iirepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42639/2/nardis-fitk.pdf · digunakan untuk...
TRANSCRIPT
ii
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Di dalam naskah tesis ini banyak dijumpai nama dan istilah teknis (technical term)
yang berasal dari bahasa Arab ditulis dengan huruf Latin. Pedoman transliterasi yang
digunakan untuk penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Nama
Alif Tidak dilambangkan ا
Ba b Be ب
Ta t Te ت
Tsa ts Es (dengan titik di atas) ث
Jim j Je ج
Cha H Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha kh Ka dan ha خ
Dal d De د
Dzal dh De dan ha ذ
Ra r Er ر
Za z Zet ز
Sin s Es س
Syin sy Es dan ha ش
Shad s Es (dengan titik di bawah) ص
Dlat d De (dengan titik di bawah) ض
Tha t Te (dengan titik di bawah) ط
Dha z Zet (dengan titik di bawah) ظ
Ain ‘ Koma terbalik di atas‘ ع
Ghain gh Ge dan ha غ
Fa f Ef ف
Qaf q Qi ق
Kaf k Ka ك
Lam l El ل
Mim m Em م
Nun n En ن
Wawu w We و
Ha h Ha هـ
Hamzah ’ Apostrof ء
Ya y Ye ي
iii
2. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara
harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan
gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap ( أو ) dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya: al-
yawm.
b. Vokal rangkap ( أي ) dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya: al-
bayt.
3. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan tanda macron
(coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ال فاتحة = al-fatihah ), ( م al-‘ulum ) dan = ال علو
.( qimah = قي مة )
4. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama dengan
huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( حد = h addun ), ( سد = saddun ), ( طي ب =
tayyib ).
5. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah dari kata
yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ال بي ت = al-bayt ), ( السمآء = al-
sama’).
6. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya dalam
tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ta’ marbut ah yang hidup
dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( ال هاللرؤ ية = ru’yah al-hilal atau ru’yatul
hilal).
7. Tanda apostrof (’) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ية .(’fuqaha = فقهاء ) ,( ru’yah = رؤ
iv
v
vi
vii
ABSTRAK
PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA
SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA GURU TERHADAP
KINERJA GURU DI SDIT AL-HARAKI DEPOK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan menemukan (1) pengaruh
langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru (2)
pengaruh langsung motivasi kerja guru terhadap kinerja guru (3) pengaruh
langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kerja
guru dan (4) pengaruh tak langsung kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analis data menggunakan analisis
jalur. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan kuesioner,
wawancara, observasi dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh guru di SDIT Al-Haraki Depok yang berjumlah 45 guru. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan adalah Random sampling dengan ukuran
sampel mengacu pada tabel penentuan jumlah sampel yang dikembangkan oleh
Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan 5 % dan tingkat kepercayaan 95%,
sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 40 guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat pengaruh langsung
kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru sebesar
31,5% (2) terdapat pengaruh langsung motivasi kerja guru terhadap kinerja guru
sebesar 32,8% (3) terdapat pengaruh langsung kepemimpinan transformasional
terhadap motivasi kerja guru sebesar 62,5% (4) terdapat pengaruh tak langsung
kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui
motivasi kerja guru sebesar 20,5%. Kemudian secara simultan pengaruh
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru terhadap
kinerja guru adalah sebesar 77,6%.
Dalam penelitian ini kepala sekolah mampu menciptakan perubahan dan
mencapai prestasi yang baik, mampu membangun semangat kebersamaan dan
kedisiplinan serta memotivasi para guru dan karyawan untuk bekerja secara
optimal yang akhirnya membangun kesadaran berorganisasi pada para guru dan
karyawan dengan mengembangkan sikap rasa memiliki dan rasa bertanggung
jawab untuk meraih prestasi setinggi-tingginya.
Kata Kunci: Kepemimpian transformasional kepala sekolah, motivasi kerja
guru, kinerja guru
viii
ABSTRACT
THE EFFECT OF PRINCIPAL TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP
AND TEACHERS WORK MOTIVATION ON THE PERFORMANCE OF
TEACHER IN SDIT AL-HARAKI DEPOK
The purpose of this research is to analyze and find (1) direct effect of
principal transformational leadership on the performance teacher (2) direct
influence of teachers work motivation on the performance teacher (3) direct
influence of principal transformational leadership on teachers work motivation and
(4) indirect effect of principal transformational leadership on the performance
teacher through teachers work motivation. This research uses quantitative method
with data analyst technique using path analysis. The data were collected using
questionnaires, interviews, observation and documentation. The population of this
research are all teachers at SDIT Al-Haraki Depok which amounted to 45 teachers.
Sampling technique used is Random Sampling with sample size refers to the table
determining the number of samples developed by Isaac and Michael with a 5%
error rate and 95% confidence level, so the sample in this study is 40 teachers.
The results of this research are that (1) there is direct effect of principal
transformational leadership on the performance teacher is 31,5% (2) there is direct
effect of teachers work motivation on the performance teacher is 32,8% (3) there is
direct effect of principal transformational leadership on teachers work motivation is
62,5% (4) there is an indirect effect of principal transformational leadership on the
performance teacher through teachers work motivation is 20,5%. Then
simultaneously the effect of transformational leadership of headmaster and teacher
work motivation on teacher performance is equal to 77,6%.
In this study the headmaster is able to create change and achieve good
achievement, able to build a spirit of togetherness and discipline and motivate
teachers and employees to work optimally which ultimately build awareness to
organize the teachers and employees by developing a sense of belonging and sense
of responsibility for achieve the highest achievment.
Keywords: Principal transformational leadership, teacher works motivation,
teacher performance
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Allah yang telah memberikan kemampuan kepada
penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini dalam rentang waktu yang telah
ditentukan. Kemudian shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar
Muhammad saw. yang telah membawa Islam dengan melakukan perubahan dan
pencerahan kepada umat manusia.
Dalam rangka menyelesaikan studi pada strata dua ini penulis telah
berupaya untuk mengangkat karya ilmiah berupa tesis dengan judul “Pengaruh
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru
Terhadap Kinerja Guru di SDIT AL-Haraki Depok.”
Penyelesaian tesis ini merupakan prasyarat untuk menyelesaikan studi pada
Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari
bahwa tesis ini sangat jauh dari sempurna sebagaimana yang diharapkan dalam
penulisan suatu karya ilmiah. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari setiap pembaca demi perbaikan dan penyempurnaan tesis
ini.
Dalam kesempatan ini dengan rasa hormat yang tulus, penulis tidak lupa
untuk mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:
1. Bapak Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.
beserta jajarannya.
2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A beserta jajarannya.
3. Ketua Program Magister Manajemen Pendidikan Islam, Dr. Jejen Musfah, MA
beserta jajarannya, yang telah memberikan pelayanan akademik dengan
memuaskan.
4. Pembimbing, Bapak Dr. Didi Suprijadi, M.Pd. dan Ibu Dr. Sita Ratnaningsih,
M.Pd. yang telah memberikan bimbingan, arahan, wawasan dan nasehat
dengan penuh kesabaran, ketekunan serta keihlasan.
5. Bapak Ahmad Abdul Wasiudin selaku kepala sekolah Sekolah Guru Indonesia
beserta jajarannya yang selalu mendukung kegiatan penelitian penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika pada program magister Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Prodi Manajemen Pendidikan Islam Unversitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Keluarga besar Sekolah Guru Indonesia Dompet Dhuafa University, Guru
Agung, Guru Cici, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Asep, Guru Imu dan seluruh
guru SGI Angkatan 21.
8. Rekan-rekan mahasiswa, para dosen, yang senantiasa mendorong saya untuk
menyelesaikan penulisan tesis ini dan seluruh pihak yang tidak saya tuliskan,
yang turut membantu dalam penyelesaian penulisaan tesis ini.
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN TESIS ................................................................. v
SURAT PERNYATAAN ................................................................................. vi
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah .............................................................................. 7
D. Perumusan Masalah ............................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
F. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................................... 9
1. Kinerja Guru .................................................................................... 9
a. Pengertian Kinerja...................................................................... 9
b. Guru ........................................................................................... 10
c. Kinerja Guru .............................................................................. 12
d. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ................................. 13
e. Penilaian Kinerja Guru............................................................... 15
f. Indikator Kinerja Guru ............................................................... 17
2. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah .......................... 19
a. Pengertian Kepemimpinan ......................................................... 19
b. Unsur-unsur Kepemimpinan ...................................................... 20
c. Fungsi Kepemimpinan ............................................................... 21
d. Tipe dan Gaya Kepemimpinan .................................................. 22
e. Pengertian Kepemimpinan Transformasional ............................ 26
f. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional ........................ 27
g. Prinsip Kepemimpinan Transformasional ................................. 29
h. Unsur-unsur Kepemimpinan Transformasional ......................... 30
i. Kepala Sekolah Yang Transformasional .................................... 31
3. Motivasi Kerja Guru ........................................................................ 37
a. Pengertian Motivasi ................................................................... 37
xii
b. Jenis-jenis Motivasi.................................................................... 38
c. Fungsi Motivasi.......................................................................... 39
d. Teori Motivasi ............................................................................ 40
e. Pengertian Motivasi Kerja ......................................................... 42
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja .................. 43
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ...................................................... 44
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 46
D. Hipotesis Tindakan ................................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Peneitian ................................................................. 50
B. Metode dan Desain Penelitian................................................................ 50
C. Subjek dan Objek Penelitian .................................................................. 51
D. Variabel Penelitian ................................................................................. 51
E. Populasi dan Sampel .............................................................................. 51
F. Jenis Data ............................................................................................... 52
G. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 52
a. Defenisi Konseptual ......................................................................... 53
b. Defenisi Operasional ........................................................................ 54
c. Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 55
H. Teknik Uji Instrumen ............................................................................. 57
a. Uji Validitas ..................................................................................... 57
b. Perhitungan Reliabiitas .................................................................... 58
I. Teknik Analisis Data .............................................................................. 61
a. Uji Normalitas .................................................................................. 61
b. Uji Homogenitas .............................................................................. 62
c. Analisi Jalur (Path Analysis)............................................................ 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Sekolah ..................................................................... 66
B. Deskripsi Data ........................................................................................ 69
C. Hasil Uji Prasyarat Analisis Data ........................................................... 72
D. Pengujian Hipotesia ............................................................................... 74
E. Pembahasan ............................................................................................ 78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................ 95
B. Implikasi................................................................................................. 95
C. Saran....................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 98
LAMPIRAN ...................................................................................................... 106
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Kinerja Guru SD Tiap Provinsi ................................................ 3
Tabel 2.1 Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Kelas ................................... 17
Tabel 2.2 Kompetensi Kepala Sekolah ..................................................... 32
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ...................................................................... 50
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Intrumen Kepemimpinan Transformasional ............. 54
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Intrumen Motivasi Kerja Guru .................................. 55
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Intrumen Kinerja Guru ............................................. 56
Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas Kepemimpinan Transformasional ............ 59
Tabel 3.6 Hasil Uji Reabilitas Motivasi Kerja Guru................................. 60
Tabel 3.7 Hasil Uji Reabilitas Kinerja Guru ............................................. 60
Tabel 3.8 Tabel Kategorisasi Variabel Penelitian ..................................... 61
Tabel 4.1 Descriptive Statistics ................................................................. 69
Tabel 4.2 Hasil Kategori Kepemimpinan Transformasional (X1) ............ 70
Tabel 4.3 Hasil Kategori Motivasi Kerja Guru (X2) ................................. 71
Tabel 4.4 Hasil Kategori Kinerja Guru (Y) .............................................. 71
Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Variabel Penelitian ......... 72
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas.............................................................. 73
Tabel 4.7 Output dan Interpretasi Model Summary Sutruktural 2.............74
Tabel 4.8 Output dan Interpretasi ANOVAa Sutruktural 2 ....................... 74
Tabel 4.9 Output dan Interpretasi Uji Coefficientsa Sutruktural 2..................75 Tabel 4.10 Output dan Interpretasi Model Summary Sutruktural 1...........76
Tabel 4.11 Output dan Interpretasi ANOVAa Sutruktural 1 ..................... 76
Tabel 4.12 Output dan Interpretasi Uji Coefficientsa Sutruktural 1................77
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berpikir ............................................................. 49
Gambar 3.1 Model Diagram Jalur Sederhana 3 Variabel ..................... 63
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner............................................................................ 106
Lampiran 2 Tabel Penentuan jumlah Sampel Isaac dan Michael .......... 118
Lampiran 3 Data Induk .......................................................................... 120
Lampiran 4 Data Kinerja Guru .............................................................. 124
Lampiran 5 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 126
Lampiran 6 Uji Normalitas dan Homogenitas ....................................... 132
Lampiran 7 Uji Hipotesis Pertama, Kedua, dan Ke empat .................... 137
Lampiran 8 Uji Hipotesis Ketiga ........................................................... 139
Lampiran 9 Daftar Nama Guru .............................................................. 141
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belum lama ini, Badan Program Pembangunan di bawah PBB (United
Nations Development Programme/UNDP) dalam laporan Human Development
Report 2016 mencatat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada
2015 berada di peringkat 113, turun dari posisi 110 di 2014 (Fauzi dalam
Subandowo, 2017: 191-208). Hal ini menunjukkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia dari waktu ke waktu tidak menunjukkan perkembangan
yang berarti. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia tersebut, tidak terlepas
dari kualitas pendidikan di Indonesia itu sendiri. Data yang dirilis oleh
UNESCO pada tahun 2012 melaporkan bahwa Indonesia berada diperingkat 64
dari 120 negara berdasarkan penilaian Education Devolopment Index (EDI)
atau Indeks Pembangunan Pendidikan (Dellasera, 2013).
Kondisi tersebut menunjukkan kualitas pendidikan di Indonesia masih
rendah. Padahal, peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih
berkualitas merupakan mandat yang harus dilakukan Bangsa Indonesia sesuai
dengan tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945), yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahtraan umum dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial. Amanat UUD 1945 tersebut menyiratkan bahwa
pendidikan bukan saja pilar terpenting dalam upaya mencerdaskan bangsa,
tetapi juga merupakan syarat mutlak bagi peningkatan kesejahtraan masyarakat
(Nandika, 2007: 3).
Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan pemerintah dalam UU Sistem
pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 pasal 3 bahwa, tujuan pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga ne-
gara yang demokratis serta bertanggung jawab (kelembagaan.ristekdikti.go.id,
2016).
Salah satu faktor mendasar yang menentukan ketercapaiannya tujun
pendidikan nasional adalah guru. Seperti yang dikatakan oleh Syafruddin
Nurdin (2005: 1) bahwa keberhasilan pembangunan nasional akan ditentukan
oleh keberhasilan kita dalam mengelola pendidikan nasional yang di dalamnya
guru menempati posisi utama dan penting. Menurut Suyanto dan Asep Jihad
(2013: 8) guru adalah profesi yang identik dengan peran mendidik seperti
1
2
membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Selaras dengan hal
tersebut, dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa, guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik (Yamin, 2006: 209).
Dari undang-undang tersebut, terlihat jelas bahwa guru yang profesional
harus memiliki kompetensi atau kemampuan yang matang dalam
melaksanakan tugasnya. Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah
merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam
penjelasan peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional.
Oleh karena itu, kompetensi yang akan terlihat pada kinerja guru, merupakan
unsur penting dan menjadi tolak ukur keberhasilan suatu pendidikan di sekolah.
Tuntutan profesionalitas dalam bekerja/mengajar sebenarnya sudah
diisyaratkan dalam sebuah hadis riwayat Thabrani berikut ini: “Sesungguhnya Allah mencintai saat salah seorang diantara kalian
mengerjakan suatu pekerjaan dengan teliti.” (Bek,t.th dalam Musfah, 2012:
1).
Dari hadis di atas, dapat dijelaskan bahwa seorang guru dalam
melaksanakan tugasnya dituntut untuk profesional dan teliti, karena dengan hal
itu akan menentukan keberhasilan belajar siswa dan pada akhirnya menentukan
kualitas pendidikan.
Menurut Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik
Pendidikan dan Kebudayaan (2016: 3) ada empat strategi dalam meningkatkan
profesionalisme, kualitas,dan akuntabilitas guru dan tenaga kependidikan yaitu
1) penguatan sistem uji kompetensi guru dan tenaga kependidikan sebagai
bagian dari proses penilaian hasil belajar siswa, 2) pelaksanaan penilaian
kinerja guru dan tenaga kependidikan yang sahih, andil, transparan, dan
berkesinambungan, 3) peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi guru
dan tenaga kependidikan dengan perbaikan program dan keselarasan disiplin
ilmu, dan 4) pelaksanaan pengembangan profesional berkesinambungan (PPB)
bagi guru dan tenaga kependidikan dalam jabatan.
Selanjutnya, data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menunjukkan
bahwa kompetensi guru di Indonesia masih rendah. Hal ini terlihat dari rata-rata
Uji Kompetensi Guru (UKG) sebesar 42, masih dibawah batas minimal yang
ditetapkan yaitu 70. Secara rinci nilai rata-rata untuk TK 58,87, SD 36,86, SMP
46,15, SMA 51,35, SMK 50,02 dan Pengawas 32,58, bahkan ada guru
mendapatkan nilai terendah 1 dari skala 100 (Depdiknas dalam Hendrawati,
2015: 141-157). Keadaan ini menunjukan kinerja guru sekolah dasar yang
masih rendah untuk mengembangkan diri sehingga memperoleh nilai rata-rata
dibawah standar. Sedangkan Hasil UKG di tahun 2016 lebih memprihatinkan
lagi. Kemendikbud belum lama ini mengumumkan secara nasional ada sekitar
3
No
.
.
Provinsi Nilai Konversi Kinerja %GL %GP %GT %GPNS %GPen Nilai Jenis
1 DKI Jakarta 87.69 80.98 71.64 39.51 84.81 72.93 KURANG 2 Jawa Barat 89.29 87.60 67.03 48.52 90.77 76.64 KURANG 3 Banten 86.86 86.18 66.62 44.59 93.96 75.64 KURANG 4 Jawa Tengah 90.73 89.70 71.31 57.95 87.50 79.44 KURANG 5 DI Yogyakarta 89.00 86.61 77.10 60.14 83.89 79.35 KURANG 6 Jawa Timur 90.73 90.50 72.60 54.22 87.73 79.15 KURANG 7 Aceh 79.96 74.45 60.50 57.60 90.78 72.66 KURANG 8 Sumatera Utara 78.47 75.37 72.21 54.19 88.88 73.82 KURANG 9 Sumatera Barat 88.20 71.08 71.53 65.99 88.18 77.00 KURANG 10 Riau 83.45 75.57 60.86 49.39 93.63 72.58 KURANG 11 Kepulauan Riau 85.30 79.71 64.91 45.64 95.52 74.22 KURANG 12 Jambi 79.32 82.02 66.72 61.49 90.47 76.00 KURANG 13 Sumatera Selatan 80.76 77.44 60.44 54.38 91.52 72.91 KURANG 14 Bangka Belitung 80.71 82.23 75.58 70.87 91.87 80.25 PRATAMA 15 Bengkulu 83.74 83.71 69.31 64.93 91.12 78.56 KURANG 16 Lampung 79.48 81.64 69.83 57.04 89.83 75.56 KURANG 17 Kalimantan Barat 74.29 91.44 67.13 61.10 90.59 76.91 KURANG 18 Kalimantan Tengah 80.87 83.58 75.75 69.58 93.56 80.67 PRATAMA 19 Kalimantan Selatan 86.14 84.80 72.65 68.12 90.07 80.36 PRATAMA 20 Kalimantan Timur 83.66 83.75 68.35 56.37 93.76 77.18 KURANG 21 Kalimantan Utara 75.45 93.11 67.54 63.20 95.30 78.92 KURANG 22 Sulawesi Utara 75.02 73.21 76.73 66.54 86.64 75.63 KURANG 23 Gorontalo 85.49 73.02 66.06 65.04 90.81 76.08 KURANG 24 Sulawesi Tengah 72.79 82.67 66.99 64.06 93.36 75.97 KURANG 25 Sulawesi Selatan 86.83 78.35 64.70 58.76 91.08 75.95 KURANG 26 Sulawesi Barat 71.60 85.82 55.46 52.59 94.48 71.99 KURANG 27 Sulawesi Tenggara 81.60 83.96 62.80 59.69 94.27 76.46 KURANG 28 Maluku 66.38 78.48 74.66 71.18 91.07 76.35 KURANG 29 Maluku Utara 63.89 84.30 67.18 63.70 95.73 74.96 KURANG 30 Bali 89.79 95.55 71.12 63.09 86.47 81.20 PRATAMA 31 Nusa Tenggara Barat 83.83 96.19 56.75 47.44 92.26 75.29 KURANG 32 Nusa Tenggara Timur 71.20 89.22 56.27 49.15 93.34 71.84 KURANG 33 Papua 64.31 98.13 65.81 57.11 95.15 76.10 KURANG 34 Papua Barat 75.93 88.59 68.04 62.24 94.83 77.93 KURANG Indonesia 84.46 84.15 68.13 55.31 90.08 76.43 KURANG
41.218 pengajar yang tidak lulus uji kompetensi guru (UKG) 2016 (Gunawan,
http://jabar.pojoksatu.id, 2017).
Tidak jauh berbeda dengan hasil Uji Kompetensi Guru, penilaian kinerja
guru juga menunjukan kinerja guru ditiap provinsi Indonesia sebagian besar
masuk dalam kategori kurang. Seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.1
Kinerja Guru Sekolah Dasar Tiap Provinsi
Dikdasmen, Tahun 2015/2016
(Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016: 98).
Berdasarkan tabel di atas, secara nasional kinerja guru dikdasmen terbesar
ada di Provinsi Bali sebesar 81,20 dan diikuti oleh kalimantan tengah,
Kalimantan Selatan dan Bangka Belitung. Sedangkan nilai yang terkecil
dimiliki oleh Nusa Tenggara Timur sebesar 71,84 diikuti dengan 29
4
provinsi lainnya yang termasuk kategori kurang dan salah satunya adalah
provinsi jawa barat.
Dalam beberapa kasus yang terjadi, banyak guru Sekolah Dasar yang
kinerja dalam melaksanakan tugas pedagogis, sosial, profesional dan
kepribadiannya tidak maksimal. Contohnya terlihat pada salah satu sekolah
model di kota depok yaitu SDIT Al-Haraki. Di tahap observasi awal, ditemukan
guru yang tidak membuat RPP saat melakukan proses pembelajaran. Sehingga
terlihat bahwa rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi
pembelajaran belum terlaksana dengan baik. Dalam kasus ini, terlihat bahwa
sekolah belum memiliki pengawasan yang baik terkait dengan pemantauan
kinerja guru. Setelah dilakukan wawancara singkat dengan kepala sekolah,
peneliti menemukan bahwa sekolah ini belum pernah melakukan supervisi.
Supervisi baru dilakukan diakhir tahun 2016 saat masa kepemimpinan beliau
(Wawancara, Informan Kunci, 2017).
Untuk meningkatkan kinerja guru menjadi guru yang profesional, peranan
kepemimpinan kepala sekolah menjadi sangatlah penting. Sebab, salah satu
faktor yang menentukan keberlangsungan dan perkembangan organisasi
pendidikan adalah peran kepala sekolah itu sendiri. Seperti yang diungkapkan
oleh Priansa (2017: 56) bahwa salah satu faktor penentu terwujudnya proses
pendidikan yang bermutu adalah keefektifan kepemimpinan kepala sekolah.
Selanjutnya Musfah (2015: 305) menambahkan bahwa sebagai pengelola
pendidikan, kepala sekolah memiliki tugas untuk mengembangkan kinerja para
personal (terutama para guru) ke arah profesional yang diharapkan.
Untuk mencapai tujuan sekolah, hal ini bukanlah pekerjaan yang mudah
dilakukan, karena efektivitas seorang pemimpin diukur dari kinerja dan
pertumbuhan organisasi yang dipimpinnya serta kepuasan guru terhadap
pimpinannya. Oleh sebab itu, seorang pemimpin harus dapat mempengaruhi
bawahannya untuk melaksanakan tugas yang diperintahkan tanpa paksaan
sehingga bawahan secara sukarela akan berperilaku dan berkinerja sesuai
tuntutan organisasi melalui arahan pimpinannya.
Gaya kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman
yang penuh dengan perubahan. Menurut Nurhayanti (2012: 77-92)
kepemimpinan transformasional merupakan sebuah proses dimana para
pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ketingkat moralitas dan motivasi
yang lebih tinggi dan berkaitan dengan nilai-nilai yang relevan bagi proses
perubahan seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab yang justru nilai
seperti ini yang sulit ditemui.
Dari pengertian tersebut, terlihat suatu gambaran gaya kepemimpinan yang
selalu menjunjung etika dan moral dalam bertindak dan memotivasi
bawahannya untuk bekerja sesuai dengan nilai-nlai yang ada seperti kejujuran,
keadilan dan tanggung jawab. Sedangkan menurut Sudaryono (2014: 204)
mengatakan bahwa kepemimpinan transformasional tidak saja didasarkan pada
kebutuhan akan penghargaan diri, tetapi menumbuhkan kesadaran pada
5
pemimpin untuk berbuat yang baik sesuai dengan kajian perkembangan
manajemen dan kepemimpinan yang memandang manusia, kinerja, dan
pertumbuhan organisasi adalah sisi yang saling berpengaruh.
Gaya kepemimpinan seperti ini sangat baik diterapakan dalam lingkup
pendidikan agar mampu menciptakan hubungan yang harmonis antar bawahan
dan mampu meningkatkan kinerja guru. Menurut Baharuddin dan Umiarso
(2012: 224) pemimpin transformasional memandang nilai-nilai organisasi
pendidikan islam sebagai nilai-nilai luhur yang perlu dirancang dan ditetapkan
oleh seluruh komponen organisasi sehingga para komponen organisasi
mempunyai rasa memiliki dan komitmen dalam melaksanakannya. Hal tersebut
menjadi tugas pemimpin untuk mentransformasikan nilai organisasi pendidikan
islam untuk membantu mewujudkan visi lembaga pendidikan islam secara
institusi dan visi pendidikan islam secara etik-normatif. Oleh karena itu,
seorang pemimpin transformasional adalah seorang yang mempunyai keahlian
diagnosis, selalu meluangkan waktu dan mencurahkan perhatian dalam upaya
untuk memecahkan masalah dari berbagai aspek serta mempersiapkan sesuatu
dimasa yang akan datang untuk kepentingan lembaga pendidikan islam itu
sendiri. Hal ini secara ilustratif dideskripsikan dalam QS Al-Anfal (8): 60
bahwa:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan
dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
(https://quran.com/8/60 diakses tanggal 13 September 2017). Menurut Quraish
Shihab dalam tafsirnya mengatakan bahwa:
“Dalam ayat tersebut kita dapat menangkap perintah yang jelas sekali
mengenai keharusan menyiapkan segala perlengkapan dalam menghadapi
musuh, sebagai suatu hal yang teramat penting karena menyangkut hidup
matinya suatu bangsa. Persiapan itu meliputi segala aspek, baik kualitas dan
kuantitas perlengkapan. Berperang tanpa kesiapan berarti suatu kekalahan
dan kehancuran. Pada masa-masa damai seperti sekarang ini saja hampir
semua negara seolah-olah bersiap-siap untuk perang, sehingga kebijakan-
6
kebijakan politik strategis masing-masing negara diarahkan, meskipun
secara tidak langsung, untuk memenangkan pertempuran”
(https://tafsirq.com/8-al-anfal/ayat-60#tafsir-quraish-shihab diakses tanggal
22 Januari 2018).
Berdasarkan penjelasan di atas, seorang pemimpin transformasional
dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen strategis yang baik dalam
rangka menghadapi persaingan yang akan terjadi. Pada kerangka ini pula
Baharuddin dan Umiarso (2012: 224) menambahkan bahwa, fungsi utama dari
seorang pemimpin transformasional di lembaga pendidikan islam adalah
memberikan pelayanan sebagai katalisator dari perubahan (catalyst of change).
Lalu pada saat bersamaan berfungsi sebagai seorang pengawas dari perubahan
(a controller of change).
Lebih lanjut, pemimpin transformasional menggiring komponen pendidikan
Islam untuk berusaha mengembangkan organisasi, visi dan misi oranisasi
pendidikan islam dengan landasan budaya peningkatan mutu pendidikan islam.
Oleh karena itu, penting bagi suatu lembaga pendidikan memiliki pemimpin
yang memiliki visi dan misi kedepan untuk menjadi lembaga sekolah yang
bermutu. Hal ini sesuai dengan pendapat Edmonds yang menyimpulkan hasil
penelitiannya bahwa tidak akan pernah ditemui lembaga pendidikan yang baik,
di pimpin oleh pemimpin yang mutunya rendah (Sagala dalam Baharuddin dan
Umiarso, 2012: 220).
Selain kepemimpinan kepala sekolah, motivasi kerja guru juga menjadi
faktor penting dalam meningkatkan kinerja guru. Sebagaiamana teori dasar
yang digunakan sebagai landasan untuk menilai kualitas kinerja guru menurut
T.R. Mitchcell (dalam Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008: 35), yaitu:
Rumusan tersebut memberikan gambaran bahwa kinerja seseorang akan
terwujud oleh dua unsur, yaitu motivasi dan abilitas. Motivasi adalah faktor
pendorong yang membuat seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai
tujuan. Motivasi dapat datang dari dalam individu dan dapat pula datang dari
luar individu. Motivasi yang datang dari dalam individu disebut motivasi
intrinsik dan motivasi yang datang dari luar individu disebut motivasi
ekstrinsik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi kinerja guru adalah motivasi kerja guru itu sendiri.
Hal ini sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Meidinyo R.
dan Ikurite N (2017: 22-28) yang mengatakan bahwa faktor motivasi yang tepat
akan berpengaruh secara positif terhadap kinerja guru. Motivasi-motivasi
tersebut diantaranya adalah dengan memberikan peatihan kepada guru-guru,
memberikan insentif yang layak, dan adanya pengawasan atau supervisi
sekolah. Menurut Uno (2008: 71) motivasi kerja guru tidak lain adalah suatu
proses yang dilakukan untuk menggerakkan guru agar perilaku mereka dapat
Performance = Motivation x Ability
7
diarahkan pada upaya-upaya yang nyata untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun karakteristik seorang guru yang memiliki motivasi kerja,
secara implisit tampak melalui tanggungjawabnya dalam melakukan pekerjaan,
prestasi yang dicapainya, proses pengembangan diri dan kemandiriannya dalam
bertindak.
Selain itu juga, didapatkan bahwa adanya hambatan dalam berkomunikasi
dengan kepala sekolah yang mengakibatkan guru merasa kurang diperhatikan,
diawasi, sehingga menimbulkan persepsi negatif guru yang berdampak pada
motivasi kerja menjadi kurang optimal. Hal ini terjadi dikarenakan banyaknya
tugas dan kewajiban di luar sekolah yang harus diselesaikan oleh kepala
sekolah yang kadang sering meninggalkan sekolah. Selain itu, Kepala sekolah
belum secara optimal memotivasi bawahan untuk menjalankan tugas dengan
baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bermaksud mengungkap
“Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi
Kerja Terhadap Kinerja Guru di SD Islam Terpadu Al-Haraki, Depok.”
B. Identifikasi Masalah
a. Belum optimalnya kepemimpinan kepala sekolah dalam memotivasi
bawahan untuk menjalankan tugas dengan baik.
b. Kurangnya komunikasi antara guru dan kepala sekolah
c. Belum optimalnya motivasi kerja sebagian guru yang sesuai dengan
tuntutan mengajar
d. Masih rendahnya kinerja guru dalam pembelajaran yang terlihat pada
rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian
pembelajaran yang belum terlaksana dengan baik.
e. Belum optimalnya implementasi supervisi yang dilakukan di sekolah dalam
meningkatkan mutu pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Melihat kompleksnya permasalahan yang mencakup kinerja guru
sebagaimana diuraikan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas,
maka peneliti membatasi masalah yang akan dibahas pada penelitian ini yaitu
pengaruh kepemimpinan transformasional kepala sekolah melalui persepsi
guru dan motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dalam membuat rencana
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan penilaian pembelajaran di SDIT
Al Haraki Depok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap kinerja guru?
2. Apakah terdapat pengaruh langsung motivasi kerja guru terhadap kinerja
8
guru?
3. Apakah terdapat pengaruh langsung kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap motivasi kerja guru?
4. Apakah terdapat pengaruh tak langsung kepemimpinan transformasional
kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru?
E. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis dan menemukan pengaruh kepemimpinan transformasional
kepala sekolah terhadap kinerja guru.
2. Menganalisis dan menemukan pengaruh motivasi kerja guru terhadap
kinerja guru.
3. Menganalisis dan menemukan pengaruh kepemimpinan transformasional
kepala Sekolah terhadap motivasi kerja guru.
4. Menganalisis dan menemukan pengaruh tak langsung kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui motivasi
kerja guru.
F. Kegunaan Penelitian
a. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menampilkan suatu pendekatan
atau gaya kepemimpinan yang selama ini diharapkan oleh para pemimpin
sekolah sehingga motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya
menjadi tersistematis sesuai dengan apa yang diharapkan untuk mencapai
visi dan misi sekolah itu sendiri.
b. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peneliti
atau pihak lain yang terkait. Signifikansi penelitian ini dapat meliputi
beberapa aspek, sebagai berikut :
1) Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pimpinan
mengenai gaya kepemimpinan yang dapat digunakan sebagai
pertimbangan bagi upaya peningkatan mutu sumber daya manusia
dalam usaha meningkatkan motivasi dan kinerja guru.
2) Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan terhadap
pengembangan ilmu manajemen pendidikan khususnya tentang konsep-
konsep kepemimpinan dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja
dalam berbagai aspek kehidupan.
