repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29085/1/nuni... · hub....
TRANSCRIPT
Hubungan Pengembangan Diri Rutin
terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi
SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Nuni Nuraeni
NIM: 1111011000065
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Nuni Nuraeni, NIM 1111011000065. Hubungan Pengembangan Diri Rutin
terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pengembangan
diri rutin terhadap akhlak karimah siswa-siswi program akselerasi. Penelitian ini
dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, Tahun ajaran 2014/2015. Subjek
penelitian ini adalah siswa-siswa program akselerasi. Pengumpulan data dalam
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara (1) Angket, (2) Wawancara, (3)
Dokumentasi. Tehnik pengambilan sampel dengan cara purposive samples Dan
hasil penelitian dianalisis secara deskriptif. Kemudian angket tentang
pengembangan diri rutin dan angket al-akhlak al-karimah siswa-siswi program
akselerasi, dianalisiskan dengan menggunakan prosentase atau tabulasi dan untuk
mencari hubungan dianalisis dengan menggunakan koefisien korelasi product
moment.
Dari perhitungan tersebut diperoleh angka korelasi rxy adalah 0,871 lebih besar
dari rtabel (0,871 > 0,367) pada taraf signifikan 5 % yang berarti terdapat korelasi
antara 0,70-0,90 itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi dengan
koefisiensi destriminasi sebesar 76 %. Jadi, hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa-
siswi program akselerasi terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
Kata Kunci: Pengembangan Diri Rutin, al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswa
Program Akselerasi.
ii
ABSTRACT
Nuni Nuraeni NIM 1111011000065 The Correlation of Routine Self-
Development to Lofty Character of Acceleration Students SMP BM 400
Jakarta. Faculty of Education and Teacher’s Training, State Islamic University
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
This research intend to determine is there a relationship between routine self-
development of the student behavior in acceleration class program. This research
was conducted in Bakti Mulya 400 Junior High School Jakarta 2014/2015. The
subject of this research are students from acceleration class. Collecting data in this
research using (1) Inquiry, (2) Interview, (3) Document. Sampling techniques
with a purposive samples and the results were analyzed descriptively. Then, the
Inquiry about self-development program and acceleration class analyzed by using
percentage or tabulation and to find relationships were analyzed using correlation
coefficient of product moment.
From these calculations figures obtained correlation r xy is greater than rtabel
0.871 (0.871> 0.367) at the significant level of 5%, it means that there is a
correlation between 0.70 to 0.90 it is included strong or high positive correlation
with coefficient destriminasi 76%. Then, the result of this research can be
concluded that there is strong correlation between routine self-development with
student behavior.
Key word : routine self-development, good moral from the students
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya tercurahkan kepada Allah SWT
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada baginda besar Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya yang senantiasa
mengikuti ajaran agamanya hingga akhir zaman. Semoga kita semua termasuk
orang-orang yang mendapatkan syafa’at Nabi Muhammad SAW.
Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar sarjana Strata
Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta adalah
membuat sebuah karya ilmiah dalam bentuk skripsi. Oleh karena itu penulis
membuat skripsi dengan judul “Hubungan Pengembangan Diri Rutin
terhadap al-Akhlâk al-Karîmah Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari sebuah kekurangan baik
ditinjau dari aspek isi maupun tekhnik penulisan. Oleh karena itu kritik dan saran
dari siapapun yang membaca skripsi ini akan penulis terima dengan lapang dada
demi perbaikan dikemudian hari.
Dalam menyusun skripsi ini tentunya penulis tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang tanpa lelah memberikan dorongan baik secara moril maupun
material. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Teristimewa kedua Orang Tuaku Abdul Halim dan Siti Mar’fuah yang
selalu mendo’akan, membesarkan, mendidik, menasihati dan memberikan
banyak sekali motivasi sampai akhirnya aku dapat menyelesaikan studi S1
ini.
iv
2. Teristimewa kedua Keluarga, kaka-kakaku Abdurrahman, Siti Saidatul
Halimah, Siti Rahma, Isma Suryaningrat, laila, yulianto, ridwan, alfiah
dan Akhmad Khoeruddin (Alm) serta keponakan-keponakaku (M. Naufal,
Haura Nazhifa, Salwa Ristima , Rizky Jauhara, Adzkia, Al-Mahira dan
Abdul Hamid) yang selalu memberikan banyak masukan, menyemangati
dan motivasi sampai saat ini.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan kesempatan untuk
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Agama Islam yang telah memberikan bimbingan serta masukan yang
berguna dalam menyusun skripsi ini.
6. Ibu Hj. Marhamah Saleh, MA, Lc. Selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan
Agama Islam serta Pembimbing Akademik yang telah memberikan
bimbingan serta masukan yang berguna dalam menyusun skripsi ini.
7. Bapak Dr. Akhmad Sodiq, MA Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan motivasi
kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
yang telah membimbing dan mendidik penulis dengan memberikan bekal
ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
9. Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah beserta staffnya, yang telah
memberikan pelayanan dalam menyediakan buku-buku yang diperlukan
penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
10. Kakaku yang Special Deni Azhari Ramadani yang selalu memotivasiku
agar selalu bisa jadi yang terbaik dari yang lebih baik sampai detik ini dan
selalu ada setiap waktu.
11. Sahabat-sahabatku Yolla diatri marlian, Marsita Eka Yuliani, Nailah
Alfiani, Faturahma Avicena, Ummu Hanifah, Anisya Ulfah, Desni
v
Purwanti yang selalu menjadi contoh teladan, penyemangat, membantu
saat suka dan duka.
12. Seluruh teman-temanku TWO-PAI 8B, personal kosaan Annur (Fitri
Alfiani dan Nada Rohmah) dan PAI angkatan 2011 yang telah ikut
membantu terlaksananya skripsi ini.
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis satu persatu yang dengan tulus dan
ikhlas memberikan bantuan dan mendo’akan penulis selama mengikuti
pendidikan program Strata Satu (S1) Di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga segala kebaikan, yang kalian berikan kepada penulis mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Semoga rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
selalu dilimpahkan pada kita semua sepanjang kehidupan kita. Aamiin.
Jakarta, 17 Juni 2015
Penulis
Nuni Nuraeni
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................ viii
LAMPIRAN - LAMPIRAN ................................................................ ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ........................................................... 7
D. Perumusan Penelitian ........................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI ................................................................... 9
A. Pengembangan Diri ...................................................................... 9
1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter
......................................................................................... 9
2. Hakekat Perkembangan ......................................................... 11
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa
................................................................................................ 12
4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa ........................... 14
5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa ................................... 15
6. Pengembangan Diri di Sekolah .............................................. 18
B. al-Akhlak al-Karimah ................................................................... 32
1. Pengertian Akhlak .......................................................... 32
2. Arti Pembentukan Akhlak .............................................. 33
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan
Akhlak ............................................................................. 34
vii
C. Program Akselerasi (Percepatan Belajar) ..................................... 37
1. Pengertian Program Akselerasi ..................................... 37
2. Dasar Hukum ................................................................. 38
3. Tujuan ............................................................................ 38
4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik ............................... 39
D. Penelitian yang Relevan ............................................................... 40
E. Kerangka Berfikir ......................................................................... 42
F. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................... 45
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 45
B. Metode Penelitian ................................................................. 45
C. Unit Analisis ....................................................................... 46
D. Tehnik Pengumpulan Data ................................................... 46
E. Tehnik Analisis Data ............................................................ 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................... 54
A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 54
B. Deskripsi Data ....................................................................... 61
C. Analisis Data ......................................................................... 83
D. Interpretasi Data .................................................................... 86
E. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 87
BAB V PENUTUP ................................................................................. 89
A. Kesimpulan ........................................................................... 89
B. Implikasi ............................................................................... 90
C. Saran ..................................................................................... 91
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 93
viii
DAFTAR TABEL
Table 3.1 Kisi-kisi angket pada variable X 48
Tabel 3.2 Kisi-kisi angket pada variable Y 49
Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Instrument Variable X dan Y 50
Tabel 3.4 Interpretasi nilai “r” Product Moment 51
Tabel 4.1 Daftar Nama-nama Guru 57
Tabel 4.2 Denah Data Siswa 60
Tabel 4.3 Kategori Jawaban 61
Tabel 4.4 – 4.43 Hasil Angket Variabel X dan Y 62
Tabel 4.44 Analisis korelasi Product Moment 84
ix
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Lembar Uji Referensi
LAMPIRAN 2 Surat Bimbingan Skripsi
LAMPIRAN 3 Surat Izin Penlitian Skripsi
LAMPIRAN 4 Angket Penelitian Skripsi
LAMPIRAN 5 Berita Wawancara Penelitian Skripsi
LAMPIRAN 6 Daftar Pendidik SMP Bakti Mulya 400
LAMPIRAN 7 Daftar Nama-nama Responden
LAMPIRAN 8 Nilai – nilai r Product Moment
LAMPIRAN 8 Biodata Penulis
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB – LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini
berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
1. Konsonan Tunggal
No. Huruf Arab Huruf Latin No. Huruf Arab Huruf Latin
Tidak ا 1
dilambangka
n
ţ ط 16
ť ظ b 17 ب 2
„ ع t 18 ت 3
ġ غ ś 19 خ 4
f ف j 20 ج 5
q ق h 21 ح 6
k ك kh 22 خ 7
l ل d 23 د 8
m م ż 24 ذ 9
n ن r 25 ر 10
w و z 26 ز 11
h ه s 27 س 12
` ء sy 28 ش 13
y ي ş 29 ص 14
h ة đ 30 ض 15
xi
2. Vokal Tunggal
Tanda Huruf Latin
a ـ
i ـ
u ـ
3. Vokal Rangkap
Tanda dan Huruf Huruf Latin
ai ـي
au ــو
4. Mâdd
Harakat dan Huruf Huruf Latin
â ــا
Î ــي
ȗ ــو
5. Tâ’ Marbuţah
Tâ’ Marbuţah hidup translitrasiya adalah /t/.
Tâ’ Marbuţah mati transliterasinya adalah /h/.
Jika pada suatu kata yang akhir katanya adalah Tâ’ Marbuţah diikuti oleh
kaya sandang al, serta kata kedua itu terpisah maka Tâ’ Marbuţah itu
ditransliterasikan dengan /h/.
Contoh:
hadîqat al-hayawânât atau hadîqatul hayawânât = حديقةالحيوانات
al-madrasat al-ibtidâ`iyyâh atau al-madrasatul = المدرسةاإلبحدائية
ibtidâ`iyyâh
6. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah/tasydid ditransliterasikan dengan huruf yang sama dengan huruf
yang diberi tanda syaddah (digandakan).
xii
لن Ditulis „allama ع
ر ر Ditulis yukarriru ي ك
7. Kata Sandang
a. Kata sandang diikuti oleh huruf Syamsiyah ditransliterasikan dengan
huruf yang mengikuti dan dihubungkan dengan kata sambung/hubung.
Contoh:
ال ة aş-şalâtu =الص
b. Kata sadang diikuti dengan hufuf Qamariyah ditransliterasikan sesuai
dengan bunyinya. Contoh:
الف ل ك = al-falaqu
8. Penulisan Hamzah
a. Bila hamzah terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan dan ia
seperti alif, contoh:
أك لث = akaltu وج يأ = ȗtiya
b. Bila di tengah dan di akhir, ditransliterasikan dengan aprostof, contoh:
ش يئ ta‟kulȗna =ج أكلون = syai`un
9. Huruf Kapital
Huruf kapital dimulai pada awal nama diri, nama tempat, bukan pada kata
sandangnya. Contoh:
al-Qur`ân =القرآن
al-Madînatul Munawwarah =المدينةالمنورة
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada
umat manusia mengenai aspek kehidupan, Baik duniawi maupun ukhrawi.
Salah satu ajaran agama adalah mengajarkan kepada umat manusia untuk
berpendidikan dan memilik akhlak yang baik. Karena menurut ajaran agama
Islam, pendidikan dan akhlak merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak
yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan di
dunia dan di akhirat. Pendidikan adalah perubahan yang diinginkan dan
diusahakan oleh proses atau usaha mendidik, baik tinggah laku (akhlak)
individual maupun sosial.
Kepada umat manusia, khususnya yang beriman kepada Allah diminta
agar akhlak dan keluhuran budi Nabi Muhammad Saw itu dijadikan contoh
dalam kehidupan sehari-hari. mereka yang mematuhinya dijamin keselamatan
hidup didunia dan akhirat.1Dalam persoalan akhlak ini Akhmad Sodiq
mengatakan dalam Tahdżîb sebagai berikut:
Akhlak bukanlah sekedar fenomena luaran yang bersifat aksidental,
sehingga tidak semua yang tampak seperti kebaikan adalah baik dalam
makna hakiki. Ketika kebaikan itu tidak didasarkan kepada ketulusan hati,
maka kebaikan itu adalah keburukan yang berselimut kebaikan. Akhlak
adalah kebaikan hakiki, luar dalam, lahiriyah batiniyah. Persoalan akhlak
bukanlah sekedar persoalan perilaku sederhana tetapi merupakan persoalan
prilaku kompleks yang berkaitan langsung dengan keadaan ruhani.
Membahas perbaikan akhlak haruslah diawali dengan perbaikan batin.
Karena itu tepatlah jika Ibnu Maskawih (w. 1030) dalam Tahdżîb al-
Akhlak mendefinisikan akhlak sebagai “kondisi jiwa yang mendorong
terwujudnya perilaku tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan” (Ibnu
Maskawih, t.t: 37) Senada dengan Ibnu Maskawih, al-Ghazali (1058-1111)
juga menjelaskan bahwa akhlak adalah gambaran dari keadaan didalam
jiwa yang tertanam kokoh (terinternalisasi), di mana perilaku menyandar
1Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. V, h. xiii
2
padanya dengan gampang dan mudah tanpa membutuhkan pemikiran dan
pertimbangan lagi.2
Ini berarti, perubahan akhlak adalah perubahan kondisi batiniyah dan
perubahan perilaku lahiriyah secara kausalitas, yang terjadi sedemikian rupa
hingga ia tidak lagi dipikirkan dan dipertimbangkan oleh pelakunya.
Perubahan akhlak adalah perubahan ruhani sekaligus membicarakan
perubahan akhlak meniscayakan untuk terlebih dahulu mengerti tentang
eksistensi dan hakekat ruhani, daya-daya ruhani, dan dinamika ruhani
sebelum ia berbicara tentang kaitan keadaan ruhaniyah dengan perilaku
lahiriyah. Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu
disaat manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak
yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan
bangsa yang bersangkutan.
Semua prilaku negatif masyarakat Indonesia baik yang terjadi dikalangan
pelajar atau mahasiswa maupun kalangan lainnya, jelas menunjukan
kerapuhan karakter yang cukup parah yang salah satunya disebabkan oleh
tidak optimalnya pengembangan pendidikan karakter dilembaga pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan karakter tidak hanya diserahkan pada guru agama
saja, karena pelaksanaan pendidikan karakter harus dipikul oleh semua pihak,
termasuk semua guru disekolah, staff tata usaha, bahkan orang tua dirumah.
Untuk mewujudkan hal itu semua, perlu dicari jalan terbaik untuk
membangun dan mengembangkan karakter manusia agar memiliki karakter
yang baik, unggul dan mulia. Upaya yang tepat untuk itu adalah melalui
pendidikan, karena pendidikan memiliki peran yang sangat penting dan
sentral dalam menanamkan, mentransformasikan, dan menumbuh
kembangkan karakter positif siswa, serta mengubah watak yang tidak baik
menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh para ahli, bahwa pendidikan
merupakan daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti,
2Akhmad Sodiq, “Problematika Pengembangan Pembelajaran PAI”, Tahdżîb JurnalPendidikan
Agama Islam, Vol. III, No. 1, 2009, h. 38
3
pikiran, dan tubuh anak. Jadi jelaslah, pendidikan merupakan wahana utama
untuk menumbuh kembangkan karakter siswa yang baik.
Menurut beberapa sumber buku, pendidikan karakter perlu
dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting),
dan kebiasaan (habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja.
Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components
of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral
feeling (penguatan emosi) tentang moral dan moral action (perbuatan moral).
Hal ini diperlukan agar peserta didik dan warga sekolah yang terlibat dalam
sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan,
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai kebijakan.3
Karakter seseorang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan
latihan demi latihan, maka karakter akan menjadi kuat dan akan terwujud
menjadi kebiasaan. Orang yang berkarakter tidak melaksanakan sesuatu
karena takut akan hukuman, tetapi karena mencintai kebaikan, karena cinta
itulah maka muncul keinginan untuk berbuat baik. Ketika membahas tentang
masalah bergesernya nilai-nilai akhlak dikalangan siswa, maka secara cepat
akan terlintas dibenak, berbagai potret kelam yang telah dilakukan oleh
beberapa orang lain dari kalangan siswa atau pelajar. Harus kita akui bahwa
kemerosotan akhlak terjadi tidak hanya disebabkan oleh kurangnya
pendidikan dalam keluarga akan tetapi kurangnya pendidikan akhlak di
sekolah.
Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin banyak pula hal-hal
negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi pada siapa saja
termasuk peserta didik. kurikulum pendidikan yang mulai memperhatikan
akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat kenyataanya dilapangan.
Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini, dengan adanya program
percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana program akselerasi itu
sendiri adalah salah satu program layanan pendidikan khusus bagi peserta
3Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), h.
38
4
didik yang oleh guru telah diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan
dan oleh psikologi telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum
taraf cerdas, memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas rata-
rata, untuk dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar mereka.4 Pengertian lain acceleration (percepatan) adalah suatu
program atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum
lebih.5
Dengan adanya program akselerasi yang mana sistem pembelajaran siswa
yang teramat singkat. Pasti terdapat banyak hal yang positif dan begitu juga
tidak menutup kemungkinan terdapat sisi negatifnya. Dalam hal positif
mereka yang mengikuti program ini diantaranya bisa menyelesaikan proses
pendidikan lebih cepat dari biasanya, memiliki kemampuan yang lebih tinggi
dalam berfikir logis serta kritis, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
pembelajaran siswa, serta memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan
spiritual, intelektual dan emosional secara berimbang.
Melihat hal-hal positif yang didapatkan dari program akselerasi, seakan-
akan siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat hanya memiliki sifat-
sifat positif, sebetulnya tidak demikian. Sebagaimana anak pada umumnya,
anak yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa mempunyai
kebutuhan pokok akan pengertian, penghargaan dan perwujudan diri.apabila
kebutuhan itu tidak terpenuhi mereka akan menderita keragu-raguan dan
kecemasan. Jika minat, tujuan dan cara laku mereka tidak memperoleh
pengakuan, maka walaupun mereka memiliki potensi istimewa pasti
mengalami kesulitan. Jadi secara tidak langsung siswa yang memiliki potensi
kecerdasan istimewa tidak menutup kemungkinan terdapat perilaku yang bisa
mereka lakukan termasuk dalam segi akhlak yang kurang baik. Hal lain bisa
disebabkan karena proses pembelajaran siswa yang sangat cepat, bisa
menjadikan kurangnya kontrol akhlak siswa pada program akselerasi tersebut.
4http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
5Ekodjatmiko Soekarso, Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi, (Departemen
Pendidikan Nasional 2007), h. 17
5
SMP Bakti Mulya 400 yang letaknya di Jakarta Selatan, merupakan salah
satu sekolah yang bernafaskan Islam. Sekolah Bakti Mulya 400 ini didirikan
sejak tahun 1985 memilik sejarah perkembangan yang bagus dari sejak
pertama pendiriannya. Baik dari kualitas dan kuantitasnya. Diantara salah
satu tujuan pendidikannya adalah supaya siswa-siswinya berbudi pekerti
luhur dalam arti tekun dalam beribadah dan berakhlak karimah, seperti shalat
dengan tujuan agar akhlak siswa-siswinya menjadi lebih baik, sebagai
inflikasi dari nilai-nilai akhlak positif yang terkadung dalam ibadah shalat
berjama’ah.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Sekolah SMP Bakti Mulya 400
adalah mengadakan sebuah program pengembangan diri rutin seperti shalat,
tadarus serta upacara, program pengembangn diri spontan yang dilakukan
sesuai waktu yang ditentukan dan pengembangan diri keteladanan. adanya
program ini untuk membantu dalam pembentukan akhlak siswa yang nantinya
bisa dilihat sejuah mana karakter atau akhlak yang dimiliki seluruh siswa
setelah berjalannya program tersebut.
Menurut pengamatan saya selama melaksanakan PPKT disana masih ada
siswa-siswi tidak disiplin dalam menjalankan shalat berjama’ah, tadarus dan
upacara yang diterapkan di sekolah, Menurunnya semangat siswa dalam
pelaksanaan solat, tadarus dan upacara serta khususnya kasus yang saya temui
di kalangan siswa akselerasi ada yang berprilaku diluar batas akhlak seorang
siswa. Maka dari itu melalui program ini, saya sebagai penulis ingin
mengetahui apakah program tersebut mampu mengembangkan akhlak
karimah siswa di SMP Bakti Mulya 400. Namun penulis hanya meneliti dari
salah satu dari program yang diterapkan di sekolah, dan untuk mengetahui
perubahan akhlak siswa terutama pada program akselerasi di SMP Bakti
Mulya 400.
