah Tangga, PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), dan konsumsi pemerintah tetap tumbuh meskipun tidak lebih tinggi dari triwulan IV 2018. Di sisi penawaran, pertumbuhan terutama didorong oleh lapangan usaha (LU) utama yaitu LU industri pengolahan, LU perdagangan, LU konstruksi, dan LU real estate. Sementara LU transportasi dan pergudangan dan LU pertanian tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018.

3

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik I.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten dan Nasional

Grafik I.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di Kawasan Jawa (% yoy)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Banten Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) triwulan I 2019 (tabel I.1) mencapai Rp159,83 triliun. Secara struktur, PDRB Provinsi Banten triwulan I 2019 dari sisi pengeluaran didominasi oleh konsumsi rumah tangga (RT) senilai Rp84,03 triliun atau dengan pangsa 52,57% diikuti oleh PMTB dengan nilai Rp51,29 triliun atau pangsa 32,09%, dan

kemudian net ekspor senilai Rp18,29 triliun atau dengan pangsa 11,44%. Sementara kontribusi konsumsi pemerintah adalah sebesar Rp5,47 triliun atau dengan pangsa 3,42%.

Perekonomian Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada triwulan I 2019 (tabel I.2) tumbuh sebesar 5,42% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2018 yang mencapai 5,98% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan LNPRT (Lembaga Non Profit Rumah Tangga) dan ekspor netto menjadi pendorong pertumbuhan Provinsi Banten triwulan I 2019 dari sisi pengeluaran. Sementara itu, konsumsi Rumah Tangga, PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto), dan konsumsi pemerintah tetap tumbuh meskipun tidak lebih tinggi dari triwulan IV 2018. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten didorong antara lain oleh pertumbuhan LU industri pengolahan, LU konstruksi, LU perdagangan, dan LU Real Estate.

Nasional Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten & BPS RI

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

% yoy

4,00

4,50

5,00

5,50

6,00

6,50

7,00

BantenNasional 4,94

5,155,215,18

5,035,23

4,945,55

5,015,93

5,015,52

5,065,63

5,195,82

5,065,84

5,275,54

5,175,89

5,185,98

5,075,42

Tw IV-18: 5,82Tw I-19: 5,66

Tw IV-18: 5,65Tw I-19: 5,51

Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI

PDRB Jawa

Jatim

DIY

JabarBanten

DKIJateng

Tw IV-18: 7,39Tw I-19: 7,50

Tw IV-18: 5,50Tw I-19: 5,43

Tw IV-18: 5,98Tw I-19: 5,42

Tw IV-18: 6,41Tw I-19: 6,23 Tw IV-18: 5,28

Tw I-19: 5,14

4

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

A. PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2019

1.1. SISI PENGELUARAN

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2019 ADHK tumbuh sebesar 5,21% (yoy) lebih rendah dibandingkan tr iwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,53% (yoy). Pertumbuhan konsumsi ditopang oleh konsumsi masyarakat pada momen libur di awal tahun dan perayaan imlek terutama konsumsi jenis leisure yang didukung oleh terjaganya daya beli masyarakat dari sisi inflasi. Kinerja konsumsi LNPRT tumbuh tinggi pada triwulan I 2019 sebesar 7,38% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2018 sebesar 6,19% (yoy). Pertumbuhan ini antara lain didorong oleh pengeluaran berupa belanja logistik dan ritel dalam rangka kampanye serta persiapan menjelang dilaksanakannya pilpres dan pileg di bulan April 2019. Dari sisi investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi, yaitu tumbuh 6,65% (yoy) meskipun lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV 2018 sebesar 7,88% (yoy). Kinerja investasi

tumbuh ditopang oleh terus berlanjutnya pembangunan proyek-proyek strategis nasional serta beberapa proyek pembangunan swasta.

Sementara itu, kinerja ekspor pada triwulan I 2019 meskipun tumbuh positif sebesar 1,42% (yoy) namun lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,11% (yoy). Hal ini disebabkan oleh melambatnya aktivitas ekspor luar negeri pada beberapa sektor unggulan antara lain alas kaki, TPT, kertas, dan kimia. Meskipun demikian, ekspor antar daerah yang menjadi penopang sebagian besar kinerja ekspor Provinsi Banten tumbuh positif. Selanjutnya, kinerja impor juga tumbuh lebih rendah sebesar 1,29% (yoy) setelah triwulan lalu tumbuh sebesar 4,44% (yoy). Melambatnya pertumbuhan ekspor dan impor luar negeri yang diimbangi oleh kenaikan kegiatan ekspor impor antar daerah menyebabkan total ekspor netto tumbuh sebesar 2,56% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 0,47% (yoy).

Tabel I.1. PDRB Provinsi Banten ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) Menurut Pengeluaran (Rp juta)

KATEGORI2017 2018 2019

Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1

Konsumsi

Konsumsi RT 71.057.689 73.254.942 74.634.394 75.536.743 294.483.768 77.098.153 79.934.911 81.896.785 82.947.746 321.877.595 84.028.126

Konsumsi LNPRT 611.133 630.685 636.599 662.972 2.541.389 670.801 694.455 708.335 729.678 2.803.268 737.647

Konsumsi Pemerintah 4.659.365 5.540.055 5.846.173 8.556.587 24.602.181 5.026.081 6.157.180 6.575.551 9.500.694 27.259.506 5.468.984

PMTB 41.024.538 42.344.814 43.620.300 46.103.276 173.092.929 45.595.748 47.152.786 48.632.573 51.851.184 193.232.291 51.290.816

Perubahan Inventori 79.154 92.089 (172.055) 71.126 70.314 75.957 86.644 (67.434) 13.029 108.196 13.908

Net Ekspor 16.962.375 17.260.714 18.989.274 15.460.129 68.672.492 18.504.678 17.181.522 19.111.416 14.828.142 69.625.758 18.287.961

Ekspor 103.752.414 103.085.172 105.191.195 107.406.085 419.434.865 106.039.934 109.330.387 119.013.277 115.687.609 450.071.207 109.839.943

Impor 86.790.039 85.824.458 86.201.921 91.945.955 350.762.373 87.535.256 92.148.865 99.901.862 100.859.468 380.445.450 91.551.982

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 134.394.254 139.123.299 143.554.686 146.390.833 563.463.073 146.971.418 151.207.498 156.857.226 159.870.472 614.906.614 159.827.443

Sumber: BPS Provinsi Banten

5

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Tabel I.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Pengeluaran (% yoy)

Tabel I.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Menurut Pengeluaran (% yoy)

1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2019 tumbuh positif meskipun pada level yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh antara lain pertambahan jumlah penduduk, pergeseran pola konsumsi masyarakat ke arah leisure-spending. Selain itu, tumbuhnya konsumsi ritel masyarakat pada periode kampanye pilpres dan pileg April 2019 serta pada momen HBKN antara lain perayaan imlek dan beberapa festival yang diadakan di Banten.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 5,21% (yoy) sebagai sumber pertumbuhan utama perekonomian Provinsi Banten berkontribusi sebesar 2,99% (yoy), atau sedikit menurun dibandingkan kontribusi pada triwulan IV 2018 yang tercatat sebesar 3,15% (yoy). Hal ini sejalan dengan hasil survei konsumen Bank Indonesia Provinsi Banten triwulan I 2019, yaitu indeks keyakinan konsumen sebesar 124 yang cukup tinggi serta indeks konsumsi barang tahan lama sebesar 103 yang masih mengindikasikan optimisme

KOMPONEN2017 2018 2019

Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1

KONSUMSI

1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 5,30 5,55 4,91 4,57 5,08 5,00 5,13 5,39 5,53 5,27 5,21

2. LEMBAGA NON PROFIT 3,84 3,89 2,05 3,36 3,28 6,77 7,04 7,09 6,19 6,77 7,38

3. KONSUMSI PEMERINTAH 2,21 5,21 4,38 7,80 5,30 5,25 7,59 8,19 7,15 7,14 6,29

PMTB 10,77 10,11 8,74 6,35 8,91 6,53 6,89 7,10 7,88 7,12 6,65

INVENTORI (57,24) (180,88) 66,64 (0,07) (5,64) (32,84) (13,57) (65,07) (83,24) 9,21 (83,30)

NET EKSPOR TOTAL (2,74) (12,46) 1,37 15,31 (1,40) 10,15 2,18 2,12 (0,47) 3,74 2,56

1. EKSPOR TOTAL 13,35 7,47 9,60 8,01 9,57 (2,12) 1,81 10,22 4,11 3,47 1,42

2. IMPOR TOTAL 15,27 9,97 10,65 7,51 10,77 (3,35) 1,77 11,16 4,44 3,44 1,29

TOTAL 5,93 5,52 5,63 5,82 5,73 5,84 5,54 5,89 5,98 5,81 5,42

Sumber: BPS Provinsi Banten

KOMPONEN2017 2018 2019

Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1

KONSUMSI

1. KONSUMSI RUMAH TANGGA 3.08 3.20 2.83 2.63 2.93 2.89 2.96 3.09 3.15 3.02 2.99

2. LEMBAGA NON PROFIT 0.02 0.02 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04

3. KONSUMSI PEMERINTAH 0.07 0.20 0.17 0.43 0.22 0.17 0.29 0.32 0.40 0.30 0.20

PMTB 3.15 2.97 2.58 1.99 2.66 2.00 2.11 2.16 2.48 2.19 2.05

INVENTORI (0.17) 0.24 (0.08) (0.00) (0.00) (0.04) (0.01) 0.12 (0.06) 0.00 (0.06)

NET EKSPOR TOTAL (0.23) (1.10) 0.12 0.75 (0.11) 0.78 0.16 0.17 (0.03) 0.27 0.21

1. EKSPOR TOTAL 10.47 5.91 7.23 6.20 7.42 (1.78) 1.45 7.99 3.25 2.79 1.10

2. IMPOR TOTAL 10.70 7.01 7.12 5.45 7.53 (2.56) 1.30 7.81 3.27 2.52 0.90

TOTAL 5.93 5.52 5.63 5.82 5.73 5.84 5.54 5.89 5.98 5.81 5.42

Sumber: BPS Provinsi Banten

6

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

meskipun lebih rendah dibandingkan hasil survei triwulan sebelumnya.

Selain itu, indeks kondisi ekonomi saat ini dan indeks ekspektasi konsumen triwulan I 2019 yang berada di level berturut-turut 102 dan 146 juga menunjukkan bahwa masyarakat Banten optimis terhadap perbaikan tingkat penghasilan dan kegiatan usaha. Optimisme tersebut antara lain ditopang oleh terkendalinya tingkat inflasi di dalam rentang yang telah ditentukan serta adanya kenaikan UMR/UMK dan pencairan dana bansos antara lain Bantuan Pangan Non Tunai, Program Keluarga Harapan, dan Jamsosratu, turut berkontribusi

menjaga kemampuan konsumsi masyarakat dan menopang pertumbuhan konsumsi RT. Realisasi konsumsi RT juga terlihat dari indikator kredit konsumsi Provinsi Banten yang masih tumbuh baik terutama di segmen perumahan dan multiguna.

1.1.2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tumbuh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan t r iwulan sebelumnya. Perlambatan pertumbuhan dikontribusikan

Grafik I.3. Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik I.5. Perkembangan Kredit Kendaraan BermotorGrafik I.4. Perkembangan Kredit Konsumsi

Sumber: Survei Konsumen – Bank Indonesia

Indeks

Optimis

Pesimis

150,0140,0130,0120,0110,0100,0

90,080,070,060,050,0

Indeks Penghasilan KonsumenIndeks Konsumsi Barang Tahan lama

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I Apr Mei

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia, diolah

KPR/KPA/Rukog%KPR/KPA/Ruko

KKBg%KKB

Multigunag%Multiguna

Rp Miliar % yoy

65.00060.00055.00050.00045.00040.00035.00030.00025.00020.00015.00010.000

5.0000

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00

-10,00I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

18,7919,64

18,34

11,79 11,80

5,66

20,0727,30 30,22

Sumber: Bank Indonesia, diolah

% yoy

40,0

30,0

20,0

10,0

-

(10,0)

(20,0)

(30,0)

Kredit Kendaraan Bermotor Mobil Motor

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019

7

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

oleh melambatnya pertumbuhan PMDN dan PMA. PMTB di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat tumbuh 6,65% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat tumbuh sebesar 7,88% (yoy), yang merupakan kontribusi dari melambatnya pertumbuhan PMA dan PMDN. Investasi yang terjadi antara lain berupa konstruksi properti dan pabrik pihak swasta serta pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.

Melambatnya PMTB juga disebabkan oleh masih rendahnya realisasi belanja modal APBD Provinsi Banten yaitu baru mencapai 1,00% sampai dengan triwulan I 2019. Selain itu perlambatan PMTB juga diakibatkan oleh belum terdapatnya penyaluran DAK Fisik ke Provinsi Banten karena belum terpenuhinya persyaratan penyaluran DAK Fisik tahap I.

Rampungnya aktivitas kontruksi atau pembangunan beberapa proyek yang ada turut memengaruhi tingkat konsumsi semen di Provinsi Banten yang menunjukkan pertumbuhan yang ada cenderung stabil di triwulan berjalan. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari data Survei Pedagang

Eceran Provinsi Banten yang mencatat bahwa penjualan semen Provinsi Banten triwulan I 2019 melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Selain itu, meningkatnya dana simpanan Pemda yaitu giro dan deposito dibandingkan triwulan sebelumnya diperkirakan karena dana yang dicairkan belum sepenuhnya dialokasikan untuk mendukung berlanjutnya pembangunan proyek-proyek pemerintah.

Data siaran pers realisasi penanaman modal dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada triwulan I 2019 Provinsi Banten menduduki peringkat keempat tertinggi Penanaman Modal Asing (PMA) tingkat nasional dengan nilai 538 juta Dollar AS.

Urutan tertinggi ditempati oleh Provinsi Jawa Barat dengan nilai 1,72 miliar Dollar AS, kedua adalah Provinsi DKI Jakarta dengan nilai 955 juta Dollar AS, posisi ketiga ditempati oleh Provinsi Jawa Tengah dengan nilai 777 juta Dollar AS, dan urutan kelima ditempati oleh Provinsi Kepulauan Riau dengan nilai 456 juta Dollar AS. Sementara itu dari sisi Penanaman

Grafik I.6. Impor Barang Modal Provinsi Banten Grafik I.7. Pertumbuhan Kredit Investasi di Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Kendaraan Industri Growth (yoy)Barang Modal Selain Kendaraan

US$ (Juta) % yoy

1.600

1.400

1.200

1.000

800

600

400

200

0

80,00

60,00

40,00

20,00

-

(20,00)

(40,00)

(60,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

20,23

(9,62)

(25,34)

Sumber: Bank Indonesia diolah

g%yoyNilai Kredit

Rp Miliar % yoy

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-

(5,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

11,69

3,02

8

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Modal Dalam Negeri (PMDN), Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tidak termasuk dalam peringkat 5 (lima) besar tingkat nasional, melainkan menempati urutan kedelapan dengan nilai Rp4,44 Triliun.

Sementara itu, data total penanaman modal yang terdaftar di BKPM untuk Provinsi Banten pada triwulan I 2019 masih mengalami kontraksi sebesar 53,75% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan IV 2018 yaitu kontraksi 29,78% (yoy). Perlambatan angka pertumbuhan investasi di Provinsi Banten terutama didorong oleh terkontraksinya pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar 58,95% (yoy) pada triwulan I 2019, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan lalu sebesar 33,36% (yoy). Selanjutnya Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terkontraksi sebesar 42,01% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang juga kontraksi 32,35% (yoy).

Dari aspek spasial, nominal investasi PMDN terbesar pada triwulan I 2019 terjadi di Kota Cilegon dengan nilai nominal mencapai Rp905,73 miliar (41% dari total PMDN Banten

Grafik I.8. Peringkat 5 Besar Nasional PMA & PMDN Triwulan I 2019 Berdasarkan Lokasi

triwulan I 2019), diikuti oleh Kabupaten Serang dengan nilai Rp479,18 miliar (22%), serta Kabupaten Tangerang senilai Rp311,29 miliar (14%). Sementara dari sisi PMA, nominal investasi terbesar pada triwulan I 2019 terjadi di Kota Cilegon dengan nilai nominal mencapai 111 juta Dollar AS (31% dari total PMA Banten triwulan I 2019), diikuti oleh Kota Serang dengan nilai 83,16 juta Dollar AS (23%), serta Kabupaten Serang dengan nilai 56,88 juta Dollar AS (16%).

Berdasarkan lapangan usaha, investasi yang masuk ke Kota Cilegon adalah kimia, industri makanan, industri logam dasar, dan sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi. Di Kabupaten Tangerang investasi yang masuk adalah ke sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, industri kulit, barang dari kulit dan sepatu, industri makanan serta konstruksi. Sementara itu, investasi di Kabupaten Serang ditujukan ke industri makanan, industri kulit, barang dari kulit dan sepatu, dan industri kertas, barang dari kertas dan percetakan. Selanjutnya investasi di Kota Serang mayoritas masuk ke sektor listrik, gas, dan air, industri makanan serta jasa lainnya.

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diolah

Jawa Barat (USD 1,7 B)

DKI Jakarta (USD 0,9 B)

Banten (USD 0,5 B)

Jawa Tengah (USD 0,8 B)

Kep. Riau (USD 0,5 B)

1

2

3

4

5

Jawa Barat (Rp. 11,6 T)

DKI Jakarta (Rp. 10,4 T)

Riau (Rp. 8,2 T)

Jawa Tengah (Rp. 9,7 T)

Jawa Timur (Rp. 9,9 T)

1

2

3

4

5

9

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik I.10. PMA dan PMDN di Provinsi Banten

Grafik I.9. Penyerapan Tenaga Kerja & Sebaran Investasi Nasional Triwulan I 2019

Grafik I.11. Nilai Investasi PMA dan PMDN Provinsi Banten pada triwulan I 2019 Berdasarkan Kabupaten/Kota

Grafik I.12. Tujuan Investasi PMA dan PMDN ProvinsiBanten pada triwulan I 2019 Berdasarkan Kabupaten/Kota

Pembangunan proyek-proyek multiyears di Provinsi Banten terus berlanjut di triwulan I 2019. Proyek-proyek tersebut selain berupa proyek infrastruktur juga dalam bentuk ekspansi pabrik, perbaikan sarana prasarana, penataan kawasan Banten Lama, dan pembangunan pabrik baru oleh pihak swasta. Beberapa investasi swasta yang sedang berjalan terutama oleh pelaku usaha industri baja dan kimia juga terkonfirmasi dari data investasi BKPM. Sementara investasi Pemerintah berupa pembangunan pembangkit listrik, jalan, bendungan, pengembangan bandara Soekarno-Hatta, dan lain sebagainya.

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

PMA-g%yoy

PMDN-g%yoy

Total-g%yoy

Total Investasi PMA dan PMDN

Rp Miliar % yoy

200001800016000140001200010000

8000600040002000

0

9008007006005004003002001000-100-200

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Kab.Serang

KotaSerang

KotaCilegon

Kab.Tangerang

Kab.Pandeglang

KotaTangerang

KotaTangsel

Kab.Lebak

Rp Miliar

5.0004.5004.0003.5003.0002.5002.0001.5001.000

500-

TW I-2018TW II-2018TW III-2018

TW IV-2018TW I-2019

1.189 1.204

2.6633.051

16

647 812

88

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), diolah

Penyerapan Tenaga Kerja Nasional Triwulan I 2019

PMA : 137.487 Org

PMDN : 97.914 Org

Sebaran Investasi Nasional Triwulan I 2019

Jawa;56,00%

Non Jawa;44,00%

Sumber: Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Kab. Serang;18%

Kota Cilegon;34%

Kab.Tangerang;15%

Kab. Pandeglang;1%

Kota Tangerang;10%

Kota Tangsel;5%

Kab. Lebak;1%

10

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

1.1.3. Ekspor - Impor

Net ekspor Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat tumbuh sebesar 2,56% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar -0,47% (yoy). Kinerja net ekspor Provinsi Banten yang tumbuh lebih tinggi disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan impor yang lebih dalam dari ekspor dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Menurunnya iklim perdagangan dunia akibat berlarut-larutnya negosiasi trade wars Amerika Serikat dan Tiongkok diperkirakan masih menjadi salah satu faktor yang turut memengaruhi kinerja ekspor-impor nasional serta Provinsi Banten khususnya dari sisi permintaan luar negeri.

Kegiatan ekspor-impor yang dimaksud merupakan seluruh perdagangan yang dilakukan oleh Provinsi Banten, baik yang dilakukan dengan luar negeri maupun antar daerah/provinsi. Secara proporsi, ekspor Provinsi Banten didominasi oleh ekspor ke daerah lain (rata-rata mencapai diatas 60% dari total ekspor) dan sisanya merupakan ekspor ke luar negeri. Sementara itu, komponen impor Provinsi Banten didominasi oleh impor luar negeri (rata-rata mencapai 80% dari total impor) dan sisanya adalah impor antar daerah.

Industri pengolahan di Provinsi Banten menggunakan banyak input yang berasal dari luar negeri seperti gula industri, gandum, bahan-bahan kimia, komponen barang elektronika, dan sebagainya. Beberapa diantaranya karena barang tersebut tidak terdapat di dalam negeri dan sebagian lainnya karena pemasok dalam negeri belum dapat memenuhi baik secara spesifikasi khusus maupun secara kuantitas. Sementara itu, komponen impor antar daerah di Provinsi Banten lebih cenderung dalam

bentuk barang konsumsi seperti bahan–bahan pangan.

1.1.3.1. Ekspor

Kinerja ekspor pada triwulan I 2019 dengan nilai sebesar 2,79 miliar Dollar AS, terkontraksi sebesar 1,68% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan ekspor triwulan sebelumnya sebesar 3,58% (yoy) dengan nilai 2,97 miliar Dollar AS. Secara umum, melambatnya ekspor pada triwulan I 2019 merupakan dampak dari relatif tertahannya kegiatan ekspor sebagai dampak dari trade wars yang memengaruhi permintaan dari negara-negara mitra dagang utama Provinsi Banten. Selain itu, aktivitas ekspor antar daerah yang juga menurun turut menjadi salah satu faktor penyumbang melambatnya kinerja ekspor Provinsi Banten secara keseluruhan pada triwulan I 2019.

Dari sisi eksternal, kondisi usaha sektor manufaktur negara-negara mitra dagang utama secara umum menunjukkan perlambatan pada triwulan I 2019 dan sebagian besar berada di teritori pesimis. Angka Purchasing Manager Index (PMI) AS pada triwulan I 2019 menunjukkan penurunan dari triwulan sebelumnya 54,93 menjadi 53,43 meskipun masih di dalam teritori optimis. Angka PMI Tiongkok juga menunjukkan penurunan dari sebelumnya 49,87 menjadi 49,73.

Selanjutnya, kondisi industri manufaktur di Jepang dan Uni Eropa juga menunjukkan perlambatan yang terlihat dari PMI triwulan I 2019 yang berturut-turut turun dari 52,57 menjadi 49,90 serta turun dari 51,73 menjadi 49,10. Hal ini diperkirakan merupakan dampak menurunnya hubungan perdagangan akibat berlanjutnya perang dagang antar beberapa

11

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

negara utama dunia. Menurunnya hubungan perdagangan tersebut turut mendorong diturunkannya outlook volume perdagangan dunia (World Trade Volume) tahun 2019 oleh WTO dari sebelumnya 3,4% (yoy) menjadi 3,1% (yoy).

Selain itu, perkembangan negatif juga datang dari sisi permintaan dimana angka penjualan ritel di AS menunjukkan perlambatan pada triwulan I 2019 yaitu dari 3,70% (yoy) menjadi 2,70% (yoy). Selanjutnya, kinerja penjualan ritel di Jepang juga menunjukkan perlambatan di triwulan I 2019 yaitu dari 2,07% (yoy) ke

0,67% (yoy). Namun angka penjualan ritel Eropa dan Tiongkok menunjukkan kenaikan yaitu masing-masing dari 1,20% (yoy) menjadi 2,30% (yoy) serta dari 8,30% (yoy) menjadi 8,45% (yoy). Perlambatan penjualan ritel di negara mitra dagang utama menjadi salah satu faktor pendorong menurunnya kinerja ekspor Provinsi Banten.

Pangsa ekspor negara-negara tujuan utama Provinsi Banten berdasarkan nilai nominal masih didominasi negara-negara yang sama, yaitu untuk negara tujuan ekspor terbesar adalah Amerika Serikat dengan pangsa stabil

Grafik I.16. Perkembangan Ekspor Beberapa Komoditas Provinsi Banten

Grafik I.15. Nilai Ekspor Negara Tujuan Provinsi Banten

Grafik I.13. Purchasing Managers Index (PMI) Negara Mitra Dagang Provinsi Banten

Grafik I.14. Pertumbuhan Penjualan Ritel % (yoy) Negara Mitra Dagang Provinsi Banten

Sumber : Bloomberg, diolah

Index

6058565452504846444240

Eropa US Tiongkok Jepang

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019Sumber : Bloomberg, diolah

Index

141210

86420

-2-4-6-8

-10Eropa US Tiongkok Jepang

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I II

2019

Sumber : Bea Cukai, diolah

Rp Juta

3.500

3.000

2.500

2.000

1.500

1.000

500

-

Amerika Serikat EropaTiongkok ASEANJepang Negara Lain

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

Sumber : Bea Cukai, diolah

g%Kimia g%Alas Kaki

g%TPT Total Ekspor g%Baja

Kimia Alas Kaki TPTBaja

US$ (Juta) % yoy

800,00

700,00

600,00

500,00

400,00

300,00

200,00

100,00

-

150,00

100,00

50,00

-

(50,00)

(100,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

12

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17%, diikuti Tiongkok dengan pangsa sebesar 12% (sebelumnya 14%), selanjutnya adalah Jepang dengan pangsa yang stabil sebesar 8%. Sementara kawasan tujuan ekspor terbesar adalah ASEAN dan Uni Eropa dengan pangsa yang stabil masing-masing sebesar 23% dan 13%.

Sementara itu berdasarkan jenis komoditas, pertumbuhan kinerja ekspor luar negeri Provinsi Banten triwulan I 2019 ditopang oleh kenaikan ekspor komoditas baja dan makanan. Sementara ekspor komoditas alas kaki, kimia, karet, plastik, TPT, kertas, mesin & elektronika, dan tembaga mengalami penurunan. Adapun penjelasan komoditas ekspor utama Provinsi Banten secara lebih detil adalah sebagai berikut :

1. Alas Kaki (pangsa 20% dari total ekspor triwulan I 2019 Provinsi Banten)

Ekspor alas kaki pada triwulan I 2019 masih mengalami kontrasi sebesar 15,60% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya kontraksi 2,93% (yoy). Dari hasil survei serta Focus Group Discussion antara Bank Indonesia dengan beberapa pelaku usaha alas kaki didapatkan informasi bahwa persaingan dengan negara produsen alas kaki utama lain masih sangat kuat antara lain terkait upah, biaya energi, maupun tarif atau bea masuk ke negara tujuan.

Selain itu, terdapat juga pelaku usaha yang melakukan ekspansi ke daerah lainnya diluar Provinsi Banten. Hal-hal ini diperkirakan menjadi faktor yang memicu turunnya pertumbuhan ekspor alas kaki Provinsi Banten. Selain itu,

sektor alas kaki cukup sensitif terhadap fluktuasi Dollar AS dari sisi komponen biaya impor bahan baku industri alas kaki seperti kulit dan bahan pelengkap lainnya. Sehingga kondisi perdagangan global dan geopolitik internasional yang berdampak terhadap pergerakan nilai tukar dapat juga memengaruhi sektor alas kaki. Adapun negara tujuan dan pangsa ekspor alas kaki dari Provinsi Banten triwulan I 2019 yaitu: (1) Amerika Serikat dengan pangsa 35%, (2) Uni Eropa dengan pangsa 23%, (3) Tiongkok dengan pangsa 14%, dan (4) Jepang dengan pangsa 9%.

Ke depan, kinerja ekspor industri alas kaki nasional diproyeksikan dapat meningkat seiring terus berlanjutnya upaya negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA) Indonesia dengan negara-negara tujuan ekspor alas kaki khususnya Uni Eropa yang telah mencapai perundingan ketujuh pada bulan Maret 2019 dan kesepakatan diharapkan dapat dicapai pada akhir tahun 2019 atau awal tahun 2020.

Selain itu, terdapat juga upaya negosiasi lainnya seperti Indonesia-Chile dan beberapa lainnya. Sementara itu, pada bulan Maret 2019 telah dirampungkan kesepakatan Indones ia-Austra l ia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) yang juga telah resmi ditandatangani. Implementasi perjanjian tersebut ditargetkan berlaku pada tahun 2020 mendatang pasca ratifikasi dari kedua negara. Pada perjanjian tersebut, Australia akan menurunkan seluruh tarif bea masuk komoditas Indonesia menjadi

13

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik I.17. Perkembangan Indeks Harga Produk Petrokimia

0%. Sementara barang asal Australia yang mendapat penurunan bea tarif menjadi 0% hanya 94% komoditas. Pengurangan bea masuk ke negara-negara tujuan utama, penguatan rantai pasok, dan kebijakan upah yang optimal menjadi faktor-faktor yang akan menopang daya saing industri alas kaki sebagai sektor unggulan ekspor Provinsi Banten yang merupakan salah satu industri penyumbang surplus neraca transaksi berjalan nasional.

2. Kimia (pangsa 11% dari total ekspor triwulan I 2019 Provinsi Banten)

Ekspor produk kimia pada triwulan I 2019 masih mengalami kontraksi sebesar 2,03% (yoy), namun membaik dibandingkan periode sebelumnya yang terkontraksi 3,15% (yoy). Hal ini diperkirakan dipengaruhi melambatnya indikator industri manufaktur Tiongkok sehingga memengaruhi kinerja ekspor produk kimia nasional . Tiongkok merupakan salah satu negara tujuan utama ekspor produk Provinsi Banten, sehingga perlambatan dari Tiongkok akan sangat berpengaruh terhadap kinerja ekspor produk kimia.

Dari aspek harga, indeks harga produk petrokimia utama yaitu ethylene dan polyproylene menunjukkan tren yang menurun pada triwulan I 2019. Hal tersebut sejalan dengan stok produk kimia global yang diperkirakan berada dalam posisi oversupply akibat tertahannya permintaan sebagai dampak dari perang dagang. Selain itu, turunnya harga naphtha global yang merupakan bahan baku utama industri petrokimia yang mengikuti tren

harga minyak dunia yang juga berada dalam tren menurun.

Ke depan, ekspor produk kimia nasional diharapkan akan meningkat seiring dengan proyeksi permintaan global akan produk kimia yang cenderung naik. Optimisme ini disikapi para pelaku industri kimia dengan cara menambah kapasitas dan meningkatkan nilai tambah produk kimia dengan cara membangun beberapa pabrik baru maupun dengan meningkatkan penguasaan teknologi terkini untuk mendorong efis iensi produksi. Salah satu contoh adalah telah beroperasinya pabrik karet sintetis di Kota Cilegon pada tahun 2018 yang ke depan produknya direncanakan untuk diekspor ke luar negeri. Upaya-upaya para pelaku usaha tersebut diharapkan dapat turut memicu pengembangan industri hilir kimia. Namun demikian, perlu untuk mewaspadai dampak perang dagang sampai dengan saat ini yang masih terus berlangsung terhadap iklim dunia usaha global jangka panjang. Adapun, negara tujuan dan pangsa ekspor produk kimia triwulan I 2019 masih didominasi negara-negara

Sumber : Bloomberg, diolah2017 2018 2019

Des Ags Sep Okt Nov DesJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Jan Feb Mar

dalam US$

Global Ethylene Index Global PolyPropylene Index Global Naphtha Index

645 634

1.5211290

465 541

14

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

triwulan I 2019 yang terkontraksi berturut-turut 33,95% (yoy) yaitu senilai 3,41 juta Dollar AS dan kontraksi 22,87% (yoy) yaitu senilai 43,60 juta Dollar AS.

Porsi ekspor TPT ke Tiongkok juga besar yaitu 22,21% dan 90,36% diantaranya dalam bentuk produk tekstil. Pertumbuhan ekspor triwulan I 2019 untuk produk tekstil tumbuh sebesar 5,55% (yoy) senilai 52,95 juta Dollar AS, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang kontraksi 46,80% (yoy), sementara untuk produk pakaian jadi tumbuh 27,65% (yoy) senilai 5,65 juta Dollar AS, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh tinggi 99,26% (yoy).

Selanjutnya, ekspor TPT Provinsi Banten ke Jepang memiliki pangsa 8,32%, terkontraksi sebesar 63,12% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya kontraksi 29,28% (yoy). Angka ekspor produk tekstil yang memiliki pangsa 67,99% mengalami kontraksi 66,49% (yoy) lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 24,15%(yoy). Sementara itu, ekspor produk pakaian jadi terkontraksi 53,09% (yoy) lebih dalam dari triwulan sebelumnya yaitu kontraksi 44,80% (yoy).