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam penelitian
berikutnya yang lebih luas dan mendalam tentang kepemimpinan
transformasional, motivasi kerja dan kinerja guru.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kinerja Guru
a. Pengertian Kinerja
Kata kinerja merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris, yaitu dari
kata perfomance. Kata perfomance berasal dari kata to perform yang berarti
menampilkan atau melaksanakan. Perfomance berarti prestasi kerja,
pelaksanaan kerja, pencapian kerja, unjuk kerja dan penilaian kerja. Rivai
(dalam Bernawi dan Arifin, 2012: 11-12) mengemukakan bahwa kinerja
adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama
periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan berbagai
kemungkinan, seperti hasil kerja, target atau sasaran, atau kriteria yang
telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Hal ini
sejalan dengan pendapat Supardi (2014: 45) yang mengatakan bahwa
kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk melaksanakan,
menyelesaikan tugas dan tanggungjawab sesuai dengan harapan dan tujuan
yang telah ditetapkan. Dari dua pendapat ini, terlihat bahwa dalam suatu
kinerja memiliki tujuan yang ingin dicapai yang sudah ditetapkan
sebelumnya. ketika tujuan itu dapat dicapai, maka kinerja atau hasil kerja
dari seorang pekerja adalah baik, begitupun sebaliknya.
Lebih lanjut Robbins (dalam Nurdin, 2012: 1-16) mendefinisikan
kinerja sebagai “the mesurement of theresults. It Asks the simple question.
Did you get the job done?”. Definisi tersebut menegaskan bahwa kinerja
merupakan pengukuran hasil-hasil suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
kinerja ini merupakan jawaban dari pertanyaan, mengenai pekerjaan sudah
yang dilakukan. Pengertian tersebut hampir sama dengan Aquinas (2006:
146) yang mengatakan “performance is most often thought of as task
accomplishment”. Kinerja dianggap sebagai pemenuhan tugas. Hal ini
berarti setiap karyawan memiliki tugas yang ketika dilaksanakan dengan
baik, maka kinerjanya baik.
Berbeda dengan Sedarmayanti (2011: 260) yang mengatakan bahwa
kinerja adalah hasil kerja seorang pekerja pada sebuah proses manajemen
atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus
dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur dan
dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan. Selanjutnya Fahmi
(dalam Desi, 2015: 180-191) berpendapat bahwa kinerja merupakan hasil
yang diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut bersifat profit
oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode. Oleh
karena itu, kinerja baik dalam bentuk individual maupun dalam bentuk
9
10
organisasi selayaknya terus dievaluasi untuk mendapatkan standar
keberhasilan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja
adalah hasil kerja yang diperoleh oleh seseorang maupun kelompok dalam
melaksanakan suatu tugas atau kewajiban dalam organisasinya dengan
bukti nyata untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.
Berdasarkan kesimpulan ini, dapat dimaknai sebagai kemempuan kerja
yang dilihat dari tingkat pencapaian atau penyelesaian tugas yang menjadi
tanggungjawabnya sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan dari suatu
bidang pekerjaan. Syarat-syarat yang ditetapkan itu bisa berupa tujuan atau
target pekerjaan yang harus diselesaikan.
b. Guru
Tanpa guru, pendidikan akan berjalan timpang karena guru merupakan
juru kunci dalam proses pelaksanaan pendidikan. Keberhasilan pendidikan
sangat dipengaruhi oleh peranan guru dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Oleh sebab itu, guru harus selalu berkembang dan
dikembangkan, agar perolehan subjek didik terhadap pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai dapat maksimal.
Menurut UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan Dosen Pasal 1;
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar
dan menengah.”
Sedangkan menurut Kompri (2015: 30) guru adalah tenaga
kependidikan yang pekerjaan utamanya mengajar yang tidak hanya
berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja,
tetapi juga berdimensi ranah rasa dan karsa. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk memiliki pengetahuan yang mempuni agar dalam melaksanakan
tugas dan kewajibanya, tidak terjadi miskonsepsi. Menurut Lee Shulman
(dalam Norlander-Case dkk, 2009: 33) mengenalkan tujuh kategori utama
pengetahuan yang merupakan kategori utama dasar pengetahuan guru kelas
dan yang diperlukan agar praktik mengajar reflektif dan berhasil:
1) Pengetahuan mengenai isi pelajaran
2) Pengetahuan pengajaran umum, dengan terutama mengacu ke prinsip
dan strategi utama pengelolaaan dan pengaturan ruang kelas yang lebih
penting dari pokok masalah mata pelajaran
3) Pengetahuan kurikulum, yang terutama mencari-cari materi dan
program yang bertindak sebagai “alat pertukaran” bagi guru
4) Pengetahuan isi pengajaran, campuran khusus antara isi pelajaran dan
pengajaran yang merupakan bidang guru, bentuk khusus pemahaman
profesional mereka sendiri
5) Pengetahuan tentang murid dan karakteristiknya
11
6) Pengetahuan tentang konteks pendidikan, yang berkisar dari
pengelolaan kelompok atau ruang kelas, pengelolaan dan pembiayaan
sekolah lingkup kecamatan, sampai karakter komunitas dan budaya
7) Pengetahuan tentang hasil akhir, tujuan, dan nilai pembelajaran beserta
dasar filosofis dan historisnya.
Kategori pengetahuan yang disebutkan di atas menekankan pada
kemampuan guru dalam menguasai kurikulum yang ada di sekolah,
menegenai penguasaan materi pelajaran, karakteristik siswa, pengelolaan
kelas serta penilain dan evaluasi pembelajaran.
Selanjutnya menurut Uno dan Nina (2016: 2) mengatakan bahwa:
“Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun
secara klasikal, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Selain itu,
guru juga merupakan semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab untuk membimbing dan membina anak didik,
baik secara individual maupun klasikal, di sekolah ataupun di luar
sekolah”.
Dari pengertian di atas terlihat bahwa guru memiliki tugas yang cukup
kompleks dengan kemampuan yang bisa membimbing dan membina anak
didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah ataupun di luar
sekolah. Adapun kemampuan profesional guru dalam bidang pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1) Fasilitator, yang menyediakan kemudah-kemudahan bagi siswa dalam
proses belajar-mengajar
2) Pembimbing, yang membantu siswa mengatasi kesulitan pada proses
belajar mengajar
3) Penyedia lingkungan, yang berupaya menciptakan lingkungan belajar
yang menantang bagi siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar
dengan bersemangat
4) Model, yang mampu memberikan contoh yang baik kepada siswa agar
berprilaku sesuai dengan norma yang berlaku di dunia pendidikan
5) Motivator, yang turut menyebarluaskan usaha-usaha pembaruan kepada
subjek didik, yaitu siswa
6) Agen perkembangan kognitif, yang menyebarluaskan ilmu dan
teknologi kepada siswa dan masyarakat
7) Manajer, yang memimpin kelompok siswa dalam kelas sehingga
keberhasilan proses belajar mengajar tercapai (Suyanto dan Asep Jihad,
2013: 2).
Kemampuan profesional di atas, menekankan kepada guru untuk
memiliki tiga kemampuan. Pertama, kemampuan kognitif berarti guru
12
harus menguasai materi, metode, media dan mampu merencanakan dan
mengembangkan kegiatan pembelajarannya. Kedua, kamampuan afektif,
berarti guru memiliki akhlak yang luhur, terjaga perilakunya sehingga ia
akan mampu menjadi model yang bisa diteladani oleh siswanya. Ketiga,
kemampuan psikomotorik, berarti guru dituntut memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam mengimplementasikan ilmu yang dimiliki dalam
kehidupan sehari-hari.
Kompetensi dan efektivitas guru antara lain bertanggung jawab untuk
membantu agar semua siswa berhasil. Walaupun siswa sekarang berasal
dari latar belakang yang beragam, masyarakat berharap guru percaya
adanya potensi dari semua anak. Terlepas dari etnik, bahasa, gender dan
status sosio ekonomi, latar belakang keluarga, dan kondisi hidup,
kemampuan dan ketidakmampuan siswa, guru memiliki tanggungjawab
untuk meyakinkan bahwa semua siswa berkembang menuju potensi
maksimal. Untuk meraihnya, guru diharapkan memiliki sekumpulan strategi
instruksi dan sumber daya untuk menciptakan pengalaman belajar yang
berarti yang mendorong pertumbuhan dan perkembangan siswa (Parkay
dkk, 2011: 23).
Dari beberapa pendapat dan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
guru adalah tenaga kependidikan yang berasal dari anggota masyarakat dan
mempunyai tugas utama untuk mengajar, mendidik, membimbing
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
c. Pengertian Kinerja Guru
Guru adalah suatu profesi yang mempunyai tugas utama mendidik,
mengajar, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi hasi
pembelajaran siswa. Tugas guru dipertegas kembali dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal
20 yang menyebutkan “Guru dalam tugas keprofesionalannya berkewajiban
merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran”. Sedangkan
yang menyangkut beban kerja guru diatur dalam pasal 35, menyebutkan
“Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas
tambahan”.
Tingkat keberhasilan guru dalam menyelesaikan pekerjaannya disebut
“Level Of Performance” atau level kinerja (Priansa, 2017: 136). Guru yang
memiliki level kinerja tinggi adalah guru yang memiliki produktivitas kerja
sama dengan atau diatas standar yang ditentukan, begitupun sebaliknya.
Menurut Musriadi (2016: 204) kinerja guru adalah kemampuan yang
ditujukan oleh guru dalam melaksanakan tugas atau pekerjaanya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Supardi (2014: 73) yang mengatakan bahwa
13
kinerja guru adalah kemampuan dan keberhasilan guru dalam melaksanakan
tugas-tugas pembelajaran. Dari dua pendapat ini, kinerja guru dapat dilihat
pada keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugas profesinya. Tugas-
tugas tersebut diantaranya adalah mengajar, mendidik, membimbing
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Sedangkan
tugas guru yang profesional menurut pasal 2 Undang-Undang No. 14 Tahun
2005 meliputi:
1) Melaksanakan pembelajaran yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi pembelajaran
2) Meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
3) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan hukum dan kode etik
guru serta nilai-nilai agama dan etika dan dapat memelihara dan
memupuk persatuan dan kesatuan bangasa (Husien, 2017: 135).
Lebih lanjut menurut Priansa (2017: 136) kinerja guru merupakan hasil
kerja yang dicapai guru di sekolah dalam mencapai tujuan sekolah yang
tampak dari tanggungjawabnya dalam menjalankan amanah, profesi yang
diembannya, serta moral yang dimilikinya. Hal tersebut tercermin dari
kepatuhan, komitmen, dan loyalitasnya dalam mengembangkan potensi
peserta didik serta memajukan sekolah.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kinerja guru
adalah pencapaian hasil unjuk kerja/perilaku nyata seorang guru menurut
tugas-tugas profesinya sesuai dengan keprofesionalan yang diamanatkan
kepada dirinya dalam konteks proses belajar mengajar. Namun dalam
melaksanakan tugasnya, seperti yang terlihat pada kinerja guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses belajar mengajar,
harus dilandasi oleh sikap moral dan profesional seorang guru. Ini harus
dilakukan karena melihat realita yang ada, banyak guru yang melaksanakan
tugasnya namun tidak memberikan contoh tauladan yang baik bagi peseerta
didiknya. Sehingga siswa hanya unggul di afektif dan psikomotorik, namun
tidak disikapnya.
d. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Meningkatnya kinerja seseorang pasti dipengaruhi oleh beberapa faktor,
termasuk kinerja dari seorang guru baik karena faktor internal maupun
eksternal. Menurut Susanto (2016: 73) faktor internal yang mempengaruh
kinerja guru adalah sistem kepercayaan menjadi pandangan hidup seorang
guru. Faktor ini sangat besar pengaruhnya yang ditimbulkan, bahkan paling
berpotensi bagi pembentukan etos kerjanya. Meskipun dalam realitasnya
etos kerja seseorang tidak semata-mata tergantung pada nilai-nilai agama
atau sistem kepercayaan dan pandangan teologis yang dianutnya, tetapi
14
pengaruh pendidikan, informasi dan komunikasi juga bertanggung jawab
bagi pembentukan suatu kinerja.
Sedangkan faktor eksternal kinerja guru, seperti yang dikemukakan
Muhaimin (dalam Nadira, 2013: 194-202) mengidentifikasi kedalam
beberapa hal, diantaranya adalah:
1) Volume upah kerja yang dapat memenuhi kebutuhan seseorang
2) Suasana kerja yang menggairahkan atau iklim yang ditunjang
dengan komunikasi demokrasi yang serasi dan manusiawi antara
pemimpin dan bawahan
3) Sikap jujur dan dapat dipercaya dari kalangan pememipin terwujud
dalam kenyataan
4) Penghargaan terhadap need achievment (hasrat dan kebutuhan untuk
maju) atau penghargaan terhadap yang berprestasi
5) Sarana yang menunjang bagi kesejahtraan mental dan fisik sperti
tempat olahraga, masjid, rekreasi, dan hiburan.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa faktor internal yang paling berpotensi
dalam mempengaruhi kinerja seorang guru. Hal itu dikarenakan faktor
internal merupkan kepercayaan yang menjadi pandangan hidup seorang
guru. Misalnya, guru mempunyai motivasi dalam dirinya untuk menjadi
guru adalah pengabdian yang semata-mata hanya ingin beribadah kepada
Allah SWT, maka apapun yang ditugaskan akan dikerjakan tanpa
mengeluh. Hal ini sejalan dengan pendapat Gunawan (2017: 100) bahwa
dorongan dan motivasi yang paling utama adalah harus muncul dan timbul
dalam diri seseorang, karena jika ada motivasi dari dalam diri yang kuat
ditambah dengan usaha untuk mewujudkannya, maka yakinlah apapun yang
dicita-citakan akan terpenuhi.
Berbeda dengan Mangkunegara (2006: 13) faktor yang mempengaruhi
kinerja guru adalah:
1) Faktor Kemampuan (Ability).
Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge+skill). Artinya seorang
guru yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dan sesuai dengan
bidangnya serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
2) Faktor Motivasi (Motivation).
Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan
terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasinya.
Dari beberapa pendapat diatas, diketahui bahwa meningkatnya kinerja
seorang guru tidak lepas dari pengaruh faktor internal maupun eksternal
15
guru itu sendiri. Mulai dari sikap dan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas profesinya hingga gaya kepemimpinan dan lingkungan
tempat kerjanya. Semua itu dapat menstimulus para guru agar semangat dan
teliti dalam melaksanakan tugasnya. Namun yang harus diperhatikan adalah
faktor-faktor yang dapat menurunkan kinerja guru.
Menurut Supriati (dalam Husein, 2017: 137) faktor-faktor yang dapat
menurunkan kinerja guru yaitu: 1) kurangnya pembebasan dari kontrak
dengan murid sepanjang hari, 2) tugas-tugas administratif, 3) kurangnya
kerjasama dan dorongan dari kepala sekolah, 4) bangunan sekolah kurang
memadai, 5) kurangnya kerjasama dengan staf, 6) beban mengajar
berlebihan, 7) gaji rendah, dan 8) kurang lengkapnya fasilitas kerja. Oleh
karena itu, dalam mengatasi maslah-masalah ini diperlukan peran dari
seorang kepala sekolah yang mampu mengarahkan dan memotivasi
bawahannya agar bekerja secara profesional, dengan memperhatikan
kebutuhan guru agar mampu menciptakan budaya kerja yang harmonis.
e. Penilaian Kinerja Guru
Keberhasilan tugas seorang guru dapat dilihat dari kinerja yang
dilakukan oleh seorang guru secara profesional. Sebagaimana yang
tercantum dalam PERMENAG dan RB Nomor 16 Tahun 2009, Penilaian
Kinerja Guru (PKG) adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama
guru dalam rangka pembinaan karier, kepangkatan, dan jabatannya
(Dermawati, 2013: 5). Dari pengertian tersebut, terlihat bahwa penilaian
kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan
suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau
program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam
organisasi.
Menurut Stiggins (dalam Guntur, 2014: 15-22) “performance
assessments call upon the examinee to demonstrate specific skills and
competencies, that is, to apply the skills and knowledge they hav
emastered”. Dari pengertian tersebut, terlihat bahwa penilaian kinerja
meminta peserta untuk menunjukkan keahlian dan kompetensi spesifik,
yaitu menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang telah mereka kuasai.
Jika dikaitkan dengan profesi seorang guru, guru harus bisa mengelola
pembelajaran dalam kelasnya sendiri dengan syarat guru wajib memiliki
empat kompetensi yaitu pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Oleh karena itu, untuk mengetahui kualitas guru sesuai dengan
penguasaan kompetensinya, maka dibuatlah sistem Penilaian Kinerja Guru.
Menurut Priatna dan Sukamto (2013: 1) sistem penilaian kinerja guru
adalah sistem penilaian yang dirancang untuk mengidentifikasi kemampuan
guru dalam melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan
kompetensi yang ditunjukkan dalam unjuk kerjanya. Dari hasil studi Lazer
dan Wikstrom yang dikutip dalam buku Veithzal Rivai (2004: 324) aspek-
16
aspek yang dapat dinilai dari kinerja seorang guru dalam suatu organisasi
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kemampuan teknik, kemampuan
konseptual, dan kemampuan hubungan interpersonal:
1) Kemampuan teknik yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,
metode, teknik dan peralaan yang dipergunakan untuk melaksanakan
tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperoleh.
2) Kemampuan konseptual yaitu kemampuan untuk memahami
kompleksitas organisasi dan penyesuaian bidang gerak dari unit-unit
operasional.
3) Kemampuan hubungan interpersonal yaitu antara lain kemampuan
untuk bekerjasama dengan orang lain, membawa guru melakukan
negoisasi.
Penilaian kinerja guru tidak hanya dilakukan untuk guru-guru yang
bekerja dibawah naungan Kementrian Pendidikan Nasional, tetapi juga
berlaku bagi guru-guru di bawah naungan Kementrian Agama. Hal itu
dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatakan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugasnya. Menurut Bernawi dan Arifin (2012: 40) Terdapat
beberapa tujuan penilaian kinerja guru, diantaranya adalah sebagai berikut.
1) Pengembangan profesi dan karir guru
2) Pengambilan kebijakan per sekolah
3) Cara meningkatkan kerja guru
4) Penugasan yang lebih sesuai dengan karir guru
5) Mengidentifikasi potensi guru untuk program in service training
6) Jasa bimbingan dan penyuluhan terhadap kinerja guru yang mempunyai
masalah kinerja
7) Penyempurnaan manajemen sekolah
8) Penyediaan informasi untuk sekolah serta penugasan-penugasan.
Sedangkan menurut Ferdinan (2017: 129-138) mengatakan bahwa:
“Hasil penialaian kinerja dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah,
dan pengawas untuk melakukan refleksi terkait dengan tugas dan
fungsinya dalam rangka memberikan layanan kepada masyarakat dan
meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kinerja guru,
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri bagi guru sehingga
mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang
dimilikinya sebagai bahan untuk mengembangkan potensi dan profil
kinerjanya”.
Berdasarkan buku pedoman penilaian kinerja guru yang dikeluarkan
Direktorat Jendral Pendidik dan Tenaga Kependidikan (2008: 34) terdapat
berbagai model instrumen yang dapat dipakai dalam penilaian kinerja guru.
Namun demikian, ada dua model yang paling sesuai dan dapat digunakan
17
sebagai instrumen utama, yaitu skala penilaian dan (lembar) observasi.
Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang lain (individu)
melalui pernyataan perilaku dalam suatu kontinum atau kategori yang
memiliki makna atau nilai. Kategori dibuat dalam bentuk rentangan mulai
dari yang tertinggi sampai terrendah. Rentangan ini dapat disimbolkan
melalui huruf (A, B, C, D) atau angka (4, 3, 2, 1), atau berupa kata-kata,
mulai dari tinggi, sedang, kurang, rendah, dan sebagainya.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja guru
adalah penilaian yang dilakukan untuk membantu guru dalam
meningkatkan pengetahuan serta keerampilannya dalam proses
pembelajaran sehingga menjadi tenaga pendidik yang profesional. Namun
yang harus diperhatikan, kinerja guru dapat ditinjau dari berbagai aspek,
baik dari guru itu sendiri maupun dari peserta didiknya.
F. Indikator Kinerja Guru Untuk keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian
kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan
dan diukur secara efektif serta efisien. Berdasarkan publikasi dari Badan
Standar Nasional Pendidikan (BNSP), untuk mempermudah penilaian
dalam PK Guru, terdapat 14 (empat belas) kompetensi yang dinilai. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 2.1
Kompetensi Guru Mata Pelajaran/Guru Kelas
Pedagogik
a) Menguasai karakteristik peserta didik
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik
c) Pengembangan kurikulum
d) Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e) Pengembangan potensi peserta didik
f) Komunikasi dengan peserta didik
g) Penilaian dan evaluasi
Kepribadian
18
a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional
b) Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
c) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
Sosial
a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif
b) Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua,
peserta didik, dan masyarakat
Profesional
a) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
b) Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif
Priatna dan Sukamto (2013: 5-6).
Dari tabel di atas, terlihat ada beberapa komponen tugas guru
diantarannya adalah komponen tugas guru dalam mendidik yang dapat
disusun dari tiga indikatornya, meliputi: 1) mengembangkan potensi peserta
didik, 2) mengembangkan kepribadian peserta didik, 3) melaksanakan
penyesuaian penyelengaraan mendidik. Selanjutnya, komponen tugas guru
dalam melatih dan mengarahkan dapat disusun dari ketiga indikatornya,
yaitu: 1) memberikan motivasi belajar, 2) memberikan panduan dalam
belajar, dan 3) membiasakan berperilaku positif. Kemudian, komponen
tugas guru dalam membimbing dapat disusun dari tiga indikatornya, yaitu:
1) membuat rencana program bimbingan, 2) melaksanakan program
bimbingan, dan 3) melaksanakan tindak lanjut program bimbingan, dan
terakhir, komponen tugas guru dalam menilai dan mengevaluasi, yang dapat
disusun dari dua indikatornya, yaitu: 1) menyusun rencana evaluasi, serta 2)
melaksanakan dan memanfaatakan hasil evaluasi.
Beberapa komponen tersebut, dapat dibuat beberapa indikator untuk
mengukur kinerja guru. Menurut Sadtyadi dan Kartowagiran (2014: 290-
304) instrumen penilaian kinerja guru tersebut dapat disusun dari komponen
pelaksanaan tugas dan fungsi guru yang terdiri dari komponen tugas guru
dalam mengajar, yang dapat disusun dari tiga indikatornya, meliputi 1)
membuat rencana program mengajar, 2) melaksanakan program
pembelajaran, 3) melaksanakan tindak lanjut program pembelajaran. Hal ini
19
sejalan dengan pendapat Darmawati (2013: 10) yang mengatakan bahwa
dimensi tugas utama/indikator kinerja guru meliputi perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang aktif dan efektif
serta penilaian pembelajaran.
Sedangkan menurut Susanto (2016: 75-76) indikator kinerja guru
terbagi menjadi beberapa bagian, yakni:
1) Kemempuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar
2) Penguasaan materi yang diajarkan kepada siswa
3) Penguasaan metode dan strategi mengajar
4) Pemberian tugas-tugas kepada siswa; dan
5) Kemampuan mengelola kelas.
Pendapat ini ditambahkan oleh Musriadi (2016: 206) yang mengatakan
bahwa indikator kinerja guru terdiri dari:
1) Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan
2) Penguasaan materi yang akan diajarkan siswa
3) Penguasaan metode dan strategi mengajar
4) Pemberian tugas-tugas kepada siswa
5) Kemampuan mengelola kelas.
6) Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi
Dari uraian di atas pengertian kinerja guru dalam penelitian ini adalah
pencapaian hasil unjuk kerja/perilaku nyata seorang guru menurut tugas-
tugas profesinya sesuai dengan keprofesionalan yang diamanatkan kepada
dirinya dalam konteks pelaksanaan pembelajaran yang ditunjukkan oleh
indikator-indikator : 1) kemampuan membuat perencanaan pembelajaran, 2)
penguasaan materi pelajaran, 3) penerapan strategi dan pendekatan
pembelajaran, 4) kemampuan menggunakan sumber dan media
pembelajaran, 5) kemampuan mengelola kelas, 6) kemampuan
melaksanankan penilaian.
2. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
a. Pengertian Kepemimpinan
Secara etimologi, kepemimpinan berasal dari kata dasar pemimpin.
Dalam bahasa Inggris, Leadership yang berarti kepemimpinan, dari kata
dasar Leader berarti pemimpin dan akar katanya to lead yang terkandung
beberapa arti yang saling erat berhubungan yaitu bergerak lebih awal,
berjalan di awal, mengambil langkah awal, berbuat paling dulu, menelopori,
mengarahkan pikiran atau pendapat orang lain, membimbing, dan
mengarahkan orang lain melalui pengaruhnya (Mangunhardjana dalam
Baharuddin dan Umiarso: 47).
D.E. McFarland (dalam Danim, 2012: 6) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan dilukiskan akan
memberi perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi
20
pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pengertian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Robbins (dalam
Sukarta dan Sastra, 2011: 55) yang mendefenisikan kepemimpinan dengan
kemampuan untuk mempengaruhi kelompok menuju pencapaian. Dari dua
pengertian ini terlihat jelas bahwa sosok pemimpin mempunyai kewajiban
untuk bisa membimbing dan mempengaruhi bawahannya agar bisa secara
bersama-sama mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Namun penting
untuk diperhatikan bagaimana cara seorang pemimpin dalam membimbing
atau mempengaruhi bawahannya. gunakan pendekatan yang mampu
menggerakan hati bawahan agar mau bersama-sama mencapai target yang
ingin dicapai. Hindari paksaan yang mungkin hanya menimbulkan suasana
ketidakharmonisan antara pemimpin dan bawahan.
Selanjutnya menurut Odway Tead (dalam Arifin, 2012: 3) menjelaskan
bahwa kepemimpinan merupakan suatu kegiatan mempengaruhi orang-
orang agar mereka mau bekerja sama untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Hal ini berarti pelaksanaan suatu kegiatan atau pekerjaan yang
harus dilakukan tidak bersifat individual, tetapi dilakukan dalam bentuk
kerjasama yang efektif, efisien dan berkelanjutan. Pendapat ini hampir sama
dengan pendapat Baharuddin dan Umiarso (2012: 48) yang mengatakan
bahwa kepemimpinan itu adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain
agar orang tersebut mau bekerjasama (mengelaborasi potensinya) untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengertian ini lebih menekankan
kepada pengembangan potensi yang dimiliki oleh bawahannya. Dimana hal
ini sudah menjadi tugas dari seorang pemimpin untuk mengembangkan
sumber daya manusia yang dimilikinya.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi individu maupun
kelompok dengan kemampuan atau kecerdasan yang dimiliki untuk
melakukan suatu kegiatan dalam bentuk kerjasama yang terarah pada
pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena itu, kepemimpinan merupakan
hal yang sangat penting dalam kehidupan berorganisasi untuk mencapai
visi dan misi yang telah ditetapkan. Dari sini dapat dipahami tugas utama
seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya
terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja,
tetapi pemimpin harus mampu melibatkan seluruh lapisan organiasinya,
anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka
mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha mencapai tujuan.
b. Unsur-unsur Kepemimpinan
Dari berbagai uraian-uraian tentang pengertian kepemimpinan yang
telah dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi unsur-unsur utama
sebagai esensi kepemimpinan. Unsur-unsur itu adalah :
1) Unsur pemimpin atau orang yang mempengaruhi
21
2) Unsur orang yang dipimpin sebagai pihak yang dipengaruhi
3) Unsur interaksi atau kegiatan atau usaha dan proses mempengaruhi
4) Unsur tujuan yang kehendak dicapai dalam proses mempengaruhi
5) Unsur perilaku atau kegiatan yang dilakukan sebagai hasil
mempengaruhi (Arifin, 2012: 10).
Jika melihat unsur-unsur kepemimpinan di atas, terlihat jelas bahwa
dalam proses kepemimpinan membutuhkan interaksi antara pemimpin dan
yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu,
keterampilan berkomunikasi sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin
nantinya. Pemimpin yang baik adalah komunikator yang handal. Sebagian
besar waktu yang terpakai untuk kerja kepemimpinan adalah
berkomunikasi, baik internal maupun eksternal. Aktivitas pemimpin
dilakukan melalui komunikasi dua arah. Komunikasi itu bisa verbal, bisa
juga non verbal. Meski komunikasi verbal paling lazim, tidak jarang pula
komunikasi non verbal menjadi dominan. Sebagai contoh, ketika pemimpin
meminta bawahannya agar tidak melakukan sesuatu, mereka cenderung
tidak akan melakukannya. Demikian pula sebaliknya, apa dan bagaimana
cara pemimpin berkomunikasi sangat menentukan apakah hal itu akan
membangun atau merusak hubungan antar sesama mereka.
Sedangkan menurut Koontz (dalam Duryat, 2016: 24) ada empat unsur
Skill yang terdapat dalam seni kepemimpinan. Ke empat unsur tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Otoritas atau kekuatan pemimpin
2) Kemampuan dalam menyatupadukan sumber tenaga manusia yang
memiliki daya-daya motivasi yang bervariasi setiap waktu dan situasi
3) Kemampuan dalam mengembangkan iklim kerja dalam merespon dan
membangkitkan atau menimbulkan motivasi
4) Kemampuan dalam mengembangkan gaya-gaya kepemimpinan.
Kemampuan atau Skill di atas, mengarahkan pemimpin untuk mampu
menggunakan apa yang dimilikinya. Mulai dari otoritas atau kekuatan
hingga wawasan intelektual dalam membangkitkan semangat dan motivasi
bawahan dalam melaksanakan tugasnya.
c. Fungsi Kepemimpinan
Fungsi kepemimpinan pada dasarnya adalah menjalankan wewenang
kepemimpinannya, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi,
memelihara, kesediaan bekerja sama, dan menjamin kelancaran serta
kebutuhan organisasi. Secara terperinci, fungsi-fungsi kepemimpinan itu
adalah meliputi kegiatan-kegiatan atau tindakan untuk:
1) Pengambilan keputusan
2) Pengambilan imajinasi
3) Pendelegasian wewenang kepada bawahan
22
4) Pengembangan kesetiaan para bawahan
5) Pemrakarsaan, penggiatan, dan pengendalian rencana-rencana
6) Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
7) Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
8) Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
9) Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
10) Pertanggungjawaban semua tim (Susanto, 2016: 10-11). Hal tersebut
senada dengan Sudaryono (2014: 98) yang mengatakan bahwa:
“Fungsi-fungsi kepemimpinan terdiri dari: funsi pengambilan keputusan,
menciptakan visi organisasi, mengembangkan budaya organisasi,
menciptakan sinergi, memberdayakan anggota atau pengikut,
menciptakan perubahan organisasi, memotivasi pengikut atau anggota,
mewakili sistem sosialnya, membelajarkan organisasi: organisasi
tradisional, organisasi pembelajaran, pengembangan organisasi, dan
membangun iklim organisasi.
Dalam fungsi pengambilan keputusan sebagai pelaksana strategi
kepemimpinan, agar lebih akurat dalam kepemimpinan untuk
mengefektifkan organisasi, seorang pemimpin perlu mengikutsertakan
anggota organisasi sesuai posisi dan tanggung jawab masing-masing.
Pemimpin yang baik tahu kapan dan kepada siapa sebuah tugas dapat
didelegasikan, mengkomunikasikan secara efektif harapan-harapan
mengenai tugas yang didelegasikan, dan menegecek apakah tuas tersebut
dikerjakan dengan baik. Dengan demikian, keahlian kepemimpinan adalah
pandai dalam mengambil keputusan sekaligus menempatkan posisi
bawahan sesuai dengan keahliannya.
d. Tipe dan Gaya Kepemimpinan
Pemimpin adalah seorang manusia juga. Ia memiliki sifat, kebiasaan,
watak, dan kepribadian yang diberikan sang pencipta dengan keunikannya
masing-masing. Sehingga pada saat proses kepemimpinannya memiliki
tingkah laku atau gaya kepemimpinan yang berbeda dari orang lain.
W. J Reddin dalam artikelnya What Kind Of Manager, menentukan
watak dan tipe pemimpin atas tiga pola dasar, yaitu:
1) Berorientasikan tugas (task orientation)
2) Berorientasikan hubungan kerja ( relationship orientation)
3) Berorientasikan hasil yang efektif (Effectives orientation) (Kartono,
2016: 34).
Berdasarkan penonjolan ketiga orientasi tersebut, dapat ditentukan
delapan tipe kepemimpinan, yaitu:
23
1) Tipe Deserter (pembelot)
Sifatnya: bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa
pengabdian, tanpa loyalitas dan ketaatan serta sukar diramalkan
2) Tipe Birokrat
Sifatnya: correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma, ia
adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin dan keras
3) Tipe Misionaris (missionary)
Sifatnya: terbuka, penolong, lembut hati, ramah-tamah.
4) Tipe Developer (pembangun)
Sifatnya: kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan
wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan kepada bawahan
5) Tipe Otokrat
Sifatnya: keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong,
bandel.
6) Benevolent autocrat (otokrat yang bijak)
Sifatnya: lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa
keterlibatan diri.
7) Tipe Compromiser (kompromis)
Sifatnya: plintat-plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak
mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
8) Tipe Eksekutif
Sifatnya: bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik,
berpandangan jauh, dan tekun (Kartono, 1994: 30-31).
Selain teori diatas, islam juga menawarkan konsep kepemimpinan
tersebut. Menurut Rivai dan Mulyadi (2012: 10-12) Untuk memahami dasar
konseptual dalam perspektif islam paling tidak harus digunakan tiga
pendekatan yaitu pendekatan normatif, historis dan teoritik.
1) Pendekatan Normatif
Dasar konseptual kepemimpinan islam secara normatif bersumber
pada Al-Qur’an dan hadis yang terbagi atas empat prinsip pokok, yaitu:
a) Prinsip tanggung jawab dalam organisasi
Di dalam islam telah digariskan bahwa setiap diri adalah pemimpin
(minimal untuk dirinya sendiri) dan untuk kepemimpinan itu ia dituntut
untuk bertanggung jawab sebagaimana hadis tersebut diatas. Untuk
memahami makna tanggung jawab adalah substansi utama yang harus
dipahami terlebih dahulu oleh seorang calon pemimpin agar amanah
yang diserahkan kepadanya tidak disia-siakan.
b) Prinsip etika tauhid
Kepemimpinan islam dikembangkan di atas prinsip-prinsip etika
tauhid. Persyaratan utama seorang pemimpin telah digariskan Allah
Subhanahuata’ala pada firmannya dala surah Ali Imran (3) ayat 118:
24
Hai orang-orang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang diluar kalanganmu (karena) mereka
tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka
menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih
besar lagi. Sungguh telah kami terangkan kepada ayat-ayat (Kami),
jika kamu memahaminya. (QS Ali Imran [3]: 118).