Namun pada kenyataannya menurut penulis masih banyak siswa yang
belum begitu memahami betapa besar manfaat dalam kedisiplinan terkait
shalat, tadarus dan upacara, yang siswa lakukan hanya dengan untuk
menggugurkan sebuah kewajiban dalam peraturan sekolah. Padahal semua itu
6
memiliki nilai-nilai akhalak yang sangat mempengaruhi perkembangan
akhlak mereka sendiri. Mungkin salah satu penyebabnya adalah kurangnya
pembinaan akhlak yang diberikan guru di sekolah, maka dari itu penulis
tertarik untuk meneliti permasalahan di sekolah ini. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, penulis mengadakan penelitian dengan judul
“Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlâk al-Karîmah
Siswa-siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.”
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat latar belakang masalah di atas, maka dapat di
identifikasikan sebagai berikut:
1. Terjadinya kemerosotan akhlak terhadap remaja pada masa kini karena
pergaulan yang bebas serta lingkungan yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam.
2. Masih ada siswa yang tidak disiplin dalam menjalankan shalat
berjama’ah, tadarus dan upacara yang diterapkan di sekolah.
3. Budaya disiplin shalat berjama’ah, tadarus dan upacara masih kurang
dilaksanakan oleh semua pihak sekolah.
4. Apakah ada hubungan penerapan program pengembangan diri rutin di
sekolah terhadap akhlak siswa?
5. Masih banyak siswa yang menganggap sepele program pengembangan
diri yang diterapkan siswa di sekolah.
6. Masih banyak siswa yang bercanda saat pelaksanaan tadarus, sholat dan
upacara.
7. Menurunnya semangat siswa dalam pelaksanaan solat, tadarus dan
upacara.
8. Kurangnya kontrol akhlak pada program akselerasi.
7
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi di atas perlu adanya pembatasan masalah yang akan
diteliti sehingga tidak terlalu meluas dan dapat terarah. Untuk penelitian ini
dibatasi pada tinjaun hubungan secara empiris sebagai berikut:
1. Pengembangan diri di SMP Bakti Mulya 400 terdapat tiga program, salah
pengembangan diri yang saya teliti dalam skripsi ini mengenai
pengembangan diri rutin terkait pelaksanaan shalat berjama’ah, tadarus al-
Qur`ân dan upacara bendera.
2. Al-Akhlâk al-Karîmah yang saya teliti di sini terkait dalam sikap tolong-
menolong, kejujuran, menumbuhkan rasa persaudaraan atau mengikat tali
silaturahmi, sikap menghargai atau menghormati orang lain, kedisiplinan,
percaya diri dan sopan santun.
D. Perumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran permasalahan yang terkandung dalam judul
skripsi ini penulis merasa perlu mengemukakan perumusan masalah. Adapun
masalah pokok dalam skripsi ini adalah berkenaan dengan:
1. Bagaimana hasil pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400?
2. Bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah siswa SMP Bakti Mulya 400?
3. Apakah ada hubungan pengembangan diri rutin (shalat, tadarus dan
upacara) terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi di SMP
Bakti Mulya 400?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui hasil pengembangan diri rutin siswa terkait solat,
tadarus dan upacara pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
2. Untuk mengetahui bagaimana Al-Akhlâk al-Karîmah program akselerasi
di SMP Bakti Mulya 400.
8
3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan terhadap
penerapan program pengembangan diri rutin terhadap Al-Akhlâk al-
Karîmah Program Akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai:
1. Sebagai masukan bagi pihak sekolah atau pun pengelola lembaga
pendidikan, dalam mengupayakan dan menanggulangi keterpurukan
akhlak siswa pada masa sekarang.
2. Untuk mendapatkan data-data yang akurat mengenai obyek yang akan
diteliti, yakni berkenaan dengan program pengembangan diri rutin dengan
akhlak siswa.
3. Bagi para Guru, untuk dijadikan bahan masukan dalam pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dalam menumbuhkan akhlak siswa
disekolah.
4. Bagi peneliti khususnya dan semua mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada umumnya, dapat menambah khazanah pengetahuan dan
referensi untuk masa mendatang.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Diri
1. Konsep Dasar Pengembangan Diri dalam Pendidikan Karakter
Pada dasarnya pengembangan diri merupakan salah satu komponen
KTSP pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, baik pada pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, maupun pendidikan khusus. Meskipun
demikian, pengembangan diri bukanlah sebuah mata pelajaran yang harus
diasuh oleh seorang guru, tetapi bisa difasilitasi oleh seorang konselor,
atau tenaga kependidikan lain yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler.1 Dalam struktur kurikulum pendidikan umum, dijelaskan
bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan
kondisi sekolah. Dari uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan
mengenai pengembangan diri, sebagai berikut:
a. Kegiatan pengembangan diri dapat difasilitasi dan dibimbing oleh
guru, konselor, atau tenaga kependidikan lain yang memiliki
kemampuan dalam membantu pengembangan diri peserta didik.
b. Bagi sekolah yang sudah memiliki guru Bimbingan Konseling (BK),
kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan oleh guru BK, tetapi jika
belum ada guru BK, kegiatan dapat dilakukan oleh guru agama atau
guru lain yang sesuai.
c. Kegiatan pengembangan diri juga dilakukan oleh kepala sekolah atau
tenaga kependidikan lain yang kompeten.
d. Kegiatan dapat berbentuk bimbingan dan konseling atau bentuk
kegiatan ekstrakulikuler.
1E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), Cet. VII, h. 283
10
e. Kegiatan pengembangan diri bagi peserta didik dapat dilakukan di
kelas atau di luar kelas.2
Pengertian Karakter menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008)
adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dengan yang lainnya.3 Dengan demikian karakter dimaknai
sebagai cara berpikir yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja
sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara.
Karena karakter itu sendiri tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun
secara berkesinambungan hari demi hari melalui pikiran dan perbuatan,
pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.
Salah satu penunjang terbentuknya karakter peserta didik adalah
sekolah. Peran sekolah sangatlah penting dalam usaha pembentukan
karakter. Salah satu model pembentukan karakter di sekolah, menurut
Akhmad Fikri salah satunya adalah untuk mengupayakan keberhasilan
dalam pendidikan karakter, ada beberapa proses pendidikan karakter yang
diajarkan yaitu:
a. Knowing the good (ta’lîm), yaitu tahap memberikan pemahaman
tentang nilai-nilai agama/akhlak melalui dimensi akal, rasio, dan logika
dalam setaip bidang studi.
b. Loving the good (tarbiyah), yaitu tahap menumbuhkan rasa cinta dan
rasa butuh terhadap nilai-nilai kebaikan, melalui dimensi emosional,
hati, atau jiwa.
c. Doing the good (taqwîm), yaitu tahap mempraktikan nilai-nilai
kebaikan, melalui dimensi prilaku dan amaliah.4
Dari semua pernyataan diatas penulis akan mengarahkan
pengembangan diri dalam skripsi mengarah pada pengembangan karakter
atau akhlak peserta didik. Dengan melalui sebuah kegiatan berupa shalat,
2Ibid., h. 284 3Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model, (Bandung: PT.
Rosdakarya, 2011), Cet. I, h.42 4 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, (Bandung: PT. Pustaka
Setia, 2013), Cet. I, h. 71
11
tadarus serta upacara yang ada disekolah dapat membantu
mengembangkan karakter peserta didik agar memiliki akhlak karimah
yang dapat diimplemntasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Hakekat Perkembangan
Istilah „perkembangan‟ (Development) dalam psikologi merupakan
sebuah konsep yang cukup kompleks. secera sederhana Seifert dan
Hoffung (1994) mendefinisikan perkembangan sebagai “long-term
relationship and motor skills”. Sementara itu Chaplin (2002) mengartikan
perkembangan sebagai: (1) perubahan yang berkesinambungan dan
progresif dalam organisme, (2) pertumbuhan, (3) perubahan dalam bentuk
dan dalam integrasi dari bagian-bagian jasmaniah ke dalam bagian
fungsional, (4) kedewasaan atau kemunculan pola-pola asasi dari tingkah
laku yang dipelajari.
Menurut Reni Akbar Hawadi (2001), “perkembangan secara luas
menunjukan pada keseluruhan proses perubahan dari potensi yang dimiliki
individu dan tampil dalam kualitas kemampuan, sifat dan ciri-ciri yang
baru. Didalam istilah perkembangan juga tercakup konsep usia, yang
diawali dari saat pembuahan dan berakhir dengan kematian”.5 Adapun
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991), “perkembangan” adalah
perihal berkembang, selanjutnya kata “berkembang” menurut kamus besar
bahasa Indonesia berarti mekar atau terbuka, menjadi besar, luas serta
menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran dan
pengetahuan. Dengan demikian kata ”berkembang” tidak saja meliputi
aspek yang bersifat abstrak seperti pikiran dan pengetahuan, tetapi juga
meliputi aspek yang bersifat konkret.6
Berdasarkan uraian-uraian diatas penulis menyimpulkan
perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia
5Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011),
Cet. III, h. 8-9
6Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2011), Cet. XVII, h. 41
12
menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan itu sendiri
menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang berlangsung dari
tahap aktifitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi . perkembangan
itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu
bentuk/tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju dari
masa pembuahan sampai masa kematian.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Diri Siswa
Adapun mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
siswa, para ahli berbeda pendapat lantaran sudut pandang dan pendekatan
mereka terdapat eksistensi siswa tidak sama. Untuk lebih jelas berikut
pemaparan aliran-aliran yang berhubungan dengan faktor-faktor
perkembangan siswa, sebagai berikut7:
a. Aliran Nativisme
Adalah sebuah doktrin filosofis yang berpengaruh besar terhadap aliran
pemikiran psikologis. Tokoh utama aliran ini bernama Arthur
Schopenhauer (1788-1860) seorang filosof Jerman. Aliran ini disebut
juga aliran pesimistis yang memandang segala sesuatu dengan
kecamata hitam, aliran ini berkeyakinan bahwa perkembangan manusia
itu ditentukan oleh pembawaannya, sedangkan pengalaman dan
pendidikan tidak berpengaruh apa-apa. Dalam ilmu pendidikan,
pandangan seperti itu disebut “pesimisme pedagogis”. Sebagai contoh
jika sepasang orang tua ahli musik, maka anak yang mereka lahirkan
akan menjadi pemusik pula. Harimau pun hanya melahirkan harimau,
jadi pembawan dan bakat orang tua selalu berpengaruh mutlak
terhadap perkembangan kehidupan anaknya.
b. Aliran Empirisme
Kebalikan dari aliran Nativisme adalah aliran empirisisme dengan
tokoh utama Jhon Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini adalah “The
7Ibid., h. 42-47
13
School Of British Empiricism”, namun aliran ini lebih berpengaruh
terhadap pemikir Amerika sehingga melahirkan sebuah aliran filsafat
bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi
bernama “environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang
relatif masih baru (Reber, 1988). Doktrin aliran ini yang amat masyhur
adalah “tabula rasa” sebuah isltilah bahasa latin yang berarti batu tulis
kosong atau lembaran kosong”. Doktrin ini menekankan arti penting
pengalaman, lingkungan dan pendidikan dalam arti perkembangan
manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap
tidak ada pengaruhnya. Dalam hal ini para penganut empirisisme
menganggap setiap anak yang lahir seperti tabula rasa, dalam keadaan
kosong , tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak menjadi
apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya. Memang amat sukar dipungkiri bahwa lingkungan yang
memiliki pengaruh besar terhadap proses perkembangan dan masa
depan siswa. Dalam hal ini, lingkungan keluarga (bukan bakat bawaan)
dan lingkungan masyarakat sekitar telah terbukti menentukan tinggi
rendahnya mutu perilaku dan masa depan seorang siswa.
c. Aliran Konvergensi
Aliran ini merupakan aliran gabungan dari aliran empirisisme dan
nativisme. aliran ini menggabungkan arti penting hederitas
(pembawaan) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang
berpengaruh perkembangan manusia. Tokoh utama bernama Louis
William Stren (1871-1938) seorang filosof dan psikologi Jerman.
Aliran filsafat yang dipelopopri disebut “personalisme” sebuah
pemikiran filosofis yang sangat berpengaruh terhadap disiplin-displin
ilmu yang berkaitan dengan manusia. diantara disiplin ilmu yang
menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang
mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai
14
kepribadian manusia. Para penganut aliran ini, berkeyakinan bahwa
baik faktor pembawaaan dan lingkungan andilnya sama besar dalam
menentukan masa depan seseorang. Jadi, seorang siswa yang lahir dari
keluarga santri atau kyai, umpamanya kelak ia akan menjadi ahli
agama apabila ia dididik di lingkungan pendidikan keagamaan.
Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang
berhubungan dengan proses perkembangan di atas, penulis menyimpulkan
bahwa faktor yang mempengruhi tinggi-rendahnya mutu hasil
perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
1) Faktor intern yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri
yang meliputi pembawaan dan potensi psikologi tertentu yang
turut mengembangkan siswa itu sendiri
2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang atau adanya dari luar diri
siswa yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan
pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan lingkungannya.
4. Karakteristik Umum Perkembangan Siswa
a. Karakteristik Anak Usia Remaja (SMP/SMA)
Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan anatar masa
kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa . masa remaja
sering dikenal masa pencarian jati diri. Masa remaja ditandai dengan
sejumlah karakteristik penting, yaitu:
1) Mencapai hubungan yang matang dengan teman sebaya
2) Dapat menerima dan belajar peran social sebagai pria atau wanita
dewasa yang dijunjung tinggi oleh masyarakat
3) Menerima keadaan fisik dam mampu menggunakannya secara
efektif
4) Mencapai kemandirian emosional dari orangtua dan orang dewasa
lainya
5) Memilih mempersiapkan karir dimasa depan sesuai dengan minat
kemampuannya
15
6) Mengembangkan sifat positif terhadap pernikahan, hidup
berkeluarga dan memiliki anak
7) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang
doperlukan warga Negara
8) Mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab
9) Memperoleh seperangkat nilai dan sistema etika sebagai pedoman
dalam bertingkah laku
10) Mengembangkan wawasan keagamaan dan meningkatkan
religiusitas.8
Berbagai karakterisktis masa remaja tersebut, menuntut adanya
pelayanan pendidikan yang mampu memenuhi kebutuhannya. Hal ini
dapat dilakukan guru, diantaranya:
1) Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kesehatan
reproduksi, bahaya menyimpang seksual dan penyalahgunaan
narkotika
2) Memebriaka pelatihan untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah dan mengambil keputusan
3) Melatih siswa mengambangkan resiliensi, kemampuan bertahan
dalam kondisi sulit
4) Membantu siswa mengambangkan etos kerja yang tinggi dan sikap
wiraswasta
5) Memupuk semangat keberagamaan siswa melalui pembelajaran
agama terbuka dan lebih toleran
6) Menjalin hubungan harmonis dengan siswa dan bersedia
mendengarkan segalan keluh kesah yang dihadapinya.9
5. Tahap Pengembangan Karakter Siswa
Pengembangan atau pembentukan karakter diyakini perlu dan penting
untuk dilakukan di sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan
8Ibid., h. 37-38
9Ibid.
16
pendidikan karakter di sekolah . tujuan pendidikan karakter pada dasarnya
adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh
dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik
tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal
yang baik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan
hidup. Masyarakat juga berperan dam membentuk karakter anak melaui
orangtua dan lingkungannya. Pendidikan karakter perlu dikembangkan
melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan
(habit). Karena karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang
yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
dengan pengetahuannya , jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk
melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi
dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter
yang baik (components of good character) yaitu moral knowing
(pengetahuan tentang moral), moral feeling (penguatan emosi) tentang
moral dan moral action (perbuatan moral). Hal ini diperlukan agar peserta
didik dan warga sekolah yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut
sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai kebijakan dimensi-dimensi yang termasuk dalam moral knowing
yang akan mengisi ranah kognitif adalah kesadaran moral (moral
awareness) pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values),
penentuan sudut pandang (perspective taking), logika moral (moral
reasoning) keberanian mengambil sikap ( decision making) dan
pengenalan diri (self knowledge). Moral feeling merupakan penguatan
aspek emosi peserta didik untuk menjadi manusia berkarakter. penguatan
ini berkaitan dengan bentuk sikap yang harus dirasakan oleh peserta didik
yaitu kesadaran akan jati diri (conscience), percaya diri ( self esteem),
kepekaan terhadap derita oranglain (empathy), cinta kebenaran (loving the
good), pengendalian diri (self control), kerendahan hati (humility). Moral
action merupakan perbuatan atau tindakan moral yang merupakan hasil
dari dua komponen karakter lainnya. Untuk memahami apa yang
17
mendorong seseorang dalam perbuatan yang baik (act morally) maka
harus dilihat tiga aspek lain dari karakter yaitu kompetensi (competence),
keinginan (will), dan kebiasaan (habit).10
Pengembangan karakter dalam suatu sistem pendidikan adalah
keterkaitan antara komponen-komponen karakter yang mengandung nilai-
nilai perilaku, yang dapat dilakukan atau bertindak secara bertahap dan
saling berhubungan antara pengetahuan nilai-nilai perilaku dengan sikap
atau emosi yang kuat untuk melaksanakannya, baik terhadap Allah Swt
Swt, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan Negara serta dunia
Internasional. Kebiasaan berbuat baik tidak selalu menjamin bahwa
manusia yang telah terbiasa tersebut secara sadar menghargai pentingnya
nilai karakter (valuing). Karena mungkin saja perbuatannya tersebut
dilandasi oleh rasa takut untuk berbuat salah, bukan karena tingginya
penghargaan akan nilai itu. Misalnya ketika seseorang berbuat jujur hal itu
dilakukan karena dinilai oleh orang lain, bukan karena keinginannya yang
tulus untuk menghargai nilai kejujuran itu sendiri.
Oleh karena itu, dalam pendidikan karakter diperlukan juga aspek
perasaan (domain affection atau emosi). Komponen ini dalam pendidikan
karakter disebut dengan “desiring the good” atau keinginan untuk berbuat
kebaikan. Pendidikan karakter yang baik dengan demikian harus
melibatkan bukan saja aspek “knowing the good” (moral knowing), tetapi
juga “desiring the good” atau “loving the good” dan “acting the good”.
Tanpa itu semua manusia akan sama seperti robot yang terindoktrinasi
oleh sesuatu paham. Dengan demikian jelas bahwa karakter dikembangkan
oleh tiga aspek yakni mengembangkan moral knowing, moral feeling dan
moral action. Dengan kata lain makin lengkap komponen moral dimiliki
manusia, maka akan semakin membentuk karakter yang baik atau unggul.
Pengembangan karakter sementara ini direalisasikan dalam pelajaran
agama, dll. Yang program utamanya cenderung pada nilai-nilai secara
10 Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, (Bandung: Alfabet, 2012), h.
38.
18
kognitif dan mendalam sampai kepenghayatan nilai secara afektif.
Menurut Mochtar Buchori (2007), pengembangan karakter seharusnya
membawa anak ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai
secara afektif akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Untuk sampai ke
praksis ada satu peristiwa batin yang amat penting yang harus terjadi
dalam diri anak yaitu munculnya keinginan yang sangat kuat untuk
mengamalkan nilai. Peristiwa ini disebut conatio, dan langkah untuk
membimbing abak membulatkan tekad ini disebut langkah konatif.
Pendidikan karakter mestinya mengikuti langkah-langkah yang sistematis,
dimulai dari pengenalan nilai secara kognitif, langkah memahami dan
menghayati nilai secara afektif, dan langkah pembentukan tekad secara
konatif. Ki Hajar Dewantara menerjemahkan dengan kata-kata cipta, rasa
dan karsa.11
6. Pengembangan Diri di Sekolah
a. Latar Belakang Program Pengembangan Diri
Latar belakang terbentuknya program pengembangan diri di SMP
Bakti Mulya 400 karena melihat semakin majunya suatu zaman,
makan semakin maraknya moral yang kurang baik berkembang karena
tidak menutup kemungkinan teknologi juga semakin canggih dan pasti
sangat mempengaruhi pergaulan anak bangsa. Maka dari itu untuk
upaya mengoptimalkan moral anak bangsa SMP Bakti Mulya 400
menciptakan sebuah program yang disebut pengembangan diri.
Program pengembangan diri di sini adalah suatu program yang
diciptakan sekolah, untuk membantu dalam pembentukan atau
pembinaan akhlak siswa agar mampu memiliki akhlak yang baik,
karena sekolah bukan hanya membentuk dari sisi kognitif saja,
melainkan juga dari sisi psikomotorik.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh aliran behavioristik, belajar
pada hakikatnya terjadi apabila perubahan tingkah laku dapat diamati,
11Ibid., h. 39-40
19
bila kebiasaan berprilaku terbentuk karena pengaruh sesuatu atau
pengaruh peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar. Dari berbagai
macam teori dalam kelompok behavioristik, program pengembangan
diri ini mengacu kepada teori operant conditionging yang merupakan
salah satu bagian dari teori behavioristik.12
operant conditionging
adalah bagian dari teori behavior yang dikembangkan oleh Skinner,
merupakan pengembangan dari stimulus respons. Menurut Skinner
perubahan tingkah laku yang kemudian akan menjadi kebiasaan akan
menimbulkan efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat. Dalam
teori ini juga menjelaskan bahwa, program pembiasaa akan lebih
berhasil apabila diberi penguatan atau stimulus respon.13
b. Macam-macam Pengembangan Diri
Macam-macam pengembanagn diri yang diterapkan SMP Bakti
Mulya 400 yaitu: pengembangan diri rutin, pengembangan diri
keteladanan dan pengembangan diri spontan. Yang penulis teliti hanya
salah satu dari program tersebut yaitu pengembangan diri rutin. Dalam
program ini terkait di dalamnya, pertama shalat berjama‟ah yang
dilakukan setiap saat shalat zuhur dan dhuha, kedua tadarus al-Qur`ân
yang dilakukan setiap pagi sebelum dimulainya pembelajaran dan
ketiga upacara bendera yang dilakukan dua minggu sekali.