Sementara itu, ekspor TPT Provinsi Banten ke Eropa yang mencapai pangsa 9,76% dari total ekspor TPT Provinsi Banten pada triwulan I 2019 menunjukkan kontraksi 8,20% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang juga berada dalam tren kontraksi sebesar 12,19% (yoy). Angka ekspor TPT pada bentuk produk pakaian jadi yang memiliki porsi 60,17% terkontraksi sebesar 22,98% (yoy), sedikit lebih dalam dari triwulan sebelumnya kontraksi 22,67%

Asia, antara lain : (1) Tiongkok sebanyak 21%, (2) Thailand sebanyak 13%, (3) India sebanyak 9%, (4) Singapura sebanyak 8%, (5) Vietnam sebanyak 8%.

3. Tekstil dan Produk Tekstil (pangsa 9% dari total ekspor triwulan I 2019 Provinsi Banten)

Ekspor untuk tekstil dan produk tekstil (TPT) juga mencakup komoditas ekspor dalam bentuk pakaian jadi (garmen). Ekspor TPT pada triwulan I 2019 masih mengalami kontraksi sebesar 5,00% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,86% (yoy).

Secara umum dari hasil liaison Bank Indonesia, rendahnya angka pertumbuhan ekspor tersebut selain disebabkan oleh turunnya permintaan buyer luar negeri seiring semakin ketatnya persaingan dengan kompetitor luar negeri. Selain itu, meningkatnya porsi permintaan domestik akan produk TPT juga menyebabkan sebagian hasil produksi dialihkan ke pasar domestik, meskipun sebagai konsekuensinya pelaku usaha harus bersaing dengan produk tekstil impor yang dipasarkan dengan harga yang lebih rendah.

Ekspor TPT Provinsi Banten ke Amerika Serikat mencapai pangsa 17,81% dari total ekspor TPT Provinsi Banten pada triwulan I 2019 dan secara total terkontraksi sebesar 23,80% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu kontraksi 14,35% (yoy). Hal ini disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan ekspor baik produk tekstil maupun pakaian jadi

15

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

(yoy). Namun demikian, ekspor produk tekstil tumbuh sebesar 29,25% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 23,89% (yoy). Persaingan dengan negara kompetitor khususnya terkait masih dikenakannya bea masuk impor ke AS dan Eropa untuk produk TPT dari Indonesia memengaruhi daya saing produk TPT Indonesia.

Ke depan, sejalan dengan industri alas kaki, kinerja ekspor industri TPT secara nasional diharapkan akan dapat ditingkatkan seiring upaya Pemerintah yang menegosiasikan perjanjian bilateral bea masuk ekspor nol persen untuk produk TPT (termasuk alas kaki) Indonesia ke Amerika Serikat dan Eropa. Selain itu Pemerintah juga sedang melakukan pengkajian terkait rencana insentif pajak yang menarik untuk para pelaku industri TPT.

4. Baja (pangsa 8% dari total ekspor triwulan I 2019 Provinsi Banten)

Pertumbuhan ekspor baja pada triwulan I 2019 kembali tumbuh tinggi meskipun pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu tumbuh 61,03% (yoy) dari sebelumnya yang tumbuh sebesar 89,22% (yoy). Peningkatan angka ekspor baja Banten antara lain dipengaruhi oleh dialihkannya permintaan baja ke negara-negara lain termasuk Indonesia seiring pengenaan kebijakan tarif baja AS ke Tiongkok di tahun 2018. Selain itu, upaya para pelaku usaha untuk memperluas cakupan negara tujuan ekspor turut berperan mendorong ekspor baja Provinsi Banten.

Berdasarkan data shipment baja triwulan I 2019, konsumsi baja ekspor menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini turut mengkonfirmasi data ekspor baja Provinsi Banten. Namun demikian, permintaan baja Tiongkok mula i menun jukkan per lambatan karena efek gabungan dari economic rebalancing dan perang dagang yang menyebabkan perlambatan investasi serta kinerja manufaktur Tiongkok yang kemudian mendorong turunnya harga produk baja internasional. Pada 2019, pemerintah Tiongkok kemungkinan akan meningkatkan stimulus yang diharapkan akan meningkatkan permintaan baja meskipun dalam level yang moderat.

Ke depan, berlanjutnya proyek-proyek penunjang industri baja di Provinsi Banten diharapkan dapat menopang efisiensi produksi baja sehingga dapat semakin memperkuat daya saing produk baja nasional di pasar global. Adapun negara tujuan dan pangsa ekspor baja yaitu: (1) Korea Selatan sebanyak 48%, (2) India sebanyak 10%, (3) Tiongkok sebanyak 7%, dan (4) Thailand 7%.

Grafik I.18. Perkembangan Indeks Harga Hot Rolled Coil Baja

Sumber : Bloomberg, diolah

DLM USD/T

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

1.000900800700600500400300200100

-

795

701

16

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

1.1.3.2. Impor

Seiring melambatnya kinerja ekspor, kinerja impor pada triwulan I 2019 juga tumbuh lebih rendah. Berdasarkan jenis komoditas, perlambatan impor tersebut disumbang oleh turunnya impor barang modal, bahan baku, maupun barang konsumsi. Turunnya pertumbuhan impor non-migas Provinsi Banten pada triwulan I 2019 ditopang oleh impor luar negeri (LN) yang terkontraksi sebesar 0,07% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu 4,07% (yoy). Sementara itu, impor antar daerah (AD) Provinsi Banten tumbuh sebesar 6,72% (yoy),

meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,96% (yoy). Adapun proporsi impor nonmigas terdiri atas bahan baku industri sebesar 77,90%, barang modal sebesar 15,13%, dan barang konsumsi sebesar 6,97%.

Turunnya pertumbuhan impor LN pada triwulan I 2019 terutama terjadi pada jenis komoditas barang konsumsi yang terkontraksi 32,60% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,65% (yoy). Penurunan impor barang konsumsi terutama terjadi di komoditas alat angkut non industri, makanan olahan, consumer goods tahan lama, dan kendaraan bermotor.

Selanjutnya, impor LN bahan baku triwulan I 2019 juga mengalami kontraksi sebesar 2,84% (yoy) dari sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,08% (yoy). Penurunan impor bahan baku utamanya disumbang oleh bahan bakar pelumas olahan, spare part kendaraan, spare part barang modal, dan bahan baku olahan lainnya. Demikian juga dengan impor LN barang modal pada triwulan I 2019 terkontraksi sebesar 25,34% (yoy), lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya kontraksi 9,62% (yoy). Turunnya impor barang modal didorong oleh turunnya impor komoditas kendaraan industri dan barang modal selain kendaraan.

Grafik I.19. Perkembangan Nilai Impor Non-Migas Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

g%ImporBarang Modal Barang KonsumsiBahan Baku

US$ (Juta)

7.000

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

-

30,0025,0020,0015,0010,005,00-(5,00)(10,00)(15,00)(20,00)

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

24,56

0,60

(9,73)

Grafik I.20. Impor Bahan Baku/Penolong Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

GROWTH (RHS)

Makanan Non-OlahanBahan Baku Non-Olahan LainnyaBahan Bakar dan Pelumas Non-OlahanSpare Part Barang Modal

Makanan OlahanBahan Baku Olahan LainnyaBahan Bakar dan Pelumas OlahanSpare Part Kendaraan

US$ Juta % yoy

6.000

5.000

4.000

3.000

2.000

1.000

0

302520151050-5-10-15-20

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

26,922,08

Grafik I.21.Nilai Impor Negara Asal Provinsi Banten

Sumber : Bea Cukai, diolah

Rp Juta

4.000

3.500

3.000

2.500

2.000

1.500

1.000

500

-

Tiongkok JepangSingapura Eropa Amerika Serikat

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

17

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi

DESKRIPSI2017 2018 2019

Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1 Q2 Q3 Q4 T Q1Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 14,03 5,98 4,24 (6,85) 4,28 (2,59) (1,79) 0,35 21,11 3,58 3,08

Pertambangan dan Penggalian 2,39 (2,92) (0,23) (1,95) (0,68) (0,75) 2,86 (0,36) 1,24 0,72 (1,16)

Industri Pengolahan 4,58 3,86 2,52 3,87 3,70 4,60 3,83 3,87 2,19 3,61 2,98

Pengadaan Listrik dan Gas (4,85) (2,81) 5,18 4,90 0,50 8,46 6,29 7,99 6,13 7,20 2,11

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

6,09 6,43 8,24 8,37 7,30 6,85 5,26 3,71 3,79 4,87 5,07

Konstruksi 7,15 6,49 8,78 9,46 8,03 7,77 7,10 8,16 7,70 7,69 8,98

Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

5,90 5,10 6,58 6,98 6,15 7,41 7,09 7,53 6,98 7,25 7,45

Transportasi dan Pergudangan 6,73 8,04 9,10 10,31 8,57 7,73 8,54 7,95 5,27 7,35 1,00

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 7,25 8,60 8,54 8,69 8,28 7,42 7,48 7,52 7,38 7,45 7,63

Informasi dan Komunikasi 7,34 8,75 8,77 8,77 8,42 8,45 8,42 7,38 7,30 7,87 8,89

Jasa Keuangan dan Asuransi 4,12 3,86 2,88 4,69 3,89 6,13 4,42 8,07 9,03 6,94 6,02

Real Estate 6,01 7,73 8,71 9,15 7,92 8,18 7,81 8,15 7,40 7,88 8,33

Jasa Perusahaan 6,35 7,78 9,06 8,39 7,91 6,38 6,50 6,82 6,75 6,62 8,31

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

3,23 4,74 4,96 6,20 4,79 4,46 5,37 5,62 5,67 5,29 8,90

Jasa Pendidikan 5,20 7,93 8,11 8,37 7,42 7,62 7,51 7,62 7,00 7,43 7,78

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7,53 7,80 9,74 7,55 8,15 6,51 6,92 6,97 6,98 6,85 8,97

Jasa lainnya 7,12 8,25 8,62 9,02 8,27 8,00 8,09 7,77 6,70 7,63 8,54

TOTAL 5,93 5,52 5,63 5,82 5,73 5,84 5,54 5,89 5,98 5,81 5,42

Sumber: BPS Provinsi Banten

Grafik I.22. Impor Luar Negeri Barang Konsumsi Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Makanan OlahanConsumer Goods Semi Tahan LamaLainnya

g%yoy

Makanan Non-OlahanConsumer Goods Tahan LamaConsumer Goods Tidak Tahan Lama

US$ (Juta) % yoy

700,0

600,0

500,0

400,0

300,0

200,0

100,0

0,0

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00

-20,00

-40,00I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

-32,60

13,26

13,65

Grafik I.23. Impor Luar Negeri Barang Modal Provinsi Banten

Sumber: Bea Cukai, diolah

Growth (yoy)

Kendaraan IndustriBarang Modal Selain Kendaraan

US$ (Juta) % yoy

1.600

1.400

1.200

1.000

800

600

400

200

0

80,00

60,00

40,00

20,00

-

(20,00)

(40,00)

(60,00)

20,23

(9,62)

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

(25,34)

1.2. SISI PENAWARAN

Berdasarkan sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 ditopang terutama oleh LU industri pengolahan, LU konstruksi, LU perdagangan

besar & eceran, dan LU Real Estate . Sementara itu, perlambatan perekonomian pada triwulan I 2019 terutama didorong oleh melambatnya pertumbuhan LU transportasi dan LU pertanian.

18

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

1.2.1. Industri Pengolahan

LU Industri pengolahan tumbuh sebesar 2,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat tumbuh sebesar 2,19% (yoy). LU industri pengolahan pada triwulan I 2019 tumbuh positif seiring pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah baik di Provinsi Banten maupun di daerah lainnya. Selain itu, tumbuh positifnya permintaan eksternal yang tercermin dari angka ekspor turut menjadi penopang pertumbuhan kinerja industri pengolahan.

Berdasarkan data Industri Besar Sedang (IBS) dari beberapa industri utama Provinsi Banten, industri kimia adalah salah satu industri yang mengalami pertumbuhan positif pada triwulan I 2019. Sementara subkategori industri utama lainnya mengalami pertumbuhan yang menurun antara lain elektronika, alas kaki, kertas, tekstil, makanan, dan logam dasar. Selanjutnya dari golongan industri mikro dan kecil (IMK), industri kertas, alas kaki, dan pakaian jadi tercatat tumbuh meningkat pada triwulan I 2019. Sementara itu industri tekstil, logam dasar, dan makanan mengalami pertumbuhan negatif dibandingkan triwulan sebelumnya.

Perkembangan produksi industri logam dasar menunjukkan penurunan yang lebih dalam di kategori IBS dibandingkan pada kategori IMK pada triwulan I 2019. Hal ini diperkirakan sejalan dengan melambatnya konsumsi baja domestik pada triwulan berjalan yang cenderung diimbangi dengan kenaikan volume pengiriman ekspor baja. Ekspor produk baja triwulan I 2019 tumbuh cukup tinggi sebesar 61,03% (yoy), sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya 89,22% (yoy) pada triwulan IV 2018. Kinerja industri baja ke depan diperkirakan akan terus berkembang seiring berlanjutnya proyek-proyek nasional maupun swasta dalam bentuk bangunan dan non-bangunan baik di Provinsi Banten maupun di tingkat nasional yang akan menyerap produk baja atau logam dasar Provinsi Banten.

Adanya rencana pemerintah Tiongkok untuk menggelontorkan stimulus pada tahun 2019 diharapkan akan dapat mendongkrak permintaan produk baja Tiongkok dari negara-negara pemasok. Hal ini diperkirakan akan memicu persaingan antar pelaku usaha baja di regional Asia untuk memenangkan potensi order tersebut di tengah melambatnya produksi baja Tiongkok pasca dihentikannya

Grafik I.24. Pertumbuhan Produksi Subsektor Besar dan Sedang

Sumber : BPS Provinsi Banten

Tw I 2019Tw IV 2018

Alat Listrik

Alas Kaki

Elektronik

Logam Dasar

Kimia

Kertas

Tekstil

Makanan

-20 -15 -10 -5 15 200 105

% yoy

Grafik I.25. Pertumbuhan Produksi Subsektor Mikro dan Kecil

Sumber : BPS Provinsi Banten

Tw I 2019 Tw IV 2018

Pakaian Jadi

Logam Dasar

Alas Kaki

Kertas

Tekstil

Makanan

-20 20 40 60 80 100 1200

% yoy

19

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

operasional sejumlah furnace pabrik baja. Telah beroperasinya pabrik plat baja otomotif dan kompleks blast furnace di Kota Cilegon, serta berlanjutnya pembangunan hot strip mill dan pembangkit listrik penunjang pabrik baja diharapkan akan lebih mendorong kinerja dan mendukung daya saing industri baja Banten di tingkat nasional dan global.

Kinerja industri makanan triwulan I 2019 di IBS tercatat tumbuh menurun dan di IMK tercatat tumbuh menurun lebih dalam. Penurunan pertumbuhan terjadi pasca menguatnya permintaan domestik untuk konsumsi RT serta permintaan ekspor pada triwulan IV 2018. Ekspor produk makanan Provinsi Banten triwulan I 2019 tumbuh sebesar 2,69% (yoy) sedikit meningkat dari sebelumnya 2,14% (yoy) pada triwulan IV 2018. Pertumbuhan impor bahan makanan baik non-olahan maupun olahan yang menurun pada triwulan lalu ditengarai menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya pertumbuhan produksi industri makanan pada triwulan I 2019.

Namun demikian, meningkatnya impor bahan makanan olahan dan non olahan pada triwulan I 2019 mengindikasikan akan meningkatnya kinerja industri makanan di triwulan depan untuk memenuhi order menjelang momen Idul Fitri. Prospek industri makanan ke depan diperkirakan masih akan terus meningkat seiring proyeksi semakin menguatnya permintaan konsumsi masyarakat yang juga diikuti oleh masuknya investasi ke industri makanan Provinsi Banten hingga triwulan I 2019.

Sementara itu meningkatnya produksi industri kimia diikuti oleh perbaikan ekspor meskipun masih berada dalam tren kontraksi sebesar

2,03% (yoy) pada triwulan I 2019, membaik dibandingkan periode sebelumnya yang terkontraksi 3,15% (yoy). Hal ini dikarenakan orientasi penjualan beberapa pelaku usaha kimia yang cenderung menjual ke pasar domestik. Kenaikan produksi industri kimia tersebut seiring dengan tumbuh positifnya impor bahan baku industri kimia di triwulan I 2019.

Kinerja industri kimia ke depan diperkirakan akan terus meningkat seiring potensi semakin menguatnya permintaan domestik dan global terhadap produk-produk kimia dan turunannya yang direspon oleh pelaku usaha antara lain dalam bentuk investasi serta beberapa rencana pembangunan proyek berupa ekspansi pabrik, pembangunan pabrik-pabrik baru termasuk proyek energi untuk industri kimia Provinsi Banten.

Meningkatnya aktivitas industri pengolahan pada triwulan I 2019 juga terindikasi dari pertumbuhan impor LN Provinsi Banten pada triwulan IV 2018 serta triwulan berjalan, khususnya untuk komoditas bahan baku. Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan untuk industri pengolahan triwulan I 2019

Grafik I.26. Perkembangan Kredit Perbankan ke Industri Pengolahan di Provinsi Banten

Sumber : Bank Indonesia, diolah

g%yoyNilai Kredit

Rp Miliar % yoy

120.000110.000100.00090.00080.00070.00060.00050.00040.00030.00020.000

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-

17,00

12,90

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019

20

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

tercatat tumbuh positif sebesar 12,90% (yoy), meskipun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,00% (yoy).

1.2.2. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Meningkatnya kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor2 pada triwulan I 2019, berdasarkan informasi yang diperoleh dari survei Bank Indonesia, didorong oleh perdagangan kendaraan bermotor, khususnya kendaraan roda dua beserta suku cadangnya, perdagangan bahan bakar dan minyak pelumas, consumer goods tahan lama, serta bahan bakar rumah tangga (elpiji). LU Perdagangan triwulan I 2019 tercatat tumbuh sebesar 7,45% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat tumbuh 6,98% (yoy).

Tren penjualan kendaraan roda dua yang meningkat tersebut tidak diikuti dengan penjualan mobil nasional (Gaikindo) yang justru mengalami kontraksi 13,07% (yoy) pada triwulan I 2019 dari sebelumnya tumbuh 6,87% (yoy) pada triwulan IV 2018.

Meningkatnya perdagangan kendaraan bermotor Provinsi Banten pada triwulan I 2019 selain tercermin dari pertumbuhan positif kredit kendaraan bermotor yang disalurkan, juga terindikasi dari pertumbuhan jumlah registrasi motor baru di Samsat Provinsi Banten yang tumbuh sebesar 8,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,36% (yoy). Selain motor, kendaraan jenis truk dan alat berat juga mengalami pertumbuhan yang meningkat

sebesar 13,80% (yoy), meskipun lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 33,57% (yoy). Sementara itu jenis kendaraan lainnya mengalami perlambatan pada triwulan I 2019. Secara keseluruhan jenis kendaraan, registrasi kendaraan baru tumbuh sebesar 6,06% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan periode sebelumnya sebesar 0,44% (yoy).

Dari sisi perdagangan produk bahan makanan dan makanan jadi, angka impor makanan olahan dan non olahan tercatat mengalami kontraksi masing-masing sebesar 51,08 (yoy) dan 10,13% (yoy) pada triwulan I 2019 dari sebelumnya 24,12% (yoy) dan 10,75% (yoy). Selain itu pertumbuhan impor consumer goods tahan lama dan tidak tahan lama juga menunjukkan kontraksi yaitu masing-masing 47,32% (yoy) dari sebelumnya 3,84% (yoy) dan kontraksi 11,77% (yoy) dari sebelumnya 11,58% (yoy). Selanjutnya impor consumer goods semi tahan lama juga terkontraksi dari 3,63% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi -2,88% (yoy) pada triwulan I 2019. Secara umum hal-hal ini mengindikasikan bahwa konsumsi masyarakat terhadap produk makanan dan consumer goods cenderung melambat pada triwulan I 2019.

Hasil Survei Penjualan Eceran di Provinsi Banten lebih lanjut menunjukkan bahwa kinerja perdagangan ditopang oleh kenaikan penjualan komoditas antara lain barang konsumsi lainnya (produk kertas karton, cetakan, mainan anak), kendaraan bermotor roda dua beserta suku cadangnya, elpiji rumah tangga, pakaian jadi, alas kaki, dan aksesoris pribadi. Adapun kenaikan penjualan BBM (Bahan Bakar Minyak) di Provinsi Banten selain dipengaruhi kenaikan konsumsi BBM

2 Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor untuk selanjutnya disebut perdagangan.

21

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

masyarakat umum seiring bertambahnya jumlah kendaraan, juga didorong oleh aktivitas transportasi, jasa pengiriman dan keperluan logistik.

1.2.3. Konstruksi

LU konstruksi pada triwulan I 2019 tumbuh 8,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan IV 2018 yang tumbuh 7,70% (yoy). Pertumbuhan kinerja LU konstruksi Provinsi Banten sejalan dengan aktivitas konstruksi yang terus berlanjut untuk penyelesaian proyek-proyek strategis nasional dan juga

proyek industri swasta. Selain pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah, berlanjutnya pembangunan pabrik-pabrik kimia dan baja di Provinsi Banten juga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kinerja LU konstruksi. Pembangunan proyek properti, kawasan industri, rumah sakit, hotel, pusat-pusat perniagaan, dan perkantoran juga turut mendorong kinerja konstruksi.

Sejalan dengan arah pertumbuhan LU konstruksi, kredit lapangan usaha bidang konstruksi juga menunjukkan peningkatan pada triwulan I 2019 sebesar 8,24% (yoy) dibandingkan triwulan IV 2018 yang terkontraksi 4,69%

Grafik I.27. Perkembangan Nasional Growth Produksi, Penjualan, dan Ekspor Mobil (yoy)

Grafik I.28. Perkembangan Registrasi Kendaraan Barudi Provinsi Banten

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

g% (yoy) totalMobilMotor

Kendaraan KomersialTruk & Alat Berat

140.000

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-

40,00%

20,00%

0,00%

-20,00%

-40,00%

-60,00%

-80,00%I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: GAIKINDO, diolah

Growth yoy (%)

605040302010

0-10-20-30-40

Produksi Mobil Penjualan Mobil Ekspor Mobil

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Grafik I.29. Perkembangan Kredit Kendaraan Bermotor yoy Provinsi Banten

Grafik I.30.Perkembangan Impor Barang Konsumsi

Sumber: Bank Indonesia, diolah

% yoy

40,0

30,0

20,0

10,0

-

(10,0)

(20,0)

(30,0)

Kredit Kendaraan Bermotor Mobil Motor

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019

Sumber: Bea Cukai, diolah

Makanan OlahanConsumer Goods Semi Tahan LamaLainnya

g%yoy

Makanan Non-OlahanConsumer Goods Tahan LamaConsumer Goods Tidak Tahan Lama

US$ (Juta) % yoy

700,0

600,0

500,0

400,0

300,0

200,0

100,0

0,0

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

0,00

-20,00

-40,00I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

-32,60

13,26

13,65

22

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

(yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari data Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Banten terkait realisasi proyek infrastruktur Pemerintah (termasuk proyek multiyears) pada penyerapan belanja modal APBD Provinsi Banten triwulan I 2019, yaitu sebesar 1,01% atau sedikit lebih tinggi dibandingkan penyerapan triwulan I 2018 sebesar 0,06%.

Adapun pada tahun 2018, Perda infrastruktur tahun jamak yang mencakup antara lain pembangunan beberapa ruas jalan antara lain Jalan Tanjung Lesung-Sumur, Cipanas-Warung Banten, dan beberapa lainnya telah disahkan DPRD Provinsi Banten pada September 2018. Selanjutnya, diterbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Provinsi Banten Nomor 55 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembangunan Provinsi Banten Tahun Anggaran 2019. Dengan terbitnya kedua produk hukum tersebut, diharapkan akan memperlancar penyelesaian proyek pembangunan akses jalan serta proyek-proyek tahun jamak lainnya di Banten. Beberapa proyek yang masih dalam tahap konstruksi di antaranya adalah jalan tol Kunciran–Serpong, tol Serpong-Balaraja serta pembangunan Bendungan Karian di Kabupaten Lebak.

Sebagian pelaksanaan proyek tersebut juga menggunakan pembiayaan yang bersumber dari APBN. Sementara proyek Bendungan Sindang Heula diperkirakan akan dapat dirampungkan pada tahun 2019.

1.2.4. Transportasi dan Pergudangan

Kinerja LU transportasi dan pergudangan pada triwulan I 2019 tumbuh 1,00% (yoy), turun cukup dalam dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat tumbuh 5,27% (yoy). Secara umum, sektor transportasi di Provinsi Banten terutama di kontribusi oleh subsektor angkutan udara, diikuti oleh subsektor angkutan darat, dan angkutan laut. Lapangan usaha transportasi Provinsi Banten sangat berkaitan erat dengan aktivitas angkutan udara di Bandara Soekarno-Hatta.

Berdasarkan informasi dari Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, data jumlah penumpang Bandara Soekarno-Hatta untuk pesawat rute domestik pada triwulan I 2019 mencapai 4,32 juta penumpang, terkontraksi sebesar 19,71% (yoy), turun lebih dalam dibandingkan triwulan IV 2018 yang terkontraksi sebesar 3,61% (yoy). Untuk rute internasional jumlah penumpang mencapai 1,90 juta penumpang, terkontraksi

Grafik I.31. Realisasi Belanja Modal Pemerintah Provinsi Banten Berdasarkan APBD

Grafik I.32. Perkembangan Kredit Konstruksi diProvinsi Banten

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%

0%

Realisasi Belanja ModalRealisasi Belanja Daerah

3%

19%

30%

90%

0%9%

20%

79%

0%4%

13%

64%

1%

11%

42%

62%

96%

10%

28%

51%

92%

8%

29% 32%

61%

9%

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia, diolah

g%yoyNilai Kredit

Rp Miliar % yoy

20.00018.00016.00014.00012.00010.0008.0006.0004.0002.000

0

120,00

100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

-

(20,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

23

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

sebesar 0,22% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,27% (yoy). Secara total, penumpang triwulan I 2019 tercatat sebanyak 6,22 juta penumpang atau terkontraksi sebesar 14,62% (yoy), atau menurun lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,85% (yoy).

Jumlah penumpang domestik yang menurun pada triwulan I 2019 ditengarai disebabkan oleh melonjaknya harga tiket atau tarif penumpang angkutan udara secara nasional. Di sisi lain, masih cukup tingginya permintaan terhadap moda transportasi udara ditengah dengan kenaikan tarif turut mendorong peningkatan inflasi angkutan udara di Provinsi Banten pada triwulan I 2019. Inflasi angkutan udara tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan rata-rata triwulan I selama tiga tahun terakhir.

Selanjutnya, merespon kondisi tersebut, Kementerian Perhubungan telah mengeluarkan beberapa peraturan dan himbauan kepada pelaku usaha angkutan udara dengan tujuan agar tarif angkutan udara dapat diturunkan. Peraturan-peraturan tersebut antara lain:

a. Dirjen Perhubungan Udara mengeluarkan Surat Edaran No.4/2018 yang ditujukan kepada maskapai, pengelola bandara dan pengelola navigasi penerbangan untuk mematuhi ketentuan tarif batas atas dan batas bawah yang telah ada karena kenaikan tarif maskapai yang dinilai sudah cukup tinggi.

b. Kementerian Perhubungan mengeluarkan Kepmen Hub No. 72/2019 mengenai perubahan kebijakan formula tarif batas atas penumpang kelas ekonomi angkutan udara komersial berjadwal dalam negeri

serta tarif batas bawah yang naik dari sebelumnya 30% x batas atas menjadi 35% x batas atas. Kebijakan tersebut berlaku per 1 April 2019.

c. Kementerian Perhubungan mengeluarkan Regulasi penyesuaian (TBA) melalui Kepmen Hub No. 106/2019 tentang Tarif Batas Atas (TBA) Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Regulasi tersebut menggantikan Kepmen Hub No.72/2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Kepmen ini menurunkan tarif batas atas penerbangan melalui dengan kisaran 12%-16% dengan tetap memperhatikan keselamatan dan keamanan penerbangan, serta kepentingan penyelenggara jasa angkutan penerbangan. Kebijakan tersebut berlaku per 18 Mei 2019.

Selain itu, Kementerian ESDM juga telah mengeluarkan kebijakan formula perhitungan yang membatasi margin badan usaha, yaitu maksimal 10% dari harga dasar yang menjual Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Avtur di Depot Pengisian Pesawat Udara. Kebijakan ini tertuang dalam Kepmen ESDM No. 17 K/10/MEM/2019 dan berlaku per 1 Februari 2019.

Dengan adanya kebijakan ini diharapkan dapat menurunkan biaya bahan bakar yang merupakan komponen biaya operasional yang terbesar pada industri angkutan udara dan selanjutnya mendorong efisiensi biaya yang akan tercermin pada tarif angkutan udara.

Dari sisi data pengiriman barang di Bandara Soekarno-Hatta, volume pengiriman barang rute domestik pada triwulan I 2019 mencapai

24

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

kenaikan tarif angkutan udara yang kemudian memicu kenaikan tarif kargo udara oleh pelaku usaha logistik, yang pada akhirnya mendorong turunnya permintaan.

1.2.5. Real Estate

Kinerja LU real estate pada triwulan I 2019 tumbuh lebih tinggi disumbang oleh pertumbuhan properti di semua tipe, mencakup tipe kecil, menengah, dan besar. LU Real Estate tumbuh 8,33% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan IV 2018 sebesar 7,40% (yoy).

Menurut hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, pada triwulan I 2019, secara keseluruhan tingkat harga properti atau nilai tambahnya di kawasan Jabodetabek-Banten masih menunjukkan pertumbuhan positif meskipun sedikit lebih rendah dari 3,05% (yoy) pada triwulan IV 2018 menjadi 1,56% (yoy) pada triwulan I 2019. Adapun berdasarkan indeks SHPR, properti tipe kecil tumbuh 1,80% (yoy) pada triwulan I 2019 lebih rendah dari triwulan sebelumnya 4,04% (yoy). Properti tipe

31.938 ton atau terkontraksi sebesar 45,14% (yoy), menurun lebih dalam dibandingkan triwulan IV 2018 yang terkontraksi 22,17% (yoy). Sementara itu, volume pengiriman barang rute internasional triwulan I 2019 mencapai 32.518 ton atau terkontraksi sebesar 26,26% (yoy), juga menurun lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu kontraksi 11,81% (yoy). Sehingga, total volume pengiriman kargo triwulan I 2019 tercatat sebesar 64.456 ton atau terkontraksi 37,00% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 17,62% (yoy). Terkontraksinya pengiriman barang melalui Bandara Soetta diperkirakan juga merupakan dampak dari

Grafik I.33. Data Penumpang Pesawat di Bandara Soekarno Hatta

Grafik I.34. Tingkat Inflasi Angkutan Udara

Sumber: BPS

g%yoy

DomestikInternasional

Jumlah Penumpang % yoy

7.000.000

6.000.000

5.000.000

4.000.000

3.000.000

2.000.000

1.000.000

0

15,00

10,00

5,00

-

(5,00)

(10,00)

(15,00)

(20,00)

(25,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

3,83

(3,61)

(19,71)

Sumber: BPS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

% yoy

65,00

45,00

25,00

5,00

(15,00)

(35,00)20172016 2018 2019

11,50

9,30

12,22

26,88

Grafik I.35. Data Pengiriman Barang Menggunakan Moda Angkutan Udara di Bandara Soekarno-Hatta

Sumber: BPS

g%yoy Kargo TotalKargo Domestik Kargo Internasional

Ton

70.000

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

0

30,00

20,00

10,00

-

(10,00)

(20,00)

(30,00)

(40,00)

(50,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

4,94

(22,17)

(45,14)

25

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

menengah juga tumbuh positif namun lebih rendah sebesar 2,03% (yoy) dari sebelumnya 3,74% (yoy). Sementara itu, properti tipe besar juga tumbuh lebih rendah sebesar 0,86% (yoy) dari sebelumnya 1,37% (yoy).

Data pembiayaan untuk sektor properti di Provinsi Banten menunjukkan pertumbuhan yang sedikit melambat namun masih cukup tinggi di triwulan I 2019 sebesar 18,34% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 19,64% (yoy). Pertumbuhan tertinggi kredit properti pada triwulan I 2019 terutama untuk jenis pembiayaan KPA (Kredit Pemilikan Apartemen) khususnya tipe s.d. 21 yang mencapai 19,97% (yoy) diikuti oleh KPA untuk tipe diatas 70 yang pertumbuhannya mencapai 12,82% (yoy).

Pertumbuhan permintaan tipe apartemen di area Tangerang Raya masih cukup pesat dibandingkan dengan pertumbuhan permintaan rumah tapak. Ke depan, prospek berlanjutnya pengembangan kota mandiri serta klaster-klaster perumahan baru seiring pembangunan proyek infrastruktur jalan, bangunan, transportasi, serta fasil itas

pendukung lainnya oleh Pemerintah diharapkan akan meningkatkan konektivitas antar daerah dan membuka area-area pertumbuhan ekonomi baru sehingga kinerja sektor real estate secara khusus dan perekonomian secara umum dapat semakin berpotensi meningkat.

1.2.6. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Perkembangan kinerja LU pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan I 2019 menunjukkan perlambatan yang disebabkan karena sebagian masa panen telah berlangsung pada triwulan sebelumnya. LU pertanian, kehutanan, dan perikanan tumbuh sebesar 3,08% (yoy), melambat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 21,11% (yoy). Hasil produksi dari jenis pertanian padi sawah di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 terkontraksi sebesar 8,13% (yoy), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 38,74% (yoy). Sementara itu jenis pertanian padi ladang di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tumbuh 142,31% (yoy).

