repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...kebijakan-pendidikan...dan-aplikatif.pdfrepository.ung.ac.idauthor:...

308

Upload: lamlien

Post on 07-Apr-2019

291 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019
Page 2: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKANKajian Teoretis, Eksploratif, dan Aplikatif

Copyright © 2018 -Arwildayanto, Arifin Suking, & Warni Tune Sumar

Penulis: Dr. Arwildayanto, M.Pd.

Dr.ArifinSuking,M.Pd.

Dr.WarniTuneSumar,S.Pd.,M.Pd.

Editor:EngkusKuswandi

DesainerSampul:TotoRianto

PenataLetak:TeamCendekia

CP.PK003-2018ISBN:978-602-51920-9-8Cetakanpertama,Desember2018

Diterbitkanoleh:

CV CENDEKIA PRESSNIB:8120107982776Komp.GBABaratBlokC-4No.7BandungEmail:[email protected]:www.cendekiapress.com

AnggotaIKAPI

Hakciptadilindungiundang-undangpadapenulis,danhakpener-bitanpadaCVCendekiaPress.DilarangmemperbanyaktulisaninidalambentukdandengancaraapapuntanpaizintertulisdariPenerbit.

Page 3: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Denganpenuhsujudsyukur,Alhamdulillahpenulishaturkanke hadirat Allah SWT, diberikan kesehatan dan kekuatan untukmenyelesaikanbukuAnalisisKebijakanPendidikan;KajianTeoretisEksploratif dan Aplikatif, yang merupakan bagian dari keluaran(output)penelitianyangpenulis lakukanpadatahun2018 ini,yangberjudul Efektivitas Kebijakan Prodira, kontribusinya terhadappeningkatan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pendidikandiProvinsiGorontalo.

Buku inimenjadi bagiandari bukuajarmata kuliahAnalisis

Kebijakan Pendidikan yang penulis ampuh di JurusanManajemen

Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan bersama Dr. Arifin Suking,

M.PddanDr.WarniTuneSumar,M.Pd.Bukuajarberbasisriset ini

sengaja direncanakan dan disusun bersentuhan, beririsan dengan

materiperkuliahanpadabeberapapokokbahasan.Halinidilakukan

Pengantar

Page 4: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

iv Analisis Kebijakan Pendidikan

agar selalu menghadirkan materi-materi perkuliahan, relevan

dengan kondisi lingkungan sendiri, isu-isu terkini dan kebijakan

yang diambil bagi pihak-pihak terkait. Sekaligus kegiatan risetpun

melibatkanmahasiswasebagaipengumpuldata,pelaksanakegiatan

focus group discussion(FGD)dalamberbagaiaktivitasriset.Sehingga

memberikan pengalaman meneliti, mengorganisasikan kegiatan

secarakomprehensif.

Dalamkesempatanyangberbahagiaini,penulismenghaturkan

rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang turut serta membantu

menyelesaikan buku ini, terutama Direktorat Jenderal Riset dan

Pengabdiaan Masyarakat (DRPM) Kementerian Riset Teknologi

dan PendidikanTinggi (KemristekDikti) Republik Indonesia yang

sudahmembiayaikegiatanpenelitian ini.SelanjutnyaKepalaDinas

Pendidikan Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Dikbudpora)

ProvinsiGorontalo,BadanKesatuanBangsadanPolitik(Kesbangpol)

ProvinsiGorontaloyangsudahmemberikan izinpenelitian,Kepala

SMA,SMKdanMA,Bendahara,Guru,KomiteSekolah,OrangTua

Siswayangsudahberkenaanmemberikan informasiyangmemadai

untuk penelitian ini. Sekaligus penulis menyampaikan terima

kasih kepada narasumber FGDdanmahasiswayang terlibatdalam

penelitianini.

Penulis berharap buku ini bisa bermanfaat bagi mahasiswa,

kolega sesama pengampuh mata kuliah Analisis Kebijakan

PendidikanyangadadiJurusanManajemen/AdministrasiPendidikan

se Indonesia. Pokok Bahasan buku ini mengupas secara teoretis

konsep analisis kebijakan pendidikan, isu dan analisis masalah

kebijakan pendidikan, perumusan, pengesahan, implementasi,

monitoring, evaluasi kebijakan pendidikan, metodologi kebijakan

pendidikandanpraktikkebijakanpendidikanyangsudahdilakukan

lembaga pendidikan sebagai bentuk best practice bagi aktor-aktor

Page 5: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Pengantar v

pendidikanuntukberbagaisuccessstory.Sekali lagikamiberharap

bukuinibisamemberikanmanfaatbagiduniapendidikanIndonesia

danmenjadiamalibadah,amin ya rabbil alamin.

Gorontalo,Desember2018

Dr. Arwildayanto, M.Pd.

Dr.ArifinSuking,M.Pd.

Dr.WarniTuneSumar,S.Pd.,M.Pd.

Page 6: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019
Page 7: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Daftar Isi

Pengantar — iiiDaftar Isi — viiDaftar Gambar — xiDaftar Tabel — xiii

Bab I Konsep Dasar Analisis Kebijakan PendidikanA. Definisi Analisis Kebijakan Pendidikan — 1B. Urgensi Analisis Kebijakan Pendidikan — 16C. Fungsi Analisis Kebijakan Pendidikan — 21D. Karakteristik Analisis Kebijakan Pendidikan — 22Daftar Pustaka — 26

Bab II Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan A. Hakikat Isu dan Masalah dalam Konteks Analisis Kebijakan

Pendidikan — 31B. Beberapa masalah Pendidikan yang seksi di Analisis

Kebijakannya — 36

Page 8: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

viii Analisis Kebijakan Pendidikan

C. Karakter i s t ik Masalah da lam Anal i s i s Kebi jakanPendidikan — 42

D. Tingkatan Masalah Kebijakan Pendidikan — 43E. Fase dan Metode Penstrukturan Masalah Kebijakan

Pendidikan — 45Daftar Pustaka — 51

Bab III Perumusan Masalah Analisis Kebijakan PendidikanA. Hakikat dan Tantangan Perumusan Masalah Kebijakan

Pendidikan — 55B. Pendekatan terhadap Perumusan Masalah Kebijakan

Pendidikan — 58C. TahapanPerumusanMasalahKebijakandanPerumusanKebijakan

Pendidikan — 62D. Model Perumusan Kebijakan Pendidikan — 64E. Aktor dalam Perumusan Kebijakan Pendidikan — 65F. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Kebijakan Pendidikan —

67G. Penyusunan Agenda setting Kebijakan Pendidikan — 70Daftar Pustaka — 73

Bab IV Implementasi Kebijakan PendidikanA. Pengertian Implementasi Kebijakan Pendidikan — 77B. Hal-HalyangharusDiperhatikandalamImplementasiKebijakan

Pendidikan — 81C. Tahapan Implementasi Kebijakan Pendidikan — 82D. Pendekatan Implementasi Kebijakan Pendidikan — 85E. Model Implementasi Kebijakan Pendidikan — 86F. Pengukuran Implementasi Kebijakan Pendidikan — 89G. Faktor-faktorPenentuImplementasiKebijakanPendidikan — 92Daftar Pustaka — 97

Page 9: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Daftar Isi ix

Bab V Evaluasi Kebijakan Pendidikan 101A. Konsepsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 101B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 104C. Permasalahan dalam Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 106D. Manfaat Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 108E. Monitoring Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 109F. Kriteria Evaluasi Program Kebijakan Pendidikan — 111G. Model dan Pendekatan Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 112H. Langkah dan Dampak Evaluasi Kebijakan Pendidikan — 114Daftar Pustaka — 117

Bab VI Sosialisasi Kebijakan PendidikanA. Pengertian Sosialisasi Kebijakan Pendidikan — 119B. Tujuan Sosialisasi Kebijakan Pendidikan — 122C. Tahapan Sosialisasi Kebijakan Pendidikan — 123D. Strategi Sosialisasi Kebijakan Pendidikan — 125E. Media Sosialisasi Kebijakan Pendidikan — 126Daftar Pustaka — 131

Bab VII Penelitian Kebijakan PendidikanA. Konsep Penelitian Kebijakan Pendidikan (Education Policy

Research) — 133B. Fungsi dan Manfaat Penelitian Kebijakan Pendidikan — 138C. Perbedaan dan Karakteristik Penelitian Kebijakan dan Analisis

Kebijakan Pendidikan — 139D. Karakteristik Penelitian Kebijakan Pendidikan — 144E. Manajemen atau Tata Kelola Penelitian Kebijakan

Pendidikan — 145F. MengkomunikasikanHasilPenelitianKebijakanPendidikan — 157Daftar Pustaka — 159

Page 10: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

x Analisis Kebijakan Pendidikan

Bab VIII Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus Kebijakan Pendidikan di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo)

A. Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar — 161B. Kebijakan Riset Pengelolaan Guru Sekolah Dasar — 166C. Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar di Kabupaten

Gorontalo — 168D. Kesimpulan dan Saran — 178Daftar Pustaka — 179

Bab IX Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah

A. Konsepsi Era Otonomi Daerah — 183B. Urgensi Kebijakan Desentralisasi Pendidikan — 185C. Kebijakan Pendidikan di Era Otonomi Daerah — 190D. Implikasi Kebijakan Pendidikan di EraOtonomiDaerah dalam

Penyelenggaraan Pendidikan — 200E. Kebijakan Otonomi Pendidikan — 211Daftar Pustaka — 213

Bab X Analisis Kebijakan Program Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA) dalam Meningkatkan Partisipasi Orang Tua Siswa dan Masyarakat

A. Pendahuluan — 217B. Konseptualisasi Efektivitas Kebijakan PRODIRA — 222C. Metodologi — 237D. Hasil dan Pembahasan — 252E. Rekomendasi Analisis Kebijakan PRODIRA — 274Daftar Pustaka — 275

Lampiran — 283Glosarium — 287Tentang Penulis — 291

Page 11: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Daftar Gambar

Gambar2.1 TingkatanIsuKebijakanPendidikan—32

Gambar2.2. Fase-fasePerumusanMasalahdalamAnalisisKebijakanPendidikan—46

Gambar4.1 FaktoryangMempengaruhiImplementasiKebijakan—82

Gambar4.2 TahapanImplementasiKebijakan—83

Gambar4.3 ModelLinearImplementasiKebijakan—87

Gambar4.4ModelInteraktifImplementasiKebijakan—88

Gambar4.5 ModelKesesuaianImplementasiKebijakan—89

Gambar4.6FaktorPenentuImplementasiKebijakan—90

Gambar4.7 KeterkaitanFaktor-faktoryangmempengaruhiImplementasiKebijakan—93

Gambar10.1 AlokasiAnggaranDikbudporaUntukPRODIRATahun2011-2016—221

Gambar10.2MetodePenelitianKombinasiConcurrenEmbedded—239

Page 12: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

xii Analisis Kebijakan Pendidikan

Gambar10.3Komponen-komponenAnalisisDataModelInteraktif—249

Gambar10.4DiagramAlirModelEfektivitasKebijakanPRODIRAdalamKonteksPembiayaanPendidikan—252

Gambar10.5HistogramSkorPeningkatanPartisipasiOrangTuaSiswadanMasyarakatKonteksBudayaHuyuladalamPembiayaanPendidikan —253

Gambar10.6SpandukyangdipajangdiSMANegeriIKotaGorontalo—255

Page 13: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Daftar Tabel

Tabel1.1 ProseduranalisisKebijakanMenurutWaktuTindakan—10

Tabel2.1 StrukturMasalah-masalahdalamAnalisisKebijakanPendidikan—44

Tabel7.1. PerbedaanPenelitianKebijakanPendidikandanAnalisisKebijakanPendidikan—140

Tabel7.2. PerbedaanAnalisis,Monitoring,EvaluasidanPenelitianKebijakanPendidikan—141

Tabel8.1 Murid,GurudanRasioMurid-GuruSekolahDasardiKab.Gorontalo2015—164

Tabel8.2 KelebihandanKekuranganBeberapaKebijakanPendidikan—177

Tabel9.1 PembagianUrusanPemerintahanPusatdanDaerah—198

Tabel10.1 JumlahPopulasiPenelitianterdiridariSMA,SMKdanMASe-ProvinsiGorontalo—240

Tabel10.2 JumlahSampelPenelitian—240

Page 14: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

xiv Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabel10.3 SkalaLikertJawabanResponden—242Tabel10.4 Kisi-kisiInstrumenPenelitianPartisipasiOrang

TuaSiswadanMasyarakatKonteksBudayaHuyuladalamPembiayaanPendidikan—245

Tabel10.5 HasilUjiCobaInstrumenPartisipasiOrangTuaSiswadanMasyarakatKonteksHuyuladalamPembiayaanPendidikan—247

Tabel10.6. SistemPengkodeanAnalisisData—250Tabel10.7 RekapitulasiHasilSkorPartisipasiOrangTua

SiswadanMasyarakatKonteks BudayaHuyuladalamPembiayaanPendidikan—256

Tabel10.8 TrendKenaikanDanaBOSdaritahun2012-2017—270

Page 15: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. DefinisiAnalisisKebijakanPendidikanBagian inimenjelaskanbeberapakatakunci (keyword),

untukmemberikanpemahamankitalebihkomprehensifdanholistik tentang analisis kebijakan pendidikan, antara lainkebijakan (policy), kebijakan pendidikan, analisis kebijakan,sampaipadakonsepsianalisiskebijakanpendidikan.