Pengembangan diri rutin ini salah satu yang membantu dalam
pembentukan akhlak siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Maka dari itu, akan penulis paparkan pengertian serta nilai-nilai
akhlak yang didapatkan dalam pembinaan terkait shalat, tadarus dan
upacara, sebagai berikut:
12Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, April
2010), Cet ke-III, h. 237
13
Ibid., h. 241
20
a) Shalat
1) Pengertian Shalat
Shalat merupakan ritual keagamaan umat Islam yang
menduduib posisi paling puncak di banding ibadah-ibadah lainnya.
Ia menempati peringkat kedua setelah umat Islam berikrar syahadat,
menyatakan diri bahwa Allah Swt Swt merupakan pencipta paling
patut disembah serta, Nabi Muhammad Saw terakhir yang diutus
Allah Swt ke dunia ini. Setelah itu, barulah ibadah-ibadah lainnya
bias dilakukan.14
Adapun pengertian shalat yang lain adalah ibadah badaniah
yang telah diwajibkan Allah Swt atas setiap muslim, agar
menunaikannya lima kali dalam sehari semalam, diwaktu-waktu
yang telah ditentukan dengan berdiri menghadap kiblat, dimulai
dengan takbir dan diakhiri dengan salam.15
Namun secara lebih
luas, shalat pun bisa menyimpan makna yang beragam. Misalnya
saja saat Allah Swt menyebut kata shalat kepada Nabi Muhammad
Saw. Jika merujuk pada makna kata dasar, berarti Allah Swt sedang
berdoa kepada Nabi Muhammad Saw, namun yang dimaksud
adalah pujian kepada Nabi.
Sesungguhnya Allah Swt dan Malaikat-malaikat Nya
bershalawat untuk Nabi , Hai orang-orang yang beriman
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya. (Q.S al-Ahzab : 56).16
14Sari Narulita, Tuntunan Praktis Shalat, (Cibubur: PT Variapop Group, 2012), Cet. I, h. 14
15
Ahmad Sudirman, Keajaiban Shalat Rawatib, (Jakarta Selatan: QultumMedia, 2009), Cet. I,
h. 2
16
Kementrian Agama RI, Al-Qur`ân Perkata Indonesia Inggris, (Ttp: Kalam Media Ilmu,
2012), h. 426
21
Tetapi shalat juga bisa disebut sebagai rahmat dan ampunan.
Ketika Allah Swt mengatakan shalat dalam surah al-Baqarah ayat
157:
Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna
dan rahmat dari Rabb Nya dan mereka itu orang-orang yang
mendapat petunjuk.”17
Dengan demikian shalat sebelumnya merupakan sebutan bagi
setiap doa, lalu dialihkan untuk sebutan shalat yang disyariatkan
Karena antara keduanya (shalat dan doa) terdapat kesesuaian.
antara satu dengan yang lainnya sangat berdekatan. Oleh karena
itu, jika kata shalat disebutkan dalam syariat maka pasti yang
dimaksud tidak lain adalah shalat yang disyariatkan.18
2) Hukum Shalat
Adapun hukum shalat berdasarkan ketetapan al-Qur`ân, sunnah
dan Ijma para ulama adalah wajib bagi setiap muslim yang sudah
baligh dan berakal. Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-
Bayyinah ayat 5:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah
Swt dengan memurnikan ketaatan kepada Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama
yang lurus.”19
17Ibid, h. 24
18
Narulita, op, cit., h. 15
19
Kementrian Agama RI, op, cit., h. 598
22
Akan tetapi mengingat cakupan shalat yang sangat luas, maka
hukum shalat dapat dikategorisasikan sebgai berikut:
(a) Fardhu. Shalat fardhu ialah shalat yang diwajibkan untuk
mengerjakannya. shalat fardhu terbagi dua, yaitu:
(1) Fardhu A’in. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada
mukallaf langsung dengan dirinya dan tidak boleh
ditinggalkan ataupun dilaksanakan oleh orang lain, seperti
shalat lima waktu dan shalat jumat (fardhu a’in untuk pria)
(2) Fardhu Kifâyah. sebuah kewajiban yang diwajibkan kepada
mukallaf tidak langsung berkaitan dengan dirinya.
Kewajiban itu menjadi sunnah setelah ada sebagian orang
yang mengerjakannya. Akan tetapi, bila tidak ada orang
yang mengerjakannya dan menjadi berdosa bila tidak
dikerjakan. Dalam hal ini seperti dalam melaksanakan akan
shalat jenazah.
(b) Nâfilah. Shalat sunnah adalah shalat-shalat yang dianjurkan
atau disunahkan akan tetapi tidak diwajibkan. Shalat Nâfilah
terbagi lagi menjadi dua, yaitu:
(1) Nâfil Muakkad. yakni shalat sunnah yang dianjurkan dengan
penekanan yang kuat (hampir mendekati wajib), seperti
shalat dua hari raya, shalat sunnah witir dan shalat sunnah
thawaf.
(2) Nâfil Ghairu Muakkad. Yakni shalat sunnah yang dianjurkan
tanpa penekanan yang kuat, seperti salat sunnah rawâtib dan
shalat sunnah yang sifatnya insidentil (tergantung waktu dan
keadaan) seperti shalat khusuf hanya dikerjakan setiap
terjadi gerhana).20
20Narulita, op, cit., h. 33
23
3) Syarat-syarat Shalat
Pengertian syarat disini ialah ketentuan yang mengakibatkan
tiada hasilnya sesuatu bila ia tidak ada, tetapi dengan adanya
semata, belum berarti ada atau tidaknya hasil itu. Misalnya wudhu
bagi shalat, tanpa adanya wudhu maka tidak ada shalat, tetapi
dengan berwudhu semata belum tentu shalat akan hasil. Syarat-
syarat shalat itu mendahului pelaksanaan shalat itu sendiri. Syarat
ini wajib dipenuhi oleh orang yang hendak mengerjakan shalat.
Dengan ketentuan, bila ketinggalan salah satu diantaranya shalatnya
batal.
Syarat-syarat untuk melaksanakan shalat yaitu21
: Islam,
Berakal, Mumayyiz, Menghadap kiblat, Mengetahui tentang
masuknya waktu shalat, Suci dari hadast kecil atau besar, Suci
badan, pakaian, dan tempat shalat dari najis yang kelihatan, terakhir
Menutup aurat.
4) Rukun-rukun Shalat
Yang dimaksud rukun shalat atau fardhu shalat ialah bagian
pokok yang harus dikerjakan dan tidak boleh ditinggalkan karena
meninggalkannya syara‟ berikut ini adalah urutannya22
: Niat,
Takbîratul Ihram, Berdiri pada shalat fardhu, Membaca Al-fatihah ,
Rukuk, I’tidal, Sujud, Duduk diantara dua sujud, dan Memberi
salam.
5) Kedudukan dan Keistimewaan Shalat
Shalat adalah simbol hubungan manusia dengan penciptanya.
shalat haruslah dikerjakan sebagai kewajiban agama, baik sendirian
maupun berjama‟ah. Shalat merupakan media mendekatkan diri
kepada Allah Swt dan sarana memohon apa yang dibutuhkan oleh
21Ibid., h. 41
22
Sudirman, op, cit., h. 42-68
24
manusia dengan mensyukuri semua kasih sayang Allah Swt. Dalam
Islam, shalat mempunyai kedudukan yang sangat agung. Diantara
hal-hal yang menunjukan tingkat urgensi dan kedudukan nya yang
agung sebagai berikut:
(a) Shalat merupakan tiang agama, dimana agama tidak dapat
berdiri tegak tanpanya. Sabda Nabi Muhammad Saw, “ pokok
segala urusan adalah Islam dan tiangnya adalah shalat dan
puncaknya adalah Jihad.” Jika tiang itu roboh, akan runtuh pula
bangunan yang ada si atasnya.
(b) Shalat merupakan amal yang pertama kali dihisab pada hari
kiamat. Rusak dan tidaknya amal perbuatannya itu tergantung
pada rusak atau tidaknya shalat yang dikerjakan. Dari Anas bin
Malik dari Nabi Muhammad Saw dimana ia bersabda, “Amalan
yang pertama kali dihisab dari seseorang pada hari kiamat kelak
adalah shalat. Jika shalatnya itu baik, akan baik pula seluruh
amalnya dan jika rusak shalatnya itu, maka rusak pula seluruh
amal perbuatannya.”
(c) Shalat merupakan amalan agama yang paling terakhir hilang .
oleh karena itu, jika shalat hilang dari agama, maka tidak ada
lagi yang tersisa dari agama. Diriwayatkan oleh Ath-Thabrani
dalam Jâmi’u al-Shagîr, “yang pertama jail dihilangkan dari
umat manusia adalah amanat dan yang tersisa paling akhir
adalah shalat, berapa banyak orang yang mengerjakan shalat
(namun) tidak ada kebaikan didalam dirinya sama sekali.23
6) Manfaat Shalat Berjama‟ah
Didalam ajaran Islam shlat itu sendiri dapat mencegah manusia
untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang terlarang, terlarang bagi
orang lain, maupun bagi dirinya sendiri sebab, dengan mendirikan
23Narulita, op, cit., h. 36
25
shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Hal
tersebut sesuai dengan firman Allah Swt, Q.S Al-Ankabut ayat 45:
Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab
(Al-Qu`rân) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan
Sesungguhnya mengingat Allah Swt (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah Swt
mengetahui apa yang kamu kerjakan.24
Adapun manfaat dari shalat berjama‟ah yang dapat dirasakan
diantaranya:
a) Menumbuhkan rasa persaudaraan diantara jama‟ah
Dengan berjam‟ah maka kita akan merasakan bahwa
persaudaraan kita sesama muslim itu begitu luas, maka dari itu
siswa harus diajarkan sejak dini untuk menumbuhkan rasa
persaudaraan sesame muslim, agar bisa saling mengahargai satu
sama lain. Contohnya: siswa menjadi terdorong untuk saling
mengenal satu sama lain, saling menasihati atau
bermusyawarah.
b) Mengikat tali silaturahmi
Siswa harus diajarkan arti penting dalam sebuah jalinan
silaturahmi, karena dengan bersilaturahmi Allah Swt akan
memanjangkan umur dan memperluar rezeki kita. Contohnya:
siswa akan saling bertegur sapa tidak hanya dengan teman
sekelas melainkan dekat pula dengan adik atau kaka kelas
meraka.
24Kementrian Agama RI, op, cit., h. 401
26
c) Adanya rasa persatuan
Siswa harus diajarkan tetntang sebuah persatuan agar tidak
adanya bullying di sekolah. Karena dengan adanya rasa
persatuan sesame teman di sekolah mereka bisa saling
menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda.
d) Tolong-menolong dan sifat kemasyarakatan
Dengan berjama‟ah diharapkan timbulnya rasa tolong
menolong dan bersifat kemasyarakatan. Contyoh: siswa bisa
belajar menolong temannya yang sedang dalam kesulitn baik
dari sisi moril ataupun moral.
Maka dari itu Bila shalat berjama‟ah dilakukan dengan rutin,
maka In`sya Allah hal-hal tersebut dapat dirasakan bagi diri sendiri
khususnya dan umumnya bagi kehidupan bermasyarakat dengan
berinteraksi dengan orang lain.
b) Tadarus
1) Pengertian Al-Qur`ân
Al-Qur`ân adalah sumber utama dan pertama bagi agama
Islam. Meskipun tidak menyebut istilah akhlak selain bentuk
tunggalnya khulûq ,tetapi al-Qur`ân berkali-kali menyebutkan
istilah-istilah yang berkaitan dengan akhlak, seperti khair, birr,
shâlih, ma’ruf, qiś, sayyi’ah, dan fasad. al-Qur`ân juga
melaksanakan norma-norma yang bersifat perintah dan larangan,
seperti keharusan berlaku adil dan larangan berbuat dzalim,
keharusan berbakti kepada orang tua dan larangan menyakiti
mereka, serta keharusan saling menolong dalam kebaikan dan
larangan menolong kejelekan.
Al-Qur`ân juga menjelaskan tentang kewajiban yang termasuk
bagian dari materi akhlak yang harus dipenuhi oleh manusia.
Secara garis besar , al-Qur`ân mengajarkan akhlak manusia
dengan khaliq, pencipta, yakni Allah Swt dan akhlak kepada
27
makhluk. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua yaitu
akhlak kepada sesame manusia dan akhlak kepada lingkungan.
Ayat akhlak kepada Allah Swt yakni seperti menyembah
Allah Swt, taubat, memohon pertolongan-Nya, ikhlas dan sabar.
Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada sesama seperti
tidak boleh dengki, harus memaafkan, tidak boleh marah, sabar
dan dermawan. Ayat yang menjelaskan tentang akhlak kepada
lingkungan dapat dilihat dalam surat Ar-Rum ayat 41.25
Dari
penjelasan diatas jelaslah bahwa al-Qur`ân merupakan sumber
akhlak bagi manusia agar mereka dalam berprilaku sehari-hari
tidak mengandalkan keinginannya sendiri secara liar dan membabi
buta tanpa memperhatikan norma-norma dan aturan akhlak yang
sudah digariskan agar tidak terjerumus kedalam kesengsaraan baik
didunia maupun diakhirat.
2) Adab Membaca al-Qur`ân
Dianjurkan bagi orang yang membaca al-Qur`ân
memperhatikan hal-hal sebagai berikut26
:
(a) Membaca al-Qur`ân sesudah berwudhu karena ia termasuk
dzikir yang paling utama meskipun boleh membacanya bagi
orang yang berhadast
(b) Membaca ditempat yang suci dan bersih untuk menjaga
keagungan membac al-Qur`ân
(c) Membacanya dengan khusyuk, tenang dan penuh hormat
(d) Membaca ta’awwudz (membersihkan mulut) sebelum mulai
membaca
25M. Firman, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, (Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta nusantara), h.
31-32
26
Manna Khalil Al‟Qathan, Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, (Bogor: Pustaka Litera AntarNusa
1996), Cet. III, h. 269
28
(e) Membaca basmalah pada setiap awal permulaan surah,
kecuali surah al-barâ’ah. Sebab basmalah termasuk salah satu
ayat dalam al-Qur`ân menurut beberapa pendapat ulama
(f) Membaca dengan tartîl yaitu dengan bacaan yang pelan dan
terang
(g) Memikirkan ayat-ayat yang dibacanya. Yaitu dengan cara
konsentrasi hati untuk memikirkan makana yang terkandung
dalam ayat
(h) Meresapi makna dan maksud ayat al-Qur`ân yang
berhubungan dengan janji maupun ancaman
(i) Mengeraskan bacaan al-Qur`ân karena membacanya dengan
suara zahir lebih utama.
Perintah membaca al-Qur`ân dan menghatamkannya itu
berbeda-beda sesuai dengan keadaan individu karena masing-
masing mempunyai kemampuan yang berbeda dan tingkat
kepentingan umum yang berlainan pula. Nawawi dalam al-adzkar-
nya berkata “yang benar ialah bahwa perintah membaca al-Qur`ân
itu berbeda-beda karena perbedaan keadaan individu masing-
masing. Barang siapa yang ketajaman pikirannya mampu
mengungkapkan rahasia-rahasia dan berbagai pengetahuan yang
terkandung di dalamnya hendaklah ia membatasi membacanya.
Begitu pula orang yang sibuk menyebarkan ilmu, memutuskan
perkara atau menangani kepentingan agama cukuplah ia membaca
dalam kadar yang tidak menyebabkan tugasnya terbangkalai atau
kurang sempurna . namun jika tidak termasuk dalam golongan
tersebut, hendaklah ia membaca al-Qur`ân sebanyak-banyaknya
sepanjang tidak menimbulkan kebosanan atau kacau dalam
pembacaannya.”27
27Ibid.
29
3) Kebenaran Al-Qur`ân
Al-Qur`ân turun pada bulan Ramadhan, pada malam yang
disebut malam lailatul qadar. Bulan itu kemudian menjadi bulan
yang istimewa , karena pada bulan jibril datang setiap malam
untuk bertadarus al-Qur`ân bersama Nabi Muhammad saw. Tidak
mengherankan bahwa bila bula itulah Nabi paling berbahagia dan
wajah beliau berseri-seri. Yang pertama turun adalah ayat pertama
surah al-‘alaq “Bacalah”. Al-‘Alaq itu sendiri berarti zigot yang
menempel dirarim ibu. Disitu tidak dinyatakan objeknya harus
dibaca. yang menurut banyak ahli tafsir, mengandung makna
bahwa Allah Swt memerintahkan agar membaca apapun yang
dapat dibaca. Yang terakhir turun adalah ayat kelima surah al-
mâidah, isinya adalah pesan bahwa ajaran tuhan tentang manusia
dan kemanusiaan telah sempurna diberikan lewat al-Qur`ân. sesuai
dengan makna al-mâidah yaitu “hidangan”, makna untuk
mencapai kesempurnaan manusia dan kemanusiaan tersebut, perlu
ada sesuatu yang dihidangkan yaitu pendidikan dan pengajaran.
Kebenaran al-Qur`ân bisa pula dibuktikan dengan
kemukjizatannya dalam berbagai segi, menurut Manna Khalil al-
Qathan dalama Mabâhits Fîl Ulûmil Qu`rân, mukjizat al-Qur`ân
paling kurang meliputi segi bahasa, ilmiah dan ajaran. Dalam segi
bahasa al-Qur`ân tidak dapat tertandingi oleh penyair manapun,
padahal kala itu bahasa arab sedang mencapai puncak
ketinggiannya. Pola kalimat yang dipaki tepat, sesuai dengan
situasi dan kondisinya.
Bila dilihat dari segi ilmiah, maka tidak ada satupun pesan-
pesan al-Qur`ân yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan,
bahkan ia selalu mendorong manusia agar menggunakan akal dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan memperhatikan
30
berbagai gejala yang ada dialam raya atau yang ada dalam diri
manusia sendiri.28
c) Upacara
Upacara bendera di sekolah adalah kegiatan pengibaran atau
penurunan bendera kebangsaan republik Indonesia sang merah putih,
dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan,
yang dihadiri oleh siswa, aparat sekolah serta diselenggarakan secara
tertib dan khidmat di sekolah.
Kegiatan upacara bendera merupakan salah satu upaya pendidikan
yang dapat mencangkup pencapaian berbagai tujuan pendidikan. sikap
disiplin, kesegaran jasamani dan rohani, keterampilan gerak,
keterampilan memimpin, dan pengembangan sifat bersedia dipimpin
adalah merupakan hal-hal yang dapat diperoleh melalui kegiatan
upacara bendera. Melalui upacara bendera diharapkan dapat
mempertebal semangat kebangsaan, cinta tanah air, patriotisme, dan
idealism serta meningkatkan peran serta siswa dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Dilihat dari berbagai manfaat dilaksanakannya upacara bendera
bagi pencapaian tujuan pendidikan, maka upavara bendera perlu
diselelnggarakan dengan sebaik-baiknya di sekolah-sekolah, serta
dibina secara terus-menerus agar terselenggara secara sempurna.
Maksud dilaksanakannya upacara bendera di sekolah adalah untuk
mengusahakan pencapaian tujuan pendidikan nasional dan
memantapkan sekolah sebagai wiyatamandala. sedangkan tujuan yang
diharapkan dari pelaksanaan upacara bendera disekoalah yaitu:
1) Membiasakan bersikap tertib dan disiplin
Dengan membiasakan bersikap tertib dan disiplin maka siswa
datang ke sekolah tepat pada waktunya, tidak gundah saat
28Salman Harun, Mutiara Al’Quran, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), Cet. II, h. 145-
153
31
pelaksanaan upacara melainkan siswa mengikuti upacara dengan
khidmat sampai selesai.
2) Membiasakan berpenampilan rapi
Dengan berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara, sehingga dengan
pembiasaan ini siswa bisa mampu menyesuaikan pakaian saat acara
yang formal atau non formal.
3) Meningkatkan kemampuan memimpin
Agar siswa mampu percaya diri dalam berbicara di depan khalayak
umum, karena dengan terbiasa mendengarkan tausiyah yang
diberikan Pembina upacara disitu siswa akan mengerti cara
berbicara yang baik dan percaya diri.
4) Membiasakan kesediaan dipimpin
Siswa belajar memimpin dan dipimpin saat sudah dewasa kelak,
karena saat ini siswa dipimpin bagaimana cara hidup lebih disiplin
melalui upacara tersebut.
5) Membina kekompakan dan kerjasama
Siswa diajarkan bagaimana cara bekerjasama yang baik saat latihan
untuk penampilaan saat upacara bendera, maka dengan kebiasaan
tersebut rasa kekompakan itu akan tumbuh dengan sendirinya
karena mampu menghargai sesama.