Grafik I.36. Pertumbuhan Harga Properti Residensial Jabodebek-Banten

Sumber: Bank Indonesia

Kecil (%-yoy)Menengah (%-yoy)Besar (%-yoy)

Total225

220

215

210

205

200

195

9,00

8,00

7,00

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

-

0,86

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

1,27 1,37

3,741,80

2,03

4,49

4,12

4,04

Grafik I.37. Pertumbuhan Kredit Properti di Provinsi Banten

Sumber: Bank Indonesia

KPR TotalTipe 22 s.d 70RukoFlat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 70

Tipe > 70s.d. Tipe 21

Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21Flat atau Apartemen Tipe Diatas 70

% yoy

120,0

100,0

80,0

60,0

40,0

20,0

-

(20,0)

(40,0)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019

26

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

menurut informasi yang didapatkan dari focus group discussion, pada triwulan ini produksi juga didukung oleh relatif tidak adanya gangguan hama dan OPT.

Selanjutnya terkait program Pemerintah Pusat Upsus Pajale jagung, hasil produksi pertanian jagung Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tumbuh 60,33% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 168,77% (yoy). Faktor menurunnya luas tanam dan luas panen jagung ditengarai menjadi salah satu penyebab penurunan tersebut.

Dari sisi Upsus Pajale kedelai, hasil produksi kedelai di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 terkontraksi 88,03% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 948,08% (yoy). Serupa halnya dengan tanaman jagung, salah satu

Grafik I.38.Realisasi Tanaman Padi Triwulan I 2019

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Luas Tanam

Luas Panen

Produksi

Tw IV-18: 137.416 Ha

Tw I-19: 101.138 Ha

Tw IV-18: 67.022 Ha

Tw I-19: 123.509 Ha

Tw IV-18: 375.751 Ton

Tw I-19: 591.285 Ton

Grafik I.39.Realisasi Tanaman Jagung Triwulan I 2019

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Luas Tanam

Luas Panen

Produksi

Tw IV-18: 39.189 Ha

Tw I-19: 819 Ha

Tw IV-18: 20.139 Ha

Tw I-19: 18.446 Ha

Tw IV-18: 91.552 Ton

Tw I-19: 104.847 Ha

Grafik I.40.Realisasi Tanaman Kedelai Triwulan I 2019

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Luas Tanam

Luas Panen

Produksi

Tw IV-18: 1.297 Ha

Tw I-19: 14 Ha

Tw IV-18: 7.263 Ha

Tw I-19: 1.036 Ha

Tw IV-18: 9.267 Ton

Tw I-19: 954 Ha

Tabel I.5. Perkembangan Panen Padi di Provinsi Banten

No. Keterangan(Dalam ton)

2017 2018 2019

I II III IV I II III IV I

1. Padi Sawah 783.099 577.651 803.615 267.642 534.272 609.788 751.790 371.338 490.813

2. Padi Ladang 38.540 4.084 1.143 - 41.464 12.286 32.254 4.413 100.472

TOTAL 821.639 581.735 804.757 267.642 575.737 622.074 784.044 375.751 591.285

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Total produksi padi pada triwulan I 2019 mencapai 591 ribu ton, lebih tinggi dibandingkan total produksi pada triwulan sebelumnya sebesar 376 ribu ton. Angka luas tanam lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sementara luas panen lebih tinggi dari luasan triwulan sebelumnya. Selain itu,

27

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

penyebab penurunan hasil produksi tanaman kedelai adalah akibat menurunnya luas tanam dan luas panen kedelai. Selain itu, faktor pemberian bantuan berupa benih, pupuk, maupun prasarana pendukung lainnya sangat memengaruhi kesediaan petani Banten untuk menanam komoditas seperti jagung dan kedelai yang kemudian akan memengaruhi produksi yang dihasilkan. Dari hasil focus group discussion yang dilakukan oleh Bank Indonesia, diketahui bahwa bantuan benih sedang dalam proses pencairan pada triwulan berjalan,

sehingga setelah didistribusikan diharapkan dapat menopang produksi komoditas pajale pada triwulan depan.

Produksi komoditas hortikultura Provinsi Banten berupa cabai besar di triwulan I 2019 tumbuh 8,54% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,98% (yoy). Sementara itu, produksi cabai rawit terkontraksi 58,62% (yoy), menurun lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 5,82% (yoy). Menurunnya luas panen serta kondisi curah hujan tinggi yang masih berlangsung hingga bulan Februari 2019 turut berkontribusi terhadap melambatnya hasil pertanian hortikultura pada triwulan I 2019 dibandingkan dengan triwulan IV 2018. Sementara itu, produksi bawang merah Provinsi Banten triwulan I 2019 mengalami peningkatan 312,65% (yoy), melonjak dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 42,33% (yoy). Menurunnya luas panen nampak tidak terlalu memengaruhi produktivitas bawang merah Provinsi Banten yang juga memasuki masa panen pada triwulan I 2019.

Grafik I.41.Realisasi Tanaman Cabai Besar Triwulan I 2019

Tw IV-18: 273 Ha

Tw I-19: 340 Ha

Tw IV-18: 1.762 Ton

Tw I-19: 2.015 Ha

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Luas Tanam

Produksi

Grafik I.42.Realisasi Tanaman Cabai Rawit Triwulan I 2019

Tw IV-18: 201 Ha

Tw I-19: 219 Ha

Tw IV-18: 1.265 Ton

Tw I-19: 1.408 Ha

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Luas Tanam

Produksi

Grafik I.43.Realisasi Tanaman Bawang Merah Triwulan I 2019

Tw IV-18: 20 Ha

Tw I-19: 101 Ha

Tw IV-18: 231 Ton

Tw I-19: 600 Ha

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Luas Tanam

Produksi

28

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

B. TRACKING PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO PROVINSI BANTEN TRIWULAN II 2019

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada triwulan II 2019 diperkirakan berada dalam kisaran 5,6% s.d 6,0% (yoy), tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2019. Pertumbuhan ke depan diperkirakan akan ditopang terutama oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat , Pemerintah, dan kinerja ekspor. Berdasarkan lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi akan ditopang oleh antara lain LU industri pengolahan, LU perdagangan, LU konstruksi, LU pertanian, dan LU Real Estate yang diperkirakan menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan II 2019.

Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2019 diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi dari riwulan sebelumnya sejalan dengan meningkatnya penghasilan masyarakat yang akan mendukung konsumsi pada momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri di bulan Mei hingga Juni. Selain itu, belanja ritel masyarakat dalam rangka pelaksanaan pemilu di awal triwulan II diperkirakan juga akan mendukung konsumsi.

Berdasarkan hasil tracking indikator konsumsi rumah tangga yang tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat dari posisi 124 pada triwulan I 2019 menjadi 125 pada bulan Mei 2019. Namun demikian, indeks ekspektasi konsumen menunjukkan perlambatan dari 1461 di triwulan I 2019 menjadi 139 di bulan Mei 2019. Meskipun menurun, indeks tersebut masih dalam level yang cukup tinggi yang mengindikasikan optimisme masyarakat. Sementara itu, indeks

penghasilan konsumen menunjukkan kenaikan dari 116 pada triwulan I 2019 menjadi 123 di bulan Mei 2019. Selanjutnya indeks konsumsi barang tahan lama juga menunjukkan kenaikan dari 103 di triwulan I 2019 ke 108 di bulan Mei 2019. Hal ini mengindikasikan potensi meningkatnya konsumsi masyarakat di triwulan II 2019.

Dari survei konsumen didapatkan informasi bahwa Indeks Kegiatan Usaha 6 bulan mendatang diperkirakan akan mengalami sedikit penurunan dari 150 pada triwulan I 2019 menjadi 146 pada bulan Mei 2019. Jumlah Tabungan Masyarakat 6 bulan mendatang diperkirakan mengalami penurunan dari 125 pada triwulan I 2019 menjadi 115 di bulan Mei 2019, sementara indeks Posisi Pinjaman Masyarakat 6 bulan mendatang menunjukkan penurunan dari 171 pada triwulan I 2019 menjadi 149 di bulan Mei 2019. Hal ini mengindikasikan relatif tertahannya optimisme terkait prospek usaha ke depan yang kemudian mendorong kecenderungan masyarakat untuk mengurangi atau melunasi porsi pinjamannya.

Selanjutnya, konsumsi masyarakat diperkirakan masih akan tumbuh positif yang terindikasi dari tren tumbuh positifnya kredit kendaraan bermotor, kredit properti, dan multiguna. Data pembiayaan perbankan terhadap konsumsi rumah tangga sampai dengan bulan April 2019 tumbuh 13,70% (yoy), cenderung stabil dibandingkan triwulan I 2019 yang tumbuh 13,87% (yoy). KPR, KPA dan ruko juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 19,18% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 18,34% (yoy). Sementara itu, kredit kendaraan bermotor menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,29% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 sebesar 5,66% (yoy).

29

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Pertumbuhan konsumsi Pemer intah diperkirakan tumbuh meningkat pada triwulan II 2019 didukung berlanjutnya proyek infrastruktur strategis serta pelaksanaan pemilu bulan April dan dilangsungkannya festival-festival lainnya di triwulan II 2019. Menjelang tengah tahun, sesuai pola musimannya, belanja Pemerintah diperkirakan akan menunjukkan peningkatan. Selain itu, dicairkannya tunjangan hari raya, dana Program Keluarga Harapan di bulan Juni, dana Bantuan Pangan Non Tunai bulanan, dan dana Jaminan Sosial Rakyat Bersatu Banten di bulan April diperkirakan akan mendukung realisasi anggaran pemerintah.

Kinerja investasi diperkirakan masih akan tumbuh cukup tinggi meskipun pada level yang lebih rendah dari triwulan I 2019 karena faktor wait and see investor pada tahun politik serta mempertimbangkan kondisi global. Namun investasi tetap berpotensi tumbuh didorong proyek yang sudah berlangsung pada beberapa pabrik swasta. Beberapa hal yang diharapkan menjadi pendorong investasi di Provinsi Banten di antaranya adalah investasi bangunan diperkirakan

meningkat seiring dengan berlanjutnya progress pembangunan beberapa proyek swasta antara lain pembangunan pabrik sektor industri kimia, baja, dan industri makanan. Sejalan dengan hal tersebut, hasil liaison bulan Mei 2019 sebagaimana ditunjukkan oleh likert scale menunjukkan bahwa perkiraan investasi ke depan menurun ke 0,63. Meski demikian, dari hasil liaison juga diperoleh informasi bahwa terdapat beberapa sektor yang masih optimis terhadap prospek usahanya, antara lain adalah LU industri pengolahan, LU konstruksi, dan LU Real Estate. Namun demikian, proyeksi perekonomian global yang diprakirakan tumbuh melambat serta

Grafik I.44.Indeks Konsumsi dan Indeks Penghasilan

Grafik I.45. Komponen Indeks Ekspektasi Konsumen (Survei Konsumen)

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Indeks

150140130120110100

9080706050

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE)Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama

Indeks Penghasilan KonsumenIndeks Ketersediaan Lapangan Kerja

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I Apr Mei

2018 2019

74

99

70

8983

115114

119125 122

104

9188

92

106

125 127

99 98

108

120

113118

122

128 126 129

116

131123

88

9990

95

97116

115

131138

133

120

111103 105

108

Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia

Indeks

200

180

160

140

120

100

80

60

40

Jumlah Tabungan 6 Bln MendatangIndeks Kegiatan Usaha 6 Bln MendatangPerkiraan Posisi Pinjaman 6 Bln Mendatang

147

150

138 160

99130 125

136 136 144

127 130

125

108115

161

147 144

145

122

109 112 131 137149

134 130 150

139 146

171

134 137133

127

138 134

127128

132

189 193171

179

149

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I Apr Mei

2018 2019

Grafik I.46. Perkembangan Dana Simpanan Pemerintah Daerah Provinsi Banten

Sumber : Bank Indonesia

16.000

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

0

Total Simpanan Giro Deposito

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019

30

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

cenderung lesunya iklim perdagangan global, diperkirakan dapat memengaruhi minat pelaku usaha untuk melakukan investasi baik secara langsung maupun investasi tidak langsung.

Ekspor diperkirakan tumbuh menguat ditengah asumsi WTV yang diprakirakan menurun seiring prospek berlanjutnya perang dagang. Namun, membaiknya kondisi retail sales negara mitra dagang utama Provinsi Banten seperti Uni Eropa dan Tiongkok serta prospek meningkatnya ekspor antar daerah diperkirakan akan menopang kinerja ekspor. Kondisi-kondisi tersebut akan memengaruhi permintaan komoditas ekspor utama Provinsi Banten seperti produk alas kaki, kimia, dan

baja seiring proyeksi kebutuhan global yang berpotensi meningkat.

Sejalan dengan perkiraan pertumbuhan ekspor, kinerja impor juga diperkirakan tumbuh menguat ditopang antara lain oleh impor kebutuhan sektor industri. Pertumbuhan impor terutama untuk mendukung kinerja industri selain dalam bentuk bahan baku juga dalam bentuk barang modal diperkirakan masih akan tumbuh. Selain itu, impor barang konsumsi juga berpotensi tumbuh untuk memenuhi konsumsi masyarakat.

Di sisi lapangan usaha, pertumbuhan triwulan II 2019 diperkirakan akan tumbuh ditopang oleh

Grafik I.47.Perkembangan Likert Scale Investasi

Sumber : Bank Indonesia

1,80

1,60

1,40

1,20

1,00

0,80

0,60

0,40

0,20

-

Likert Scale

RealisasiProyeksi 1 Tahun

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I Mei

2018 2019

1,05

1,24

0,63 0,76

1,55

0,63

Grafik I.48. Purchasing Managers Index (PMI) Negara Mitra Dagang Utama Provinsi Banten

Sumber : Bloomberg, diolah

Index

6058565452504846444240

Eropa US Tiongkok Jepang

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I

2019

Grafik I.49. Pertumbuhan Penjualan Ritel %(yoy) Negara Mitra Dagang Provinsi Banten

Sumber : Bloomberg, diolah

Index

141210

86420

-2-4-6-8

-10Eropa US Tiongkok Jepang

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I II

2019

Grafik I.50.Harga Crude Oil (WTI)

Sumber : Bloomberg, diolah

US$ / Barrel

Rata-rata bulananharga minyak dunia2016-2019 ($53,38)

80,00

60,00

40,00

20,00

-I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

33,23

69,68 58,79

54,88

31

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

kinerja LU industri pengolahan serta LU utama Provinsi Banten lainnya yang diperkirakan akan tumbuh cukup tinggi. Hasil dari liaison ke industri pengolahan menunjukkan bahwa secara umum pelaku usaha memiliki optimisme bahwa perkiraan penjualan 2019 dapat tercapai. Industri yang optimis mencapai target penjualan, antara lain adalah industri kimia, alas kaki, serta konstruksi dan bangunan. Selain itu, dari sisi pembiayaan, kredit kepada lapangan usaha industri pengolahan bulan April 2019 yang tumbuh meningkat sebesar 12,99% (yoy) diperkirakan akan dapat mendukung kinerja industri pengolahan.

LU perdagangan besar, eceran, reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan tumbuh lebih tinggi didorong meningkatnya konsumsi masyarakat, swasta, dan juga Pemerintah seiring Ramadhan, Idul Fitri, dan pemilu serentak 2019 yang juga didukung oleh pencairan THR. Perkiraan menguatnya konsumsi rumah tangga selain terlihat dari survei konsumen yang optimis juga terlihat dari perkembangan pembiayaan. Pertumbuhan kredit pada sektor jasa perdagangan masih menunjukkan pertumbuhan positif pada bulan April 2019 yaitu sebesar 7,98% (yoy), lebih tinggi dari sebelumnya 6,28% (yoy) pada triwulan I 2019.

Grafik I.51. Perkembangan Likert Scale LiaisonPenjualan Industri Pengolahan

Grafik I.52. Perkembangan Kredit PembiayaanIndustri Pengolahan

Sumber : Bank Indonesia

g%yoyNilai Kredit

Rp Miliar % yoy

120.000110.000100.00090.00080.00070.00060.00050.00040.00030.00020.000

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-

17,00

12,90

12,99

I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019Sumber : Bank Indonesia

1,50

1,00

0,50

0,00

-0,50

-1,00

-1,50

-2,00I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I Mei

2018 2019

1,00

0,380,00

Grafik I.53. Perkembangan Likert Scale Liaison Penjualan Perdagangan

Grafik I.54. Perkembangan Kredit Perdagangandan Kredit Konsumsi

Sumber : Bank Indonesia

2,50

2,00

1,50

1,00

0,50

0,00

-0,50

1,00

0,00

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Konsumsi - KKBKonsumsi - KPR/KPA/Ruko

Perdagangan

Sumber : Bank Indonesia

% yoy

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-

(5,00)I II III IV

2015

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV

2018

I Apr

2019

32

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Kinerja LU transportasi dan pergudangan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang meningkat dibandingkan triwulan I 2019. Kenaikan pertumbuhan sektor transportasi dan pergudangan diperkirakan didorong oleh

kenaikan permintaan menjelang momen Idul Fitri dan libur panjang. Selain itu, kinerja distribusi, logistik, dan jasa pergudangan diperkirakan meningkat untuk mendukung kinerja industri pengolahan dan ekspor-impor.

33

BAB 1 • Perkembangan Ekonomi Makro Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 2Keuangan

Pemerintah

36

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 2

Keuangan Pemerintah

Perlambatan yang terjadi pada perekonomian Provinsi Banten triwulan I 2019 salah satunya disebabkan oleh lebih rendahnya pengeluaran pemerintah dibandingkan triwulan IV 2018. Hal ini sejalan dengan realisasi belanja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBD) Provinsi Banten yang masih rendah yaitu sebesar 9,2%, meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018. Rendahnya belanja APBD tersebut terutama disebabkan rendahnya realisasi belanja langsung berupa belanja modal yang baru terealisasi sebesar 1,0%. Sementara itu realisasi pendapatan APBD sampai dengan triwulan I 2019 adalah sebesar 19,8%, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2018 yang mencapai 21,2%. Rendahnya realisasi pendapatan disebabkan oleh belum optimalnya pencapaian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan juga dana perimbangan.

Sama halnya dengan APBD Provinsi Banten, realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi Banten pada tahun 2019 juga belum optimal yaitu sebesar 12,4%, meskipun lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018 sebesar 9,2%. Komponen belanja pegawai mendominasi realisasi APBN diikuti oleh belanja barang dan Dana Desa, sementara realisasi belanja bantuan sosial dan belanja modal masih sangat rendah. Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik bahkan belum disalurkan akibat belum lengkapnya dokumen persyaratan DAK Fisik tahap I.

Sementara itu, tingkat kemandirian fiskal Provinsi Banten mengalami peningkatan yang dicerminkan oleh Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF) yang mencapai 61,4% pada tahun 2018 lebih tinggi dibandingkan tahun 2017. Peningkatan DDF tersebut seiring dengan pertumbuhan PAD yang cukup tinggi dan didukung oleh meningkatnya penerimaan pajak daerah. Tingkat kemandirian fiskal Provinsi Banten lebih tinggi dibandingkan angka nasional yaitu sebesar 23,1% dan juga lebih tinggi dari rata-rata provinsi di Indonesia yaitu 45,8% pada tahun 2018.

37

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

2.1. KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Banten tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 baik dari sisi pendapatan maupun dari sisi belanja, sebagaimana tercermin dari pagu masing-masing komponen tersebut. Pagu pendapatan Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2019 adalah senilai Rp11,83 triliun, meningkat senilai Rp1,35 triliun atau sebesar 12,9% (yoy) dibandingkan tahun 2018 dengan nilai Rp10,48 triliun. Demikian juga dengan anggaran belanja pada tahun 2019 meningkat senilai Rp1,09 triliun atau sekitar 9,9% (yoy) dari sebelumnya sebesar Rp11,06 triliun menjadi 12,15 triliun.

Pada triwulan I 2019, realisasi pendapatan APBD Provinsi Banten senilai Rp2,34 triliun atau mencapai 19,8% dari target, lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2018 sebesar 21,2%. Secara nominal, realisasi pendapatan juga mengalami peningkatan sebesar Rp115,6 miliar atau tumbuh sebesar 5,2% (yoy) dibandingkan triwulan I 2018.

Di sisi lain, realisasi belanja APBD Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat senilai Rp1,12 triliun atau 9,2% dari total target belanja tahun 2019. Berbeda dengan realisasi pendapatan, persentase realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 dengan realisasi sebesar 8,7%, dengan peningkatan secara nominal senilai Rp

Tabel II.1. Perkembangan dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta)

2018

APBD REALISASI %

2019

APBD REALISASI %

Pendapatan Daerah : 10.477.856 2.225.705 21,2% 11.831.984 2.341.308 19,8%

- Pendapatan Asli Daerah 6.296.107 1.323.183 21,0% 7.344.821 1.427.916 19,4%

- Dana Perimbangan 4.176.078 900.509 21,6% 4.481.092 911.698 20,3%

- Lain-lain pendapatan yang sah 5.670 2.012 35,5% 6.070 1.694 27,9%

Belanja Daerah : 11.055.265 961.197 8,7% 12.154.531 1.120.977 9,2%

- Belanja Tidak Langsung 6.904.551 809.328 11,7% 7.626.034 869.484 11,4%

- Belanja Langsung 4.150.714 151.869 3,7% 4.528.498 251.493 5,6%

Surplus / (Defisit) (577.409) 1.264.508 (322.548) 1.220.332

Penerimaan Pembiayaan Daerah : 752.409 0% 453.548 0%

752.409 0% 453.548 0%- Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya

Pengeluaran Pembiayaan Daerah : - 131.000175.000 - -

- 131.000175.000 - -- Penyertaan Modal Pemerintah Daerah

Pembiayaan Netto 752.409 - -322.548 0%

SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN(SILPA) TAHUN BERKENAAN - 1.264.508 - 1.220.332

URAIANS.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

38

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

159,8 miliar atau tumbuh sekitar 16,6% (yoy) dibandingkan tahun 2018.

2.1.1. Pendapatan Provinsi Banten

Pagu pendapatan APBD Provinsi Banten pada tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yang didorong oleh meningkatnya komponen utama pendapatan yaitu Pajak dan Dana Perimbangan. Demikian juga dengan realisasi pendapatan pada triwulan I 2019 secara nominal mengalami peningkatan meskipun angka realisasi pendapatan lebih rendah dibanding periode triwulan I 2018.

Pagu pendapatan APBD Provinsi Banten pada tahun 2019 adalah senilai Rp11,83 triliun, meningkat 12,9% (yoy) dibandingkan tahun 2018 dengan nilai Rp10,48 triliun. Struktur

komponen pendapatan Provinsi Banten pada tahun 2019 masih didominasi oleh PAD (Pendapatan Asli Daerah) dengan nilai Rp7,34 triliun atau pangsa sebesar 62,1% terhadap pagu anggaran, diikuti Dana Perimbangan senilai Rp4,48 triliun atau pangsa sebesar 37,9%, dan Lain-lain Pendapatan yang Sah dengan nilai Rp6,07 miliar dan pangsa 0,1%.

Tabel II.2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Banten per Komponen (Rp juta)

Grafik II.1. Postur Pendapatan APBD Provinsi Banten

PAD Dana Perimbangan Pendapatan lainnya

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%

2014 2015 2016 2017 2018 2019*

69,3% 67,7% 63,1% 59,2% 61,4% 62,1%

16,4% 13,4%36,8% 40,8% 38,5% 37,9%

14,3% 18,9%

0,1% 0,1% 0,1% 0,1%

*Realisasi 2019 merupakan angka sementara Sumber: BPKAD Provinsi Banten

2018

APBD REALISASI %

2019

APBD REALISASI %

Pendapatan Asli Daerah : 6.296.107 1.323.183 21,0% 7.344.821 1.427.916 19,4%

- Pajak Daerah 5.942.765,44 1.289.992,89 21,7% 6.967.729,41 1.387.224,00 19,9%

- Retribusi Daerah 19.826,48 1.665,66 8,4% 18.569,77 994,74 5,4%

- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah 51.614,66 0,00 0,0% 55.300,00 - 0,0%

- Lain-lain PAD 281.900,78 31.524,95 11,2% 303.222,09 39.697,31 13,1%

Dana Perimbangan/Transfer Ke Daerah : 4.176.078 900.509 21,6% 4.481.092 911.698 20,3%

- Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak 707.384,58 141.083,71 19,9% 711.780,00 141.608,69 19,9%

- Dana Alokasi Umum 1.072.903,47 357.634,48 33,3% 1.140.003,35 380.001,10 33,3%

- Dana Alokasi Khusus : 2.395.790,18 401.791,28 16,8% 2.629.309,14 390.088,45 14,8%

1) DAK Fisik 104.876,00 0,00 0,0% 161.529,78 - 0,0%

2) DAK Non Fisik 2.290.914,18 401.791,28 17,5% 2.467.779,35 390.088,45 15,8%

Lain-lain Pendapatan : 5.670 2.012 35,5% 6.070 1.819 30,0%

- Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 0,0% 0,0%

- Pendapatan Lainnya - 0,00 0,0% - 125,18 0,0%

Total Pendapatan 10.477.856 2.225.705 21,2% 11.831.984 2.341.434 19,8%

URAIANS.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

39

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Dari grafik I I .1 terl ihat bahwa struktur pendapatan pada APBD Provinsi Banten relatif stabil selama empat tahun terakhir. Sebelumnya pada tahun 2014 dan 2015 pangsa Pendapatan Lainnya lebih tinggi dibandingkan dana perimbangan dengan masih adanya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Namun sejak tahun 2016, dana tersebut tidak lagi diperoleh sehingga kontribusi Pendapatan Lainnya semakin kecil.

Secara lebih detil per sub komponen, terlihat bahwa struktur komponen pendapatan pemerintah daerah Provinsi Banten didominasi oleh pajak daerah, diikuti Dana Alokasi Khusus (DAK) dan DAU (Dana Alokasi Umum) dengan pangsa masing-masing sebesar 62,1%, 22,27%, dan 9,6% terhadap total pagu pendapatan. Pajak daerah sebagai kontributor terbesar pada anggaran pendapatan didominasi oleh pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. Sementara itu DAU dan DAK yang termasuk sebagai dana perimbangan atau dana Transfer ke Daerah merupakan dana yang diperoleh dari pemerintah pusat dan bersumber dari APBN untuk membiayai berbagai kebutuhan di daerah yang peruntukannya sudah ditetapkan.

Meningkatnya pagu pendapatan pada APBD Provinsi Banten tahun 2019 terutama berasal dari komponen pajak daerah yang tumbuh 17,2% (yoy), diikuti oleh DAK dan DAU dengan peningkatan masing-masing sebesar 9,7% (yoy) 6,3% (yoy).

Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi Banten pada triwulan I 2019 mencapai Rp2,3 triliun atau sebesar 19,8% terhadap target pendapatan tahun 2019. Secara nominal, realisasi pendapatan mengalami peningkatan sebesar 7,9% (yoy) atau terealisasi sebesar 19,8% dari pagu pendapatan. Persentase realisasi pendapatan tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan I 2018 yang mencapai 21,2%.

Lebih rendahnya angka realisasi pendapatan didorong oleh menurunnya persentase realisasi PAD yaitu sebesar 19,4%, dibandingkan realisasi pada triwulan I 2018 sebesar 21,0% seiring dengan menurunnya realisasi pendapatan pajak terutama pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama. Penurunan tersebut sejalan dengan informasi melambatnya angka penjualan kendaraan bermotor pada triwulan I 2019 terutama kendaraan roda empat.

Grafik II.3. Realisasi Pendapatan per Jenis PendapatanGrafik II.2. Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Banten

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%

I

2017 2018 2019

22,3%

50,1%

69,0%

21,5%

57,9%

73,4%

19,8%

II III IV I III III IV

97,6% 98,3%

PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

40

35

30

25

20

15

10

5

0

%

I 2015 I 2016 I 2017 I 2018 I 2019

11,0

16,0

32,6

21,419,4

26,0 27,0

32,0

21,6 20,3

0,0

25,0

20,1

35,5

30,0

40

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Sementara itu, realisasi komponen Restribusi Daerah baru mencapai 5,4%, lebih rendah dari triwulan I 2018 sebesar 8,4%. Penurunan tersebut disebabkan oleh berpindahnya rekening retribusi pelayanan kesehatan pada Rumah Sakit menjadi Lain-lain PAD karena perubahan status menjadi BLUD (Badan Layanan Umum Daerah). Selain itu, berkurangnya retribusi juga disebabkan oleh pengalihan kewenangan pemungutan retribusi Tera ke pemerintah kabupaten/kota serta pemungutan retribusi jembatan timbang beralih ke Pemerintah Pusat.

Selain itu, lebih rendahnya realisasi pendapatan juga disebabkan oleh menurunnya realisasi DAK baik secara nilai maupun persentase angka realisasi. DAK pada triwulan I 2019 hanya terealisasi sebesar 14,8%, lebih kecil dibandingkan triwulan I 2018 sebesar 16,8%. Sementara itu realisasi DAU terbilang cukup tinggi yaitu 33,3%, meskipun relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya.

Lebih detil DAK, penurunan disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi DAK non fisik serta belum terealisasinya DAK Fisik.

Penyaluran DAK Fisik pada setiap tahun selalu menghadapi tantangan yang relatif sama yaitu kesiapan Pemda dalam melengkapi

dokumen persyaratan penyaluran DAK Fisik. Penyaluran DAK Fisik Tahap I yang dijadwalkan bisa dimulai pada bulan Februari 2019, dapat dilakukan sepanjang Pemda telah melakukan perikatan dengan pihak penyedian barang/jasa atau minimal terdapat satu kontrak fisik, dan daftar kontrak kegiatan diinput dalam aplikasi OMSPAN.

Di sisi lain, tingkat kemandirian fiskal Provinsi Banten mengalami peningkatan sebagaimana dicerminkan oleh Derajat Desentralisasi Fiskal (DDF)3 pada tahun 2018 yang mencapai 61,4%, lebih tinggi dibandingkan tahun 2017 sebesar 59,2%. Peningkatan DDF tersebut seiring dengan pertumbuhan PAD yang cukup tinggi yaitu 10,8% (yoy) dengan realisasi sebesar 100,4% dan didukung oleh meningkatnya penerimaan pajak daerah dengan realisasi mencapai 101,5%.

Tingkat kemandirian fiskal Provinsi Banten tersebut dapat dikatakan cukup bagus secara nasional karena lebih tinggi dibandingkan angka nasional yaitu sebesar 23,1% dan juga lebih tinggi dari rata-rata provinsi di Indonesia yaitu 45,8% pada tahun 2018.

Tabel II.3. Penerimaan Pajak Daerah Provinsi Banten (Rp juta)

3 DDF adalah Rasio antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah. DDF digunakan untuk melihat tingkat kemampuan daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan.

2018

APBD REALISASI %

2019

APBD REALISASI %Jenis Pajak

S.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Pajak kendaraan bermotor 2.213.033 533.781 24,1% 2.767.748 616.082 22,3%

Bea balik nama kendaraan bermotor 2.167.899 540.748 24,9% 2.702.207 545.567 20,2%

Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 859.131 203.281 23,7% 836.513 216.400 25,9%

Pajak air permukaan 34.918 12.183 34,9% 36.092 9.174 25,4%

Pajak Rokok 667.783 - 0,0% 625.170 - 0,0%

Total 5.942.765 1.289.993 21,7% 6.967.729 1.387.224 19,9%

41

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

2.1.2. Belanja Provinsi Banten

Pagu anggaran belanja Pemerintah Provinsi Banten pada tahun 2019 adalah sebesar Rp12,15 triliun, meningkat dibandingkan tahun 2018 yang tercatat sebesar Rp11,06 triliun. Anggaran belanja tersebut didominasi oleh komponen Belanja tidak Langsung dengan nilai Rp7,63 triliun (pangsa 62,7%), diikuti oleh komponen Belanja Langsung dengan nilai Rp4,53 triliun (pangsa 37,3%). Meningkatnya

pagu belanja pada tahun 2019 tersebut terutama didorong oleh meningkatnya pagu komponen Belanja Tidak Langsung yang meningkat sebesar Rp721,5 miliar atau 10,4% (yoy), khususnya berupa belanja pegawai dan belanja hibah. Sementara itu, pagu Belanja Langsung mengalami peningkatan sebesar Rp377,78 miliar atau meningkat 9% (yoy) yang didorong terutama oleh meningkatnya belanja barang dan jasa sebesar 31,4%.