1. Kebijakan(Policy)Istilah kebijakan (policy) seringkali diterjemahkan

dengan politik, aturan, program, keputusan, undang-undang, peraturan, konvensi, ketentuan,kesepahaman, danrencanastrategislainnya.Beragampandangantentangistilahkebijakan, Stephen J. Ball (2012) menyatakan policy as text and discourse yang menarik untuk dielaborasi. Misalnyapenggunaan istilah diberbagai Negara yang beragam diInggris,policy berartikebijakan;Latinpolitia, berartipolitik;Yunani, polis berarti Negara, Sanskrit, Pur berari kota; (AliImron,1996).

Bab I

Konsep DasarAnalisis Kebijakan Pendidikan

Page 16: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

2 Analisis Kebijakan Pendidikan

Ditelusuri lebih mendalam, kebijakan (policy) dalamkamus bahasa Inggrís diartikan sebagai: 1) plan of action, esp. one made by government, business company, etc; 2).wise, sensible conduct.Dalaman English Reader’s Dictionary, konseppolicy diartikan sebagai; 1)a course of conduct based on principle or advisability; 2) a contract of Insurance; 3) a form of lottery (AS Hornby and EC Parnwell, 1969). Melengkapipemahamankitatentangkonsepkebijakanbisamerujukpadathe new American Webster Dictionary,menjelaskankebijakan(policy) didefenisikan sebagai 1) metode pemerintahan(method of government), sistem penilaian regulasi (system of regulative measure), tata tertib (course of conduct); 2) sagacity in management; 3) Dokumen perlindungan/jaminan (a document containing a contract of insurance in full), Jaminan kebijakan (insurance policy); 4) sebuah pemainan judi atau a gambling game (Neufeldt,&Sparks, 2002).Dikomparasikandengan definisi kebijakan dalam Tim Revisi Kamus BesarBahasa Indonesia (2008), kebijakan dimaknai sebagaikepandaian, kemahiran, kebijaksanaan, juga di pandangsebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi dasarrencana dalam pelaksanaan pekerjaan, juga kepemimpinanatau carabertindakpemerintah,organisasidan/atau sebagaipernyataan cita-cita, tujuan (goal), prinsip (maksud) sebagaigaris pedoman dalam mencapai sasaran. Pengelompokkanistilah kebijakan juga beraneka ragam penggunaan, antaralain:1)kebijakan as a label for a field of activity, 2) Kebijakan as an expression of general purpose or desired state of affaers, 3) Kebijakan as specific proposals, 4) Kebijakan as decision of government, 5)kebijakan as formal authorization, 6) policy as a programme, 7) Kebijakan as output, 8) policy as a outcome, 9) policy as a theory or model, 10) policy as a process (HogwooddanGun,1986:13-9).

Keragaman pemahaman dan makna kebijakan di atasjugaditopangdariperbedaanasalkatakebijakandiNegara-

Page 17: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 3

negaradidunia,Implikasinyajugapadaartikulasidankonsepyangbervariasitentangkebijakan.Adayangmenyebut“policy” dalam sebutan kebijaksanaan, padahal maknanya berbedadengan kebijakan. Dimana kebijaksanaan mencermikankearifan seseorang, sedangkan kebijakan merupakanaturan tertulis hasil keputusan resmi organisasi. Misalnya,kebijakan didefenisikan sebagai: 1) Undang-undang, 2)PeraturanPemerintah, 3)KeputusanPresiden, 4)KeputusanMenteri, 5) Peraturan Daerah, 6) Keputusan Bupati, dan 7)Keputusan Direktur dan lainnya. Dokumen kebijakan inisifatnyamengikat,wajibdilaksanakanolehsasarankebijakan.Hal senada dijelaskan kebijakan merupakan keputusanpemerintah bersifat umum, berlaku untuk seluruh anggotamasyarakat(Abidin,2006).Begitujugakebijakanitumemberiinformasipadakitatentangruanglingkupnyabersifatumum(makro), sedang (meso), dan mendetail (mikro). Sepertidipahami. Ahearne, J. (2009) mendefenisikan kebijakan(policy) is the implicit or explicit specification of courses of purposive action being followed/to be followed in dealing with a recognized problem/matter of concern, and directed toward the accomplishment of some intended/desired set of goal. Policy also can be thought of as a position or stance developed in response to a problem or issue of conflict, and directed toward a particular objective. Kebijakan choosen course of action significantly affecting large number of member organization (MacRae,1985).

Banyak ahli maupun akademisi turut serta memilikipendapat yang beragam tentang kebijakan sebagai prosespengambilan keputusan, sebagai dijelaskan Koontz danDonnell (1987) yang mengemukakan kebijakan (policy) adalah pernyataan atau pemahaman umum berisikanpedoman, pemikiran dalam proses pengambilan keputusanyang mengikat dan memiliki esensi pada batasan tertentudalam pengambilan keputusan. Anderson (2006) dalam

Page 18: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

4 Analisis Kebijakan Pendidikan

Taufiqurokhman (2014) menyatakan tujuan kebijakan a purposive course of action followed by an actor (set of actors) in dealing with a problem (matter of concern). Fokuskebijakanattention in what actually done againts what is purposed (intended), dan kebijakan berbeda dengan keputusan. Karena kebijakan merupakan rangkaian tindakan yang memilikitujuan tertentu diikuti dan dilaksanakan oleh pelaku atausekelompokpelakulainnyagunamemecahkansuatumasalahyang menjadi perhatian banyak pihak (William N. Dunn,2004).

Pakar lainnya kebijakan menjadi bagian dariperencanaan guna mempersiapkan seperangkat keputusanyang berhubungan dengan biaya, personil, jadwal untukmencapaitujuan(goals,)yangdilakukanolehsejumlahaktorterdiripimpinan,bawahan, lembagapemerintahatauswastadalam suatu bidang atau kegiatan tertentu (Wahab,1997).BegitujugaCharlesLindblom(1968).kebijakanituberkaitanerat dengan proses pengambilan suatu keputusan. Karenapadadasarnyasamamemilihdiantaraalternatifyangtersedia.Hal senada diungkapkan Maskuri (2017) Kebijakan adalahsebuahprinsipataucarayangdigunakanuntukdipilihdalamproses mengarahkan pengambilan keputusan. Masih terkaitdengan outnya keputusan, Nurcholis (dalam Tahir Arifin2011:44-45) jugamendefinisikankebijakansebagaikeputusanorganisasi, untuk mencapai tujuan (goals), memperhatikanketentuan yang ada sebagai pedoman berperilaku oleh;1) kelompok sasaran ataupun unit organisasi pelaksanaankebijakan, 2) ditetapkan baik dalam hubungan denganorganisasi(unit)pelaksanamaupundengankelompoksasaranyang memuat prinsip untuk mengarahkan (directing), carabertindak secara terencana dan konsisten fokus mencapaitujuan(Suharto,2008).

Dalam konteks lain dijelaskan kebijakan tidak hanyasekedar mengatur sistem operasional secara internal, juga

Page 19: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 5

mengaturhal-halyangterkait denganfungsisecarakonseptual diantara sistem (Sagala, 2017). Sehingga kebijakan jugaditerjemahkan sebagai pernyataan deklarasimengenai dasarpedoman bertindak, arah tindakan tertentu, suatu programmengenai aktivitas–aktivitas tertentu atau suatu rencana(Wahab, 1997). Masih terkait definisi kebijakan (policy) sebagai serangkaian tindakan/dasar untuk bertindak dalammencapaitujuanatauserangkaiantujuantertentubaiksecaratersirat maupun tersurat. Sementara titik berat kebijakanberada pada dampak atau pengaruh dari suatu tindakanpemerintahataunegarayangsecarasignifikanmempengaruhimasyarakatluas(Suwitri,2008).

Bahkan Heinz Eulau dan Kenneth Prewitt (1973)mencermati kebijakan (policy) terdiri dari keputusan ditandaidengan behavioral consistency and repetitiveness prinsipnyaon the part of both those who make it and those who abide by it (Joness,1984). Kebijakan berkenaan dengan gagasan manajerialorganisasi,berupapola formalyangsudahditerimapemerintahatau lembaga lainnya sehingga mereka berusaha mencapaitujuannya(Syafaruddin,2008).

Kebijakanseringjugadimaknaisebagaisebuahrekayasasosial (social engineering), sehingga kebijakan seringkali dirumuskanpenguasa.Seiringdenganitukebijakanumumnyadimaknaisebagaitahapantindakanyangdilakukanatautidakoleh perorangan ataupun kelompok tertentu (Sudiyono,2007). Tindakan yang dimaksud ini terdiri beberapatindakandalamrangkamencapai tujuanmengubahperilakumasyarakat melalui rekayasa sosial. Kebijakan sebagaipedoman untuk bertindak, bisa berwujud sederhana ataurumit,sifatnyaumumatauterperinci,kualitatifataukuantatif,publik atau privat. Kebijakandalamkonteks ini bisa berupadeklarasisuatudasar,ataupedomanbertindak,arahtindakanatauprogramaktivitastertentuatausuaturencana(CharlesOJones,1984dalamArifRohman,2009).

Page 20: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

6 Analisis Kebijakan Pendidikan

Penggunaanistilahkebijakanolehagen-agenpemerintahseringkali untuk menggambarkan rentang kegiatanyang berbeda-beda mencakup: a) definisi, b) tujuan,c) menentukan prioritas, c) menyusun rencana, dan d)menspesifikasikan aturan-aturan keputusan. Dalam rentangkegiatan kebijakan, bisa diidentifikasi beberapa komponendari kebijakan, yaitu goal, plans, program, decision, effect (Jenkins,1978;15).Halsenadadijelaskandasar-dasarkebijakan,yaitu: 1) suatu penegasan dan tujuan, 2) keputusan untukmengatur, mengendalikan, mempromosikan, melayani, danmempengaruhilingkungankewenangan,3)panduantindakandisresional, 4) strategi guna memecahkan suatu masalah,5) perilaku yang mempunyai sanksi, 6) norma, konsistensi,peraturan,dansubstantil,7)keluarandalamsistemkebijakan,dan8)pengaruhdalampembuatankebijakanyangmengarahpadaimplementasidansasaran(DukedanCanady,1991).