6) Mempertebal rasa semangat kebangsaan
Dengan pelaksanaan upacara siswa bisa lebih mencintai bangsanya
sendiri, dengan begitu semangat untuk memajukan bangsa akan
lebih melekat pada diri masing-masing.
Diantara kegiatan pendidikan karakter yang dapat dilaksanakan
melalui kegiatan upacara bendera adalah
1) Melaksanakan upacara bendera pada hari senin atau hari-hari besar
lainnya
2) Menyanyikan lagu-lagu nasional
32
3) Mengheningkan cipta dan mendoakan para pahlawan yang telah
meninggal dunia
4) Mendengarkan riwayat singkat para pahlawan.
Nilai-nilai karakter yang dapat dibina melalui kegiatan-kegiatan
diatas adalah nasionalis dan disiplin (kemenidikas, 2010).29
B. Al-Akhlâk al-Karîmah
1. Pengertian Akhlak
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2008:27) kata akhlak diartikan
sebagai budi pekerti atau kelakuan. Menurut Abudin Nata (2002:2) secara
etimologis kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu isim masdar (bentuk
infinitif) dari kata akhlaqo, yukhliqu, ikhlâqa. Sesuai dengan bentuk śulaśi
mazîd wajan af’ala, yuf’ilu, ‘ifalan yang berarti al-sajiyah (perangai )al-
tabiah (kelakuan, tabiat atau watak dasar), al-âdat (kebiasaan ) dan al-dîn
(agama).
Menurut Quraish Shihab (22004:253) walaupun kata akhlak memiliki
makna tabiat, perangai, kebiasaan bahkan agama, tetapi tidak ditemukan
dalam ayat al-Qur`ân yang ditemukan dalam bentuk tunggal dari kata itu
yaitu khulûq ( Q.S Al-Qalam :4) hanya saja kata akhlak banyak ditemukan
dalam hadist seperti dalam salah satu hadist Nabi Saw yang sangat popular
“Innamâ bu’iśtu liutammima makârîmal al-akhlâk” artinya
“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang Mulia “
(HR. Malik).
Berdasarkan pada beberapa penjelasan dan definisi akhlak diatas,
dapat ditarik kesimpulan bahwa akhlak adalah segala sesuatu yang telah
tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan melahirkan
perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui pemikiran atau perenungan
terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan refleks dan
spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu . jika sifat yang tertanam itu
29Gunawan, loc, cit.
33
darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut rasio dan syariat,
maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik (al-akhlak al-mahmûdah)
sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat tersebut
dinamakan dengan akhlak buruk (al-akhlak al-madzmûmah).
2. Arti Pembentukan Akhlak
Berbicara masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara
tentang tujuan pendidikan, kerena banyak sekali dijumpai pendapat para
ahli yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasyi misalnya mengatakan bahwa
pendidikan budi pekerti dan akahlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
Islam.
Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan bahwa akhlak adalah
hasil dari pendidikan, latihan pembinaan dan perjuangan keras dan
sungguh-sungguh. Kelompok yang mendukung pendapat kedua ini pada
umumnya dari Ulama-ulama Islam yang cenderung pada akhlak. Ibnu
Maskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali, dll. Pada kenyataan dilapangan, usaha-
usaha pembinaan akhlak melalui berbagi macam metode terus
dikembangkan. Ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan
pembinaan itu ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-
pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah Swt dan Rasul-
Nya, hormat kepada orang tua, sayang kepada sesama. Sebaliknya keadaan
anak-anak yang tidak dibina akhlaknya atau dibiarkan tanpa bimbingan
dan arahan dan pendidikan ternyata menjadi anak-anak yang nakal,
mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan
seterusnya ini menunjukan bahwa akhlak memang perlu dibina.
Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama saat
dimana semkain banyak tantangan dan godaan. Sebagai dampak dari
kemajuan dibidang iptek. Saat ini misalnya orang akan dengan mudah
berkomunikasi dengan apapun yang ada didunia ini karena dengan mudah
segala pristiwa yang baik atau yang buruk bias didapat melalui televisi,
internet, film, buku-buku yang menyuguhkan adegan maksiat. Demikian
34
pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup
matrealistik semakin menggejala. semua ini jelas membutuhkan
pembinaan akhlak.30
Dengan uraian di atas kita dapat mengatakan bahwa akhlak
merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-
sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri
manusia, jika program pendidikan dan pembinaan akhlak dilakukan
dengan baik, sistematik dan sungguh-sungguh pelaksanaaanya maka akan
menghasilkan anak-anak yang baik akhlaknya di sinilah letak peran dan
fungsi lemabaga pendidikan. Dengan demikian pembentukan akhlak dapat
diartikan sebgai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak
dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram
dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Pembentukan akhlak ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak
adalah hasil usaha pembinaan bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi
rohaniah yang ada dalam diri mansuia termasuk di dalamnya akal, nafsu,
amarah, fitrah, kata hati dan intuisi dibina secara optimal dengan cara dan
pendekatan yang tepat.
3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak
Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya akhlak. dari
sekian banyak faktor tersebut para ahli menggolongkannya kedalam dua
bagian yaitu, faktor intern dan faktor ekstrn.
a. Faktor Intern
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor Internal ini,
diantaranya adalah31
:
1) Insting atau Naluri
Insting adalah suatu sifat yang dapat menumbuhkan perbuatan yang
menyampaikan pada tujuan dengan berfikir terlebih dahulu kearah
30Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), Cet. V h. 155-
157
31
Gunawan, op, cit., h. 19-21
35
tujuan itu dan tidak didahului oleh latihan perbuatan itu. Setiap
perbuatan manusia lahir dari suatu kehendak yang digerakan oleh
naluri (insting). Naluri merupaka tabiat yang dibawa sejak lahir
yang merupakan suatu pembawaan yang asli. Para ahli psikologi
membagi insting manusia sebagai pendorong tingkah laku kedalam
beberapa bagian diantaranya naluri makan, naluri bejodoh, naluri
keibuan-kebapakan, naluri berjuang dan naluri bertuhan (Ya‟kub
1993:58).
2) Adat atau kebiasaan (habit)
Salah satu faktor terpenting dalam tinggak laku manusia adalah
kebiasaan, karena sikap dan perilaku yang menjadi akhlak
(karakter) sangat erat sekali dengan kebiasaan, yang dimaksud
dengan kebiasaan adalah perbuatan yang selalu di ulang-ulang
sehingga mudah untuk dikerjakan. Faktor kebiasaan ini memegang
peranan yang sangat peranan yang sangat penting dalam
membentuk dan membina akhlak (karakter) sehubungan kebiasaan
merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga manusia mudah
dikerjakan maka hendaknya manusia memaksan diri untuk
mengulang-ulang perbuatan yang baik sehingga menjadi kebiasaan
dan terbentuklah akhlak yang baik padanya.
3) Kehendak / kemauan (irâdah)
Kemauan ialah kemauan untuk melangsungkan segala ide dan
segala yang dimaksud, walau disertai dengan berbagi rintangan dan
kesukaran-kesukaran, namun sekali-sekali tidak mau tunduk kepada
rintangan-rintangan tersebut. Salah satu kekuatan yang berlindung
dibalik tingkah laku adalah kehendak atau kemauan keras (azam).
Itulah yang menggerakan dan merupakan kekuatan yang mendorong
manusia dengan sungguh-sungguh untuk berprilaku (berakhlak),
sebab dari kehendak itulah menjelma suatu niat yang baik dan buruk
dan tanpa kemauan pula semua ide, keyakinan kepercayaan
36
pengetahuan menjadi pasif tak akan ada artinya atau pengaruh nya
bagi kehidupan.
4) Suara Batin Atau Suara Hati
Didalam diri manusia terdapat suatu kekuatan yang sewaktu-waktu
memberikan peringatan jika tingkah laku manusia berada diambang
bahaya dan keburukan, kekuatan tersebut adalah suara batin. Suara
batin berfungsi memperingatkan bahayanya perbuatan buruk dan
berusaha untuk mencegahnya. Di samping dorongan untuk
melakukan perbuatan baik. Suara hati dapat terus didik dan
dituntun akan menaiki jenjang kekuatan rohani.
5) Keturunan
Keturunan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi perbuatan
manusia. Dalam kehidupan kita dapat melihat anak-anak yang
berprilaku menyerupai orang tuanya bahkan nenek moyangnya,
sekalipun sudah jauh.
b. Faktor Ekstern
Selain faktor Internal (yang bersifat dari dalam) yang dapat
mempengarui Akhlak, juga terdapat faktor eksternal diantarnya adalah
sebagai berikut32
:
1) Pendidikan
Ahmad Tafsir (2004:6) menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya. Pendidikan
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan akhlak
seseorang sehingga baik dan buruknya akhlak seseorang sangat
tergantung pada pendidikan. Pendidikan itu mematangkan
kepribadian manusia sehingga tingkah-lakunya sesuai dengan
pendidikan yang telah diterima oleh seseorang baik formal ataupun
non formal. Betapa pentingnya faktor pendidikan itu, karena naluri
yang terdapat pada seseorang dapat dibangun dengan baik dan
32Ibid., h. 21-22
37
terarah. Oleh karena itu pendidikan agama perlu di manifestasikan
melalui berbagai media baik pendidikan formal di sekolah,
pendidikan formal dilingkungan keluarga dan non formal yang ada
pada masyarakat.
2) Lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang melingkungi suatu tubuh yang hidup
seperti tumbuh-tumbuhan, keadaan tanah, udara, dan pergaulan
manusia hidup selalu berhubungan dengan manusia lainnya atau
juga dengan alam sekitar. Itulah yang menyebabkan manusia harus
bergaul dan dalam pergaulan itu saling mempengaruhi pikiran,
sifat, dan tingkah laku . adapun lingkungan dibagi kedalam dua
bagian yaitu:
a) Lingkungan yang bersifat kebendaan
Alam yang melingkungi manusia merupakan faktor yang
mempengaruhi dan menentukan tingkah laku manusia.
Lingkungan alam ini dapat mematahkan atau mematangkan
pertumbuhan bakat yang dibawa seseorang
b) Lingkungan kerohanian yang bersifat kerohanian
Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang baik secara
langsung ataupun tidak langsung dapat membentuk
kepribadiannya menjadi baik. Begitupun pula sebaliknya
seseorang yang hidup dalam lingkungan kurang mendukung
dalam pembentukan akhlaknya maka setidaknya dia akan
terpengaruh lingkungan tersebut.
C. Program Akselerasi (Percepatan Belajar)
1. Pengertian Program Akselerasi
Program Percepatan Belajar atau Akselerasi adalah salah satu program
layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan dan oleh psikologi
38
telah diidentifikas memiliki kemampuan intelektual umum taraf cerdas,
memiliki kreatifitas, dan ketertarikan terhadap tugas diatas rata-rata, untuk
dapat menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar
mereka.33
Pengertian lain acceleration (percepatan) adalah suatu program
atau aktivitas yang memungkinkan untuk menyelesaikan kurikulum
lebih.34
2. Dasar Hukum
Landasan hukum penyelenggaraan program percepatan belajar atau
akselerasi adalah Undang-undang Nomor 2 Tahun1989 tentang sistem
pendidikan Nasional, kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003, antara lain35
:
Pasal 5 Ayat 4: “Warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”.
Pasal 12 Ayat 1: “Setiap Peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuannya. Menyelesaikan pendidikan sesuai bdengan kecepatan
belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketenetuan batas waktu
yang ditetapkan.”
3. Tujuan
Ada dua tujuan mendasari dikembangkannya program percepatan
belajar bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa36
.
a. Tujuan Umum:
1) Memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik
spesifik dari segi perkembangan kognitif dan afektifnya
33http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
34
Ekodjatmiko Soekarso, Penatalaksanaan Psikologi Program Akselerasi, (Departemen
Pendidikan Nasional 2007) h, 17
35
http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
36
http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
39
2) Memenuhi hak asasi peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pendidikan bagi dirinya sendiri
3) Memenuhi minat intelektual dan perspektif masa depan pesrta didik
4) Memenuhi kebutuhan aktualisasi diri peserta didik
5) Menimbang peran peserta didik sebagai asset masyarakat dan
kebutuhan masyarakat untuk pengisian peran
6) Menyiapkan peserta didik sebagai pemimpin masa depan.
b. Tujuan Khusus:
1) Memberi penghargaan untuk dapat menyelesaikan program
pendidikan secara lebih cepat sesuai dengan potensinya
2) Meningkatkan efesiensi dan efektifitas proses pembelajaran peserta
didik
3) Mencegah rasa bosan terhadap iklim kelas yang kurang mendukung
Berkembangnya potensi keunggulan peserta didik secara optimal
4) Memacu mutu siswa untuk peningkatan kecerdasan spiritual,
intelektual, dan emosionalnya secara berimbang.
4. Pedoman Rekrutmen Peserta Didik
Pedoman khusus untuk rekrutmen peserta program akselerasi atau
percepatan bidang studi mengikuti pedoman umum rekrutmen percepatan
belajar dengan memperhatikan beberapa hal berikut (Davis dan Rimm,
1998)37
:
a. Peserta didik memiliki skor IQ 130 (skala Wechsler atau skor rerata +2
deviasi standar untuk skala yang lain) pemerikasaan psikologi
hendaknya dilakukan oleh psikologi yang bersertifikat untuk
melakukan psikodiagnostik yang memahami keberbakatan.
b. Peserta didik memiliki kompetensi belajar yang mendasari kompetensi
pada tingkatan yang akan diikuti. Oleh karena itu perlu diadakan tes
penguasaan kompetensi belajar
37Soekarso, op, cit., h. 21-22
40
c. Kesenjangan keterampilan harus didiagnosa sehingga peserta didik
dapat dibantu untuk menguasai keterampilan dasar yang masih kurang
dikuasainya
d. Guru, konselor, atau kelompok peserta didik cerdas diperlukan untuk
membantu peserta didik yang mengalami masalah social yang terkait
dengan loncat kelas
e. Setiap pengambilan putusan untuk loncat kelas perlu
mempertimbangkan , kematangan fisik, stabilitas emosi, motivasi, dan
kemampuan untuk mengatasi tantangan pada peserta didik. Yang
terpenting adalah kebutuhan peserta didik akan stimulasi intelektual
yang sesuai kecepatan belajarnya
f. Perlu ada masa percobaan minimal 6 minggu sampai 1 semester
peserta didik perlu dibantu untuk menyadari bahwa jika ia tidak
berhasil berkembang di kelas baru, ia akan diminta kembali kekelas
awalnya. Pendampingan konselor harus dilakukan untuk membantu
anak agar tidak merasakan bahwa dirinya gagal jika tidak berhasil
loncat kelas.
D. Penelitian yang Relevan
1. Arif Rahman Hakim, skripsi tahun 2010 di UIN Jakarta yang berjudul
“Pengaruh Pelaksanaan Ibadah Shalat terhadap Akhlak Siswa di
SMPN 3 Ciputat-Tangerang”. Hasil penelitian yang diambil dari sampel
sebanyak 20% dari jumlah 250 siswa yang terdapat di SMPN 3 Ciputat ini
dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif antara pelaksanaan
ibadah shalat terhadap akhlak siswa di SMPN 3 Ciputat. Hal tersebut dapat
dilihat nilai Rxy = 0,243 yang terletak pada kategori 0,20-0,40 yang berarti
kolerasi lemah atau rendah.
2. Ahmad Amirul, Jurnal Tahun 2009 di UIN Bandung yang berjudul
“Pengaruh Pelaksanaan Shalat Berjama’ah terhadap Prilaku sosial”.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah shalat berjama‟ah adalah shalat yang
dikerjakan dengan berkelompok sedikitnya terdiri atas dua orang yang
41
mempunyai ikatan yaitu seorang dari mereka menjadi imam dan yang lain
menjadi makmum dengan syarat-syarat yang ditentukan, dimana makmum
wajib mengikuti imam dari mulai takbir samapai dengan salam. Selain
shalat berjama‟ah beribadah kepada Allah Swt juga terdapat hikmah dan
keutaman dari shalat tersebut. Di samping memiliki manfaat dan pahala
yang besar, shalat berjama‟ah mempunyai dimensi psikologis tersendiri
antara lain: aspek demokratis, rasa diperhatikan dan berarti, kebersamaan,
tidak adanya jarak personal dan terapi lingkungan. Perilaku tidak terbentuk
dengan sendirinya, perilaku dapat terbentuk karena adanya faktor-faktor
ekstern individu yang memegang peranannya. Ada empat cara
pembentukan perilaku yaitu: adopsi, deferensial, integrasi dan trauma.
3. Sofyan, skripsi tahun 2012 di UIN Jakarta yang berjudul “Pelaksanaan
Shalat Berjama’ah dalam Pembentukan Akhlak Siswa Kelas VI SDN
Kebon Pala 03 Pagi”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kegiatan
shalat berjama‟ah di SDN Kebon Pala 03 pagi secara umum adalah sebuah
upaya untuk mewujudkan pendidikan nasional yakni melalui kegiatan
tersebut diharapkan dapat memperbaiki akhlak siswa, memperkuat
keimanan dan ketaqwaan siswa serta memperluas keilmuan siswa. Secara
khusus kegiatan shalat berjama‟ah ini bertujuan agar siswa terbiasa
menjalankan ibadah secara lebih baik dan benar dan terbiasa berakhlak
mulia. Pelaksanaan shalat berjama‟ah yang diterapkan di sekolah dapat
disimpulkan memiliki hubungan dengan pembentukan akhlak siswa, hal
ini dibuktikan dengan nilai korelasi 0,305 dan diterimanya Ha yang berarti
ada pengaruh positif yang signifikan antara pelaksanaan shalat berjama‟ah
terhadap pembentukan akhlak siswa.
Dari ketiga penelitian di atas, penulis dapat menyimpulkan adanya
hubungan positif antara pelaksanaan shalat berjama‟ah terhadap perilaku
sosial , akhlak siswa. Perilaku sosial dan akhlak siswa sangat tepat untuk
dijadikan referensi skripsi ini.
42
E. Kerangka Berfikir
Akhlak adalah segala sesuatu yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam
diri seseorang, yang akan melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui
pemikiran atau perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu
dilakukan dengan refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu. Jika
sifat yang tertanam itu darinya muncul perbuatan-perbuatan terpuji menurut
rasio dan syariat, maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik (al-Akhlak
al-mahmûdah) sedangkan jika terlahir perbuatan-perbuatan buruk maka sifat
tersebut dinamakan dengan akhlak buruk (al-Akhlak al-Madzmûmah).
Perhatian terhadap pentingnya akhlak kini muncul kembali, yaitu disaat
manusia zaman modern ini dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang
cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa
yang bersangkutan. Pada realita kehidupan saat ini, dapat dilihat dan dinilai
sendiri bagaimana moral dan perilaku seorang anak terhadap dirinya sendiri
dan orang lain. Beberapa bulan lalu dikejutkan oleh pemberitaan tentang
kerusuhan yang disebabkan perilaku menyimpang dari kalangan siswa . di
sinilah perlu adanya pembinaan akhlak orang tua dan sekolah perlu
dipertanyakan. Sejauh mana peran orang tua dan pihak sekolah dalam
melakukan pembinaan akhlak terhadap perilaku atau lebih khususnya akhlak
mereka.
Seperti yang telah diketahui bahwa lapangan pendidikan dimana
pekerjaan mendidik berlangsung dalam masyarakat ini tidak hanya keluarga.
Tetapi sekolah pun pendidikan anak dapat dilaksanakan oleh para guru-guru.
Maka ketika mereka melakukan penyimpangan yang biasanya disalahkan
oleh orang tua adalah gurunya.
Di sinilah peran pembinaan akhlak di sekolah harus lebih dikembangkan.
Karena perkembangan itu sendiri sebagai rententan perubahan jasmani dan
rohani manusia menuju kearah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan
itu sendiri menghasilkan bentuk dan ciri-ciri kemampuan baru yang
berlangsung dari tahap aktifitas yang sederhana ketahap yang lebih tinggi .
perkembangan itu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui
43
suatu bentuk/tahap ke tahap berikutnya, yang kian hari bertambah maju dari
masa pembuahan sampai masa kematian.
Sehubung dengan Semakin bergesernya nilai-nilai akhlak akan semakin
banyak pula hal-hal negatif yang akan muncul dan dampaknya bisa terjadi
pada siapa saja termasuk peserta didik. Kurikulum pendidikan yang mulai
memperhatikan akan pentingnya akhlak menjadi tumpul jika dilihat
kenyataanya dilapangan. Apalagi dalam dunia pendidikan sekarang ini,
adanya program percepatan belajar yang disebut akselerasi. Yang mana
program percepatan belajar atau akselerasi itu sendiri adalah salah satu
program layanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang oleh guru telah
diidentifikasi memiliki prestasi sangat memuaskan. Maka walaupun mereka
memiliki potensi istimewa pasti mengalami kesulitan. Jadi secara tidak
langsung siswa yang memiliki potensi kecerdasan istimewa tidak menutup
kemungkinan terdapat perilaku yang bisa mereka lakukan termasuk dalam
segi akhlak. Hal lain bisa disebabkan karena proses pembelajaran mereka
yang sangat cepat, bisa menjadikan kurang nya kontrol akhlak siswa pada
kelas akselerasi tersebut.