Dari ayat di atas, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan
bahwa Allah SWT berfirman seraya melarang hamba-hambanya yang
mukmin mengambil orang-orang munafik sebagai teman kepecayaan
dengan menceritakan kepada mereka semua rahasia kaum mukmin dan
semua rencana yang dipersiapkan kaum mukmin terhadap musuh-
musuhnya. Orang-orang munafik akan berusaha dengan sekuat tenaga dan
kemampuan mereka tanpa henti-hentinya untuk menimbulkan mudarat
terhadap kaum mukmin. Dengan kata lain, mereka (orang-orang munafik)
itu terus berupaya menentang kaum mukmin dan manimpakan mudarat
tehadap mereka dengan segala cara yang mereka dapat dan dengan
memakai tipu daya serta kepalsuan yang mampu mereka kerjakan. Mereka
suka dengan semua hal yang mencelakakan kaum mukmin, gemar pula
melukai kaum mukmin serta menyukai hal-hal yang memberatkan kaum
mukmin (http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-ali imran-
ayat-118-120.html).
Berdasarkan tafsir ini, sebagai seorang muslim, dilarang memberikan
jabatan kepada mereka dalam urusan kaum muslimin, mereka dalam hal ini
adala orang-orang yahudi, nasrani dan kaum munafik, karena mereka hanya
menyukai hal-hal yang bertentangan dangan kaum muslimin yang dapat
mendatangkan kemudharatan.
c) Prinsip keadilan
Untuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka atas keadilan
harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stigma-stigma ketidak
adilan seperti kelompok marginal dan lain-lain. Firman Allah
Subhanahuata’ala dalam surah Shaad (38) ayat 26:
25
Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di mukua bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang
sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka
melupakan hari perhitungan. ( QS Shaad [38]: 26).
Dari ayat di atas, menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan Ini
merupakan perintah dari Allah SWT kepada para penguasa agar mereka
memutuskan perkara diantara manusia dengan kebenaran yang diturunkan
dari sisi-Nya, dan janganlah mereka menyimpang darinya, yang berakibat
mereka akan sesat dari jalan Allah. Allah SWT telah mengancam orang-
orang yang sesat dari jalan-Nya dan yang melupakan hari perhitungan yaitu
dengan ancaman yang tegas dan azab yang keras
(http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-shad-ayat 26.html).
Dari tafsir tersebut, terlihat jelas bahwa untuk menjadi seorang
pemimpin muslim sejati, seorang pemimpin dalam memutuskan perkara
harus adil sesuai dengan kebenaran dan ajaran-Nya, tidak berbuat zalim,
memperhatikan hak orang lain dan tidak melakukan suatu perbuatan yang
bertentangan dengan hikmah dan kemaslahatan umat.
d) Prinsip kesederhanaan
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam menegaskan bahwa seorang
pemimpin itu harus melayani dan tidak meminta untuk dilayani
sebagaimana sabdanya:
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka” (HR Abu Na’im).
2) Pendekatan Historis
Al-Qur’an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai
bahan pelajaran dan bahan perenungan bagi umat yang akan datang.
Dengan pendekatan historis ini diharapkan akan lahir pemimpin-pemimpin
islam yang memiliki sifat sidiq, fathonah, amanah, dan lain-lain sebagai
syarat keberhasilannya dalam memimpin. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an,
hadis, sirah nabawiyah, sirah shahabah telah memuat pesan-pesan moral
yang tak ternilai harganya. Dan sejarah yang objektif akan bertutur dengan
jujur tentang betapa rawannya hamba Allah yang bernama manusia ini
26
untuk tergelincir kedalam luatan dosa, tidak terkecuali seorang nabi
sekalipun tetap bisa tergelincir kearah khilaf.
3) Pendekatan Teoritik
Ideologi Islam adalah ideologi yang terbuka. Hal ini mengandung arti
walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di dalam bangunan ideologi
islam sendiri sudah sempurna, namun islam tidak menutup kesempatan
mengomunikasikan ide-ide dan pemikiran-pemikiran dari luar islam selama
pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan sunah
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasalam.
Pengembangan ilmu pengetahuan, kerangka manajemen islam selama
berada dalam koridor ilimiah tentunya sangat dianjurkan mengingat
kompleksitas permasalahan dari zaman ke zaman akan selalu bertambah
dan sejarah islam pun mencatat dalam setiap zaman akan lahir pembaharu-
pembaharu pemikiran islam yang membangun dasar-dasar konseptual yang
relevan dengan zamannya. Pembaharu-pembaharu tersebut adalah seorang
pemimpin dengan gaya kepemimpinannya yang tidak bertentangan Al-
Qur’an dan sunah Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasalam.
e. Pengertian Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional hadir menjawab tantangan zaman yang
penuh dengan perubahan. Zaman yang dihadapi saat ini bukan zaman ketika
manusia menerima segala apa yang menimpanya, tetapi zaman dimana
manusia dapat mengkritik dan meminta yang layak dari apa yang
diberikannya secara kemanusiaan.
Burns (dalam Komariah dan Triatna, 2010: 77) menjelaskan
kepemimpinan transformasional sebagai suatu proses yang pada dasarnya
para pemimpin dan pengikut saling menaikkan diri ke tingkat moralitas dan
motivasi yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Suharsaputra (2016: 59)
mengatakan bahwa:
“Kepemimpinan transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang
mampu mentransformasikan organisasi dalam menghadapi perubahan
dengan mendorong bawahannya untuk berpikir jangka panjang, bukan
hanya untuk memenuhi kebutuhan sesaat/sementara, menyadari apa
yang sesungguhnya penting, dan pemimpin berusaha
mengubah/mengembangkan bawahan untuk menjadi pemimpin-
pemimpin”.
Sedangkan menurut Robbins dan Timotthy (2015: 261) para pemimpin
transformasional adalah pemimpin yang menginspirasi para pengikutnya
untuk melampaui kepentingan diri mereka sendiri dan yang berkemampuan
untuk memiliki pengaruh secara mendalam dan luar biasa terhadap
27
pengikutnya. Maksudnya adalah pemimpin transformasional selalu
mendapatkan dukungan dan kepercayaan dari bawahannya. Seperti yang
dikatakan oleh Bass (dalam Danim dan Suparno, 2009: 57) bahwa ciri
kepemimpinan transformasional adalah karismatik yaitu memberikan visi
dan misi organisasi dengan jelas, menanamkan kebanggaan, memperoleh
respek, dukungan dan kepercayaan dari bawahan atau rekan kerjanya.
Kepemimpinan Transformasional yang dipaparkan oleh Bass dan
Avolio (dalam Bush dan Coleman, 2016: 23) adalah menstimulasi semangat
para kolega dan pengikut-pengikutnya untuk melihat pekerjaan mereka dari
beberapa perspektif baru. Berbeda dengan pemaparan Brown and Keeping
(dalam Sudaryono, 2014: 205) bahwa pemimpin transformasional yang
ditandai dengan kemampuan memimpin untuk mengartikulasikan visi
bersama tentang masa depan, secara intelektual menstimulasi karyawan.
Sedangkan menurut Komariah dan Triatna (2010: 77) kepemimpinan
transformasional dapat dipandang secara makro dan mikro. Jika dipandang
secara mikro, kepemimpinan transformasional merupakan proses
mempengaruhi inidividu, sementara secara makro merupakan proses
memobilisasi kekuatan untuk mengubah sistem sosial dan mereformasi
kelembagaan.
Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan transformasional adalah suatu bentuk gaya kepemimpinan
yang berorientasi pada perubahan melalui pemberian inspirasi, motivasi,
atau ide baru pada anggota organisasi untuk mencapai visi yang telah
ditetapkan.
f. Karakteristik Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional memiliki sejumlah karakteristik yang
melekat. Leithwood dkk (dalam Danim dan Suparno, 2009: 53)
mengemukakan “Transformasional leadership is seen to be sensitive to
organization building, developing shared vision, distributing leadership
and building school culture necessary to current restructuring efforts in
schools”. Esensi pendapat ini, bahwa kepemimpinan transformasional
memiliki ciri dominan, yaitu:
1) Memiliki sensitivitas terhadap pengembangan organisasi
2) Mengembangkan visi bersama antar komunitas organisasi
3) Mendistribusikan peran kepemimpinan
4) Mengembangkan kultur sekolah
5) Melakukan usaha-usaha restrukturisasi di sekolah
Sedangkan menurut Bass dan Avalio (dalam Priansa, 2016: 126-127)
menyatakan bahwa karakteristik kepemimpinan transformasional
dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang antara satu faktor dan faktor lainnya
saling terikat. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menunjukkan perilaku Kharismatik, yaitu:
28
a) Mendapatkan rasa hormat untuk dipercaya
b) Kepercayaan kepada orang lain
c) Menyampaikan rasa pengertian dan memiliki misi yang kuat
terhadap pengikutnya
d) Menampilkan standar moral yang tinggi
e) Membangun tujuan-tujuan yang menantang bagi pengikutnya
f) Menjadi model pada pengikutnya
2) Memunculkan motivasi inspirasional, yaitu:
a) Mengacu pada cara pemimpin transformasional dalam memotivasi
b) Memberi inspirasi melalui visi yang jelas
c) Kepercayaan diri
d) Meningkatkan optimisme
e) Semangat kelompok
f) Antusias
3) Memberikan stimulasi intelektual, yaitu:
a) Menunjukkan usaha pemimpin yang mendorong pengikut menjadi
inovatif
b) Kreatif dalam memimpin untuk mendorong pengikut agar
menanyakan asumsi-asumsi
c) Membuat kembali kerangka permasalahan
d) Mendekati pengikut dengan cara baru
4) Memperlakukan pengikut dengan memberi perhatian kepada individu,
yaitu:
a) Memberikan perhatian secara personal pada semua individu
b) Membuat semua individu merasa dihargai
c) Mendelegasikan tugas sebagai cara pengembangan pengikutnya
Secara detail, berdasarkan penelitian terhadap para transformasional
bisnis, Tichy dan Devanna (dalam Wirawan, 2013: 149) mengemukakan
karakteristik pemimpin transformasional memiliki perilaku utama sebagai
berikut :
1) Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan, pemimpin
bertanggungjawab memimpin perubahan pada organisasi yang
dipimpin.
2) Individu pemberani, berani dalam mengambil resiko, penuh hati-hati,
dan berani menghadapi tantangan.
3) Mereka percaya pada orang lain, pemimpin bukan pemimpin dictator.
Pemimpin yang berkuasa akan tetapi memperhatikan kesensitifan orang
lain. Memegang prinsip motivasi, emosi, kesakitan, kepercayaan, dan
loyalitas orang.
4) Mereka adalah penarik nilai, menunjukkan pribadi teladan yang sesuai
proposisinya.
29
5) Mereka pembelajar sepanjang hayat, pemimpin yang tidak menganggap
bahwa sebuah kesalahan adalah sebuah kegagalan melainkan sebagai
pengalaman belajar.
6) Mereka mempunyai kemampuan untuk berurusan dengan kompleksitas,
mampu menghadapi problematika yang terjadi pada organisasi dalam
dunia kompleks yang selalu berubah.
7) Mereka visionary, pemimpin dapat bermimpi, mampu menjabarkan
impiannya sehingga orang mampu berbagi sesuai impiannya tersebut.
Dari uraian di atas, terlihat bahwa seorang pemimpin transformasional
dapat mengubah kesadaran bawahannya terhadap isu-isu yang ada dengan
membantu mereka melihat masalah dengan sudut pandang yang baru.
Pemimpin transformasional juga mampu untuk memberi semangat,
mendorong dang mengilhami bawahannya untuk memberikan usaha ekstra
untuk mencapai tujuan kelompok.
g. Prinsip Kepemimpinan Transformasional
Paradigma baru dari kepemimpinan transformasional mengangkat tujuh
prinsip untuk menciptakan kepemimpinan transformasional yang strategis.
Menurut Susanto (2016: 65-66) tujuh prinsip tersebut dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Simplifikasi, keberhasilan dari kepemimpinan diawali dengan sebuah
visi yang akan menjadi cermin dan tujuan bersama
2) Motivasi, kemampuan untuk mendapatkan komitmen dari setiap orang
yang terlibat terhadap visi yang sudah dijelaskan adalah hal kedua yang
perlu kita lakukan. Pada saat pemimpin transformasional dapat
menciptakan suatu sinergitas dalam organisasi, berarti seharusnya dia
dapat pula mengoptimalkan, memotivasi, dan memberi energi kepada
setiap pengikutnya
3) Fasilitasi, dalam pengertian kemampuan untuk secara efektif
memfasilitasi pembelajaran yang terjadi di dalam organisasi secara
kelambagaan, kelompok ataupun individual
4) Inovasi, yaitu kemampuan untuk secara berani dan bertanggungjawab
melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu
tuntutan dengan perubahan yang terjadi
5) Mobilitas, yaitu pengarahan semua sumber daya yang ada untuk
melengkapi dan memperkuat setiap orang yang terlibat di dalamnya
dalam mencapai visi dan tujuan
6) Siap siaga, yaitu kemampuan untuk selalu siap belajar tentang diri
mereka sendiri dan menyambut perubahan dengan paradigma yang
positif
7) Tekad, yaitu tekad bulat untuk selalu sampai pada akhir, tekad bulat
untuk menyelesaikan sesuatu dengan baik dan tuntas. Untuk ini, tentu
30
perlu pula didukung oleh pengembangan disiplin sipritualitas, emosi,
dan fisik serta komitmen.
Dari ketujuh prinsip diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi
seorang pemimpin yang transformasional, pimpinan harus mempunyai visi,
komitmen, dan humanis yang didukung oleh kontrol spiritual dan
ketahanan fisik. Selain itu, pemimpin transformasional juga merupakan
agen perubahan yang memberi peran mengubah sistem kearah yang lebih
baik, berusaha memberikan reaksi yang menimbulkan semangat dan daya
kerja cepat serta berupaya memperbaiki dan mengembangkan organisasi
bukan untuk saat ini, tetapi dimasa yang akan datang. Oleh karena itu,
pemimpin transformasional dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
visioner.
h. Unsur-unsur Kepemimpinan Transformasional
Menurut pendapat McShane dan Von Gilnow (dalam Suharsaputra,
2016: 63) bahwa unsur-unsur kepemimpinan transformasional yaitu :
1) Creating a strategic vision, pemimpin transformasional membentuk visi
strategis yang realistis dan menarik untuk masa depan yang mampu
menyatuhkan bawahan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan
2) Communicating the vision, pemimpin transformasional
mengkomunikasikan makna visi dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya tujuan yang visioner kepada bawahan
3) Modelling the vision, pemimpin transformasional tidak hanya
membicarakan visi, namun melaksanakannya dalam kinerja yang
menggambarkan visi.
4) Building commitment to the vision, pemimpin transformasional
komitmen atau konsisten dengan visinya.
Dari unsur-unsur kepemimpinan transformasional di atas, dapat
disimpulkan bahwa pemimpin transformasional akan mampu membangun,
mengembangkan, atau memperkuat komitmen organisasi atas visi yang
dibuat, dimulai dengan melibatkan seluruh anggota organisasi/pegawai
dalam merumuskan visi organisai.
Pemaparan diatas, berbeda dengan Bass dan Avalio (dalam Sudaryono,
2014: 207) yang menyebutkan empat komponen kepemimpinan
transformasional, yaitu:
1) Idealized influenced. Pemimpin yang memiliki karisma menunjukan
pendirian, menekankan kepercayaan, menempatkan diri pada isu-isu
yang sulit, menunjukan nilai yang paling penting, menekankan
pentingnya tujuan, komitmen dan konsekuensi etika dari keputusan,
serta memiliki visi dan sence of mission.
2) Inspiration Motivation. Pemimpin mempunyai visi yang menarik untuk
masa depan, menetapkan standar yang tinggi bagi para bawahan.
31
Optimis dan antusiasme, memberikan dorongan dan arti terhadap apa
yang pernah dilakukan.
3) Intelectual Stimulation. Pemimpin yang mendorong bawahan untuk
lebih kreatif, menghilangkan keenggangan bawahan untuk
mengeluarkan ide-idenya dan dalam menyelesaikan permasalahan yang
ada menggunakan pendekatan baru yang lebih menggunakan intelegensi
dan alasan-alasan yang rasional
4) Individualized Consideration. Pemimpin mampu memperlakukan orang
lain sebagai individu, mempertimbangkan kebutuhan individual dan
mendengarkan aspirasi-aspirasi, mendidik dan melatih bawahan.
Pemimpin transformasional diyakini lebih berhasil dalam mendorong
perubahan organisasi karena tergugahnya emosi pengikut serta kesediaan
mereka untuk bekerja melanjutkan visi sang pemimpin. Transformasi
esensinya adalah mengubah potensi menjadi energi nyata. Pemimpin yang
mampu melakukan transformasi kepemimpinan berarti dapat mengubah
potensi institusinya menjadi energi untuk meningkatkan mutu, proses, dan
kinerja bawahannya. Dengan demikian, kepemimpinan transformasional
dapat diartikan sebagai bentuk atau gaya yang diterapkan seorang
pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
i. Kepala Sekolah Yang Transformasional Dua kata adalah kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua
atau pemimpin dalam suatu organisasi atau sebuah lembaga. Sedangkan
sekolah adalah sebuah lembaga yang menjadi tempat menerima dan
memberi pelajaran. Dengan demikian secara sederhana kepala sekolah
dapat didefenisikan sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi
tugas untuk memimpin suatu sekolah tempat diselenggarakan proses
pembelajaran, atau tempat terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Kompri, 2015:171).
Seorang kepala sekolah sebagai “Status Leader” atau “Formal
Leader”, lebih disegani, lebih ditaati petunujuk-petunjuk atau perintah-
perintahnya oleh murid-muridnya atau anggota staffnya, mungkin semata-
mata karena kedudukannya yang resmi sebagai pemimpin, karena
kekuasaan resmi yang ia miliki sebagai pemimpin resmi. Sehubungan
dengan itu, terdapat kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 Tanggal 17
April 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah yaitu:
32
Tabel 2.2
Kompetensi Kepala Sekolah
No. Dimensi Kompetensi Kompetensi
1.1 Berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan tradisi
akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas di
sekolah/madrasah
1.2 Memiliki integritas kepribadian
sebagai pemimpin
1.3 Memiliki keinginan yang kuat
dalam pengembangan diri sebagai
kepala sekolah/madrasah
1.4 Bersikap terbuka dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi
1.5 Mengendalikan diri dalam
menghadapi masalah dalam pekerjaan
sebagai kepala sekolah/madrasah
1.6 Memiliki bakat dan minat jabatan
sebagai pemimpin pendidikan
2.1 Menyusun perencanaan
sekolah/madrasah untuk berbagai
tingkat perencanaan
2.2 Mengembangkan organisasi
sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan
2.3 Memimpin sekolah/madrasah
dalam rangka pendayagunaan sumber
daya sekolah/madrasah secara optimal
2.4 Mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/madrasah
menuju organisasi pembelajar yang
33
efektif
2.5 Menciptakan budaya dan iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta
didik
2.6 Mengelola guru dan staf dalam
rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal
2.7 Mengelola sarana dan prasarana
sekolah/ madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal
2.8 Mengelola hubungan sekolah/
madrasah dan masyarakat dalam
rangka pencarian dukungan ide,
sumber, belajar, dan pembiayaan
sekolah/madrasah
2.9 Mengelola peserta didik dalam
rangka penerimaan peserta didik baru,
dan penempatan dan pengembanagn
kapasitas peserta didik
2.10 Mengelola pengembangan
kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional
2.11 Mengelola keuangan
sekolah/madrasah sesuai dengan
prinsip pengelolaan yang angkutabel,
transparan, dan efisien
2.12 Mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapaian sekolah/madrasah
2.13 Mengelola unit layanan khusus
sekolah/madrasah dalam mendukung
34
kegiatan pembelajaran dan kegiatan
peserta didik di sekolah/madrasah
2.14 Mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung
penyusunan program dan
pengambilan keputusan
2.15 Memamfaatkan kemajuan
teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah
2.16 Melakukan monitoring, evaluasi,
dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/madrasah dengan
prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya
3.1 Menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan
sekolah/madrasah
3.2 Bekerja keras untuk mencapai
keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang
efektif
3.3 Memiliki motivasi yang kuat
untuk sukses dalam melaksanakan
tugas pokok dan funsinya sebagai
pemimpin sekolah/madrsah
3.4 Pantang menyerah dan selalu
mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi
sekolah/madrasah
3.5 Memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola kegiatan
35
produksi/jasa sekolah/madrasah
sebagai sumber belajar peserta didik
4.1 Merencanakan program supervisi
akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru
4.2 Melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan
pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat
4.3 Menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru
5.1 Bekerjasama dengan pihak lain
untuk kepentingan sekolah/madrsah
5.2 Berpartisipasi dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan
5.3 Memiliki kepekaan sosial
terhadap orang atau kelompok lain
Supriadi (2010: 202-206).
Jika dilihat kompetensi yang dijelaskan pada tabel di atas, sebenarnya
sesuai dengan dimensi yang ada pada kepemimpinan transformasional.
Menurut Susanto (2016: 68) terdapat empat dimensi kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, yaitu:
1) Idealizad influence. Kepala sekolah merupakan sosok ideal yang dapat
dijadikan sebagai penutan bagi guru dan stafnya, dipercaya, dihormati, dan
mampu mengambil keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah.
Dimensi ini sesuai dengan dimensi kompetensi kepribadian kepala sekolah
yaitu Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia,
dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2) Inspirational motivation. Kepala sekolah dapat memotivasi seluruh guru
dan stafnya untuk memiliki komitmen terhadap visi organiasi dan
mendukung semangat tim dalam mencapai tujuan-tujuan sekolah. Dimensi
ini sesuai dengan dimensi supervisi kepala sekolah yang memotivasi
bawahannya dengan melakukan dan menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru.
36
3) Intellectual stimulation. Kepala sekolah dapat menumbuhkan kretifitas dan
inovasi seluruh guru dan stafnya untuk memiliki komitmen terhadap visi
organisasi dan mendukung semangat tim dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah. Dimensi ini sesuai dengan dimensi manajerial dan
dimensi kewirausahaan kepala sekolah yang menciptakan budaya dan iklim
sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta
didik dan mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal serta menciptakan inovasi yang berguna bagi
pengembangan sekolah/madrasah
4) Individual-consideration. Kepala sekolah dapat bertindak sebagi pelatih dan
penasihat bagi guru dan stafnya. Dimensi ini sesuai dengan dimensi sosial
dan supervisi kepala sekolah yang melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat dan memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Sebagai pemimpin formal, kepala sekolah bertanggung jawab atas
tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya peningkatan profesionalisme
tenaga kependidikan kearah peningkatan prestasi belajar peserta didik. untuk
itu, kepala sekolah bertugas melaksanakan kepemimpinan, baik yang
berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan, maupun penciptan iklim
sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses pendidikan secara efektif dan
koefisien. Dalam hal ini strategi kepemimpinan yang dilaksanakan menjadi
sangat penting, karena laju perkembangan kegiatan atau program pendidikan
yang ada pada setiap sekolah ditentukan oleh arahan, bimbingan serta visi yang
ingin dicapai sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan kepala sekolah yang
memiliki gaya kepemimpinan transformasional.
Menurut Luthans (dalam Maris dkk, 2016: 173-188) terdapat tujuh sikap
dari seorang kepala sekolah yang telah berhasil menerapkan kepemimpinan
transformasional, yaitu:
1) Mengidentifikasi dirinya sebagai agen perubahan (pembaharuan)
2) Memiliki sifat pemberani
3) Mempercayai orang lain
4) Bertindak atas dasar sistem nilai (bukan atas dasar kepentingan individu)
5) Meningkatkan kemampuan secara terus- menerus,
6) Memiliki kemampuan untuk menghadapi situasi yang rumit, tidak jelas dan
tidak menentu, serta
7) Memiliki visi ke depan atau visioner.
Pendapat ini hampir sama denga pendapat Yulk (dalam Danim dan
Suparno, 2009: 55) bahwa pemimpin transformasional yang efektif memiliki
atribut-atribut sebagai berikut:
1) Mereka melihat diri mereka sebdiri sebagai agen perubahan
2) Mereka adalah pengambil resiko yang berhati-hati
37
3) Mereka yakin pada orang-orang dan sangat peka terhadap kebutuhan-
kebutuhan mereka
4) Mereka fleksibel dan terbuka terhadap pelajaran dan pengalaman
5) Mereka mempunyai keterampilan kognitif
6) Mereka memiliki keyakinan pada pemikiran yang berdisiplin dan
kebutuhan akan analisis masala yang hati-hati, dan
7) Mereka adalah orang-orang yang mempunyai visi yang mempercayai intuisi
mereka.
Paradigma baru manajemen pendidikan memberikan kewenangan luas
kepada kepala sekolah dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian pendidikan di sekolah. Kepala
sekolah yang transformasional harus siap menerima kewenangan tersebut
dengan berbagai konsekuensiya. Disamping itu, percepatan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni yang merambah ke sekolah-sekolah, semakin
membuat kompleks kehidupan kepala sekolah, bukan sebaliknya. Kepala
sekolah tidak lagi dapat menerima suatu perubahan sebagai mana adanya, tetapi
harus berpikir untuk membuat perubahan di sekolah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dalam penelitian ini adalah
kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing,
dan menggerakkan bawahanya (guru, staf/TU, siswa, orang tua siswa dan
pihak-pihak lain terkait) untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan pendidikan
di sekolah, yang telah ditetapkan. Adapun indikator untuk mengukur
kepemimpinan transformasional kepala sekolah tersebut ditunjukkan dengan
kompetensi yang dimiliki kepala sekolah, khususnya yaitu: 1) Model yang
dapat diteladani bawahan, 2) Memotivasi bawahan, 3) menstimulasi bawahan
menjadi kreatif dan inovatif, dan 4) Memberikan perhatian akan kebutuhan
individu bawahan.
3. Motivasi Kerja Guru
a. Pengertian Motivasi
Setiap manusia pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai
tujuan tersebut dibutuhkan suatu kondisi yang dapat membangkitkan
semangat dan antusiasme individu. kondisi tersebut adalah “motivasi”.
Istilah motivasi berasal dari kata motif dan dapat diartikan sebagai
kekuatan yang terdapat dalam diri individu dan menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung
tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya berupa rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah lauku tertentu (
M. Sellers dan W. Porter dalam Uno, 2016: 100).
Dalam kamus Umum Bahasa Indonesia disebutkan bahwa motivasi
adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
38
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu (Kompri,
2015:1-3). Sedangkan menurut Sutikno (2012: 470) motivasi merupakan
suatu kekuatan yang mendorong seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.
Ada banyak ahli yang merumuskan pengertian motivasi. Robbins (dalam
Badeni, 2013: 76-77) menjelaskan bahwa motivasi adalah “the willingness
to exert high level of efford toward organizational goal, conditionet by
effort”s ability to satisfy individual needes”. Menurutnya, motivasi
merupakan kemauan untuk mengeluarkan upaya yang tinggi untuk mencapai
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan dalam memenuhi
beberapa kebutuhan individual.
Sedangkan Lunenburg dan Ornstein (dalam Zuhriyah, 2015: 203-215)
mendifinisikan motivasi sebagai berikut:
“Motivation has been defined as ”those processes within an individual
that stimulate behavior and channel it in ways that should benefit the
organization as a whole”; ”the forces acting on and coming from within
a person that account, in part, for the willful direction of one’s efforts
toward the achievement of specific goals”, and “motivation means three
things: The person works hard; the person keeps at his other work; and
the person directs his or her behavior toward appropriate goals”. In
general, these definitions seem to contain three common aspects of
motivation: effort, persistence, and direction”.
Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa motivasi merupakan suatu
proses yang terjadi pada individu yang merangsang prilaku dan
menyalurkannya dengan cara yang seharusnya untuk menguntungkan
organisasi secara keseluruhan. Dalam pengertian ini, motivasi mengandung
tiga aspek, diantaranya adalah usaha, ketekunan, dan arah.
Lebih lanjut Atkinson (dalam Alifuddin, 2012: 145) mengatakan bahwa
motivasi adalah dorongan, intensitas dan kegigihan upaya individu dalam
mencapai sebuah tujuan. Dalam hal ini tujuan yang dicapi adalah tujuan
organisasi yang ditetapkan secara bersama-sama
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi
merupakan suatu kekuatan yang tumbuh dalam diri seseorang yang
memiliki keinginan yang sangat kuat dalam melakukan suatu tindakan untuk
mencapai tujuan yang diingikannya.
b. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai
peranan penting pada setiap diri individu baik secara perorangan maupun
kelompok. Dengan mempelajari jenis-jenis motivasi, maka seseorang akan
dapat memahami perbedaan perilaku antara yang satu dengan yang lainnya.
39
Menurut Suryabata (dalam Kompri, 2015: 6) membedakan motivasi
menjadi dua, yakni :
1) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berfungsi karena adanya
perangsangan dari luar, misalnya orang belajar giat karena diberi tahu
bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena
diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum ia dapat melamar
pekerjaan, dan sebagainya.
2) Motivasi Intrinsik, yaitu motivasi yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Memang dalam diri individu sendiri telah ada
dorongan itu. Misalnya orang yang gemar membaca tidak usah ada yang
mendorongnya telah mencari sendiri buku-buku untuk dibacanya, orang
yang rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah
belajar secara sebaik-baiknya.
Motivasi dalam pengertian tersebut memiliki dua aspek, yaitu adanya
dorongan dari dalam dan dari luar untuk mengadakan perubahan dari suatu
keadaan yang diharapkan dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan.
Kemudian Sutikno (2012: 51) menambahkan secara rinci bahwa ada tiga
jenis atau tingkatan motivasi seseorang yaitu:
1) Motivasi yang didasarkan atas kekuatan. Seseorang melakukan sesuatu
karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya
orang patuh pada bos karena takut dipecat, orang membeli polis
asuransi karena takut jika terjadi apa-apa dengannya, anak-istrinya akan
menderita.
2) Motivasi karena ingin mencapai sesuatu. Motivasi ini jauh lebih baik
dari motivasi yang pertama, karena sudah ada tujuan di dalamnya.
Seseorang mau melakukan sesuatu karena ingin mencapai suatu sasaran
atau prestasi tertentu.
3) Motivasi yang didorong oleh misi dan tujuan hidupnya. Seseorang yang
telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang
diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih pada sesama atau
ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang memiliki
motivasi ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan. Baginya
bekerja bukan sekedar memperoleh sesuatu (uang, harga diri,
kebanggaan, prestasi) tetapi proses belajar untuk mencapi misi
hidupnya.
c. Fungsi Motivasi
Motivasi yang tumbuh dalam diri seseorang akan mempengaruhi kinerja
atau kegiatan yang dilakukan. Setiap motivasi yang timbul akibat pengaruh
internal mupun eksternal individu, memiliki fungsinya masing-masing.
Fungsi motivasi menurut Oemar (dalam Yamin, 2006: 176-177) adalah
sebagai berikut :
40
1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi
maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.
2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan
kepencapaian tujuan yang diinginkan.
3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin bagi
mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lambatnya suatu
pekerjaan.
Dari ketiga fungsi motivasi di atas, terlihat jelas bahwa motivasi
memiliki peran yang sangat penting dalam suatu pekerjaan karena motivasi
mampu mengangkat perfomance seseorang dalam melakukan suatu
pekerjaan.
d. Teori Motivasi
Motivasi lahir dengan beberapa teori. Teori-teori kepuasan kerja, yakni
teori motivasi klasik dari Taylor, teori hirarki kebutuhan dari Abraham
Maslow, teori dua faktor dari Frederik Herzberg, teori motivasi prestasi dari
Mc. Clelland, dan Teori ERG(Existence, relatedness, and growth) dari
Alderfer (Triyono dalam Wasini dan Hutagaol, 2016: 52-81).
1) Teori Motivasi Klasik dari Tailor
Penekanan dari teori ini adalah kebutuhan biologis manusia.
Menurut teori ini, motivasi orang bekerja adalah untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Mempertahankan hidup menjadi motivasi
utama sehingga mendorong orang untuk bekerja. Sedangkan menurut
Uno (2016: 39) motivasi ini disebabkan oleh imbalan keuangan yang
dapat dicapai dengan memenuhi sasaran-sasaran keluaran. jika dilihat
dari dua penjelasan ini, dapat dipahami bahwa untuk mencapai
kebutuhan biologis manuasia, maka imbalan keuangan merupakan salah
satu faktornya yang dapat mendorong seseorang untuk bekerja.
2) Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Menurut Maslow dikemukakan sebagai berikut. “Kebutuhan itu
tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat kebutuhan yang paling rendah
adalah kebutuhan fisiologis dan tingkat yang paling tinggi adalah
kebutuhan realisasi diri (selfactualization needs). Kebutuhan- kebutuhan
ini diartikan sebagai berikut:
a) Fisiologis: Kebutuhan akan makan, mium, tempat tinggal, dan bebas
dari sakit.
b) Keselamatan dan keamanan: Kebutuhan akan kebebasan dari
ancaman, yakni aman dari ancaman kejadian atau lingkungan.
c) Rasa memiliki, sosial dan cinta: Kebutuhan akan teman, afiliasi,
interaksi, dan cinta.
41
d) Penghargaan: Kebutuhan akan penghargaan diri, dan penghargaan
dari orang lain.
e) Realisasi diri: Kebutuhan untuk memenuhi diri sendiri dengan
penggunaan kemampuan maksimum, ketrampilan dan potensi.