Dari beragamnya pemahaman tentang kebijakandari berbagai pakar dan tokoh manajemen di atas, dapatditarik benang merah konsepsi kebijakan sebagai aturanatau ketentuan tertulis dari keputusan formal lembaga atauorganisasi, sifatnya mengikat, mengatur perilaku orangguna mencapai tujuan, menciptakan tata nilai baru dalaminstitusi atau organisasi. Kebijakan juga jadi referensi paraanggotaorganisasiatauinstitusidalamberperilaku(behavior). Kebijakanbersifatproblem solving danproaktif,bedadenganperaturan (regulation)danhukum(law) sertakebijakanbisalebihadaptifdaninterpretatif,mengaturapayangbolehdantidak boleh. Kebijakan mestinya bersifat umum saja tanpamenghilangkan ciri lokal spesifik.Olehkarena itukebijakanbisa memberi peluang dimaknai sesuai kondisi yang ada.Asumsi tentang kebijakan mempunyai status khusus dalammodel rasional sebagai unsur yang secara relatif bertahandalam uji konsistensinya. Dengan demikian, kita bisaberbicara tentang kebijakan luar negeri, kebijakan sosial,

Page 21: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 7

atau kebijakan pemasaran, kebijakan pendidikan, dimanaseolah-olahistilahitumenunjukankebijakanlokaldarisuatutema universal, cara manipulasi lingkungan eksternal dariorganisasi,danmenggunakantindakanbertujuantertentu.

2. AnalisisKebijakan(Policy Analisys) DalamTimRevisiKamusBesarBahasaIndonesia(2008)

ditemukan definisi analisis sebagai berikut 1) penyelidikanterhadap suatu peristiwa (berupa karangan atau perbuatan)gunamengetahui kondisi faktuanya (sebab-musabab, dudukperkaranya);2)penguraiansuatupokokatasberbagai telaahatas bagian itu sendiri atau hubungan antar unit untukmemperolehpemahamanyangtepatdanmenyeluruh.Quade(1988-48), mengemukakan analisis sebagai sebuah proses,terdiri: 1)formulation sebagaiclarifying dan constraining the problem serta determining the obyectives.2)search merupakan identifying, designing dan screening the alternatives, 3) forecasting adalah predicting the future environment atau operational context, 4)modeling adalah building dan using models untuk determine the impact, dan 5)evaluating adalah comparing dan ranking the alternatives.

Lebih lanjut, analisis kebijakan dipandang sebagaiprosedurberpikirmanusiayangsudahlamaada,sejakmanusiamampumelahirkan,memeliharapengetahuandalamkontekstindakan yang mereka ambil sebagai pilihannya. Beberapaexpert lainnya memberikan pemahaman analisis kebijakansebagai kajian dari ilmu sosial terapan bertumpu padaargumentasirasional,fakta,datauntukmenjelaskan,menilai,dan menghasilkan pemikiran terbaik untuk memecahkanmasalah, Analisis kebijakan sebagai the use of reason and evidence bergunauntuk choose the best policy among a number of alternatives (Duncan MacRae. 1985:4) atau menekankanpada instrumen pemilihan kebijakan yaitu penalaran dan

Page 22: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

8 Analisis Kebijakan Pendidikan

bukti-bukti.Hal senadadijelaskananalisiskebijakan sebagaipenerapan dari disiplin ilmu untuk menyelesaikan masalahpublik (LesliePal.1992:16)yangmenekankanpadainstrumenpemahaman kebijakan yakni aplikasi penalaran. Kajiantentangpolicy analisys…The study of what government do, with what and why effect (Taylor,etal1997:35)yangmenekankanpadaobjek/substansikebijakanbesertaalasandanakibatnya.Dalam kontek ilmiah, policy analisys concerned with what government do, why they do it, and what difference it make….termasuk juga terkait political science dan kemampuan tentang kajian akademik untuk describe, analyse, and explain policy (Dye (1987) yang menekankan substansi, alasan danakibatnya pada kemampuan pengetahuan akademik dalammelakukankajiantentangkebijakanitusendiri.Proseskajiananalisis kebijakan itu, multidisipliner yang dirancang secarakreatif,denganpenilaiankritisdanmengkomunikasikanpadahal yang bermanfaat dan dipahami kebijakan itu (Nanang,2012). Analisis kebijakan sebagai tindakan penting untukdibuatnyasebuahkebijakan,baikbaru,ataukebijakansebagaikonsekuensi dari kebijakan yang sudah ada sebelumnya(Nugroho,2004).

Dilakukan dengan sebuah telaah kritis terhadap isutertentu, melalui analisis oleh para pihak yang dipengaruhikebijakan denganmenggunakan ragampendekatan,metodeguna menghasilkan nasihat (rekomendasi) kebijakan gunamencarisolusiyangtepatdariberbagaimasalahyangrelevan(Muhadjir,2000)

Tokohbesaranalisiskebijakanpopuler,WilliamNDunn(2004)memahamiPolicy analysis is a problem solving discipline that draws on theories, method, and substantive findings of the behavioral and social sciences, social professional and political philosophy, as is usual with complex activities, termasuk adabeberapacaramendefinisikananalisiskebijakan.

Page 23: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 9

The one adopted di sini adalah bahwa analisis kebijakanmerupakan kajian multidisiplin ilmu untuk membuat, menilaisecara kritis, dan mengolah informasi yang berguna dalammemahami dan meningkatkan kualitas kebijakan, sedangkananalisis kebijakan merupakan sebagai “the process of producing knowledge of and in policy process”, aktivitas utamamenghadirkan pengetahuan, data dan fakta terkait prosesmenghadirkan kebijakan. Definisi analisis kebijakan menurutWilliam N. Dunn (2004) ini, ada empat hal yang terkandung,1) analisis kebijakan dimaknai sebagai ilmu sosial yang bisadiimplementasikan (terapkan), artinya suatu realitas berupahasil nyata dari ilmu pengetahuan yang terlahir dari gerakanprofesionalisme ilmu sosial, 2) analisis kebijakanmenghasilkandan mendayagunakan informasi artinya mengumpulkan,mengolah dan mendayagunakan data menjadi masukan bagiparapengambilkeputusan,3)analisiskebijakanmenggunakanmetode inquiri dan argumentasi berganda, dimanapenggunaan jenis, metode, dan teknik analisis kebijakansepertimetodedeskriptif,preskriptif,kuantitatifdankualitatifatau mix method. Penggunaan metode ini tergantung padasifat dan isu kebijakan yang disoroti, 4) analisis kebijakansebagaiprosespengambilankeputusanbersifatpolitissebagaisuatu upayapendayagunaandanpemaksimalanperaninformasidalamkonteksprosespenetapankebijakan(Masdin,2009).

Termasuk dalam analisis kebijakan menurut WilliamN. (2004) ada tiga pendekatan yang bisa dilakukan, yaitupendekatan empiris, evaluatif dan normatif. Pendekatanempirisbertujuanmenjawabpermasalahanfakta-fakta,begitujuga pendekatan evaluatif berupaya menemukan nilai atassesuatu, serta pendekatan normatif sebagai tindakan lanjutatas apa yang mesti dilakukan pimpinan. Ketiga proseduranalisis kebijakan dapat dijelaskan seperti dalam tabel 1.1berikutini.

Page 24: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

10 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabel 1.1 Prosedur analisis kebijakan menurut waktu tindakan

Tindakan kebijakan Deskripsi Evaluasi Rekomendasi

Sebelum tindakan(ex-ante) Prediksi - PreskripsiSesudahtindakan(ex-pose) Deskripsi Evaluasi -

Sumber: William N Dunn (2004), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Terjemahan UGM, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, Catatan penjelasan istilah dapat dilihat pada glosarium

Dari uraian di atas, dapat disintesiskan, analisiskebijakan pada prinsipnya untuk pemecahan masalahyang dihadapi, sehingga perlu dibuat kebijakan untukmengatasi permasalahan tersebut. Analisis kebijakan bisamemperkirakan apa yang akan terjadi bila alternatif yangdipilih, ditetapkan dan dilaksanakan, memperkirakanapa yang akan terjadi kemudian, bagaimana dampak darikebijakan itu, bila tidak dilakukan alternatif kebijakan, apatantangan yang akan terjadi baik kondisi politik, sosial,dan budaya itu tidak dilaksanakan. Analisis kebijakanmendeskripsikan kebijakan yang sedang dan yang akandilaksanakan sehingga diperoleh gambaran kekurangan dankelebihannya alternatif tersebut, dengan demikian ada limatahapananalisiskebijakan,perumusanmasalah,meramalkanalternatif kebijakan(prediksi),merekomendasikanpenerapankebijakan(preskripsi),Monitoringkebijakan(deskripsi),danmengevaluasi kinerja kebijakan. Penjelasan lebih lengkaptahapan analisis kebijakan diuraikan dalam pokok bahasantersendiri.

3. KebijakanPendidikan(Educational Policy) danKebijakanPublik(Public Policy)Di atas sudah dijelaskan secara detail tentang definisi

kebijakan,salahsatunyapadapersoalandibidangpendidikan.Sekarangakandielaborasikonsepkebijakanpendidikanyangbisadipahamidalamduamaknayaitukebijakanpendidikansebagai kebijakan publik, dan educational policy merupakan

Page 25: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 11

bagian public policy. Realitasnya tidak bisa dipungkiri,bahwa pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkandengan kawasan publik. Misalnya pemerintah Indonesiamelaksanakan kebijakan Ujian Nasional (UN), Kebijakanlima hari sekolah (Full Day School), Kebijakan Uang KuliahTunggal (UKT), Kebijakan pengakuan sertifikat akreditasibagi lulusanperguruan tinggimemasukiduniakerja. Semuakebijakan itu, menimbulkan sikapmendukung (pro) dan tidaksetuju (kontra) di dalammasyarakatIndonesia.Artinyasemuakebijakan pendidikan itu, bukan hanya menjadi urusansegelintir orang atau masyarakat tertentu saja, melainkansudahmenjadiurusansemuapihak(public).Dengandemikiankebijakan-kebijakan yang diambil berkenaan dengan duniapendidikanjugamenjadibagiandariprodukkebijakanpublik(Sigit Purnomo, 2010). Pertimbangan lainnya kebijakanpendidikan bagian dari kebijakan publik, bisa dicermatidari 1) kebijakan pendidikan memiliki dampak terhadapmasyarakat secara luas, 2) mengimplementasikan kebijakanpendidikandiperlukandanapublikyangsangatbesar,bahkanalokasi dana dari APBN untuk pendidikanmerupakan yangterbesarjikadibandingkandengansektorpubliklainnya(SigitPurnomo,2010).

Perspektif teoretis, kajian kebijakan pendidikanmerupakan bagian dari kajian kebijakan publik dibidangpendidikan mengatur regulasi yang berkaitan penyerapananggaran, alokasi sumber daya, distribusi sumber, dantata tertib perilaku pendidik. (Arif Rohman, 2009;107).Olehkarenaitu,kebijakanpendidikanpadatingkatanmakromenjadiaplikasiilmupendidikansekaligusbagiandariapplied sciences bidang pendidikan di sekolah dan luar sekolah.Prinsipyangdimiliki ilmupendidikan tidakberbedadenganprinsipdankonsepkebijakanpublikpadaumumnya.Fungsipendidikanmenjadirangkaiandarirumusankebijakanpublik.Termasuk penerapan administrasi pendidikan diarahkan

Page 26: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

12 Analisis Kebijakan Pendidikan

menunjangpencapaiantujuanpendidikan,begitujugauntukfungsisertastrategilainnyadarikonsepmanajerialprinsipnyasama dengan apa yang dimplementasikan dalam lingkupmanajemendikajidalamkebijakanpublik.(Sutapa,2005).

Demikian pendidikan bagian dari public goods sekaligus bukanprivate goods. Pada konteksini,pendidikanbisamenjadibarang dan layanan jasamilik umum (publik), dimana setiapmasyarakat mempunyai hak yang sama untuk mendapatkanpendidikandanpengajaran seperti dituangkan dalam amanatUndang-undang Dasar 1945, Pasal 31 memiliki pesan yangluar biasa untuk menempatkan pendidikan dan menjadikewajiban pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakanperan mendasar yakni menyediakan akses dan kesempatanbelajar. Karenanya pendidikan masuk kategori public goods, mestinya diskursus kebijakan pendidikan ini masuk dimensikajianmultidisipliner, termasukmerekayangmenekunibidangpendidikan,sepertiadministrasi/manajemenpendidikan.