Tabel II.4. Realisasi Belanja Langsung dan Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta)

Grafik II.5. Derajat Desentralisasi Fiskal Nasional,Provinsi & Kabupaten/Kota

Grafik II.4. Derajat Desentralisasi Fiskal Provinsi Banten

69,3%

67,7%

63,1%

59,2%

61.4%

54%

56%

58%

60%

62%

64%

66%

68%

70%

72%

-

2

4

6

8

10

12

2014 2015 2016 2017 2018*

Rp Triliun

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

Total Pendapatan PAD DDF

Sumber: DJPK, Kementerian keuangan

60

50

40

30

20

10

0

%

2013 2014 2015 2016 2017 2018

21,724 23,8 22,9 24,6 23,1

49,344,4 46,1

42,6 44,2 45,8

10,8

20,9 20,6 19,9

13,9 15,5

Nasional Provinsi Kab/Kota

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

2018

APBD REALISASI %

2019

APBD REALISASI %

Belanja Pegawai 1.849.085 350.136 18,9% 2.218.718 392.151 17,7%

Belanja Hibah 2.132.052 348.681 16,4% 2.310.419 390.132 16,9%

Belanja Bantuan Sosial 69.735 2.333 3,3% 105.979 - 0,0%

Belanja Bagi Hasil 2.370.397 108.179 4,6% 2.502.794 85.688 3,4%

Belanja Bantuan Keuangan 464.093 - 0,0% 432.693 - 0,0%

Belanja Tidak Terduga 19.189 - 0,0% 55.430 1.513 2,7%

Belanja Tidak Langsung 6.904.551 809.328 11,7% 7.626.034 869.484 11,4%

Belanja Pegawai 266.964 38.752 14,5% 55.588 5.836 10,5%

Belanja Barang dan Jasa 2.119.834 111.723 5,3% 2.785.055 228.672 8,2%

Belanja Modal 1.763.916 1.394 0,1% 1.687.855 16.985 1,0%

Belanja Langsung 4.150.714 151.869 3,7% 4.528.498 251.493 5,6%

Total Belanja 11.055.265 961.197 8,7% 12.154.531 1.120.977 9,2%

URAIANS.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

42

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Secara umum struktur belanja APBD Provinsi Banten tahun 2019 di dominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 22,9% (grafik II.7), diikuti belanja bagi hasil, belanja hibah, dan belanja pegawai dengan pangsa masing-masing 20,6%, 19,0% dan 18,7%. Struktur tersebut mengalami sedikit perubahan dibandingkan tahun 2018 yang didominasi oleh belanja bagi bagi hasil dan diikuti oleh belanja hibah dan belanja barang dan jasa.

Serapan anggaran belanja Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat masih rendah yaitu baru mencapai 9,2%, meskipun lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018 sebesar 8,7%. Masih relatif rendahnya realisasi anggaran belanja disebabkan oleh rendahnya realisasi Belanja Tidak Langsung dan belanja langsung

Tabel II.5. Realisasi Belanja Hibah (Rp juta)

yaitu masing-masing sebesar 11,4% dan 5,6%. Rendahnya realisasi Belanja Tidak Langsung disebabkan terutama oleh masih rendahnya realisasi komponen utama yaitu Belanja Pegawai, Belanja Hibah, dan Belanja Bagi Hasil, dengan realisasi masing-masing sebesar 17,7%, 16,9%, dan 3,4%.

Belanja hibah pada APBD provinsi adalah Hibah adalah pemberian uang/barang atau jasa dari pemerintah daerah kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus yang bertujuan untuk menunjang penyelenggaraan urusan pemerintah daerah3.

Grafik II.6. Perkembangan Realisasi Belanja Daerah APBD Provinsi Banten

Grafik II.7. Postur Belanja APBD Provinsi Banten

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

100%90%80%70%60%50%40%30%20%10%0%

I

2017 2018 2019

II III IV I III III IV

9,6%

27,7%

46,0%

90,9%

8,5%

30,8%

52,1%

90,3%

9,2%

Belanja Lainnya

Belanja Bagi Hasil Belanja Hibah Belanja Pegawai

Belanja Modal Belanja Barang dan Jasa

Sumber: BPKAD Provinsi Banten, diolah

%100

908070605040302010

02018 2019

19,1 18,7

19,3 19,0

21,4 20,6

19,222,9

16,0 13,9

5,0 4,9

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Belanja hibah kepada Pemerintah

Belanja hibah kepada Badan/ Lembaga/Organisasi Kemasyaratan

Belanja hibah BOS kepada Satuan Pendidikan Dasar

Total

2018

APBD REALISASI %

2019

APBD REALISASI %Komponen

S.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

33.000 - 0,0% 50.000 2.000 4,0%

298.918 12.100 4,0% 285.289 46.334 16,2%

1.800.134 336.581 18,7% 1.975.130 341.798 17,3%

2.132.052 348.681 16,4% 2.310.419 390.132 16,9%

3 Permendagri No 123/2018

43

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Tabel II.6. Penyerapan Belanja Modal Pemerintah Provinsi Banten (Rp juta)

realisasi terendah adalah belanja Modal yang hanya terealisasi sebesar 1,0%, meskipun membaik dibandingkan triwulan I 2018 yang terealisasi 0,1%.

Rendahnya realisasi belanja modal pada triwulan I 2019 tersebut terutama disebabkan oleh belum terealisasinya Belanja Modal Jalan, irigasi dan jaringan serta Belanja Modal gedung dan bangunan. Komponen Belanja Langsung lain yaitu Belanja Modal tanah dan Belanja Modal Peralatan dan Mesin yang masing-masing hanya terealisasi sebesar 3,69% dan 1,86%.

Rendahnya realisasi Belanja Modal disebabkan oleh beberapa hal antara lain adanya efisiensi atas hasil penentuan harga tanah oleh jasa apraisal. Selain itu beberapa kendala pada saat proses pembebasan lahan seringkali terjadi seperti pemilik tanah yang tidak setuju dengan penilaian hasil apraisal, sehingga harus dilakukan penilaian ulang. Pembebasan lahan juga terkendala banyak tanah negara (umumnya irigasi) yang diakui oleh warga sehingga tahapan pengumpulan atas hak menjadi lebih lama. Belum adanya dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Undang-undang.

Struktur belanja hibah APBD Provinsi Banten, didominasi oleh Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dengan pangsa 85,5% terhadap anggaran belanja hibah yang nilainya mengalami peningkatan sebesar Rp174,9 miliar dibandingkan tahun 2018. Peningkatan tersebut seiring dengan program pemerintah provinsi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Provinsi Banten.

Realisasi belanja hibah sampai dengan triwulan I 2019 adalah sebesar 16,9%, masih dalam kategori rendah meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018 sebesar 16,4%. Peningkatan tersebut didorong oleh lebih tingginya realisasi belanja hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi 16,2% dari sebelumnya 4,0%. Sementara itu realisasi belanja hibah BOS sedikit lebih rendah dari sebelumnya mencapai 18,7% menjadi 17,3%.

Selanjutnya di sisi Belanja Langsung, realisasi pada triwulan I 2019 sebesar 5,6%, masih sangat rendah meskipun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018 yang hanya terealisasi sebesar 3,7%. Masih rendahnya realisasi Belanja langsung juga didorong oleh rendahnya realisasi seluruh komponen dengan

Belanja Modal Tanah

Belanja Modal Peralatan dan Mesin

Belanja Modal Gedung dan Bangunan

Belanja Modal Jalan. Irigasi dan Jaringan

Belanja Modal Aset Tetap Lainnya

Belanja Modal Aset Lainnya - Pengadaan Software

Sumber: BPKAD Provinsi Banten

Total

2018

APBD REALISASI %

2019

APBD REALISASI %Belanja Modal

S.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

418.923 9 0,00% 307.386 11.355 3,69%

352.558 1.259 0,36% 278.553 5.177 1,86%

369.041 126 0,03% 438.705 7 0,00%

578.995 - 0,00% 608.874 50 0,01%

43.778 - 0,00% 47.854 207 0,43%

620 0,00% 6.483 190 2,93%

1.763.916 1.394 0,1% 1.687.855 16.985 1,0%

44

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

2.3. REALISASI ALOKASI DANA APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan untuk Provinsi Banten pada tahun 2019 adalah sebesar Rp12,46 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 dengan nilai Rp12,26 triliun. Berdasarkan wilayah, peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya alokasi ke pemerintah provinsi dan pemerintah Kabupaten Tangerang, Kota Serang, serta Kabupaten Serang, sementara berdasarkan jenis belanja, didorong oleh peningkatan alokasi untuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa (DD) seiring meningkatnya anggaran TKDD (Transfer Ke Daerah dan Dana Desa) secara nasional yang ditujukan

untuk penguatan desentralisasi fiskal dan nawacita.

Berdasarkan wilayah, APBN terbesar di Provinsi Banten dialokasikan ke pemerintah Kabupaten Tangerang yaitu sebesar Rp2,49 triliun dengan pangsa 20,1%. Besarnya alokasi ke Kabupaten Tangerang tersebut termasuk alokasi kepada Universitas Terbuka yang berada di bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.

Alokasi terbesar selanjutnya adalah ke pemerintah provinsi sebesar Rp2,27 triliun dan Kota Serang sebesar Rp1,92 triliun dengan pangsa masing-masing sebesar 18,2% dan 15,4%. Sementara itu, alokasi APBN terkecil

Grafik II.8. Pangsa APBN Per Pemerintah Daerah Grafik II.9. Realisasi APBN Per Pemerintah Daerah

Tabel II.7. Alokasi APBN Per Pemerintah Daerah di Provinsi Banten (Rp juta)

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten

2018

PAGU REALISASI %

2019

PAGU REALISASI %URAIAN

S.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

Provinsi Banten 1.832.431 133.882 7,3% 2.270.814 249.073 11,0%

Kab. Lebak 851.996 59.108 6,9% 1.122.856 141.141 12,6%

Kab. Pandeglang 851.257 60.525 7,1% 990.936 156.876 15,8%

Kab. Serang 1.106.775 84.585 7,6% 1.295.285 119.336 9,2%

Kab. Tangerang 3.006.531 189.655 6,3% 2.498.643 252.484 10,1%

Kota Cilegon 376.418 49.009 13,0% 365.896 62.487 17,1%

Kota Serang 2.272.097 307.274 13,5% 1.924.619 272.157 14,1%

Kota Tangerang 1.362.519 184.591 13,5% 1.370.601 217.134 15,8%

Kota Tangerang Selatan 599.961 63.969 10,7% 617.466 78.632 12,7%

Total APBN 12.259.985 1.132.597 9,2% 12.457.114 1.549.320 12,4%

Provinsi Banten

Kab. Lebak

Kab. Pandeglang

Kab. Serang

Kab. Tangerang

Kota Cilegon

Kota Serang

Kota Tangerang

Kota Tangsel

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten

18%

9%

8%

10%20%

3%

16%

11%5%

APBN2018

18,0%

16,0%

14,0%

12,0%

10,0%

8,0%

6,0%

4,0%

2,0%

0,0%PemprovBanten

Kab.Lebak

Kab.Serang

KotaSerang

KotaCilegon

Kab.Pandeglang

Kab.Tangerang

KotaTangerang

KotaTangsel

TotalProvinsiBanten

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten

7,3% 6,9% 7,1% 7,6%6,3%

13,0%13,5% 13,5%

10,7%9,2%

11,0%12,6%

15,8%

9,2%10,1%

17,1%

14,1%15,8%

12,7% 12,4%

Tw I 2018Tw I 2019

45

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

adalah ke Kota Cilegon dan Kota Tangerang Selatan masing-masing senilai Rp365,9 miliar dan Rp617,47 miliar.

Sampai dengan triwulan I 2019, dana transfer APBN ke Pemerintah Daerah di wilayah Banten baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota secara total terealisasi sebesar Rp1,55 triliun atau sebesar 12,4%. Meskipun angka realisasi tersebut masih terhitung rendah, namun lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2018 yang hanya mencapai 10,4%.

Adapun daerah dengan realisasi tertinggi adalah Kota Cilegon sebesar 17,1%, diikuti Kota Tangerang dan Kabupaten Pandeglang masing-masing sebesar sebesar 15,8%. Sementara itu, realisasi belanja APBN terendah terjadi di pemerintah Kabupaten Serang yaitu sebesar 9,2%.

Di sisi lain, berdasarkan jenisnya, dana transfer yang diberikan Pemerintah Pusat kepada Provinsi Banten terdiri dari enam jenis yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial, DAK Fisik dan Dana Desa. APBN yang dialokasi ke Provinsi Banten pada tahun 2019 didominasi oleh belanja barang dengan pangsa 39,7%, diikuti belanja pegawai 29,2%, dan belanja modal

14,6%. Berdasarkan jenis belanja, peningkatan pagu APBN di Provinsi Banten didorong oleh meningkatnya pagu pada DAK Fisik dan Dana Desa masing-masing sebesar 49,9% (yoy) dan 16,1% (yoy).

Realisasi APBN triwulan I 2019 di Provinsi Banten tertinggi terjadi pada Belanja Pegawai dan Dana Desa yang masing-masing terealisasi sebesar 18,5% dan 14,9%. Sementara itu realisasi terendah terjadi pada Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu 0,0%, sama seperti kondisi triwulan I 2018.

Penurunan tersebut menjadi salah satu penyebab lebih rendahnya realisasi APBN tahun 2018 di Provinsi Banten. sama halnya dengan APBD, relatif rendahnya realisasi belanja Modal pada APBD juga disebabkan terutama oleh banyaknya kendala yang dihadapi pada proses pembebasan lahan. Diantara proyek pemerintah yang masih terkendala yaitu pembangunan Bendungan Sindang Heula dan Bendungan Karian. Sementara itu realisasi pada Belanja Pegawai mengalami penurunan sebagai dampak dari kebijakan efisiensi yang dilakukan terkait perjalanan dinas para pegawai di lingkup pemerintah daerah.

Tabel II.8. Alokasi APBN Per Jenis Belanja di Provinsi Banten (Rp juta)

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten

2018

PAGU REALISASI %

2019

PAGU REALISASI %

Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

Dana Desa

Total APBN

URAIANS.D. TW I-2018 S.D. TW I-2019

3.672.190 604.116 16,5% 3.636.746 671.625 18,5%

5.242.283 491.424 9,4% 4.940.190 622.076 12,6%

1.763.198 37.052 2,1% 1.822.189 93.062 5,1%

12.210 - 0,0% 22.910 258 1,1%

629.189 - 0,0% 943.006 0 0,0%

940.916 139.649 14,8% 1.092.073 162.298 14,9%

12.259.985 1.272.241 10,4% 12.457.114 1.549.320 12,4%

46

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik II.10. Pangsa APBN Per Jenis Belanja Grafik II.11. Realisasi APBN Per Jenis Belanja

0,2%29,2%

39,7%

14,6%

7,6%8,8% Belanja Pegawai

Belanja Barang

Belanja Modal

Belanja Bantuan Sosial

Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik

Dana Desa

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten

Tw I2019

Sumber: Dirjen Perbendaharaan Provinsi Banten

BelanjaPegawai

BelanjaBarang

BelanjaModal

BelanjaBantuanSosial

Dana AlokasiKhusus (DAK)

Fisik

Dana Desa

RealisasiPagu

5.0004.5004.0003.5003.0002.5002.0001.5001.000

5000

Rp Miliar

0.00%14,9%

12,6%

5,1%

18,5%

1,1%

47

BAB 2 • Keuangan Pemerintah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 3Perkembangan

Inflasi Daerah

50

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 3

Perkembangan Inflasi Daerah

Secara umum, inflasi IHK di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat menurun dibandingkan triwulan IV 2018. Inflasi triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,97% (yoy), atau menurun dibandingkan inflasi triwulan IV 2018 yang mencapai 3,42% (yoy). Secara spasial, penurunan tekanan inflasi Provinsi Banten didorong oleh menurunnya realisasi inflasi di seluruh kota sampel IHK di Provinsi Banten yaitu Kota Tangerang, Kota Serang, dan Kota Cilegon pada periode triwulan I 2019.

Realisasi inflasi di Provinsi Banten tercatat lebih tinggi dibandingkan capaian inflasi regional Jawa dan Nasional. Inflasi di regional Jawa dan Nasional pada triwulan I 2019 tercatat masing-masing sebesar 2,59% (yoy) dan 2,48% (yoy). Meski masih berada dalam level yang tinggi, angka inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat lebih rendah dibandingkan rata-rata historisnya yang tercatat sebesar 4,24% (yoy).

Secara umum, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komponen pendorong tekanan inflasi di triwulan I 2019. Adapun peningkatan yang terjadi didorong oleh adanya penyesuaian biaya tahunan dan kebijakan beberapa komoditas. Sementara itu, kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi di triwulan I 2019. Penurunan tekanan yang terjadi di kelompok komoditas ini disebabkan oleh efek musiman.

Pada bulan April 2019, inflasi IHK berada dalam tren meningkat yaitu tercatat sebesar 3,14% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2019. Peningkatan tekanan inflasi tersebut didorong oleh kelompok Bahan makanan serta kelompok perumahan, listrik, air. gas dan bahan bakar. Dengan perkembangan tersebut, tekanan inflasi Provinsi Banten diperkirakan meningkat pada triwulan II 2019 di rentang 3,4 - 3,8% (yoy). Peningkatan tekanan harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau akan menjadi pendorong utama tingginya laju inflasi pada triwulan II 2019.

51

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

3.1. INFLASI BANTEN TRIWULAN I 2019

Indeks Harga Konsumen (IHK) di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 adalah sebesar 2,97% (yoy), menurun dibandingkan posisi triwulan IV 2018 yang tercatat 3,42% (yoy). Meski tercatat menurun, inflasi Provinsi Banten tercatat berada di atas inflasi Nasional pada triwulan I 2019. Inflasi Nasional pada triwulan I 2019 berada di angka 2,48% (yoy). Tren lebih tingginya realisasi inflasi Provinsi Banten dibandingkan Nasional telah berlangsung sejak 4 (empat) tahun terakhir.

Realisasi inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 berada di bawah pola historisnya dalam tiga tahun terakhir. Tercatat angka rata-rata inflasi Provinsi Banten dalam tiga tahun terakhir sebesar 4,24% (yoy) atau di atas angka realisasi inflasi triwulan I 2019.

Secara umum, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan kelompok transport, komunikasi dan jasa keuangan menjadi komponen pendorong tekanan inflasi di triwulan I 2019. Adapun peningkatan yang terjadi didorong oleh

Tabel III.1. Ringkasan Penyumbang Inflasi dan Deflasi Triwulan I 2019

Grafik III.1. Inflasi Banten dan Nasional (yoy) Grafik III.2. Inflasi Banten dari Tahun ke Tahun (ytd)

Sumber : BPS, diolah

PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI PENYUMBANG INFLASI PENYUMBANG DEFLASI

SUSU UNTUK BALITA CABAI MERAH OBAT DENGAN RESEP SIKAT GIGI

MIE KERING INSTANT BAWANG PUTIH CHECK UP ONGKOS BIDAN

MUJAIR BERAS TARIP RUMAH SAKIT TARIP PUSKESMAS

ROKOK KRETEK FILTER GULA PASIR SEKOLAH DASAR TELEVISI BERWARNA

ROKOK KRETEK KEMBANG GULA AKADEMI/PERGURUAN TINGGI PERSONAL KOMPUTER/DESKTOP

AIR KEMASAN SIROP REKREASI KOMPUTER TABLET

SEWA RUMAH TARIP LISTRIK ANGKUTAN UDARA TELEPON SELULER

TUKANG BUKAN MANDOR PENGHARUM/PELEMBUT CUCIAN BENSIN TARIP TELEPON

KOMPOR DAUN JENDELA ANGKUTAN ANTAR KOTA BIAYA PERPANJANGAN STNK

EMAS PERHIASAN JAKET

SARUNG KATUN CELANA PANJANG JEANS

PEMBALUT WANITA KACA MATA

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR

KESEHATAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA

TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

SANDANG

BAHAN MAKANAN

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU

0,00

2,00

4,00

6,00

8,00

10,00

12,00NasionalBanten

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2014 2015 2016 2017 2018 2019

(20)

(10)

-

10

20

30

40

50

-

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

80,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2014 2015 2016 2017 2018 2019

% yoyRp miliar Giro Tabungan Deposito

g%Giro g%Tabungan g%Deposito

52

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

adanya penyesuaian biaya tahunan dan kebijakan beberapa komoditas. Sementara itu, kelompok bahan makanan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga tercatat mengalami penurunan tekanan di triwulan I 2019. Penurunan tekanan yang terjadi di kelompok komoditas ini disebabkan oleh efek musiman pergerakan harga pada kelompokkomoditas tersebut. Penurunan Berikut detail komoditas penyumbang inflasi dan deflasi per kelompok komoditas di triwulan I 2019.

Angka realisasi inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 juga tercatat berada di atas angka inflasi regional Jawa. Angka realisasi inflasi regional Jawa pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,59% (yoy). Berdasarkan provinsi, realisasi inflasi tertinggi triwulan I 2019 di regional Jawa terjadi di Provinsi DKI Jakarta dengan realisasi inflasi sebesar 3,01% (yoy), sementara inflasi terendah terjadi di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 1,82% (yoy).

Secara spasial intra Provinsi Banten, menurunnya tekanan inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 didorong oleh penurunan inflasi di seluruh kota sampel IHK di Provinsi

Banten. Kota Serang menjadi kota dengan penurunan realisasi inflasi tahunan terdalam di Provinsi Banten pada triwulan I 2019. Inflasi kota Serang pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 3,10% (yoy) atau mengalami penurunan cukup dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,48% (yoy).

Selanjutnya, kota Tangerang menjadi kota kedua yang mengalami penurunan level inflasi terdalam di Provinsi Banten. Realisasi inflasi tahunan kota Tangerang pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 3,10% (yoy) atau menurun dibandingkan realisasi inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 3,46% (yoy). Dari ketiga kota inflasi, Kota tangerang adalah kota sample inflasi dengan bobot tertinggi dalam perhitungan inflasi di Provinsi Banten. Hal ini mendorong realisasi inflasi Provinsi Banten bergerak di sekitar angka inflasi kota Tangerang.

Selanjutnya, realisasi inflasi kota Cilegon pada triwulan I 2019 juga tercatat mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi inflasi kota Cilegon pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,69% (yoy), atau lebih rendah dibandingkan posisi pada triwulan IV 2019 yang sebesar 2,73% (yoy).

Grafik III.3. Inflasi Provinsi di Jawa (yoy) Grafik III.4. Inflasi Banten dan Kota Sampel IHK (yoy)

Jawa Jakarta Jabar Jateng

DIY Ja�m Banten

0,01,02,03,04,05,06,07,08,09,0

10,0

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IV I

2015 2016 2017 2018 2019

BantenTangerangSerangCilegon

0

2

4

6

8

10

12

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I2014 2015 2016 2017 2018 2019

53

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

3.2. INFLASI BANTEN BERDASARKAN KELOMPOK KOMODITAS

Berdasarkan ke lompok komodi tas , menurunnya tekanan inflasi Provinsi Banten pada triwulan I 2019 dipengaruhi oleh penurunan tekanan inflasi kelompok 1) bahan makanan, 2) sandang, 3) kesehatan, dan 4) pendidikan rekreasi dan olahraga. Realisasi inflasi masing-masing kelompok komoditas tersebut adalah sebesar -0,33% (yoy), 3,87% (yoy), 5,30% (yoy) dan 4,41% (yoy), atau menurun dibandingkan capaian pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,34% (yoy), 4,11% (yoy), 6,30% (yoy), dan 4,57% (yoy).

Sementara itu kelompok 1) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, 2) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, dan 3) transport, komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami peningkatan tekanan inflasi. Realisasi masing-masing kelompok komoditas tersebut adalah 3,34% (yoy), 4,10% (yoy) dan 3,37% (yoy) atau meningkat dibandingkan capaian pada triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 2,60% (yoy), 3,78% (yoy) dan 3,35% (yoy).

Sementara itu berdasarkan andilnya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar masih menjadi kelompok dengan andil tertinggi pada inflasi Provinsi Banten di periode triwulan I 2019. Andil inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 0,91% (yoy). Selanjutnya, kelompok komoditas makanan jadi, minuman rokok dan tembakau serta transpor, komunikasi dan jasa keuangan berada di posisi selanjutnya dengan andil inflasi tahunan masing-masing sebesar 0,70% (yoy) dan 0,56% (yoy). Sementara

itu, kelompok bahan makanan dan sandang menjadi kelompok dengan andil inflasi tahunan terendah pada triwulan laporan dengan andil masing-masing sebesar -0,07% (yoy) dan 0,18% (yoy).

Pada triwulan I 2019, kelompok komoditas bahan makanan tercatat berada dalam kondisi deflasi. Kondisi deflasi yang terjadi pada kelompok ini utamanya didorong oleh penurunan harga yang terjadi pada sub kelompok komoditas bumbu-bumbuan; padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya; serta daging dan hasil-hasilnya. Peningkatan pasokan komoditas cabai merah yang didorong oleh panen serentak yang terjadi di berbagai daerah5

di Indonesia. Kondisi stok yang melimpah membuat harga komoditas ini mengalami penurunan harga dalam 3 bulan terakhir.

Selanjutnya, harga komoditas beras juga tercatat mengalami penurunan harga pada triwulan I 2019. Penurunan harga yang terjadi sesuai dengan pola musiman komoditas ini yang mulai memasuki masa panen pada triwulan I 2019. Beberapa daerah yang sudah mengalami masa panen komoditas beras pada bulan Februari – Maret 2019 adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.

Lebih lanjut, tercatat komoditas daging ayam ras juga mengalami penurunan tekanan harga pada triwulan I 2019. Penurunan biaya produksi seiring turunnya harga jagung pipilan6 menjadi penyebab terjadinya penurunan harga komoditas ini. Disisi lain, meski sebagian besar komoditas mengalami penurunan harga

5 Panen komoditas cabai merah terjadi di Kabupaten Malang, Garut, Cianjur, Ciamis, Sumedang Lombok Timur dan Deli Serdang.

6 Adanya penambahan impor jagung untuk pakan ternak dan penurunan harga jagung internasional menjadi penyebab penurunan harga jagung pipilan di pasar domestic.

54

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

terdapat risiko peningkatan tekanan inflasi dari komoditas bawang merah. Kegagalan panen komoditas ini di daerah sentra akibat bencana banjir menyebabkan berkurangnya pasokan komoditas ini di sejumlah pasar wilayah Provinsi Banten.

Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok sandang pada triwulan I 2019. Penurunan tekanan yang terjadi disebabkan oleh rendahnya realisasi inflasi hampir seluruh komponen subkelompok pada kelompok komoditas ini. Adapun penurunan tekanan harga yang terjadi pada sejumlah besar komoditas pada kelompok ini disebabkan oleh koreksi permintaan masyarakat pasca momen Libur Natal dan Tahun Baru.

Namun, meskipun sebagian besar komoditas mengalami penurunan tekanan, terdapat potensi peningkatan tekanan inflasi pada komoditas emas perhiasan. Adapun potensi terjadinya tekanan inflasi pada komoditas ini bersumber dari peningkatan harga emas global. Berdasarkan data Bloomberg, harga komoditas emas global pada triwulan I 2019 mencapai USD 1303,39 per Oz atau mengalami peningkatan 0,23% dibandingkan dengan realisasi pada triwulan IV 2018 yang sebesar USD 1300.40 per Oz.

Penurunan tekanan inflasi pada triwulan I 2019 juga terjadi pada kelompok komoditas kesehatan. Penurunan tekanan yang terjadi pada kelompok ini utamanya disebabkan oleh menurunnya tarif pada sub kelompok komoditas jasa kesehatan. Menurunnya sejumlah tarif dalam sub kelompok jasa kesehatan dipicu adanya kebijakan baru yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan pada triwulan I 2019.

Pada tanggal 1 Januari 2019, Kementerian kesehatan menerbitkan Permenkes No. 4 tahun 2019 perihal Standar Teknis Mutu Pada Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan yang kedepan menjadi rujukan bagi rumah sakit, puskesmas dan pusat pelayanan kesehatan lainnya terkait standar layanan dan penentuan biaya tarif.

Kelompok komoditas pendidikan, rekreasi dan olahraga juga tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi pada triwulan I 2019. Penurunan tekanan inflasi yang terjadi utamanya disebabkan oleh menurunnya harga sejumlah komoditas pada sub kelompok rekreasi. Adapun komoditas yang mengalami penurunan tekanan harga pada sub kelompok ini sebagian besar merupakan komoditas yang berasal dari impor seperti TV berwarna, personal computer, computer tablet dan kamera. Menurunnya harga sejumlah barang ini disebabkan oleh apresiasi nilai tukar rupiah terhadap USD yang terjadi pada triwulan I 2019. Nilai tukar rata-rata rupiah terhadap USD pada triwulan I 2019 berdasarkan JISDOR adalah sebesar Rp14.136 per 1 USD atau mengalami apresiasi sebesar 4,42% dibandingkan pada posisi triwulan sebelumnya yang sebesar Rp14.791 per 1 USD.

Berbeda arah dengan bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Meningkatnya tekanan inflasi kelompok ini didorong oleh adanya peningkatan inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol serta makanan jadi. Lebih lanjut, subkelompok komoditas rokok tercatat mengalami peningkatan didorong oleh komoditas rokok kretek filter, rokok kretek dan rokok putih. Peningkatan yang terjadi

55

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

merupakan pola musiman yang memang sering terjadi diawal tahun. Hal ini terjadi seiring adanya kebijakan dari perusahaan rokok yang melakukan penyesuaian harga dengan mempertimbangkan peningkatan harga tembakau7.

Selanjutnya dari sisi sub kelompok makanan jadi, komoditas yang tercatat mengalami inflasi adalah komoditas nasi dengan lauk dan ayam goreng. Sementara itu, meski sebagian besar komoditas di kelompok ini tercatat mengalami peningkatan terdapat beberapa komoditas yang memberikan andil deflasi, yaitu gula pasir, bubur dan ikan goreng. Adapun kondisi deflasi yang terjadi pada komoditas gula pasir disebabkan oleh melimpahnya pasokan seiring kegiatan impor yang dillakukan pada triwulan I 2019.

Melanjutkan tren pada triwulan sebelumnya, tekanan inflasi dari kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat mengalami peningkatan pada triwulan I 2019. Tekanan

inflasi kelompok perumahan, air, listrik dan gas tercatat meningkat khususnya didorong oleh sub kelompok komoditas biaya tempat tinggal. Komoditas yang tercatat meningkat pada triwulan I 2019 pada subkelompok ini adalah sewa rumah, tukang bukan mandor dan upah pembantu RT. Meningkatnya beberapa komoditas tersebut lebih disebabkan oleh pola musiman tarif beberapa komoditas tersebut yang mengalami penyesuaian di awal tahun. Disisi lain, komoditas tarip listrik pada triwulan I 2019 mengalami kondisi deflasi dan menjadi jangkar penahan tekanan harga kelompok ini. Adanya pelemahan harga minyak dunia menjadi penyebab penurunan tarip listrik pada triwulan I 2019.

Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan I 2019 tercatat mengalami peningkatan tekanan yang disebabkan oleh peningkatan harga di subkelompok transpor. Inflasi sub kelompok transpor pada triwulan I 2019 lebih dipengaruhi oleh peningkatan harga pada komoditas angkutan udara. Perilaku sejumlah maskapai yang melakukan kebijakan penetapan harga rute penerbangannya menuju batas atas tarif yang ditentukan mendorong tingginya

Grafik III.5. Inflasi Banten Per Kelompok Komoditas (yoy) Grafik III.6. Andil Inflasi Banten Per Komoditas (yoy)

7 Diperkirakan harga tembakau pada tahun 2019 akan meningkat seiring tingginya permintaan dari produsen rokok. Harga tembakau terendah pada awal tahun 2019 di Jawa Tengah dan Jawa Timur (daerah penghasil tembakau) adalah sebesar Rp 40.594 per Kg atau meningkat sebesar 2,94% dibandingkan harga rata-rata pada tahun 2018 yang sebesar Rp 39.431 per Kg.

U M U M / T O T A LBAHAN MAKANANMAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAUPERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR

SANDANGKESEHATANPENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

-10,00

-

10,00

20,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 42015 2016 2017 2018 2019

-0,2 0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN

PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA

KESEHATAN

SANDANG

PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR

MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU

BAHAN MAKANAN

56

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

tekanan inflasi komoditas ini. Meski demikian, peningkatan yang terjadi tertahan oleh penurunan tarif biaya perpanjangan STNK yang berada dalam kondisi deflasi. Adapun kondisi deflasi yang terjadi pada komoditas ini disebabkan oleh masih adanya efek pembatalan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kepolisian Negara Republik Indonesia oleh Mahkamah Agung di bulan Maret 2018.

3.3. INFLASI SPASIAL MENURUT KOTA 3.3.1. Kota Tangerang

Mesk i berada da lam t ren menurun dibandingkan realisasi di triwulan sebelumnya, Inflasi Kota Tangerang pada triwulan I 2019 masih berada dalam level yang tinggi. Inflasi kota Tangerang triwulan I 2019 sebesar 3,00% (yoy), menurun dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat 3,46% (yoy). Realisasi inflasi kota Tangerang pada triwulan I 2019 juga tercatat berada dibawah pola historisnya dalam 3 tahun terakhir yang sebesar 3,96% (yoy). Meski demikian, realisasi inflasi kota Tangerang

tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi kota di pulau Jawa yang sebesar 2,20% (yoy).