Maka dari itu dengan diadakan nya program pengembangan diri rutin
yang diadakan di sekolah, untuk membantu membina akhlak siswa untuk
menjadi lebih baik, yang pada hakekatnya program pengembangan diri ini
tidak dapat dibatasi hanya pada kegiatan tertentu saja akan tetapi dapat
melingkupi segala kegiatan lainnya yang bersifat positif.
Dengan demikian, penulis berasumsi bahwa terdapat nya pengaruh antara
program pengembangan diri rutin terhadap akhlak siswa. Karena program ini
sangat membantu dan menunjang siswa dalam upaya meningkatkan akhlak
kariamah untuk diri sendiri khususnya dan terhadap orang lain pada
umumnya. Dan untuk itulah sekolah mengaharapkan para siswa untuk dapat
mentaati peraturan dan mengikuti program pengembangan diri ini sesuai
dengan aturan yang ditetapkan sekolah.
44
F. Hipotesis
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara program pengembangan diri
terhadap akhlak karimah siswa akselerasi di SMP Bakti Mulya 400
2. Ho: Tidak adanya hubungan yang signifikan antara program
pengembangan diri terhadap Al-Akhlâk al-Karîmah siswa akselerasi di
SMP Bakti Mulya 400.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bakti Mulya 400 Jl. Lingkar Selatan
Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12310. Waktu dilaksanakan
pada bulan Februari 2015.
B. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Kuantitif
adalah pendekatan kuantitatif lebih banyak menggunakan logika hipotetiko
verifikatif. Pendekatan dimulai dengan berfikir deduktif untuk menurunkan
hipotesis, kemudian melakukan pengujian dilapangan.”1 Sedangkan
penelitian kualitatif lebih banyak ditunjukan pada pembentukan teori
subtansitif berdasarkan konsep-konsep yang timbul dari data empiris.2.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey.
“survey adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan
keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan dalam
suatu daerah tertentu.”3
Tujuan dari metode ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang
mewakili daerah yang menjadi objek penelitian dengan benar. Sedangkan
tehnik analisi penelitian yang digunakan adalah tehnik korelasional. “tehnik
analisi korelasional adalah tehnik analisi statistik mengenai hubungan antara
dua variable atau lebih”.4 Sedangkan tehnik analisis korelasional yang dipakai
dalam penelitian ini adalah tehnik korelasi bivariat. Sebab penelitian ini
1S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. IV, h. 35
2 Ibid. 3Ibid., h. 29
4Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja, Grafindo Persada, 2007), h.
188
46
terdiri dari dua variable. Variable pertama adalah variable pengembangan diri
rutin yang merupakan variable independent (X) sedangkan variable yang
kedua adalah akhlak karimah yang merupakan variable dependent (Y).
C. Unit Analisis Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu
ruang lingkup, dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan
dengan data bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu
data maka banyaknya populasi akan sama dengan banyaknya manusia.5
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.6
Dikarenakan jumlah populasi sedikit, sempit, sebentar maka cara
sensus tepat diterapkan dalam penelitian ini. Penelitian dengan cara sensus
atau populasi lebih baik dibandingkan menggunakan sampel sebab sensus
lebih mempresentasikan populasinya. Maka dari itu adapun populasi
dalam penelitian ini seluruh siswa-siswa program akselerasi dengan
jumlah 29 orang. Karena populasi kurang dari 100, maka dari itu
menjadikan seluruh objek untuk diteliti. Unit analisis dalam penelitian ini
menggunakan populasi penelitian.7 Beberapa pertimbangan peneliti
memilih objek pada kelas akselerasi VII-4 dan IX-6 yaitu:
1. Masalah yang peneliti dapatkan dalam penelitian ini terkait dengan
kelas akselerasi.
2. Objek yang digunakan atas saran dan izin yang di berikan bapak
kepala sekolah.
D. Tekhnik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data jika dilihat dari sumbernya dapat menggunakan
sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer yaitu sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
5Margono, op, cit, h. 118
6Nuraida Halid Alkaf , Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Ciputat: Islamic Research
Publishing, 2009), h. 89
7 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006), Cet. I, h.68
47
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.8
Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini penulis menggunakan
tehnik atau instrument pengumpulan data yang akan diambil sebagai berikut :
1. Wawancara adalah salah satu bentuk alat evaluasi jenis non tes yang
dilakukan melalui percakapan atau Tanya jawab, baik langsung maupun
tidak langsung. Wawancara langsung yang dilakukan secara langsung
antara pewawancara dengan yang diwawancarai, wawancara yang tidak
langsung artinya pewawancar menanyakan sesuatu kepada yang
diwawancarai melalui perantara oranglain atau media jadi tidak menemui
secara langsung.9 Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara langsung
dengan pihak terkait serta mengetahui permasalahan yang sedang dibahas
dalamnya mengenai hubungan pengembangan diri rutin terhadap akhlak
pada program akselerasi di SMP Bakti Mulya 400.
2. Angket, adalah tehnik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden.
Responden adalah orang yang memberikan tanggapan atas pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan. Untuk dapat menggunakan tehnik ini, tentu saja
responden harus mempunyai tingkat pendidikan yang memadai untuk
dapat membaca dan menuliskan jawabanya.10
Angket yang digunakan
dalam penelitian ini adalah berupa angket tertutup yang disebarkan kepada
responden dengan alternative jawaban yang telah disediakan. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sebanyak 40 item dengan ketentuan
20 item untuk variable X dan 20 item untuk variable Y dengan alternatif
jawab selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.
3. Dokumentasi, adalah tehnik pengumpulan data yang tidak ditunjukan
langsung kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berupa
8Sugiyono, Metode penelitian pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 193 9Zaenal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),h. 157-158
10
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), h.
65
48
berbagai macam, tidak hanya berupa dokumen resmi.11
Tehnik ini
dilakukan untuk mengetahui sejarah berdirinya sekolah tersebut beserta
profil SMP tersebut dan semua teori-teori yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
Adapun untuk kisi-kisi instrument pada penelitian yang penulis gunakan
berupa angket variable X dan Y adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kisi-kisi angket pada variable X (pengembangan diri rutin)
No Dimensi Indikator Banyak
Butir
Item
1 Shalat 1. Tata Tertib dalam melaksanakan
shalat
2. Manfaat Shalat
4
3
2, 3, 6 dan 7
1, 4 dan 5
2 Tadrus 1. Tata Tertib dalam membaca al-
Quran
2. Manfaat membaca al-Quran
4
3
8, 10, 12 dan 14
9, 11, 13,
3 Upacara 1. Tata Tertib dalam pelaksanaan
upacara
2. Manfaat pelaksanaan upacara
4
2
15, 16, 19 dan 20
17 dan 18
Jumlah Item 20
11
Ibid., h. 70
49
Tabel 3.2
Kisi-kisi angket pada variable Y (al-Akhlak al-Karimah)
No Dimensi Indikator Banyak
Butir
Item
1 Akhlak Karimah 1. Sikap Tolong-menolong
2. Kejujuran
3. Menumbuhkan rasa
persaudaraan atau
mengikat tali silaturahmi
4. Sikap Menghargai atau
menghormati Orang lain
5. Kedisiplinan
6. Percaya Diri
7. Sopan Santun
2
2
2
3
6
3
2
5 dan 9
1 dan 14
18 dan 19
4, 6, dan 7
11, 13, 15, 16,
17, dan 20
3, 8 dan 12
2 dan 10
Jumlah Item 20
E. Tekhnik Analisis Data
Tehnik analisis data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh hasil akhir dalam penelitian. Adapun beberapa langkah sebagai
berikut:
1. Skoring
50
Pertanyaan yang telah dijawab oleh siswa akan ditabulasikan dengan
skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban huruf diubah menjadi nilai
angka.
Tabel 3.3
Alternatif Jawaban Instrument Variable X dan Y
Pilihan
Pernyataan
Selalu Sering Kadang-
kadang
Pernah Tidak
pernah
Pernyataan
(+)
5 4 3 2 1
Pernyataan
(-)
1 2 3 4 5
2. Memperoleh nilai frekuensi
Memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terdapat angket
mengenai pengembangan diri dan akhlak siswa, dengan rumus:
Keterangan:
P = Angka Presentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden (banyaknya individu).12
3. Mencari angaka korelasi
12Sudijono, op, cit, h. 40
P = x 100%
51
Menggunakan rumus korelasi karena adanya dua Variabel yang saling
mempengaruhi, maka mencari angka indeks korelasi “r” dengan
menggunakan rumus product moment sebagai berikut13
:
Keterangan:
rxy = Angka indeksi korelasi “r”product moment
N = Number of cases
= Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
= Jumlah skor X
= Jumlah skor Y
Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data
dengan dua cara berikut:
a. Memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana, dengan
pedoman:
Tabel 3.4
Interpretasi nilai “r” Product Moment
Besarnya “r” poduct moment
(Rxy)
Interpretasi
0,00-0,20 Antara variable X dengan variable Y
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi
itu sangat lemah atau sangat rendah
sehingga korelasi itu diabaikan atau
13Ibid., h. 193
( ) ( )( )
√( ( ) ) ( ( ) )
52
dianggap tidak ada korelasi antara
variable X dengan variable Y
0,20-0,40 Antara variable X dengan variable Y
terdapat korelasi lemah atau rendah
0,40-0,70 Antara variable X dengan variable Y
terdapat korelasi sedang atau cukup
0,70-0,90 Antara variable X dengan variable Y
terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90-1,00 Antara variable X dengan variable Y
terdapat korelasi yang sangat kuat
atau sangat tinggi
b. Memberikan interpretasi dengan cara berkonsultasi pada table nilai “r”
product moment, dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
df: Degrees of freedom
N: Number of cases
Nr: banyaknya variable yang dikorelasikan.
Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisien “r” pada table
nilai “r” Product Moment, baik pada taraf signifikan 1% maupun pada
taraf signifikan 5%.
4. Analisis Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar presentase hubungan (kontribusi)
pengembangan diri rutin terhadap akhlak siswa, maka selanjutnya
df = N - nr
53
dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelas (Rxy) Product
Moment yang telah diperoleh. Koefisinsi determinasi dapat dicari dengan
rumus:
Keterangan:
KD: koefisien determinator (konstribusi variable X terhadap variable Y)
r2: koefisien korelasi antara variable X terhadap variable Y.
14
5. Pengujian Hipotesis Statistik
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan
tujuan memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis mengenai
parameter populasi. Hipotesis dinyatakan dalam Ho dan Ha atau sebagai
alternativenya. Dalam pengujian hipotesis statistik dapat dirumuskan:
Ho: = 0
Ha: ≠ 0
Adapun kriteria penerimaan Ha = r hitung > r table dan kriteria
penerimaan Ho = r hitung < r table.
14Ibid., h. 42
KD = r2 x 100%
54
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Profil Sekolah
Nama Kepala Sekolah : Hadi Suwarno, M.Pd.
Nama Sekolah : SMP Bakti Mulya 400
Nama Yayasan : Yayasan BKSP Bakti Mulya 400
Alamat Sekolah : Jl.Lingkar Selatan Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jakarta Selatan 12310
Telepon/Fak : (+621)7658790/ (+621)75913920
Status Sekolah : Terakreditasi A
No. Surat Keputusan : BAN-S/M. 10 November 2009
Nomor Statistik Sekolah : 202016305032
Nomor Data Sekolah (NDS) : 2001040011
Nomor Induk Sekolah (NIS) : 200250
Tahun beroperasi : 1985
Status Tanah : Milik Sendiri
Luas Tanah : 4975 M2
Luas Banguna : 7960 M2 (tiga lantai)
Website : www.baktimulya400.com
Email : [email protected]
55
2. Sejarah Singkat Sekolah/Madrasah
SMP Bakti Mulya 400 berdiri 10 Juli 1985 atau tepat berusia 28 tahun pada
bulan Juli tahun ini. Dilihat dari usianya yang lebih seperempat abad, SMP Bakti
Mulya 400 muncul dengan liku-liku sejarahnya tersendiri.Dimulai pada tanggal
30 september 1983 telah ditanda tangani surat perjanjian kerja sama dalam bidang
pendidikan antara Yayasan Keluarga 400 dengan Yayasan Pondok Mulya.
Yayasan keluarga 400 merupakan organisasi yang menghimpun ex Tentara
Pelajar Batalyon 400 Brigade 17, sedangkan Yayasan Pondok Mulya adalah
yayasan pengelola Real Estate Pondok Indah.
Dalam rangka kerja sama tersebut, lahirlah Badan Kerja Sama Pendidikan
Pondok Mulya Ikatan Keluarga 400 disingkat BKSP Pondok Mulya – Ikatan
keluarga 400. Keputusan kerja sama tersebut merupakan kesepakatan bersama
untuk ikut berperan serta dalam menopang kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan melalui usaha penyediaan fasilitas pendidikan yang menampung anak-
anak usia sekolah. Selanjutnya dalam usaha kerja sama tersebut, menggunakan
nama Badan Kerja Sama Pendidikan Pondok Mulya – Ikatan Keluarga 400. Pada
waktu diadakan akreditasi sekolah oleh Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
disepakati nama yang lebih praktis, yaitu Badan Kerja Sama Pendidikan Bakti
Mulya 400, disingkat BKSP Bakti Mulya 400. Dalam melaksanakan kegiatannya,
BKSP Bakti Mulya 400 berpegang pada motto : “Berbakti Pada Nusa dan
Bangsa Seumur Hidup”. Motto ini dilandasi idealisme dan bermodal patriotisme
dengan meyakini bahwa pendidikan merupakan “human Investment” yang
mempunyai jangkauan jauh ke masa depan.
3. Visi, Misi, dan Tujuan
Untuk merealisasikan visi dan misi Yayasan BKSP Bakti Mulya 400 perlu
dirumuskan visi dan misi SMP Bakti Mulya 400 sebagai berikut:
a. Visi SMP Bakti Mulya 400
Membentuk Insan Berakhlak Mulia , Beriman , Berilmu dan Berkompetensi
Global.
56
b. Misi SMP Bakti Mulya 400
Mewujudkan pengembangan sekolah yang bernafaskan Islam dan berkualitas
internasional yang diterapkan dalam pengelolaan, tenaga pendidik dan
kependidikan, pembiayaan, kurikulum, fasilitas, proses belajar mengajar,
penilaian, dan kompetensi lulusan.
4. Tujuan SMP Bakti Mulya 400
a. Tujuan Umum:
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai adalah membentuk insan
Pancasila yang sehat jasmani-rohaninya, taqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, Cerdas dan Terampil, berbudi pekerti luhur, kuat
kepribadiannya, tebal semangat kebangsaannya dan mencintai tanah
airnya, sehingga dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan
yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
b. Tujuan Khusus:
1) Membentuk komunitas belajar yang mandiri cerdas dan
berkeadaban (civic values).
2) Menerapkan manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel.
3) Mengembangkan kemampuan siswa dalam penguasaan sains dan
teknologi, berinteraksi sosial (human relations), berkepribadian
mandiri secara intelektual, emosional dan spiritual.
4) Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan
pendidikan (community based learning).
5) Membangun pusat pengembangan inovasi pendidkan
57
5. Guru dan Tenaga Kependidikan
a. Daftar Guru
No Nama Guru Pendidikan Jabatan
Mengajar
1 HADI SUWARNO,
M.Pd.
S1. Pend.Geografi.IKIP
Semarang, 1994
S2. MPEP UHAMKA Jakarta,
2008
Geografi
2 SITO, S.Pd. S1.Matematika IKIP
Muhamadiyah, 1995
Matematika
3 RIKE ANWARI
FUADY,S.Si
SMA, SI Univ. Nasional 1996 Biologi/Fisika
4 Drs. H.
HASANUDIN, M.Pd.
S1 Bahasa Inggris IKIPM
Jakarta 1994
Bahasa Inggris
5 DRS. AJI BANDI S1.Tarbiyah IAIN Syarif
Hidayatulloh Jkt 1993
Agama Islam
6 DRA. Hj.
SYAFRIANI LUBIS
S1.Bahasa dan Seni IKIP
Jakarta 1987
Bahasa Indonesia
7 USMAN, M.Pd. S1.Sejarah STKIP Jakarta
2002 S2 Universitas
Indraprasta 2010
Sejarah
8 SOBARI, S.Pd. S1.Pend. Matematika IAIN
Syarif Hidayatulloh Jkt, 1996
Matematika
9 HERICE M
AZIZ.,S.Pd.
S1.Pend.Matematika IKIP
Jakarta, 1988
Matematika
10 DRS. YATIM
ABDULLAH
S1 Adpen IKIP Jakarta 1989 Bp/Bk
11 DINA ASTILIA,
S.Pd.
D3 PKK.IKIP Medan, 1987
S1 STIKIP PGRI Jakarta
Tata Boga
12 HJ. RINA NUZRINA, S1.BK STKIP Jakarta 2004 Bp/Bk
58
S.Pd
13 SUSHARYONO,S.Pd. S1.PDU Tata Niaga IKIP
Jakarta 1991
Ekonomi
14 DRS. AEF
SAEFUDIN
S1.Tarbiyah.IAIN Syarif
Hidayatulloh Jkt,1993
Agama Islam
15 IR. H. BONDI
ROBIARSO
IPB, Bogor 1993 Biologi
16 DYAH
RATNAWIATI,S.Pd.
S1.Bahasa & Sastra Indonesia.
IKIP Jakarta 1996
Bahasa Indonesia
17 SOVIA ANDRIANI,
SE.
S1.Akuntansi.Univ. 17
Agustus. Sby 1993
Ekonomi
18 SRI SUBEKTI, S.Pd. S1.Kimia. IKIP Negeri
Yogyakarta, 1998
Kimia
19 PRAYOGO, S.Pd. S1.Pend. Elektronika UNJ
Jakarta 2000
Komputer
20 NOVITRI RIYANI,
S.Pd.
S1,Bhs.Indonesia.IKIP Negeri
Malang, 1998
Bahasa Indonesia
21 EPIH SARIPAH,
S.Pd.
S.1.FPBS Inggris.IKIP
Muhamadiyah, 1997
Bahasa Inggris
22 USMAN JAMHURI,
S.Ag.
S1 Tarbiah IAIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
Agama Islam
23 YENIS HERDIANI,
S.Si.
S1. Fisika Institut 10 Nop.
Sby 2001
Fisika
24 ASIH BUDIANTI,
S.Pd.
S1 Geografi Universitas
Negeri Jakarta
Geografi
25 NOVINI
NILAKUSUMAH,SS.
S1.Sastra Cina.Univ.
Indonesia 2001
Bahasa
Mandarin
26 LELI SUGIARTI,
S.Pd.
S1. Matematika UIN Jakarta,
2002
Matematika
27 DEWI WULANSARI, S1 Bahasa Inggris UHAMKA Bahasa Inggris
59
S.Pd. Jakarta 2003
28 DRA.MUMUN
MAEMUNAH
S1 IAIN 1993 Agama Islam
29 RACHFI YULIARTI D3 Manajemen Informatika
AMIK BSI Jakarta
Komputer
30 SUNTORO, SE S1 Ekonomi Manajemen
Universitas Borobudur Jakarta
2002
Komputer
31 SANTI
WIDIASTUTI, S.Pd.
Seni Musik dan Tari FPBS
IKIP Jakarta
Seni Rupa
32 EDY HERMAWAN,
M.Sc.
S1 Metalurgi FMIPA UI 2002
S2 Sain & Teknologi Tampere
University Technology
Findland 2008
IPA
33 DEWI YANTI, S.Pd. Jur Bhs Indonesia FITK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2010
Bahasa Indonesia
34 DOBY PUTRA
PARLINDUNGAN,
S.Pd.
Pend Pelatihan FPOK UNES
Semarang 2012
Olahraga
35 EKO JULIANTO,
S.Pd.
Pend Pelatihan Olahraga dan
Kesehatan Universitas Sebelas
Maret Surakarta 2012
Olahraga
36 KHOIRUDIN, S.Sos.I S1 Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah 2005
Pkn
37 CISILIA DEWI
PANGALILA, SH.
S1 Hukum Perdata
Universitas Indonesia 1996
Pkn
38 GALIH PRATAMA
SUKMAWARDANA
S1 Pend Seni Drama, Tari,
Musik UNES 2010
Seni Musik
60
39 ROBERT JOHN
ROWSE
S-2 John Mores Engineering
1992
Bahasa
Inggris/TIK
1. Data Siswa
Tabel 4.2
Denah Data Siswa
RUANG GURU
ARSIP
TOILET GURUTANGGA
RUANGRSBI/KI
TANGGA
SARPRA/FOTOCOPY
RUANGBP/BK
RUANGKEPSEK
RUANGWAKASEK
TERAS
RAUANGTU
DENAH LANTAI I
61
B. Deskripsi Data
Untuk mengetahui data tentang hubungan pengembangan diri rutin terhadap
al-akhlak al-karimah siswa-siswi program akselerasi SMP Bakti Mulya 400
Jakarta, penulis menyebarkan 2 angket dengan pilihan kriteria sebagai berikut:
Tabel 4.3
Kategori Jawaban
No Kategori Jawaban
1 a. Selalu S
2 b. Sering SR
3 c. Kadang-kadang KK
4 d. Pernah P
5 e. Tidak Pernah TP
Penelitian ini dilakukan di SMP Bakti Mulya 400 untuk mengetahui
bagaimana hubungan pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah
siswa-siswi program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta, dan untuk
memperoleh data penulis menyebarkan angket kepada siswa akselerasi kemudian
data tersebut dapat dianalisa kedalam bentuk tabel dengan menggunakan rumus:
Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam tabulasi, yang merupakan proses
data-data instrument pengumpulan data (angket) menjadi table-tabel angka dalam
presentase. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:
P=
x 100%
62
Tabel 4.4
Saya melaksanakan shalat dengan khusyu
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
5
20
4
0
0
17,24 %
68,96 %
13,80 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.4 di atas menunjukan hal yang cukup positif bahwa sebagian
besar siswa sering melaksanakan shalat dengan khusyu walau masih ada beberapa
yang belum bisa melakukan shalat dengan khusyu. Dijelaskan pada tabel di atas
bawah siswa cukup baik dalam sikap kedisiplinannya terkait dalam shalat
berjama’ah secara khusyu sesuai dengan teori operant conditionging yang
merupakan salah satu bagian dari teori behavioristik. Bagi siswa yang masih
kurang baik dalam pelaksanaan secara khusyu bisa disebabkan faktor lain.