Pemahaman kebijakan pendidikan sebagai kebijakanpublikdapatdigalidariciricirikebijakanpublik.Adapuncirikebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik diantaranyaadalah: a) kebijakan tersebut dibuat oleh negara/lembagayang berkaitan dengan eksekutif, yudikatif dan legislatif b)kebijakanditujukanuntukmengaturkehidupanbersamac)mengaturmasalahbersama.Kebijakanpendidikanseringkalidi dengar, dilakukan, tetapi seringkali tidak dipahamisepenuhnya. Kedua kata yaitu kebijakan dan pendidikanmemiliki makna luas dan bervariasi. Kebijakan pendidikansesungguhnyalahirdariilmupendidikansebagaiilmupraktismerupakan kesatauan antara teori dan praktik pendidikanyang mengatur kehidupan manusia berkaitan dengankebutuhan layanan pendidikan untuk mencerdaskannya.Oleh sebab itu, kebijakan pendidikan terdiri dari prosesanalisis,perumusandampelaksanaansertaevaluasikebijakan(TilaardanRiantNugroho,2009).Berbicaratentangkebijakan

Page 27: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 13

pendidikan Arif Rohman (2009:109) menyatakan kebijakanpendidikanmerupakankeputusanuntukpedomanbertindakbaikbersifatsimplemaupunrumit,umumsertakhusus,baikterperinsi maupun sederhana dirumuskan dengan prosespolitik disertai tindakan program dan rencana tertentudalam menyelenggarakan pendidikan Keseluruhan tahapanproses dilanjutkan hasil perumusan strategi pendidikandijabarkandarivisi.Misi,tujuandansasaranpendidikangunamewujudkan pendidikan nasional yang unggul dalam suatudecadewaktutertentu(TilaardanRiantNugroho,20009).

Terkaitdengankebijakanpendidikanmerupakanbagiandarikebjiakanpublik,banyakpihakjugamemahamikebijakanpendidikan sebagai kumpulan hukum atau perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan,mencakup didalamnya tujuan, proses, evaluasi dan tindaklanjut pendidikan supaya tidak terjadi benturan konflik(conflict interest) antarwargaNegara dalammemenuhi hakdan kewajibannya. Carter V. Good, (1959:18) mendefiniskaneducational policy is judgment, derived from some system of values and some assesment of situational factors.Selanjutnyaoperating within institutionalized education as general plan for guiding decision regarding means of attaining desired educational objectives.HalsenadadijelaskanHasbullah(2015)mengemukakan kebijakan pendidikan sebagai proses danhasil perumusan langkah strategis dari lembaga pendidikandijabarkan dari visi, misi, tujuan dan sasaran pendidikan,dalam mewujudkan tujuan pendidikan di suatu masyarakatpadakurunwaktuyangditentukan.

Hal senada dijelaskan H.A.R Tilaar & Riant Nugroho(2009:267)bahwakebijakanpendidikankuncinyakeunggulan,bahkan eksistensi negara dalam memenangkan persainganglobal sebaiknya mendapatkan prioritas dalam kompetisidi era globalisasi. Karena menjadi prioritas, maka Herry(2015) menyatakan kebijakan pendidikan merupakan

Page 28: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

14 Analisis Kebijakan Pendidikan

pengejawantahan dari visi danmisi pendidikan berdasarkanfilsafat manusia dan politik dalam konteks situasi politik,sosial, ekonomi, dan budaya masyarakatnya. Kebijakanpendidikan diambil oleh pemerintah atau mereka yangmemilikikewenangan,makaapayangdikatakan(diputuskan)dan dilakukan oleh pemerintah dalam bidang pendidikanitulahyangdilaksanakan(Slamet,2005).

Prasojo (2011) kebijakan pendidikan merupakan suatupertimbangandidasarkanpadasistemnilaisertabeberapafaktorbersifat situasional. pertimbangannya dijadikan dasar untukmenyelenggarakan pendidikan bersifat melembaga. Kebijakanpendidikantentunyamenjadifaktorkuncibagikeunggulan,daneksistensi Negara dalam kompetisi global, sehingga kebijakanpendidikan penting mendapatkan prioritas utama untukditelaah secara kritis dan komprehensif (Dharmaningtias,2013).HalsenadadisampaikanOlssen,Codd,danO’neil(2004),menyatakaneducation policy in the twenty-first century is the key to global security, sustainability and survival...education policies are central to such global mission…Agarmemilikidayasaingdannilai keekonomian, Margaret E. Goerzt (2001) mendefenisikankebijakanpendidikanberkenaandenganefisiensidanefektivitasanggaranpendidikan.

Dari uraian di atas disimpulkan kebijakan pendidikanmerupakansuatukeputusanyangdibuatolehpemerintahataupenyelenggara dalam bidang pendidikan sebagai reaksi darimunculnyaberbagaipermasalahanpendidikanyangmenjadiperhatianpublik,jugasebagaipedomanbertindakdansolusiserta inovasi guna mencapai visi dan misi pendidikan olehpemerintahmaupunaktorlainnyayangmengurusipendidikan.

4. AnalisisKebijakanPendidikanSebelumnya kita sudah menjelaskan beberapa kata

kunci (keywords) yang membangun konstruksi logika

Page 29: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 15

berpikir tentang definisi analisis kebijakan pendidikan.adalahproseduryangmenghasilkaninformasikependidikan,menggunakan data sebagai salah satu masukan bagiperumusanbeberapaalternatifkebijakandalampengambilankeputusan yang bersifat politis dalam rangka memecahkanmasalah kependidikan (Hanisy, 2013). Analisis kebijakanpendidikantentunyatidaksemata-matamenganalisdatadaninformasi pendidikan, juga memperhatikan seluruh aspekmenyangkutprosespembuatankebijakan,mulaidarianalisismasalah, pengumpulan informasi, penentuan alternatif,sampai pada penyampaian alternatif tersebut terhadappara pembuat keputusan tentang pendidikan. Rumusanalternatif kebijakan pendidikan dihasilkan dari pelaksanaananalisis kebijakan pendidikan tidak dengan sendirinya atausecara langsung dijadikan kebijakan. Rumusan kebijakan,jika sudah didukung kekuatan otoritas atau kewenanganyang ada, maka alternatif kebijakan bisa berubah menjadikebijakan. Jadi prosedur menghasilkan alternatif kebijakanmerupakanprosesyangrasional.Sedangkanprosesterjadinyakebijakan menjadi bagiian dari merupakan proses politik(bargaining position)parapihakyangmemilikikewenangan.Hal senadadijelaskanSuyahman (2016)menjelaskananalisiskebijakanpendidikanmerupakanproseduryangmenghasilkaninformasi kondisi pendidikan, menggunakan data sebagaimasukan bagi perumusan alternatif kebijakan pengambilankeputusanbersifatpolitisdalamupayamemecahkanmasalahpendidikan.

Disamping itu bisa dipahami bahwa banyak pihakmemahamipendidikanharusmembebaskandiridaripolitik,namuntidakadasatupunkebijakanpendidikanyangbersifatstrategis yang tidak terkait dengan politik.Misalnya tujuan,nilai-nilai, arah,dananggaranpendidikan.Semuanyaadalahkesepakatanpolitikyangterkaitdenganpendidikannasional.Jadiupayakanalisasiprosesrasionaldanpolitik,pengambilan

Page 30: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

16 Analisis Kebijakan Pendidikan

kebijakan pendidikan kurang menggambarkan keadaanfaktual di lapangan. Realitasnya, banyak ditemui prosesrasional analisis kebijakan pendidikan merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari proses politik. Proses rasionalempiris analisis kebijakan pendidikan seringkali digunakansebagai dasar dalam perjuangan politik, sebaliknya, prosespolitik menjadi salah satu bentuk proses rasional karenaprosespolitikberorientasikepentinganmasyarakat.

Dengandemikiankitabisamendefenisikananalisiskebijakanpendidikan sebagai ilmu sosial terapan sistematis disusun dalamrangkamengetahuisubstansikebijakanpendidikan,agardiketahuisecarajelasmasalahyangakandijawabolehkebijakandanmasalahyang berpeluang timbul sebagai akibat implementasi kebijakanpendidikan itu sendiri. Oleh karena itu analisis kebijakan dalambidang pendidikan menjadi suatu yang amat penting dalam erademokrasi termasuk memasuki era revolusi industri 4.0. Artinyapemerintah atau pihak-pihak yang memiliki kewenangan tidakdibiarkan melaksanakan tindakan tertentu yang mempengaruhimasyarakat tanpa dipelajari dan dikaji substansi, alasan danakibatnya bagimasyarakat, disamping penting juga bagi pembuatkebijakan guna memperbaiki, atau mempertahankan kebijakanguna kemaslahatan masyarakat banyak atau kepentinganstakeholderspendidikanitusendiri.

B. UrgensiAnalisisKebijakanPendidikanAnalisis kebijakan pendidikan menjadi penting

menentukanarahdanpedomanpenyelenggaraanpendidikandi suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikantidak mungkin melepaskan dari kebijakan yang dibuatpemerintahan atau pihak yang memiliki kewenangan ditempatlembagapendidikanituada(adalembagapendidikannegeri dan swasta). Dengan melakukan analisis kebijakan,

Page 31: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 17

kita akan dapat mempelajari dan memahami kebijakanpemerintah atau pihak terkait sebagai pengelola pendidikandengan akurat, antara lain: 1) we can describe educational policy—we can learn what government is doing (and not doing) ini welfare, defence, education, civil right, health, energy, taxation, and so on; 2) we can inquiry about the causes, or determinants of educational policy; 3) we can inquiry about the consequences, or impact of educational policy (ThomasRDye. 1987:5-6). Analisis kebijakan pendidikan amat pentingdalam mencerdaskan kehidupan masyarakat berbangsadan bernegara. Karena pendidikan sebagai satu bagian daridimensikehidupanmanusiayangpunyapengaruhbesarbagikehidupanmanusiabaiksecaraindividualmaupunsosial.Olehkarena itu berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintahatau publik yang memiliki kepedulian terhadap pendidikanperludicermati,mengingatdampaknyayangsangatluasbagikehidupanmanusiadalamjangkapendekdanjangkapanjang.Untuk itu, analisis kebijakan pendidikan perlu didasarkanpada suatuprinsipobjektif, tidakhanyauntukmenyalahkankebijakanpendidikanolehpemerintahyangsedangberkuasa,atau pihak lain sebagai penyelenggara pendidikan. Namunjuga memberi gambaran yang memungkinkan berupaperbaikan kebijakan pendidikan yang dilakukan olehpemerintah atau penyelenggara pendidikan. Hal ini tentusajamemerlukansuatupendekatan ilmiahyangobjektifdan akurat. Dalam hubungan ini analisis kebijakan pendidikanmenjadipentinggunamemahamidanmemperbaikikebijakanapabila hasil analisis menunjukan konsekwensi yang belumsesuaidenganrencanayangdiharapkan.

Indonesia sebagai negara hukum menitikberatkanpendidikan sebagai wahana memajukan negara. Realitasnyakebijakan demi kebijakan seperti bongkar pasang dengandalil untukmenghasilkan kualitas pendidikan yang optimal.Kenyataannya hasilnya masih jauh dari yang diharapkan

Page 32: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

18 Analisis Kebijakan Pendidikan

stakeholder. Contoh kebijakan pengalokasian pembiayaanpendidikan20%daripemerintahpusatyaitumelaluiAnggaranPendapatandanBelanjaNegara(APBN)sedakanpemerintahdaerah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD).Dengan dalil pengeluaran gaji pendidik dan tenagakependidikan serta tunjangan lainnya yang dimasukkansebagai dana pendidikan, maka dinilai sudah terpenuhikomitmen tersebut. Padahal sampai saat ini kondisinyamasihbelum100%dapatterlaksana,bahkankurikulumyangsering berubah-ubah, kebijakan ujian nasional dan lainnya.Inkonsistensi pemerintah dalam memutuskan beberapakebijakan pendidikan nasional seringkali menimbulkantanda tanya bahkan kontroversi pro dan kontra di tengahmasyarakatdanduniapendidikan.Tuntutanpalingmendesakdalam meningkatkan mutu pendidikan dan relevan dengandunia kerja yang semakin kompetitif adalah peningkatankemampuan para pemangku kepentingan dalammelakukananalisis kebijakan pendidikan. Mereka sebagai pengambilkeputusantidakcukuphanyadengankemampuanmengetahuidan menguasai berbagai isu dan masalah pendidikan yangrelevanbaiksecarainternal,eksternalmaupunlintassektoral.Paraanalisiskebijakanpendidikandituntutuntukmenguasaiteknikpenelitiandanpengembangankebijakanpendidikan.