Tangerang menjadi kota sampel IHK dengan capaian inflasi tertinggi kedua di Provinsi Banten pada triwulan I 2019. Masih tingginya capaian inflasi kota Tangerang pada triwulan laporan didorong oleh peningkatan tekanan inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau; perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat mengalami peningkatan tekanan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan I 2019 sebesar 3,03% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan realisasi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 2,01% (yoy). Peningkatan tekanan yang terjadi didorong oleh tingginya sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Komoditas yang memberikan andil yang cukup besar pada inflasi sub kelompok ini pada triwulan I 2019

Grafik III.7. Inflasi Tangerang Per Kelompok Komoditas (yoy)

Grafik III.8. Pola Inflasi Tangerang 3 Tahun Terakhir(ytd)

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

I II III IVI II III IVI II III IVI II III IVI II III IV I2014 2015 2016 2017 2018 2019

Umum Bahan MakananMakanan Jadi, Rokok & Tembakau Perumahan, Listrik dan GasSandang KesehatanPendidikan, Rekreasi & Olahraga Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

2016 2017 20182015 2019

-2

-1

0

1

2

3

4

5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

57

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

adalah rokok kretek filter, rokok kretek dan rokok putih. Hal ini sesuai dengan pola yang terjadi di Provinsi, dimana peningkatan yang terjadi pada kelompok ini disebabkan oleh adanya kebijakan penetapan harga perusahaan yang didorong oleh penyesuaian harga tembakau. Disisi lain, komoditas air kemasan juga tercatat mengalami peningkatan tekanan pada triwulan I 2019 didorong oleh adanya wacana pengesahan RUU Sumber Daya Air8.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat mengalami peningkatan tekanan pada triwulan I 2019, didorong oleh subkelompok biaya tempat tinggal. Inflasi kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 4,81% (yoy) atau meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang sebesar 4,18% (yoy). Peningkatan yang terjadi pada kelompok perumahan, air listrik, gas dan bahan bakar disebabkan oleh tingginya tekanan inflasi subkelompok biaya tempat tinggal yang didorong oleh adanya penyesuaian tarif hampir di seluruh komoditasnya. Besarnya jumlah penduduk kota Tangerang mendorong tingginya bobot sub kelompok ini pada kelompok biaya perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar di kota ini.

Kelompok komoditas transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga tercatat mengalami peningkatan tekanan harga pada triwulan I 2019. Realisasi inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan I 2019 sebesar 3,74% (yoy) atau meningkat dibandingkan dengan capaian pada triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,43% (yoy). Peningkatan tekanan harga pada kelompok ini didorong oleh tingginya tekanan subkelompok transpor di awal tahun 2019. Masih tingginya tarif angkutan udara menjadi penyebab tingginya realisasi inflasi subkelompok ini.

Realisasi inflasi kelompok komoditas bahan makanan di kota Tangerang tercatat menurun pada triwulan I 2019 disebabkan oleh penurunan tekanan subkelompok bumbu-bumbuan. Inflasi kelompok bahan makanan kota Tangerang pada triwulan I 2019 tercatat sebesar -12,25% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,20% (yoy). Penurunan tekanan tersebut didorong oleh adanya koreksi harga subkelompok komoditas bumbu-bumbuan pada triwulan laporan. Tercatat beberapa komoditas yang menyumbangkan andil deflasi pada triwulan I 2019 adalah cabai merah, cabai rawit dan bawang merah.

3.3.2. Kota Serang

Inflasi kota Serang pada triwulan I 2019 tercatat menurun dibandingkan pada posisi triwulan sebelumnya. Inflasi Kota Serang pada triwulan I 2019 sebesar 3,10% (yoy), menurun dibandingkan kondisi triwulan IV 2018 yang tercatat sebesar 3,78% (yoy). Selanjutnya jika dibandingkan dengan angka rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 5,08% (yoy), tercatat realisasi inflasi Kota Serang pada triwulan I 2019 berada di bawah tren angka historisnya. Namun, realisasi inflasi kota Serang tercatat masih cukup tinggi dibandingkan realisasi rata-rata kota di Jawa pada periode yang sama sebesar 2,20% (yoy). Angka inflasi tahunan kota Serang juga tercatat menjadi yang tertinggi di regional Jawa.

8 Dalam draft RUU yang dimasukan kedalam Program Legislasi Prioritas Nasional (Prolegnas) 2018, terdapat beberapa pasal yang menimbulkan kekhawatiran pelaku industri air minum kemasan dimana disebutkan bahwa pihak yang berhak melakukan pengelolaan sumber daya air adalah BUMN dan BUMD.

58

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Capaian inflasi kota Serang pada triwulan I 2019 tercatat menjadi yang tertinggi diantara sampel IHK di Provinsi Banten. Secara umum, tingginya tekanan inflasi di kota Serang pada periode laporan didorong oleh kelompok komoditas makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta perumahan, listrik, gas, air dan bahan bakar. Disisi lain, kelompok bahan makanan justru tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi pada periode laporan.

Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau tercatat mengalami peningkatan tekanan inflasi pada triwulan I 2019. Realisasi inflasi kelompok ini tercatat sebesar 5,11% (yoy) atau meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 5,09% (yoy). Sama halnya dengan yang terjadi di level provinsi, peningkatan yang terjadi pada kelompok ini didorong oleh subkelompok tembakau dan minuman beralkohol serta makanan jadi yang tercatat meningkat pada tinggi pada triwulan I 2019. Beberapa komoditas yang tercatat meningkat pada kelompok ini meliputi rokok kretek filter, rokok kretek dan nasi dengan lauk. Tingginya

realisasi beberapa komoditas ini disebabkan oleh pola musimannya yang pada awal tahun tercatat selalu mengalami penyesuaian.

Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar juga menjadi salah satu kelompok komoditas yang mengalami peningkatan tekanan pada periode triwulan I 2019. Realisasi inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat sebesar 4,26% (yoy) atau meningkat dibandingkan capaian pada triwulan IV 2018 yaitu 3,77% (yoy). Sama halnya dengan yang terjadi di level Provinsi, peningkatan inflasi kelompok ini didorong oleh adanya penyesuaian biaya pada subkelompok biaya tempat tinggal yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan tekanan inflasi kelompok ini secara keseluruhan.

Realisasi inflasi kelompok komoditas bahan makanan di kota Serang tercatat menurun pada triwulan I 2019 disebabkan oleh penurunan tekanan subkelompok padi-padian dan bumbu-bumbuan. Inflasi kelompok bahan makanan kota Serang pada triwulan I 2019 tercatat sebesar -0,46% (yoy) atau menurun

Grafik III.9. Inflasi Serang Per Kelompok Komoditas(yoy)

Grafik III.10. Pola Inflasi Serang 3 Tahun Terakhir(ytd)

-10,00

-5,00

0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

I II III IV2014

I II III IV2015

I II III IV2016

I II III IV2017

I II III IV2018

I2019

Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kesehatan

Perumahan, Listrik dan Gas

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

Sandang

Umum

20182016 20172015 2019

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

59

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

dibandingkan triwulan sebelumnya 1,16% (yoy). Penurunan tekanan tersebut didorong oleh adanya koreksi harga subkelompok komoditas padi-padian dan bumbu-bumbuan yang disebabkan oleh adanya musim panen dan peningkatan pasokan dari daerah sentra. Beberapa komoditas yang tercatat mengalami penurunan tekanan inflasi yakni beras, cabai merah, bawang merah dan bawang putih.

3.3.3. Kota Cilegon

Inflasi kota Cilegon pada triwulan I 2019 juga tercatat berada dalam tren penurunan. Inflasi Kota Cilegon pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,69% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat sebesar 2,73% (yoy). Selanjutnya jika dibandingkan dengan angka rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir yang sebesar 4,80% (yoy), tercatat realisasi inflasi Kota Cilegon pada triwulan I 2019 berada di bawah tren historisnya.

Capaian inflasi kota Cilegon menjadi yang terendah diantara kota sampel IHK di Provinsi Banten pada triwulan I 2019. Secara umum, rendahnya tekanan inflasi kota Cilegon

didorong oleh penurunan tekanan inflasi kelompok bahan makanan serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sementara kelompok yang tercatat memberikan tekanan inflasi pada triwulan I 2019 adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau.

Sama halnya dengan yang terjadi di daerah lainnya, relatif terkendalinya realisasi inflasi kelompok komoditas bahan makanan di kota Cilegon disebabkan oleh penurunan tekanan subkelompok padi-padian,dan bumbu-bumbuan. Realisasi inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 2,15% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan IV 2018 yang mencapai 2,24% (yoy). Subkelompok padi-padian dan bumbu-bumbuan menjadi subkelompok yang menahan laju tekanan inflasi kelompok ini pada triwulan I 2019. Momen panen raya mendorong peningkatan pasokan beberapa komoditas dari daerah sentra menjadi sebab penurunan level tekanan harga yang terjadi. Komoditas yang memberikan andil deflasi pada kelompok ini diantaranya beras, cabai merah dan bawang merah dan cabai rawit.

Grafik III.11. Inflasi Cilegon Per Kelompok Komoditas(yoy)

Grafik III.12. Pola Inflasi Cilegon 3 Tahun Terakhir(ytd)

I II III IV2014

I II III IV2015

I II III IV2016

I II III IV2017

I II III IV2018

I2019

Transportasi, Komunikasi & Jasa Keuangan

Kesehatan

Perumahan, Listrik dan Gas

Bahan Makanan

Makanan Jadi, Rokok & Tembakau

Pendidikan, Rekreasi & Olahraga

Sandang

Umum

-6,00-4,00-2,000,002,004,006,008,00

10,0012,0014,00

20182016 20172015 2019

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

60

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Berbeda dengan pola yang terjadi di kota lain, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar justru masih mengalami penurunan tekanan di kota Ci legon. Inflasi kelompok ini pada triwulan I 2019 tercatat sebesar 1,70% (yoy) atau menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,72% (yoy). Penurunan tekanan yang terjadi pada kelompok ini disebabkan oleh menurunnya tekanan harga pada subkelompok bahan bakar, penerangan dan air. Adanya penyesuaian harga LPG 12 kg serta peningkatan pasokan oleh Pertamina mendorong harga bahan bakar RT mengalami penurunan di level konsumen.

3.4. INFLASI TRIWULAN BERJALAN 3.4.1. Inflasi Hingga Bulan April 2019

Inflasi Provinsi Banten pada bulan April 2019 tercatat meningkat dibandingkan dengan realisasi pada triwulan I 2019. Inflasi Provinsi Banten pada bulan April 2019 tercatat sebesar 3,14% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan posisi inflasi pada triwulan I 2019 yang sebesar 2,97% (yoy). Berdasarkan angka inflasi tahun berjalannya, pola inflasi Provinsi Banten pada

bulan April 2019 yang sebesar 0,89% (ytd), tercatat berada di bawah angka rata-rata 3 tahun terakhir yang sebesar 0,97% (ytd).

Peningkatan tekanan inflasi Provinsi Banten pada bulan April 2019 didorong oleh kelompok Bahan makanan serta kelompok perumahan, listrik, air. gas dan bahan bakar. Peningkatan tekanan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan didorong oleh adanya peningkatan konsumsi masyarakat menjelang momen Ramadhan dan Idul Fitri serta belum panennya beberapa komoditas di daerah sentra. Selanjutnya, peningkatan juga terjadi pada kelompok komoditas perumahan, listrik, air, gas dan bahan bakar didorong oleh adanya peningkatan harga pada subkelompok biaya tempat tinggal khususnya komoditas yang berbasis jasa akibat adanya penyesuaian tarif yang masih terjadi hingga awal triwulan II 2019.

3.4.2. Tracking Inflasi Triwulan II 2019

Tekanan inflasi Provinsi Banten diperkirakan meningkat pada triwulan II 2019. Angka inflasi Provinsi Banten pada triwulan II 2019 diperkirakan akan berada di rentang 3,4 -

Grafik III.13. Inflasi Provinsi Banten Hingga BulanApril 2019 (yoy)

Grafik III.14. Inflasi Banten dan Kota Sampel IHK(yoy)

20182016 20172015 2019

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12-6,00

4,00

14,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 42015 2016 2017 2018 2019

Transportasi, Komunikasi & Jasa KeuanganKesehatanPerumahan, Listrik dan GasBahan Makanan

Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Temabakau

Pendidikan, Rekreasi dan Olah RagaSandang

Umum/Total

61

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik III.15.Perkiraan Tinggi Gelombang Triwulan II 2019

Grafik III.16.Perkiraan Curah Hujan Triwulan II 2019

Sumber : BMKG, diolah Sumber : BMKG, diolah

BMKG Significant Wave Height - IndonesiaBADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Valid OOUTC Mon 2019 - 05 - 27

t + 024

90E 95E 100E 105E 110E 115E 120E 125E 130E 135E 140E 145E15S

10S

5S

EQ

5N

10N

15N

0 0,8 0,75 1 1,25 1,5 2 2,5 3 3,5 4 5 6 7

Significant Wave Heigth (m)Wave Direction

N

EW

S

Sumber :1. Prakiraan Bulanan dari ECMWF2. Peta Administrasi dari BIG

0 90 150 300 540 720Xm

PETA PRAKIRAAN CURAH HUJANJUNI 2019

INDONESIAUpdate : 10 Mei 2019

BMKG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

RENDAH

CURAH HUJAN (mm) : KETERANGAN :

Batas Propinsi

Luar NegeriMENENGAH

TINGGI

SANGAT TINGGI

0 - 2020 - 5050 - 100

100 - 150150 - 200200 - 300300 - 400

400 - 500

> 500

3,8% (yoy). Peningkatan tekanan harga pada kelompok bahan makanan dan makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau akan menjadi pendorong utama tingginya laju inflasi pada triwulan II 2019. Selanjutnya, terdapat potensi penurunan level kelompok sandang didorong oleh penurunan harga emas perhiasan sieirng menurunnya harga emas global.

Peningkatan harga sejumlah komoditas bahan makanan diperkirakan akan mendorong meningkatnya realisasi inflasi Provinsi Banten pada triwulan II 2019. Telah selesainya masa panen dan adanya gangguan produksi beberapa komoditas dari subkelompok bumbu-bumbuan diperkirakan akan menjadi faktor utama peningkatan tekanan inflasi kelompok bahan makanan. Tercatat beberapa komoditas yang telah melewati masa panen diantaranya cabai merah, dan cabai rawit. Sementara itu, adanya bencana banjir pada daerah sentra diperkirakan akan menahan pasokan komoditas bawang merah pada triwulan II 2019.

Disisi lain, momen Ramadhan dan Idul Fitri juga diperkirakan akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya

akan mendorong kenaikan harga bahan makanan. Selanjutnya, berdasarkan data BMKG tinggi gelombang pada triwulan I 2019 diperkirakan akan berada pada rentang 1 – 2,5 meter (sedang). Kondisi gelombang tersebut masih memungkinkan untuk nelayan dalam melakukan aktivitas penangkapan.

Adanya penyesuaian harga komoditas bahan makanan diperkirakan akan mendorong tekanan inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Subkelompok makanan jadi diperkirakan akan memberikan andil yang cukup besar pada inflasi kelompok ini menyusul terjadinya peningkatan harga komoditas bahan makanan. Berdasarkan data historis, diperkirakan komoditas yang akan memberikan andil inflasinya adalah nasi dengan lauk, ayam goreng dan bubur. Sementara itu diperkirakan komoditas rokok kretek filter dan rokok kretek masih akan memberikan tekanan inflasi pada kelompok ini di triwulan II 2019.

Sejumlah kebijakan yang diambil pemerintah pusat pada isu komoditas angkutan udara menjadi potensi penurunan level tekanan kelompok transport, komunikasi dan jasa

62

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

keuangan. Isu tingginya harga tiket beberapa maskapai penerbangan pada akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019 mendorong pemerintah pusat mengambil sejumlah kebijakan dalam rangka upaya untuk menurunkan tarifnya. Pada tanggal 16 Februari 2019, Pemerintah Pusat telah menginstruksikan Pertamina untuk melakukan penurunan harga avtur dan telah direspon oleh dengan diturunkannya harga avtur sebesar 3,04% atau berkisar Rp7.960 per liter. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan tarif penerbangan sejumlah maskapai dapat disesuaikan lebih rendah. Selanjutnya pada tanggal 15 Mei 2019, Kementerian Perhubungan telah menerbitkan Keputusan Menteri Perhubungan No. 106 tahun 2019 perihal Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang merevisi kebawah tarif batas atas angkutan udara kelas ekonomi sebesar 12%-16%.

Selanjutnya berdasarkan data Bloomberg, harga minyak dunia (minyak WTI) diperkirakan akan meningkat pada triwulan II 2019. Hingga posisi pertengahan bulan April 2019, harga minyak global berada pada posisi USD 63,39 per barel atau masih mengalami kontraksi sebesar 4,41% (yoy), meningkat dibandingkan posisi pada akhir triwulan I 2019 yang kontraksi 7,34% (yoy). Berbeda arah dengan kondisi minyak dunia, harga emas global justru diperkirakan berada dalam tren penuruan pada triwulan II 2019. Harga emas global hingga posisi bulan April 2019 berada pada level USD 1.288, 10 per ounce atau menurun sebesar 3,49% (yoy) dibandingkan posisi akhir triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 1,93% (yoy).

Grafik III.17. Pertumbuhan Harga Minyak Global (WTI) (yoy)

Grafik III.18.Pertumbuhan harga emas

-80-60-40-20

020406080

100120

1 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 10

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 20181 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 101 4 7 10

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

-40

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

50

63

BAB 3 • Perkembangan Inflasi Daerah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 4Stabilitas

Keuangan Daerah, Pengembangan

Akses Keuangan dan UMKM

66

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 4

Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Stabilitas keuangan di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 dalam kondisi stabil, didorong oleh pertumbuhan seluruh indikator utama perbankan yang berada dalam kondisi positif. DPK dan kredit perbankan provinsi Banten tercatat masih dapat tumbuh positif meskipun melambat. Risiko kredit sedikit meningkat namun tetap berada di bawah threshold.

Dari sisi ketahanan keuangan korporasi, terpantau dalam kondisi yang baik sebagaimana tercermin dari beberapa indikator finansial korporasi, dan risiko pembiayaan dari perbankan. Demikian juga dengan kondisi stabilitas keuangan rumah tangga terpantau cukup baik yang terlihat dari pertumbuhan DPK dan kredit yang masih tumbuh positif meskipun melambat. Sejalan dengan kredit keseluruhan, tingkat risiko juga dilaporkan meningkat namun tetap berada pada threshold. Di sisi pengembangan UMKM, penyaluran kredit perbankan di Provinsi Banten kepada UMKM tercatat melambat dengan risiko yang sedikit meningkat namun masih berada di bawah level indikatifnya.

67

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

4.1. PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN

Stabilitas keuangan di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 dalam kondisi stabil, tercermin dari pertumbuhan indikator utama perbankan yang berada dalam kondisi positif meskipun terjadi perlambatan dan risiko kredit yang masih berada di bawah batas atas 5%.

Meski mengalami perlambatan dibandingkan dengan periode sebelumnya, DPK perbankan Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat masih dapat tumbuh positif. Selanjutnya,

kredit perbankan Provinsi Banten berdasarkan lokasi bank dan lokasi proyek pada triwulan laporan juga tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode sebelumnya.

Secara nominal, DPK yang dihimpun oleh perbankan di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 mencapai Rp183,73 triliun atau tumbuh sebesar 10,65% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,36% (yoy). Peningkatan pertumbuhan DPK pada triwulan laporan disebabkan oleh pertumbuhan pada komponen giro dan deposito, sementara tabungan menunjukkan sedikit perlambatan.

Grafik IV.1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan

Grafik IV.3. Struktur Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Golongan Nasabah

Grafik IV.2. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Jenis Simpanan

Grafik IV.4. DPK Berdasarkan Lokasi Penghimpunan

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Asetg Aset%

DPKg DPK%

Kreditg Kredit%

400.000

350.000

300.000

250.000

200.000

150.000

100.000

50.000

-

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

0,00I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I III III IV

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Girog%Giro

Tabungang%Tabungan

Depositog%Deposito

80.000

70.000

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

-

50

40

30

20

10

-

(10)

(20)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I III III IV

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

Pemerintah;6,78%

Korporasi; 37,36%Perseorangan;

56,65%

Lainnya;0,36%

Sumber: Bank Indonesia

Kab. Lebak; 0,51%

Kab. Pandeglang; 0,68%

Kab. Serang; 2,60%

Kota Cilegon; 7,57%

Kab. Tangerang;45,23%

Kota Tangerang;35,81%

Kota Serang; 5,19%

Kota Tangerang Selatan; 2,42%

68

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Komponen Giro tercatat tumbuh sebesar 0,73% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -6,39% (yoy). Selanjutnya, komponen deposito pada triwulan laporan tumbuh 18,50% (yoy) meningkat cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,44% (yoy). Sementara komponen tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 9,94% (yoy) atau melambat dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,98% (yoy). Berbeda dengan series pada triwulan sebelumnya, pada triwulan I 2019 terjadi perubahan struktur komponen dalam DPK perbankan di Provinsi Banten. Pada triwulan laporan, deposito menjadi komponen DPK dengan pangsa terbesar yakni sebesar 39,55%, disusul oleh tabungan sebesar 36,21% dan giro sebesar 24,24%.

Berdasarkan golongan nasabah, proporsi terbesar DPK perbankan di Provinsi Banten masih didominasi oleh nasabah perseorangan dengan pangsa mencapai 56,65%, diikuti oleh nasabah korporasi (perusahaan) dengan pangsa 37,36%, dan pemerintah daerah sebanyak 6,78%.

Secara spasial, DPK terbesar berasal dari Kabupaten Tangerang dengan nilai mencapai Rp82,68 triliun atau 45,00% dari total DPK di Banten. Posisi selanjutnya adalah Kota Tangerang dengan nilai mencapai Rp67,52 triliun dan pangsa sebesar 36,75% serta Kota Cilegon senilai Rp11,36 triliun atau pangsa sebesar 6,18% dari total DPK Perbankan di Provinsi Banten. Pangsa dari ketiga wilayah tersebut mencapai 87,93%, sementara untuk 5 wilayah lain hanya mencapai 12,07%. Jika dilihat dari pangsa ekonomi, ketiga wilayah penghimpun dana terbesar tersebut

merupakan tiga wilayah dengan pangsa ekonomi terbesar di Provinsi Banten.

Penyaluran kredit perbankan berdasarkan lokasi proyek di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp332,16 triliun atau tumbuh 11,12% (yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,18% (yoy). Kondisi serupa juga dialami oleh kredit berdasarkan lokasi bank yang juga mengalami perlambatan pada triwulan I 2019. Kredit lokasi bank di triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp143,46 triliun atau tumbuh 8,29% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,88% (yoy).

Berdasarkan jenisnya, kredit lokasi proyek mayoritas ditujukan untuk kredit produktif dengan pangsa 66,83% (yoy) sedangkan kredit rumah tangga sebesar 33,17% (yoy). Selanjutnya berdasarkan jenis penggunaan, kredit di Provinsi Banten didominasi untuk kredit modal kerja dengan nilai Rp144,17 triliun atau dengan pangsa 43,40%, diikuti oleh kredit konsumsi dan kredit investasi dengan pangsa masing-masing sebesar 33,17% dan 23,42%.

Berdasarkan jen i s penggunaannya , perlambatan kredit yang terjadi pada triwulan I 2019 disebabkan oleh kondisisi perlambatan yang dialami oleh seluruh jenis komponen kredit, baik kredit modal kerja, investasi maupun konsumsi. Pada triwulan I 2019, kredit modal kerja tumbuh 13,63% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,78% (yoy). Kredit investasi dan konsumsi juga tumbuh melambat masing-masing sebesar 3,02% (yoy) dan 14,16% (yoy), dibandingkan dengan posisi pada triwulan IV yang tumbuh masing-masing sebesar 11,69% (yoy) dan 15,27% (yoy).

69

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Sejalan dengan kontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), secara spasial penyaluran kredit di Provinsi Banten mayoritas juga ditujukan ke wilayah yang memiliki ukuran ekonomi yang besar yaitu Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Ketiga wilayah tersebut didukung utamanya oleh lapangan usaha industri pengolahan dan perdagangan yang juga sejalan dengan lapangan usaha utama di Provinsi Banten. Penyaluran kredit perbankan di Provinsi Banten terbesar disalurkan ke Kabupaten Tangerang dengan nilai mencapai Rp136,32 triliun atau sekitar 41,04% dari total

kredit di Provinsi Banten. Kredit perbankan di Kabupaten Tangerang mayoritas ditujukan untuk sektor industri pengolahan, sebagai sektor ekonomi utama di wilayah tersebut.

Penyaluran kredit terbesar kedua disalurkan ke Kota Tangerang yang mencapai Rp82,25 triliun atau dengan pangsa 24,76%. Berbeda dengan kredit di wilayah Kabupaten Tangerang, sebagian besar kredit di Kota Tangerang didistribusikan ke sektor perdagangan. Posisi penyaluran kredit ketiga terbesar adalah ke Kota Cilegon dengan nilai mencapai Rp45,93 triliun dengan pangsa sebesar 13,83%.

Grafik IV.5. Struktur Kredit Lokasi Proyek Berdasarkan Golongan Debitur

Grafik IV.7. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan

Grafik IV.6. Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek

Grafik IV.8. Loan to Deposit Ratio

Sumber: Bank Indonesia

Pemerintah0,00%

Korporasi58,31%

Perseorangan41,69%

Sumber: Bank Indonesia

Kab. Lebak4,43%

Kab. Pandeglang1,40%

Kab. Serang7,31%

Kab. Tangerang41,04%

Kota Cilegon13,83%

Kota Tangerang24,76%

Kota Serang2,37%

Kota Tangsel4,87%

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Modal Kerja g%Modal Kerja-axis kananInvestasi g%Investasi-axis kananKonsumsi g%Konsumsi-axis kanan

160.000

140.000

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-

35,00

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-

(5,00)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

85,00

80,00

75,00

70,00

65,00

60,00

55,00

50,00

190,00

185,00

180,00

175,00

170,00

165,00

160,00

155,00Lokasi Bank Lokasi Proyek - axis kanan

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

70

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Pangsa ketiga wilayah tersebut mencapai 79,63%, sementara pangsa lima wilayah lainnya hanya sebesar 20,37%. Wilayah dengan pangsa terkecil adalah Kabupaten Pandeglang dan Kota Serang dengan pangsa masing-masing sebesar 1,40% dan 2,37%.

Seja lan dengan per lambatan kredi t , intermediasi perbankan di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 pun mengalami penurunan yang dicerminkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 180,79% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 184,27%. Namun demikian, angka LDR tersebut terhitung tinggi yaitu lebih dari 100% yang menunjukkan bahwa kredit yang disalurkan di Banten tidak sepenuhnya dipenuhi DPK yang berasal dari Provinsi Banten, namun banyak juga yang berasal dari kantor bank di luar Banten terutama dari Provinsi DKI Jakarta. Kewenangan plafond pemberian kredit korporasi besar yang mayoritas merupakan kewenangan langsung dari kantor pusat bank yang berkantor di Jakarta menjadi penyebab kondisi tersebut.

Dari sisi risiko, nilai NPL (Non Performing Loan) mengalami sedikit peningkatan dari 1,43% pada triwulan IV 2018 menjadi 1,56% pada triwulan I 2019 namun demikian tingkat NPL tersebut masih berada di bawah level indikatifnya yaitu 5%. Berdasarkan jenis penggunaan, peningkatan risiko kredit didorong oleh meningkatnya risiko seluruh jenis kredit yaitu secara berturut-turut kredit modal kerja 0,86% dari sebelumnya 0,78%, kredit investasi 0,53% dari sebelumnya 0,52%, dan kredit konsumsi 2,04% dari sebelumnya 1,8%.

4.2. STABILITAS KEUANGAN DAERAH4.2.1. Ketahanan Sektor Korporasi

Perekonomian Provinsi Banten pada triwulan I 2019 yang tumbuh sebesar 5,42% (yoy) masih ditopang oleh LU industri pengolahan, LU konstruksi, LU akomodasi dan makan minum, LU perdagangan besar & eceran, Real Estate, dan LU jasa-jasa. Adapun pangsa dari LU tersebut sebagai berikut industri pengolahan (pangsa 31,37%), perdagangan besar dan eceran (pangsa 12,78%), dan transportasi (pangsa 10,74%). Pada triwulan I 2019 LU Industri pengolahan tumbuh 2,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 2,19%(yoy). Perdagangan dan konstruksi juga tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya masing-masing dari 6,98% (yoy) dan 7,70% (yoy) menjadi 7,45% (yoy) dan 8,98% (yoy).

Sejalan dengan kondisi perekonomian yang masih tumbuh dalam tren positif, kondisi keuangan sektor korporasi di provinsi Banten juga terpantau tumbuh positif. Tercatat komponen kredit dan DPK korporasi Banten tumbuh masing-masing sebesar 9,74% (yoy) dan 13,13% (yoy). Sementara berdasarkan sebarannya, sistem keuangan di provinsi Banten khususnya dalam sektor korporasi didominasi oleh sistem keuangan di LU Industri pengolahan serta perdagangan besar dan eceran. Kondisi tersebut tercermin dari kredit perbankan yang diberikan yang terpusat pada dua sektor tersebut (Industri pengolahan 56,31% dan perdagangan besar 11,84%).

71

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

4.2.2. Kinerja Keuangan Korporasi9

Meneruskan tren di periode sebelumnya, kinerja keuangan korporasi di Banten pada triwulan IV 2018 terpantau mengalami perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh beberapa indikator utama. Dalam hasil laporan keuangan perusahaan sampai dengan triwulan IV 2018, rasio rentabilitas korporasi yang ditunjukkan oleh rasio Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan profit margin menunjukkan arah yang membaik. Tingkat ROA atau perbandingan antara laba/rugi perusahaan dengan total aset mengalami perbaikan dari 6,01% di triwulan III 2018 menjadi 6,02% di triwulan IV 2018.

Demikian juga dengan ROE atau perbandingan antara laba/rugi perusahaan dengan total ekuitas yang mengalami peningkatan dari 12,19% menjadi 12,21% di triwulan IV 2018. Kondisi serupa juga terjadi pada tingkat profit

margin atau perbandingan antara laba/rugi perusahaan dengan penjualan yang secara keseluruhan juga menunjukkan peningkatan dari 9,56% menjadi 9,58%. Meskipun demikian, tingkat perputaran aset (asset turnover) perusahaan mengalami kondisi meningkat dari 0,22% di triwulan III 2018 menjadi 0,24% di triwulan IV 2018.

Grafik IV.10. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten Triwulan I 2019 menurut Lapangan Usaha

Grafik IV.11. Perkembangan Rasio Rentabilitas Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten

Grafik IV.9. Struktur PDRB Provinsi Banten Tw I 2019 menurut Lapangan Usaha

9 Analisis Kinerja Keuangan Korporasi lag satu periode karena menggunakan data Laporan Keuangan yang telah dirilis oleh masing-masing perusahaan.

Sumber: BPS, diolah

IndustriPengolahan

31,37%

Perdagangan12,78%

Transportasi10,74%

Konstruksi10,45

Real Estate7,74

Lainnya26,92%

Sumber: BPS, diolah

I 2019 IV 2018

Real Estate

Konstruksi

Transportasi

Perdagangan

Industri Pengolahan

0 2 4 6 8 10

8,33

8,98

7,45

2,98

1

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

% %

6,50

5,50

4,50

3,50

2,50

1,50

0,50

(0,50)

(1,50)

(2,50)

14,00

12,00

10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

-

ROAROE-axis kanan

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV I II III IV

2017 2018

72

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Tingkat kemampuan membayar utang atau solvabilitas, mengalami perbaikan yang ditunjukkan oleh penurunan rasio Debt to Equity (DTE) pada triwulan III 2018 sebesar 0,97% menjadi 0,93%. Demikian juga dengan rasio Debt to Asset (DTA) juga menurun dari 0,45% pada triwulan III 2018 menjadi 0,44% di triwulan IV 2018.

Semakin rendah ras io DTE dan DTA menunjukkan bahwa nilai liabilitas perusahaan semakin kecil dibanding ekuitas dan asetnya. Penurunan nilai liabilitas tersebut menunjukkan bahwa tingkat utang korporasi di Provinsi Banten mengalami penurunan. Penurunan tersebut bisa disebabkan karena pendanaan modal kerja atau investasi oleh korporasi lebih banyak menggunakan dana Internal perusahaan. Kondisi ini diperkuat dengan melambatnya rasio likuiditas seperti current ratio yang menunjukkan bahwa perusahaan sedang menggunakan likuiditasnya.

Current ratio atau perbandingan antara aset lancar dan utang lancar korporasi di Banten pada triwulan IV 2018 tercatat sebesar 1,26 lebih rendah dibandingkan triwulan III 2018 sebesar 1,28. Sedangkan untuk quick ratio atau rasio yang menunjukkan perbandingan posisi kas dan setara kas dengan utang lancar yang mengalami penurunan dari 0,16 menjadi 0,15.

Kemampuan korporasi di Banten dalam membayar utang (repayment capacity) juga masih terjaga yang terlihat dari tingkat ISCR (Interest Coverage Ratio) atau perbandingan antara EBITDA10 dengan beban bunga yang mencapai 27,02 kali, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 26,94. Rasio ini memperlihatkan kemampuan return yang dihasilkan oleh korporasi di Banten untuk dapat membiayai beban bunga korporasi sangat tinggi, sehingga risiko bahwa biaya bunga tidak terbayar atau terlambat dibayar terbilang cukup rendah.