Tabel 4.5
Saya mengikuti shalat jama’ah dzuhur dan dhuha di sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
25
4
0
0
0
86,20 %
13,80 %
0 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.5 di atas menunjukan sikap yang positif bahwa hampir seluruh
siswa selalu mengikuti shalat dzuhur dan dhuha yang diterapkan di sekolah. Maka
63
dari itu sikap disiplin mulai tertanam dalam karakter siswa karena sebuah
pembinaan tersebut.
Tabel 4.6
Saya duduk di aula sebelum shalat berjamaah dimulai
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
11
12
3
2
1
37,93 %
41,39 %
10,34 %
6,90 %
3,44 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.6 di atas menunjukan sikap positif dalam kedisiplinan bahwa
sebelum shalat berjama’ah dimulai sebagian siswa sering datang terlebih dahulu
walaupun masih ada siswa yang datang telat saat pelaksanaan shalat berjamaah
harus lebih diperhatikan lagi oleh guru pembimbing.
Tabel 4.7
Saya berdoa setelah selesai shalat
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
14
9
6
0
0
48,27 %
31,03 %
20,70 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu berdoa
setelah selesai shalat. Ini berarti mereka sedikit demi sedikit memahami arti
sebuah ibadah dalam berdo’a bahwasannya kita sebagai manusia selalu butuh
64
pertolongan Allah Swt, walaupun masih ada yang belum memahami makna
penting sebuah do’a.
Tabel 4.8
Saya shalat berjamaah dengan menggunakan perlengkapan yang bersih
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
19
8
1
1
0
65,51 %
27,60 %
3,44 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa lebih selalu
menggunakan perlengkapan yang bersih dalam melakukan shalat dan sebagian
kecil masih ada siswa yang kadang-kadang memakai perlengkapan bersih saat
shalat. Dengan ini siswa mulai mengerti akan sebuah arti kebersihan adalah
sebagian dari iman, sehingga mereka mampu menghargai ibadah.
Tabel 4.9
Saya berbuat gaduh saat berjamaah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
15
9
5
0
0
51,72 %
31,03 %
17,24 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
65
Dari tabel 4.9 di atas menunjukan sikap yang negatif sebagian besar siswa
masih selalu berbuat gaduh saat pelaksanaan shalat berjamaah berlangsung.
Hanya sebagian kecil siswa yang kadang-kadang berbuat gaduh dalam shalat
berjamaah, pengamatan guru harus lebih ditekankan dalam hal ini. Agar siswa
memiliki sikap saling menghargai satu sama lain terutama dalam masalah
pelaksanaan ibadah.
Tabel 4.10
Saya berwudhu sebelum melaksanakan shalat
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
29
0
0
0
0
100 %
0 %
0 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.10 di atas menunjukan penilaian yang sangat positif bahwa
sebagian besar siswa sudah dapat dipastikan selalu berwudhu saat sebelum
melakukan shalat fardhu ataupun sunnah. Dengan ini jelas bahwa sebuah program
yang dibiasakan akan menimbulkan karakter yang positif bagi siswa itu sendiri
sesuai dengan teori operant conditionging yang merupakan salah satu bagian dari
teori behavioristik.
Tabel 4.11
Saya mengikuti tadarus bersama di kelas Sebelum jam pelajaran dimulai
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
18
8
3
0
62,06 %
27,60 %
10,34 %
0 %
66
Tidak Pernah 0 0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.11 di atas menunjukan perkembangan yang baik bahwa setiap
kali sebelum pelajaran di mulai siswa selalu mengkuti tadarus di kelas sehingga
sikap atau kebiasaan yang mereka lakukan bisa diterapkan di rumah masing-
masing, walau masih ada beberapa siswa yang harus diperhatiakan lagi dan lagi.
Kemungkinan bagi siswa yang belum membisakan membaca al-Qur’ân di rumah
bisa disebabkan faktor lain yang mempengaruhi contohnya teknologi.
Tabel 4.12
Saya membaca al-Qu`rân dengan tartil dan benar
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
3
18
7
1
0
10,34 %
62,07 %
24,14 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering
membaca al-Qu`rân dengan tartil dan benar, namun ada beberapa siswa yang
selalu membaca dengan tartil dan benar, begitu pula masih sebagian kecil yang
belum membaca dengan tartil dan benar. Maka dari itu untuk siswa yang masih
kurang dalam membaca al-Qu`rân agar lebih diperhatiakan lagi oleh guru
pembimbingnya.
67
Tabel 4.13
Setiap tadarus pagi dibimbing oleh wali kelas
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
19
7
3
0
0
65,51 %
24,14 %
10,34 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.13 di atas menunjukan bahwa dari jawaban mereka bahwa setiap
tadarus pagi selalu dibimbing oleh wali kelas mereka, kegiatan tersebut bisa
menjadikan siswa lebih tertib dalam membaca al-Qu`rân karena dikontrol
langsung oleh wali kelas masing-masing.
Tabel 4.14
Membaca do’a bersama setelah tadarus selesai
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
16
7
6
0
0
55,17 %
24,14 %
20,69 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.14 di atas menunjukan sebagian besar jawaban mereka bahwa
setiap selesai tadarus bersama di kelas mereka selalu membaca do’a bersama.
Sikap ini menunjukan bahwa siswa Menumbuhkan rasa persaudaraan atau
mengikat tali silaturahmi karena kebersamaan yang mereka lakukan setiap hari.
68
Untuk sebagian siswa yang tidak mengikuti pembacaan do’a seusai tadarus bisa
disebabkan belum hafal akan do’anya.
Tabel 4.15
Saya membaca al-Qu`rân tanpa berwudhu terlebih dahulu
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
2
3
16
8
0
6,89 %
10,34 %
55,17 %
27,60 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.15 di atas menunjukan bahwa sebagian besar masih pernah tidak
berwudhu sebelum membaca al-Qur’an bahkan ada beberapa yang menyatakan
kadang-kadang berwudhu sebelum membaca al-Qur’an, dan sebagian kecil
menjawab sering dan selalu berwudhu sebelum membaca al-Qur’an. Maka dari itu
dinyatakan bahwa siswa masih kurang disiplin dalam menerapkan berwudhu
sebelum membaca al-Qur’an dan guru harus lebih mengingatkan akan hal ini.
Tabel 4.16
Tadarus bersama di sekolah membuat saya terbiasa membaca al-Qu`rân
di rumah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
2
11
8
4
4
6,90 %
37,93 %
27,60 %
13,79 %
13,79 %
Jumlah 29 100 %
69
Dari tabel 4.16 di atas Sebagian besar jawaban mereka menunjukan bahwa,
mereka sering membaca al-Qur’an di rumah karena sudah terbiasa tadarus yang
dilaksanakan di sekolah. Meskipun ada beberapa siswa yang masih tidak pernah
dan kadang membaca al-Qur’an di rumah mereka. Dinyatakan bahwa kebiasaan
yang mereka kerjakan di sekolah menjadikan karakter yang positif dalam sebuah
kedisiplinan.
Tabel 4.17
Saya membawa al-Qu`rân setiap hari ke sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
26
1
2
0
0
89,65 %
3,44 %
6,90 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.17 di atas jelas bahwa dari jawaban mereka ini menunjukan
sikap disiplin bahwa siswa selalu membawa al-Qur’an setiap hari ke sekolah.
Sehingga menunjukan bahwa mereka menunjukan rasa cinta terhadap kitab suci
umat muslim dengan harapan mereka juga saling menghargai sesama muslim
tanpa harus memandang ras serta budaya.
Tabel 4.18
Saya berdiri dalam barisan upacara sebelum upacara dimulai
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
17
6
5
1
0
58,62 %
20,70 %
17,24 %
3,44 %
0 %
70
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.18 di atas menunjukan bahwa jawaban mereka menunjukan sikap
yang positif bahwa siswa selalu datang lebih dahulu dan berbaris di lapangan
sebelum upacara bendera dimulai, meskipun masih ada beberapa siswa yang telat
memasuki barisan upacara. Maka dari itu guru harus lebih menekankan sikap
disiplin lebih baik lagi.
Tabel 4.19
Saya medapatakan hukuman saat upacara karena berisik
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
28
1
0
0
0
96,55 %
3,44 %
0 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.19 di atas menunjukan mereka selalu mendapatkan sebuah
hukum jika berbuat gaduh saat pelaksanaan upacara sedang berlangsung.
Disimpulkan bahwa guru harus lebih menerapkan hukuman yang mudah
dijangkau oleh siswa sehingga siswa tidak menyepelekan arti sebuah hukuman
dan saat upacara harus lebih ketat dalam pengawasan guru agar tidak lagi ada
siswa yang berbuat gaduh ataupun berisik.
71
Tabel 4.20
Saya mendapatkan pembelajaran tentang kedisiplinan saat upacara
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
16
4
6
2
1
55,17 %
13,79 %
20,70 %
6,90 %
3,44 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.20 di atas menunjukan bahwa setiap kali dilaksanakannya
upacara siswa selalu mendapatkan pembelajaran tentang kedisiplinan saat upacara
melalui pidato Pembina upacara, walaupun beberapa siswa masih menganggap
kadang-kadang mendapatkan pembelajaran mengenai kedisiplinan mungkin
dikarenakan mereka kurang memperhatikan saat jalannya upacara.
Tabel 4.21
Saya berpakaian rapi saat upacara
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
21
6
2
0
0
72,41 %
20,69 %
6,90 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.21 di atas menunjukan bahwa hampir seluruh siswa selalu
berpakaian rapi saat pelaksanaan upacara bendera, sehingga mereka bersikap lebih
disiplin dalam setiap pelaksanaan upacara.
72
Tabel 4.22
Saya mengikuti upacara dengan tertib sampai dengan selesai
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
20
5
2
2
0
68,96 %
17,24 %
6,90 %
6,90 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.22 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu
melaksanakan upacar dengan tertib sampai selesai, dan ada beberapa siswa yang
menganggap dirinya kadang-kadang tertib saat upacara di laksanakan sehingga
guru harus lebih menekankan lagi tata tertib saat upacara.
Tabel 4.23
Saya mengikuti upacara setiap 2 minggu sekali pada hari senin
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
28
1
0
0
0
96,55 %
3,44 %
0 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.23 di atas menunjukan sikap positif bahwa siswa selalu
melaksanakan upacara setiap 2 minggu sekali yang di adakan setiap hari senin di
sekolah tanpa meninggalkan dengan alasan yang kurang tepat.
73
Tabel 4.24
Saya bersikap jujur terhadap orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
8
17
4
0
0
27,58 %
58,62 %
13,80 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.24 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering berkata
jujur terhadap orang lain yang menyatakan mereka belum sepenuhnya selalu
berkata jujur terhadap orang lain. Dengan ini siswa memiliki sikap kejujuran yang
amat baik.
Tabel 4.25
Saya bertutur kata dengan bahasa yang sopan terhadap orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
8
15
5
1
0
27,60 %
51,72 %
17,24 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.25 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa hanya sebatas
sering dalam bertutur kata dengan bahasa yang sopan saat berhadapan dengan
orang lain, dan sebagian yang lain selalu bertutur kata sopan, namun masih ada
74
beberapa siswa yang masih kadang-kadang dalam bertutur kata sopan. Dan
disimpulkan siswa memiliki sikap sopan satun.
Tabel 4.26
Saya aktif berdiskusi saat jam pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
5
19
5
0
0
17,24 %
65,51 %
17,24 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.26 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering aktif
dalam diskusi saat pelajaran berlangsung Dan yang menyatakan selalu hanya
beberapa siswa. Dengan peernyataan ini siswa percaya diri dalam mengutarakan
pendapatnya saat berdiskusi dalam kelas.
Tabel 4.27
Saya memperhatikan guru saat sedang menerangkan pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
11
15
3
0
0
37,93 %
51,72 %
10,34 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.27 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa sering
memperhatikan guru saat sedang menerangkan pelajaran, dan sebagian yang lain
menyatakan bahwa selalu memperhatikan guru saat sedang menerangkan
75
pelajaran di kelas. Dengan ini jelas bahwa siswa mampu menghargai guru yang
sedang menerangkan pelajaran di kelas dan itu termasuk sikap yang positif.
Tabel 4.28
Saya bersedia jika diperintahkan oleh guru
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
13
11
5
0
0
44,82 %
37,93 %
17,24 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.28 di atas Hasil dari jawaban mereka menunjukan bahwa
sebagian besar siswa selalu bersedia apabila diperintahkan oleh gurunya,
kesimpulannya sedikit demi sedikit siswa mulai menumbuhkan rasa tolong
menolong terhadap sesama.
Tabel 4.29
Saya menghormati yang lebih tua
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
20
8
1
0
0
68.96 %
27,60 %
3,44 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.29 di atas Jawaban mereka menunjukan bahwa sebagian besar
siswa selalu menghormati siapa saja yang lebih tua dari mereka. Meski beberapa
ada siswa yang tidak menghormati orang yang lebih dewasa bisa disebabkan
76
pergaulan di luar sekolah yang menyebabkan mereka merasa sombong. Dengan
ini guru harus lebih memperhatikan siswa yang seperti itu.
Tabel 4.30
Saya menghargai pendapat orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
20
8
1
0
0
68.96 %
27,60 %
3,44 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.30 di atas Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu
menghargai pendapat orang lain, meskipun ada beberapa siswa yang menjawab
sering dan pernah menghargai pendapat orang lain. Sikap saling menghargai disini
menunjukan sikap positif siswa.
Tabel 4.31
Saya percaya diri saat mengerjakan tugas di sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
10
17
2
0
0
34,50 %
58,62 %
6,70 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.31 di atas Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar siswa cukup
sering percaya diri dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah memngluarkan ide-ide
77
kreatif mereka, dan sebagian lain selalu percaya diri dalam pengerjaan tugas
sekolah.
Tabel 4.32
Saya menolong orang lain saat dalam kesulitan
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
13
8
8
0
0
44,82 %
27,58 %
27,58 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.32 di atas Hasil jawaban menunjukan bahwa sebagian besar
siswa selalu menolong orang lain saat sedang dalam kesulitan, tanpa memandang
siapa yang harus di tolong sehingga sikap seperti itu menimbulkan karakter
positif.
Tabel 4.33
Saya berkata yang tidak baik terhadap orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
7
10
7
5
0
24,14 %
34,48 %
24,14 %
17,24 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.33 di atas hasil jawaban menunjukan sebagian besar siswa masih
sering berkata tidak baik terhadap orang lain, walaupun sebagian kecil dari
78
mereka pula bisa menjaga lisan dengan baik. Kesimpulannya siswa mampu
bersikap sopan dan satun terhadap orang lain.
Tabel 4.34
Saya disiplin dalam menjalankan peraturan yang diterpakan oleh pihak
sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
14
13
2
0
0
48,27 %
44,82 %
6,90 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.34 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu
bersikap disiplin dalam menjalankan semua peraturan yang diterapkan di sekolah.
Terutama dalam program pengembangan diri rutin.
Tabel 4.35
Saya aktif mengikuti kegiatan di sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
13
12
4
0
0
44,82 %
41,37 %
13,80 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.35 di atas bahwa jawaban mereka dominan ada yang menjawab
selalu dan sering pula dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan pihak
sekolah. Kesimpulannya mereka mau bersosialisasi terhadap teman-teman melalui
79
kegiatan yang diterapkan sekolah sehingga satu sama lain bisa bersilaturahmi
untuk menumbuhkan ukhuwah persaudaraan.
Tabel 4.36
Saya mendapat panggilan guru BK karena bermasalah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
17
10
1
1
0
58,62 %
34,48 %
3,44 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.36 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih selalu
mendapatkan panggilan dari guru BK jika mereka bermasalah, namun sebagian
kecil ada yang hanya kadang-kadang mendapatkan panggilan guru BK. Untuk
yang masih melanggar peraturan sekolah, guru harap lebih membimbing siswa
menjadi lebih baik dan disiplin.
Tabel 4.37
Saya mencontek tugas rumah dari teman
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
13
9
6
1
0
44,82 %
31,03 %
20,70 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
80
Dari tabel 4.37 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih selalu
mencontek tugas-tugas rumah dari teman kelasnya, hanya sebagian kecil yang
kadang-kadang mengerjakan sendiri tugas rumahnya. Kesimpulan sebagian besar
memiliki rasa percaya diri tanpa harus melihat tugas teman nya, bagi yang masih
belom percaya diri agar lebih diarahkan menjadi lebih baik lagi.
Tabel 4.38
Saya menjaga kebersihan lingkungan sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
9
13
7
0
0
31,03 %
44,82 %
24,13 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.38 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa cukup sering
menjaga kebersihan lingkungan sekolah, sebagian yang lain ada yang selalu
menjaga kebersihan yang lain, namun sebgaian kecil lain masih ada yang tidak
menjaga kebersihan lingkungan sekolahnya. Kesimpulannya siswa mulai
memahami makna sebuah kebersihan untuk kehidupan yang lebih sehat
dilingkungan sekolah sehingga mereka bisa bersikap tanggung jawab dalam
menjaga lingkungan sekolahnya walau hanya sekedar membuang sampah.
Tabel 4.39
Saya telat saat masuk sekolah
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
12
11
4
2
41,37 %
37,93 %
13,80 %
6,90 %
81
Tidak Pernah 0 0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.39 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa masih selalu
telat masuk sekolah dikarenakan kemacetan kota Jakarta yang menjadi alasan
mereka telat datang kesekolah, namun sebagian kecil masih ada yang datang tepat
waktu walaupun kadang-kadang. Kesimpulan siswa cukup disiplin dalam tepat
waktu sampai kesekolah karena hambatannya karena faktor eksternal.
Tabel 4.40
Saya berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
14
9
5
1
0
48,27 %
31,03 %
17,24 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.40 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu
berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran berlangsung, sebgian kecil ada yang
berdiam di kelasmengikuti pembelajarandi kelas. Kesimpulannya siswa masih
kurang disiplin dalam hal tersebut.
82
Tabel 4.41
Saya menjaga hubungan baik dengan orang lain
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
18
7
4
0
0
62.06 %
24,14 %
13,80 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.41 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa selalu
menjaga hubungan baik dengan siapaun baik guru, teman dan keluarga. Dengan
ini siswa mampu menjaga tali silaturahmi dengan sesama.
Tabel 4.42
Saya taat dan patuh terhadap orang tua
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
22
6
1
0
0
75,86 %
20,70 %
3,44 %
0 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.42 di atas bahwa hasil jawaban mereka menunjukan sebagian
besar siswa selalu taat dan patuh terhadap orang tua mereka masing-masing.
Menunjukan bahwa siswa mampu menghormati orang yang lebih dewasa di
atasnya.
83
Tabel 4.43
Saya menjalankan shalat lima waktu setiap harinya
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
Selalu
Sering
Pernah
Kadang-kadang
Tidak Pernah
4
16
8
1
0
13,80 %
55,17 %
27,59 %
3,44 %
0 %
Jumlah 29 100 %
Dari tabel 4.43 di atas menunjukan bahwa sebagian besar siswa cukup sering
dalam menjalankan shalat lima waktu setiap harinya, ada beberapa siswa yang
selalu menjalankan shalat lima waktu tanpa meninggalkannya, sebagian kecil
masih ada yang kadang-kadang meningglakan shalat atau masih belum lengkap
menjalankan shalat lima waktunya.