Isu dan masalah pendidikan secara internal meliputisistem pendidikan, komponen yang integral antara lain,pendidikan dasar memiliki fungsi dalam menanamkankemampuan dasar peserta didik, pendidikan berkaitandengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan kerjadengan pendidikan profesional, termasuk pendidikan non formal, serta komponen penunjang sistem pendidikan.Sedangkan isu dan masalah pendidikan eksternal, terkaitdengan integrasi komponen pendidikan dengan kehidupanpublik dalam berbagai aspek, antara lain; dinamika politik,situasi ekonomi, pertumbuhan ketenagakerjaan, kondisi

Page 33: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 19

lingkungan hidup, serta gejala kehidupan sosial dan budayamasyarakat.Dalamkaitannyainianaliskebijakanpendidikandipandang perlu mencurahkan sebagian besar perhatiannyagunamemenuhi tantangan dan peluang yang dimaksudkan.Kemampuannyamelaksanakananalisiskebijakanpendidikantidak hanya dituntut menghasilkan gagasan pembaharuanpendidikanberdasarkanisudandinamikayangrealistis,sesuaidengan perkembangan zaman, sekaligus perlu kemampuanmengkomunikasikangagasan,idedansolusiyangdihasilkan,agarbisa terwujuddalambentukkebijakanpemerintahataupihakpenyelenggarapendidikandapatmengelolapendidikansesuaiharapanpublik.

Kepedulian pemerintah dalam menyelenggarakanpendidikan terlihat pada besaran alokasi dana pendidikandalam APBN, terus mengalami peningkatan. Hal menjadiindikasi adanya keseriusan pemerintah dalam memberikanjaminan tiap warga negara mendapatkan pendidikan yangmemadai dan berkualitas.Namun sayangnya sebagian besarmasyarakat, menganggap pendidikan bukan menjadi halutama dalam mewujudkan kesejahteraan hidup. Selain itupemerintah belum maksimal mengawasi pengalokasiandana pendidikan. Realitasnya masih ada kesulitan yangdialami sebagian masyarakat yang sudah menyadari akanpentingnya pendidikan, kesulitan dalam mendapatkanfasilitaspembiayaanpendidikan.Kondisisaatini,pendidikankita masih terasa mahal sebagian masyarakat yang beradapada garis kehidupandi bawahgaris kemiskinan.Akibatnyamasih terdapat ketimpangan sosial antara sesama warganegara dalam mendapatkan layanan pendidikan. Untukmendapatkan kualitas pendidikan yang baik, namundirasakan mahal oleh sebagian masyarakat. Begitu jugapemerintahsaatinisudahmelaksanakanprogramwajibbelajar12tahun.Hal inimenjadikecemasanwargamasyarakatyangkurangmampumenyekolahkananaknyadenganbiayamahal.

Page 34: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

20 Analisis Kebijakan Pendidikan

Kondisisepertiiniseharusnyamenjadiperhatianpemerintahmengadakanpemerataan layananpendidikan.Pengalokasiandana harus benar-benar dirasakan oleh semua masyarakatdemiterselenggaranyapendidikanyangmemadaidanmerata.

Analisiskebijakanpendidikanpentingdalamkehidupanmasyarakat berbangsa dan bernegara, guna membantumenentukan pilihan tepat atas suatu tindakan yang akanberpengaruh pada kehidupan masyarakat itu sendiri,khususnya dalam aspek pendidikan. Policy analisys is the use of reason and evidence to make the best policy choice, artinya dalam melakukan analisis kebijakan seorang analisperlu berhati-hati dalam mengamati situasi masalah yangakandijadikanobjekkebijakanagarterhindardarikesalahanpemilihan alternatif kebijakan yangkeliru (DuncanMacRae,1985).Disampingitu,adabeberapaargumentasilainnyayangmenjelaskan urgensi analisis kebijakan pendidikan, antaralain; 1) menjadi pertimbangan yang scientifik, rasional danobjektifbagisemuapembuatankebijakan,2)memungkinkankebijakandidesainlebihsempurnagunamewujudkantujuanberbangsa dan bernegara yakni mencerdaskan manusiaIndonesia,3)karenapersoalannyabersifatmultidimensional,saling terkait (interdependent) dan terintegrasi satu denganlainnya,4)memungkinkantersediapedoman(panduan)yangkomprehensif dalam pelaksanaan dan evaluasi kebijakanpendidikan.Hal inidisebabkananalisis kebijakanpendidikan mencakup dua hal yaitu bersifat substansial saat ini danstrategik yang mungkin akan terjadi dimasa yang akandatang, 5) memberikan peluang yang lebih besar untukmeningkatkan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat.(BadjuridanYuwono,2002)

Page 35: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 21

C. FungsiAnalisisKebijakanPendidikanFaktor penentu perubahan, pengembangan, atau

restrukturisasi organisasi pendidikan adalah terlaksananyakebijakan dalam organisasi pendidikan dengan baik,berupa keputusan-keputusan yang memuat tujuan, prinsipdan aturan dapat menggerakkan sumber daya organisasipendidikan dengan maksimal. Format kebijakan pendidikanitubiasanyadicatat,dituliskanuntukpedomanpimpinan, staf,dan personel organisasi pendidikandalam berinteraksi denganlingkungannya.Pembuatankebijakan(policy making)dibidangpendidikan memperhatikan faktor lingkungan eksternal,masukan(input),proses(process),keluaran(output),danumpanbalik (feedback) dari kebijakan pendidikan itu sendiri. Analisiskebijakanpendidikan lakukanuntukpedomanbertindak,dalammengarahkan kegiatan pendidikan, organisasi sekolah ataulembaga pendidikan sebagai penyelenggara dapat mencapaitujuanyangtelahdirencanakan.

Pedoman untuk bertindak bagi pengambil keputusandari analisis kebijakan pendidikan yang dilaksanakanberfungsi: 1) mencapai ketertiban layanan pendidikan, 2)menjamin hak asasi setiap warga mendapatkan layananpendidikan,3)programkegiatanlayananpendidikanberjalanefektif,4)aktorpendidikandapatmelaksanakanpendidikan,5) tertib administrasi bisa diwujudkan. Sedangkan fungsilainnya dari analisis kebijakan pendidikan, antara lain; 1)fungsi alokasi untuk pengembangan dan kajian tingkatanmakro, 2) fungsi inkuiri, setiap bahasan isu dan masalahpendidikan integral dengan isu strategis lainnya, misalnyaanalisismetodologisdansubstansi,evaluasidanmetaanalisiskebijakan dan argumentasi kebijakan, 3) fungsi komunikasibagi pihak terkait misalnya pembuat keputusan, perencanadan pengelola, peneliti, pelaksana dan masyarakat sebagaipelangganpendidikan.

Page 36: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

22 Analisis Kebijakan Pendidikan

D. KarakteristikAnalisisKebijakanPendidikanAnalisis kebijakan pendidikan, dapat diidentifikasi

beberapa karakteristik, antara lain: 1) suatu proses ataukegiatan sintesis dari berbagai informasi tentang layananpendidikan. Analisis kebijakan pendidikan memadukanberbagai informasi yangmasuk, diantaranya hasil penelitianyang dilakukan para ahli tentang layanan pendidikan,sehingga diperoleh kesimpulan yang selaras denganrekomendasipenelitiantersebut.Haliniberartiobjekanalisiskebijakanpendidikanadalahprosespenyusunanbesertapaketkebijakan pendidikan itu sendiri. Kegiatan utama analisiskebijakan pendidikan terdiri dari pengumpulan informasiselengkapnya, penarikan kesimpulan dengan prinsip logis.Dengan kaidah ini, analisis kebijakan bisa dikategorikandidasari kaidah ilmiah, 2) informasi menjadi sumber utamakajian analisis kebijakan yakni keluaran hasil penelitian.Hasil-hasil penelitian analisis kebijakan merupakan outputdari proses pengolahan data penelitian yang siap digunakanmembantu pengambilan keputusan serta desain kebijakanpendidikan. Itulah pertimbangannya, analisis kebijakanmenjadi salah satu bentuk diseminasi hasil penelitian, 3)keluaran (output) analisis kebijakan berupa rekomendasipilihan (opsional) keputusan bisa juga dalam bentuk desainkebijakan. Output kebijakan pendidikan lainnya berupanasihat,petunjukteknisstandaroperasionalprocedural(SOP)berupabahan,alur,urutandantargetpengambilankeputusantentang pendidikan. Oleh karena itu, analisis kebijakanpendidikan haruslah ditampilkan dalam bentuk laporanyang jelas, singkat, padat dan lengkap serta saksama, 4)klien (pengguna) analisis kebijakanpendidikan adalah parapengambil keputusan dan kelompok yang berkepentingan(interest groups) terhadap kebijakan yang ada. Umumnya

Page 37: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 23

klien (pengguna) analisis kebijakan pendidikan bersifatspesifik (khusus). Kaitannya berhubungan langsung denganoutputanalisiskebijakanpendidikanberupanasihat,arahan,pedoman tentang kebijakan itu sendiri, 4) orientasi analisiskebijakan terhadap klien (client oriented). Pertimbanganini menjadi implikasi dari karakteristik analisis kebijakanpendidikan yang menghasilkan nasihat keputusan. Tanpaorientasi klien analisis kebijakan pendidikan tidak akanmungkinsiapguna. Iniberartianalisiskebijakanpendidikanharus didasarkan pada dari, oleh dan untuk pengguna(kliens).Analisiskebijakanpendidikanbisadilakukanbilaadapermintaan atau patut diduga dengan pertimbangan benar-benardibutuhkanpengguna(cliens).Sehinggakehadirananalisiskebijakanpendidikantentunyaatasdorongankebutuhanmendesakpenggunaatauclient’s need push (Simatupang,P.,2017).

Pakarlainnyayangmengidentikasikarakteristikanalisiskebijakanpendidikansecarakhusus,yakni1)memilikitujuanpendidikan, dimana analisis kebijakan pendidikan harusmemiliki tujuan jelas, terarah untukmemberikan kontribusipadapenyelesaianmasalahpendidikanyangfundamental,2)memenuhi aspek legal-formal, analisis kebijakan pendidikantentunya akan diberlakukan pra-syarat yangmesti dipenuhiagarkebijakanpendidikanbisadiakuidansecarasahberlakudalam suatu wilayah tertentu. Maka, kebijakan pendidikanmesti memenuhi syarat secara konstitusional (legal formal) sesuai jenjang hierarki konstitusi yang berlaku di sebuahwilayah hingga ia dapat dinyatakan sah dan resmi berlakudi seluruh wilayah tersebut. Sehingga, dapat dimunculkansuatu kebijakan pendidikan yang legitimate, 3) memilikikonsepoperasional,analisiskebijakanpendidikanmerupakanpanduan bersifat umum, untuk itu harus mempunyai nilaimanfaatbagioperasionalsekaligusdapatdiimplementasikan.Untuk itu kebijakan pendidikan adalah sebuah keharusandalam memperjelas skema pencapaian tujuan pendidikan

Page 38: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

24 Analisis Kebijakan Pendidikan

yang diinginkan stakeholder. Apalagi kebutuhan akananalisiskebijakanpendidikansebagaifungsidukungandalampengambilan keputusan, 4) dibuat oleh yang berwenang,kebijakanpendidikansemestinyamemilikikewenanganuntukmemaksa pihak terkait, sehingga tak sampai menimbulkanefekkerusakanpendidikandanlingkungannya.Parapengelola(administrator)pendidikan,politisidananaliskebijakanyangterkait langsung dengan kebijakan pendidikan adalah unsurutama pembuat kebijakan pendidikan, 5) dapat dievaluasi,analisis kebijakan pendidikan Hakikatnya tak luput dariberbagai keadaan yang sesungguhnya perlu ditindaklanjuti.Jika memiliki kebaikan, maka perlu dipertahankan bahkandikembangkan, sebaliknya jika mengandung kelemahan,maka harus bisa diperbaiki. Analisis kebijakan pendidikanmempunyaikarakteryangmemungkinkanbisadiberlakukanevaluasi secara mudah, sederhana dan efektif, 6) memilikisistematika, analisis kebijakan pendidikan menjadi sebuahsistem,olehsebab ituharusmemiliki sistematikayang jelas,representatif menyangkut segenap aspek yang ingin kelolaolehnya. Sistematika itu pun dituntut memiliki prinsipefektif, efisien serta sustainability yang tinggi agar analisiskebijakanpendidikanjauhdarisifatpragmatis,diskriminatif, serta struktur yang ada masih rapuh akibat berbagai faktoryang saling berbenturan satu dan lainnya. Hal ini perludiperhatikan dengan teliti, hati-hati agar pemberlakuannyatidakmenimbulkankecacatanhukumbaik internalmaupuneksternal.Kemudian, secaraeksternalpunanalisiskebijakanpendidikan semestinya berpadu dengan kebijakan lain.misalnya kebijakan politik, kebijakan penganggaran.Sekaliguskebijakanpendidikandipusat,daerahdanlembagapendidikanmasing-masing(Gunawan,A.H.,1986).