Ketahanan korporasi dalam memenuhi kewajiban utangnya juga masih terjaga baik yang terlihat pada perlambatan tingkat DSCR (Debt to Service Coverage Ratio) atau perbandingan antara cicilan utang dan biaya bunga dibandingkan dengan tingkat EBITDA perusahaan. Tingkat DSCR korporasi di Banten mencapai 0,68 relatif meningkat dibandingkan triwulan lalu sebesar 0,66. Meskipun meningkat, kemampuan korporasi untuk memenuhi hutang masih terjaga dengan DSCR di bawah 1.

Grafik IV.12. Perkembangan Profit/Loss Margin Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten

10 EBITDA (Earnings Before Interest, Tax, Depreciation, and Amortization)

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

%

12,00

10,00

8,00

6,00

4,00

2,00

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV I II III IV

2017 2018

2,83 2,20 1,86 1,59 1,47 1,38 1,79

0,93 1,43

2,73 3,72

5,80

7,27

8,739,36 9,41 9,42 9,46 9,56 9,58

73

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik IV.13. Perkembangan Rasio Asset Turnover Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten

Grafik IV.14. Perkembangan Rasio Likuiditas Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten

Grafik IV.15. Perkembangan Rasio Solvabilitas Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten

Grafik IV.16. Perkembangan Rasio Repayment Capacity Korporasi Perusahaan Terbuka di Provinsi Banten

4.2.3. Eksposur Perbankan Terhadap Sektor Korporasi

Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) korporasi pada triwulan I 2019 tercatat mengalami peningkatan, kondisi serupa dialami oleh penyaluran kredit kepada korporasi yang juga terpantau meningkat.

Penghimpunan DPK korporasi pada triwulan I 2019 tercatat mencapai nilai Rp62,21 triliun, tumbuh 6,86% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh tinggi sebesar

4,20% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK korporasi terutama disebabkan oleh pertumbuhan pada Giro yang merupakan komposisi terbesar DPK Korporasi. Giro tumbuh 1,88% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh -4,57% (yoy). Sementara, tabungan dan deposito korporasi tercatat tumbuh masing-masing sebesar 10,99% (yoy) dan 12,89% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 17,77% (yoy) dan 15,13% (yoy).

0,20 0,19 0,18 0,19

0,16 0,17 0,14 0,14 0,15 0,16 0,15 0,16 0,17

0,15 0,160,18

0,200,22 0,23

0,25

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

0,30

0,25

0,20

0,15

0,10

0,05

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV I II III IV

2017 2018Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

1,80

1,60

1,40

1,20

1,00

0,80

0,60

0,40

0,20

-

0,300,280,260,240,220,200,180,160,140,120,10

Current Ratio Quick Ratio-axis kanan

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV I II III IV

2017 2018

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

1,60

1,50

1,40

1,30

1,20

1,10

1,00

0,90

0,80

0,65

0,60

0,55

0,50

0,45

0,40DER DTA-axis kanan

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV I II III IV

2017 2018Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan

30,00

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-

0,80

0,70

0,60

0,50

0,40

0,30

0,20

0,10

-

ISCRDSCR-axis kanan

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV I II III IV

2017 2018

74

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Di sisi lain, penyaluran kredit kepada korporasi di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 mencapai nilai Rp193,32 triliun. Berdasarkan lapangan usaha, kredit paling besar disalurkan kepada korporasi di LU industri pengolahan dengan nominal Rp105,79 triliun atau dengan pangsa 56,31%, diikuti oleh LU perdagangan dengan nominal Rp22,24 triliun (pangsa 11,84%) dan real estate senilai Rp17,82 triliun (pangsa 9,60%).

Penyaluran kredit kepada korporasi di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 9,74% (yoy), melambat dibanding triwulan IV 2018 yang tumbuh 13,20% (yoy). Meskipun demikian, pada triwulan I 2019 tingkat suku bunga kredit korporasi mengalami penurunan dibandingkan triwulan lalu yaitu dari 10,46% menjadi 10,00%. Melambatnya penyaluran kredit korporasi didorong oleh melambatnya kredit kepada LU utama yaitu industri

Grafik IV.17. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Korporasi

Grafik IV.19. Perkembangan Penyaluran Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha

Grafik IV.18. Struktur Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha

Grafik IV.20. Perkembangan Suku Bunga Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Bank Indonesia

Depositog%Deposito

Tabungang%Tabungan

Girog%Giro

Rp Miliar % yoy

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-

100,0

80,0

60,0

40,0

20,0

-

(20,0)

(40,0)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

TRANSPORTASI4,2%

KONSTRUKSI10,1%

PERDAGANGAN10,6%

REAL ESTATE9,5%

LAIN-LAIN9,6%

INDUSTRIPENGOLAHAN

56,3%

Sumber: Bank Indonesia

% yoy % yoy

Industri PengolahanReal Estate

Perdagangan Besar dan EceranTransportasi

Konstruksi-axis kanan

80

60

40

20

-

(20)

(40)

140

120

100

80

60

40

20

-

(20)

(40)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

%

15,00

14,00

13,00

12,00

11,00

10,00

9,00

8,00

7,00

6,00

Total Korporasi Konstruksi

Industri Pengolahan

Perdagangan

Transportasi Real Estate

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

75

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

pengolahan, perdagangan besar dan eceran dan industri real estate.

Kredit kepada LU Industri pengolahan tercatat tumbuh 13,25% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,43% (yoy). Selanjutnya, kredit kepada LU Perdagangan pun melambat dari 4,45% (yoy) di triwulan IV 2018 menjadi 3,16% (yoy) di triwulan I 2019. Demikian juga dengan kredit kepada LU real estate yang tumbuh sebesar 23,38% (yoy) pada triwulan sebelumnya, menjadi 17,09% (yoy).

Di sisi lain, risiko kredit kepada korporasi di Provinsi Banten sedikit mengalami peningkatan yang dicerminkan oleh NPL sebesar 1,37%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,31%. Namun demikian NPL tersebut masih dalam kategori aman karena masih di bawah level indikatir sebesar 5%. Meningkatnya risiko kredit korporasi tersebut didorong oleh meningkatnya NPL LU konstruksi yang berkontribusi sebesar 10,1% dari total NPL kredit korporasi. NPL kredit sektor konstruksi pada triwulan I 2019 sebesar 2,73%, meningkat dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu 1,57%. Sementara, NPL sektor utama lainnya cenderung mengalami penurunan.

4.2.4. Ketahanan Sektor Rumah Tangga

Pada triwulan I 2019, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama perekonomian Provinsi Banten dari sisi permintaan dengan pangsa mencapai 52,57% terhadap total PDRB Provinsi Banten. Kondisi tersebut mendorong perlunya asesmen khusus dalam ketahanan komponen konsumsi RT. Pada triwulan I 2019 yang menyatakan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,21% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2018 yang tercatat sebesar 5,53% (yoy).

4.2.5. Eksposur Perbankan dalam Sektor Rumah Tangga

Dana pihak ketiga sektor rumah tangga pada triwulan I 2019 mencapai Rp101,98 triliun, tumbuh sebesar 8,99% (yoy), atau melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 9,27% (yoy). Perlambatan simpanan rumah

Grafik IV.21. Tingkat NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha

Grafik IV.22. Proporsi NPL Kredit Korporasi Berdasarkan Lapangan Usaha

Sumber: Bank Indonesia

%, NPL

6,0

5,0

4,0

3,0

2,0

1,0

0,0

-1,0

Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Real Estate Transportasi

I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

INDUSTRIPENGOLAHAN

56,3%

TRANSPORTASI9,8%

LAIN-LAIN3,6%REAL ESTATE

2,0%

PERDAGANGAN10,6%

KONSTRUKSI10,1%

76

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik IV.23. Perkembangan Pertumbuhan Kredit dan DPK Rumah Tangga

Grafik IV.25. Perkembangan Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga

Grafik IV.24. Perkembangan Pertumbuhan DPK Rumah Tangga

Grafik IV.26. Perkembangan NPL Kredit Rumah Tangga

tangga terutama didorong oleh melambatnya komponen giro dan tabungan, sementara itu komponen deposito tercatat pertumbuhannya meningkat. Giro rumah tangga pada triwulan I 2019 sebesar Rp4,35 triliun terkontraksi sebesar -15,19% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -13,26%. Tabungan rumah tangga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp61,54 triliun tumbuh 10,18% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,63% (yoy).

Sementara itu, deposito sebesar Rp36,10 triliun tumbuh 10,75% (yoy) meningkat dibandingkan posisi sebelumnya 9,30% (yoy). Berdasarkan hasil survei ke beberapa bank di Provinsi Banten, perlambatan tersebut diantaranya disebabkan adanya pelunasan dana haji oleh nasabah khususnya pada bank syariah, yang kemudian menyebabkan terjadinya penarikan dana cukup besar untuk pembayaran pendaftaran haji. Selain itu, perlambatan juga disebabkan oleh adanya penarikan dana oleh masyarakat yang digunakan untuk konsumsi persiapan Ramadhan dan Idul Fitri.

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Kredit RTDPK

g%DPKg%KreditRT

120.000

100.000

80.000

60.000

40.000

20.000

-

25,0

20,0

15,0

10,0

5,0

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Depositog%Deposito

Tabungang%Tabungan

Girog%Giro

70.000

60.000

50.000

40.000

30.000

20.000

10.000

-

100,0

80,0

60,0

40,0

20,0

-

(20,0)

(40,0)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Multigunag% Multiguna

KKBg% KKB

KPR/KPA/Rukog% KPR/KPA/Ruko

65.00060.00055.00050.00045.00040.00035.00030.00025.00020.00015.00010.000

5.0000

50,00

40,00

30,00

20,00

10,00

0,00

-10,00I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

% NPL

Multiguna LainnyaKKBKPR/KPA/Ruko2,50

2,00

1,50

1,00

0,50

0,00I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

77

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Kredit Rumah Tangga pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 13,87% (yoy) melambat dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 15,40% (yoy). Perlambatan pertumbuhan kredit RT tersebut didorong oleh melambatnya KKB dan KPR. KKB menjadi komponen kredit RT yang memiliki pertumbuhan terendah yaitu sebesar 5,66% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,80% (yoy). KPR tumbuh 18,34% (yoy) juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 19,64% (yoy). Sementara itu, kredit multiguna yang merupakan komponen kredit RT dengan

Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga pada triwulan I 2019 mencapai nilai Rp109,58 triliun. Secara nominal kredit kepada sektor rumah tangga didominasi oleh KPR (Kredit Pemilikan Rumah/Apartemen/Ruko) dengan nilai mencapai Rp60,12 triliun atau dengan pangsa sebesar 54,87%, diikuti oleh kredit multiguna sebesar Rp22,07 triliun dengan pangsa sebesar 20,14%. Sedangkan untuk kredit kendaraan bermotor (KKB) mencapai Rp10,22 triliun dengan pangsa sebesar 9,33%.

Grafik IV.27. Pertumbuhan KPR/KPA/Ruko berdasarkan Tipe Rumah

Grafik IV.29. Perkembangan NPL Kredit RT

Grafik IV.28. Pertumbuhan KKB berdasarkan jenis kendaraan

Grafik IV.30. Posisi NPL KKB Berdasarkan Jenis Kendaraan

Sumber: Bank Indonesia

% yoy

KPR Total s.d Type 21Tipe 22 s.d 70 Tipe > 70Ruko Apartemen Tipe 22 s.d. 70

50,0

40,0

30,0

20,0

10,0

-

(10,0)

(20,0)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

% yoy

Kredit Kendaraan Bermotor Mobil Motor50,0

40,0

30,0

20,0

10,0

-

(10,0)

(20,0)

(30,0)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

% NPL

s.d. Tipe 21 Tipe > 70 Ruko/RukanSepeda Motor Mobil Multiguna

Tipe 22 s.d 709,0

8,0

7,0

6,0

5,0

4,0

3,0

2,0

1,0

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019Sumber: Bank Indonesia

% NPL

Total KKB Mobil Motor Truck10,0

9,08,07,06,05,04,03,02,01,0

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

78

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

peningkatan. Tingkat NPL (Non Performing Loan) sektor rumah tangga pada triwulan I 2019 sebesar 1,45%, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,31%. Adapun NPL masing-masing jenis berturut-turut adalah sebesar 1,62%, 1,30%, dan 1,18% untuk KPR, KKB, dan Multiguna. Tingkat risiko tersebut dapat dikatakan masih relatif aman karena berada di bawah level indikatifnya 5%.

4.3. PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM4.3.1. Perkembangan Pembiayaan UMKM

Kredit Perbankan provinsi Banten kepada UMKM tercatat mengalami peningkatan d ibandingkan t r iwu lan sebe lumnya didorong oleh peningkatan kredit kepada LU Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Industri Pengolahan.

Penyaluran kredit kepada UMKM di Provinsi Banten secara nominal tercatat mencapai Rp45,91 triliun atau sebanyak 13,82% dari total kredit yang disalurkan di Provinsi Banten. Pangsa kredit UMKM tersebut meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yaitu 13,57%. Namun demikian, pangsa tersebut masih dibawah target yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 20%.

Berdasarkan lapangan usaha, pangsa terbesar penyaluran kredit UMKM masih ditujukan kepada lapangan usaha Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 45,43%, diikuti oleh lapangan usaha industri pengolahan (pangsa 18,58%), serta lapangan usaha konstruksi (pangsa 11,38%).

pertumbuhan tertinggi tumbuh sebesar 30,22% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 27,30% (yoy).

Melambatnya KKB pada triwulan laporan didorong oleh melambatnya kredit sepeda motor dan mobil roda empat. Kredit sepeda motor tumbuh sebesar 8,09% (yoy) atau melambat cukup jauh dibandingkan capaian pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 26,70% (yoy). Selain itu, kredit mobil roda empat juga mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 4,25% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 8,15% (yoy).

Sementara itu, perlambatan yang terjadi pada KPR pada triwulan I 2019 didorong oleh melambatnya kredit rumah tinggal pada seluruh tipe. Kredit rumah tinggal s.d. tipe 21 mengalami kontraksi -4,44% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,77% (yoy). Selanjutnya kredit rumah tinggal tipe 22 s.d. 70 dan tipe di atas 70 pun mengalami perlambatan yang tumbuh masing-masing 19,26% (yoy) dan 19,43% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana keduanya tumbuh 20,46% (yoy).

Sementara itu, kredit multiguna tercatat tetap mengalami peningkatan pada triwulan laporan. Meningkatnya kredit multiguna pada periode laporan didorong oleh adanya peningkatan subkomponen furnitur dan peralatan rumah tangga yang meningkat cukup tinggi sebesar 183,94% (yoy) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 147,64% (yoy).

Perlambatan yang terjadi pada rumah tangga, diiringi risiko pembiayaan kredit rumah tangga pada triwulan I 2019 yang mengalami sedikit

79

BAB 4 • Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik IV.31. Perkembangan Kredit UMKM

Grafik IV.33. Perkembangan NPL Kredit UMKM

Grafik IV.32. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha

Grafik IV.34. Proporsi NPL Kredit UMKM Berdasarkan Lapangan Usaha

Kredit UMKM pada triwulan I 2019 tumbuh sebesar 16,95% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,23% (yoy). Peningkatan kredit UMKM terutama disebabkan oleh meningkatnya kredit ke LU Perdagangan, Hotel dan Restoran yakni sebesar 39,19% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 32,90% (yoy). Selain itu, peningkatan kredit UMKM juga dimotori oleh meningkatnya kredit UMKM ke LU industri pengolahan yang tumbuh 8,20% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkoreksi cukup dalam yaitu tumbuh -5,85% (yoy).

Sejalan dengan peningkatan risiko kredit secara total, risiko kredit UMKM di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 juga mengalami peningkatan. Peningkatan ni la i r is iko dicerminkan oleh meningkatnya NPL dari 2,68% menjadi 3,05%. Peningkatan NPL terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha kecuali pertambangan dan LGA. NPL pada dua lapangan usaha utama kredit UMKM yaitu PHR dan Industri Pengolahan tercatat masing-masing sebesar 2,88% dan 3,14% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 2,78% dan 2,59%.

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Kredit UMKM g%yoy50.00045.00040.00035.00030.00025.00020.00015.00010.000

5.000-

25,00

20,00

15,00

10,00

5,00

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

Rp Miliar % yoy

Konstruksig%Industri Pengolahan-axis kanang%Perdagangan-axis kanan

Industri PengolahanPerdagangang%Konstruksi-axis kanang%Total-axis kanan

16.000

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

-

50

40

30

20

10

-

(10)

(20)I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

Total UMKM Industri PengolahanPerdaganganKonstruksi

%

8,00

7,00

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

-I II III IV

2015

I II III IV

2014

I II III IV

2016

I II III IV

2017

I II III IV I

2018 2019

Sumber: Bank Indonesia

IndustriPengolahan

19%

Konstruksi17%

Perdagangan43%

Keuangan7%

Jasa7%

Lain-Lain7%

BAB 5Penyelenggaraan

Sistem Pembayaran dan Pengelolaan

Uang Rupiah

82

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 5

Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Pada triwulan I 2019, kinerja transaksi Sistem Pembayaran (SP) baik tunai maupun non tunai di Provinsi Banten tercatat dalam kondisi yang baik namun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Dari sisi SP non tunai, volume transaksi RTGS dan SKNBI tercatat mengalami perlambatan sesuai dengan siklus tahunan dimana transaksi non tunai pada triwulan IV cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan I disebabkan momen liburan dan hari besar keagamaan. Sejalan, transaksi berdasarkan e-commerce dan transportasi online pun tetap meningkat meskipun pertumbuhannya tidak sebesar triwulan sebelumnya. Hal ini disebabkan pada triwulan IV banyaknya transaksi e-commerce karena promo akhir tahun dan momen liburan.

Sementara itu, untuk SP tunai, perputaran uang di Provinsi Banten dilaporkan mengalami net inflow dari sebelumnya net outflow seiring dengan siklus tahunan dimana uang yang beredar pada triwulan IV kembali masuk lagi ke sistem perbankan di triwulan I. Aliran uang tunai di Provinsi Banten pada triwulan II tahun 2019 diperkirakan akan mengalami net outflow, seiring dengan meningkatnya kebutuhan di momen hari Raya Idul Fitri. Peningkatan kebutuhan uang tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh meningkatnya penghasilan masyarakat berupa THR (Tunjangan Hari Raya) dan masa liburan hari raya yang relatif panjang.

83

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

5.1. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI5.1.1. Perkembangan Transaksi RTGS

Transaksi keuangan non tunai di Provinsi Banten melalui Sistem BI - Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami perlambatan secara volume namun secara nominal masih tetap meningkat. Berdasarkan nominal, transaksi melalui RTGS pada triwulan I 2019 mencapai nilai Rp19,36 triliun, tumbuh 18,37% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang tumbuh 6,20% (yoy). Sementara itu, berdasarkan volume, transaksi RTGS pada triwulan I sebanyak 8.642 transaksi, tumbuh 0,61% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,30% (yoy).

5.1.2. Perkembangan Transaksi Kliring

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten, transaksi non tunai melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) pada triwulan I 2019 juga mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal transaksi SKNBI Provinsi Banten pada triwulan I 2019 tercatat sebesar Rp9,31 triliun, atau mengalami kontraksi sebesar 15,44% (yoy), semakin dalam dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 10,11% (yoy). Demikian juga dengan transaksi SKNBI berdasarkan volume sebesar 235.110 bilyet, mengalami penurunan sebesar 27,64% (yoy),

Grafik V.1. Perkembangan Transaksi RTGS di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Nominal

Grafik V.2. Perkembangan Transaksi RTGS di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Volume

Grafik V.3. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Nominal

Grafik V.4. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Volume

-100%-80%-60%-40%-20%0%20%40%60%80%100%

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

I II

Sumber: Bank Indonesia

III IV I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018 2019

Rp Miliar

NominalGrowth Nominal

-150%

-100%

-50%

0%

50%

100%

150%

200%

250%

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III

Sumber: Bank Indonesia

IV I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018 2019

VolumeGrowth Volume

-100

0

100

200

300

400

500

600

0

2

4

6

8

10

12

14

16

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018 2019

Triliun

Nominal Kliring

Growth

Sumber: Bank Indonesia

-50

0

50

100

150

200

250

300

350

400

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018 2019

Ribu

Volume KliringGrowth

Sumber: Bank Indonesia

84

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

semakin dalam dibandingkan posisi triwulan sebelumnya yang turun 9,90% (yoy).

Sebagaimana tren sejak tahun 2015, kliring kredit lebih mendominasi transaksi SKNBI dibandingkan dengan kliring debit. Pangsa transaksi kliring kredit pada triwulan I 2019 terhadap total transaksi SKNBI mencapai 87,06%. Semakin dalamnya kontraksi pada transaksi kliring terutama disebabkan oleh menurunnya transaksi kliring kredit sebesar 16,23% (yoy) berdasarkan nominal, lebih rendah dibandingkan triwulan dan tahun sebelumnya yang tumbuh masing-masing -12,32% (yoy) dan 9,70% (yoy).

Di sisi lain, transaksi kliring debit juga mengalami pertumbuhan negatif pada triwulan I 2019 baik dari sisi volume maupun nominal masing-masing sebesar -16,87% (yoy) dan -9,72% (yoy). Penurunan volume dan nominal warkat debet ini merupakan dampak dari pemberlakuan ketentuan mengenai batas nilai nominal untuk Warkat Debit berupa cek dan bilyet giro paling banyak sebesar Rp500 juta yang efektif berlaku sejak 1 April 2017. Sebelum adanya ketentuan tersebut, tidak ada batasan

nominal untuk Warkat Debit baik yang berupa cek atau giro.

Secara spasial, transaksi kliring terbesar terdapat di Kota Tangerang sebesar Rp3,70 triliun (39,61% dari total transaksi kliring di Provinsi Banten) diikuti Kabupaten Lebak sebesar Rp1,32 triliun (14,17%), Kota tangerang Selatan Rp1,32 triliun (14,14%), Kabupaten Tangerang Rp1,14 triliun (12,16%), Kota Serang Rp0,62 triliun (6,68%) dan Kota/Kabupaten lainnya sebesar Rp0,74 triliun (7,90%).

Sejalan dengan transaksi secara umum, total perputaran kliring harian pun mengalami penurunan baik secara nominal maupun volume. Volume perputaran kliring harian triwulan I 2019 sebanyak 12.508 lembar warkat, turun sebesar 20,52% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2018 dan triwulan I 2018, yang masing-masing tumbuh sebesar -10,93% (yoy) dan 10,26% (yoy). Berdasarkan nominal, perputaran kliring harian mencapai nilai Rp493.469 miliar, mengalami kontraksi sebesar 7,34% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan triwulan IV 2018 yang mengalami penurunan pertumbuhan -13,17%.

Grafik V.5. Nominal Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Jenis

Grafik V.6. Volume Transaksi Kliring di Wilayah Provinsi Banten Berdasarkan Jenis

(500.00) -

500.00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

3.500,00

4.000,00

-

2.000,00

4.000,00

6.000,00

8.000,00

10.000,00

12.000,00

14.000,00

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018 2019Kliring Kredit Nominal (Rp miliar) Kliring Debit Nominal (Rp Miliar)Growth Kiring Kredit (yoy) Growth Kliring Debit (yoy)

Sumber: Bank Indonesia

(200.00)

-

200.00

400.00

600.00

800.00

1.000,00

1.200,00

1.400,00

1.600,00

-

50.000

100.000

150.000

200.000

250.000

300.000

350.000

400.000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

2015 2016 2017 2018 2019Kliring Kredit Volume (bilyet) Kliring Debit Volume (bilyet)

Growth Kiring Kredit (yoy) Growth Kliring Debit (yoy)

Sumber: Bank Indonesia

85

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

5.1.3. Perkembangan Transaksi E-Commerce dan Transportasi Online

Nominal transaksi e-commerce di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 mencapai Rp3,04 triliun tumbuh 144,28% (yoy). Nominal transaksi tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp3,03 triliun. Sejalan dengan nominal transaksi yang meningkat, jumlah transaksi dan jumlah pembeli pun menunjukkan peningkatan.

Jumlah transaksi dan pembeli pada triwulan I 2019 masing-masing sebanyak 10.455 transaksi dan 3.772 pembeli meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 9.792 transaksi dan 3.693 pembeli. Metode pembaaran yang digunakan mayoritas berupa non tunai (81,69%) yaitu transfer bank sebanyak Rp1,55 triliun, kartu kredit/debit online Rp0,57 triliun, dan uang elektronik Rp0,29 triliun. Berdasarkan jenis produknya, jenis produk yang paling banyak dibeli melalui e-commerce yaitu fashion (20%) dan handphone & aksesoris (16%).

Grafik V.7. Nominal Transaksi Kliring Harian di Wilayah Provinsi Banten

Grafik V.8. Volume Transaksi Kliring Harian di Wilayah Provinsi Banten

Grafik V.9. Perkembangan Transaksi E-Commerce di Provinsi Banten

Grafik V.10. Perkembangan Metode Pembayaran E-Commerce di Provinsi Banten

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

600.00%

0

100

200

300

400

500

600

700

800

I II III IV I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018 2019

Ribu

Nominal Kliring Harian

Growth

Sumber: Bank Indonesia

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

300.00%

350.00%

400.00%

0

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

I II III IV I II III IV I II III IV I

2016 2017 2018 2019

Volume Kliring HarianGrowth

Sumber: Bank Indonesia

4.931

6.339

7.857

9.792 10.455

2.131 2.649

3.142 3.693 3.772

1.246

1.752

2.307

3.030 3.044

-

500

1.000

1.500

2.000

2.500

3.000

3.500

-

2.000

4.000

6.000

8.000

10.000

12.000

I II III IV I

2018 2019

Rp Miliar Ribu Transaksi

Jumlah Transaksi Jumlah Pembeli NominalSumber: Bank Indonesia

0.21 0.29 0.53

0.57

0.51 0.48

1.69 1.55

3.03 3.04

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

I II III IV I2018 2019

Rp Triliun

CoD / Tunai e-Money Kartu Kredit / Debit OnlineKios / Minimarket Kredit Tanpa Kartu Transfer BankTotal

Sumber: Bank Indonesia

86

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Berbanding terbalik dengan transaksi e-commerce yang mayoritas metode pembayarannya menggunakan non tunai, pengguna transportasi online di Banten mayoritas (78%) memilih metode pembayaran secara tunai sedangkan metode pembayaran menggunakan uang elektronik hanya sebesar (22%). Penetrasi non tunai pada transportasi online tersebut lebih rendah dibandingkan angka Jawa sebesar 41%.

5.1.4. Elektronifikasi Transaksi Pemerintah

5.1.4.1. Bantuan Sosial Non Tunai

Terdapat 2 (dua) kategor i program e lekt ron i f i kas i bantuan sos ia l yang

Grafik V.11. Penetrasi Metode Pembayaran E-Commerce Melalui Non Tunai

Grafik V.13. Metode Pembayaran Transportasi Online di Provinsi Banten

Grafik V.12. Jenis Produk E-Commerce di Provinsi Banten

Grafik V.14. Metode Pembayaran Transportasi Online di Jawa

diimplementasikan di Provinsi Banten yaitu yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yaitu Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yaitu Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu). Dalam rangka mendorong kesuksesan perluasan implementasi penyaluran bansos non tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten juga senantiasa berkoordinasi dengan pihak terkait untuk melakukan evaluasi rutin dan monitoring penyaluran bantuan sosial di Provinsi Banten.

18.31%

81.69%

Tunai Non Tunai

Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Tunai 78%

e-Money 22%

e-Money 41%

Tunai59%

Sumber: Bank Indonesia

87

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

a. Bantuan Sosial Tingkat Nasional

i) Bantuan Pangan Non Tunai

Bantuan Pangan Non Tunai di Provinsi Banten per Triwulan I 2019 telah disalurkan di 4 (empat) Kota dan 2 (dua) Kabupaten yaitu Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kota Serang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang dan Kabupaten Serang. Selanjutnya, 2 (dua) Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Lebak dan Pandeglang merupakan daerah perluasan BPNT pada tahun 2019. Bank penyalur BPNT saat ini yaitu BNI dan BRI serta BTN

untuk wilayah perluasan di Kabupaten Pandeglang.

Jumlah Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BPNT pada triwulan I 2019 sebanyak 214.412 KPM dengan bantuan yang telah terealisasi per Maret 2019 sebanyak 158.293 KPM (73,83%). Berdasarkan nominal, plafon BPNT di Provinsi Banten sebesar Rp23,59 miliar dengan realisasi per Maret 2019 sebesar Rp17,41 miliar (73,80%). Adapun jumlah BPNT terbanyak adalah di Kabupaten Tangerang (60,37%) dan Kota Tangerang (22,48%).

Grafik V.15. Peta Implementasi BPNT di Provinsi Banten

Grafik V.17. Nominal Peyerapan BPNT

Grafik V.16. Komposisi BPNT di Provinsi Banten

Grafik V.18. Penyerapan KPM BPNT

Sumber: Bank Indonesia

KOTA CILEGON

4.55%

KOTA SERANG

6.50%

KOTA TANGERANG

22.48%

KOTA TANGERANG

SELATAN6.10%

KAB TANGERANG

60.37%

Sumber: Bank Indonesia

23.59

17.41

-

5

10

15

20

25

30

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2018 2019

Rp Miliar

Plafon

Sumber: Bank Indonesia

Penyerapan 214

158

-

50

100

150

200

250

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3

2018 2019

Ribu KPM

Plafon Penyerapan

Sumber: Bank Indonesia

88

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

ii) Program Keluarga Harapan

PKH sudah disalurkan di seluruh Kota/Kabupaten di Provinsi Banten. Per Maret 2019, Kabupaten Tangerang memiliki porsi terbesar untuk PKH di Provinsi Banten dengan plafon Rp100,67 miliar (27% dari total Plafon PKH Provinsi Banten). Per Triwulan I 2019, PKH telah disalurkan kepada 301.646 KPM dari total 301.647 KPM (realisasi 99,99%) dengan nominal Rp367,85 miliar. Plafon tersebut meningkat cukup siginifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp157,80 miliar atau meningkat 133,11% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh penambahan jumlah plafon per KPM yang besarnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing KPM, berbeda dengan periode sebelumnya dimana jumlah PKH sama yaitu Rp550.000 per KPM.

b. Bantuan Sosial Tingkat Provinsi

Jaminan Sosial Rakyat Banten Bersatu (Jamsosratu) merupakan bantuan sosial dengan sumber dana dari APBD Provinsi Banten. Pada tahun 2017, KPw BI Provinsi Banten bekerjasama dengan Dinas Sosial Provinsi Banten dan Perbankan melakukan elektronifikasi penyaluran bansos tersebut sehingga penyaluran dilakukan secara non tunai melalui Kartu Multiguna Provinsi Banten. Pada tahun 2019, jumlah jamsosratu yang akan disalurkan secara non tunai sebesar Rp87,5 miliar yang akan disalurkan melalui 3 tahap. Realisasi pada tahap 1 sebesar Rp27,57 miliar (29,37%) dari total plafon tahun 2019.

Grafik V.19. Nominal Penyerapan PKH Grafik V.20. Penyerapan KPM PKH

157.80 157.31 159.64

84.72

367.85

153.81 155.29 156.05

84.66

367.85

-

50

100

150

200

250

300

350

400

I II III IV I

2018 2019

Rp Miliar

Plafon Realisasi

Sumber: Bank Indonesia

315.591 314.623

319.285317.262

301.647307.622

313.001 312.090

317.068

301.646

290.000

295.000

300.000

305.000

310.000

315.000

320.000

325.000

I II III IV I

2018 2019

PlafonRealisasi

Sumber: Bank Indonesia

89

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

5.2. PERKEMBANGAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

Fungsi Pengelolaan Uang Rupiah (PUR) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten mulai beroperasional sejak bulan Juni 2017 dengan mulai digunakannya gedung baru Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dengan berfungsinya fungsi PUR, maka fungsi pelayanan dan peredaran uang rupiah yang sebelumnya dilakukan melalui kegiatan kas titipan yang dikelola oleh PT. Bank Jawa Barat, saat ini dilakukan sepenuhnya oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten.

Berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami net outflow, pada triwulan I 2019, total perputaran uang yang melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten tercatat mengalami net inflow sebesar Rp280 miliar, turun 69,98% (yoy) dimana pada posisi yang sama tahun sebelumnya yang mengalami net inflow sebesar Rp0,89 trilun. Hal ini sesuai dengan siklus tahunannya dimana

pada triwulan I 2019 telah berakhirnya momen perayaan Natal dan Tahun Baru sehingga outflow pada triwulan IV 2018 telah kembali masuk ke sistem perbankan.

Total nominal inflow triwulan I 2019 senilai Rp1,13 triliun tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 2,96% (yoy) dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya yang mengalami inflow sebesar Rp1,10 triliun. Pangsa transaksi inflow pada triwulan I 2019 terhadap total transaksi perputaran uang rupiah di provinsi Banten mencapai 56,96%. Disisi lain, total nominal outflow sebesar Rp850 miliar atau mengalami peningkatan cukup signifikan sebesar 311,60% (yoy) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya yang mengalami outflow sebesar Rp21 miliar. Pangsa transaksi outflow pada triwulan I 2019 terhadap total transaksi perputaran uang rupiah di provinsi Banten sebesar 43,04%. Peningkatan transaksi tersebut sejalan dengan semakin banyaknya bank yang melakukan transaksi penukaran uang di Provinsi Banten.