Kebutuhan-kebutuhan di atas disusun secara hirarkis menurut
tingkatannya dari yang paling tinggi ke yang yang paling rendah.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak bisa saling mendahului satu dengan
yang lain. Setelah kebutuhan pertama atau yang paling rendah terpenuhi
barulah kebutuhan yang lain yang lebih tinggi bisa terpenuhi. Namun,
menurut Robbins dan Judge (2017: 129) mengatakan bahwa:
“Teori ini tidak memberikan substansi yang empiris, dan beberapa
studi yang berusaha untuk membuktikannya tidak menemukan
bukti pendukung untuk itu. Namun, beberapa peneliti telah
berupaya untuk membangkitkan kembali komponen konsep hierarki
kebutuhan dengan menggunakan prinsip-prinsip dari psikologi
evolusioner. Waktu yang akan mengatakan apakah revisi mereka
atas hirearki maslow akan bermanfaat bagi para manajer yang
bekerja.”
Dari penjelasan di atas, teori ini memuat kebutuhan-kebutuhan yang
kompleks yang dibutuhkan oleh para pekerja, sehingga tidak heran teori
ini sebagian besar diterapkan oleh berbagai organisasi. Walaupun tidak
memberikan bukti yang empiris, teori ini secara intuitif logis dan
mudah untuk dipahami bagi para manajer yang bekerja.
3) Teori Dua Faktor dari Herzberg
Dari nama teorinya sudah bisa diketahui bahwa menurut teori ini
ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor-faktor itu
adalah faktor pemeliharaan dan faktor motivasi. Pemeliharaan
berhubungan langsung dengan hakikat pekerjaan seperti makan dan
minum. Dalam kegiatan organisasi pemeliharaan berkaitan dengan gaji,
kepastian pekerjaan, dan supervisi yang baik. Faktor-faktor motivasi
misalnya ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai, dan
penghargaan.
4) Teori Motivasi Prestasi dari Clelland
Kebutuhan akan prestasi, afiliasi, dan kekuasaan adalah bagian dari
motivasi prestasi. Setiap pekerja atau orang memiliki kemampuan yang
dapat dimanfaatkan. Akan tetapi untuk memberdayakan kemampuan-
kemampuan tersebut perlu adanya dorongan motivasi, situasi, peluang
kerja, dan kebutuhan pekerja.
Menurut Robbins dan Judge (2017: 129) Mc Clelland memiliki
dukungan riset yang terbaik. Namun sayangnya, teori ini memiliki efek
42
kurang praktis dari pada yang lainnya. Karena Mc Clelland berpendapat
bahwa tiga kebutuhan berada di alam bawah sadar tidaklah mudah. Oleh
karena itu, untuk memenuhi kebutuhan motivasi ini, dibutuhkan proses
yang cukup lama dan biaya yang mahal.
5) Teori ERG (Existence, Relatedness, and Growth) dari Alderfer
Teori ini lahir sebagai sebuah kritik terhadap teori yang
dikemukakan Abraham Maslow. Teori ini bersifat lebih empiris atau
nyata apabila diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Jika teori yang
diterapkan oleh Maslow merupakan sebuah hirarki kebutuhan manusia,
maka teori ini justru membuatnya menjadi ke dalam bentuk kelompok-
kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan akan keberadaan, kebutuhan
akan afiliasi, dan kebutuhan akan kemajuan atau perkembangan.
Menurut Badeni (2013: 84) Usaha pemenuhan kebutuhan di atas
tidaklah kaku sebagaimana dalam teori Maslow, yang sepertinya
mangatakan setelah kebutuhan pertama atau yang paling rendah
terpenuhi barulah kebutuhan yang lain yang lebih tinggi bisa terpenuhi.
Sedangkan menurut teori ini, apabila seseorang mengalami hambatan
dalam memenuhi kebutuhan tingkat yang lebih tinggi, orang tersebut
akan kembali pada kebutuhan tingkat yang lebih rendah.
e. Pengertian Motivasi Kerja
Menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosida (dalam Kompri, 2015:
60) motivasi kerja merupakan proses pemberian dorongan kepada anak
buah agar anak buah dapat bekerja sejalan dengan batasan yang diberikan
guna mencapai tujuan organisasi secara optimal, pengertian proses
pemberian dorongan tersebut adalah serangkaian aktivitas yang harus
dilalui atau dilakukan untuk menumbuhkan dorongan kepada pegawai
untuk bekerja sejalan dengan tujuan organisasi.
Asa’ad (dalam Kuswaeri, 2016: 1-12) mengatakan bahwa motivasi kerja
merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Hal
tersebut sependapat dengan Husin dan Umbara ( 2016: 28-39) Motivasi
kerja adalah sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja atau
dengan kata lain pendorong semangat kerja.
Selanjutnya menurut Winardi (dalam Triwahyudianto, 2017: 89-100),
motivasi kerja adalah suatu kekuatan potensial yang ada dalam diri seorang
manusia, yang dapat dikembangkan oleh sejumlah kekuatan luar yang pada
intinya berkisar sekitar imbalan moneter, dan imbalan non moneter yang
dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara positif atau secara negatif, hal
ini tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi orang yang
bersangkutan. masyarakat, dimana dapat melihat itu baik atau tidak, benar
atau tidak, adil atau tidak dan melanggar suara hati atau tidak.
43
Dari beberapa penegertian dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja
adalah sesuatu hal yang dapat menimbulkan semangat seseorang dalam
bekerja sesuai dengan tugasnya.
f. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Yunus (dalam Hermino, 2014: 132-133) mengemukakan sejumlah
faktor-faktor dalam pekerjaan yang mempengaruhi motivasi kerja individu
sebagai berikut :
a) Rasa aman (Securuty), yaitu adanya kepastian karyawan untuk
memperoleh pekerjaan tetap, memangku jabatan di perusahan selama
mungkin seperti yang mereka harapkan
b) Kesempatan untuk maju (type work), Adanya kemungkinan untuk maju,
naik tingkat, memperoleh kedudukan dan keahlian
c) Tipe pekerjaan (type of work), yaitu adanya pekerjaan yang sesuai
dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, bakat, dan minat
karyawan
d) Nama baik tempat bekerja (company), yaitu perusahaan (sekolah) yang
memberikan kebanggaan karyawan bila bekerja di perusahan atau
sekolah tersebut
e) Rekan kerja (Co worker), yaitu rekan kerja yamg sepaham, yang cocok
untuk kerja sama
f) Upah (Pay), yaitu penghasilan yang diterima
g) Penyedia (Supervisor), yaitu pemimpin atau atasan yang mempunyai
hubungan baik dengan bawahannya, mengenal bawahannya, dan
mempertimbangkan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh
bawahanyya
h) Jam kerja (work hours), yaitu jam kerja yang teratur atau tertentu dalam
sehari
i) Kondisi kerja (working condition), yaitu seperti kebersihan tempat
kerja, suhu, ruangan kerja, ventilasi, kegaduhan suara, bau, dan
sebagainya
j) Fasilitas (benefit), yaitu kesempatan cuti, jaminan keshatan, pengobatan
dan sebagainnya.
Sedangkan menurut Siagian (2006: 294) motivasi dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Yang
termasuk faktor internal yang mempengaruhi motivasi anatara lain persepsi
seseorang mengenai diri sendiri, harga diri, harapan pribadi, kebutuhan,
keinginan kepuasan kerja prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan fakor
eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang antara lain jenis dan sifat
pekerjaan, kelompok kerja dimana seseorang bergabung ,organisasi tempat
orang bekerja, situasi lingkungan kerja, gaji.
Dari berbagai pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
motivasi kerja guru dalam penelitian ini adalah sesuatu yang dapat
44
menimbulkan dorongan atau semangat guru dalam mengajar. Indikator
yang dipakai untuk mengukur motivasi kerja guru adalah terpenuhinya
kebutuhan guru khususnya dalam: a) Keinginan untuk berprestasi, b)
Perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri, c) Fasilitas pendukung pekerjaan,
d) Hubungan harmonis antara sesama rekan kerja dan e) Kompensasi.
B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Tanti Kurniawati (2013: 1-9) mahasiswa
Pascasarjana Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya, dengan judul
penelitian “ Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan
Disiplin Kerja Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri ADB
INVEST Se-Kota Surabaya”, menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan disiplin kerja kepala sekolah berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kinerja guru di SMK Negeri ADB
INVEST se-Kota Surabaya. Artinya, pelaksanaan kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan disiplin kerja guru secara bersama-sama
maka dapat meningkatkan kinerja guru. Terdapat keselarasan antara hasil
penelitian dengan teori yang ada, sehingga penelitian ini mendukung teori yang
ada. Hal itu disimpulkan berdasarkan data bahwa pengaruh kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru memiliki kontribusi
sebesar 44,5%, pengaruh disiplin kerja kepala sekolah terhadap kinerja guru
memiliki kontribusi sebesar 40,4%, pengaruh kepemimpinan transformasional
kepala sekolah dan disiplin kerja kepala sekolah secara bersama-sama terhadap
kinerja guru memiliki kontribusi sebesar 55,1% sedangkan 44,9% dipengaruhi
oleh faktor lain.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Basilius Redang Werang (2014:
128-135) berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah,
Moral Kerja Guru, dan Kepuasan Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru di Kota
Merauke mengungkapkan bahwa kepemimpinan transformasional kepala
sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja guru SD Negeri di kota
Merauke Artinya, semakin meningkatnya kepemimpinan transformasional
kepala sekolah akan diikuti oleh semakin meningkatnya kinerja para guru SD
Negeri di Kota Merauke.
Dalam penelitian lain juga yang dilakukan oleh Tokhibin dan Wuradji
(2013: 308-320) dengan judul Judul “Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah, Kompetensi, Motivasi, dan Kedisiplinan
Guru Terhadap Kinerja Guru di SMK” menjelasjan bahwa kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, kompetensi guru, motivasi guru dan
kedisiplinan guru berpengarauh signifikan terhadap kinerja guru SMK di Kota
Magelang, baik secara sendiri maupun bersama-sama. Sumbangan setiap
variabel bebas terhadap variabel kinerja guru berturut-turut sebagai berikut:
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah 15,2%; kompetensi guru
45
51,8%; motivasi guru 53,9% dan kedisiplinan guru 45,9%. Secara bersama-sama
kepemimpinan transformasional kepala sekolah, kompetensi, motivasi dan
kedisiplinan guru meningkatkan kinerja guru sebesar 61,7%.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Susmiyati (2016: 185-200
mengenai “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala dan Kompetensi
Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Aliyah Negeri
Se-Kabupaten Tulungagung”, menjelaskan bahwa kepemimpinan
transformasional dan kompetensi manajerial kepala sekolah berpengaruh positif
terhadap kinerja guru di Madrasah Aliyah Negeri seluruh Kabupaten
Tulungagung dan kepemimpinan transformasional serta kompetensi manajerial
kepala sekolah ber pengaruh signifikan secara simultan terhadap kiner ja guru
di Madrasah Aliyah Negeri seluruh Kabupaten Tulungagung.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Mirela Karabina (2016: 80-94)
dengan judul “The Impact Of Leadership Style To The Teachers’ Job
Satisfaction” yang berfokus pada beberapa teori dan penelitian baru yang terkait
dengan dampak gaya kepemimpinan dan gaya kepemimpinan transformasional
dalam kepuasan kerja guru menemukan bahwa : (a) kepuasan kerja ditentukan
oleh faktor internal, dan faktor eksternal yang berdampak pada ketidakpuasan
kerja; (b) faktor-faktor ini berbeda-beda dalam menentukan determinan
kepuasan kerja; (c) gaya kepemimpinan memegang peranan penting dan
berhubungan dengan kepuasan kerja guru sebagai dimensi, karisma,
pertimbangan individual, stimulasi intelektual dan pengaruh berpengaruh positif
terhadap kepuasan kerja para guru.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Dr. Figes Eren (2011: 1-17)
yang berjudul “Relationship between Teacher Motivation and Transformational
Leadership Characteristics of School Principals”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat motivasi guru yang bekerja di sekolah dasar
dan tingkat kualitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah berdasarkan
persepsi guru; dan kemudian menyelidiki hubungan antara motivasi guru dan
kualitas kepemimpinan transformasional kepala sekolah. Sampel terdiri dari 397
guru kelas dan guru mata pelajaran yang dipilih secara acak dan bekerja di pusat
kota Ankara. Sebagai hasil penelitian, ditemukan bahwa tingkat motivasi guru
"sebagian terpuaskan" sedangkan tingkat karakteristik kepemimpinan
transformasional kepala sekolah "jarang." Pada akhir penelitian, tidak ada
hubungan yang bermakna antara kepemimpinan transformasional kepala
sekolah dan tingkat motivasi guru.
Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nemanich dan Keller
menganalisis pada tahun 2007 mengenai dampak kepemimpinan
transformasional pada 477 karyawan, dari perusahaan multinasional besar yang
mengalami merger dan diintegrasikan menjadi organisasi baru. Mereka
mendapati perilaku kepemimpinan transformasional seperti pengaruh ideal,
motivasi yang menginspirasi, rangsangan intelektual, dan pertimbangan yang
46
diadaptasi secara positif terkait dengan penerimaan , kepuasaan pekerjaan, dan
kinerja ( Peter G. Northouse, 2013: 184).
Sedangkan untuk Kajian empirik mengenai esensi kepemimpinan
transformasional di lembaga persekolahan telah banyak dilakukan oleh peneliti.
Peneliti-peneliti yang dimaksud antara lain Maehr dan Anderman (1993), Maehr
dan Fyans ( 1989), Maehr dan Midgley (1991 dan 1996) dimana mereka telah
mengembangkan efidensi impresif secara empirik untuk memberi kesan bahwa
variabel mediasi dan kultur sekolah akan mendorong sekolah menjadi tempat
diamana guru-guru memiliki rasa positif terhadap pekerjaan dan siswa
termotivasi untuk belajar (Sudarwan Danim dan Suparno, 2009: 60).
C. Kerangka Berpikir
Penelitian ini menganalisis tentang pengaruh kepemimpinan
transforamasional kepala sekolah, motivasi kerja guru terhadap kinerja guru di
SDIT Al Haraki Depok.
1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru
Sekolah merupakan salah satu bentuk organisasi pendidikan. kepala
sekolah merupakan pemimpin pendidikan di sekolah. jika pengertian
kepemimpinan tersebut diterapkan dalam organisasi pendidikan,
kepemimpinan pendidikan bisa diartikan sebagai suatu usaha untuk
menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi pendidikann untuk
mencapai tujuan pendidikan.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah memiliki sejumlah tugas
dan tanggung jawab yang cukup berat, untuk bisa menjalankan fungsinya
secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang
tepat. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah sebagai salah satu
gaya kepemimpinan yang mempunyai paradigma baru. Dalam
implementasinya, kepemimpinan kepala sekolah secara transformasional
akan mendorong tumbuhnya perilaku individu yang dipimpinnya ke arah
perubahan yang diinginkan.
Kepemimpinan transformasional dengan prilaku model yang dapat
diteladani bawahan, memotivasi bawahan, menstimulasi bawahan menjadi
inovatif dan kreatif dan memberikan perhatian akan kebutuhan individu
bawahan, diharapkan dapat mengubah dan mempengaruhi bawahan untuk
dapat meningkatkan kinerja. Oleh karena itu, kepemimpin transformasional
kepala sekolah akan mampu meningkatkan kinerja guru.
2. Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru
Motivasi merupakan dorongan yang timbul dari dalam diriseseorang,
baik secara sadar atau tidak untuk melakukan sesuatu tindakan dengan suatu
tujuan tertentu. Jadi seseorang dapat terdorong untuk melakukan kerja
47
secara lebih baik, karena ada dorongan dari dalam dirinya (intrinsik)
maupun karena dorongan dari luar (ekstrinsik). Dorongan inilah yang
menjadi sinergi sehingga seseorang mau bekerja keras untuk melakukan
tugas yang diberikan kepadanya.
Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
faktor yang datang dari dalam maupun yang datang dari lingkungan. Dari
berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup
dominan dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain kearah efektifitas kerja.
Guru yang mempunyai motivasi kerja yang tinggi akan senantiasa
bekerja keras untuk mengatasi segala jenis permasalahan yang dihadapi
dengan harapan mencapai hasil yang lebih baik lagi. Pencapaian suatu
tujuan tidak terlepas dari motivasi guru dalam bekerja, karena motivasi
merupakan pendorong semangat dan kemauan untuk bekerja dalam
mencapai keberhasilan kerja guru. Dengan adanya motivasi kerja yang
dimiliki guru diduga akan meningkatkan kinerjanya.
Kinerja guru akan baik jika guru tersebut mempunyai motivasi dalam
kerjanya. Tinggi rendahnya motivasi seorang guru akan mempengaruhi
keberhasilan dalam proses pendidikan dan akan berpengaruh pada kinerja
guru tersebut. Motivasi yang tinggi tentunya akan menciptakan prestasi
kerja dan kinerja guru yang tinggi. Prestasi kerja adalah hasil-hasil kerja
yang dilakukan seseorang dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggungjawab seperti meningkatkan kualitas dan kuantitas kerja, sikap dan
inisiatif. Dalam meningkatkan prestasi kerja dan kineja guru dapat
dilakukan dengan melakukan inovasi pembelajaran, strategi-strategi
pembelajaran yang baru dan isu-isu pembelajaran yang baru sehingga dapat
meningkatkan prestasi kerja guru dalam pembelajaran. Sebaliknya jika
motivasi rendah maka akan menciptakan prestasi kerja atau kinerja guru
yang rendah sehingga kualitas dan kuantitas kerja seseorang akan rendah
dan kinerja orang menjadi lebih buruk sehingga akan menghasil pendidikan
yang rendah.
3. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap
Motivasi Kerja Guru
Pemimpin dalam kepemimpinannya harus memiliki sikap yang
mendorong semua unsur yang ada di sekolah menjadi lebih bergairah dalam
bekerja dan berpartisipasi dalam memajukan sekolah. Sikap pemimpin
dalam mencapainya dapat ditunjukkan seperti memandang dan menghargai
bahwa tugas atau misinya sangat penting, disiplin waktu seperti datang
lebih awal dari bawahannya, memberikan apresiasi bila bawahan berhasil
menyelesaikan tugas, dan sebagainya.
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berkenaan juga dengan
kemampuan kepala sekolah untuk memotivasi sumber daya manusia yang
ada di sekolah agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran tingkat tinggi
48
yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya, yaitu segala hal yang
diberikan dalam pekerjaan semata-mata merupakan demi kepentingan
kemajuan sekolah.
Sikap pemimpin seperti itu akan membuat bawahan merasa percaya,
kagum, dan respek terhadap atasannya sehingga bawahan termotivasi untuk
berbuat lebih baik dari biasanya yang dilakukan dan diharapkan. Motivasi
kerja yang dipengaruhi oleh sikap kepemimpinan, akan terlihat pada
prestasi guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Hal ini berakibat
pada tercapainya tujuan dari lembaga atau organisasi seperti sekolah.
4. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja Guru
Keberhasilan pendidikan di sekolah, salah satunya ditentukan oleh
keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola pendidik dan tenaga
kependidikan yang berada dalam sistem persekolahan, diantaranya dalam
membantu meningkatkan kinerja mengajar guru. Peningkatan kinerja guru
dalam pembelajaran dapat tercapai apabila kepala sekolah sebagai
pemimpin mampu memacu guru dalam meningkatkan kinerjanya dengan
sunguh-sungguh dan penuh dedikasi yang tinggi terhadap tugas yang
diembannya.
Kepala sekolah transformasional dalam meningkatkan pembelajaran di
sekolahnya, akan mencurahkan sebagian besar waktunya bagi
pengembangan guru, dan apabila guru telah mendapatkan perhatian atau
motivasi yang lebih dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya, maka
hal itu akan meningkatkan kinerja mengajarnya.
Salah satu peran dari kepala sekolah adalah motivator yaitu motivator
guru untuk menikatkan kinerjanya. Begitupun dengan kepala sekolah
transformasional yang salah satu karasteristiknya mampu meningkatkan
motivasi kerja guru melalui penghargaan dan sikap tauladan yang di
berikannya. Selain itu, kepala sekolah transformasional juga selalu memberi
perhatian secara personal kepada seluruh sumber daya manusia yang ada di
sekolah. Dengan demikian, guru-guru akan termotivasi dengan perilaku
kepala sekolah yang sepeti itu dan pada akhirnya akan meningkatkan
kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu, kepemimpinan transformasional kepala sekolah dapat
mempengaruhi kinerja guru dengan pemberian motivasi kerja, baik dari
eksternal maupun internal guru.
Dari uraian di atas, dapat dirumuskan dalam bentuk kerangka berpikir
teoretik sebagai berikut :
49
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
D. Hipotesis Penelitian
Dari pemaparan kajian teori dan penyusunan kerangka berpikir, maka
hipotesis yang penulis ajukan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh langsung positif kepemimpinan transformaional kepala
sekolah terhadap kinerja guru.
2. Terdapat pengaruh langsung positif motivasi kerja guru terhadap kinerja
guru.
3. Terdapat pengaruh langsung positif kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap motivasi kerja guru .
4. Terdapat pengaruh langsung positif kepemimpinan transformaional kepala
sekolah terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru.
Kinerja Guru
1. Kemampuan membuat
rencana pembelajaran
2. Penguasaan materi
pelajaran
3. Penerapan strategi dan
pendekatan
pembelajaran
4. Kemampuan
menggunakan sumber
dan media
pembelajaran
5. Kemampuan
mengelola kelas
6. Kemampuan
melaksanankan
penilaian
Kepemimpinan
Transformasional Kepala
Sekolah
1. Pengaruh Idealis
2. Inspirasi Motivasi
3. Stimulasi Intelektual
4. Pertimbangan Individual
Motivasi Kerja Guru
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Islam Terpadu Al-Haraki, yang
berada di Jl. Belimbing III No.1-2 Pancoran mas, Depok, Jawa Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan proses bertahap yaitu mulai dari tahap
perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan
data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan
penelitian. Adapun jadwal penelitiannya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitan
B. Metode dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode korelasional, yaitu suatu penelitian
untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau
lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut tidak terdapat
manipulasi variabel. Hasil pengujian tersebut dianalisis melalui Analisis jalur (
Path Analiysis). Analisis jalur merupakan teknik statistik yang digunakan untuk
menguji hubungan kausal antara dua atau lebih variabel (Kadir, 2015: 239).
Dalam hal ini adalah menguji besarnya pengaruh yang ditujukan pada koefisien
50
51
antara variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi
kerja guru terhadap kinerja guru.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah orang yang akan menjadi responden
dan memberikan informasi bagi penulis. Dalam penelitian ini yang menjadi
subjek adalah guru-guru SD Islam Terpadu Al-Haraki Depok.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah data yang diperoleh dari responden, yaitu
data kepemimipinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja
terhadap kinerja guru.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik
perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu:
1. Variabel Bebas (Independen) adalah variabel yang mempengaruhi variabel
terikat (Dependen), dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1) dan Motivasi Kerja
(X2)
2. Variabel Terikat (Dependen) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas (Independen), dalam penelitian ini yang merupakan variabel
terikatnya adalah kinerja guru (Y).
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam setiap kegiatan, populasi merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan batasan-batasannya, baik meliputi sifat, karakteristik,
kuantitas, maupun totalitas nilai yang mungkin terjadi. Menurut Sugiyono
(2015: 207) populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari atas
objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang melaksanakan tugas
mengajar pada SDIT AL-HARAKI yang berstrata S1 yaitu sebanyak 45
guru.
2. Sampel
Menurut Kadir (2016: 118) sampel adalah himpunan bagian atau
sebagian dari populasi yang karakteristiknya benar-benar diselidiki.
52
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan random
sampling. Teknik ini memilih sampel dengan memilih atau mengambil
secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi dan
anggota populasi dianggap homogen.
Penentuan ukuran sampel dalam penelitian ini mengacu pada tabel
penentuan jumlah sampel (Lampiran 4) yang di kembangkan oleh Isaac dan
Michael dengan tingkat kesalahan 5 % dan tingkat kepercayaan 95%.
Dengan demikian, dari populasi 45 guru berada pada deret jumlah populasi
sebanyak 40 (Sugiyono, 2013: 86-87). Jadi untuk sampel dalam penelitian
ini berjumlah 40 guru dari SD Islam Terpadu Al-Haraki Depok.
F. Jenis Data
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek responden.
Dalam penelitian iniyang menjadi responden adalah guru SD Islam Terpadu
Al-Haraki Depok. Data tersebut diperoleh dengan membagikan kuesioner
yang mencangkup pernyataan mengenai kepemimpinan transformasional
kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak diperoleh langsung dari subjek
penelitian tetapi diperoleh dari instansi sekolah. Data tersebut diperoleh dari
SD Islam Terpadu Al-Haraki Depok yaitu sejarah, visi misi, tujuan, nama-
nama guru dan nilai kinerja guru.
G. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan instrumen berbentuk kuesioner/angket, dokumentasi, observasi
dan wawancara. Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan
mengenai kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi kerja guru,
dan kinerja guru. Penyusunan angket dengan bentuk Rating Scale (skala
bertingkat). Dokumentasi digunakan untuk mengambil data sekunder dari
variabel kinerja guru dan juga untuk melengkapi data yang diperoleh dari
dokumen yang berkaitan dengan variabel penelitian. Observasi dilakukan
dengan cara mengunjungi secara langsung tempat penelitian dan mengobservasi
perilaku-perilaku individu-individu (guru dan kepala sekolah) di dalamnya tanpa
ada pertanyaan yang disediakan. Sedangkan wawancara dilakukan kepada
individu-individu tersebut agar dapat mengungkapkan gagasannya tentang topik
penelitian, tanpa harus menyediakan pertanyaan-pertanyaan spesifik.
Namun untuk instrumen, sebelum dipergunakan dalam penelitian,
instrumen diuji terlebih dahulu melalui uji keabsahan (validity) dan uji
kehandalan (reliability). Dan untuk memperjelas pengumpulan data, maka perlu
53
diketahui defenisi konseptual, defenisi operasional dan kisi-kisi instrumen dari
variabel yang diteliti. Variabel-variabel tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
a. Definisi Konseptual
Kepemimpinan transformasional adalah kemampuan pemimpin
dalam mempengaruhi, mendorong, membimbing, dan menggerakkan
bawahanya untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Adapun indikator untuk mengukur kepemimpinan
transformasional adalah 1) Pengaruh Idealis, yaitu pemimpin yang
dipersepsikan sebagai model yang menginspirasi bawahan, 2) Inspirasi
Motivasi, yaitu pemimpin menjelaskan visinya yang menarik dan
memotivasi para bawahannya, 3) Stimulasi Intelektual, yaitu pemimpin
menstimulsi bawahannya untuk menjadi kreatif dan inovatif, dan 4)
Pertimbangan Individual, yaitu pemimpin memberikan dukungan,
peneguhan dan bimbingan kepada bawahan dengan memperhatikan
kebutuhan individu.
b. Definisi Opersional
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah adalah persepsi
guru terhadap kemampuan kepala sekolah dalam mempengaruhi,
mendorong, membimbing, dan menggerakkan bawahanya (guru, staf/TU,
siswa, orang tua siswa dan pihak-pihak lain terkait) untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan pendidikan di sekolah, yang telah ditetapkan.
Adapun indikator untuk mengukur kepemimpinan transformasional kepala
sekolah tersebut ditunjukkan dengan kompetensi yang dimiliki kepala
sekolah, khususnya yaitu: 1) Model yang dapat diteladani bawahan, 2)
Memotivasi bawahan, 3) Menstimulsi bawahan menjadi inovatif dan
kreatif, dan 4) Memberikan perhatian akan kebutuhan individu bawahan.
c. Kisi-kisi Instrumen
Jumlah soal pernyataan pada instrument adalah 36 butir,
menggunakan skala likert lima pilihan, dengan rentang dari (1) Tidak
Pernah, (2) Pernah, (3) Jarang, (4) Sering, (5) Sangat sering. Rician
mengenai variabel penelitian, indikator dan butir pertanyaan disampaikan
dalam tabel berikut:
54
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrument Penelitian Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah ( Variabel X1)
No Indikator No Butir Jumlah
1 Model yang dapat diteladani
bawahan
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 9
2 Memotivasi bawahan 10, 11, 12, 13,14 ,15,16, 17,
18
9
3 Menstimulasi bawahan menjadi
inovatif dan kreatif
19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
26
8
4 Memberikan perhatian akan
kebutuhan individu bawahan
27, 28, 29, 30, 31,32 5
Jumlah 32
2. Motivasi Kerja Guru
a. Definisi Konseptual
Motivasi kerja guru adalah sesuatu hal yang dapat menimbulkan
dorongan atau semangat kerja guru dalam bekerja sesuai dengan tugasnya.
Indikator yang dipakai untuk mengukur motivasi kerja guru adalah
terpenuhinya kebutuhan guru khususnya dalam: a) Keinginan untuk
berprestasi, yaitu kebutuhan untuk memperoleh atau meningkatkan prestasi
di bidang pekerjaan yang ditangani, b) Pekerjaan itu sendiri, yaitu
mempunyai perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri, c) Tempat kerja, yaitu
fasilitas yang mendukung dalam melakukan pekerjaan, d) Suasana Kerja,
yaitu adanya hubungan harmonis dan kenyamanan antara sesama kerja dan
e) Gaji, yaitu upah yang diberikan kepada bawahan atas pekerjaannya.
b. Definisi Operasional
Motivasi kerja guru adalah sesuatu yang dapat menimbulkan
dorongan atau semangat guru dalam mengajar yang diperoleh dari hasil
jawaban responden dengan Indikator: a) Keinginan untuk berprestasi, yaitu
kebutuhan untuk memperoleh atau meningkatkan prestasi di bidang
pekerjaan yang ditangani, b) Pekerjaan itu sendiri, yaitu mempunyai
perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri, c) Tempat kerja, yaitu fasilitas
yang mendukung dalam melakukan pekerjaan, d) Suasana Kerja, yaitu
adanya hubungan harmonis dan kenyamanan antara sesama kerja dan e)
Gaji, yaitu upah yang diberikan kepada bawahan atas pekerjaannya.
55
c. Kisi-kisi Instrumen
Jumlah soal pernyataan pada instrument adalah 21 butir, menggunakan
skala likert lima pilihan, dengan rentang dari (1) Sangat tidak setuju, (2)
Tidak setuju, (3) Kurang setuju, (4) Setuju, (5) Sangat setuju. Rician
mengenai variabel penelitian, indikator dan butir pertanyaan disampaikan
dalam tabel berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrument Penelitian Motivasi
Kerja Guru (Variabel X2)
No Indikator No Butir Jumlah
1 Keinginan untuk berprestasi 1, 2, 3, 4, 5 5
2 Perasaan mencintai pekerjaan
itu sendiri
6, 7, 8, 9 4
3 Fasilitas pendukung pekerjaan 10, 11, 12, 13 4
4 Hubungan harmonis antara
sesama rekan kerja
14, 15, 16, 17 4
5 Kompensasi 18, 19, 20, 21,22, 23 6
Jumlah 23
3. Kinerja Guru
a. Definisi Konseptual
Kinerja guru adalah pencapaian hasil unjuk kerja/perilaku nyata seorang
guru menurut tugas-tugas profesinya sesuai dengan keprofesionalan yang
diamanatkan kepada dirinya dalam konteks proses belajar mengajar yang
ditunjukkan oleh indikator-indikator : (1) kemampuan menyusun rencana
pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan pembelajaran, (3) kemampuan
mengadakan hubungan antar pribadi, (4) kemampuan melaksanakan
penilaian hasil belajar, (5) kemampuan melaksanakan pengayaan, dan (6)
kemampuan melaksanakan remedial.
b. Definisi Operasional
Kinerja guru dalam penelitian ini adalah pencapaian hasil unjuk kerja/
perilaku nyata seorang guru menurut tugas-tugas profesinya sesuai dengan
keprofesionalan yang diamanatkan kepada dirinya dalam konteks
56
pelaksanaan pembelajaran yang ditunjukkan oleh indikator-indikator : (1)
Kemampuan menyusun rencana pembelajaran, (2) Kemampuan
melaksanakan pembelajaran, (3) Kemampuan mengadakan hubungan antar
pribadi, (4) Kemampuan melaksanakan penilaian hasil belajar, (5)
Kemampuan melaksanakan pengayaan, dan (6) Kemampuan melaksanakan
remedial. Namun, untuk pengukuran variabel ini, akan menggunakan data
kinerja guru yang telah ada di sekolah tempat penelitian.
c. Kisi-kisi Instrumen
Jumlah soal pernyataan pada instrument adalah 82 butir, menggunakan
skala likert lima pilihan, dengan rentang dari (1) Sangat kurang, (2) Kurang,
(3) Cukup, (4) Baik, (5) Sangat baik. Rician mengenai variabel penelitian,
indikator dan butir pertanyaan disampaikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrument Penelitian
Kinerja Guru (Variabel Y)
No Indikator No Butir Jumlah
1 Kemampuan membuat
perencanaan pembelajaran
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 39,
40.
40
2 Penguasaan materi pelajaran 41, 42, 43, 44, 45, 46,
47, 48, 49, 50.
10
3 Penerapan strategi dan
pendekatan pembelajaran
51, 52, 53, 54, 55, 56,
57, 58, 59, 60, 61, 62,
63, 64.
14
4 Kemampuan menggunakan
sumber dan media pembelajaran
65, 66, 67, 68, 69. 5
5 Kemampuan mengelola kelas 70, 71, 72, 73 ,74, 75,
76.
7
57
6 Kemampuan melaksanankan
penilaian
77, 78,79,80,81,82. 6
Jumlah 82
H. Teknik Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan sahih atau
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan atau mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat.
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus Product Moment dari person, yaitu dengan
mengkorelasikan jumlah skor tiap butir dengan jumlah skor total. Adapun
rumusnya sebagai berikut:
rxy =𝑁 ∑𝑋𝑌 (∑𝑋) − (∑𝑌)
√(𝑁 ∑𝑋2 − (∑𝑋 ) 2 )(𝑁 ∑𝑌2 − (∑𝑌 )2)
Dimana: rxy = Angka Indeks “r” Product Moment.
N = Number of Case.
∑XY = Jumlah hasil perkalian X dan Y.
∑X = Jumlah seluruh skor X.
∑Y = Jumlah seluruh skor Y ( Misbahuddin dan Iqbal Hasan,
2013: 303-304).