Karakteristikanalisiskebijakanpendidikanlainnyayangbelum ada pada uraian di atas, antara lain 1) fase inventorimerupakan fase pencarian, yang sifatnya terbatas, cakupan

Page 39: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 25

dan ditujukan pada isu atau masalah pendidikan tertentu,2)mencari pilihan alternatif, yang selanjutnya dievalusi danditeruskan kepada klien, 3) mempersiapkan memorandum(peringatan), dokumen masalah, dokumen kebijakan, ataudraf perundang-undangan, 4) pelanggan khusus, pimpinanpuncak, pegawai pemerintah, stakeholder terkait, , ataupihak sponsor,penggunakemungkinanmemilikipandangantertentuterhadapmasalah,5)orientasipadaisuataumasalah,yang tergambarkan alternatifnya sebagai sikap reaktif, 6)horisonwaktu cenderungdisetujuipejabat terpilihdan/ataubelum pasti terpilih, 7) pendekatan politik untuk mencapaitujuan.

E. Nilai-nilaiAnalisisKebijakanPendidikanAnalisis kebijakan pendidikan sangat terkait dengan

persoalannilai,moraldanetika,karenarekomendasianalisiskebijakan pendidikan menuntun kita menentukan berbagaialternatifmanayangbernilai lebihdanmengapademikian?.Rekomendasi yang dihasilkan berkenaan pemilihan secarabernalar,dilengkapiduaataulebihalternatifsebagaisolusi.

LebihlanjutAnderson(2006)dalambukuIrfanMIslamy,(1994:21) menyatakan kebijakan memiliki nilai-nilai sebagaiberikut,yaitu: 1)nilaipolitik,mencakupkepentingankelompokdangolongan dan tempat beraflikasi para aktor kebijakanpendidikan, 2)nilaiorganisasimencakupmempertahankankeberadaan organisasipendidikan,memperluasprogram,danaktivitas organisasi pendidikan. 3) nilai pribadi, mencakupnilaiseseorangkarenasejarahkehidupanpribadinya.4)nilaikebijakan mencakup nilai moral, keadilan, kemerdekaan,kebebasan, dan kebersamaan, 5) nilai ideologis mencakupnilai yang terkoneksi secara logismembentuk alampikirantentangduniadanmenuntuntindakannya.

Page 40: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

26 Analisis Kebijakan Pendidikan

DaftarPustaka

Abidin,S.Z.(2006).Kebijakan publik.Jakarta;SuaraBebas.

Ahearne, J., (2009). Cultural policy explicit and implicit: adistinction and some uses. International journal of cultural policy, 15(2),141-153.

Anderson, James E. (2006). Public Policymaking. StamfordAmerikaSerikat:CengageLearning.

Badjuri, Abdulkahar & Yuwono, Teguh. 2002. Kebijakan Publik Konsep dan Strategi. Semarang: UniversitasDiponegoro.

Ball,S.J.(2012).Global education inc: New policy networks and the neo-liberal imaginary.NewYork:Routledge.

Dharmaningtias,D.S.(2013).PenghapusanKebijakanRintisanSekolah Berstandar Internasional (RSBI). Jurnal Politica, 4(2).

Duke,DanielL.danCanady,RobertLynn,(1991),School polcy, NewYork:McGrawHill.BookCompany

Dunn,WilliamN.,(2004),Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisikedua,GajahMadaUniversityPress.

Dye,Thomas.R.(1987). Organizing Power for Policy Planning. The View From the Brookings Institution. Powerelitesandorganizations, 185-86.

Eulau,H.,&Prewitt,K.(1973).Labyrinths of democracy: Adaptations, linkages, representation, and policies in urban politics. Ardent Media

Goerzt,EMargaret(2001)The Finance of America Public Education Challenges of Equity, Adequacy and Efficiency. DalamGregoryJCizek(Ed)HandbookofEducationPolicy.

Good,CarterV.,(1959),Dictionary of education,NewYork:McGrawHillBookCompany.

Page 41: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 27

Gunawan,A.H.(1986).Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia. Jakarta:BinaAksara.

Hanisy,A.(2013).KonsepDasarAnalisisKebijakan.Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan, 4(1),48-63

Hasbullah.(2015).Kebijakan Pendidikan dalam Perspektif: Teori dan Kondisi Objektif Pendidikan di Indonesia, Jakarta: RajaGrafindoPersadav.

Herri. (2015). Kebijakan Pendidikan Indonesia: Kebijakan BerbasisRiset.Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar.Vol1No1Hal16

Hornby, A. S., & Parnwell, E. C.. (1969). An English-Reader’s Dictionary.OxfordUniversityPress.

Imron, Ali, (1996), Kebijaksanaan Pendidikan di Indonesia, Yogyakarta;BumiAksara

Islamy,IrfanM.,(2003),Prinsip-prinsip perumusan kebijakan negara, Jjakarta:Penerbitbumiaksara

Jenkins,W.I.(1978),Policy Analysis: A Political and Organisational Perspective.London:M.Robertson.

Jones, Charles, O., (1984),An Introduction to The Study of Public Policy,ThirdEdition,PacificGrove,CA:Brook/Cole.

Koontz, H., & O’Donnell, C., (1987),Management: A Systems and Contingency Analysis of Managerial Functions (6th ed.). NewYork:McGraw-Hill.

Lindblom, Charles Edward, (1968). The Policy-Making Process. EnglewoodCliffs,N.J;Prentice-Hall.

MacRae, Duncan, (1985). Policy Indicators: Links Between Social Science and Public Debate.UNCPressBooks.

Masdin, M. (2009). Konsep Dasar Analisis KebijakanPendidikanTinggi.Shautut Tarbiyah, 21(1),83-101.

Maskuri. (2017). Kebijakan Pendidikan sebagai KebijakanPublik dalam Sistem Politik di Indonesia. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia (JPII) Universitas Ibrahimy Situbondo.Vol.2No.1Hal.79.

Page 42: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

28 Analisis Kebijakan Pendidikan

Muhadjir, N. (2000). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta:RakeSarasin.

Nanang, Fattah. (2013). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung:RemajaRosdakarya

Neufeldt, V., & Sparks, A. N. (Eds.). (2002).Webster’s New World Dictionary.SimonandSchuster.

Olssen,M.,Codd, J.A.,&O’Neill,A.M(2004)Education Policy; Globalization, Citizenship and Democracy, London, Sage.

Pal, Leslie. A. (2005). Beyond Policy Analysis: Public Issue Management in Turbulent Times.ThomsonNelson.

Prasojo,LantipDiat.(2011),Financial Resources Sebagai Faktor Penentu dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:JurnalManajemenPendidikan,FIPUNY.

Purnomo, Sigit (2010) Penelitian Kebijakan Pendidikan (Education Policy Research),Makalahdipresentasikandi kelas Program Doktor Teknologi PembelajaranUniversitasNegeriMalang,

RiantNugroho,Dwijowijoto(2004).Kebijakan Publik.Jakarta:PTElexMediaKomputindo

Rohman,Arif,(2009),Politik Ideologi Pendidikan,Yogyakarta:Mediatama.

Rohman,Arif,(2012).Kebijakan Pendidikan: Analisis Dinamika Formulasi dan Implementasi. Yogyakarta: AswajaPressindo.

Sagala, Syaiful, (2017), Human Capital Membangun Modal Sumber Daya Manusia Berkualitas Unggul Melalui Pendidikan Berkualitas,Depok;Kencana

Simatupang,P., (2017),AnalisisKebijakan:Konsepdasardanprosedur pelaksanaan.Analisis Kebijakan Pertanian, 1(1),1-23.

Page 43: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Konsep Dasar Analisis Kebijakan Pendidikan 29

Slamet, P. H. (2005). Pengembangan Kapasitas untukMendukung Desentralisasi Pendidikan Kejuruan.Pidato Pengukuhan Guru Besar.

Sudiyono, (2007),Dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Pendidikan,Yogyakarta: Jurusan AdministrasiPendidikanFIPUniversitasNegeriYogyakarta

Suharto, Edi, (2008). Analisis Kebijakan Publik, Panduan Praktis Mengakaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung:Alfabeta.

Sutapa, Mada, (2005), Buku Pegangan Kuliah; Analisis Kebijakan Pendidikan (Suatu Pengantar),Yogyakarta:JurusanAdministrasiPendidikanFIPUNY.

Suwitri,S. (2008),Konsep Dasar Kebijakan Publik. Semarang: Universitas Diponegoro.

Suyahman. (2016). Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis Di Sekolah Menengah Atas Dalam Kaitannya Dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas. JurnalPendidikan Kewarganegaraan. FKIP-Univet BantaraSukoharjo.Vol6No.2Hal1047

Syafaruddin,(2008),Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif,Jakarta:RinekaCipta.

Quade,E.S.(1984),Analysis for Public Decisions,NewYork:ElsevierSciencePublishingCo

Tahir, Arifin, (2011), Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Jakarta:.PustakaIndonesia Press.

Taufiqurokhman, (2014), Kebijakan Publik. Jakarta: Fakultas IlmuSosialdanPolitikUniversitasMoestopoBeragama.

Taylor, Sandra, (1997), Critical policy analysis: Exploring contexts,textsandconsequences.Discourse: Studies in the cultural politics of education, 18(1),23-35.

Page 44: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

30 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tilaar, H.A.R & Dwijowijoto, Riant Nugroho. (2009). Kebijakan Pendidikan: Pengantar untuk Memahami Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan sebagai Kebijakan Publik.Yogyakarta:PustakaPelajar.

Tim Revisi Kamus Bahasa Indonesia, (2008).Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

WahabSolichin,Abdul, (2004),Pengantar Studi Analisis Kebijakan Negara, Jakarta;RinekaCipta.

Wahab Solichin, Abdul, (1997).Evaluasi Kebijakan Publik, Konsep, Tipologi Penelitian dan Strategi Pemanfaataannya, Malang:FIAUniversitasBrawijaya.

Undang-UndangdanPeraturanTurunannya

Undang-undang Dasar 1945,(Edisi Revisi 2005), Jakarta: MajelisPermusyawaratanRakyatRI.

Undang-undangNomor20Tahun2003TentangSistem Pendidikan Nasional,Jakarta.DepdikbudRI.

Page 45: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. HakikatIsudanMasalahdalamKonteksAnalisisKebijakanPendidikanPara analis kebijakan pendidikan tidak saja dituntut agar

dapat menguasai teknis penelitian kebijakan pendidikan, tetapijugadiharapkanmenguasaiisu-isupendidikanyangrelevandengankondisi kekinian, Bicara tentang isu pendidikan pada dasarnyamasih dalam konteks netral, tidak positif dan tidak pula negatif,Namunkeduaistilahantaraisudanmasalahdalamsuatuorganisasipendidikan,lembagapendidikan,kelompokyangpedulipendidikanatau institusi menyelenggarakan pendidikan yang membutuhkanpenanganan, atau penyelesaian timbulnya perdebatan orang atauperbedaanharapandenganrealitasparapihakataustakeholder a gap between practice and expectations(RegesterandLarkin,2003).