Tabel V.1. Alokasi dan Realisasi Jamsosratu Provinsi Banten Tahun 2019

NO LOKASI ALOKASI RTS PER TAHUN 2019 REALISASI TAHAP 1 GEL 1

RTS SATUAN JUMLAH RTS SATUAN JUMLAH

1 KAB. SERANG 11,500 1,750,000 20,125,000,000 6,876 1,000,000 6,876,000,000

2 KOTA SERANG 5,496 1,750,000 9,618,000,000 2,052 1,000,000 2,052,000,000

3 KOTA CILEGON 1,936 1,750,000 3,388,000,000 1,279 1,000,000 1,279,000,000

4 KAB. PANDEGLANG 12,688 1,750,000 22,204,000,000 7,754 1,000,000 7,754,000,000

5 KAB. LEBAK 11,348 1,750,000 19,859,000,000 7,621 1,000,000 7,621,000,000

6 KAB. TANGERANG 3,050 1,750,000 5,337,500,000 988 1,000,000 988,000,000

7 KOTA TANGERANG 2,980 1,750,000 5,215,000,000 661 1,000,000 661,000,000

8 KOTA TANGERANG SELATAN 1,002 1,750,000 1,753,500,000 340 1,000,000 340,000,000

JUMLAH 50,000 87,500,000,000 27,571 27,571,000,000

Sumber: Dinas Sosial Provinsi Banten

90

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Sementara itu, jumlah uang palsu yang ditemukan di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 sebanyak 116 lembar, yang terdiri dari 33 lembar uang pecahan yang menyerupai Rp100.000,00 dan 83 lembar uang pecahan yang menyerupai Rp50.000,00. Jumlah ini mengalami peningkatan cukup tinggi dibandingkan dengan temuan uang palsu pada periode yang sama tahun sebelumnya sejumlah 22 lembar. Jumlah uang palsu yang ditemukan tersebut merupakan hasil temuan

Grafik V.21. Perkembangan Perputaran Uang di Provinsi Banten

Grafik V.22. Total Temuan Uang Palsu di Provinsi Banten

Grafik V.23. Proyeksi Kebutuhan Uang Tunai pada Momen Lebaran di Provinsi Banten

-2.50-2.00-1.50-1.00-0.500.000.501.001.502.00

III IV I II III IV I2017 2018

Inflow (Rp Triliun) Outflow (Rp Triliun) Netflow (Rp Triliun)

Sumber: Bank Indonesia

315 166

7 118 123 123 33

672

428

13

426 323 323

83

1.015

596

22

545 446 446

116

-

200

400

600

800

1.000

1.200

III IV I II III IV I2017 2018 2019

Rp100.000,- Rp50.000,- Rp20.000,-Rp10.000,- Temuan Uang Palsu

Sumber: Bank Indonesia

JAKARTA

JAWA TENGAH JAWA TIMUR

DIYJAWA BARATBANTEN

Lebaran 2018: Rp 43.2T

Lebaran 2019*: Rp 51.5T

Lebaran 2019*: Rp 24.2T Lebaran 2019*: Rp 32.4T

Lebaran 2019*: Rp 6.9TLebaran 2019*: Rp 18.8TLebaran 2019*: Rp 1.7T

Lebaran 2018: Rp 21.8T Lebaran 2018: Rp 26.6T

Lebaran 2018: Rp 5.3TLebaran 2018: Rp 19.0TLebaran 2018: Rp 1.5T

Sumber: DPU, diolah

yang didapat melalui klarifikasi perbankan dan masyarakat ke Bank Indonesia, setoran masyarakat melalui loket penukaran dan hasil setoran perbankan.

Aliran uang tunai di Provinsi Banten pada triwulan II tahun 2019 diperkirakan akan mengalami net outflow sebesar Rp1,7 triliun, seiring dengan meningkatnya kebutuhan di momen hari Raya Idul Fitri. Peningkatan kebutuhan uang tersebut diperkirakan

91

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

dipengaruhi oleh meningkatnya pengahsilan masyarakat berupa THR (Tunjangan Hari Raya) dan masa liburan hari raya yang relatif panjang. Berdasarkan data historis, kebutuhan uang tersebut terutama untuk Uang Pecahan Kecil (UPK), Rp5000 dan Rp2000.

5.3. PERKEMBANGAN TRANSAKSI PENUKARAN VALUTA ASING

Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) berizin diperlukan untuk mendukung keberlangsungan pasar keuangan terutama pasar valuta asing domestik yang sehat sehingga kestabilan nilai rupiah dapat terpelihara dan kelangsungan ekonomi nasional dapat terjaga. Selanjutnya, diperlukan adanya pengaturan dan pengawasan KUPVA BB untuk mencegah dimanfaatkannya KUPVA BB sebagai sarana pencucian uang, pendanaan terorisme, atau kejahatan lainnya.

Berdasarkan data KUPVA BB di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten sampai dengan akhir triwulan I 2019, jumlah penyelenggara KUPVA BB berizin

tercatat sebanyak 44 Kantor Pusat dengan 11 Kantor Cabang. Jumlah kantor pusat KUPVA BB tersebut tidak mengalami perubahan dibanding periode triwulan sebelumnya karena adanya pencabutan izin beberapa KUPVA akibat tidak mematuhi peraturan yang berlaku.

Berdasarkan lokasi usaha penyelenggara KUPVA BB, sebanyak 89% kantor Pusat KUPVA BB berlokasi di 2 (dua) wilayah yaitu Kota Tangerang Selatan sebanyak 23 KUPVA BB dan Kota Tangerang sebanyak 16 KUPVA BB. Sementara 11% berada di wilayah lainnya yaitu Kota Cilegon sebanyak 3 (tiga) KUPVA BB dan di Kota Serang dan Kabupaten Lebak masing-masing 1 (satu) KUPVA BB.

Perkembangan usaha KUPVA BB dapat digambarkan dari aktivitas transaksi jual beli valuta asing yang berjalan selama kegiatan operasional penyelenggaraan KUPVA BB di wilayah Provinsi Banten. Pada triwulan I 2019, jumlah transaksi jual-beli valuta asing senilai Rp1.195,82 miliar tumbuh sebesar 17,59% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan IV tahun 2018 yang mengalami penurunan sebesar -2,88% (yoy).

Grafik V.24. Sebaran KUPVA di Provinsi Banten Grafik V.25. Rekapitulasi Transaksi KUPVA BB di Provinsi Banten

Kota Serang 1

1

3

23

16

151050 20 25

Kota Cilegon

Kabupaten Lebak

Kota Tanggerang Selatan

Kota Tanggerang

Sumber: Bank Indonesia

600 648

852

1.094 1.017

848 965

1.063 1.196

-

200

400

600

800

1.000

1.200

1.400

-

100

200

300

400

500

600

700

800

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q12017 2018 2019

MiliarMiliar

Pembelian Penjualan TotalSumber: Bank Indonesia

92

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Peningkatan tersebut khususnya pada transaksi pembelian yaitu sebesar Rp727,68 miliar tumbuh 48,82% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi -2,88%. Sementara transaksi penjualan sebesar Rp468,13 miliar mengalami kontraksi -1,73% (yoy) melambat dibandingkan periode sebelumya yang tumbuh 26,51% (yoy). Hal tersebut disebabkan dengan berakhirnya momen liburan di akhir tahun 2018, banyak masyarakat yang telah selesai berlibur dan kembali di Indonesia menukarkan kembali sisa valas yang dimilikinya ke rupiah. Sehingga, jika dilihat dari sisi KUPVA maka KUPVA akan banyak melakukan pembelian valas.

Berdasarkan mata uang yang ditransaksikan selama triwulan I 2019, dari 42 (empat puluh dua) jenis mata uang, mayoritas transaksi adalah dalam US Dollar (USD) senilai Rp403,28 miliar (33,72%), diikuti oleh Singapore Dollar (SGD) senilai Rp274,83 miliar (22,98%), Japanese Yen (JPY) senilai Rp272,68 miliar (22,80%), Euro (EUR) senilai Rp46,89 miliar (3,92%), dan Malaysian Ringgit (MYR) senilai Rp36,15 miliar (3,02%).

Peningkatan transaksi mata uang terutama terjadi pada EUR, SGD, AUD dan MYR, sementara penurunan justru terjadi pada USD. Berdasarkan informasi dari Penyelenggara KUPVA BB, peningkatan tersebut khususnya pada mata uang EUR diantaranya didorong oleh tren liburan ke Eropa oleh masyarakat utamanya masyarakat di wilayah Tangerang dan Tangerang Selatan. EUR merupakan mata uang yang konsisten mengalami peningkatan jual-beli selama tahun 2018 hingga 2019.

Grafik V.26. Pangsa Mata Uang Yang Ditransaksikan

USD34%

SGD23%

JPY23%

EUR4%

MYR3% Lainnya

13%

Sumber: Bank Indonesia

93

BAB 5 • Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah

Halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Photo credit: Dispar Provinsi Banten

BAB 6Ketenagakerjaan

dan Kesejahteraan Masyarakat

96

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 6

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada periode Februari 2019 dilaporkan mengalami perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja disertai dengan menurunnya jumlah pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan posisi Februari 2018. Namun meskipun mengalami penurunan, secara spasial, angka TPT Provinsi Banten masih lebih tinggi dibandingkan dengan TPT nasional dan berada di posisi tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Barat.

Dari sisi kualitas hidup masyarakat terlihat adanya peningkatan sebagaimana tergambar dari IPM Provinsi Banten secara konsisten menunjukkan tren peningkatan dan selalu lebih tinggi dari IPM Nasional. Peningkatan kesejahteraan juga dicerminkan dari menurunnya angka gini ratio pada September 2018 ke level terendah sejak tahun 2010. Namun, di sisi lain jumlah penduduk miskin mengalami sedikit peningkatan yang didorong oleh meningkatnya penduduk miskin di perdesaan sebagaimana juga tercermin dari menurunnya NTP pada triwulan I 2019.

Dibutuhkan upaya khusus untuk meningkatkan pemerataan di Provinsi Banten karena secara spasial terlihat masih adanya kesenjangan kualitas hidup masyarakat antara wilayah Banten Utara dengan Banten Selatan yang ditunjukkan oleh lebarnya perbedaan antara IPM di Tangerang Raya dengan di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang. Kesenjangan kualitas hidup dimaksud juga tercermin dari meningkatnya nilai Gini Ratio terutama di perdesaan.

97

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

6.1. KETENAGAKERJAAN

Kondisi ketenagakerjaan di Provinsi Banten pada periode Februari 2019 dilaporkan mengalami perbaikan sebagaimana ditunjukkan oleh meningkatnya jumlah penduduk yang bekerja disertai dengan menurunnya jumlah pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dibandingkan posisi Februari 201811. Namun meskipun mengalami penurunan, secara spasial, angka TPT Provinsi Banten masih lebih tinggi dibandingkan dengan TPT nasional sebesar 5,01% dan berada di posisi tertinggi kedua setelah Provinsi Jawa Barat.

Di tengah melambatnya perekonomian dunia dan domestik, perekonomian Provinsi Banten pada triwulan I 2019 juga turut mengalami perlambatan yaitu tumbuh sebesar 5,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2018 yang mencapai 5,98% (yoy) dan juga posisi triwulan I 2018 sebesar 5,54% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh melambatnya dua Lapangan Usaha (LU) utama yaitu LU Transportasi dan pergudangan dan LU Pertanian.

LU Transportasi mengalami perlambatan dari sebelumnya tumbuh sebesar 5,27% (yoy) di triwulan IV 2018 menjadi hanya tumbuh sebesar 1,0% (yoy). Pertumbuhan tersebut merupakan dampak dari menurunnya permintaan masyarakat secara siginifikan terhadap transportasi udara sejak meningkatnya harga

tiket pesawat udara mendekati batas atas tarif angkutan udara. Sementara itu perlambatan LU pertanian yang sangat dalam yaitu dari 21,11% (yoy) di triwulan IV 2018 menjadi hanya tumbuh 3,08% (yoy), merupakan dampak dari bergesernya masa tanam yang memengaruhi masa panen dan produksi mayoritas produk pertanian di Provinsi Banten.

Sementara itu, LU utama lainnya tetap menunjukkan kinerja yang meningkat dibandingkan triwulan IV 2018. LU industri pengolahan sebagai kontributor utama perekonomian Provinsi Banten dengan pangsa sekitar 31%, mampu tumbuh lebih tinggi di triwulan I 2019. Demikian juga dengan LU Perdagangan, LU Konstruksi, dan LU Real Estate.

Peningkatan yang terjadi pada pertumbuhan LU utama itulah yang kemudian berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten di periode Februari 2019. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Banten diketahui bahwa jumlah penduduk bekerja di Provinsi Banten pada periode Februari 2019 mengalami peningkatan sebanyak 60.863 orang dibandingkan posisi Februari 2018 yaitu dari 5.615,5 ribu orang menjadi 5.676,2 ribu orang. Peningkatan tersebut juga sejalan dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja sebanyak 53,92 ribu orang yaitu dari 6.088,1 ribu orang pada Februari 2018 menjadi 6.142 ribu orang pada Februari 2019.

11 Indikator Ketenagakerjaan dirilis oleh BPS sebanyak dua kali dalam setahun yaitu untuk posisi bulan Februari dan Agustus. Sesuai dengan BPS, pada Kajian ini, angka indikator Ketenagakerjaan pada posisi Februari 2019 dibandingkan dengan posisi Februari 2018.

98

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik VI.1. Pertumbuhan PDRB dan Jumlah Penduduk Bekerja di Provinsi Banten

Grafik VI.3. Angkatan Kerja dan TPAK Provinsi Banten

Grafik VI.2. Perkembangan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Banten

Grafik VI.4. Penduduk Bekerja dan TPT Provinsi Banten

Namun peningkatan yang terjadi pada jumlah angkatan kerja tidak diikuti oleh meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). TPAK justru dilaporkan mengalami penurunan dari sebelumnya 67,06% Februari 2018 menjadi 66,19% akibat terjadinya pergeseran penduduk dalam angkatan kerja ke bukan angkatan kerja seperti sekolah dan mengurus Rumah Tangga. Selain itu, penambahan jumlah penduduk usia kerja juga meningkatkan lebih banyak dibandingkan pertambahan jumlah angkatan kerja.

Dari grafik VI.2 terlihat bahwa selama lima tahun terakhir jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja di Provinsi Banten tidak mengalami banyak peningkatan. Secara rata-rata pertumbuhan angkatan kerja hanya sebesar 2,04% (yoy). Demikian juga dengan rata-rata jumlah penduduk bekerja hanya sebesar 2,36% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan usia kerja yang secara rata-rata berkisar 2,32% (yoy).

6.25

6.00

5.75

5.50

5.25

5.00

4.75

4.50

5.800

5.600

5.400

5.200

5000

4.800

4.400

4.600

4.200I II III IV I II III IV I II III IV I

PDRB (YOY)Jumlah penduduk bekerja

Sumber : BPS Provinsi Banten

I II III IV

2015

% (YOY) Ribu

2016 2017 2018 2019

5.208

4.8255.088

5.507

5.077

5.6155.3335.234

5.895.845.75

5.545.53

5.676

5.42

14.000

12.000

10.000

8.000

6.000

4.000

2.000

-

2015

Ribu Org

2016 2017 2018 2019

Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb FebAgt

Angkatan Kerja

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Bekerja Menganggur

5.2084.825

5.234 5.0885.507

5.0775.615 5.333 5.676

489509

452 498462

520473 497

466

5.690 5.334 5.686 5.587 5.969 5.597 6.088 5.829 6.142

Angkatan kerjaSumber : BPS Provinsi Banten

TPAK (RHS)

2015

Ribu Orang

6.400

6.200

6.000

5.800

5.600

5.400

5.200

5.000

4.800

68

67

66

65

64

63

62

61

60

59

TPAK (%)

Feb

67.20

65.56

63.67

67.23

62.32

67.06 66.19

63.49

62.23

Agt Feb Agt Feb Agt Feb FebAgt

2016 2017 2018 2019Bekerja

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

TPT

2015

Ribu Orang TPT (%)

2016 2017 2018 2019

5.800 10

5.600

5.400 9

5.200

5.000 8

4.800

4.600 7

4.400

4.200 6Feb

8.59

9.54

7.95

8.92

7.75 7.77

8.52

7.58

9.28

Agt Feb Agt Feb Agt Feb FebAgt

99

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Dari sisi lain, seiring dengan meningkatnya j u m l a h p e n d u d u k b e k e r j a , j u m l a h pengangguran di Provinsi Banten pada Februari 2019 mengalami penurunan sebanyak 6.947 orang dibandingkan Februari 2018 yaitu dari 472,8 ribu orang menjadi 465,8 ribu orang. Penurunan jumlah pengangguran tersebut mendorong turunnya angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari sebelumnya 7,77% menjadi 7,58%.

Dari grafik VI.4, terlihat bahwa selama lima tahun terakhir angka TPT di Provinsi Banten memiliki tren yang menurun. Posisi TPT tertinggi terjadi pada Agustus 2015 yang mencapai 9,54% dan yang terendah adalah pada posisi Februari 2019 yaitu 7,58%.

Secara spasial, angka TPT Provinsi Banten pada Februari 2019 lebih tinggi dibandingkan dengan TPT nasional sebesar 5,01% dan berada di posisi tertinggi kedua secara nasional setelah Provinsi Jawa Barat dengan TPT 7,73%. Sejak berdiri pada tahun 2000, angka TPT Provinsi Banten selalu lebih tinggi dibandingkan angka nasional dan seringkali menjadi yang tertinggi secara nasional. Hal ini menjadi salah satu tantangan utama bagi pemerintah Provinsi Banten di tengah

meningkatnya investasi di berbagai lapangan usaha terutama industri pengolahan.

Dari sisi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten berdasarkan lapangan usaha (LU), perdagangan mendominasi dengan jumlah pekerja sebanyak 1.356 ribu orang (pangsa 23,8%), diikuti industri pengolahan dan pertanian masing-masing sebanyak 1.134 ribu orang (pangsa 20%), dan 722 ribu orang (pangsa 12,7%). Di grafik VI.7 terlihat adanya pergeseran penyerapan tenaga kerja yang sebelumnya didominasi oleh LU industri pengolahan pada Februari 2019 menjadi LU perdagangan.

Meningkatnya pangsa LU perdagangan dalam penyerapan tenaga kerja didorong oleh meningkatnya jumlah tenaga kerja yang masuk ke LU ini yaitu sebanyak 270 ribu orang, sementara jumlah tenaga kerja di LU industri pengolahan justru mengalami penurunan sebanyak 73 ribu orang. secara umum dapat disimpulkan bahwa kedua LU tersebut mendominasi penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten. Hal ini sejalan dengan distribusi PDRB berdasarkan LU yang juga didominasi oleh industri pengolahan dengan pangsa 31,4%, diikuti oleh perdagangan (pangsa 12,8%).

Sementara itu, kontribusi LU pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Banten mengalami penurunan yaitu dari sebelumnya 15,4% pada Februari 2018 menjadi 12,7%. Penurunan konstribusi atau pangsa tersebut disebabkan menurunnya jumlah tenaga kerja yang terlibat di pertanian sebanyak 142 ribu orang. Hal ini sejalan dengan perlambatan yang sangat dalam yang terjadi pada LU pertanian pada triwulan I 2019. Pada Grafik VI.5. TPT Provinsi di Jawa dan Nasional

Sumber : BPS Provinsi Banten

9

8

7

6

5

4

3

2

1

0Nasional Banten Jawa Barat Jawa Tengah

Feb-18

5.13

7.778.16

4.233.85

3.06

5.345.01

7.58 7.73

4.223.83

2.86

5.13

Jawa Timur DIY DKI Jakarta

TPT (%)

Feb-19

100

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

PDRB Provinsi Banten berada di posisi ke enam yaitu sebesar 5,64%, setelah LU Konstruksi dan LU Real Estate. Relatifnya kecilnya kontribusi LU pertanian sementara pangsa penyerapan tenaga kerjanya termasuk yang tertinggi menunjukkan bahwa produktivitas di LU ini sangat rendah yang kemudian berdampak pada rendahnya pendapatan para pekerja pertanian dibandingkan LU lainnya.

Sementara itu, kontribusi Lapangan usaha lainnya justru mengalami peningkatan yaitu dari 27,2% menjadi 28,6% dengan pertambahan jumlah pekerja sebanyak 184 ribu orang. Diantara LU lainnya tersebut adalah sektor jasa-jasa seperti jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan rekreasi.

Grafik VI.7. Pangsa Penyerapan Tenaga Kerja per Lapangan Usaha Provinsi Banten

Grafik VI.9. Perkembangan Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan

Grafik VI.6. Pertumbuhan PDRB Provinsi Banten

Grafik VI.8. Tenaga Kerja Menurut Status Pekerjaan

Di sisi lain, berdasarkan status formal pekerjaan, jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor formal pada periode Februari 2019 mengalami peningkatan sebanyak 110 ribu orang, sementara pekerja di sektor informal mengalami penurunan sejumlah 49,1 ribu orang. Kondisi tersebut menyebabkan pangsa pekerja formal mengalami peningkatan dari 55,2% menjadi 56,6%. Secara detil, peningkatan pekerja di sektor formal tersebut didorong oleh meningkatnya penduduk yang menjadi buruh/karyawan yaitu sebanyak 115,1 ribu orang sementara jumlah pekerja bebas dan berusaha sendiri mengalami penurunan cukup signifikan.

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

25.00 7.00

6.00

5.00

4.00

3.00

2.00

1.00

0.00

20.00

15.00

10.00

5.00

0.00

I II III IV

2015I II III IV

2016I II III IV

2017I III III IV

2018 2019

(5.00)

(10.00)

% (yoy) % (yoy)

PDRB (RHS)

Perdagangan

Industri Pengolahan

Transportasi

Konstruksi

Pertanian

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

101

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Berdasarkan latar belakang pendidikan, pekerja di Provinsi Banten didominasi oleh penduduk berpendidikan dasar (<=SD dan SMP) dengan pangsa 50,7%, diikuti oleh berpendidikan menengah (SMA dan SMK) dengan pangsa 34,1%, dan berpendidikan tinggi (Diploma I/II/III dan Univeristas) dengan pangsa 15,2%. Dari data tersebut di atas terlihat bahwa mayoritas pekerja di Provinsi Banten adalah unskilled labour.

Di sisi lain, Tingkat Pengangguran tertinggi (TPT) tertinggi justru berasal dari lulusan SMK dan SMA dengan TPT masing-masing sebesar

11,65% dan 10,06%, yang mengindikasikan adanya kesenjangan antara kualif ikasi yang dipersyaratkan oleh industri dengan kompetensi para pencari kerja. Sementara itu TPT lulusan SMP dan lulusan SD masing-masing 7,13% dan 5,45%, lebih rendah dari lulusan sekolah menengah. Hal tersebut diindikasi karena pekerja berpendidikan rendah relatif lebih mudah terserap pada berbagai pekerjaan informal baik di sektor pertanian, perdagangan, maupun jasa-jasa. Selanjutnya, TPT terendah berasal dari lulusan D I/II/III dan universitas yaitu masing-masing 3,87% dan 5,69%.

Grafik VI.10. Pangsa Penduduk Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

Grafik VI.12. Tingkat Pengangguran Terbuka Berdasarkan Pendidikan Tertinggi

Grafik VI.11. Tingkat Pengangguran Terbuka Menurut Kabupaten/Kota Posisi Agustus 2018

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

6

4

2

8

10

12

14

5,364,91

5,45

12,02

9,87

7,13

10,25

12,49

10,0610,69

14,23

11,65

2,973,76 3,87 3,67

4,5

5,69

Sumber : BPS Provinsi Banten, diolah

SD Ke Bawah SMP SMA SMK Diploma I/II/III Universitas

102

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Tingginya angka TPT lulusan SMA dan SMK tersebut menjadi salah satu penyebab tingginya angka pengangguran di Provinsi Banten akibat adanya pergeseran kualifikasi permintaan tenaga kerja dari berpendidikan rendah menjadi berpendidikan menengah dan tinggi seiring semakin berkembangnya teknologi yang digunakan oleh industri di Provinsi Banten. Pergeseran kualifikasi permintaan tenaga kerja tersebut tidak diimbangi oleh kualitas tenaga kerja yang tersedia di Provinsi Banten terutama untuk industri padat modal yang kemudian justru dipenuhi oleh tenaga kerja yang berasal dari luar Provinsi Banten yang memiliki latar belakang pendidikan dan keterampilan sesuai kebutuhan industri.

Selain itu, tingginya angka penggangguran di Provinsi Banten juga disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk migran yang datang ke Provinsi Banten untuk mencari pekerjaan. Lokasi geografis Provinsi Banten yang strategis yaitu sebagai penghubung antara Pulau Jawa dan Sumatera, didukung oleh banyaknya Industri skala besar dan menengah serta relatif tingginya Upah Minimum Regional (UMR) menjadi daya tarik utama datangnya penduduk migran. Namun, tingginya minat penduduk migran untuk datang ke Provinsi Banten tidak diiringi dengan tingkat keterampilan dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan lowongan kerja yang ada sehingga pada akhirnya menambah jumlah pengangguran di Provinsi Banten.

Berdasarkan kabupaten/Kota, data posisi Agustus 2018, pengangguran tertinggi terjadi di Kabupaten Serang dengan TPT 12,78%, diikuti oleh Kabupaten Tangerang (TPT

9,7%), dan Kota Cilegon (TPT 9,33%). Tiga wilayah dengan angka TPT tertinggi tersebut merupakan sentra industri di Provinsi Banten. Hal tersebut merupakan salah satu indikasi dari banyaknya penduduk migran yang datang ke Banten untuk mencari pekerjaan namun tidak disertai dengan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.

Dari penjelasan di atas, diketahui bahwa untuk mengurangi jumlah pengangguran di Provinsi Banten dibutuhkan lapangan pekerjaan yang padat karya baik industri pengolahan maupun lapangan usaha lainnya, tanpa mengesampingkan industri padat modal. Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah diharapkan dapat mendorong perkembangan dan masuknya investasi dengan memberikan insentif ataupun kemudahan dan fasilitas pendukung. Selain itu pemerintah juga harus terus mengupayakan peningkatan kualitas pendidikan terutama sekolah kejuruan yang dapat dilakukan bekerjasama dengan pihak industri.

6.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT6.2.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Banten secara konsisten mengalami peningkatan dan lebih tinggi dari IPM Nasional. Namun demikian secara spasial terlihat lebarnya perbedaan antara IPM di Tangerang Raya dengan Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang yang mencerminkan masih adanya kesenjangan kual i tas h idup masyarakat antara wilayah Banten Utara dengan Banten.

103

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik VI.13. IPM Provinsi di Jawa Grafik VI.14. IPM Provinsi di Jawa

Grafik VI.15. IPM per Kabupaten/Kota di Provinsi Banten

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan dalam membangun kualitas hidup manusia yang menunjukkan akses penduduk terhadap hasil pembangunan antara lain pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya di suatu wilayah.

IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan, dan standar hidup layak. Dimensi umur panjang dan hidup sehat dicerminkan oleh Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH). Dimensi Pengetahuan dicerminkan oleh indikator Harapan lama sekolah dan Rata-rata lama sekolah. Sementara dimensi Standar Hidup layak digambarkan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan.

IPM Provinsi Banten secara konsisten terus mengalami peningkatan dan pada tahun 2017 mencapai level 71,42. Sejak tahun 2015, status pembangunan Banten berubah dari kategori “Sedang” (60 < IPM < 70) menjadi kategori “Tinggi” (70 < IPM < 80). Angka tersebut mengindikasikan adanya kemajuan dalam upaya membangun kualitas hidup masyarakat di Provinsi Banten.

IPM Provinsi Banten pada tahun 2017 menempati peringkat ketiga untuk kawasan Jawa di atas Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Secara nasional IPM Provinsi Banten berada di posisi ke sepuluh dan selalu tercatat lebih tinggi dari angka nasional.

Sumber: BPS Provinsi Banten

7070696968686764

71717272

71,42

70,81

70,18

70,96

70,27

69,55

68,90

69,8969,47

68,31

2016 2017201520142013

Indonesia Banten

Sumber: BPS Provinsi Banten

74

72

70

68

66

64

76

78

80

82

Jabar JatimJatengBantenDKI Jakarta DIY

70,2770,5270,6871,42

78,8980,06

Indonesia70,81

Sumber: BPS Provinsi Banten

65

60

55

50

70

75

80

85

63,82 62,95

65,6

70,9771,3172,29

77,01

80,84

KotaTangsel

KotaTangerang

KotaCilegon

KotaSerang

SerangTangerang Pandeglang Lebak

Banten71,42%

104

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Secara spasial, IPM Kota Tangerang Selatan adalah yang tertinggi di Provinsi Banten yaitu mencapai 80,84 dengan status pembangunan “Sangat Tinggi”. Status tersebut diperoleh Kota Tanagerang Selatan sejak tahun 2016 seiring meningkatnya IPM dari 79,38 pada tahun 2015 menjadi 80,11. Selanjutnya terdapat 4 (empat) Kabupaten/kota yang berada pada kategori “Tinggi” yaitu Kota Tangerang, Kota Cilegon, Kabupaten Tangerang, dan Kota Serang. Sementara itu terdapat 3 (tiga) Kabupaten berada pada kategori “Sedang”, yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Lebak. Kondisi ini tidak mengalami perubahan dibanding periode sebelumnya. Relatif tingginya deviasi antara IPM di daerah yang berada di wilayah Utara dengan wilayah Selatan, menjadi salah satu indikator masih adanya kesejangan kualitas hidup antara masyarakat di Banten Utara dengan di wilayah Banten Selatan, terutama di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang.

Salah satu komponen yang digunakan dalam perhitungan IPM adalah angka Rata-rata Lama Sekolah (RLS). RLS di Provinsi Banten pada tahun 2017 mencapai 8,53 tahun, meningkat dari tahun 2016 yaitu 8,37 tahun. Angka 8,53 tahun tersebut mencerminkan bahwa rata-

Grafik VI.16. Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Di Jawa Grafik VI.17. Rata-rata Lama Sekolah per Kabupaten Kota di Provinsi Banten

rata pelajar di Banten menamatkan sekolah pada pertengahan masa kelas 3 (tiga) tingkat Sekolah Menengah Pertama. Sama seperti tahun sebelumnya, RLS Banten pada tahun 2017 juga lebih tinggi dari angka nasional yaitu 8,10 tahun, namun lebih rendah dibandingkan RLS di DKI Jakarta dan DI Yogyakarta yang mencapai masing-masing 11,02 tahun dan 9,19 tahun.

Sejalan dengan angka IPM, angka RLS di Kota Tangerang Selatan adalah yang tertinggi yaitu mencapai 11,77, diikuti oleh Kota Tangerang dan Kota Cilegon dengan angka RLS masing-masing 10,29 tahun dan 9,69 tahun. RLS di Kota Tangerang Selatan tersebut lebih tinggi dari RLS di DKI Jakarta dan menunjukkan bahwa rata-rata pelajar menamatkan sekolah pada tingkat Sekolah Menengah Atas kelas 3. Sementara itu, Lebak adalah daerah dengan RLS terendah yaitu 6,2 tahun yang mencerminkan bahwa rata-rata pelajar hanya menamatkan sekolah di tingkat sekolah dasar kelas 6.

Pencapaian IPM dan salah satu komponen penyusun yaitu Rata-rata Lama Sekolah dapat menjadi gambaran bagi pemerintah daerah untuk terus melakukan pemerataan

Sumber: BPS Provinsi Banten

4

2

-

6

8

10

12

DKI Jakarta DIY Banten Jabar Jateng Jatim

Indonesia8,1

7,347,278,148,53

9,19

11,02

Sumber: BPS Provinsi Banten

4

2

-

6

8

10

12

14

Tahun

Kota Tangsel

KotaTangerang

KotaCilegon

KotaSeranng

Tangerang Serang Pandeglang Lebak

Banten8,53

6,26,27,178,248,61

9,6910,29

11,77

105

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

pembangunan ke wilayah Selatan yang saat ini juga masih menjadi daerah tertinggal.

6.2.2. Nilai Tukar Petani (NTP)

Sejalan dengan pertumbuhan PDRB sektor Pertanian yang mengalami perlambatan sangat dalam, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 mengalami penurunan yang didorong oleh turunnya NTP subsektor pangan dan perikanan.

Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani yang mencerminkan daya beli masyarakat di pedesaan. NTP diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). Semakin tinggi NTP berarti bahwa kemampuan petani untuk membeli barang dan jasa yang dikonsumsi semakin menguat.

NTP di Provinsi Banten pada triwulan I 2019 sebesar 100,14, mengalami penurunan sebesar 0,59 poin dibandingkan triwulan IV 2018 dengan NTP 100,52. Demikian juga jika dibandingkan dengan di triwulan I 2018, NTP masih mengalami kontraksi sebesar 0,38% (yoy), meskipun membaik dibandingkan triwulan II dan triwulan III 2018 yang menurun hingga ke level di bawah 100. Lebih rendahnya NTP tersebut sejalan dengan PDRB Lapangan Usaha Pertanian yang mengalami perlambatan sangat dalam yaitu dari sebelumnya tumbuh 21,11% (yoy) kemudian turun ke level 3,08% (yoy). Perlambatan LU pertanian di triwulan I 2019 terutama disebabkan adanya pergeseran masa tanam yang kemudian berpengaruh pada masa panen.