Uji validitas yang dilakuakan yaitu dengan membandingkan nilai
rxy dengan nilai rtabel pada taraf signifikansi 5%. Jika rhitung ≥ rtabel,
maka butir soal tersebut valid. Jika rhitung ≤ rtabel, maka butir soal
tersebut valid.
Perhitungan uji validitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan
program SPSS (statistical Product and Service Solutions) for windows 7.
Kriteria validitas adalah dengan membandingkan nilai signifikansi dengan
nilai probabilitas sebagaimana yang telah ditetapkan yaitu 0,05. Apabila
hasil signifikansi < 0,05 maka item dalam angket dinyatakan valid. Berikut
hasil uji validitas instrumen pada variabel-variabel yang diteliti:
a. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Variabel ini memiliki 32 item butir pertanyaan yang diuji coba pada
37 responden di SDIT Miftahul Ulum Depok. Dari hasil perhitungan,
didapatkan bahwa ada 1 item pertanyaan yang tidak valid yaitu No. 23 (rxy =
58
0,108 < rtabel = 0,308). Sedangkan 31 item pertanyaan adalah valid
(lampiran 4, hal. 120). Dikatakan valid karena semua r hitung > r tabel
pada taraf signifikan 5 %. Sehingga 31 item pernyataan valid inilah yang
digunakan untuk menjaring informasi mengenai kepemimpinan
transformasional kepala sekolah di SDIT Al Haraki Depok.
b. Motivasi Kerja Guru (X2)
Variabel ini memiliki 23 item butir pertanyaan yang diuji coba pada
37 responden di SDIT Miftahul Ulum Depok. Dari hasil perhitungan,
didapatkan bahwa ada 2 item pertanyaan yang tidak valid yaitu No. 14 (rxy =
0,203 < rtabel = 0,308) dan No. 21 (rxy = 0,136 < rtabel = 0,308). Sedangkan
21 item pertanyaan yang lain dikatakan valid (lampiran 4, hal.121).
Dikatakan valid karena semua r hitung > r tabel pada taraf signifikan 5 %.
Sehingga 21 item pertanyaan valid inilah yang digunakan untuk menjaring
informasi mengenai motivasi kerja guru di SDIT Al Haraki Depok.
c. Kinerja Guru (Y)
Variabel ini memiliki 82 item butir pertanyaan yang diuji coba pada
37 responden di SDIT Miftahul Ulum Depok. Dari hasil perhitungan,
didapatkan bahwa seluruh item pertanyaan valid (lampiran 4, hal.122).
Dikatakan valid karena semua r hitung > r tabel pada taraf signifikan 5 %.
Sehingga 82 item pernyataan valid inilah yang digunakan untuk menjaring
informasi mengenai kinerja guru di SDIT Al Haraki Depok.
2. Perhitungan Reliabilitas
Perhitungan reliabilitas dilakukan untuk mengetahui taraf kepercayaan
dari suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan reliabel bila instrumen
digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Rumus untuk mengetahui reliabilitas suatu
instrument menggunakan rumus alpha adalah sebagai berikut:
r11 = [𝑛
𝑛 − 1] [ 1 −
∑σi2
σt2 ]
Dimana: r = Reliabilitas Instrumen
n = Banyaknya butir pernyataan yang valid
∑𝜎𝑖2 = Jumlah Varians butir
𝜎𝑡2 = Varians total
Untuk menghitung 𝜎𝑖2 dan 𝜎𝑡
2 digunakan rumus varians sebagai berikut:
59
𝜎2 =∑𝑥2 −
(∑𝑥) 2
𝑛𝑛
Kemudian untuk menginterprestasikan besarnya nilai korelasi, dapat
dilihat pada kriteria berikut ini:
a. Antara 0,800 – 1,000 : Sangat tinggi
b. Antara 0,600 – 0,800 : Tinggi
c. Antara 0,400 – 0,600 : Sedang
d. Antara 0,200 – 0,400 : Rendah
e. Antara 0,000 – 0,200 : Sangat rendah
(Arikunto, 2002: 75).
Dengan kriteria pengujian rhitung > rtabel, dengan taraf signifikansi 0,05 maka
alat ukur tersebut reliabel. Begitu pula sebaliknya, jika rhitung < rtabel maka alat ukur
tersebut tidak reliabel. Perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini
menggunakan bantuan program SPSS (statistical Product and Service Solutions)
for windows 7. Berikut hasil uji validitas instrumen pada variabel-variabel yang
diteliti:
a. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Tabel 3.5
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Sumber: Hasil perhitungan SPSS, Lampiran 4, hal. 128
Dari tabel di atas, diketahui bahwa hasil analisis intrumen pada 37
orang responden, dengan 32 item pernyataan memiliki nilai Cronbach
Alpha 0,935. Sehingga nilai CronbachAlpha variabel kepemimpinan
transformasional kepala sekolah ini masuk ke rentang (0,800 – 1,000),
maka dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut mempunyai reliabilitas
sangat tinggi.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,935 32
60
b. Motivasi Kerja Guru
Tabel 3.6
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Motivasi Kerja Guru (X2)
Sumber: Hasil perhitungan SPSS, Lampiran 4, hal. 128
Dari tabel di atas, diketahui bahwa hasil analisis intrumen pada 37
orang responden, dengan 23 item pernyataan memiliki nilai Cronbach
Alpha 0,880. Sehingga nilai Cronbach Alpha variabel motivasi kerja guru
ini masuk ke rentang (0,800 – 1,000), maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi.
c. Kinerja Guru
Tabel 3.7
Hasil Uji Reliabilitas Variabel
Kinerja Guru (Y)
Sumber: Hasil perhitungan SPSS, Lampiran 4, hal. 129
Dari tabel di atas, diketahui bahwa hasil analisis intrumen pada 37
orang responden, dengan 82 item pernyataan memiliki nilai Cronbach
Alpha 0,978. Sehingga nilai Cronbach Alpha variabel kinerja guru ini
masuk ke rentang (0,800 – 1,000), maka dapat disimpulkan bahwa
instrumen tersebut mempunyai reliabilitas sangat tinggi.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,880 23
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,978 82
61
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
statistik deskriptif dan teknik statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan
untuk menggambarkan data dari masing-masing variabel penelitian.
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan cara menghitung skor rata-
rata, median, modus, simpangan baku, varians dan standar deviasi. Selanjutnya,
untuk medeskripsikan variabel, dilakukan dengan mengkategorikan variabel
dengan kriteria-kriteria yang menggambarkan kepemimpinan trsnformasional
kepala sekolah, motivasi kerja, dan kinerja guru. Adapun kategorisasinya
berdasarkan pendapat Azwar (2003:108) yaitu:
Tabel 3.8
Kategorisasi Variabel Penelitian
No Rentang Skor Kategori
1 X ≥ (μ + 1σ)
Tinggi
2 (μ -1σ) ≤ X < (μ + 1σ)
Sedang
3 X < (μ -1σ)
Rendah
Keterangan:
X = Skor masing-masing subjek
μ /Mean = ½ (skor tertinggi + skor terendah)
σ/Standar Deviasi = 1/6 (skor tertinggi - skor terendah)
Sedangkan, untuk analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis
dengan menggunakan analisis jalur (Path Analysis) yang didahului dengan uji
asumsi distribusi normal dan homogenitas (Kadir, 2016:143).
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Pengujian asumsi ditribusi normal bertujuan untuk mempelajari apakah
distribusi sampel yang terpilih berasal dari sebuah distribusi populasi
normal atau tak normal.
62
Uji normalitas dilakukan dengan uji galat taksiran Kolmogorof
Smirnov. Dalam uji Kolmogorof Smirnov diasumsikan bahwa distribusi
variabel yang sedang diuji mempunyai sebaran kontinyu.
Syarat Hipotesis yang digunakan :
H0 : Distribusi variabel mengikuti distribusi normal
H1 : Distribusi variabel tidak mengikuti distribusi normal
Statistik Uji yang digunakan :
𝐷 = 𝑚𝑎𝑥 |𝑓𝑜(𝑋𝑖)−𝑆𝑛 (𝑋𝑖)| ; 𝑖 = 1,2,3 …
Dimana :
Fo(Xi) = fungsi distribusi frekuensi kumulatif relatif dari distribusi teoritis
dalam kondisi H0
Sn(Xi) = Distribusi frekuensi kumulatif dari pengamatan sebanyak n
Dengan cara membandingkan nilai D terhadap nilai D pada tabel
Kolmogorof Smirnov dengan taraf nyata α maka aturan pengambilan
keputusan dalam uji ini adalah:
Jika D ≤ D tabel maka Terima H0
Jika D > D tabel maka Tolak H0
Keputusan juga dapat diambil dengan berdasarkan nilai Kolmogorof
Smirnov Z, jika KSZ ≤ Zα maka Terima H0, demikian juga sebaliknya.
Dalam perhitungan menggunakan software komputer keputusan atas
hipotesis yang diajukan dapat menggunakan nilai signifikansi
(Asymp.significance). Jika nilai signifikansinya lebih kecil dari α maka
Tolak H0 demikian juga sebaliknya.
b. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal
dari populasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas
digunakan uji Bartlett, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menghitung varian gabungan dari semua sampel dengan rumus:
∑ (n1-1) St2
S2 =
∑ (n1-1)
2) Harga satuan B, dengan rumus :
B = (log 𝑆2) ∑(𝑛𝑖 − 1)
3) Uji bartlett digunakan statistik Chi Kuadrat, dengan rumus:
𝑋2 = (𝐼𝑛 10){𝐵 − (𝑛𝑖 − 1) log 𝑆2𝑡}
63
Kriteria pengujian 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 < 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka varian populasi tersebut
bersifat homogen, sedangkan jika 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 2 > 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
2 maka varian tidak
homogen (Sudjana, 2005: 263).
2. Uji Hipotesis
Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hubungan kausal antara
dua atau lebih variabel adalah analisis jalur. Untuk menggambarkan
hubungan kasual atau sebab akibat antara variabel yang akan diselidiki,
peneliti menggunakan model berbentuk diagram jalur. Diagram jalur adalah
alat untuk melukiskan secara grafis struktur hubungan sebab akibat antar
variabel bebas, intervening, dan variabel terikat.
Berikut model diagram jalur sederhana dengan 3 variabel (X1, X2 dan
Y):
Gambar 3.1
Model Diagram Jalur 3 Variabel
Keterangan:
X1: Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
X2: Motivasi Kerja Guru
Y : Kineja Guru
Persamaan struktural untuk gambar di atas adalah sebagai berikut:
Y = Py1X1 + Py2 X2+ Ƹ
a. Pengaruh Langsung, Tak Langsung, dan Pengaruh Total
Analisis jalur memperhitungkan pengaruh langsung dan tidak langsung,
pengaruh langsung adalah pengaruh eksogen terhadap variabel endogen
tanpa melalui variabel eksogen lainnya. Sedangkan variabel tak langsung
X1
Y
X2
Ƹ
Ƹ
P21
Py2
Py1
Ƹ
Ƹ
64
adalah pengaruh dimana variabel eksogen yang mempengaruhi variabel
endogen melalui variabel lain yang disebut variabel intervening. Adapun
pengaruh total adalah gabungan antara pengaruh langsung dan pengaruh tak
langsung.
b. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Jalur Secara Manual
1) Menentukan Koefisien Jalur
Koefisien jalur ditentukan dari sistem persamaan berikut:
r12 = P21
r1y = Py1 + Py2. r12
r2y = Py1 r12 + Py2
2) Uji Signifikansi Koefisien Jalur
Dalam analisis jalur formula statistik uji-t nya adalah
𝒕𝒊 =
P ij𝑺𝒃𝒊
Dimana Sbi adalah standard error, yang besarnya ditentukan oleh
pengaruh sederhana atau pengaruh parsial variabel eksogen terhadap
endogen sebagai berikut:
a) Jika pengaruh sederhana maka Sbi = √(1−𝑃2
𝑖𝑗)
(𝑛−𝑘−1) , k= jumlah variabel
eksogen. Sehingga statistik uji 𝒕𝒊 =
P ij
𝑺𝒃𝒊=
𝑷𝟐𝟏√𝒏−𝒌−𝟏
√𝟏−𝑷𝟐𝟏 𝟐
b) Jika pengaruh parsial maka sb1 = √(1−𝑅2)𝐷𝑖𝑖
(𝑛−𝑘−1) statistik uji menjadi:
t1=𝑃𝑖𝑗
𝑠𝑏1=
𝑃𝑖𝑗
(1−𝑅2)𝐷𝑖𝑖
(𝑛−𝑘−1)
dengan
R2 = (riy) (pyi)+...+( (rik) (pyk)
Keterangan:
Pij = koefisien jalur Xi ke Xj
R2 = koefisien determinasi Y atas X1 dan X2
k = banyaknya variabel bebas
Dii = elemen baris dan kolom ke-i dari diagonal utama matriks
invers.
Kriteria uji adalah tolak Ho jika ti > ttabel dan terima Ho jika ti ≤ ttabel
pada derajat bebas (db)= n-k-1.
Dari hasil analisis pengujian hipotesis, dapat diperoleh:
1) Pengaruh langsung
65
Pengaruh langsung adalah pengaruh variabel X1, X2 terhadap Y,
secara sederhana disajikan:
Pengaruh X1 terhadap Y (Py1)
H0 : Ɣy1 ≤ 0
H1 : Ɣy1 > 0
Pengaruh X2 terhadap Y(Py2)
H0 : ßy2 ≤ 0
H1 : ßy2 > 0
Pengaruh X1 terhadap X2 (P21)
H0 : Ɣ21 ≤ 0
H1 : Ɣ21 > 0
2) Pengaruh tak langsung
Pengaruh tak langsung variabel eksogen terhadap variabel
endogen, yaitu: Pengaruh tak langsung X1 terhadap Y melalui X2
(X1 => X2 => Y), Dengan rumus : Py12 = (P21) (Py2)
3) Pengaruh Total
Pengaruh total adalah jumlah antara pengaruh langsung dan
pengaruh tak langsung, yaitu pengaruh total pengaruh total variabel
X1 dan X2 terhadap Y
R2= Py1 + (P21) ( Py2) (Kadir, 2016: 242-249).
66
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bagian ini akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan gambaran
umum sekolah, diskripsi data, uji persyaratan instrumen, analisis data, pengujian
hipotesis, dan diakhiri dengan pembahasan. Pembahasan secara rinci beberapa sub
bab tersebut dikemukakan sebagai berikut ini.
A. Gambaran Umum Sekolah
Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Haraki berdiri sejak tahun 2002. Dalam rangka
membantu orangtua untuk memberikan pendidikan yang tidak hanya memiliki
kemampuan ilmu pengetahuan dan wawasan teknologi yang luas tetapi juga
membekali mereka dengan keimanan dan ketakwaan sehingga menjadikan mereka
pribadi-pribadi yang sholeh-sholehah, peduli terhadap lingkungan dan dapat
mengharumkan nama orangtua, bangsa dan negara.
Sekolah Islam Terpadu Al Haraki menerapkan sistem pendidikan terpadu
(Integrated System) sehingga tidak ada pendikotomian antara ilmu umum dengan
ilmu agama. Pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai islam tidak hanya
dilakukan pada mata pelajaran tertentu namun terintegrasi baik di seluruh mata
pelajaran maupun aktivitas harian sehingga karakter dan nilai-nilai tersebut dapat
terinternalisasi dalam diri siswa. Dalam melaksanakan amanah besar ini kami
bersinergi dengan orangtua, komite dan lembaga masyarakat. Komunikasi dan
dukungan ketiga unsur ini menjadi penguat langkah kami kedepan dalam
mengembangkan pendidikan mewujudkan Generasi Roabbani.
1. Sistem Pendidikan Islam Terpadu
SDIT Al Haraki menerapkan sistem pandidikan terpadu (Integrated
System) dengan masa belajar penuh waktu (Full Day School) mulai pukul
07.30 hingga 16.00 untuk hari Senin s.d Kamis, khusus hari Jumat hingga
pukul 14.00. Siswa mengikuti shalat zhuhur dan ashar berjamaah serta makan
siang bersama guru dan teman. Mengacu kurikulum Diknas (KTSP) plus; yaitu
dengan melengkapi kurikulum dengan muatan pendidikan Islam yang
dirancang khusus dengan pendekatan teori kecerdasan Spiritual, Emosional,
Intelektual dan Fisik. Keterpaduan pendidikan nilai-nilai Islam pada segala
aspek dan unsur penunjang pendidkan ini berintegrasi dengan sumber daya
manusia, kurikulum, metodologi, kelembagaan, orang tua, lingkungan dan
masyarakat.
66
67
2. Metodologi Pembelajaran
Variasi metode pengajaran yang menekankan pada siswa subyek aktif yang
mencari, menemukan, mempraktekkan,hingga menyimpulkan mendorong guru
untuk senantiasa inovatif hingga dapat menumbuhkembangkan kreatifitas
siswa. Dengan demikian, guru tidak hanya sebagai pengelola kelas, tetapi juga
dapat berperan aktif sebagai mediator dan fasilitator sehingga dapat memotivasi
siswa dalam mengembangkan bakat dan potensinya secara efektif dan efiisien.
Optimalisasi model pembelajaran juga diperlukan guna menstimulus siswa
sehingga tumbuh respon positif. Seperti penggunaan media dan tempat belajar.
Penggunaan sarana dan prasarana pun dimaksimalkan mulai dari lapangan, aula
dengan LCD-nya, perpustakaaan yang dipenuhi dengan buku-buku bacaan yang
mendidik dan inspiratif, rumah kaca sebagai ajang awal perkenalan siswa agar
peka terhadap lingkungannya, masjid sebagai pusat belajar dan da’wah, dan
ruang komputer yang merupakan awal bagi siswa mengenal dunia luar dengan
teknologinya.
Pembelajaran dilaksanakan tidak hanya indoor learning tapi juga
mendorong siswa dan guru untuk lebih banyak bereksperimen di luar kelas
(outdoor) dengan menyesuaikan materi yang sedang disajikan oleh guru.
Dengan begitu selalu menumbuhkan semangat baru bagi minat belajar siswa.
3. Lembaga, Keluarga dan Masyarakat
Melibatkan tiga unsur pelaksana, yakni keluarga, lembaga dan masyarakat.
Ketiga unsur pelaksana tersebut berjalan secara sinergis. Segala aktifitas dalam
lembaga ini sejak dari awal masuk sampai pulang, dikondikasikan dengan
pembiasaan perilaku Islami. Demikian juga pemberian contoh atau tauladan
akhlaqul karimah dari keluarga, lembaga, dan masyarakat sangatlah ditekankan.
Sinergi positif dari tiga unsur inilah yang akan menjadikan pribadi anak didik
yang utuh sesuai dengan kehendak Islam.
4. SDM Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Haraki adalah
tenaga pendidik professional lulusan perguruan tinggi kependidikan rata-rata
jenjang S1 dan S2 yang diberikan pelatihan secara terprogram.
5. Visi Misi SDIT AL Haraki
Visi : Menjadi Sekolah Islam Unggulan dan Kebanggaan Ummat
68
Misi :
a. Membina dan mewujudkan generasi Qur’ani.
b. Membangun pola pendidikan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
islami dalam proses pembelajaran.
c. Membentuk pribadi yang berdisiplin, jujur, adil, kerjasama, peduli,
sabar & bertanggung jawab.
d. Menjadikan siswa-siswa yang penuh kreatifitas, inovatif dan mampu
menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Menciptakan sekolah “Friendly School” (aman, nyaman, sehat dan
menyenangkan).
f. Menghantarkan siswa yang mampu berkompetisi ditingkat nasional
dan internasional.
6. Pengembangan Karakter Sekolah ini memiliki kegiatan pengembangan karakter yang dijadikan
sebagai kebiasaan siswa saat melakukan proses pembelajaran di sekolah.
adapun kegiatan tersebut meliputi shalat rawatib dan dhuha, alma’tsurat pagi,
qiyamullail, puasa sunnah, kultum zuhur, zikir harian, mushafahah, keputrian
dan alki charitybox.
7. Kurikulum
Kurikulum SDIT Al Haraki merujuk pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006 yang diintegrasikan dengan nilai-nilai ke-Islaman
berupa Integrated Curiculum dan Integrated Activity. Menerapkan kurikulum
pendidikan islam yang integral tanpa pendikotomian antara ilmu umum dan
ilmu agama karena semua ilmu berasal dari sang maha pencipta Allah SWT.
Adapun rincian kurikuum tersebut adalah:
a. Kurikulum Kemendiknas meliputi Pendidikan Agama Islam, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, ilmu Pengetahuan Alam,
Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya & Ketrampilan, Pendidikan Jasmani
& Kesehatan, Bahasa Inggris (Muatan Lokal), Bahasa Sunda (Muatan
Lokal), dan Komputer (Muatan Lokal).
b. Kurikulum Khusus 1) Tahfidzul Qur’an (Menghafal Al Qur’an 3 Juz; Juz 28-30)
2) Bimbingan Baca Al Qur’an (metode Ummi)
3) Praktek Ibadah
4) Bahasa Arab
5) Seni Musik
6) Club UN
69
c. Kurikulum Pengembangan Diri 1) Pramuka
2) Math Talent Class
3) Tim Basket Haraki
4) Tim Futsal Haraki
5) Tim Paduan Suara Haraki
6) Tim Tari Tradisional
8. Program Unggulan
Program Unggulan SDIT Al Haraki diselenggarakan dalam rangka
pembentukan karakter, yaitu Field trip, leadership programme, ensamble
(enterpreneurship), Haraki Cup, Our Future, Pensil (Pentas Seni Islami),
Pendaki (Perkemahan Dasar Al Haraki), Out Bond, Home Visit, Ramadhan
Supercamp dan Spiritual Event.
9. Kegiatan Ekstrakurikuler
Sedangkan untuk kegiatan ekstrakurikuler di SDIT Al Haraki meliputi
Taekwondo, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Musik, Tari Tradisional,
Teather, Futsal, Basket, Robotic, dan Angklung.
B. Deskripsi Data
Setelah mengadakan penelitian dan penyebaran angket pada guru di SDIT
Al Haraki Depok, diperoleh data mengenai kepemimpinan transformasional
kepala sekolah, motivasi kerja guru dan kinerja guru.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa nilai tertinggi variabel kepemimpinan
transformasional kepala sekolah adalah 142 dan nilai terendah adalah 108.
Sehingga jarak antara nilai tertinggi dan terendah adalah 34. Sedangkan pada
variabel motivasi kerja guru, nilai tertingginya diperoleh 98 dan terendah 76.
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
Variabel N Min Max Sum Mean
Std.
Deviation Variance
Kepemimpinan
Transformsional Kepala
Sekolah (X1)
40 108 142 5020 125,20 7,555 57,077
Motivasi Kerja Guru (X2 ) 40 76 98 3425 85,63 5,433 29,625
Kinerja Guru (Y ) 40 62,87 86,83 3128 78,1998 4,36417 19,046
70
Sehingga perbedaanya adalah 22. Untuk kinerja guru didapatkan nilai tertinggi
adalah 86,83 dan nilai terendah adalah 62,87.
Berdasarkan hasil statistik deskriptif tersebut, dapat dikategorisasikan masing-
masing variabel terkait kepemimpinan transformasional kepala sekolah, motivasi
kerja guru dan kinerja guru pada tabel berikut ini:
1. Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Tabel 4.2
Hasil Kategori Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah
Kategori Interval Kelas Frekuensi Persentase
(%)
Transformatif X ≥ 133
4 10
Cukup Transformatif 118 ≤ X < 133
32 80
Tidak Transformatif X < 118
4 10
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa skor tertinggi berada pada kriteria
transformarif yakni 32 orang atau setara dengan 80%. Sedangkan untuk
kategori lainnya seperti sangat transformatif dan tidak transformatif dapat
dikatakan sangat rendah yakni masing-masing 4 orang dari total responden 40
orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap
kepemimpinan kepala sekolah SDIT Al-Haraki dikategorikan cukup
transformatif.
71
2. Motivasi Kerja Guru
Tabel 4.3
Hasil Kategori Motivasi Kerja Guru
Kategori Interval Kelas Frekuensi Persentase
(%)
Tinggi
X ≥ 91 9 22,5
Cukup Tinggi
80 ≤ X < 91 27 67,5
Rendah X < 80 4 10
Jumlah 40 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 9 orang atau setara dengan 22,5 %
guru memiliki motivasi kerja yang tinggi sedangkan 27 orang atau setara
dengan 67,5 % guru memiliki motivasi kerja yang cukup tinggi dan 4 orang
memiliki motivasi yang rendah. Sehingga secara keseluruhan, dapat
disimpulkan bahwa motivasi kerja guru di SDIT Al-Haraki dikategorikan
cukup tinggi.
3. Kinerja Guru
Tabel 4.4
Hasil Kategori Kinerja Guru
Kategori Interval Frekuensi Persentase
(%)
Baik X ≥ 82,56
2 5
Cukup 73,83 ≤ X < 82,56 33 82,5
Kurang X < 73,83 5 12,5
Jumlah 40 100
72
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa 2 orang atau setara dengan 5 %
guru memiliki motivasi kinerja yang baik. Sedangkan 33 orang guru atau
setara dengan 82,5 % guru memiliki kinerja yang cukup baik. Dan sebanyak 5
orang guru atau setara 12,5% memiliki kinerja yang kurang baik. Namun,
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja guru di SDIT Al-Haraki
dikategorikan cukup baik.
C. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memperlihatkan bahwa data sampel
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menguji normalitas data
tersebut, dilakukan dengan uji normalitas galat taksiran melalui uji
kolmogorov-smirnov. Berdasarkan data yang telah di olah menggunankan
SPPS windows Release 23.0, selanjutnya di uji normalitas datanya. Data
dianggap normal ketika taraf signifikanya mencapai angka minimal 0,05. Hasil
uji normalitas variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1),
motivasi kerja guru (X2) dan kinerja guru (Y), adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Galat Taksiran
Y atas X1
Galat Taksiran
Y atas X2
Galat Taksiran
X1 atas X2
N 40 40 40
Mean ,0000000 ,0000000 ,0000000
Std.
Deviation 2,75724909 3,14255031 4,12723340
Absolute ,100 ,195 ,073
Positive ,061 ,104 ,072
Negative -,100 -,195 -,073
Test Statistic ,100 ,195 ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d ,141c ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true
significance.
73
Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : Distribusi populasi normal, jika probabilitas > 0,05, H0 diterima.
H1 : Distribusi populasi tidak normal, jika probabilitas ≤0,05, H0 ditolak
Dari output di atas, galat taksiran Y atas X1 diperoleh tes statistic sebesar
0,100 dan pada baris Asmp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 atau dapat di tulis
sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,200 > 0,05. Dengan demikian, H0
diterima atau data galat taksiran Y atas X1 berasal dari populasi berdistribusi
normal. Sedangkan galat taksiran Y atas X2 diperoleh diperoleh tes statistic
sebesar 0,195 dan pada baris Asmp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,141 atau dapat di
tulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,141 > 0,05. Dengan demikian, H0
diterima atau data galat taksiran Y atas X2 berasal dari populasi berdistribusi
normal. Kemudian, untuk galat taksiran X1 atas X2 diperoleh tes statistic
sebesar 0,073 dan pada baris Asmp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,200 atau dapat di
tulis sebagai nilai probabilitas (p-value) = 0,200 > 0,05. Dengan demikian, H0
diterima atau data galat taksiran X1 atas X2 berasal dari populasi berdistribusi
normal.
2. Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data berasal dari
populasi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas menggunakan
model Explore atau model Anova, hasil uji homogenitas dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Uji Homogenitas
Hipotesis yang di uji adalah:
H0 : Varians populasi adalah homogen, jika probabilitas > 0,05, H0
diterima.
H1 : Varians populasi adalah tidak homogen, jika probabilitas ≤0,05, H0
ditolak
Variabel Levene Statistic df1 df2 Sig.
Kepemimpinan transformasional kepala
sekolah (X1) 1,535 3 36 ,197
Motivasi kerja guru (X2) 1,366 3 36 ,262
74
Berdasarkan hasil olah data statistik di atas, terlihat bahwa variabel
kepemimpinan tansformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru adalah
homogen karena nilai kedua probabilitas (sig) > 0,05. Masing-masing adalah
0,197 > 0,05 dan 0,262 > 0,05.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian ini memggunakan Analisis Jalur (Path
Analysis) dengan bantuan Aplikasi SPSS Versi 22.0 (IMBM SPSS Statistic).
Adapun output SPSS dan interpretasinya sebagai berikut:
Tabel 4.7
Output dan Interpretasi Model Summary
Tampak bahwa koefisien determinasi untuk model 1 (R2) sebesar 0,
663 dan model model 2 (R2) sebesar 0, 664. Sehingga error model 2, Ƹ= 1-
R2 = 1- 0,664 = 0,336 = 0,34
Tabel 4.8
Output dan Interpretasi ANOVAa
Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, diperoleh bahwa model
1, F0=36,343; db1= 2; db2= 37, p-value= 0,000 < 0,05 atau H0 ditolak.
Dengan demikian, variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah
dan motivasi kerja guru secara simultan berpengaruh terhadap kinerja guru.
Adapun pengaruh langsung posif dapat dilihat dari output berikut:
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,814a ,663 ,644 2,60231 ,663 36,343 2 37 ,000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 492,228 2 246,114 36,343 ,000b
Residual 250,565 37 6,772
Total 742,793 39
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
75
Tabel 4.9 Output dan Interpretasi Uji Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Correlations
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
(Constant) 14,990 7,439 2,015 ,051
X1 ,324 ,073 ,561 4,458 ,000 ,775 ,591 ,426
X2 ,263 ,101 ,328 2,604 ,013 ,694 ,394 ,249
a. Dependent Variable: Y
Dengan menggunakan metode Backward, diperoleh koefisien jalur yang
ditunjukkan oleh kolom Standardlized Coefficient (Beta). Hipotesis yang diuji
adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Langsung kepemimpinan transformasional kepela sekolah
terhadap kinerja guru (Py1):
H0 : Ɣy1 ≤ 0
Tidak ada pengaruh langsung positif kepemimpinan transformasional
kepela sekolah terhadap kinerja guru di SDIT Al-Haraki Depok
H1 : Ɣy1 > 0
Ada pengaruh langsung positif kepemimpinan transformasional kepela
sekolah terhadap kinerja guru di SDIT Al-Haraki Depok
Dari tabel coefficients di atas, diperoleh Py1= 0,561; t0 = 4,458, p-
Value= 0,000/2 = 0,000 ≤ 0,05, H0 ditolak. Dengan demikian, variabel
kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) berpengaruh langsung
positif terhadap kinerja guru (Y).
2. Pengaruh Langsung motivasi kerja guru terhadap kinerja guru (Py2):
H0 : ßy2 ≤ 0
Tidak ada pengaruh langsung positif motivasi kerja guru terhadap
kinerja guru di SDIT Al-Haraki Depok
H1 : ßy2 > 0
Ada pengaruh langsung positif motivasi kerja guru terhadap kinerja
guru di SDIT Al-Haraki Depok
Dari tabel coefficients di atas, diperoleh Py2= 0,328; t0 =2,604, p-
Value= 0,013/2 = 0,0065 ≤ 0,05; H0 ditolak. Dengan demikian, variabel
motivasi kerja guru (X2) berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru
(Y).
76
3. Pengaruh Langsung kepemimpinan transformasional kepala sekolah
terhadap motivasi kerja guru (P21):
H0 : Ɣ21 ≤ 0
Tidak ada pengaruh langsung positif kepemimpinan transformasional
kepala sekolah terhadap motivasi kerja guru guru di SDIT Al-Haraki
Depok
H1 : Ɣ21 > 0
Ada pengaruh langsung positif kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap motivasi kerja guru guru di SDIT Al-Haraki Depok
Tabel 4.10
Output dan Interpretasi Model Summary
Tampak bahwa koefisien determinasi untuk (R2) sebesar 0, 425
berarti bahwa 42,5% variabel motivasi kerja guru (X2) dapat dijelaskan
oleh variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1).
Sehingga error (Ƹ)= 1- R2 = 1- 0,425 = 0,575 = 0,58.
Tabel 4.11
Output dan Interpretasi ANOVAa
Berdasarkan hasil analisis pada tabel di atas, diperoleh F0=28,088;
db1= 1; db2= 38, p-value= 0,000 < 0,05 atau H0 ditolak. Dengan demikian,
variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh
terhadap variabel motivasi kerja guru. Selanjutnya,
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error
of the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,652a ,425 ,410 4,181 ,425 28,088 1 38 ,000
a. Predictors: (Constant), X1
Model
Sum of
Squares Df Mean Square F Sig.
Regression 491,047 1 491,047 28,088 ,000b
Residual 664,328 38 17,482
Total 1155,375 39
a. Dependent Variable: X2
b. Predictors: (Constant), X1
77
Tabel 4.12
Output dan Interpretasi Uji Coefficientsa
Dari tabel coefficients di atas, diperoleh P21= 0,652; t0 = 5,300 dan
p-value = 0,000/2 = 0,000 < 0,05 atau H0 ditolak. Dengan demikian,
variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah (X1) berpengarauh
langsung positif terhadap motivasi kerja guru (X2)
4. Pengaruh Tak Langsung kepemimpinan transformasional terhadap
kinerja guru melalui melalui motivasi kerja guru H0 : Tidak ada pengaruh tak langsung positif kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui
motivasi kerja guru di SDIT Al-Haraki Depok.
H1 : Ada pengaruh tak langsung positif kepemimpinan transformasional
kepala sekolah terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru di
SDIT Al-Haraki Depok.
Pengaruh tak langsung X1 terhadap Y melalui X2 (X1 => X2 => Y)
adalah hasil kali koefisien jalur (P21) dan (Py2) = (P21) (Py2) = (0,625)(0,328)
= 0,205. Simpulan : kepemimpinan transformasional kepala sekolah
berpengaruh secara tak langsung terhadap kinerja guru melalui melalui
motivasi kerja guru.
5. Pengaruh Total
Direct Effect +Indirect Effect = 𝑅2
𝑅2 = Py1 + (P21) (Py2) = 0, 561 + 0,205 = 0,766
6. Pengaruh lain di luar variabel
Py ƹ = √1 − 𝑅2
= √1 − 0,776 = 0, 224.