C. Analisis Data
Setelah dari kedua data disajikan dalam bentuk tabel, maka selanjutnya
dilakukan analisis melalui pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis
menggunakan tekhnik korelasi product moment. Penggunaan rumus ini untuk
mengetahui apakah secara signifikan terdapat hubungan antara pengembangan diri
rutin dengan al-akhlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya
400. Berikut ini hasil perhitungan angket antara variable X dan variable Y
kemudian didisubtitusikan pada rumus korelasi product moment. Untuk
mengetahui hasil angket pengembangan diri rutin dan akhlak karimah siswa dapat
dilihat pada table berikut:
84
Tabel 4.44
Analisis korelasi poduct moment antara variabel X dan variabel Y (Hasil
angket)
No X Y X2 Y
2 X.Y
1 73 68 5329 4624 4964
2 87 82 7569 6724 7134
3 80 82 6400 6724 6560
4 87 86 7569 7396 7482
5 92 91 8464 8281 8372
6 86 82 7396 6724 7052
7 92 86 8464 7396 7912
8 81 72 6561 5184 5832
9 90 92 8100 8464 8280
10 83 85 6889 7225 7055
11 91 88 8281 7744 8008
12 84 74 7056 5476 6216
13 80 76 6400 5776 6080
14 89 85 7921 7225 7565
15 80 80 6400 6400 6400
16 82 84 6724 7056 6888
17 85 80 7225 6400 6800
18 86 91 7396 8281 7826
19 89 90 7921 8100 8010
20 81 80 6561 6400 6480
21 92 99 8464 9801 9108
22 95 92 9025 8464 8740
23 97 96 9409 9216 9312
24 78 73 6084 5329 5694
85
25 91 92 8281 8464 8372
26 87 87 7569 7569 7569
27 95 93 9025 8649 8835
28 93 93 8649 8649 8649
29 89 86 7921 7396 7654
Jumlah 2515 2465 219053 211137 214849
Selanjutnya hasil perhitungan pada table 4.46 akan di uji keabsahannya
dengan menggunakan rumus product moment untuk menegtahui tingkat korelasi
variable yaitu , dari table diatas diketahui bahwa :
∑ N : 29 ∑ XY : 214849 ∑ Y : 2465
∑ X : 2515 ∑ X2 :
219053 ∑ Y2 :
211137
( ) ( )( )
√( ( ) )( ( ) )
( ) ( )( )
√( ( ) ) ( ( ) )
√( )( )
√
√
√
86
Setelah didapat hasil dari perhitungan kedua angket dengan hasil rxy yaitu
0,871 selanjutnya hasil tersebut diinterpretasikan.
D. Interpreatsi Data
Setelah mendapatkan hasil rxy maka langkah selanjutnya penulis memberikan
interpretasi terhadap rxy. Interpretasi yang dipakai yaitu secara kasar atau
sederhana dan dengan cara berkonsultasi pada table nilai “r” product moment.
1. Interpretasi secara kasar/sederhana
Berdasarkan dari perhitungan diatas ternyata angka korelasi antara
variable X dan variable Y tidak terdapat negatife, berarti diantara kedua
variable tersebut terdapat korelasi positif (korelasi yang berjalan searah).
Dengan memperhatiakan besarnya rxy (yaitu = 0,871), yang besarnya
berkisar antara 0,70-0,90 berarti korelasi positif anatara variable X dan
variable Y itu adalah termasuk korelasi positif yang kuat atau tinggi.
2. Interpretasi dengan menggunakan Tabel Nilai “r” product moment
Setelah mendapatkan “r” sebesar 0,871, maka nilai “r” hitung tersebut
dikonsultasikan dengan table “r” product moment. Pada table diketahui
untuk nilai df = N – nr = 29-2 = 27. Dengan memeriksa Tabel Nilai “r”
product moment ternyata bahwa dengan df sebesar 27, pada taraf
signifikansi 5% diperoleh rtabel = 0,367. Selanjutnya pada taraf signifikan
5% “rxy” atau “ro” lebih besar dari pada “r” tabel “rt” 0,871 > 0,367, maka
pada taraf signifikan 5% hipotesa nol (Ho) ditolak, sedangkan hipotesa
alternatife (Ha) diterima. Ini berarti ada hubungan atau korelasi yang
signifikan antara Pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah
siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi yang signifikan antara
pengembangan diri rutin terhadap akhlak karimah siswa program akselerasi.
Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar konstribusi (sumbangan) yang
diberikan variable X terhadap variable Y, maka harus diketahui terlebih dahulu
87
suatu koefisien yang disebut juga dengan ”Coeficient Of Determination” ( korelasi
penentuan). Dengan rumus:
KD = rxy2
x 100%
= 0,8712 x 100%
= 76 %
Dari perhitungan diatas dapat diperoleh hasil KD sebesar 0,871 %. Ini berarti
pengembangan diri rutin memberikan kontribusi sebesar 76 % terhadap akhlak
kariamah siswa program akselerasi. Adapun 24 % merupakan faktor lain yang
dapat mempengaruhi akhlak karimah siswa dan tidak diteliti oleh penulis.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian mengenai hubungan pengembangan diri rutin terhadap
al-akhlak al-karimah siswa program akselerasi diperoleh hasil bahwa
pengembangan diri rutin mempunyai pengaruh yang kuat terhadap akhlak karimah
siswa program akselerasi. Hal ini dapat dilihat dari besarnya perolehan dari
perhitungan korelasional antara pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-
karimah siswa program akselerasi yaitu sebesar 0,871 dan setelah dikonsultasikan
pada table nilai “r” product moment berada pada posisi 0,70-0,90 yang berarti
antara pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa program
akselerasi terdapat korelasi yang kuat begitu juga terhadap pengujian hipotesis
diperoleh hasil sebesar 76 % akhlak karimah siswa program akselerasi
dipengaruhi oleh pengembangan diri rutin yang diadakan sekolah. Hal ini
menunjukan bahwa ada hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap al-
akhlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta.
Adapun hasil wawancara dengan kedua wali kelas akselerasi yang menilai
bahwa dengan adanya program pengembanagn diri rutin sangat mempengaruhi
perkembangan akhlak siswa khususnya pada kelas akselerasi, meskipun masih ada
sedikit kekurangan-kekurangan untuk menjadikan pengembangan diri kurang
efektif, namun guru-guru sebagai pengganti orang tua ikut serta dalam
88
pembentukan akhlak siswa di sekolah agar setiap siswa menjadi pribadi yang
berakhlak karimah. perkembangan akhlak siswa jauh lebih baik dibanding
sebelum diberlakukannya program pengembangan diri rutin. Menurut Bapak
Prayogo M.Pd salah satu guru yang saya wawancarai, cara yang beliau lakukan
atau terapkan dalam penanaman akhlak kepada siswa adalah sebagi berikut:
1. Memberikan contoh yang baik pada semua siswa dan langsung
dipraktekan
2. Melaksanakan breafing pagi di kelas masing-masing siswa untuk
menyiapkan diri belajar serta menanamkan akhlak “birul walidaiin”
3. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar
4. Membaca salam pada seluruh personal sekolah apabila menemui civitas
akademik.
Sedangkan hasil dokumentasi terhadap lingkungan dan fasilitas sekolah yang
sangat mendukung atas terlaksanakannya program pengembangan diri rutin di
sekolah. Sehingga siswa mampu melaksanakan semua program dengan nyaman
dikarenakan lengkapnya fasilitas yang ada di sekolah.
Maka dari itu penulis simpulakan bahwa adanya hubungan yang signifikan
antara pengembangan diri rutin terhadap al-akhlak al-karimah siswa program
akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta. Namun apabila tidak diberlakukannya
program pengembangan diri rutin di sekolah maka tidak menutup kemungkinan
akan terbentuknya al-akhlak al-karimah siswa-siswa program akselerasi secara
maksimal.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya 400
Berdasarkan penelitian saya melalui sebuah wawancara dengan wali
kelas akselerasi di sekolah bahwa pengembangan diri rutin memberikan
peran yang kuat dalam pembentukan akhlak karimah siswa di SMP Bakti
Mulya 400 Jakarta. Karena sebuah program atau kegiatan yang baik akan
membuat siswa terbiasa melakukan hal-hal yang positif, dan setiap siswa
akan selalu berlomba-lomba dalam kebaikan. Di samping itu sekolah dan
guru juga memiliki peranan penting dalam pembentukan akhlak siswa
untuk menjadi lebih baik.
Serta berdasarkan deskripsi hasil angket mengenai pengembangan
diri rutin dinyatakan bahwa siswa-siswa akselerasi hampir mengikuti
semua kegiatan terkait secara rutin.
2. Akhlak siswa SMP Bakti Mulya 400
Akhlak siswa setelah di terapkannya program pengembangan diri
rutin semakin lebih baik dari sebelum diberlakukannya program tersebut.
Karena siswa dituntut agar lebih disiplin atas semua program yang
diterapkan di sekolah. Seperti yang kita ketahui “al-insaanu mahallul
khotoo’i wa nisyaan” dari kalimat tersebut diartikan bahwa manusia itu
adalah tempat salah dan lupa. Maka dari itu meskipun sebagian akhlak
siswa menjadi lebih baik dengan diterapkannya program pengembangan
diri namun masih ada beberapa siswa pula yang kurang disiplin mengikuti
salah satu program tersebut.
90
Berdasarkan deskripsi hasil angket mengenai al-akhlak al-karimah
dinyatakan bahwa siswa-siswa akselerasi hampir dari keseluruhan
pernyataan yang peneliti buat, dalam mengisi kategori pernyataan positif
dominan atau sebagian besar siswa-siswi menjawab “Selalu”, sedangkan
dalam pernyataan yang negatif dominan atau sebagian besar siswa-siswi
menjawab “tidak pernah”. Maka dari itu jelas bahwa seiring
diterapkannya program pengembangan diri rutin siswa-siswa lebih
terbiasa melaksanakan hal-hal positif baik di lingkungan sekolah ataupun
di rumah mereka.
3. Hubungan pengembangan diri rutin (shalat, tadarus dan upacara)
terhadap al-akhlak al-karimah program akselerasi di SMP Bakti Mulya
400
Hasil akhir dari penelitian ini Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya terdapat hubungan antara pengembangan diri rutin terhadap al-
akahlak al-karimah siswa program akselerasi SMP Bakti Mulya 400
Jakarata. Sedangkan konstribusi pengembangan diri rutin terhadap
akhalak karimah siswa program akselerasi sebesar 76 % dan sisanya 24 %
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar penelitian ini.
Dengan demikian penelitian yang saya lakukan Terdapat korelasi
yang signifikan antara hubungan akselerasi SMP Bakti Mulya 400
Jakarat. Terbukti dengan hasil perhitungan “r” product moment, didapat
nilai rxy yaitu sebesar 0,871. Jauh lebih besar dari nilai “r” pada tabel
koefisiensi korelasi “r” product moment, pada taraf signifikansi 5%
(0,367). menurut tabel interpretasi nilai “r” diketahui korelasi antara
kedua variable termasuk dalam kategori kuat anatar 0,70-0,90 yang berarti
kategori tergolong kuat.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas menyatakan bahwa Penelitian ini
mengandung implikasi bahwa program pengembangan diri rutin secara
91
signifikan menentukan tinggi rendahnya akhlak siswa/I di SMP Bakti Mulya
400 Jakarta Selatan. Oleh karena itu membentuk akhlak siswa bisa dilakukan
dengan cara penerapan program pengembangan diri rutin, karena dengan
kebiasaan siswa melakukan kegiatan positif maka secara perlahan akan
tumbuh akhlak yang baik. Sebaliknya siswa tidak menutup kemungkinan
berakhlak di luar norma-norma agama jika sekolah tidak mengajarkan atau
melakukan pembiasaan-pembiasaan terhadap siswa melalui program tersebut.
Implikasi ini juga memberi kemungkinan kepada pihak-pihak terkait
seperti guru dan orang tua untuk membantu memberikan dorongan dalam
pembentukan akhlak siswa. Dorongan seperti menyemangati dan selalu
menasehati siswa untuk selalu melakukan hal-hal positif setiap harinya.
Pada dasarnya akhlak karimah itu tumbuh dengan sendirinya jika selalu
membiasakan melakukan hal positif. Karena akhlak adalah segala sesuatu
yang telah tertanam kuat atau terpatri dalam diri seseorang, yang akan
melahirkan perbuatan-perbuatan yang tanpa melaui pemikiran atau
perenungan terlebih dahulu, artinya bahwa perbuatan itu dilakukan dengan
refleks dan spontan tanpa dipikrakan terlebih dahulu. Maka Jelas bahwa
akhlak itu timbul karena kebiasan yang dilakukan setiap harinya.
Dengan demikian Program pengembangan diri rutin di SMP Bakti Mulya
400 memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan akhlak kariamah
siswa/I akselerasi. maka dari itu program ini harus selalu dipertahankan
bahkan dikembangkan lagi menjadi lebih baik. Karena dengan adanya
program tersebut seluruh siswa/I SMP Bakti Mulya 400 umumnya dan
khusunya siswa/I akselerasi akhlak mereka akan terbentuk dengan sebuah
kegiatan-kegiatan positif yang terbiasa mereka lakukan di sekolah maka
berdampak positif pula pada perilakunya di rumah dan masyarakat agar
menjadi lebih baik.
C. Saran
Dari seluruh pembahasan dalam penelitian ini, ada beberapa saran yang
kiranya menjadi hal yang penting untuk dikemukakan, diantaranya yaitu:
92
1. Dalam upaya menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik kepada siswa-
siswi, seharusnya tidak hanya diterapkan di sekolah. Melainkan
penanaman akhlak itu sendiri harus dilakukan di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Hendaknya semua pihak terlibat dalam memberikan contoh-
contoh terlebih dahulu dengan menunjukan sikap dan perbuatan yang tidak
menyimpang dari norma-norma agama ataupun norma sosial.
2. Bagi pihak sekolah terutama terkait dengan program pengembangan diri
rutin ini seharusnya lebih banyak lagi memberikan bimbingan dan
penyuluhan khusus kepada individual siswa mengenai akhlak karimah
agar siswa tidak terbawa arus zaman yang semakin hari semakin
berkembang. Baik dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Karena jika
siswa tidak dapat memfilter arus perkembangan zaman dengan ilmu dan
akhlak karimah maka ia akan terbawa oleh arus zaman. Namun jika siswa
dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif sesuai apa yang
sekolah terapkan atau guru ajarkan maka Insya Allah siswa tidak akan
terpengaruh oleh arus zaman yang bersifat negatif sehingga setiap apa
yang mereka lakukan di sekolah bersama teman-temannya akan membuat
mereka terbiasa berakhlak karimah baik di lingkungan keluarga maupun
masyarakat.
3. Untuk program pengembangan diri rutin di sekolah SMP Bakti Mulya 400
Jakarta harus bisa dipertahankan dan dipanatau terus perkembangannya,
semoga program tersebut akan selalu istiqomah dan menjadikan bibit-bibit
siswa yang semakin berakhlak karimah amin.
93
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qathan, Manna Khalil, Mabahits Fil Ulumil Quran, Bogor: Pustaka Litera
Antar Nusa 1996, Cet. III.
Arifin, Zaenal, Evaluasi Pembelajaran, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Desmita, Paikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011, Cet. III.
Firman. M, Belajar Efektif Aqidah Akhlak, Jakarta Timur: PT Intimedia Cipta
nusantara.
Gunawan, Heri, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementas, Bandung:
Alfabet.
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: PT. Ciputat Press, 2006, Cet. I
Harun, Salman, Mutiara Al’Quran, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999, Cet. II.
2012.
Kementrian Agama RI, Al-Quran Perkata Indonesia Inggris, Penerbit. Kalam
Media Ilmu, 2012.
Mulyasa E, Kurikulum Tingkat Satuan Kependidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010, Cet. VII.
Nata, Abuddin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada 2003, Cet.
V.
Narulita, Sari, Tuntunan Praktis Shalat, Cibubur: PT Variapop Group, 2012, Cet.
I.
Halid, Alkaf Nuraida, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Ciputat: Islamic
Research Publishing, 2009.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter, Bandung: PT.
Pustaka Setia, 2013, Cet. I.
Sanjaya, Wina, Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, April 2010, Cet ke-III.
94
Samani, Muchlas dan Hariyanto, Pendidikan Karakter Konsep dan Model,
Bandung: PT. Rosdakarya, 2011, Cet. I.
Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Sosial Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
1999.
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, (akarta: Raja, Grafindo Persada,
2007.
Sodiq, Ahkmad, “Problematika Pengmbangan Pembelajaran PAI”, Tahdzib
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. III, No. 1, 2009.
Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, Bandung: Alfabet, 2008, Cet. XIII.
S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, Cet.
IV.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, Desember 2011, Cet. XVII.
Sudirman, Ahmad, Keajaiban Shalsat Rawatib, Jakarta Selatan: QultumMedia,
2009, Cet. I.
http://www.ditplb.or.id/2006/index.php?menu=profile&pro=50&iduser=5
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI
Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-siswi
Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Kelas :
Hari/Jam :
2. PETUNJUK
a. Berilah tanda ceklis ( ) salah satu jawaban yang sesuai pernyataan anda.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport kamu di
sekolah.
c. Kejujuran kamu dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan.
d. Terimakasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
Variable X (pengembangan diri rutin)
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang
Pernah Tidak pernah
1. Saya melaksanakan shalat dengan khusyu
2. Saya mengikuti shalat jamaah dzuhur dan dhuha di sekolah
3. Saya duduk di Aula sebelum shalat berjamaah dimulai
4. Saya berdoa setelah selesai shalat
5. Saya shalat berjamaah dengan menggunakan perlengkapan yang bersih
6. Saya berbuat gaduh saat berjamaah
7. Saya berwudhu sebelum melaksanakan shalat
8. Saya mengikuti tadarus bersama di kelas Sebelum jam pelajaran dimulai
9. Saya membaca al-Quran dengan tartil dan benar
10. Setiap tadarus pagi dibimbing oleh wali kelas
11. Membaca doa bersama setelah tadarus selesai
12. Saya membaca al-Quran tanpa berwudhu terlebih dahulu
13. Tadarus bersama di sekolah membuat saya terbiasa membaca al-Quran di rumah
14. Saya membawa al-Quran setiap hari ke sekolah
15. Saya berdiri dalam barisan upacara sebelum upacara dimulai
16. Saya medapatakan hukuman saat upacara karena berisik
17. Saya mendapatkan pembelajaran tentang kedisiplinan saat upacara
18. Saya berpakaian rapi saat upacara
19. Saya mengikuti upacara dengan tertib sampai dengan selesai
20. Saya mengikuti upacara setiap 2 minggu sekali pada hari senin
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI
Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-siswi
Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
1. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Kelas :
Hari/Jam :
2. PETUNJUK
a. Berilah tanda ceklis ( ) salah satu jawaban yang sesuai pernyataan teman
anda.
b. Jawaban yang kamu berikan tidak mempengaruhi nilai raport kamu di
sekolah.
c. Kejujuran kamu dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan.
d. Terimakasih atas bantuan dan partisipasinya dalam mengisi angket ini.
Variable Y (al-Akhlak al-Karimah)
No Pernyataan Selalu Sering Kadang-kadang
Pernah Tidak pernah
1. Saya bersikap jujur terhadap orang lain
2. Saya bertutur kata dengan bahasa yang sopan terhadap orang lain
3. Saya aktif berdiskusi saat jam pelajaran
4. Saya memperhatikan guru saat sedang menerangkan pelajaran
5. Saya bersedia jika diperintahkan oleh guru
6. Saya menghormati yang lebih tua
7. Saya menghargai pendapat orang lain
8. Saya percaya diri saat mengerjakan tugas di sekolah
9. Saya menolong orang lain saat dalam kesulitan
10. Saya berkata yang tidak baik
terhadap orang lain
11. Saya disiplin dalam menjalankan peraturan yang diterpakan oleh pihak sekolah
12. Saya aktif mengikuti kegiatan di sekolah
13. Saya mendapat panggilan guru BK karena bermasalah
14. Saya mencontek tugas rumah dari teman
15. Saya menjaga kebersihan lingkungan sekolah
16. Saya telat saat masuk sekolah
17. Saya berkeliaran di luar kelas saat jam pelajaran
18. Saya menjaga hubungan baik dengan orang lain
19. Saya taat dan patuh terhadap orang tua
20. Saya menjalankan shalat lima waktu setiap harinya
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-
siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Guru :
Hari/Jam :
PERTANYAAN
1. Apakah pendapat Bapak/Ibu dengan adanya program pengembangan diri
rutin terkait shalat, tadarus dan upacara yang diadakan di sekolah ini ?
2. Apakah ada perbandingan akhlak siswa dari sebelum dan sesudah
diterapkannya program ini di sekolah ?
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai akhlak siswa khususnya kelas
akselerasi selama dilingkungan sekolah?
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menanamkan akhlak pada siswa khusnya kelas
akselerasi di sekolah?
5. Apakah sejauh ini siswa akselerasi displin dalam menjalankan program
pengembangan diri rutin terkait shalat,tadarus dan upacara?
6. Apakah sejauh ini masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah
khusunya pada siswa akselerasi?
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-
siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Guru : Novitri S.Pd
Hari/Jam : Senin, 16 Februari 2015/ 10.00 WIB
PERTANYAAN
1. Apakah pendapat Bapak/Ibu dengan adanya program pengembangan diri
rutin terkait shalat, tadarus dan upacara yang diadakan di sekolah ini ?
Jawab: Bagus, Alhamdulillah untuk membantu dalam
pengembangan Akhlak Karimah & budi pekerti siswa agar menjadi
lebih baik lagi
2. Apakah ada perbandingan akhlak siswa dari sebelum dan sesudah
diterapkannya program ini di sekolah ?
Jawab : Ada, sebelum diterapkannya program ini masih ada siswa
yang belum mampu membaca al-Quran tapi setelah penerapan yang
sudah cukup lama membantu siswa agar lebih tartil membaca al-
Quran, pengembangan sholat yang biasanya masih bolong-bolong
sekrang mereka sudah terbiasa seperti memiliki tanggung jawab
untuk menjalankan kewajiban shalat lima waktu setiap harinya,
insyaAllah menjadi lebih rutin shalatnya. Dan dalam kedisiplinan
dalam upacara yang sebelumnya masih saja ada yang kurang rapi
dalam berpakaian sekarang lebih baik lagi, dan para petugas upaca
pun sekrang lebih terampil dalam menjalankan tugasnya.