Berdasarkan komponen pembentuk, penurunan NTP pada triwulan I 2019 tersebut didorong oleh meningkatnya Indeks Harga yang dibayar Petani sebesar 0,80 poin dari sebelumnya 137.23 menjadi 138,03, sementara Indeks Harga yang diterima Petani hanya meningkat sebesar 0,28 poin yaitu dari 137,95 pada triwulanI IV 2018 menjadi 138,22.

Berdasarkan subsektor, penurunan NTP didorong oleh turunnya tiga subsektor yaitu pangan, perkebunan, dan perikanan. Penurunan NTP subsektor tanaman pangan disebabkan oleh turunnya harga gabah sebesar 1,13% serta harga jagung. Relatif tingginya angka pertumbuhan kedua komoditas tersebut merupakan dampak dari program Upaya Khusus (Upsus) Pajale di Provinsi Banten.

Sementara itu dua subsektor lainnya mengalami peningkatan yaitu hortikultura dan sebesar 0,27 poin dari sebelumnya 100,83 menjadi 101,01, dan subsektor perkebunan rakyat sebesar 0,266 poin dibandingkan triwulan IV 2018.

Di antara enam provinsi di Jawa, NTP Banten pada triwulan I 2019 masih berada di peringkat kelima di atas DKI Jakarta. Posisi tersebut membaik dibandingkan triwulan I 2018 yaitu di posisi ke enam dan ke level di atas 100 yang berarti kesejahteraan petani mengalami perbaikan.

Dari grafik VI.18 terlihat bahwa selama tiga tahun terakhir, NTP Banten mencapai puncaknya pada triwulan I 2016 di posisi 104,74, namun kemudian seiring dengan melambatnya kinerja Lapangan Usaha Pertanian, NTP mengalami penurunan dan berada di posisi terendah pada triwulan I 2017 dengan NTP

106

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

sebesar 98,19. Penurunan NTP tersebut disebabkan oleh perlambatan atau penurunan Indeks yang diterima petani, sementara Indeks yang dibayar petani justru terus mengalami peningkatan.

Pada triwulan II 2017 hingga triwulan I 2018, NTP kembali meningkat ke level di atas 100, meskipun di dua triwulan selanjutnya kembali turun ke level di bawah 100 yang berarti bahwa penghasilan petani lebih rendah dibandingkan yang berbagai biaya yang harus dibayar oleh petani.

6.2.3. Tingkat Kemiskinan

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten pada periode September 2018 mengalami peningkatan yang diikuti oleh naiknya angka kemiskinan dibandingkan posisi Maret 2018, namun menurun jika dibandingkan posisi Sepember 2017. Menurunnya NTP yang menjadi ukuran kesejahteraan petani di perdesaan pada posisi triwulan III 2018 menjadi penyebab meningkatnya angka kemiskinan terutama masyarakat perdesaan di Provinsi Banten.

Grafik VI.19. Nilai Tukar Petani Berdasarkan Subsektor

Grafik VI.20. Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian dan NTP Provinsi Banten

Grafik VI.21. Nilai Tukar Petani Provinsi di Pulau Jawa dan Nasional

Grafik VI.18. Nilai Tukar Petani Provinsi Banten

(It) Indeks Harga yang Diterima PetaniNTP

(Ib) Indeks Harga yang Dibayar PetaniGrowth NTP (YoY)

Sumber: BPS Provinsi Banten

100

90

80

70

60

110

120

130

140

150

-8,00

-6,00

-4,00

-2,00

0,00

2,00

4,00

I II III IV I II III IV I III III IV2016 2017 2018 2019

NTP % (YoY)

Sumber: BPS Provinsi Banten

70

60

80

90

100

110

120

107.80

100.83

84.16

98.09

108.64107.21

101.10

84.82

96.05

108.58

Pangan Hortikultura PerkebunanRakyat

Peternakan Perikanan

IV 2018 I 2019

NTP

Sumber: BPS Provinsi Banten

-

(5,00)

(10,00)

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

94.00

98.00

102.00

106.00

110.00

92.00

96.00

100.00

104.00

108.00

I II III IVI II III IV I II III IV I II III IV I2016 2017 2019

NTP% (yoy)

NTPPertumbuhan LU Petanian (YOY)

Sumber: Badan Pusat Statistik

90

95

100

105

110

115

Jawa Barat Jawa Timur Jawa Tengah Banten DIYYogyakarta

DKI Jakarta Nasional

109,91

107,39

102,83

100,14

103,15

97,14

102,73

NTP

107

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Grafik VI.22. Perkembangan Kemiskinan diProvinsi Banten

Grafik VI.23. Garis Kemiskinan di Provinsi Banten

disebabkan oleh lebih rendahnya NTP pada triwulan III 2018 yaitu 98,54 dibandingkan triwulan I 2018 yang berada di level 101,00. NTP September 2018 tersebut bahkan berada di bawah level 100 yang menunjukkan bahwa kesejahteraan petani pada September 2018 mengalami penurunan akibat lebih rendahnya pendapatan petani dibandingkan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan angka kemiskinan pada September 2018 yang disebabkan oleh meningkatnya kemiskinan di perdesaaan.

Tingkat kemiskinan merupakan salah satu indikator yang mengukur tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah. BPS menggunakan konsep kemampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach) dalam melakukan pengukuran kemiskinan. BPS mendefinisikan penduduk miskin sebagai penduduk yang pengeluaran rata-ratanya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pengeluaran untuk kebutuhan dasar tersebut terdiri dari bahan makanan dan bukan makanan yang secara nominal diukur sebagai garis kemiskinan.

Garis kemiskinan (GK) di Provinsi Banten pada bulan September 2018 mencapai Rp450.108,00 per bulan, meningkat sebesar 4,4 % dibandingkan bulan Maret 2018 dengan nominal Rp431.068,00 per bulan. Garis Kemiskinan di Provinsi Banten tersebut lebih tinggi dibandingkan angka GK nasional yaitu Rp410.670,00 per bulan.

Selama lima tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten berada pada posisi tertinggi pada Maret 2015 yaitu sebanyak 702 ribu orang dengan presentase 5,9%. Namun kemudian jumlah penduduk miskin tersebut terus menunjukkan tren penurunan hingga posisi Maret 2018 meskipun kemudian sedikit meningkat di September 2018, dengan presentase jumlah penduduk miskin sebesar 5,25% atau sebanyak 668,74 ribu orang dari sekitar 12,3 juta orang penduduk. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan posisi September 2017 yaitu sebanyak 700 ribu orang dengan presentase sebesar 5,59%.

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) % Penduduk Miskin - RHSSumber: BPS Provinsi Banten

580

600

620

640

660

400

450

500

5,00

5,20

5,40

5,60

5,80

6,00

5,10

5,30

5,50

5,70

8,90

5,35

5,51

5,90

5,75

5,425,36

5,45

5,59

5,245,25

623

649

702669661

700

675658

658

691

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2014 2015 2016 2017 2018

Ribu %

Sumber: Badan Pusat Statistik

50-

100150200250300350400450500

Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

2014 2015 2016 2017 2018

450406469Perkotaan

PerdesaanKota + Desa

Ribuan

108

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Berdasarkan wilayah, peningkatan angka kemiskinan di Banten, didorong oleh meningkatnya jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 19 ribu, dari 267,55 ribu orang menjadi 286,6 ribu, atau secara persentase naik dari 7,33% menjadi 7,67%. Sementara itu jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami penurunan sebanyak 11,67 ribu yaitu dari 393,8 ribu orang pada Maret 2018 menjadi 382,13 ribu orang atau secara persentase dari 4,38% menjadi 4,24%.

Dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa, pada September 2018 persentase penduduk miskin di Banten berada di posisi kedua terendah setelah DKI Jakarta dengan angka kemiskinan 3,55%. Tingkat kemiskinan di Banten juga lebih rendah jika dibandingkan dengan angka nasional yaitu 9,66%. Angka kemiskinan di Pulau Jawa tertinggi terjadi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah dengan presentase sebesar 11,81% dan 11,19%.

Meningkatnya angka kemiskinan di Provinsi Banten pada periode September 2018 diduga disebabkan oleh lebih rendahnya NTP pada triwulan III 2018 yaitu 98,54 dibandingkan triwulan I 2018 yang berada di level 101,00.

NTP September 2018 tersebut bahkan berada di bawah level 100 yang menunjukkan bahwa kesejahteraan petani pada September 2018 mengalami penurunan akibat lebih rendahnya pendapatan petani dibandingkan biaya produksi yang harus dikeluarkan. Hal ini sejalan dengan angka kemiskinan pada September 2018 yang disebabkan oleh meningkatnya kemiskinan di perdesaaan.

6.2.4. Perkembangan Gini Ratio

Nilai gini ratio Provinsi Banten pada September 2018 mengalami penurunan dibandingkan posisi Maret 2018 dan September 2017. Berdasarkan wilayah, penurunan nilai gini ratio tersebut didorong oleh menurunnya ketimpangan di perkotaan sementara di perdesaan justru mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya angka kemiskinan di perdesaan.

Indikator lain yang juga sering digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat adalah dengan melihat tingkat ketimpangan ekonomi di suatu wilayah. Semakin besar ketimpangan di suatu daerah mencerminkan

Grafik VI.24. Kemiskinan Berdasarkan Wilayah di Provinsi Banten

Grafik VI.25. Persentase Kemiskinan per Provinsi di Pulau Jawa

Perkotaan PerdesaanAngka Kemiskinan Perdesaan Angka Kemiskinan Perkotaan

Sumber: BPS Provinsi Banten

50

0

100

150

200

250

300

350

400

450

3,00

4,00

5,00

6,00

7,00

8,00

9,00

Mar-17 Sep-17 Mar-18 Sep-18

Ribu Orang %

391.03

284

415.67 393.80

267.55

382.13

286.60284.167,61

7,81

7,337,61

4,244,38

4,694,52

Sumber: Badan Pusat Statistik

-

2,00

8,00

6,00

4,00

14,00

12,00

10,00

3,57 3,55

7,45 7,25

11,32 11,1912,13 11,81

10,98 10,85

5,245,25

9,829,66

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DIYogyakarta

Jawa Timur Banten Nasional

Maret’18September’18

109

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

bahwa pertumbuhan ekonomi tidak merata di seluruh wilayah sehingga terjadi deviasi dari rata-rata pengeluaran per kapita antar kabupaten/kota dalam satu provinsi atau antar provinsi dalam satu negara. Ketimpangan masyarakat ini diukur salah satunya dengan gini ratio yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) selama dua kali dalam satu tahun yaitu di bulan Maret dan September.

Pada September 2018, ni lai gini ratio Provinsi Banten sebesar 0,367, lebih rendah dibandingkan posisi Maret 2018 sebesar 0,385 dan juga dibanding September 2017 sebesar 0,379. Angka gini ratio di Provinsi Banten selama lima tahun terakhir selalu berfluktuasi dengan titik tertinggi terjadi pada Maret 2015 yang mencapai 0,424 dan terendah terjadi

pada September 2018 yaitu 0,367. Bahkan angka gini ratio tersebut merupakan nilai terendah sejak tahun 2010. Selain itu, sejak Maret 2015, tingkat ketimpangan di Provinsi Banten juga selalu lebih rendah dibandingkan nasional sehingga dapat diartikan bahwa kesejangan ekonomi di Provinsi Banten dari tahun ke tahun terus mengalami perbaikan seiring pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten yang juga menunjukkan akselerasi.

Berdasarkan wilayah, penurunan ketimpangan didorong oleh lebih rendahnya angka gini ratio di perkotaan dari 0,386 pada Maret 2018 menjadi 0,362. Sama halnya dengan angka gini ratio secara keseluruhan Provinsi Banten, gini ratio di perkotaan pada September 2018 juga merupakan yang terendah sejak 2010.

Grafik VI.26. Perkembangan Gini Ratio Provinsi Banten dan Nasional

Grafik VI.27. Perkembangan Gini Ratio berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal

Grafik VI.28. Perkembangan Gini Ratio per Provinsi di Pulau Jawa

Sumber: BPS Provinsi Banten

0.360

0.400

0.390

0.380

0.370

0.430

0.420

0.410

0.3840.3890.3910.394

0.3940.414

0.408

0.424

0.401

0.386

0.394

0.382 0.3790.385

0.367

2013 2014 2015 2016 2017 2018Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep

NasionalBanten

Sumber: Bank Indonesia

0,1

0,15

0,3

0,25

0,2

0,45

0,4

0,35

Perkotaan Perdesaan Perkotaan + Perdesaan

Mar’16 Sep’16 Mar’17 Sep’17 Mar’18 Sep’18

0.3860.362

0.3800.381

0,420.399

0.3670.3850.3790.3820.3920.394

0.264 0.248 0.267 0.270 0.283 0.299

Mar’18Sep’18

0.200

0.350

0.300

0.250

0.500

0.450

0.400

0.3940.390

0.4070.405

0.3780.357

0.4410.422

0.3790.371

0.3850.367

DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten

110

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Penurunan ketimpangan di perkotaan sejalan dengan menurunnya jumlah penduduk miskin pada September 2018 sebanyak 11 ribu orang dan turunnya angka kemiskinan menjadi 4,24% dari sebelumnya 4,38% pada Maret 2018.

Sementara itu, gini ratio perdesaan justru mengalami peningkatan yaitu dari sebelumnya 0,283 di Maret 2018 menjadi 0,299. Angka tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak Maret 2013. Gini ratio di perdesaan tertinggi sebelumnya terjadi pada September 2014 sebesar 0,294 dan kemudian terus mengalami fluktuasi hingga kemudian mencapai level tertinggi pada September 2018. Namun demikian, meskipun mengalami peningkatan, angka gini ratio di perdesaan selalu lebih rendah dibandingkan di perkotaan, yang

menunjukkan bahwa pendapatan atau pengeluaran masyarakat di wilayah perdesaan lebih merata dibandingkan di perkotaan. Hal yang sama juga terjadi secara nasional.

Peningkatan angka gini ratio di perdesaan tersebut sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk miskin di perdesaan pada posisi September sebanyak 19,05 ribu orang disertai naiknya angka kemiskinan menjadi 7,67 dari sebelumnya 7,33 pada posisi Maret 2018.

Dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Jawa, nilai gini ratio Provinsi Banten berada di posisi ke dua terendah setelah Jawa Tengah yaitu sebesar 0,357. Sementara nilai gini ratio di Pulau Jawa tertinggi terjadi di Provinsi DI Yogyakarta yaitu 0,442.

111

BAB 6 • Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat

Halaman ini sengaja dikosongkan

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 7Prospek

Perekonomian Daerah

114

BAB 7 • Prospek Perekonomian Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

BAB 7

ProspekPerekonomian Daerah

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada tahun 2019 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan tahun 2018. Pertumbuhan diprakirakan ditopang oleh kinerja konsumsi baik rumah tangga maupun Pemerintah serta kinerja ekspor. Berdasarkan lapangan usaha (LU), pertumbuhan terutama didorong oleh LU utama antara lain, antara lain industri pengolahan, LU konstruksi, dan LU pertanian. Sementara itu, beberapa LU diperkirakan akan tumbuh lebih rendah, diantaranya adalah LU perdagangan, LU real estate, dan LU transportasi dan pergudangan.

Di sisi perkembangan harga, tingkat inflasi Provinsi Banten pada tahun 2019 lebih tinggi dibandingkan tahun 2018 namun diperkirakan masih akan sejalan dengan target pemerintah yaitu di kisaran 3,5+1% (yoy). Berdasarkan kelompok komoditasnya, inflasi provinsi Banten pada tahun 2019 akan didominasi oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.

115

BAB 7 • Prospek Perekonomian Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

7.1. Prospek Ekonomi Tahun 2019

Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten secara keseluruhan tahun 2019 diprakirakan akan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2018 seiring dengan melambatnya prospek perekonomian dunia. Perekonomian Provinsi Banten tahun 2019 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,5 – 5,9% (yoy). Pertumbuhan diprakirakan terutama akan ditopang oleh konsumsi baik masyarakat maupun pemerintah serta masih optimisnya kinerja investasi.

Di sisi pengeluaran, komponen konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2018. Konsumsi masyarakat, yang memiliki pangsa terbesar dari PDRB sisi permintaan, masih akan menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten. Daya beli masyarakat diharapkan semakin menguat dengan kenaikan UMK/UMP dan stabilitas harga yang secara umum terjaga pada rentang tingkat inflasi 3,5+1% (yoy) antara lain melalui upaya-upaya yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Selain itu, peran sektor Pemerintah juga diperkirakan meningkat pada tahun 2019 seiring dengan lebih tingginya anggaran belanja APBD antara lain belanja pegawai, belanja sosial, dan belanja barang antara

lain dalam rangka pemilu serentak. Selain itu, terdapat juga realisasi program-program tahun 2019 lainnya yang berfokus di 8 (delapan) bidang prioritas: infrastruktur, pendidikan, kesehatan, pangan, pariwisata, sosial, ekonomi, dan penataan kawasan Banten Lama.

Selanjutnya, ekspor diprakirakan masih akan tumbuh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang didukung oleh ekspor antar daerah dalam rangka memenuhi permintaan domestik di tengah kondisi ekonomi dunia yang masih diliputi ketidakpastian hubungan dagang antara AS dan Tiongkok. IMF dan Bank Indonesia memperkirakan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Global untuk keseluruhan tahun 2019 akan tumbuh di kisaran 3,3%-3,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2018. Prakiraan perlambatan pertumbuhan ekonomi global ini didorong terutama oleh direvisi kebawahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Eropa, Jepang, dan Tiongkok. Selanjutnya, perkiraan pertumbuhan World Trade Volume (WTV) juga cenderung pesimistis karena prospek berlanjutnya perang dagang antar negara utama. Di sisi lain, proyeksi harga minyak dunia yang menunjukkan potensi berlanjutnya penurunan menjadi US$63 di tahun 2019 seiring adanya perkiraan peningkatan pasokan dan moderasi permintaan. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekspor produk kimia, alas kaki,

Tabel VII.1. Perkembangan dan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten

Ket.2016 2017 2018 2019

I II III IV T I II III IV T I II III IV T Ip IIp Tp

PDRB (yoy) 5.1 5.2 5.2 5.5 5.3 5.9 5.5 5.6 5.7 5.7 5.9 5.6 5.9 6.0 5.8 5.4 5.6-6.0 5.5-5,9

Sumber: BPS Provinsi Banten; p) = prakiraan Bank Indonesia

116

BAB 7 • Prospek Perekonomian Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

dan TPT yang merupakan komoditas utama ekspor Provinsi Banten.

Sementara itu di sisi penawaran, lapangan usaha industri pengolahan masih terus menjadi penopang utama perekonomian Provinsi Banten seiring dengan ekspektasi menguatnya kinerja penjualan terutama di sisi domestik. Industri yang diperkirakan akan mengalami peningkatan kinerja antara lain kimia, barang logam, dan makanan minuman. Telah beroperasinya pabrik synthetic rubber dan pabrik pelat baja otomotif pada akhir tahun 2018 serta berlangsungnya realisasi rencana pembangunan pabrik lainnya yang bersifat multiyears akan mendorong peningkatan kapasitas produksi industri pengolahan secara umum sehingga diharapkan dapat semakin berkontribusi terhadap perekonomian Provinsi Banten.

7.2. INFLASI

Inflasi Provinsi Banten pada tahun 2019 diperkirakan berada dalam sasaran inflasi nasional sebesar 3,5%±1%. Pada tahun 2019 inflasi di Provinsi Banten diperkirakan berada pada rentang 3,3%-3,7% (yoy). Angka perkiraan ini tercatat relatif stabil dengan kecenderungan bias ke atas dibandingkan dengan inflasi tahun 2018 sebesar 3,42% (yoy).

7.2. PROSPEK INFLASI TAHUN 2019

Berdasarkan kelompok komoditas, inflasi Provinsi Banten pada tahun 2019 diperkirakan didorong utamanya oleh kelompok bahan makanan dan kelompok transpor. Sementara kelompok lainnya diperkirakan relatif stabil jika dibandingkan dengan capaian tahun 2018. Pada kelompok bahan makanan, adanya gangguan produksi serta dampak penerapan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sisi produksi dan pasokan komoditas bahan makanan menjadi beberapa hal yang memengaruhi tekanan komoditas bahan makanan yang terjadi pada tahun 2019. Beberapa komoditas yang tercatat memiliki tekanan inflasi yang tinggi pada tahun 2019 diantaranya daging ayam ras, telur ayam ras dan bawang putih, sementara komoditas beras diperkirakan akan relatif stabil.

Diberlakukannya pelarangan penggunaan antibiotic growth promoter (AGP) untuk ayam ras pada awal tahun 2018 masih akan menyebabkan gangguan produksi komoditas daging dan telur ayam ras. Kondisi tersebut mendorong terjadinya kekurangan pasokan komoditas daging dan telur ayam ras di pasar dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan harga. Disisi lain, dinamika nilai tukar yang akan terjadi pada tahun 2019 diperkirakan akan mendorong peningkatan harga pakan

Tabel VII.2. Perkembangan dan Proyeksi Inflasi Provinsi Banten

Ket.2016 2017 2018 2019

I II III IV I II III IV I II III IV Ip IIp Tp

Inflasi (yoy) 5,7 3,8 3,0 2,9 3,4 4,6 4,2 4,0 3,6 3,0 3,4 3,4 2,97 3,4-3,8 3,4-3,8

Sumber: BPS Provinsi Banten; p) = prakiraan Bank Indonesia

117

BAB 7 • Prospek Perekonomian Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

yang sebagaian besar masih impor yang pada akhirnya mendorong meningkatnya harga daging ayam ras di level konsumen.

Selanjutnya, penerapan Peraturan Menteri Pertanian No.16/ Permentan/ 5/ 2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura yang salah satu poinnya mewajibkan importir bawang putih untuk menanam 5% dari kuota impor yang diberikan membuat terjadinya gangguan pasokan pada komoditas ini. Ketidaksiapan importir untuk melakukan penanaman menjadi faktor penyebab terjadinya gangguan pasokan komoditas ini. Kondisi tersebut pada akhirnya membuat terjadinya peningkatan harga untuk komoditas bawang putih.

Tingginya stok beras di awal tahun 2019 diperkirakan akan menjadi faktor penahan peningkatan harga komoditas tersebut di tahun 2019. Saat ini cadangan beras pemerintah (CBP) yang berada di gudang BULOG secara nasional mencapai angka 2,1 juta ton. Diperkirakan pada bulan April hingga Mei 2019 yaitu masa panen raya beras, akan terjadi potensi surplus beras sebesar 300 ribu ton12. Potensi surplus beras tersebut direncanakan akan diekspor oleh BULOG ke sejumlah negara tetangga.

Demikian juga dengan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan, diperkirakan akan mengalami tekanan harga pada tahun 2019. Tekanan harga yang terjadi khususnya diperkirakan disebabkan oleh adanya peningkatan harga minyak dunia pada tahun 2019. Proyeksi harga minyak dunia oleh IMF yang menunjukkan peningkatan di tahun

2019 dapat memengaruhi penyesuaian harga komoditas bahan bakar domestik, khususnya pada bahan bakar minyak non subsidi. IMF memprediksi harga minyak di akhir tahun 2019 mencapai USD63 per barel atau meningkat sebesar 5,12% dibandingkan harga minyak di tahun 2018. Kondisi ini kedepan diperkirakan tidak hanya akan berdampak pada peningkatan harga BBM domestik saja, namun juga akan berdampak pada penyesuaian harga kelompok komoditas transpor.

Pada sektor transportasi khususnya komoditas angkutan udara diperkirakan masih akan mengalami tekanan pada tahun 2019 seiring dengan penerapan kebijakan bagasi berbayar oleh beberapa maskapai mendorong peningkatan tekanan harga tarif angkutan udara. Namun demikian, pada tanggal 15 Mei 2019 Kementerian Perhubungan mengeluarkan Kepmen No.106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. Keputusan ini menggantikan Kepmen No.72 tahun 2019 yang diperkirakan dapat menahan laju inflasi pada sektor transportasi angkutan udara.

Sementara itu kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau diperkirakan akan relatif stabil pada tahun 2019. Keputusan pemerintah untuk tidak menaikan cukai rokok pada tahun 2019 diperkirakan akan mendorong harga komoditas rokok kretek, rokok filter dan rokok kretek filter stabil di sepanjang tahun 2019.

12 Kapasitas gudang BULOG 3,6 juta ton (telah terisi 2,1 juta ton) sementara potensi dari panen akan mencapai 1,8 juta ton.

118

BAB 7 • Prospek Perekonomian Daerah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

7.3. FAKTOR RISIKO7.3.1. Faktor Risiko Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Provinsi Banten Tahun 2019

1. Penguatan nilai tukar Dollar Amerika Serikat akibat masih adanya potensi kenaikan suku bunga FFR oleh The Fed di tahun 2019 berisiko meningkatkan inflasi, sementara Provinsi Banten selain juga melakukan impor barang konsumsi serta barang modal, juga dipenuhi oleh sektor manufaktur yang dependen kepada bahan baku impor;

2. Kenaikan harga BBM non subsidi seiring potensi meningkatnya harga komoditas minyak dunia maupun adanya cukai rokok. Hal ini berisiko mendorong tingkat inflasi di tahun 2019 dan berpotensi menahan konsumsi masyarakat di tahun 2019;

3. Tarif transportasi angkutan udara yang meningkat sejak diberlakukannya bagasi berbayar. Namun demikian, Kepmen No.106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri diperkirakan dapat menahan laju inflasi komoditas ini.

4. Pergeseran pola konsumsi masyarakat ke kebutuhan leisure dari kebutuhan non leisure. Hal ini berisiko menurunkan konsumsi dalam bentuk barang (goods-based) karena beralih ke konsumsi non barang atau jasa (experience-based) dan dapat menyebabkan penurunan pada sektor industri ritel;

5. Penurunan permintaan global akibat berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang dapat mempengaruhi penjualan produk ekspor utama dari Provinsi Banten seperti baja, alas kaki, dan TPT.

6. Gangguan stabilitas geopolitik berpotensi menganggu permintaan global yang akan menahan kinerja industri pengolahan Provinsi Banten yang berorientasi ekspor.

7. Risiko stabilitas politik dan keamanan domestik terkait tahun politik 2019 berpotensi membuat masuknya investasi ke dalam negeri tertahan.

119Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

Daftar Istilah

APBD

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Rencana keuangan tahunan

pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah

dan DPRD.

Belanja Bagi Hasil

Anggaran belanja yang dialokasikan sebagai dana bagi Hasil yang bersumber dari

pendapatan provinsi kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota

kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada

pemerintah daerah Iainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Belanja Bantuan SosialAnggaran belanja untuk pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang

kepada masyarakat yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Belanja Hibah

Anggaran belanja untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, barang dan/

atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok

masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya.

Belanja LangsungMerupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja Tidak LangsungMerupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan.

BI-RTGS (Real Time Gross

Settlement)

Penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara

online atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana

CDD (Customer Due Diligence)Kegiatan berupa identifikasi, verifikasi, dan pemantauan yang dilakukan untuk

memastikan bahwa transaksi dilakukan sesuai dengan profil pengguna.

Dana Alokasi Khusus

Dana alokasi dari APBN dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang

merupakan urusan Pemerintah Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional,

terutama untuk membantu membiayai kebutuhan sarana dan prasarana

pelayanan dasar masyarakat atau untuk mendorong percepatan pembangunan

daerah beradasarkan Peraturan Mentri Keuangan

Dana Alokasi Umum

Dana alokasi dari APBN dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar

daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan

desentralisasi, yang penggunaannya ditetapkan sesuai dengan prioritas dan

kebutuhan masing-masing daerah (block grant) berdasarkan Peraturan Presiden

Dana Penyesuaian dan Otonomi

Khusus

Dana otonomi khusus adalah dana yang diberikan untuk daerah otonomi khusus

yaitu Provinsi Papua dan Aceh. Sedangkan Dana penyesuaian adalah dana

yang dialokasikan untuk membantu daerah dalam melaksanakan kebijakan

Pemerintah Pusat.

Dana Perimbangan

Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan ke daerah

untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

sesuai UU No. 33 Tahun 2004 dan PP No.55 Tahun 2005.

Dana Pihak Ketiga (DPK)Simpanan pihak ketiga bukan bank yang terdiri dari giro, tabungan, dan simpanan

berjangka.

Disagregasi inflasiPengelompokkan inflasi ke tiga komponen yaitu Volatile Food, Administered

Prices, dan Core.

120

Daftar Istilah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

EDD (Enhanced Due Diligence)

Kegiatan CDD yang lebih mendalam pada saat melakukan transaksi dengan

dan/atau memberikan jasa kepada nasabah yang yang tergolong berisiko tinggi

termasuk politically exposed persons, terhadap kemungkinan pencucian uang

dan pendanaan terorisme.

Ekspor Impor Perdagangan barang dan jasa antar negara dan antar daerah

Financing to Deposit Ratio (FDR)Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh

bank syariah, baik dalam rupiah dan valas.

Garis Kemiskinan Batas pengeluaran kebutuhan pengeluaran minimum.

Indeks Ekspektasi KonsumenKomponen pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, skala 1-100.

Indeks Keyakinan KonsumenIndeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekonomi saat ini

dan ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, skala 1-100.

Indeks Kondisi EkonomiKomponen pembentuk IKK, indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen

terhadap kondisi ekonomi saat ini, skala 1-100.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indikator kesejahteraan masyarakat yang terdiri dari sejumlah komponen dasar

kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan

tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat;

pengetahuan, dan kehidupan yang layak.

Inflasi Administered PricesInflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) berupa kebijakan Harga

Pemerintah, seperti Harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll.

Inflasi Core (inti)

Komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan

inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-

penawaran; lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi

mitra dagang; atau ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen.

Inflasi Volatile foodInflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan

makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan.

KliringPenyelesaian utang piutang antar bank-bank peserta kliring yang berbentuk

surat-surat berharga.

Kredit

Penyediaan uang atau tagihan sejenis, berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

pemberian bunga.

Kredit Investasi

Kredit jangka menengah/panjang yang diberikan kepada (calon) debitur untuk

membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi,

perluasan ataupun pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin-

mesin, bangunan dan tanah untuk pabrik, yang pelunasannya dari hasil usaha

dengan barang-barang modal yang dibiayai.

Kredit Konsumsi

Pemberian fasilitas kredit dari pihak bank ke konsumen yang digunakan untuk

pembelian barang berupa rumah/kendaraan yang digunakan secara langsung

oleh konsumen.

Kredit Modal Kerja

Fasilitas kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah maupun valuta

asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan

jangka waktu maksimal 1 tahun namun dapat diperpanjang

121

Daftar Istilah

Laporan Perekonomian Provinsi BantenMei 2019

KUPVA BB (Kegiatan Usaha

Penukaran Valuta Asing Bukan Bank)

Kegiatan jual dan beli uang kertas asing serta pembelian cek pelawat (traveller’s

cheque).

Liaison

Kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung kepada

pelaku ekonomi mengenai perkembangan dan arah kegiatan ekonomi dengan

cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan.

Loan to Deposit Ratio (LDR)

Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh

bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR digunakan untuk bank

syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.

mtm Month to Month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.

Nilai Tukar PetaniIndikator kesejahteraan petani yang membandingkan antara indeks harga yang

diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani.

Non Performing Loan (NPL)

Rasio pembiayaan atau kredit macet terhadap total penyaluran pembiayaan

atau kredit oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Kriteria NPL adalah (1) kurang

lancar, (2) diragukan, dan (3) macet

Pembentukan Modal Tetap Bruto

(PMTB)

Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi atau biasa disebut

investasi.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh melalui aktivitas ekonomi suatu daerah seperti pajak

daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah.

Rasio GiniKoefisien yang digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan dan

kekayaan di suatu daerah

Sektor UtamaSektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai

pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.

Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan

Anggaran (SILPA)

Sisa anggaran tahun lalu yang digunakan sebagai komponen pembiayaan APBD

tahun anggaran berjalan/berkenaan.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK)Perbandingan jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja (15-64 tahun)

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Perbandingan jumlah pengangguran dengan penduduk angkatan kerja

Upah Minimum Kota/Kabupaten

(UMK)

Upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap

yang ditetapkan oleh kepala daerah.

Warkat Kliring

Alat atau sarana yang dipakai dalam lalu lintas pembayaran giral yang

diperhitungkan dalam kliring, terdiri atas cek, biyet giro, surat bukti penerimaan

transfer dari luar kota (kiriman uang), wesel bank untuk transfer atau wesel

unjuk, nota debet atau kredit dan jenis-jenis warkat lain yang telah disetujui

penyelenggara

yoy Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi BantenJalan Raya Serang-Pandeglang Km.7 (Palima), Serang 42163Telp. (0254) 223 788 – Fax. (0254) 223 875

Softcopy dapat diunduh di:http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/banten

Atau scan di: Ikuti kami di media sosial:

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BANTENJalan Raya Serang Pandeglang (Palima) Km. 7Serang, Banten, Indonesiahttp://www.bi.go.id

LAPORAN PEREKONOMIAN PROVINSI BANTEN

PERIODE MEI 2019

LAPO

RA

N PER

EKON

OM

IAN

PRO

VIN

SI BA

NTEN

- PERIO

DE M

EI 2019