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Correlations
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
(Constant) 26,681 11,142 2,395 ,022
X1 ,470 ,089 ,652 5,300 ,000 ,652 ,652 ,652
a. Dependent Variable: X2
78
E. Pembahasan
1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Kinerja Guru
di SDIT Al-Haraki Depok
Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh besarnya presentase
pengaruh variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
kinerja guru yang terlihat pada koefisien determinasi bernilai positif sebesar
0,561 yang megandung pengertian bahwa pengaruh variabel kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah 56,1 %,
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar kepemimpinan
transformasional kepala sekolah. Variabel tersebut bisa saja berasal dari
motivasi kerja guru itu sendiri, dalam hal ini adalah gaji.
Berdasarkan wawancara dengan beberapa guru, didapatkan bahwa
gaji guru juga merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi kinerja guru.
Hal ini terjadi karena dengan gaji yang tinggi dapat mempengaruhi atau
meningkatkan semangat guru untuk bekerja semaksimal mungkin sesuai
dengan tugasnya. Selain itu, sarana dan prasarana juga dapat menunjang
kinerja guru. Karena, jika sarana dan prasarana tidak tersedia dengan baik,
maka kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak maksimal dan
berimplikasi terhadap rendahnya nilai kinerja guru. Temuan ini sejalan
dengan pendapat Bernawi dan Mohammad Arifin (2012: 43) yang
mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru adalah
faktor eksternal yang datang dari luar guru, contohnya gaji, sarana dan
prasarana, lingkungan kerja fisik dan kepemimpinan.
Kemudian dengan p-Value = 0,000 ≤ 0,05; yang artinya bahwa
kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh langsung
positif terhadap kinerja guru. Hal ini menguatkan argumentasi bahwa
kinerja guru ditentukan oleh banyak faktor diantaranya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah. Temuan ini mendukung riset sebelumnya
tentang kepemimpinan kepala sekolah, diantaranya penelitian yang
dilakukan oleh Basilius Redang Werang mengungkapkan bahwa
kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja guru SD Negeri di kota Merauke Artinya,
semakin meningkatnya kepemimpinan transformasional kepala sekolah
akan diikuti oleh semakin meningkatnya kinerja para guru SD Negeri di
Kota Merauke.
Hasil studi penelitian di atas, tampaknya meyakinkan kebenaran atas
hasil penelitian yang telah dilakukan penulis bahwa kepemimpinan
transformasional dapat meningkatkan kinerja guru yang terlihat dari sikap
79
memimpin kepala sekolah SDIT AL Haraki yang seringkali mengutamakan
adanya suatu perubahan dalam system manajemen yang lama dan selalu
memberikan arahan dan petunjuk menggunakan kata-kata yang dapat
membangkitkan semangat para guru dan stafnya, serta melakukan suatu
pekerjaan secara bersama-sama karena kepala sekolah memiliki prinsip
bahwa tercapainya suatu tujuan organisasi merupakan tanggungjawab
bersama sehingga apa yang dikerjakan akan lebih baik jika dapat dilakukan
secara bersama-sama dan dengan kerjasama yang baik. Hal ini sesuai
dengan pendapat Suharsaputra (2016: 59) yang mengatakan pemimpin yang
transformasional merupakan pemimpin yang berorientasi pada perubahan
melalui pemberian inspirasi pada anggota organisasi untuk berjuang
mencapai visi yang telah ditetapkan.
Selain itu, persepsi guru menegenai kepemimpinan kepala sekolah
SDIT Al-Haraki yang terlihat pada analisis deskriptif instrumen
menunjukkan bahwa sebanyak 32 orang guru atau 80% guru berpendapat
bahwa kepala sekolah SDIT AL-Haraki merupakan kepala sekolah yang
cukup transformatif. Hal ini diukur dari beberapa indikator kepemimpinan
transformasional kepala sekolah yang terdapat dalam instrumen,
diantaranya adalah:
a. Model yang dapat diteladani bawahan
Indikator ini menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah harus
memiliki prilaku yang dapat menghasilkan rasa hormat dan rasa percaya
diri dari seorang guru. Kemampuan dan sikap seorang kepala sekolah
dalam memimpin sekolah akan menjadi model tauladan bawahannya.
Tidak hanya itu, kepala sekolah menunjukkan standar tinggi dari
tingkah laku moral dan etika serta mampu menggerakkan idividu
maupun kelompok dalam mencapai visi misi sekolah.
Inilah yang menjadi ciri khas dari kepala sekolah SDIT Al-Haraki.
Dari butir pertanyaan instrumen menunjukkan bahwa kepala sekolah
selalu memperlakukan guru-guru dengan baik. Selalu menghargai dan
percaya terhadap bawahannya sehingga menimbulkan rasa saling
percaya antara guru dan kepala sekolah yang berdampak pada
kenyamanan dalam bekerja. Hal ini diperkuat pendapat dari Kartono
(2014: 47) yang mengatakan bahwa keberhasilan seorang pemimpin itu
pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya yaitu
kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik,
dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang
benar.
Selain itu, kepala sekolah selalu menunjukkan sikap yang baik
dengan menekankan rasa pentingnya memiliki misi bersama, memiliki
rasa percaya diri yang tinggi, dan selalu mempertimbangknan
konsekuensi etika dan moral dari setiap tindakannya. Selanjutnya,
80
moralitas yang tinggi itu dapat dipupuk apabila guru merasa dihargai
oleh pemimpinnya, tidak diabaikan, dan mendapat pujian tertentu dari
pemimpin.
b. Memotivasi bawahan
indikator ini menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah
memberikan tantangan kepada bawahannya dengan maksud menaikan
semangat dan harapan, menyebarkan visi, komitmen pada tujuan serta
dukungan lain. Selain itu, kepala sekolah selalu memberikan motivasi
kepada seluruh guru dan staffnya untuk memiliki komitmen terhadap
visi organisasi dan membangkitkan sikap optimisme bawahan dalam
mencapai tujuan-tujuan sekolah.
Dari hasil penilaian persepsi guru melalui butir pertanyaan
instrumen menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu memberikan
motivasi kepada guru-guru di SDIT Al-Haraki. Hal ini terlihat ketika
kepala sekolah membuat guru-guru bekerja dengan semangat dengan
menunjukkan tekad yang kuat dalam menyelesaikan apa yang ia maun
lakukan serta kepala sekolah memberikan arahan dalam melakukan
proses pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, kepala sekolah dituntut
untuk memiliki kemampuan dalam pengajaran. Menurut Tucker (dalam
Stronge dkk, 2013: 8) kepala sekolah harus berfungsi sebagai kepala
pemimpin pengajaran di sekolah serta menjaga keseimbangan tanggung
jawab ganda yang disandangnya. Namun, untuk mendorong
pembelajaran siswa secara efektif diperlukan latihan pendistribusian
kepemimpinan.
Latihan pendistribusian bisa dilakukan dengan mengadakan atau
mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan sekolah maupun
lembaga pemerintahan. Pelatihan seperti ini juga dapat menigkatkan
motivasi guru dalam pencapaian kinerja guru yang baik. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Uno (2006: 118) upaya peningkatan motivasi kerja
dapat dilakukan dengan mendorong diri melalui kegiatan formal
maupun informal yang sangat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja
guru. Oleh karena itu, dalam memotivasi bawahan dapat dilakukan
dengan mendelegasikan guru-guru dalam mengikuti pelatihan ataupun
workshop dan memberikan penghargaan kepada guru yang memiliki
kinerja yang baik. Hal ini dilakukan tidak lain untuk melihat perubahan
yang terjadi dalam diri guru maupun kualitas sekolah. sebagaimana
yang dikatakan oleh Danim dan Suparno (2009: 59) bahwa kepala
sekolah disebut menerapkan kaidah kepemimpinan transformasional,
jika dia mampu mengubah energi sumber daya; baik manusia, maupun
situasi untuk mencapai tujuan-tujuan reformasi sekolah.
81
c. Menstimulasi bawahan menjadi inovatif dan kreatif
Indikator ini menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah memiliki
sikap dan perilaku yang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Artinya,
kepala sekolah sebagai seorang intelektual senantiasa menggali ide-ide
baru dan solusi yang kreatif dari bawahannya dan tidak lupa untuk
selalu mendorong mereka untuk mempelajari dan mempraktikkan hal-
hal baru dalam melakukan suatu pekerjaan. Contohnya adalah
menggunakan media atau metode pembelajaran baru dalam melakukan
proses pembelajaran di kelas.
Sebagain besar guru SDIT Al-Haraki mempersepsikan
kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang yang intelektual. Hal ini
terlihat dari butir instrumen yang menunjukkan bahwa kepala sekolah
senantiasa menggali ide-ide baru dari para bawahannya. Diantaranya
adalah dengan mendorong bawahannya untuk memunculkan ide-ide
baru atas masalah yang dihadapi. Seperti yang diungkapkan oleh Bass
dan Aviola (dalam Komariah dan Triatna, 2010: 80) bahwa sebagai
seorang intelektual, pemimpin transformasional senantiasa menggali
ide-ide baru dan solusi kreatif dari para staf dan tidak lupa selalu
mendorong staf mempelajari dan mempraktikan pendekatan baru dalam
melakukan pekerjaan.
Selain itu, kepala sekolah juga memberikan kebebasan pada guru
dalam menggunakan model atau metode dalam pembelajaran di kelas
sesuai dengan materi ataupun tujuan pembelajaran. Hal ini tidak lain
untuk menstimulasi para guru agar bisa berpikir kreatif dalam
melaksanakan pembelajaran di kelas. Salah satu indikator bahwa guru
bisa berpikir kreatif adalah dapat membuat media pembelajaran yang
membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.
Seorang kepala sekolah dapat mempengaruhi bawahannya untuk
menjadi kreatif karena kemampuan atau pengetahuan yang ia miliki.
Untuk itu dalam melaksanakan kepemimpinannya, seorang kepala
sekolah dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya.
Sebagaimana pendapat Luthan (dalam Susanto, 2016: 68) yang
mengatakan salah satu sikap dari seorang kepala sekolah yang berhasil
menerapkan gaya kepemimpinan transformasional adalah meningkatkan
kemampuannya secara terus menerus.
Untuk meningkatkan kemampuannya, kepala sekolah dapat
mengikuti sebuah pelatihan ataupun melakukan supervisi akademik.
Menurut Priansa (2017: 96) kompetensi supervisi kepala sekolah dapat
dilihat dari beragam upaya, seperti merencanakan program supervisi
akdemik dalam rangka peningkatan profesinalisme guru, melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan
teknik supervisi yang tepat, dan menindaklanjuti hasil supervisi
akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme
82
guru. Dengan hasil evaluasi supervisi tersebut, kepala sekolah dapat
mengetahui apa yang harus di tingkatkan dan apa yang harus
dipertahankan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga
kepala sekolah dapat dengan mudah mengetahui hal-hal baru apa yang
harus dipelajari dan diparaktekan dalam melakukan suatu pekerjaan.
d. Memberikan perhatian akan kebutuhan individu bawahan
Indikator ini menjelaskan bahwa seorang kepala sekolah bertindak
sebagai pelatih dan penasihat bagi guru dan stafnya. Hal ini terlihat
ketika kepala sekolah mendengarkan dan menindaklanjuti keluhan, ide,
harapan-harapan dan segala masukan yang diberikan oleh guru dan
stafnya. Serta memeriksa kebutuhan individu untuk perkembangan dan
peningkatan keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pada bagian ini, kepala sekolah SDIT Al-Haraki cukup mengenal
guru-gurunya secara individual dalam rangka mengetahui keterampilan,
minat dan memahami persoalan yang dihadapi oleh guru. Hal ini terlihat
dari wawancara yang dilakukan peneliti kepada beberapa guru. sebagian
besar mengatakan bahwa kepala sekolah mampu mengetahui
keterampilan yang dimiliki oleh setiap guru. Sehingga dalam
memberikan masukan, kepala sekolah selalu memberikan alternatif
pemecahan masalah dengan menerapkan keterampilan-keterampilan
yang guru miliki. Misalnya, guru dapat membuat media pembelajaran
yang original. Kepala sekolah berperan mengarahkan agar media
tersebut digunakan sesuai dengan materi pelajaran dan tidak banyak
menguras tenaga dan waktu dalam pembuatannya. Contohnya
memanfaatkan media yang ada disekitarnya.
Selain itu, dari butir pertanyaan instrumen, persepsi guru terhadap
kepala sekolah menunjukkan bahwa kepala sekolah selalu memberikan
masukan berupa saran kepada guru-guru dan selalu mendengarkan dan
menindaklanjuti keluhan, ide, harapan-harapan serta segala masukan
yang diberikan oleh guru. Masukan-masukan tersebut akan ditindak
lanjuti jika mendapat persetujuan dari pihak yayasan dan melalui
keputusan bersama. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Danim (2012:
143) bahwa keterbatasan dana dan sumber lain, seperti ruang dan waktu,
tidak memungkinkan tuntutan setiap orang diakomodasikan
sepenuhnya. Meski begitu, apapun solusi yang dinegosiasikan harus
dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang adil bagi semua pihak yang
terlibat, dalam suasana hormat dan jujur.
Sedangkan hal lain yang menunjukan bahwa kepala sekolah
memberikan perhatian kepada guru-gurunya adalah dengan memberikan
tantangan pada tiap individu. Contonya adalah dengan memberikan
tanggung jawab kepada guru untuk berkolaborasi dalam membuat soal
try out ujian sekolah. Perilaku seperti ini menandakan bahwa seorang
83
kepala sekolah mampu membangkitkan kemampuan guru untuk
berkolaborasi dalam berbagi kepemimpinan. Sebagaimana diungkapkan
oleh Hargraves dan Fink (dalam H. Stronge dkk, 2013: 7) bahwa kepala
sekolah yang mendistribusikan kepemimpinan dengan pihak-pihak
lainnya di sekolah, akan berkontribusi terhadap terjaganya peningkatan
organisasi sekolah.
Dalam indikator-indikator tersebut, terlihat bahwa kepala sekolah
memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan kemampuan
bawahannya. Seperti yang diungkapkan oleh Susanto (2016: 78) bahwa
kepemimpinan transformasional kepala sekolah memiliki proses dalam
pengembangan sumber daya manusia pendidik yang akan menjadi faktor
penting dalam menentukan kinerja guru agar semakin meningkat.
Peningkatan tersebut tidak hanya berimplikasi kuantitas, namun juga
kualitas mengenai bagaimana kinerja guru dilaksanakan oleh guru yang
dapat melahirkan lulusan-lulusan yang kreatif dan inovatif serta dapat
bersaing di era global dewasa ini. Oleh karena itu, jika penerapan
kepemimpinan transformasional kepala sekolah ditingkatkan maka akan
berimplikasi terhadap meningkatnya kinerja guru.
2. Pengaruh Motivasi Kerja Guru Terhadap Kinerja Guru di SDIT AL-
Haraki Depok
Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh besarnya presentase
pengaruh variabel motivasi kerja guru terhadap kinerja guru yang terlihat
pada koefisien determinasi bernilai positif sebesar 0,328 yang megandung
pengertian bahwa pengaruh variabel kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap kinerja guru adalah 32,8%. Sedangkan sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar motivasi kerja guru. Variabel-variabel
tersebut diperkirkan adalah kepemimpinan transformasonal kepala sekolah
atau variabel X1 dalam penelitian ini maupun lingkungan kerja guru itu
sendiri. Sebagaimana pendapat dari Uno dan Lamatenggo (2016: 77)
mengatakan bahwa lingkungan kerja guru memiliki peranan yang begitu
penting, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi guru dalam
melaksanakan tugas, kondisi dan hasil kerjanya. Sehingga sangat
memungkinan bahwa variabel-variabel tersebut dapat mempengaruhi
kinerja guru.
Kemudian dengan p-Value = 0,013 ≤ 0,05; yang artinya bahwa motivasi
kerja guru berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru. Temuan ini
mendukung riset sebelumnya yang dilakukan oleh Ruliaty (2000: 39-50)
menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun secara simultan variabel
independent yaitu motivasi berhasil, kerja keras, tanggung awab, dan
inisiatif mempengaruhi kinerja guru sebagai variabel dependent. Hal ini
84
menunjukkan bahwa semakin tinggi motivasi berhasil, bekerja keras,
tanggung jawab, dan inisiatif dari seseorang maka semakin tinggi pula
kinerja dari orang tersebut. Begitu juga sebaliknya semakin rendah
motivasi baik untuk berhasil, bekerja keras, tanggung jawab, dan nisatif,
maka semakin rendah pula kinerja dari seseorang. Hal ini senada dengan
pendapat Sutikno (2012: 47) yang mengatakan apabila guru memiliki
motivasi kerja yang tinggi, mereka akan terdorong dan berusaha untuk
meningkatkan kemampuannya dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi kurikulum yang berlaku di sekolah/madrasah sehingga
diperoleh hasil kerja yang maksimal.
Sedangkan analisis deskriptif dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
9 guru atau 22,5% guru memiliki motivasi kerja yang tinggi dan 27 guru
atau setara 67,5 % guru di SDIT Al-Haraki memiliki motivasi kerja yang
cukup tinggi. Hal ini terlihat dari indikator dan butir pertanyaan dalam
instrumen yang diisi oleh guru. Adapun indikator-indikator tersebut adalah:
a. Keinginan untuk berprestasi
Indikator ini menjelaskan bahwa seorang guru memiliki motivasi
dalam dirinya untuk berprestasi atau lebih unggul dari guru lainnya.
Lebih unggul dalam hal ini adalah bersifat positif yang berusaha
menjalankan tugasnya secara profesional. Sebagaimana pendapat
Hikmat (2009: 272) yang mengatakan bahwa salah satu tujuan dari
motivasi adalah mempertahankan prestasi kerja dan bersaing seacara
sportif. Hal ini menunjukkan bahwa guru dalam melakukan suatu
pekerjaan boleh lebih unggul dari guru yang lain, tetapi harus bersaing
secara sportif dan tidak mengganggu hubungan kerja antar guru.
Dari hasil analisis butir-butir pertanyaan instrumen, terlihat bahwa
guru-guru di SDIT Al-Haraki dalam melakukan tugas-tugas yang
bersifat kompetitif, berusaha melebihi guru-guru yang lain yang dapat
membangkitkan motivasi guru lain untuk bekerja secara profesional.
Selain itu, peran program pemilihan guru teladan juga berdampak pada
keinginan guru untuk berprestasi. Pemilihan guru teladan ini tidak
memberikan penghargaan dalam bentuk uang, namun nonkeuangan
seperti halnya penobatan dan ucapan selamat langsung dari kepala
sekolah. Hal ini dilakuakan agar memotivasi bawahan bukan dihari itu
saja namun akan diingat untuk jangka panjang. Hal ini senada dengan
pendapat Isen (dalam Robbins dan Timothy, 2017: 173) yang
mengatakan bahwa insentif keuangan akan menjadi lebih memotivasi
dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang dapat berupa insentif
nonkeuangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penghargaan ini
dapat memotivasi bawahan dalam jangka panjang.
Dalam meningkatkan prestasinya, seorang guru dapat menjadi
contoh bagi guru lain dengan mengerjakan tugas tambahan dari kepala
85
sekolah untuk mencapai prestasi yang tinggi. Dimana dalam praktiknya,
guru selalu berusaha mengembangkan metode pengajaran yang sesuai
dengan materi yang diajarkan. Sehinga dapat disimpulkan bahwa ciri-
ciri guru yang memiliki motivasi untuk berprestasi adalah
1) Gigih dalam mengerjakan tugas-tugasnya maupun tugas tambahan
dari kepala sekolah
2) Berusaha untuk lebih unggul dari yang lain dengan cara sportif
3) Selalu mengembangkan metode pengajarannya dalam proses
pembelajaran di kelas
4) Menjadikan semua aktivitas yang sulit sebagai tantangan.
b. Perasaan mencitai pekerjaan itu sendiri
Indikator ini menjelaskan bahwa pekerjaan yang digeluti oleh guru
adalah pekerjaan yang sesuai dengan keahlian atau hobi yang
membuatnya menyenangi profesi guru. Sehingga timbul motivasi kerja
dalam dirinya. Indikator ini merupakan motivasi intrinsik yang timbul
dan sudah ada dalam diri seseorang. Menurut Uno dan Lamantenggo
(2016: 101) biasanya motif intrinsik lebih kuat keberadaannya dari
motif ekstrinsik. Hal ini berarti motivasi yang paling berpengaruh pada
seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah motivasi intrinsik.
Dari butir-butir pertanyaan yang ada dalam instrumen menunjukkan
bahwa guru-guru di SDIT Al-Haraki menyenangi atau mencintai
profesinya. Guru bangga dengan pekerjaannya dan selalu berusaha hadir
di tempat kerja dengan tepat waktu. Hal ini terlihat dengan kedisiplinan
guru dengan datang tepat waktu mulai pukul 07.30 hingga 16.00 untuk
hari Senin s.d Kamis, khusus hari Jumat hingga pukul 14.00.
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, ada beberapa guru yang
disiplin bukan karena mencintai pekerjaannya, namun takut akan
konsekuensi yang diberikan yayasan yang akan berdampak pada
pemotongan gaji.
Ini merupakan sebuah aturan yang dapat menciptakan tata tertib
guru dalam melakukan pekerjaan. Menurut Hasibuan (dalam Darmanto,
2015: 1-20) peraturan sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan
dan penyuluhan bagi pegawai dalam menciptakan tata tertib yang baik,
dimana dengan tata tertib yang baik maka semangat kerja, moril kerja,
efektivitas dan efisiensi kerja pegawai akan meningkat.
c. Fasilitas pekerjaan
Indikator ini menjelaskan bahwa guru akan termotivasi dalam
melaksanakan tugasnnya jika didukung dengan fasilitas atau tempat
kerja yang baik. Dan ini merupaan motivasi ekstrinsik yang berasal dari
luar guru. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, fasilitas yang
ada di SDIT Al-Haraki sangat mendukung kinerja dari seorang guru.
86
Mulai dari lapangan, aula dengan LCD-nya, perpustakaaan yang
dipenuhi dengan buku-buku bacaan yang mendidik dan inspiratif,
rumah kaca sebagai ajang awal perkenalan siswa agar peka terhadap
lingkungannya, masjid sebagai pusat belajar dan da’wah, dan ruang
komputer yang merupakan awal bagi siswa mengenal dunia luar dengan
teknologinya.
Hal ini diperkuat juga dengan butir pertanyaan dalam instrumen
yang diisi oleh guru. Hasilnya menunjukkan bahwa fasilitas kerja di
SDIT Al-Haraki dapat mendorong semangat kerja guru. temuan ini
searah dengan pendapat Simarmata (2014: 654-831) yang mengatakan
salah satu upaya peningkatan motivasi kerja guru adalah memberikan
fasilitas, seperti ruangan kerja yang nyaman. Agar motivasi dan
produktivitas kerja guru dapat meningkat maka salah satu syaratnya
adalah tersedianya suasana dan ruangan kerja yang nyaman. Hal ini
dapat dijadikan pertimbangan oleh kepala sekolah dalam menigkatkan
motivasi kerja yang nyaman bagi para gurunya.
Namun berdasarkan obeservasi yang dilakuakan, fasilitas kerja
tersebut belum bisa menstimulus guru untuk bisa menggunakan berbagi
metode pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran di kelasnya.
Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan guru-guru mengenai
metode atau model pembelajaran yang aktif. Cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan motivasi guru tersebut adalah dengan cara
mengikutkan program pelatihan atau pengembangan guru. Sebagaimana
yang diungkapkan oleh Badeni (2013: 88) yaitu:
“Program-program pelatihan dan pengembangan guru merupakan
cara yang sangat memungkinkan untuk meningkatkan motivasi
karena semakin tinggi kemampuan seseorang akan semakin besar
kemungkinan dia dapat memenuhi tingkat performance yang
disyaratkan. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa kondisi dan
fasilitas kerja harus diperhatikan karena ini dapat meningkatkan
kemungkinan untuk mencapai unjuk kerja yang diinginkan
organisasi.”
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas pekerjaan
dapat meningkatkan motivasi kerja guru dan kreatifitas guru, jika guru
memiliki pengetahuan untuk memanfaatkan fasilitas tersebut.
d. Hubungan harmonis antara sesama rekan kerja
Indikator ini menjelaskan tentang interaksi atau komunikasi yang
baik antara guru dengan guru lain maupun guru dengan kepala sekolah.
interaksi ini mempunyai tujuan menciptakan kemudahan serta
87
kelancaran pelaksanaan tugas pekerjaan setiap guru dan timbulnya
semangat saling membantu.
Dari hasil obeservasi, peneliti melihat adanya hubungan yang
harmonis antara sesama rekan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan diskusi
antar guru saat istrahat yang diselingi dengan canda dan tawa. Selain
itu, dari instrumen yang diisi oleh guru, menunjukkan bahwa jika ada
guru SDIT Al-haraki yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan
tugas, maka rekan guru yang lain akan membantu. Begitupun dengan
guru yang mendapatkan penghargaan maka guru yang lain akan
memberikan ucapan selamat. Seperti halnya yang dikatakan oleh
Hughest dkk (2015: 312) yang mengatakan bahwa orang-orang yang
lebih puas dengan pekerjaan lebih cenderung terlibat dalam perilaku
warga organisasi, perilaku yang tidak secara langsung diarahkan pada
pekerjaan seseorang, tetapi membantu orang lain di tempat kerja. Hal ini
berarti seorang guru membantu guru yang lain, namun tidak secara
lansung pekerjaan itu tidak dikerjakan sepenuhnya. Misalnya membantu
guru memberikan saran metode yang tepat dalam mengatasi
pembelajaran yang kurang aktif.
Selain itu, terjadi hubungan yang baik antara kepala sekolah dan
guru yang terlihat saat kepala sekolah memberikan kritik yang bersifat
membangun. Namun bukan sekedar kritik, dukungan moril juga
diberikan baik dari kepala sekolah maupun dari guru lain. Jika
hubungan yang harmonis ini dapat dilaksanakan dengan baik dengan
jangka waktu yang panjang, maka tujuan sekolah akan dapat tercapai.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Stronge (2013: 174) bahwa kunci
dasar kesuksesan sekolah adalah mengembangkan dan memelihara
hubungan positif dengan siswa, staf, orang tua siswa dan komunitas
yang lebih luas.
Namun yang harus diperhatikan adalah komunikasi antara sesama
rekan kerja. Karena jika komunikasi yang dilakukan tidak sesuai dengan
adab ataupun tatakrama, maka akan menimbulkan kesenjangan antara
rekan kerja. Oleh karena itu, harus diperhatikan cara komunikasi yang
baik. Menurut Ernawati dan Ambarini (2010: 100-112) komunikasi
yang baik seharusnya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1)
Komunikasi harus dimengerti, 2) Komunikasi harus lengkap, 3)
Komunikasi harus tepat waktu dan sasaran, 4) Komunikasi memerlukan
landasan saling percaya, 5) Komunikasi perlu memperhatikan situasi
dan kondisi, 6) Komunikasi perlu menghindarkan kata-kata yang kurang
enak.
e. Kompensasi
Indikator ini menjelaskan tentang semua imbalan atau pendapatan
yang diterima oleh guru karena pekerjaannya, termasuk di dalamnya
88
adalah gaji. Menurut Ulfatin dan Triwiyanto (2016: 120-121)
kompensasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kompensasi
finansial dan non finansial. Kompensasi finansial dapat dibagi menjadi
kompensasi langsung (direct financial compensation) dan tidak
langsung (indirect financial compensation). Kompensasi finansial
lansung terdiri atas bayaran (pay) yang diperoleh seseorang dalam
bentuk gaji, upah dan insentif. Sedangkan kompensasi finansial tidak
langsung adalah balas jasa tambahan yang diberikan yang diberikan
berdasarkan kebijaksanaan organisasi terhadap semua pegawai dalam
usaha meningkatkan kesejahtraan mereka. Contohnya adalah tunjangan
kesehatan, tunjangan hari raya, dan tunjangan pensiun. Sedangkan
nonfinansial yaitu imbalan dalam bentuk kepuasan yang diperoleh
pegawai dari pekerjaan itu sendiri baik yang secara fisik maupun psikis.
Yang tergolong fisik, misalnya fasilitas kerja yang memadai dan
lingkungan kerja yang nyaman. Sedangkan yang tergolong psikis
misalnya jenjang karier yang jelas, peluang kelangsungan pekerjaan
(tidak pailit), dan formasi jabatan.
Namun dalam indikator penelitian ini hanya menyangkut mengenai
kompensasi finansial, karena kompensasi nonfinansial telah terintegrasi
pada indikator sebelumnya. Dari hasil analisis butir pertanyaan
instrumen, ditemukan bahwa gaji yang diterima oleh guru SDIT Al-
Haraki dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehingga dengan hal itu,
guru dapat fokus dan semangat dalam bekerja tanpa memikirkan hal
lain. Adapun gaji yang diterima oleh guru pada umunya di sekolah ini
adalah Rp 1.800.000 hingga Rp 3.000.000 per bulan. Namun ketika
guru mendapatkan prestasi atau mempunyai kinerja yang baik, maka
gaji yang diterima lebih dari itu.
Akan tetapi, berdasarkan wawancara dengan salah satu guru
mengatakan bahwa gaji guru ditentukan oleh pemilik yayasan sekolah
ini. Oleh karena itu, walaupun kinerjanya baik belum tentu gaji yang
diterima juga baik atau bertambah. Padahal, besar kecilnya gaji sangat
mempengaruhi motivasi guru untuk bekerja secara maksimal. Seperti
yang dikatakan Mathis dan Jackson (dalam Aprijon, 2014: 88-101)
bahwa salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja,
memotivasi dan meningkatkan kepuasan kerja para karyawan adalah
melalui kompensasi.
Selanjutnya, berdasarkan analisis deskriptif didapatkan juga ada 4 guru
atau setara 10% memiliki motivasi kerja yang rendah. Motivasi guru yang
satu dengan guru yang lain jelas pasti berbeda. Banyak faktor yang
mungkin mepengaruhinya. Dimana motivasi bukanlah ciri pribadi
seseorang namun terjadi akibat dari interaksi individu dan situasi. Motivasi
seorang guru akan berbeda dengan motivasi guru lainnya. Pandangan ini
89
diperkuat oleh hasil survei Guru Amerika (American Teacher Survay) tahun
2006, kepusan guru nyaris selalu tinggi sepanjang waktu. Setidaknya 56%
guru yang disurvei melaporkan bahwa sangat puas dengan karier mereka.
Pada tahun 1986, sebelum standar kinerja dan gerakan akuntabilitas
berlangsung, hanya sekitar 33% dari guru yang menyatakan sangat puas
dengan realitas guru, berarti ada sekitar 440 ribu sampai dengan 670 ribu
yang kurang bahkan tidak puas dengan pekerjaannya (Danim, 2010: 124).
Akan tetapi, jika ditelusuri lebih jauh yang menyebabkan hal itu bisa
terjadi adalah pengaruh dari faktor internal dan eksternal guru itu sendiri.
Hal ini sejalan dengan Siagian (2006: 294) yang mengatakan bahwa
motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Yang termasuk faktor internal yang mempengaruhi
motivasi anatara lain persepsi seseorang mengenai diri sendiri, harga diri ,
harapan pribadi, kebutuhan, keinginan kepuasan kerja prestasi kerja yang
dihasilkan. Sedangkan fakor eksternal yang mempengaruhi motivasi
seseorang antara lain jenis dan sifat pekerjaan, kelompok kerja dimana
seseorang bergabung ,organisasi tempat orang bekerja, situasi lingkungan
kerja, gaji.
Hal ini diperkuat kembali dengan pendapat Federick Herzberg yang
banyak dirujuk ketika ilmuwan menulis atau berdiskusi tentang
penelitannya mengenai motivasi dan kinerja sejak awal tahun 1960-an.
Hezberg mengidentifikasi sepuluh faktor yang mengakibatkan naiknya
tingkat kepuasan dan motivasi kerja seseorang. Kesepuluh faktor itu disebut
faktor higienis yaitu kebijakan dan administrasi perusahaan/organisasi,
penyeliaan, hubungan pengan penyelia, kondisi kerja, gaji, hubungan
dengan teman sebaya, kehidupan pribadi, hubungan dengan bawahan, status
dan keamanan. Oleh Hezberg jika faktor-faktor ini tidak hadir maka
menyebakan ketidakpuasan kerja (Danim, 2010: 125).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam hal ini berfungsi
sebagai pendorong usaha dalam pencapaian prestasi, pekerjaan itu sendiri,
tempat kerja yang nyaman, suasana kerja yang mendukung dan gaji yang
besar. Apabila guru memiliki motivasi kerja yang tinggi, maka guru akan
memberikan yang terbaik demi kemajuan organisasinya. Dengan demikian,
aspek motivasi kerja sesorang akan berpengaruh terhadap kinerjanya.
3. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap
Motivasi Kerja Guru
Berdasarkan hasil analisis statistik, diperoleh besarnya presentase
pengaruh variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap
motivasi guru yang terlihat pada koefisien determinasi bernilai positif
sebesar 0,652 yang megandung pengertian bahwa pengaruh variabel
kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap motivasi kerja
guru adalah 62,5%. Kemudian dengan p-Value = 0,000 ≤ 0,05; yang artinya
90
bahwa kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh
langsung positif terhadap motivasi kerja guru. Hal ini menguatkan
argumentasi bahwa kepemimpinan transformasional dapat mempengaruhi
motivasi kerja guru.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Dr. Figen Eres (2011:
1-17) yang berjudul “Relationship between Teacher Motivation and
Transformational Leadership Characteristics of School Principals”. Sebagai
hasil penelitian, ditemukan bahwa tingkat motivasi guru "sebagian
terpuaskan" sedangkan tingkat karakteristik kepemimpinan
transformasional kepala sekolah "jarang." Pada akhir penelitian, tidak ada
hubungan yang bermakna antara kepemimpinan transformasional kepala
sekolah dan tingkat motivasi guru.