Meminjamdefinisi isudalamkamusMerriamWebsterOnline(2018),bahwaIssue berarti something that people are talking about, thingking about an important topic or subject. Oxford Dictionarymenegaskan juga Issue an important topic or problem for debate or

Bab II

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan

Page 46: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

32 Analisis Kebijakan Pendidikan

discussion. Isu itu, terkait dengan perbincangan atau perdebatanyang menimbulkan kontroversi, artinya ada pihak-pihak yang prodan kontra ada yangmendukungdan ada yang tidakmendukung.Hal senada dijelaskan bahwa “Issue” merupakan suatu pertanyaantentangfakta,realitas,nilaiataukebijakanyangdapatdidiskursuskanissue sebagaia contestable question of fact, value or policy (NelsonandHeath 1986).

Namun pada prinsipnya isu itu, jika dibiarkan tentu akanmemiliki efek yang signifikan pada fungsi dan kinerja organisasitermasuk pada target organisasi di masa mendatang. Jadi isupendidikanjikatidakdimenejdenganbaikberpotensimenimbulkanmasalah,baiksecara internalmaupundalamkaitan lintassektoral,sesuai dengan tingkatannya, yaitu 1) isu utama, masalah yangdihadapi besar, berada pada level tertinggi yakni pemerintahanpusat, 2) isu sekunder,dihadapioleh tingkatpemerintahandaerahberkaitandenganpenentuanprioritas program, kelompok sasaran,danpihakyangmemperoleh keuntungandari program tersebut 3)isufungsional,dihadapidalamtataranfungsikelembagaan,misalnyaanggaran proyek pengadaan, infrastruktur masing lembaga, 4) isuminor,seringditemukandalamtingkatankegiatankhusus(ad hoc). Secaraumum,tingkatanisuitu,dapatdilihatpadagambar2.1.

Gambar 2.1 Tingkatan Isu Kebijakan Pendidikan

Isu Miror

Isu Fungsional

Isu Sekunder

Isu Utama

Page 47: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 33

Contoh isu kebijakan pendidikan, antara lain ujiannasional, pendidikan gratis, sekolah bertaraf internasional,kompetensi guru, sertifikasi guru, biaya pendidikan danbanyak lagi. Semakin tinggi tingkatan isu pendidikan itu,maka semakin saling ketergantungan, subjektif, artifisialdan dinamis. Meski demikian, isu-isu tersebut ada yangmemerlukan kebijakan strategis, taktis ada juga yang hanyamemerlukan kebijakan operasional. Kebijakan strategisadalah kebijakan yang akibat-akibat keputusannya takdapatdiubah, sedangkankebijakanoperasionalakibat-akibatkeputusannya relatif bisa diubah/berubah sesuai situasidan dinamikanya. Segala isu-isu kebijakan pendidikan yangcenderung berkonotasi negatif itulah yang disebut masalah,bisa muncul setiap saat sebagai situasi yang merugikan dantidak diinginkan yang memerlukan jalan keluar, melaluianalisiskebijakanpendidikan.

Dalam kenyataannya juga banyak masalah pendidikanjalan keluarnya tidak didapatkan melalui proses analisisyang memadai sehingga sering menimbulkan penafsiranyang berbeda bahkan bertentangan tergantung pada sudutpandangstakeholderkebijakanpendidikantersebut.Masalahkebijakanpendidikanadalahkebutuhanyang tidak terealisir,nilai-nilai,ataukesempatanuntukperbaikanpendidikanyangmemerlukantindakanmasyarakat (Sutapa, 2005).Mengingatpandangan terhadap masalah kebijakan pendidikanbervariasi, maka analis kebijakan pendidikan perlu secaracermatmelakukan penyusunan, pedoman sertamenentukanindikator keberhasilan tahapan-tahapan dalam analisiskebijakanpendidikan(AndersHanderger,2001).

Analisis kebijakan pendidikan sering digambarkansebagaimetodepemecahanmasalah,namunhalinibisakelirumengingatanalisiskebijakanpendidikantidakdapatlangsungmemecahkanmasalah,namunprioritasutamaperludilakukanpenemukenalan masalah sebelum melakukan pemecahan

Page 48: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

34 Analisis Kebijakan Pendidikan

masalahdalamanalisis kebijakanpendidikan (Sutapa, 2005).Pendekaan penemukenalan masalah dilakukan, sebagaiberikut;1)mempelajaridatasekunder, 2)wawancaradenganpihak terkait, melakukan pengamatan langsung.Kriteriauntuk menentukan keberhasilan penstrukturan masalahberbeda dengan kriteria dalam menentukan keberhasilanpenyelesaianmasalah.Penstrukturanmasalahdapatdikataankreatifjikakondisiterpenuhi,sebagaiberikut:1)hasilanalisisbenar-benar baru, 2) proses analisis tidak konvensional, 3)prosesanaliasismembutuhkanketekunandanmotivasitinggi,4)hasildipandangsebagaibentukyangbernilaiolehanalisis,5)masalahyangdianalisismempunyaiarti gandatidakjelasdansulitdidefenisikan.

Setelah penstrukturanmasalahdilakukandenganbaik,selanjutnya suatu kebijakan disusun dari potensi adanyamasalah kebijakan dituangkan dalam rumusan masalahkebijakan (William N. Dunn, 2004). Berdasarkan rumusanmasalah ini, maka kebijakan disusun, mengikuti siklusanalisis kebijakan, berorientasipadamasalah kebijakanyangdiinventarisir dan dilaksanakan. Selanjutnya diikuti denganpemantauanuntukmelihathasilkebijakan.Datapemantauanmenjadibahanuntukpenilaian (evaluasi)kinerjakebijakan.Hasil penilaian ini selanjutnya digunakan sebagai bahan,gunamemprediksikanataumeramalkanmasadepankebijakan.Daripendapat para ahli (expert) di atas dapat disimpulkankebijakan merupakan serangkaian tindakan dari proses danhasildariperencanaandanperumusanyangdibuatolehsuatulembaga pemerintahan atau organisasi yang sah dan diakuiuntuk menyelesaikan suatu masalah dengan melaksankanprogramprogramuntukmencapaitujuanyangdidinginkan.

Dalam upaya untuk mengkaji masalah pendidikan,tingkatananalisisadayangmembedakankedalamtigatingkatyaitu makro, messo,mikrodanada jugayangmembagipadamakrodanmikro. Isu makro mempengaruhi seluruh pelaku

Page 49: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 35

kebijakan, Isu messo berada pada tingkatan menengahsedang isu mikro berada pada tingkatan institusi sekolahmaupun kelas (Taylor, etc. 1997). Analisis masalah kebijakanpendidikan berkaitan dengan salah satu tingkatan prosespengambilan keputusan, namun analisis kebijakan takhanya berkaitan dengan dokumen atau teks kebijakan.Namun diperlukan pemahaman latar belakang historis dankaitannya dengan dokumentasi serta akibat jangka pendekdan jangka panjang dari suatu praktik kebijakan, untukitu diperlukan pembedaan antara teks, konteks dan akibatsuatu kebijakan. Konteks. berkaitan dengan anteseden atautekanan-tekanan yang mendorong lahirnya kebijakan, baikmasalahekonomisosialmaupunpolitikyangmenjadiagenda,kebijakan analisis memerlukan pertimbangan kontemporerdan konteks sejarah dapat membantu memperjelas tentangapa, bagaimana dan kenapa suatu kebijakan dalam analisiskebijakan kritis. Teks. dipertimbangkan dalamanalisisdalamberbagai tingkatan untuk menjawab pertanyaan tentangbagaimanadanapatentangsuatukebijakan,dalamhalinikita bila mengkaji asumsi yang mendasari suatu kebijakan.Sedangkan konsekwensi dalam analisis kebijakan didasariadanya kompleksitas konteks serta persaingan kepentingan.Perbedaan kepentingan dapat memberikan tekanan yangberbedapadaaspekkebijakan.Pentingdisadaribahwakonteksdisamping berpengaruh pada dihasilkannya kebijakan jugaseringmendistorsitujuankebijakandalamberbagaicarayangberdampakpadapelaksanankebijakan.Perludibedakanantaramasalahdankebijakan,dalamhalmasalahanalisiskebijakanhendaknya dipahami masalah yang membentuk suatukebijakan yang dianalisis dan hal ini penting dalammenilaiakibat suatu kebijakan, sehinggadapatdiukur akibat-akibatdalam kerangka pembentukan kebijakan atas suatu masalahserta dapat diketahui keefektifan suatu kebijakan terhadappemahamanakansuatumasalahyangdicarikansolusinya.

Page 50: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

36 Analisis Kebijakan Pendidikan

Untukitulangkahpenstrukturanmasalahmenjadisangatpenting,kekeliruandanketidakcermatandalam langkahiniakan sangat fatal akibatnya bagi pemecahan masalah danpilihan kebijakan. Kartodiharjo (2009) menjelaskan ada tigatipe ketidakcermatan dalam melakukan analisis kebijakan,menyangkut penstrukturan masalah dan situasi masalah,yaitu: 1) memecahkan kembali masalah (problem resolving) dengananalisisulangpemecahanmasalahdarimasalahyangsebenarnya sudah ditetapkan dengan tepat; 2) pementahansolusimasalah (problem unsolving)denganmembuangsolusidisebabkan oleh kesalahan dalam menetapkan masalah; 3)pementahanmasalah(problem dissolving)denganmembuangmasalahyang sudahditetapkan secara tidak tepat sementarasolusi belum dilaksanakan. Untuk itu, idealnya analisiskebijakan dimulai dengan pernyataan yang jelas tentangmasalahyangakandianalisis,meskipundiakuibahwabanyakterjadi perbedaan-perbedaan pandangan atas suatumasalah.Di tempat lain policy analysis begin with a definition of the problem you wish to analyze. Your choice of this definition is often of vital importance. If you hastily or unthinkingly accept someone else’s definition of the problem, you may omit important alternatives or neglect the perspective of major participant. We thus ask you to distinguish between the problem situations, as you find it, and the analyst’s problem, the view of the problem that you choose (MacRae,1985).

B. BeberapamasalahPendidikanyangseksidiAnalisisKebijakannyaAdabeberapacontohkasusyangmemerlukankajian

mendalam melalui analisis kebijakan pendidikan. Masalahdan program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RIuntuk meningkatkan pendidikan dasar, yaitu 1) pemerataan

Page 51: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 37

dan perluasan akses, berupa pemberian bantuan biayaoprasional (BOS), rehabilitasi ruang kelas yang rusak, unitsekolah baru dan ruang kelas baru,wajib belajar 12 tahun,sekolah satu atap, penyelenggaraan kelas layanan khusus(inklusi) atau anak berkebutuhan khusus. 2) peningkatanmutu, relevansi dan daya saing berupa pengembangankurikulum, perluasan pengembangan kecakapan hidup(life skill), pengembangan kapasitas profesi pendidik,perbaikansaranadanbahanbelajar,pemanfaatanICTuntuksistem informasi persekolahan dan pembelajaran termasukpengembangan e-learning dan pengembangan sekolahberkeunggulan, 3) penguatan tata sekolah, akuntabilitasdan pencitraan publik berupa pengembangan kapasitas dankapabilitas Dewan Pendidikan, Komite Sekolah dan KomitePendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan program yangdilakukan dalam rangka pemberdayaan dan peningkatanpartisipasimasyarakatuntukbisaikutbertanggungjawabdanpengembangan EMIS (Education Management Information Systems).Kesemuaisupendidikanmenarikuntukdianalisiskebijakannya(Fattah,2013danYulaini,2017).

Disamping i tu , masa lah pendidikan berupapeningkatan layanan dan mutu, penyelenggaraan sekolahunggul, sekolah bertaraf internasional (SBI) kebijakan yangsudah dianulirkan, ujian nasional (UN) yang dulu dikenaldenganistilahNilaiEvaluasiMurni (NEM). SampaisekarangUjian Nasional menjadi salah instrumen penilaian yangdiselenggarakan pemerintah dalam mengukur keberhasilandan kemajuan belajar siswa. Dalam beberapa tahun ini, adakebijakandanProgramPendidikanuntukRakyat(PRODIRA)yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Gorontalo menjadidiskursusditengahmasyarakat.Adapihakyangsetuju,karenadipandangdapatmeningkatkanpemerataanpendidikan,adayang tidak setuju dianggap menjadi proyek daerahsaja danbelummampumeningkatkanmutu.