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai akhlak siswa khususnya kelas
akselerasi selama dilingkungan sekolah?
Jawab : Alhamdulillh Baik
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menanamkan akhlak pada siswa khusnya kelas
akselerasi di sekolah?
Jawab : penanaman akhlak yang saya berikan lebih kepada
penerapan akhlak pada kehidupan sehari-hari baik di sekolah
maupun di rumah. Salah satu caranya saya selalu melakukan
monitoring kepada para wali murid agar sama-sama bisa mengetahui
perkembangan anak baik di sekolah maupun dirumah.
5. Apakah sejauh ini siswa akselerasi displin dalam menjalankan program
pengembangan diri rutin terkait shalat,tadarus dan upacara?
Jawab: Iya, Alhamdulillah . walaupun kadang masih ada dalam
daftar klinik khususnya dalam membaca al-Quran.
6. Apakah sejauh ini masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah
khusunya pada siswa akselerasi?
Jawab : Sejauh ini, aman aman saja. Tetapi diawal semester
kemarinmasih ada siswa yang tidak memakai ikat pinggang, tidak
memakai peci namun seiring berjalannya waktu dalam mengikuti
program ini mereka mulai terbiasa dengan semua peraturan yang
diterapkan di sekolah sehingga menjadikan mereka menjadi lebih
disiplin lagi.
WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Hubungan Pengembangan Diri Rutin terhadap al-Akhlak al-Karimah Siswa-
siswi Program Akselerasi SMP Bakti Mulya 400 Jakarta
IDENTITAS RESPONDEN
Nama Guru : Prayogo M.Pd
Hari/Jam : Senin, 16 Februari 2015/ 09.00 WIB
PERTANYAAN
1. Apakah pendapat Bapak/Ibu dengan adanya program pengembangan diri
rutin terkait shalat, tadarus dan upacara yang diadakan di sekolah ini ?
Jawab : sangat baik, karena dengan adanya pengembangan diri rutin
dapat membangun rasa disiplin dalam beribadah serta tepat waktu
dalam melaksanakan hal-hal yang positif.
2. Apakah ada perbandingan akhlak siswa dari sebelum dan sesudah
diterapkannya program ini di sekolah ?
Jawab : ada, setalah adanya program pengembangan diri anak-anak
berangsur-angsur lebih tertib dan disiplin dan semakin pandai dalam
membaca al-Quran serta shalat berjamaah tepat waktu.
3. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu mengenai akhlak siswa khususnya kelas
akselerasi selama dilingkungan sekolah?
Jawab : anak akselerasi dri segi akhlak relative lebih baik
dibandingkan kelas regular, dikerenakan mereka sudah terlatih
untuk serius dan anak pintar.
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu menanamkan akhlak pada siswa khusnya kelas
akselerasi di sekolah?
Jawab :
a. Memberikan contoh yang baik pada semua siswa dan langsung
dipraktekan
b. Melaksanakan breafing pagi di kelas masing-masing siswa untuk
menyiapkan diri belajar serta menanamkan akhlak “birul
walidaiin”
c. Membaca doa sebelum dan sesudah belajar
d. Membaca salam pada seluruh personal sekolah apabila menemui
civitas akademik.
5. Apakah sejauh ini siswa akselerasi displin dalam menjalankan program
pengembangan diri rutin terkait shalat,tadarus dan upacara?
Jawab: sampai saat ini pendisiplinan di akselerasi berjalan baik
dalam melaksanakan program pengembangan diri anak-anak
mendukung program tersebut.
6. Apakah sejauh ini masih ada siswa yang tidak mematuhi peraturan sekolah
khusunya pada siswa akselerasi?
Jawab : masih, namun presentasinya sedikit karena di kelas
akselerasi lebih banyak yang disiplin sehingga siswa yang kurang
disiplin akan mengikuti anak-anak yang disiplin karena presentasinya
lebih banyak. Di samping itu ada kebiasaan di kelas akselerasi saling
mengingatkan untuk anak-anak yang kurang disiplin dengan teman
lainnya yang disiplin.
DAFTAR PENDIDIK SMP BAKTI MULYA 400 JAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
NO NAMA LENGKAP TEMPAT/ TANGGAL LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT NO TELP/ HP/ EMAIL STATUS
PEGAWAI MENGAJAR
01 HADI SUWARNO, M.Pd. Demak, 13 Desember 1969 S1. Pend.Geografi.IKIP Semarang, 1994
S2. MPEP UHAMKA Jakarta, 2008
Jl.Moh Kahfi Gg.Panjang No.32 Rt.06/04 Cipedak
Ciganjur Jagakasa Jaksel
08159599583/
Tetap GEOGRAFI
02 SITO, S.Pd. Banyumas, 20 Desember
1970
S1.Matematika IKIP Muhamadiyah, 1995 Jl. H. Taip No.52Rt.05/19 Kedaung Pamulang
Tangerang
021.74708210/ 085717376951/
Tetap MATEMATIK
A
03 RIKE ANWARI FUADY,S.Si Balikpapan, 13 Maret 1971 SMA, SI Univ. Nasional 1996 Pondok Sukmajaya Permai Blok DI/8 Depok 021.7706462/ 0816756786/
Tetap BIOLOGI/
FISIKA
04 Drs. H. HASANUDIN, M.Pd. Pemalang, 20 Agustus 1969 S1 Bahasa Inggris IKIPM Jakarta 1994 Villa Dago Tol Blok D 15/5 Ciputat Tangsel 02174637829/ 081213018989
Tetap BAHASA
INGGRIS
05 DRS. AJI BANDI Bogor, 3 November 1967 S1.Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatulloh Jkt
1993
Jl.Gotong Royong Gg. Mesjid Rt.02/1 Cihowe, Ciseeng,
Parung-Bogor
0251.542420/ 08561597400/
Tetap AGAMA
ISLAM
06 DRA. Hj. SYAFRIANI LUBIS Sihepeng, 21 Sep 1959 S1.Bahasa dan Seni IKIP Jakarta 1987 Jl. Permata Permai Raya Blok H.12 No.7 Permata
Pamulang Estate Serpong Tangerang
021.7562702/ 08128968626 Tetap BAHASA
INDONESIA
07 USMAN, M.Pd. Jakarta, 7 Desember 1961 S1.Sejarah STKIP Jakarta 2002 S2
Universitas Indraprasta 2010
Jl. Agung Raya II Gg.H.Joko 12 Rt.005/04 No.1 Lenteng
Agung Depok
021.78887502/ 081316925513/
Tetap SEJARAH
08 SOBARI, S.Pd. Bogor, 4 Januari 1970 S1.Pend. Matematika IAIN Syarif
Hidayatulloh Jkt, 1996
Jl. Masjid Al-Muchlisin Rt.02/06 Kel. Bedahan
Kec.Sawangan Depok
251.600151/
085691000142/
Tetap MATEMATIK
A
09 HERICE M AZIZ.,S.Pd. Jakarta, 18 Februari 1964 S1.Pend.Matematika IKIP Jakarta, 1988 Cemara Depok 081585086913 /
Tetap MATEMATIK
A
10 DRS. YATIM ABDULLAH Jakarta, 7 Juni 1964 S1 Adpen IKIP Jakarta 1989 Jl. Wijayakusuma No.17 C Rt.09/04 Dapur Susu Pd.
Labu Jak-Sel
021.75818174/ '081384734965/
Tetap BP/BK
11 DINA ASTILIA, S.Pd. P.Brandan, 2 Januari 1965 D3 PKK.IKIP Medan, 1987 S1 STIKIP PGRI
Jakarta
Poncol Indah V/82. Rt.03/02 Cirendeu-Ciputat
Tangerang
021.7429065/ 081386256863 Tetap TATA BOGA
12 HJ. RINA NUZRINA, S.Pd Jakarta, 20 Januari 1965 S1.BK STKIP Jakarta 2004 Jl.Kemang Blok B2 No.26 Perum Gria Jakarta Pamulang
Tangerang
021.98853231/ 081383002680/
Tetap BP/BK /
TATABOGA
13 SUSHARYONO,S.Pd. Kebumen, 24 Januari 1966 S1.PDU Tata Niaga IKIP Jakarta 1991 Perum Kelapa Dua Jl. Layar I No.13 Kelapa Dua
Tangerang
021.5465640/ 081513222210 Tetap EKONOMI
NO NAMA LENGKAP TEMPAT/ TANGGAL LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT NO TELP/ HP/ EMAIL STATUS
PEGAWAI MENGAJAR
14 DRS. AEF SAEFUDIN Pandeglang, 4 Pebruari 1966 S1.Tarbiyah.IAIN Syarif Hidayatulloh
Jkt,1993
Jl. Adhiyaksa II/1 Lebak Bulus Jakarta Selatan 021.7510642/ 085697780198/
Tetap AGAMA
ISLAM
15 IR. H. BONDI ROBIARSO Jakarta, 13 April 1969 IPB, Bogor 1993 Jl. H. Sapri Rt.002/09 No.105 Pd. Aren Tangerang 08159913695 Tetap BIOLOGI
16 DYAH RATNAWIATI,S.Pd. Bandung, 5 Nopember 1970 S1.Bahasa & Sastra Indonesia. IKIP Jakarta
1996
Jl. Kalimantan No.139 Depok Utara 16421 021.7778024/ 08128284717/
Tetap BAHASA
INDONESIA
17 SOVIA ANDRIANI, SE. Jakarta, 5 Desember 1970 S1.Akuntansi.Univ. 17 Agustus. Sby 1993 Jl. Pertamina Raya No. 69 Blok M/14 Pondok Ranji
Ciputat
021.7408956/ 08318915040/
Tetap EKONOMI/
PLKJ
18 SRI SUBEKTI, S.Pd. Kulon Progo, 20 Juli 1972 S1.Kimia. IKIP Negeri Yogyakarta, 1998 Jl. Saenan Rt.04/09 Bedahan Sawangan Depok 08128287609/
Tetap KIMIA
19 PRAYOGO, S.Pd. Ngawi, 19 Mei 1974 S1.Pend. Elektronika UNJ Jakarta 2000 Jl. Jaya Wijaya Raya Rt.01/07 Sektor Gardenia Grand
Depok City
021.77840851/ 08174815498/
Tetap ELEKTRONIK
A/
KOMPUTER
20 NOVITRI RIYANI, S.Pd. Jakarta, 26 Oktober 1974 S1,Bhs.Indonesia.IKIP Negeri Malang, 1998 Jl. Kuningan No.29 Rt.03/01 Kuningan Gintung Ciputat 021.7433722/ 08159467694/
Tetap BAHASA
INDONESIA
21 EPIH SARIPAH, S.Pd. Garut, 25 Februari 1975 S.1.FPBS Inggris.IKIP Muhamadiyah, 1997 Jl. Raya Parung Ps.Rebo 01 Rt.002/01 Sawangan Depok 081310946741/
Tetap BAHASA
INGGRIS
22 USMAN JAMHURI, S.Ag. Jakarta, 2 Maret 1975 S1 Tarbiah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jl H Saikin RT 11 RW 08 No 36 Pondok Pinang
Kebayoran Lama Jaksel
081310537295/ 93047375/
Tetap PEND.
AGAMA
ISLAM
23 YENIS HERDIANI, S.Si. Tulungagung, 14 Juli 1977 S1. Fisika Institut 10 Nop. Sby 2001 Jl Talas 3 Gg Labu 1 No 102 Pondok Cabe Ilir
Tangerang Selatan
081318080088/
Tetap FISIKA
24 ASIH BUDIANTI, S.Pd. Lampung, 22 Desember 1977 S1 Geografi Universitas Negeri Jakarta Jl Pintu Air 3 RT 28 RW 08 No 22 R Gandul Depok 08129539536/
Tetap GEOGRAFI
25 NOVINI NILAKUSUMAH,SS. Jakarta, 24 Februari 1977 S1.Sastra Cina.Univ. Indonesia 2001 Griya Rajawali Sawah Baru Blok B2/7 Ciputat 021.74636026/ 081315066023/
Tetap BAHASA
MANDARIN
26 LELI SUGIARTI, S.Pd. Kuningan, 2 Desember 1978 S1. Matematika UIN Jakarta, 2002 Vila Inti Persada Blok B No 11 Pamulang Timur
Tangerang
021.32280701/ 08179810942/
Tetap MATEMATIK
A
27 DEWI WULANSARI, S.Pd. Jakarta, 6 Oktober 1980 S1 Bahasa Inggris UHAMKA Jakarta 2003 Jl Bintaro Permai III No 27 RT 04/ 09 Bintaro
Pesanggrahan Jakarta
0817879608/ 02190508879/
Tetap BAHASA
INGGRIS
28 DRA.MUMUN MAEMUNAH Bogor, 06 Mei 1968 S1 IAIN 1993 Jl Wahab Telaga Jambu 12 A Sawangan Depok 085880208543 Tidak
Tetap
AGAMA
ISLAM
NO NAMA LENGKAP TEMPAT/ TANGGAL LAHIR PENDIDIKAN ALAMAT NO TELP/ HP/ EMAIL STATUS
PEGAWAI MENGAJAR
29 RACHFI YULIARTI Jakarta, 15 Juli 1983 D3 Manajemen Informatika AMIK BSI
Jakarta
Jl. Almubarok I No 70 RT 10/ RW 06 Cipulir Kebayoran
Lama Jaksel
02172791471/ 081510126160/
Tidak
Tetap
KOMPUTER
30 SUNTORO, SE Jakarta, 22 Mei 1979 S1 Ekonomi Manajemen Universitas
Borobudur Jakarta 2002
Jl Waracas I No. 53 Rt 9/1 Tanjung Priuk Jakarta Utara
14340
021 4372565/ '081219768184/
Tidak
Tetap
KOMPUTER
31 SANTI WIDIASTUTI, S.Pd. Jakarta, 1 April 1972 Seni Musik dan Tari FPBS IKIP Jakarta Perumahan Al Falaah III Blok L/15 Pamulang 082111556429
Tetap Seni Rupa
32 EDY HERMAWAN, M.Sc. Surabaya,
19 Juni 1976
S1 Metalurgi FMIPA UI 2002 S2 Sain &
Teknologi Tampere University Technology
Findland 2008
Komplek Timah Blok BB No. 35 Cimanggis Depok 087884328344/
Tidak
Tetap
IPA
33 DEWI YANTI, S.Pd. Manado, 26 Desember 1986 Jur Bhs Indonesia FTK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010
Jl. Suka Karya RT 07/02 No. 8 Buaran Sarua Ciputat
Tangsel 15412
021 94944476/ '085283839233/
Tidak
Tetap
BAHASA
INDONESIA
34 DOBY PUTRA
PARLINDUNGAN, S.Pd.
Purwodadi-Grobogan, 15
November 1988
Pend Pelatihan FPOK UNES Semarang
2012
Cluster Puri Permata I BD 09"6" No 22 Kel Larangan
Selatan Kec Larangan TangSel
085865163217/
Tidak
Tetap
OLAHRAGA
35 EKO JULIANTO, S.Pd. Karanganyar, 15 Juli 1989 Pend Pelatihan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012
Jl Lembur Kampung Makasar RT 16/06 No. 68
Kelurahan Makasar Kecamatan Makasar Jakarta Timur
085325647086/083866089152
[email protected]/eko_pe
Tidak
Tetap
OLAHRAGA
36 KHOIRUDIN, S.Sos.I Bekasi, 10 Mei 1981 S1 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah 2005
Jl Warung Bensin RT 12 RW 5 Ulujami Pesanggrahan
Jakarta Selatan
081212741181/02194359020/
Tidak
Tetap
Pkn
37 CISILIA DEWI PANGALILA,
SH.
Jakarta, 21 September 1971 S1 Hukum Perdata Universitas Indonesia
1996
Jl Adyaksa Raya No 4 Jakarta Selatan 081381045991/
Tidak
Tetap
Pkn
38 GALIH PRATAMA
SUKMAWARDANA
Jakarta, 25 Mei 1987 S1 Pend Seni Drama, Tari, Musik UNES
2010
Jl Meranti B7/3 Komp Graha Permai Ciputat 081290289162 Tidak
Tetap
Seni Musik
39 ROBERT JOHN ROWSE Redruth UK, 28 September
1961
S-2 John Mores Engineering 1992 Jl. Haji Jian No 47 RT 12 Rw 03 Cipete Utara Kebayoran
Baru Jakarta Selatan
081317362613/
Tidak
Tetap
Bahasa
Inggris/TIK
Nama-nama siswa/I Kelas 7
Wali Kelas : NOVITRI RIYANI, S.PD
NO NIS NISN NAMA L/P KETERANGAN
1 3378 0022791512 AHMAD RAAFI L
2 3379 0012041790 ALFREDO TEJA L
3 3380 0022578011 ANDJANI MOERTIJANTO PUTRI P
4 3381 0028511902 DIDA AYALA MUSHONNIF L
5 3382 0020557436 ELZI SIRKAN MUHAMMAD L
6 3383 0025953043 FAISYA ARGANITA PUTRI P
7 3360 0025958213 FAIZ RIZAFADLY HANDOYO L
8 3384 0020655011 FAZA QINTHARA WIRONEGORO L
9 3386 0011563609 JANET ZAVANNYA PATTY P
10 3387 0015156147 LAILA MARWAH BAGADER
P
11 3388 0030237571 REYVIDO YOGA DWIMARSHA L
12 3389 0020791623 RYAN HERNAWAN SETIOMULYO L
13 3330 0022578030 SHABRINA ANNISA WAHDAH P
14 3390 0023018493 TAKYA AMABEL MUSA P
15 3391 0027254716 ZAYD QALBI MULIANA L
Nama-nama siswa/I Kelas 9
Wali Kelas : PRAYOGO, S.PD
NO NIS NISN NAMA L/P KETERANGAN
1 3202 0016517576 AHMAD FAUZAN L
1
2 3264 0012758321 AISYAH AULIA ZAHRADINI P 1
3 3241 0016336623 ALIEF PUTRA PRATAMA L 1
4 3289 0011580534 AVIV YUSUF SURATINOYO L 1
5 3290 0016336621 DERRELL RIZQULLAH HASAN L 1
6 3272 0015212850 GERDA YARDAN TIANDRA L 2
7 3295 0010476047 JOEKLY WAHIDAN MUHARRAM L
8 3296 0016336654 KHADEJA NAILA ANABEL AKHMAD P
1
9 3298 0001762938 MIRZA MANGGALA PUTRA ALDAFI L 1
10 3299 0016336682 MUHAMMAD ARKHA SENNA
WINATA L
2
11 3300 0016096355 MUHAMMAD RIZKY NOVAL
PRABOWO L
3
12 3303 0013713360 RAIDHAN RYANTAMA ILYAS L 1
13 3305 0016336684 SENO MUHAMMAD GUDIARTO L 1
14 3307 0016336679 UTARI NUR FATIMAH P 1
Nilai -nilai r Product Moment
N Taraf Signifikan
N Taraf Signifikan
5% 1% 5% 1%
1 0,997 0,999 25 0,381 0,487
2 0,950 0,990 26 0,374 0,478
3 0,878 0,959 27 0,367 0,470
4 0,811 0,917 28 0,361 0,463
5 0,754 0,874 29 0,355 0,456
6 0,707 0,834 30 0,349 0,449
7 0,666 0,789 31 0,355 0,456
8 0,632 0,765 32 0,349 0,449
9 0,602 0,735 33 0,344 0,442
10 0,576 0,708 34 0,339 0,436
11 0,553 0,684 35 0,334 0,430
12 0,532 0,661 36 0,329 0,424
13 0,514 0,641 37 0,334 0,418
14 0,497 0,623 38 0,320 0,413
15 0,482 0,606 39 0,316 0,408
16 0,468 0,590 40 0,312 0,403
17 0,456 0,575 41 0,308 0,396
18 0,444 0,561 42 0,304 0,393
19 0,433 0,549 43 0,301 0,389
20 0,423 0,537 44 0,297 0,384
21 0,413 0,526 45 0,294 0,380
22 0,404 0,515 46 0,291 0,276
23 0,396 0,505 47 0,288 0,372
24 0,388 0,496 48 0,284 0,368 Sumber: Prof. Dr. Suharsimi Arikunto. PROSUDER PENELITIAN Suatu Pendekatan
Praktik, Jakarta: Rineka Cipta
BIODATA PENULIS
Nama Nuni Nur’aeni, NIM 1111011000065,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis lahir di Bogor, 11 September 1992.
Bertempat tinggal di Jalan raya kaften yusuf No
241/13 Rt01 Rw01 Ciapus-Bogor. Penulis
merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara. Orang
tua Abdul Halim dan Siti Marfu’ah.
Riwayat pendidikan; SDN Sirnagali 02, MTs Pondok pesantren Darrul-Rahman
Jakarta, MA Pondok pesantren Darrul-Rahman Jakarta, Perguruan Tinggi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengalaman Organisasai HMI (Himpunan Mahasiswa
Islam).
“Bismillahirrohmanirrohim, Skripsi ini aku persembahkan untuk kedua
orangtua tercinta beserta keluarga”