Sedangkan penelitian ini menemukan bahwa kepala sekolah SDIT Al-
Haraki memberikan motivasi kerja dengan menjadi pemimpin yang
memberikan contoh yang baik atau menjadi tauladan bagi bawahannya dan
selalu memberikan arahan dan petunjuk menggunakan kata-kata yang dapat
membangkitkan semangat para guru dan stafnya, serta melakukan suatu
pekerjaan secara bersama-sama karena kepala sekolah memiliki prinsip
bahwa tercapainya suatu tujuan organisasi merupakan tanggungjawwab
bersama sehingga apa yang dikerjakan akan lebih baik jika dapat dilakukan
secara bersama-sama dan dengan kerjasama yang baik.
Sehingga yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini dengan
penelitian lain adalah temuan kepemimpinan kepala sekolah yang
mempunyai sikap yang baik dan bisa menjadi tauladan bagi bawahannya
yang mampu mempengaruhi motivasi guru dalam bekerja. Temuan ini
sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Tukiman dan Abdul Jabar
(2014: 121-133) yang mengatakan bahwa kepala sekolah transformasional
dapat membangun motivasi dalam diri para guru dan karyawan dengan
cara; menumbuhkan motivasi dalam diri sendiri, berjuang bersama-sama,
hadir untuk anak-anak, mengadakan refleksi dan rekoleksi bersama.
Keteladanan hidup kepala sekolah dapat menjadi sumber inspirasi bagi para
guru, karyawan dan siswa untuk bekerja secara optimal dan antusias.
Menurut Bass dan Avolio (dalam Alifuddin, 2012: 171) pemimpin
transformasional mentransformasi dan memotivasi bawahan dengan (1)
membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil akhir dari sebuah
pekerjaan, (2) mendorong bawahan untuk melampaui kepentingan pribadi
mereka sendiri demi epentingan organisasi atau tim, dan (3) megaktifkan
high-order need mereka.
91
Sudah seharusnya seorang kepala sekolah selaku pemimpin dalam
sekolah, selalu memberikan motivasi kepada guru. Hal tersebut merupakan
fungsi dari seorang pemimpin sebagaimana yang dipaparkan oleh Kartono
(2014: 93) salah satu fungsi dari kepemimpinan itu adalah memandu,
manuntun, membimbing, membangun, memberi atau membangunkan
motivasi kerja bawahan sehingga membawa para pengikutnya kepada
sasaran yang ingin dituju.
Sementara itu, dari hasil pengamatan bahwa kepala sekolah SDIT Al-
Haraki adalah pemimpin yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi
dan kinerja manusia sehingga ia berupaya mengembangkan segi
kepemimpinannya secara utuh melalui pemotivasian terhadap staf dan
menyerukan cita-citanya yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral. Jadi
pemimpin secara terus menerus memotivasi bawahan untuk bekerja demi
tercapainya sasaran organisasi dan memuaskan kebutuhan mereka pada
tingkat yang lebih tinggi yang akhirnya memunculkan organisasi yang
mempunyai karakteristik transparansi dan kerjasama. Seperti yang
diungkapkan oleh komariah dan triatna (2010: 78) bahwa seorang
pemimpin yang sadar akan prinsip perkembangan organisasi dan kinerja
manusia akan berupaya mengembangkan segi kepemimpinannya secara
utuh melalui pemotivasian terhadap staf dan menyerukn cita-cita yang lebih
tinggi dan nilai-nilai moral seperti kemerdekaan, keadilan dan kemanusiaa,
bukan didasarkan atas emosi.
Sedangkan menurut Uno (2006: 118), hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan motivasi kerja guru sekolah dasar adalah:
a. Pertama, kepala sekolah senantiasa mendorong guru untuk selalu
berprestasi sesuai bidangnya serta berusaha membantu menciptakan
suasana yang dapat mendukung peningktan prestasi guru tersebut
b. Kedua, kepala sekolah harus peka terhadap aneka kebutuhan,
kemampuan yang dimiliki gurunya, serta mempertimbangkan imbalan
yang diberikan kepada guru, agar dengan imbalan tersebut dapat
memicu mereka untuk dapat bekerja dengan baik
c. Ketiga, kepala sekolah selaku pimpinan yang mengoordinasikan tugas-
tugas di sekolah perlu mengadakan pemantauan kebutuhan, kemampuan
dari tanggung jawab masing-masing serta berusaha memberikan
kesempatan kepada mereka untuk memecahkan sendiri masalah yang
mereka hadapi. Jika diperlukan bantuan pemecahannya, maka kepala
sekolah secara simpati membantu menyelesaikannya
d. Ke empat, menghargai setiap kegiatan edukatif yang dilakukan guru dan
berusaha memberikan kesempatan kepada mereka untuk bersaing secara
kompetitif
e. Kelima, memotivasi diri dengan meningkatkan minat untuk belajar,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mendorong
92
diri melalui berbagai kegiatan yang formal maupun informal sangat
bermanfaat dalam upaya meningkatkan kinerja guru, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Diharapkan dengan kemampuan
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan formal
maupun informal tersebut dapat mendorong guru untuk bersemangat
tinggi dalam melakukan aktivitas kerjanya
f. Ke enam, memberikan penghargaan kepada guru yang memiliki kinerja
yang baik untuk menumbuhkan kompetensi antar guru melalui berbagai
kegiatan lomba dalam skala kecil maupun skala luas.
Dari berbagai pernyataan di atas, terlihat jelas bahwa peran seorang
pemimpin khususnya seorang kepala sekolah yang transformatif, sangat
besar pengaruhnya dalam membangkitkan motivasi kerja guru. Seperti
halnya pendapat Bass (dalam Yulk, 2017: 316) mengatakan bahwa
kepemimpinan transformasional lebih dapat meningkatkan motivasi
pengikutnya dibadingkan dengan kepemimpinan transaksional. Oleh karena
itu, jika kepemimpinan transformasional kepala sekolah ditingkatkan maka
akan berpengaruh terhadap tingginya motivasi kerja guru.
4. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah Terhadap
Kinerja Guru Melalui Motivasi Kerja Guru
Berdasarkan hasil olah statistik di dapat data sebagai berikut:
(X1 => X2 => Y)
Py12 = (P21) (Py2) = (0,625)(0,308) = 0,205
Nilai coefficientnya adalah 0,205, hal tersebut berarti bahwa
kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh secara tak
langsung terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru. Kepemimpinan
transformasional kepala sekolah merupakan suatu bentuk kepemimpinan
yang memungkinkan semua potensi yang ada dalam sekolah dapat
berfungsi secara optimal. Kepala sekolah yang memiliki kepemimpinan
transformasional mempunyai sikap menghargai ide-ide baru, cara dan
metode baru serta praktik-praktik baru yang dilakukan para guru dalam
proses pembelajaran di sekolah. ehingga dengan ciri atau sikap seperti itu
mampu meningkatkan performa atau kinerja guru.
Dari hasil uji hipotesis di atas, terlihat bahwa kepemimpinan
transformasional kepala sekolah SDIT Al-Haraki berpengaruh secara tak
langsung terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru. Hal ini sesuai
dengan pendapat Susanto (2016: 76) yang mengatakan bahwa
kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu
mendatangkan perubahan dalam diri setiap individu yang terlibat dalam
suatu organisasi untuk memberikan motivasi kepada bawahan agar mampu
93
mencapai sasaran yang telah ditetapkan organisasi. Dari penjelasan tersebut
terlihat jelas bahwa seorang kepala sekolah transformasional dapat
meningkatkan kinerja guru dengan memberikan motivasi-motivasi baik
berupa internal maupun eksternal kepada bawahannya.
Faktor yang menyebabkan kepemimpinan tranformasional dapat
mempengaruhi kinerja guru melalui motivasi kerja karena menurut Bass
dan Avalio (dalam Priansa, 2017: 127) bahwa salah satu karakteristik dari
kepemimpinan transfomasional adalah memunculkan motivasi
inspirasional, yaitu:
a. Mengacu pada cara pemimpin transformasional dalam memotivasi
b. Memberi inspirasi melaui visi yang jelas
c. Kepercayaan diri
d. Meningkatka optimisme
e. Semangat kelompok
f. Antusias
Berdasarkan karakteristik di atas, terlihat bahwa motivasi inprasional
dapat tercermin dalam perilaku pemimpin yang menyediakan tantangan
dan makna atas pekerjaan guru, staf dan pegawai lainnya, sehingga kinerja
guru menjadi optimal. Hal ini juga dilakukan oleh kepala SDIT Al-Haraki
yang memotivasi guru dengan dengan mengadakan supervisi pembelajaran
secara berkala, mengikutsertakan guru dalam berbagai pelatihan yang
berkaitan dengan peningkatan profesional serta memberdayakan tenaga
pendidikan melalui pelatihan-pelatihan. Kegiatan-kegiatan tersebut secara
tidak langsung akan membangkitkan motivasi guru untuk bekerja seacara
profesional sehingga akan berdampak pada kinerja guru itu sendiri.
Sebenarnya, aspek penting dari peran kepemimpinan adalah
memberdayakan para guru dan memberikan mereka wewenang yang luas
untuk meningkatkan pembelajaran di kelasnya. Hal ini sesuai dengan apa
yang di sampaikan oleh Spanbauer (dalam Sallis, 2012: 174-175) bahwa
kepemimpinan di sekolah bergantung pada pemberdayaan para guru dan
staf lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar. Para guru diberi
wewenang untuk mengambil keputusan, sehingga mereka memiliki
tanggungjawab yang besar. Mereka diberi kekuasaan dan otonomi untuk
bertindak. Namun, kebebasan dalam hal ini tidak serta merta guru bebas
melakukan apa saja yang dianggap baik untuk dirinya. Harus diperhatikan
juga aturan-aturan ataupun norma dan budaya yang ada di sekolah. oleh
karena itu, Danim dan Suparno (2009: 58) mengatakan bahwa
kepemimpinan transformasional harus bisa menjadi contoh dalam hal
menerapkan prosedur tim kerja dan berani menanggung resiko dalam
melakukan hal yang dapat meningkatkan keahliannya. Dalam hal ini
94
pemimpin menjadi model dan motivator dalam menciptakan iklim belajar
pada orgainisasi.
Implementasi kepemimpinan trasnformasional bagi sekolah
diarahkan pada peningkatan kinerja guru sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran peserta didiknya secara optimal. Dalam peningkatan kinerja
guru, seorang pemimpin transformasional selalu memberikan motivasi
untuk selalu bekerja secara profesional, baik itu dalam bentuk pujian,
semangat, maupun dalam bentuk penghargaan. Hal ini sesuai denagn
pendapat Robins (dalam Alifuddin, 2012: 171) yang mengatakan bahwa
pemimpin transformasionl juga mampu memberi semangat, mendorong,
dan mengilhami bawahannya untuk memberikan usaha ekstra untuk
mencapi tujuan kelompok. Oleh karena itu, dari uraian dan hasil analisis di
atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional dalam
meningkatkan kinerja guru dapat dipengaruhi oleh faktor lain yaitu
motivasi kerja guru itu sendiri baik dari internal maupun eksternal.
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pengaruh
kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru
terhadap kinerja guru di SDIT Al-Haraki Depok, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh langsung
positif terhadap kinerja guru. Ternyata, kepemimpinan transformasional
kepala sekolah mampu menjelaskan 56,1% variasi kinerja guru. Dengan
demikian, makin tinggi kepemimpinan transformasional kepala sekolah,
maka makin tinggi pula kinerja guru, begitupun sebaliknya.
2. Motivasi kerja guru berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru.
Ternyata, motivasi kerja guru mampu menjelaskan 32,8% variasi kinerja
guru. Dengan demikian, makin tinggi motivasi kerja guru, maka makin
tinggi pula kinerja guru, begitupun sebaliknya.
3. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh langsung
positif terhadap motivasi kerja guru. Ternyata, kepemimpinan
tansformasional kepala sekolah mampu menjelaskan 65,2% variasi motivasi
kerja guru. Dengan demikian, makin tinggi kepemimpinan transformasional
kepala sekolah, maka makin tinggi pula motivasi kerja guru, begitupun
sebaliknya.
4. Kepemimpinan transformasional kepala sekolah berpengaruh tak lansung
positif terhadap kinerja guru melalui motivasi kerja guru yang terlihat pada
karakteristik kepemimpinan transforamsional yaitu motivasi inprasional
yang tercermin dalam perilaku pemimpin menyediakan tantangan dan
makna atas pekerjaan guru, staf dan pegawai lainnya, sehingga kinerja guru
menjadi optimal.
B. Implikasi
1. Upaya peningkatan kepemimpinan transformasional kepala sekolah
Kepemimpinan transformasional kepala sekolah merupakan hal yang
sangat menunjang peningkatan kinerja guru. Hal ini diperlihatkan melalui
penelitian ini, dimana kontribusi kepemimpinan transformasional kepala
sekolah terhadap kinerja guru sebesar 56,1%. Besarnya kontribusi
mengindikasikan pentingnya kepemimpinan transformasional kepala
sekolah bagi kinerja guru.
95
96
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kepemimpinan transformasional kepala sekolah:
Pertama, seorang kepala sekolah harus berperan aktif dalam membina
dan mengembangkan tugas profesionalisme guru. Pembinaan diberikan
secara menyeluruh kepada guru dengan tidak berpihak pada guru tertentu.
Kedua, seorang kepala sekolah harus secara berani dan bertanggung
jawab melakukan suatu perubahan bilamana diperlukan dan menjadi suatu
tuntutan dengan perubahan yang terjadi. Dalam suatu organisasi yang
efektif dan efisien, setiap orang yang terlibat perlu mengantisipasi
perubahan dan seharusnya mereka tidak takut akan perubahan tersebut.
dalam kasus tertentu, pemimpin transformasional harus sigap merespon
perubahan tanpa mengorbankan rasa percaya dari tim kerja yang sudah
dibangun.
Ketiga, koordinasi terhadap tugas yang dilakukan guru perlu dilakukan
dengan baik oleh kepala sekolah. Di sisi lain, guru harus memiliki sikap
kemandirian dalam menjalankan tugas-tugas yang diemabannya. Selain itu,
penting menciptakan iklim kebersamaan dalam melaksanakan tugas.
2. Upaya peningkatan motivasi kerja guru ke arah yang baik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi kerja guru dengan
kinerja guru memiliki hubungan yang positif, dengan besarnya kontribusi
penilaian terhadap kinerja guru sebesar 32,8%. Presentasi ini masih
terbilang kecil. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatakan sumbangan
motivasi kerja guru terhadap kinerja guru dapat dilakukan beberapa hal
berikut:
Pertama, memotivasi diri dengan meningkatkan minat untuk belajar,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan mendorong diri
melalui berbagai kegiatan yang formal maupun informal sangat bermanfaat
dalam upaya meningkatkan kinerja guru, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Diharapkan dengan kemampuan pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh melalui kegiatan formal maupun informal
tersebut dapat mendorong guru untuk bersemangat tinggi dalam melakukan
aktivitas kerjanya
Kedua, kepala sekolah menerima saran dan kritik yang mucul dari
semua pihak, baik yang berasal dari lingkungan internal sekolah maupun
lingkungan eksternal sekolah. Dengan manajemen terbuka ini, guru, staf
dan pegawai lainnya akan termotivasi untuk memberikan saran dan kritik
terkait pengembangan sekolah
Ketiga, perbaikan kesejahtraan dengan pemberian kompensasi
merupakan hal penting untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidik dan
kependidikan yang berimplikasi pada motivasi kerja mereka. Namun
pemberian kompensasi harus memperhatikan kinerja yang telah dilakukan.
Jika pemberian kompensasi dalam bentuk uang sulit diwujudkan, dapat
97
dilakukan dengan pemberian kompensasi berbentuk penghargaan yang
dapat dijadikan untuk penambahan kredit dalam rangka pemercepatan
kenaikan pangkat.
C. Saran
Berdasarkan pada hasil dan implikasi penelitian ini, maka diakhir uraian ini
dikemukakan beberapa saran berikut:
Pertama, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan
transformasional kepala sekolah dan motivasi kerja guru memiliki peranan
yang menentukan dalam meningkatkan kinerja guru. Untuk itu, disarankan agar
kepala sekolah selalu memberikan motivasi kepada guru dengan jalan antara
lain memberikan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerjanya
dengan baik.
Kedua, untuk meningkatkan kinerja guru sekolah dasar, perlu diupayakan
pemberian reward dan punishment kepada guru sesuai dengan hasil kerja dan
kesalahan yang mereka lakukan.
Ketiga, untuk meningkatka kinerja guru, di samping pemberian motivasi,
juga perlu diterapkan setiap peraturan dan tata tertib yang ada secara konsisten
dan konsekuen, tanpa adanya diskriminasi terhadap guru tertentu.
Ke empat, hendaknya kepala sekolah berupaya untuk selalu menciptakan
iklim kerja yang kondusif melalui suasana yang harmonis, komunikasi yang
selalu terbuka, baik antara kepala sekolah dengan stafnya maupun antara
sesama guru dan siswa sehingga tujuan yang diharapkan untuk peningkatan
kualitas lulusan dapat dicapai dengan baik.
Kelima, agar mekanisme kerja yang dilakukan guru dapat dilakukan dengan
baik, serta tanggung jawab masing-masing guru dapat diketahui, sebaiknya
kepala sekolah dan staf dewan guru dapat mengupayakan deskripsi tugas
sehingga dapat memudahkan pemantauan guna mengevaluasi kinerja personal.
Ke enam, untuk menjustifikasi berbagai teori penilaian tentang
kepemimpinan transformasional, motivasi kerja serta kinerja guru sebagaimana
yang dilakukan dalam penelitian ini, sebaiknya dilakukan penelitian yang sama
dengan mengembangkan sampel yang lebih besar dan wilayah yang yang lebih
luas serta subjek penelitian pada pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
98
DAFTAR PUSTAKA
Alifuddin. Reformasi Pendidikan: Strategi Inovatif Peningkatan Mutu Pendidikan.
Jakarta: MAGNAScript Publishing, 2012.
Aprijon. “Pengaruh Kompensasi Terhadap Kinerja Guru SLTA Di Kecamatan
Bangkinang”. Menara Riau : Jurnal Kewirausahaan , Vol 13, No.1, Januari-
Juni 2014, h. 88-101.
Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Aquinas, P G. Organizational Behavior: Concepts, Realities, Aplications adn
Challengse, New Delhi: EXCEL BOOKS, 2006.
Azwar, Saifuddin. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003.
Badeni, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung: Alfabeta, 2013.
Baharuddin dan Umiarso. Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan
Praktik. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012.
Bush, Tony dan Marianne Coleman. Managemen Strategis Kepemimpinan
Pendidikan. Yogyakarta: IRCiSoD, 2006.
Bernawi dan Mohammad Arifin. Instrumen Pembinaan, Peningkatan, & Penilaian
Kinerja Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan dan
Kebudayaan. Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan
Menengah Tahun 2015/2016. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016.
Danim, Sudarwan. Kepemimpinan Pendidikan: Kepemimpinan Jenius (IQ + EQ),
Etika, Perilaku Motivasional, dan Mitos. Bandung: Alfabeta, Cet. Ke-2,
2012.
Danim, Sudarwan dan Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolahan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009.
96
99
Darmanto. “Pengaruh Motivasi dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Di
Lingkungan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara”.
Jurnal Administrasi Publik, Vol. 3, No. 1, Juni 2015, h. 1-20.
Dellasera, Qory. Kualitas Pendididikan Indonesia (Refleksi 2 Mei),
https://www.kompasiana.com/www.savanaofedelweiss.com/kualitas-
pendidikan-indonesia-refleksi-2-mei_5529c509f17e610d25d623ba, diakses
tanggal 20 Februari 2017
Dermawati, Penilaian Angka Kredit Guru, Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Desi Kusuma, Maya. “Pengaruh Motivasi Kerja dan Pelatihan Terhadap Kinerja
Kepala Sekolah di SDN Kabupaten Garut.” Jurnal Administrasi Pendidikan
,Vol.XXII, No.2, Oktober 2015, h. 180-191.
Direktorat Tenaga Kependidikan. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat
Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK, Depdiknas, 2008.
Duryat, Masduki. Kepemimpinan Pendidikan (Meneguhkan Legitimasi dalam
Berkontestasi di Bidang Pendidikan). Bandung: Alfabeta, 2016.
Enawati dan Ambarini. “Pengaruh Hubungan Kerja dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Motivasi Kerja Sebagain Variabel
Moderating”. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan, Vol. 10, No. 2, Oktober
2010, h. 100 – 112.
Eren, Figes. “Relationship between Teacher Motivation and Transformational
Leadership Characteristics of School Principals”. International Journal of
Education, Vol. 3, No. 2: E4, August 2011, h. 1-17.
Ferdinan. “Penilaian Kinerja Mutu Pendidikan Agama Islam”. Jurnal Tarbawi,
Vol.1, No. 2, 2017, h. 129-138.
Gunawan. Karena Pendidikan Itu Sangat Penting: Diandra Kreatif,
ttps://books.google.co.id/books?id=JRw4DwAAQBAJ&dq=motivasi+interna
l+penting&hl=id&source=gbs_navlinks_s, diakses tanggal 22 Januari 2018.
Gunawan, Iwan. http://jabar.pojoksatu.id/depok/2017/04/01/uji-kompetensi-guru-di-
kota-depok-bakal-diulang-dan-dibagi-per-zona/. diakses tanggal 20 Februari
2017.
Guntur. “Penilaian Berbasis Kinerja (Performance-Based Assesment) Pada
Pendidikan Jasmani”. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 10,
Nomor 1, April 2014, h. 15-22.
100
Hendrawati, Antik dan Lantip Diat Prasojo. “Pengaruh Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah, Motivasi Kerja Guru dan Budaya Sekolah
Terhadap Prestasi Belajar”. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan
Volume 3, No 2, September 2015, h.141-157.
Hermino, Agustinus . Kepemimpinan Pendidikan Di Era Globalisasi. Yogyakarta:
Pustaka Belajar, 2014.
Hikmat. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Husien, Latifah. Profesi Keguruan: Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: PT
Pustaka Baru Press, 2017.
Husin dan Bayu Umbara. “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Auditor:
Studi Pada Inspektorat Kota Kendari”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Vol.1, No. 1, 2016, h. 28-39.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisis Data Dengan Program
SPSS/Lisrel, Edisi Kedua. Cet. Ke-3, 2016.
Karabina, Mirena. “The Impact Of Leadership Style To The Teachers’ Job
Satisfaction”. European Journal of Education Studies, Volume 2, Issue 3,
2016, h. 80-94.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-7, 1994.
Kartono, Kartini. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal
Itu?. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke-21, 2016.
Komariah, Aan dan Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Kompri. Motivasi Pembelajaran: Perspektif Guru dan Siswa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2015.
Kurniawati, Tanti. “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
dan Disiplin Kerja Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru di SMK Negeri
ADB INVEST Se-Kota Surabaya.” Inspirasi Manajemen Pendidikan,
Volume 01 Nomor 01, Tahun 2013, 1-9.
101
Kuswaeri, Iwa. “Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
Terhadap Motivasi Kerja guru SMP Kabupaten Sumedang.” TANZHIM
Jurnal Penelitian Manajemen Pendidikan Vol.1 No.1 (Januari-Juni 2016): h.
1-12.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika
Aditama, 2006.
Maris, Intan Silvana dkk. “Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah,
Kinerja Guru dan Mutu Sekolah”. Jurnal Administrasi Pendidikan,
Vol.XXIII, No.2, Tahun 2016, h. 173-188.
Meidinyo R. dan Ikurite N. “Influence Of Motivation On Teachers Performance In
A Local Government AreaIn Nigeria”. OSR Journal Of Humanities And
Social Science (IOSR-JHSS),Volume 22, Issue 5, Ver. 3, May 2017, h. 22-
28.
Musfah, Jejen. Manajemen Pendidikan, Teori, Kebijakan, dan Praktik. Jakarta:
Kencana, 2015.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru, Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, 2012, Cet. Ke-2.
Musriadi. Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Aplikatif: Panduan Praktis
Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Deepublish, 2016, Cet. 1
Misbahuddin dan Iqbal Hasan. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2013.
Nadirah, Siti.“Peranan Kultur Sekolah Dalam Meningkatkan Etos Kerja Personalia
Madrasah Tsanawiah Darul Iman Kecamatan Palu Barat Kota Palu”.
ISTIQRA Jurnal Penelitian Ilmiah, Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2013, h.
195-202.
Nandika, Dodi. Pendidikan Di Indonesia Di Tengah Gelombang Perubahan.
Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2007.
Norlander-Case, Kay A. The profesional teacher: The Preparatiaon and
Nurturance Of The Reflective Practitioner. translated by Suci Romadhona,
Jakarta: PT Indeks, 2009.
Northouse, Peter G. Leadership: Theory and Practice, Edisi Keena. translated by
Ati Cahyani. Jakarta: Indeks, 2013.
102
Nurdin. “Pengaruh Pendidikan (Pelatihan) Dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan Yayasan MH. Thamrin”. Jurnal Bijak, Vol. IX, No. 2, Oktober
2016, h. 1-16.
Nurdin, Syafruddin. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum. Jakarta:
Quantum Teaching, 2015.
Nurhayanti, Tati. “Hubungan Kepemimpinan Transformasional dan Motivasi
Kerja”. Jurnal Edueksos Vol I No 2, Juli - Desember 2012, h. 77-92.
Parkay, Forrest W dkk. Becoming a Teacher Eighth Edition. Translated by Wasi
Darwanto, Jakarta: PT Indeks, 2011.
Priansa, Donni Juni. Menjadi Kepala Sekolah Dan Guru Profesional: Konsep,
Peran Strategis, dan Pengembangannya. Bandung: CV Pustaka Setia, 2017.
Priatna, Nanang dan Tito Sukamto. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013.
Redang Werang, Basilius. “ Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah, Moral Kerja Guru, dan Kepuasan Kerja Guru Terhadap Kinerja
Guru di Kota Merauke”. (Cakrawala Pendidikan , Th. XXXIII, No. 1,
februari 2014, h. 128-137.
Rivai, Veithzhal. Manajemen Sumber Daya untuk Perusahaan. Raja Grafindo
Persada, 2004.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.
Jakarta: Rajawali Pers, Cet. Ke-9, 2012.
Robins, Stephen P dan Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba
Empat, 2017.
Ruliaty. “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru di SMPN 15 Kota
Makassar”. Jurnal Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Volume 1 No. 1
Januari – April 2009, h. 39-50.
Sadtyati, Hesti dan Badrun Kartowagiran. “Pengembangan Instrumen Penilaian
Kinerja Guru Sekolah Dasar Berbasis Tugas Pokok dan Fungsi”. Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014, h. 209-304.
103
Sallis, Edward. Total Quality Management In Education: Manjemen Mutu
Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD, 2012.
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama, 2011.
Siagan, Sondang P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi I. Jakarta : Bumi
Aksara. Cet. Ke-13, 2006.
Simarmata, Risda Herawati. “Upaya Peningkatan Motivasi Kerja Guru Sekolah
Dasar”. Jurnal Administrasi Pendidikan, Vol. 2, No. 1, Juni 2014, h. 654-831.
Soetopo, Hendyat. Perilaku Organisasi (Teori dan Praktik Dalam Bidang
Pendidikan., Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. Ke-2, 2012.
Stronge, James dkk. Kualitas Kepala Sekolah. Jakarta: PT Indeks, 2013.
Subandowo, M. “Peradaban dan Produktivitas dalam Perspektif Bonus Demografi
Serta Generasi Y dan Z”. Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan,
Vol. 10, No. 2, November 2017, h. 191-208.
Sudaryono. Leadership: Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Lentera Ilmu
Cendekia, 2104.
Sudjana.Metode Statistika. Bandung: Tarsito, 2005.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta,
Cet. Ke-18, 2013.
Sugiyono. Metode Penelitian dan Pengembangan. Alfabeta: Bandung, 2015.
Suharsaputra, Uhar. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan. Bandung : PT Refika
Aditama, 2016.
Sukarta, Mad Rodja dan Ahmad Sastra. Kepemimpinan Organisai Pesantren.
Bogor: Darul Muttaqien Press, 2011.
Supardi. Kinerja Guru. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. Ke-2, 2014.
Supriadi, Oding. Rahasia Sukses Kepala Sekolah. Yogyakarta: LaksBang
PRESSindo, Cet. Ke-13, 2010.
104
Susanto, Ahmad. Manajemen Peningkatan Kinerja Guru: Konsep, Strategi dan
Implementasinya. Jakarta: Prenadamedia Group, 2016.
Susmiyati, “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala dan Kompetensi
Manajerial Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di Madrasah Aliyah
Negeri Se-Kabupaten Tulungagung”. Jurnal Epistemé, Vol. 11, No. 1, Juni
2016, h.185-200.
Sutikno, Sobry. Manajemen Pendidikan: Langkah praktis Mewujudkan Lembaga
Pendidikan yang Unggul. Lombok: Holistica, 2012.
Suyanto dan Asep Jihad. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga, Cet. Ke-17,
2013.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI. Manajemen Pendidikan. Bandung:
Alfabeta, Cet. Ke-3, 2010.
Tokhibin dan Wuradji. “Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Kepala
Sekolah, Kompetensi, Motivasi, dan Kedisiplinan Guru Terhadap Kinerja
Guru di SMK”. Jurnal Akutabilitas Manajemen Pendidikan, Vol. 1, No. 2,
2013, h. 308-320.
Triwahyudianto. “Analisis Kemampuan Intelektual dan Motivasi Kerja Terhadap
Kinerja Dosen Pendidikan Guru Sekolah Dasar.” Jurnal Bidang Pendidikan
Dasar (JBPD),Vol. 1, No. 1 (Januari 2017): h. 100.
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Uno, Hamzah B dan Nina Lamatenggo. Tugas Guru Dalam Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Ulfatin, Nurul dan Teguh Triwiyanto. Manjemen Sumber Daya Manusia
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2016.
W. Grifin, Ricky. Manajemen. Jakarta: Erlangga, Jilid 2, Edisi Ke-7, 2004.
Wasini, Prisca dan Said Hutagaol. “Hubungan Antara Kepemimpinan
Transformasional Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja Guru Dengan Kinerja
Guru Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Ciracas Jakarta Timur”. Jurnal
Manajemen Pendidikan Vol. 5 No. 1, Maret 2017, h. 52-81.
105
Wirawan. Kepemimpinan : Teori, Aplikasi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan
Penelitian. Depok: Rajagrafindo Persada, 2013.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2006.
Yulk, Garry. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: PT Indeks, Cetakan 2,
2017.
Zuhriyah, Siti. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru SMK Negeri
Kelompok Pariwisata Di Daerah Istimewah Yogyakarta”. Jurnal LITERASI
Volume VI, No. 2, Desember 2015, h. 203-215.
https://tafsirq.com/8-al-anfal/ayat-60#tafsir-quraish-shihab, diakses tanggal 22
Januari 2018.
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-shad-ayat-26.html, diakses
tanggal 20 Januari 2018.
https://quran.com/8/60 ,diakses tanggal 13 September 2017.
http://kelembagaan.ristekdikti.go.id/wpcontent/uploads/2016/08/UU_no_20_th_20
03.pdf, diakses tanggal 13 September 2017.
106
No PERNYATAAN JAWABAN
TP P JR S SS
1 2 3 4 5
a. Model yang dapat diteladani bawahan
1 Kepala sekolah memperlakukan guru-guru
dan orang lain dengan baik
2 Kepala sekolah mempertimbangkan
konsekuensi etika dan moral dari setiap
tindakannya
3 Kepala sekolah memiliki antusiasme yang
tinggi dalam pencapaian tujuan sekolah
4 Kepala sekolah menumbuhkan rasa percaya
diri guru disaat melakukan pekerjaan
Kepala sekolah menekankan pentingnya memiliki komitmen terhadap apa yang
guru yakini
Kepala sekolah menekankan pentingnya rasa
memiliki misi bersama
Kepala sekolah menunjukkan perilaku saling
melayani denga suka rela
8 Kepala sekolah dipercaya oleh bawahan
9 Kepala sekolah mengkomunikasikan harapan
kerja secara jelas
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Kepala Sekolah (Yang di nilai) : ......................................................
2. Nama Guru (Yang Menilai) : .....................................................
3. Nama Sekolah : .....................................................
Petunjuk: Bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda ceklist
(√) yang paling sesuai dengan reaksi anda terhadap pernyataan yang ada, pada
kolom jawaban yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = Tidak Pernah
(TP), 2 = Pernah (P), 3 = Jarang (JR), 4 = Sering (S), 5 = Sangat sering (SS)
5
6
7
107
NO
PERNYATAAN
JAWABAN
TP P JR S SS
1 2 3 4 5
b. Memotivasi bawahan
10
Kepala sekolah membuat guru-guru bekerja
dengan penuh semangat
11 Kepala sekolah meningkatkan
kemampuannya secara terus menerus
12 Kepala sekolah memberikan dukungan penuh
terhadap guru-guru
13
Kepala sekolah berbicara dengan penuh
optimis untuk masa depan
14 Kepala sekolah mengembangkan
keterampilan para guru
15 Kepala sekolah mengarahkan perhatian guru-guru terfokus pada apa yang perlu dikerjakan terlebih dahulu
16 Kepala sekolah mendorong guru-guru untuk
mengungkapkan gagasan dan pendapat
mereka
17 Kepala sekolah menunjukkan tekad untuk
menyelesaikan apa yang ia mau lakukan
18 Kepala sekolah memberikan arahan dalam
melakukan proses pembelajaran yang baik
c. Menstimulasi bawahan menjadi inovatif dan kreatif
19 Kepala sekolah mendorong bawahannya
untuk memunculkan ide-ide baru atas
masalah yang dihadapi
20 Kepala sekolah mengizinkan guru untuk
mengikuti pelatihan
21 Kepala sekolah memberikan perhatian yang
besar atas pengembangan potensi guru
22
Kepala sekolah memberikan kebebasan pada
guru dalam menggunakan model atau metode
dalam pembelajaran di kelas
108
NO
PERNYATAAN
JAWABAN
TP P JR S SS
1 2 3 4 5
23 Kepala sekolah cukup mengenal guru-
gurunya secara individual dalam rangka
mengetahui ketrampilan, minat dan
memahami persoalan yang dihadapi
24 Kepala sekolah membantu memotivasi para
guru
d. Memberikan perhatian akan kebutuhan individu bawahan
25 Kepala sekolah memberikan tantangan bagi
guru
26 Kepala sekolah melibatkan para guru dalam
menyelesaikan masalah secara inovatif dan
kreatif
27 Kepala sekolah memberikan perhatian
khusus pada kebutuhan setiap individu untuk
berprestasi
28 Kepala sekolah memberikan dukungan moral
terhadap bawahan
29 Kepala sekolah memberikan masukan berupa
saran kepada guru
30 Kepala selokah memberlakukan gurunya
secara pribadi, sebagai individu dari pada
sebagai anggota kelompok
31 Kepala sekolah memberlakukan setiap guru-
guru sebagai sebagai individu dengan
kebutuhan,kemampuan dan keinginan
109
No PERTANYAAN JAWABAN
STS TS KS S SS
1 2 3 4 5
a. Keinginan untuk berprestasi
1 Dalam melakukan tugas-tugas yang bersifat kompetitif, saya berusaha melebihi teman-teman
2 Saya berusaha mengembangkan metode pengajaran yang sesuai dengan materi yang
diajarkan
3 Pemilihan guru teladan mendorong saya
untuk mengembangkan diri
4 Saya mengerjakan tugas tambahan dari
kepala sekolah untuk mencapai prestasi kerja yang tinggi
5 Saya berupaya mencapai prestasi agar dapat
memberi contoh bagi guru yang lain
6 Saya berupaya mencapai prestasi agar dapat memberi contoh bagi guru lain
b. Perasaan mencintai pekerjaan itu sendiri
7
Saya bangga dengan pekerjaan menjadi guru
seperti yang saya geluti selama ini
INSTRUMEN PENELITIAN MOTIVASI KERJA GURU
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Guru : .....................................................
2. Usia :......................................................
3. Nama Sekolah : .....................................................
Petunjuk: Bacalah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dan berilah tanda ceklist
(√) yang paling sesuai dengan reaksi anda terhadap pernyataan yang ada, pada
kolom jawaban yang tersedia dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = Sangat Tidak
Setuju (STS), 2 = Tidak Setuju (TS), 3 = Kurang Setuju (KS), 4 = Setuju (S), 5 =
Sangat Setuju (SS)
110
No PERTANYAAN JAWABAN
STS TS KS S SS
1 2 3 4 5
8 Saya berusaha hadir di tempat kerja dengan
tepat waktu
9 Saya selalu bersyukur dengan pekerjaan yang saya jalani selama ini
10 Pekerjaan yang saya jalani sekarang ini,
selalu saya laksanakan dengan rasa senang
dan cinta
11 Saya melakukan pekerjaan bukan hanya
untuk kepentingan diri sendiri tetapi juga
untuk kepentingan sekolah
c. Fasilitas pekerjaan itu sendiri
12 Fasilitas kerja yang disediakan oleh sekolah sangat mendorong semagat kerja saya
13 Saya menggunakan berbagai metode pembelajaran yang bervariasi karena
dukungan fasilitas yang memadai
d. Hubungan harmonis antara sesama rekan kerja
14 Saya mendapat pujian dari teman apabila saya berhasil dalam pekerjaan
15 Saya membantu guru lain yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas
16 Saya menerima kritikan dari kepala sekolah
maupun sesama guru yang bersifat membangun
17 Saya mendapat dukungan moril dari kepala sekolah maupun guru apabila ada masalah
dalam pekerjaan
e. Kompensasi
18 Gaji yang saya terima dapat memenuhi
kebutuhan keluarga sehingga dapat fokus
dalam bekerja
111
No PERTANYAAN JAWABAN
STS TS KS S SS
1 2 3 4 5
19 Saya bersemangat dalam melaksanakan tugas ketika akan diberikan gaji
20 Saya senang bekerja karena mendapat
pelayanan jaminan kesejahtraan dari pihak
lembaga
21 Jumlah gaji yang saya terima, dapat
mempengaruhi saya untuk bekerja lebih baik
112
INSTRUMEN PENELITIAN KINERJA GURU
1. Nama Guru : .....................................................
2. Usia :......................................................
3. Nama Sekolah : .....................................................
Petunjuk: Bacalah aspek penilaian dibawah ini dan berilah tanda ceklist (√) yang
paling sesuai dengan apa yang anda temukan, pada kolom jawaban yang tersedia
dengan ketentuan sebagai berikut: 1 = Sangat Kurang (SK), 2 = Kurang (K), 3 =
Cukup (C), 4 = Baik (B), 5 = Sangat Baik (SB)
No Aspek yang diamati JAWABAN
SK K C B SB
1 2 3 4 5
a. Kemampuan membuat perencanaan pembelajaran
1 Indikator sesuai dengan SKL-KI, dan KD
2 Indikator meliputi dimensi sikap,
keterampilan dan pengetahuan
3 Indikator menggunakan kata kerja
operasional yang mengandung satu prilaku
4 Indikator mengadung satu prilaku yang dapat
di observasi
5 Indikator mencakup level berpikir tinggi
(analisis, evaluasi, atau mencipta)
6 Indikator meliputi pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan/atau
metakognitif (learning how to learn)
7
Tujuan realistik, dapat dicapai melalui proses
pembelajaran
8 Tujuan pemebelajaran relevan dengan
kompetensi dasar dan indikator
9 Tujuan mencakup pengembangan sikap,
keterampilan dan pengetahuan
10 Tujuan mengandung unsur menciptakan
karya
113
No Aspek yang diamati JAWABAN
SK K C B SB
1 2 3 4 5
11 Materi pelajaran relevan dengan tujuan
12 Materi sesuai dengan potensi peserta didik
13 Matrei kontekstual
14 Materi sesuai dengan perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual siswa
15 Materi bermanfaat untuk peserta didik
16 Materi yang disajikan aktual
17 Materi pembelajaran relevan dengan
kebutuhan siswa
18 Media sesuai dengan tujuan pembelajaran.
19 Media memudahkan siswa menguasai materi
pelajaran
20 Media memfasilitasi siswa menerapkan
pendekatan saintifik
21 Media memberdayakan teknologi informasi
dan komunikasi
22 Metode pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran
23 Metode sesuai dengan pendekatan saintifik
24 Metode sesuai dengan model model inkuiri,
pembelajaran berbasis masalah, atau proyek.
25 Metode mengembangkan kapasitas individu
dan kerja sama peserta didik
26 Kegiatan pembelajaran menampilkan
kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
27 Kegiatan pembelajaran menjelaskan tujuan
pembelajaran
28 Merencanakan kegiatan siswa mengamati
29 Merencanakan kegiatan siswa menanya
30 Merancang kegiatan siswa mencoba
114
No Aspek yang diamati JAWABAN
SK K C B SB
1 2 3 4 5
31 Merancang kegiatan siswa menalar
atau mengasosiasi (eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi)
32 Merancang kegiatan siswa membentuk
jejaring atau mengomunikasikan produk
penalarannya
33 Merangkan kegiatan siswa berkarya atau
mencipta
34 Mengandung rencana kegiatan tindak lanjut
(penugasan, remedial, dan pengayaan)
35 Menilai ketercapain indikator hasil belajar
36 Mengukur sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
37
37 Merancang kegiatan siswa membentuk
jejaring atau mengomunikasikan produk
penalarannya
33 Kegiatan pembelajaran merangkan
kegiatan siswa berkarya atau mencipta
Merancang penilaian otentik
38 Meliputi rancangan instrumen tes
39 Merancang penilai tugas
40 Menetapkan pedoman penskoran
b. Penguasaan materi pelajaran
a. Penguasaan materi pelajaran
a. Penguasaan materi pelajaran
41 Mengaitkan materi pembelajaran
sekarang dengan pengalaman peserta
didik atau pembelajaran sebelumnya.
42 Mengajukan pertanyaan menantang.
43 Menyampaikan manfaat materi pembelajaran.
44 Mendemonstrasikan sesuatu yang
terkait dengan materi
pembelajaran.
45 Menyampaikan kemampuan yang akan
dicapai peserta didik.
45 Menyampaikan rencana kegiatan
misalnya, individual, kerja
kelompok, dan melakukan
observasi.
115
No Aspek yang diamati JAWABAN
SK K C B SB
1 2 3 4 5
49 Menyajikan pembahasan materi
pembelajaran dengan tepat.
50 Menyajikan materi secara sistematis
(mudah ke sulit, dari konkrit ke abstrak)
c. Penerapan strategi dan pendekatan pembelajaran
51 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
kompetensi yang akan dicapai.
52 Menfasilitasi kegiatan yang memuat
komponen eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi.
53 Melaksanakan pembelajaran secara runtut.
54 Menguasai kelas.
55 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat
kontekstual.
56 Melaksanakan pembelajaran yang
memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif (nurturant effect).
57 Melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan alokasi waktu yang
direncanakan.
58 Memberikan pertanyaan mengapa dan
bagaimana.
59 Memfasilitasi peserta didik untuk
mengamati.
60 Memancing peserta didik untuk bertanya.
61 Memfasilitasi peserta didik untuk mencoba.
62 Memfasilitasi peserta didik untuk
menganalisis.
JAWABAN
116
SK K C B SB
1 2 3 4 5
63 Memberikan pertanyaan peserta didik untuk
menalar (proses berfikir yang logis dan
sistematis).
64 Menyajikan kegiatan peserta didik untuk
berkomunikasi.
d. Kemampuan menggunakan sumber dan media pembelajaran
65 Menunjukkan keterampilan dalam
penggunaan sumber belajar pembelajaran.
66 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran.
66 Menunjukkan keterampilan dalam penggunaan media pembelajaran.
67 Menghasilkan pesan yang menarik.
68 Melibatkan peserta didik dalam pemanfaatan sumber belajar pembelajaran.
69 Melibatkan peserta didik dalam
pemanfaatan media
pembelajaran.
e. Kemampuan mengelola kelas
70 Menumbuhkan partisipasi aktif peserta
didik melalui interaksi guru, peserta didik,
sumber belajar.
71 Merespon positif partisipasi peserta didik.
72 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons
peserta didik.
73 Menunjukkan hubungan antar pribadi yang
kondusif.
117
No Aspek yang diamati
JAWABAN
SK K C B SB
1 2 3 4 5
74 Menumbuhkan keceriaan atau antuisme
peserta didik dalam belajar.
75 Menggunakan bahasa lisan secara jelas dan
lancar.
76 Menggunakan bahasa tulis yang baik dan
benar.
f. Kemampuan melaksanankan penilaian
77 Menilai sikap dalam pembelajaran
78 Menilai pengetahuan dalam proses
pembelajaran
79 Menilai pengetahuan dalam proses
pembelajaran
80 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman
dengan melibatkan peserta didik.
81 Mengumpulkan hasil kerja sebagai bahan
portofolio.
82 Melaksanakan tindak lanjut dengan
memberikan arahan kegiatan berikutnya
dan tugas pengayaan.
118
Lampiran 2
TABEL PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU
DENGAN TARAF KESALAHAN, 1, 5, DAN 10 %
Siginifikasi Siginifikasi
1% 5% 10% 1% 5% 10%
10 10 10 10 280 197 155 138
15 15 14 14 290 202 158 140
20 19 19 19 300 207 161 143
25 24 23 23 320 216 167 147
30 29 28 28 340 225 172 151
35 33 32 32 360 234 177 155
40 38 36 36 380 242 182 158
45 42 40 39 400 250 186 162
50 47 44 42 420 257 191 165
55 51 48 46 440 265 195 168
60 55 51 49 460 272 198 171
65 59 55 53 480 279 202 173
70 63 58 56 500 285 205 176
75 67 62 59 550 301 213 182
80 71 65 62 600 315 221 187
85 75 68 65 650 329 227 191
90 79 72 68 700 341 233 195
95 83 75 71 750 352 238 199
100 87 78 73 800 363 243 202
110 94 84 78 850 373 247 205
120 102 89 83 900 382 251 208
119
130 109 95 88 950 391 255 211
140 116 100 92 1000 399 258 213
150 122 105 97 1100 414 265 217
160 129 110 101 1200 427 270 221
170 135 114 105 1300 440 275 224
180 142 119 108 1400 450 279 227
190 148 123 112 1500 460 283 229
200 154 127 115 1600 469 286 232
210 160 131 118 1700 477 289 234
220 165 135 122 1800 485 292 235
230 171 139 125 1900 492 294 237
240 176 142 127 2000 498 297 238
250 182 146 130 2200 510 301 241
260 187 149 133 2400 520 304 243
270 192 152 135 2600 529 307 245
120
Lampiran 3
DATA INDUK
Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 Total
1 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 110
2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 5 3 3 5 4 4 4 5 120
3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 5 111
4 5 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 130
5 4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 3 4 3 5 5 4 3 3 4 4 4 126
6 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 3 4 5 5 3 5 5 4 4 4 142
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 137
8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 130
9 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 130
10 4 2 3 3 4 4 3 4 4 4 4 5 3 3 3 5 4 4 3 4 4 4 5 3 5 5 5 5 4 5 4 122
11 5 4 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 3 3 4 4 3 4 5 3 4 5 5 3 3 4 3 3 5 4 5 125
12 5 4 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 3 4 4 4 5 4 4 5 5 134
13 4 4 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 127
14 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 5 3 4 4 4 4 4 3 5 4 4 128
15 5 4 4 4 4 5 5 4 4 5 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 131
16 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 131
17 4 3 4 4 5 5 4 4 3 4 4 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 118
18 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 3 5 4 4 4 4 4 5 4 5 123
19 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 3 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 5 3 5 5 4 4 4 137
121
20 5 3 5 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 117
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 125
22 4 5 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 5 3 3 124
23 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 3 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 124
24 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 132
25 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 4 3 4 3 5 4 3 128
26 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 3 5 124
27 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 127
28 5 5 3 3 4 5 4 3 4 3 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 4 4 4 5 4 3 126
29 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 5 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 109
30 4 4 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 130
31 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 4 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 4 4 3 3 121
32 4 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 3 5 4 5 4 5 131
33 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 4 4 3 4 5 5 4 130
34 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 5 4 4 5 5 132
35 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 108
36 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 131
37 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 125
38 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 3 3 4 4 4 4 120
39 4 4 4 3 4 4 5 3 4 3 5 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 5 3 5 4 4 3 4 4 5 122
40 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 5 124
122
Motivasi Kerja Guru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 Total
1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 79
2 4 4 4 3 3 3 5 4 5 5 5 4 4 4 4 5 4 2 3 3 4 82
3 3 3 3 3 4 3 5 4 3 3 3 4 3 4 4 5 4 3 5 3 4 76
4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 3 3 3 2 87
5 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 5 80
6 5 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 98
7 4 5 4 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 92
8 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 2 4 5 93
9 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 5 5 4 4 3 4 4 95
10 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 3 3 4 4 4 4 5 4 4 3 84
11 3 5 4 4 4 2 5 5 5 5 4 5 5 3 5 4 4 5 2 5 3 87
12 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 3 4 5 5 88
13 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 80
14 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84
15 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 3 91
16 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 3 4 5 5 95
17 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 82
18 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 5 4 91
19 3 5 5 4 3 3 5 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 5 5 5 4 90
20 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 84
21 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 82
22 4 5 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 85
123
23 3 4 4 3 4 3 4 5 5 5 5 3 3 4 4 4 4 4 2 2 4 79
24 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 87
25 4 4 3 4 4 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 5 3 4 4 4 87
26 3 5 4 4 3 3 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 85
27 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 3 4 4 4 3 3 4 5 86
28 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 5 5 3 4 3 5 88
29 3 5 4 5 3 4 5 5 5 5 4 3 4 4 4 5 4 3 3 3 3 84
30 4 4 3 4 3 3 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 80
31 4 4 4 4 3 3 5 5 5 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 3 5 80
32 3 4 4 4 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 5 5 2 2 2 4 84
33 3 4 3 3 3 3 5 4 5 5 5 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 80
34 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 4 5 3 3 3 91
35 3 4 3 3 3 3 5 4 5 5 3 4 3 5 5 5 4 2 4 3 4 80
36 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 94
37 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 89
38 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 76
39 5 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 3 3 4 5 5 5 3 3 3 4 87
40 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 83
124
Rekapitulasi Nilai Kinerja Guru
N0 Nama Nilai
1 echa zulfah 62,87
2 Restiana 77,24
3 Satria 75,64
4 Rantini 80,94
5 Sukma 76,49
6 Hasnah 86,83
7 Vidia 80,6
8 Wanudi 80,84
9 Sendy 84,1
10 Devy 78,4
11 Syahroni 79,84
12 rachmat hernowo 81,04
13 Heni 75,77
14 Noorlia 77,93
15 Isnaini 81,86
16 Tyas 82,21
17 Ilya 69,81
18 Marina 78,29
19 Erni 81,69
20 Alif 76,84
21 siti nurhasanah 78,63
22 Afri 75,16
23 Harina 77,47
24 sri wahyuni 82,41
25 yeni 78,73
26 Durrotu 79,89
27 Mutakkhin 78,96
28 Aisyah 81,04
29 Sapto 70,39
30 Khobir 77,2
31 Isti 78,63
32 Ardhian 82,49
33 Suwita 75,99
34 Ikbal 80,94
35 Yulia 73,09
125
36 Shihab 82,26
37 Nurfitri 75,03
38 nur fitryani 71,59
39 Asep 81,07
40 Hendra 77,79
126
Lampiran 4
Hasil Uji Validitas Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah (X1)
Item
Pernyataan
Nilai
r-hitung
Nilai
r-tabel Signifikansi Keterangan
P1 ,548** 0,308 ,000 Valid
P2 ,485** 0,308 ,001 Valid
P3 ,410** 0,308 ,006 Valid
P4 ,523** 0,308 ,000 Valid
P5 ,682** 0,308 ,000 Valid
P6 ,652** 0,308 ,000 Valid
P7 ,592** 0,308 ,000 Valid
P8 ,651** 0,308 ,000 Valid
P9 ,552** 0,308 ,000 Valid
P10 ,602** 0,308 ,000 Valid
P11 ,552** 0,308 ,000 Valid
P12 ,549** 0,308 ,000 Valid
P13 ,820** 0,308 ,000 Valid
P14 ,434** 0,308 ,004 Valid
P15 ,659** 0,308 ,000 Valid
P16 ,621** 0,308 ,000 Valid
P17 ,656** 0,308 ,000 Valid
P18 ,766** 0,308 ,000 Valid
P19 ,770** 0,308 ,000 Valid
P20 ,466** 0,308 ,002 Valid
P21 ,558** 0,308 ,000 Valid
P22 ,482** 0,308 ,001 Valid
P23 ,108 0,308 ,263 Tidak valid
P24 ,523** 0,308 ,000 Valid
P25 ,567** 0,308 ,000 Valid
P26 ,627** 0,308 ,000 Valid
P27 ,781** 0,308 ,000 Valid
P28 ,562** 0,308 ,000 Valid
P29 ,669** 0,308 ,000 Valid
P30 ,799** 0,308 ,000 Valid
P31 ,485** 0,308 ,001 Valid
P32 ,505** 0,308 ,001 Valid
127
Hasil Uji Validitas Motivasi Kerja Guru (X2)
Item
Pernyataan
Nilai
r-hitung
Nilai
r-tabel
Nilai
Signifikansi Keterangan
P1 ,443** 0,308 ,003 Valid
P2 ,564** 0,308 ,000 Valid
P3 ,629** 0,308 ,000 Valid
P4 ,300* 0,308 ,036 Valid
P5 ,723** 0,308 ,000 Valid
P6 ,564** 0,308 ,000 Valid
P7 ,493** 0,308 ,001 Valid
P8 ,287* 0,308 ,043 Valid
P9 ,396** 0,308 ,008 Valid
P10 ,383** 0,308 ,010 Valid
P11 ,568** 0,308 ,000 Valid
P12 ,365* 0,308 ,013 Valid
P13 ,769** 0,308 ,000 Valid
P14 ,203 0,308 ,115 Tidak valid
P15 ,815** 0,308 ,000 Valid
P16 ,775** 0,308 ,000 Valid
P17 ,773** 0,308 ,000 Valid
P18 ,663** 0,308 ,000 Valid
P19 ,507** 0,308 ,001 Valid
P20 ,372* 0,308 ,012 Valid
P21 ,136 0,308 ,211 Tidak valid
P22 ,856** 0,308 ,000 Valid
P23 ,361* 0,308 ,014 Valid
128
Hasil Uji Validitas Kinerja Guru (Y)
Item
Pernyataan
Nilai
r-hitung
Nilai
r-tabel Signifikansi Keterangan
P1 ,509** 0,308 ,001 Valid
P2 ,437** 0,308 ,003 Valid
P3 ,352* 0,308 ,016 Valid
P4 ,496** 0,308 ,001 Valid
P5 ,672** 0,308 ,000 Valid
P6 ,634** 0,308 ,000 Valid
P7 ,561** 0,308 ,000 Valid
P8 ,641** 0,308 ,000 Valid
P9 ,508** 0,308 ,001 Valid
P10 ,577** 0,308 ,000 Valid
P11 ,564** 0,308 ,000 Valid
P12 ,521** 0,308 ,000 Valid
P13 ,823** 0,308 ,000 Valid
P14 ,419** 0,308 ,005 Valid
P15 ,687** 0,308 ,000 Valid
P16 ,654** 0,308 ,000 Valid
P17 ,686** 0,308 ,000 Valid
P18 ,776** 0,308 ,000 Valid
P19 ,782** 0,308 ,000 Valid
P20 ,448** 0,308 ,003 Valid
P21 ,550** 0,308 ,000 Valid
P22 ,472** 0,308 ,002 Valid
P23 ,655** 0,308 ,000 Valid
P24 ,506** 0,308 ,001 Valid
P25 ,546** 0,308 ,000 Valid
P26 ,655** 0,308 ,000 Valid
P27 ,785** 0,308 ,000 Valid
P28 ,590** 0,308 ,000 Valid
P29 ,671** 0,308 ,000 Valid
P30 ,817** 0,308 ,000 Valid
P31 ,514** 0,308 ,001 Valid
P32 ,540** 0,308 ,000 Valid
P33 ,509** 0,308 ,001 Valid
P34 ,437** 0,308 ,003 Valid
P35 ,352* 0,308 ,016 Valid
129
P36 ,496** 0,308 ,001 Valid
P37 ,672** 0,308 ,000 Valid
P38 ,634** 0,308 ,000 Valid
P39 ,561** 0,308 ,000 Valid
P40 ,641** 0,308 ,000 Valid
P41 ,508** 0,308 ,001 Valid
P42 ,577** 0,308 ,000 Valid
P43 ,564** 0,308 ,000 Valid
P44 ,521** 0,308 ,000 Valid
P45 ,823** 0,308 ,000 Valid
P46 ,419** 0,308 ,005 Valid
P47 ,687** 0,308 ,000 Valid
P48 ,654** 0,308 ,000 Valid
P49 ,686** 0,308 ,000 Valid
P50 ,776** 0,308 ,000 Valid
P51 ,782** 0,308 ,000 Valid
P52 ,448** 0,308 ,003 Valid
P53 ,550** 0,308 ,000 Valid
P54 ,516** 0,308 ,001 Valid
P55 ,448** 0,308 ,003 Valid
P56 ,506** 0,308 ,001 Valid
P57 ,546** 0,308 ,000 Valid
P58 ,655** 0,308 ,000 Valid
P59 ,785** 0,308 ,000 Valid
P60 ,590** 0,308 ,000 Valid
P61 ,671** 0,308 ,000 Valid
P62 ,817** 0,308 ,000 Valid
P63 ,514** 0,308 ,001 Valid
P64 ,540** 0,308 ,000 Valid
P65 ,687** 0,308 ,000 Valid
P66 ,654** 0,308 ,000 Valid
P67 ,686** 0,308 ,000 Valid
P68 ,776** 0,308 ,000 Valid
P69 ,782** 0,308 ,000 Valid
P70 ,448** 0,308 ,003 Valid
P71 ,550** 0,308 ,000 Valid
P72 ,472** 0,308 ,002 Valid
P73 ,672** 0,308 ,000 Valid
P74 ,506** 0,308 ,001 Valid
130
P75 ,546** 0,308 ,000 Valid
P76 ,655** 0,308 ,000 Valid
P77 ,785** 0,308 ,000 Valid
P78 ,590** 0,308 ,000 Valid
P79 ,671** 0,308 ,000 Valid
P80 ,817** 0,308 ,000 Valid
P81 ,514** 0,308 ,001 Valid
P82 ,540** 0,308 ,000 Valid
Hasil Uji Reliabilitas Kepemimpinan Transformasional
Kepala Sekolah
Case Processing Summary
N %
Valid 37 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 37 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,935 32
Hasil Uji Reliabilitas Motivasi Kerja Guru
Case Processing Summary
N %
Valid 37 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 37 100,0
131
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,880 23
Hasil Uji Reliabilitas Kinerja Guru
Case Processing Summary
N %
Valid 37 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 37 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,978 82
132
Lampiran 5
Hasil Uji Normalitas
1. Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Y atas X1
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X1b . Enter
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,775a ,601 ,590 2,79329
a. Predictors: (Constant), X1
b. Dependent Variable: Y
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 446,299 1 446,299 57,200 ,000b
Residual 296,494 38 7,802
Total 742,793 39
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X1
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 22,005 7,443 2,956 ,005
X1 ,448 ,059 ,775 7,563 ,000
a. Dependent Variable: Y
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 70,3639 85,5879 78,1998 3,38283 40
Residual -8,38939 4,43743 ,00000 2,75725 40
Std. Predicted Value -2,316 2,184 ,000 1,000 40
Std. Residual -3,003 1,589 ,000 ,987 40
a. Dependent Variable: Y
133
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Mean ,0000000
Std. Deviation 2,75724909
Absolute ,100
Positive ,061
Negative -,100
Test Statistic ,100
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
2. Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran Y atas X2
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X2b . Enter
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,694a ,481 ,468 3,18363
a. Predictors: (Constant), X2
b. Dependent Variable: Y
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 357,644 1 357,644 35,286 ,000b
Residual 385,149 38 10,136
Total 742,793 39
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 30,561 8,036 3,803 ,001
X2 ,556 ,094 ,694 5,940 ,000
a. Dependent Variable: Y
134
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 72,8447 85,0848 78,1998 3,02826 40
Residual -11,64380 5,19435 ,00000 3,14255 40
Std. Predicted Value -1,768 2,274 ,000 1,000 40
Std. Residual -3,657 1,632 ,000 ,987 40
a. Dependent Variable: Y
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Mean ,0000000
Std. Deviation 3,14255031
Absolute ,195
Positive ,104
Negative -,195
Test Statistic ,195
Asymp. Sig. (2-tailed) ,141c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
3. Hasil Uji Normalitas Galat Taksiran X2 atas X1
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X1b . Enter
a. Dependent Variable: X2
b. All requested variables entered.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,652a ,425 ,410 4,181
a. Predictors: (Constant), X1
b. Dependent Variable: X2
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Regression 491,047 1 491,047 28,088 ,000b
Residual 664,328 38 17,482
Total 1155,375 39
a. Dependent Variable: X2
b. Predictors: (Constant), X1
135
Coefficientsa
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 26,681 11,142 2,395 ,022
X1 ,470 ,089 ,652 5,300 ,000
a. Dependent Variable: X2
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 77,41 93,37 85,63 3,548 40
Residual -7,739 7,261 ,000 4,127 40
Std. Predicted Value -2,316 2,184 ,000 1,000 40
Std. Residual -1,851 1,737 ,000 ,987 40
a. Dependent Variable: X2
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 40
Mean ,0000000
Std. Deviation 4,12723340
Absolute ,073
Positive ,072
Negative -,073
Test Statistic ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
136
Hasil Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variancesa,b
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
X1 1,535 3 36 ,197
X2 1,366 3 36 ,262
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 42,000 3 14,000 4,333 ,126
Within Groups 2184,000 36 60,667
Total 2226,000 39
Between
Groups 1145,375 33 3,333 9,545 ,043
Within Groups 10,000 36 31,816
Total 1155,375 39
137
Lampiran 6
Uji Hipotesis Pertama, Kedua dan Ke empat
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
Y 78,20 4,364 40
X1 125,50 7,555 40
X2 85,63 5,443 40
Correlations
Y X1 X2
Y 1,000 ,775 ,694
X1 ,775 1,000 ,652
X2 ,694 ,652 1,000
Y . ,000 ,000
X1 ,000 . ,000
X2 ,000 ,000 .
Y 40 40 40
X1 40 40 40
X2 40 40 40
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X2, X1b . Enter
a. Dependent Variable: Y
b. All requested variables entered.
Model Summary
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,814a ,663 ,644 2,602 ,663 36,343 2 37 ,000
a. Predictors: (Constant), X2, X1
138
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 492,228 2 246,114 36,343 ,000b
Residual 250,565 37 6,772
Total 742,793 39
a. Dependent Variable: Y
b. Predictors: (Constant), X2, X1
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Correlations
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
(Constant) 14,990 7,439 2,015 ,051
X1 ,324 ,073 ,561 4,458 ,000 ,775 ,591 ,426
X2 ,263 ,101 ,328 2,604 ,013 ,694 ,394 ,249
a. Dependent Variable: Y
139
Lampiran 7
Uji Hipotesis Ketiga
Descriptive Statistics
Mean
Std.
Deviation N
X2 85,63 5,443 40
X1 125,50 7,555 40
Correlations
X2 X1
X2 1,000 ,652
X1 ,652 1,000
X2 . ,000
X1 ,000 .
X2 40 40
X1 40 40
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 X1b . Enter
a. Dependent Variable: X2
b. All requested variables entered.
Model Summary
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,652a ,425 ,410 4,181 ,425 28,088 1 38 ,000
a. Predictors: (Constant), X1
140
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Regression 491,047 1 491,047 28,088 ,000b
Residual 664,328 38 17,482
Total 1155,375 39
a. Dependent Variable: X2
b. Predictors: (Constant), X1
Coefficientsa
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Correlations
B
Std.
Error Beta
Zero-
order Partial Part
(Constant) 26,681 11,142 2,395 ,022
X1 ,470 ,089 ,652 5,300 ,000 ,652 ,652 ,652
a. Dependent Variable: X2
141
Lampiran 8
Daftar Nama Guru SDIT Al-Haraki Depok Tahun Pelajaran 2016/2017
No Nama Lengkap Jabatan
1 Ardiana Setya Budi, S.Pd. Walas 6 Qiblatain
2 Isti, S.Pd. Aswalas 6 Qiblatain
3 Sapto Prio WH Wibowo, S.Pd. Aswalas 6 Aqsho
4 Mila Putrita Islami, S.IP Pustakawan Sekolah
5 M. Khobir Ali, S.Pd.I Aswalas 6 Quba
6 Aisyah Nurul Hanifah, S.Pd. Aswalas 6 Quds
7 Muttakhin, S.Pd.I Walas 6 Quds
8 Pratiwi Endah Lestari, S.Pd. Walas 6 Aqsho
9 Durrato Sogiyah, S.Pd. Walas 2 Jeddah
10 Sri Wahyuni, S.Pd. Walas 5 Jabal Rahmah
11 Yeni noriani, S.Pd. Aswalas 5 Jabal Nur
12 Harina f, S.Pd. Walas 1 Marwah
13 Afri Ayu Wardani, S.Pd. Aswalas 5 Jabal Rahmah
14 M. Alif, S.Sos.I., M.Pd. Aswalas 2 Jeddah
15 Siti Nurhasanah, S.Sos. I Walas 2 Mekkah
16 Erni, S.Pd.I Aswalas 1 Marwah
17 Marina, S.Pd. Walas 3 Tan’im
18 Ihya Ulumudin, S.Pd.I Aswalas 1 Mihrab
19 Tyas, S.Pd. Aswalas 3 Thoif
20 Isnaini R, S.Pd. Walas 1 Mihrab
21 Achmad Firdaus, S.Pd.I Aswalas 1 Shafa
142
22 Noorlia Syahda, S.Pd. Aswalas 1 Raudhah
23 Heni Liasari, S.Pd. Walas 5 Jabal Nur
24 Rachmat Hernowo, S.Pd. Guru Olahraga
25 Muh. Syahroni, S.Pd.I Walas 4 Muzdalifah
26 Devi citrayana, S.H. Walas 5 Jabal Uhud
27 Tijani, S.Pd.I Walas 4 Multazam
28 Sendy Lindasari, S.Pd. Aswalas 4 Hijir Ismail
29 Wanudi, S.Pd. Walas 3 Thoif
30 Suwita, SE. Guru Musik
31 Vidia safitri, S.Pd. Aswalas 3 Mina
32 Hasanah, S.Sos.I. Walas 4 Jaronah
33 Sukma Hadi Nugroho, S.Pd.I. Aswalas 3 Arafah
34 Rantini, S.Pd. Walas 3 Arafah
35 Satria P, S.Pd. Aswalas 4 Jaronah
36 Restiana, S.Pd. Aswalas 2 Madinah
37 Echa Zulfah, S.Pd. Aswalas 2 Riyadh
38 Muh. Iqbal, S.Pd.I. Walas 5 Jabal Tsur
39 Yulia, S.Pd. Aswalas 5 Jabal Tsur
40 M. Shihab, S.Pd.I. Walas 2 Riyadh
41 Nurfitri, S.Pd. Aswalas 2 mekah
42 M. Ayyub, S.Pd.I. Aswalas 3 Tan’im
43 Nur Fitriany, S.Pd. Aswalas 4 Muzdalifah
44 Asep, S.Pd.I. Guru Quran
45 Hendra, S.Pd. Walas 4 Hijir Ismail
143
RIWAYAT HIDUP
NARDIS dilahirkan pada tanggal 10 April 1993 di Raha.
Anak Pertama dari lima bersaudara, pasangan dari Bapak
Nurdin Dandi dan Ibu Wa Oma. Penulis menempuh
pendidikan tingkat dasar di SD Negeri 13 Katobu (selesai
tahun 2006). Kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP
Negeri 2 Raha (tamat Tahun 2009). Pada tahun yang sama
penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 2 Raha (tamat Tahun 2012). Pada
tahun 2012 penulis berkesempatan menempuh pendidikan S1 pada jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Halu Oleo. Pengalaman organisasi selama kuliah diantaranya Wakil
ketua HMJ PGSD dan sebagai salah satu anggota Drum Corps Universitas Halu
Oleo. Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan S2 pada jurusan Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kelas kerjasama SGI
Dompet Dhuafa.