Page 52: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

38 Analisis Kebijakan Pendidikan

Bagi mereka yang setuju memandang ujian nasional,dapat memberikan pelayanan sebaik-baiknya, siswadidorong untuk belajar secara sungguh-sungguh, agar siswabisa lulus mencapai hasil yang terbaik. Sementara, di pihaklain banyak juga yang memiliki pandangan ketidaksetujuankarena menganggap Ujian Nasional sebagai sesuatu yangsangatkontrakproduktifdankontradiktifdengansemangatreformasi pembelajaran yang sedang berjalan. UjianNasional cenderung menggeser pola dan paradigma modelpembelajaranyangberorientasipadapencapaiankemampuankognitifkearah pembelajaranberorientasipadapencapaiankemampuan afektif dan psikomotor. Dimana strategi danpendekatan pembelajarannya lebih menyenangkan dankontekstual, menggunakan teori belajar konstruktivisme.Realitasnyakitamencermatidenganseksama,UjianNasionalyang dikembangkan sekarang ini dilaksanakanmelalui ujiantertulis.Soal-soalyangdikembangkancenderungmengukurkemampuan aspek kognitif. Hal ini berpotensimemberikandampak terhadap proses pembelajaran yang dilaksanakan disekolah.Dampakyang biasdicermati, antara lain; para guruterjebak pada model-model pembelajaran gaya lama yangberorientasi pada usaha meningkatkan kemampuan kognitifsemata,melaluigayapembelajarantekstualdanmengabaikanperubahan perilaku (behavioristik). Isu ujian Nasional jugasering dipolitisasi untuk kepentingan pihak-pihak di luarpendidikan,seperti kepentinganelitepolitik,parapemegangkebijakan pendidikan, juga ditemukan kejanggalan danproblematika, seperti kasus bocornya soal dan lembaranjawaban, siswa nyontek secara sistemik dan terorganisir,sekaligus sekolah merekayasa hasil pekerjaan siswa denganmenaikkannilaiujiansekolahdanbentuk-bentukkecuranganlainnya. Terlepas dari kontroversi dan realitas yang adaterkait ujian nasional, sampai saat ini belumada pola baku

Page 53: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 39

atau sistem ujian akhir untuk siswa yang bisa memuaskandanmendapatkan hasil yang kredibel,sehinggamasalahujiannasionalselalumenjadiisumenarikuntukdianalisis.

Masalah pendidikan lainnya yang tetap menarikperhatian masyarakat berkaitan dengan kemajuandan pembangunan pendidikan nasional, yakni IndeksPembangunanManusia(IPM)yangditandaipadapencapaianAngka Partisipasi Pendidikan, Indek Pengetahuan, AngkaPartisipasi Kasar (APK), Angka Putus Sekolah (APS), AngkaPartisipasi Murni (APM), Jumlah Drop Out (DO), AngkaMelanjutkan (AM),Tingkat Pelayanan Sekolah (TPS),AngkaMengulang(AU),AngkaBertahan(AB),AngkaLulusan(AL),Rata-rata Lama Belajar (RLB), Persentase Guru Layak (GL),Guru Sertifikasi (GS), Akreditasi, Persentase Ruang KelasBaik(RKB),PerpustakaanBaik,UKSBaik,LaboratoriumBaik(Kemendikbud,2016).

Semuaitubisadilihatdariprofilpendidikansekolahdasardanmenengadisuatudaerah.Masalahprofilpendidikanselalumenjadi menarik, karena pendidikan menjadi kebutuhanmendasarmasyarakat,sekaligusmenjadifaktorelectoralbagipara politisi mendapatkan dukungan masyarakat. Apalagi,semakin maju suatu daerah, maka terjadinya peningkatantuntutan layanandanmutupendidikan sebagai konsekuensikeberhasilanpembangunandalam perubahansosial.Tuntutandanharapan ini cenderung semakinmenguat seiringdenganpencapaian dari keberhasilan pembangunan dan kesadaranmasyarakat akan pentingnya pendidikan. Masalah aktualpendidikan ini memerlukan perhatian dan komitmen dariberbagai pihak, sesuai dengan lingkup tanggung jawabnyamasing-masingsebagaipenyelenggarapendidikan.

Masalahyangterkaitdengankebutuhanguru,distribusiguru dan peningkatan kualitas guru hampir tidak pernahberhenti menjadi sorotan dan perhatian masyarakat. Dari

Page 54: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

40 Analisis Kebijakan Pendidikan

Dahulusampaisekarangposisigurudisekolahtetapdipandangstrategis, walaupun guru bukanlah satu-satunya sumberbelajar,tetapi iatetapmenjadipusattempatbertanya.Tugasguru sangat strategis dalammemberikan ilmu pengetahuankepada muridnya. Guru berperan membelajarkan pelajar,melakukanhubungandanpendekatanyang lebihmanusiawi(humanistic)denganpesertadidiknya.Termasukmemberikanpelayanankelompok, individual,memperhatikankebutuhan,memberikan semangat untuk maju, kreatif, bekerja sama,menumbuhkan rasa percaya diri, menumbuhkan hargadiri, memperkokoh tanggung jawab, menghargai waktu,meningkatkan kedisiplinan, menghormati orang lain, danmenemukanjatidiri.Inilahsisipendidikandaritugasseorangguru yang tidak boleh diabaikan. Dari sini pembelajaranguru diharapkan mampu mengelola proses pembelajaran(manajer), menunjukkan tujuan pembelajaran (director), mengorganisasikan kegiatan pembelajaran (coordinator), mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar(communicator),menyediakan danmemberikankemudahanbelajar (fasilitator), dan memberikan dorongan belajar(stimulator).

Masalahyangtidakkalahhebohnyadijagadpendidikan,yaknikekerasandisekolahdidesa,maupundikota.KetuaKomisiNasionalPerlindunganAnak,AristMerdekaSirait(24/7/2018)mengatakan kekerasan terhadapanakdi lingkungan sekolahbelum akan berakhir, jika tidak ada tindakan tegas daripemerintahterhadappelakudandiikutipenegakkanregulasi(Okezone, 2018). Sekolah dan semua pendidik dan tenagakependidikan perlu mengetahui Undang-undang Nomor 23Tahun2002tentangPerlindunganAnak, pasal59menyatakansekolah wajib menjadi zona anti kekerasan. Guru yangmelakukan kekerasan terhadap anak tidakmemenuhi syaratpsikologisuntukmenjaditenagapengajar.

Page 55: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 41

Masalah yang sangat seksi selalu terkait dengananggaran pendidikan, seiring dengan pembahasan notakeuangan Negara oleh Presiden bersama Dewan PerwakilanRakyat (DPR). Sesuai amanat Undang-undang Dasar 1945mengakomodirpembiayaanpendidikanyanglebihbaikyaknimelalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)wajibmengalokasikan20%danjugaAnggaranPendapatandanBelanjaDaerah(APBD)sebanyak20%untukbiayapendidikan.Di satu sisi, kita patut mengapresiasi dana pendidikanmendapatkan porsi yang baik di Indonesia. Tentu saja, jikapenggunaannyatepat,danainiakansangatmembantumerekayang tidakmemilikiakses terhadappendidikan,padajenjangyang lebih tinggi dengan program wajib belajar 12 tahun.Munculnya masalah pendidikan disebabkan oleh beberapahal, diantaranya; 1) ketidakpuasan sekelompok masyarakat,2)terjadinyaperistiwadramatis,3)perubahansosial,4)kurangoptimalnyakekuatanpemimpin(Vrencila,O.,2017).

Disamping itu, masalah kekuasaan menjadi temayang sangat seksi dan krusial dalam proses berdemokrasidan pembangunan pendidikan nasional. Hal ini tidak dapatdilepaskandariprosesanalisiskebijakanpendidikan.LasswelldalamDwicaksonodanSetiawan (20013)berpendapatbahwakekuasaan adalah partisipasi dalam membuat kebijakanpendidikan contoh nyata dari penggunaan kekuasaan yangtidakdapatdipisahkandariprosesanalisiskebijakan.Hal iniberguna mewujudkan arah baru pengembangan pendidikannasional yang melibatkan hubungan antar individu dankelompokkepentingandalambernegara(Tilaar,2009).

Arah baru kebijakan pengembangan pendidikannasionalmestibersandarkan padaprinsip-prinsipsebagaiberikut: 1) kesetaraan sektor pendidikan dengan sektor lain,2) orientasi rekonstruksi sosial, 3) pemberdayaan bangsa,4) pemberdayaan infrastruktur sosial, 5) pembentukan

Page 56: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

42 Analisis Kebijakan Pendidikan

kemandirian dan keberdayaan publik untuk mencapaikeunggulan, 6) penciptaan iklim yang kondusif, tumbuhnyatoleransidankonsensusdalamkemajemukan, 7)perencanaanterpadu secara horizontal (antar-sektor) danvertikal (antar-jenjang), serta lintas sektor 8) orientasi peserta didik, 9)pendidikan multi-kultural, dan 10) pendidikan dalamperspektifglobal(Murniati&NasirUsman,2009).

C. KarakteristikMasalahdalamAnalisisKebijakanPendidikan

Menentukan masalah kebijakan pendidikan oleh analispendidikanperlukehati-hatian,menginganpemahamansehari-haridan akal sehat kurang dapat diandalkan untuk menjadi panduanberkaitandenganmasalahyangkompleksdalamurusanpendidikan.Ada beberapa cirimasalahdalamanalisis kebijakan pendidikan; 1)salingketergantunganmasalah-masalahkebijakanpendidikan/inter-dependence of policy problems of education,2)subyektivitasmasalah-masalah kebijakan pendidikan/ Subjectivity of policy problems of education, 3) sifat buatan masalah kebijakan/artificiality of policy problems of education, 4) dinamika masalah-masalah kebijakanpendidikan/dynamics of policy problems of education.

Sistem masalah pendidikan merupakan sistem yangbertujuan menginventaris karakteristik utama dari sistemitutidaksamadenganpenjumlahandaribagian-bagiansubsistem,adapunkarakteristikdarisistemmasalahpendidikanadalah1)tidakadamasalahpendidikanyangidentikdalamciridanperilakunya,2)ciridanperilakumasing-masingmasalahpendidikanakanberpengaruhpadasistemsecarakeseluruhan,3) pengaruhnya pada keseluruhan sistem tidak tergantungjugapadasatuanggotaatausubsistemyang lain, 4) seluruh

Page 57: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 43

subkelompokyangmungkindarianggotasistemmempunyaiefek tidak bebas atas sistem keseluruhan. Untuk itu perludisadariolehparaanaliskebijakanpendidikan,kemungkinanterjadinya akibat-akibat yang tidak dapat diperkirakan darisuatu analisis kebijakan pendidikan mengingat bisa terjadipemecahanmasalah yang benar tapi terhadapmasalah yangsalah.Apabilamasalahkebijakanbersifatkompleks,makaakantimbulperbedaan.Pandanganatasmasalahketidaksetujuanatastindakanyangdilakukan.

D. TingkatanMasalahKebijakanPendidikan

DalamdiskusiyangbertemaTeknikPerumusanMasalahKebijakanolehAgusHeruantoHadnaselalukepalaPusatStudiKependudukandanKebijakan (PSKK)UGM,Kamis 8 Oktober2015menyatakanbahwapengelompokkanmasalahkebijakankedalam tiga komponen, yakni masalah yang sederhana (well structured),masalahyangagaksederhana(moderately structured), dan masalah yang rumit (ill structured). Pengelompokkan initergantung pada tingkat kerumitan dan kompleksitas, sejauhmanasuatumasalahberkaitansatusamalain.Kebanyakanmasalahdalam analisis kebijakan merupakan masalah yang luas, pelik,menjadiperhatianpublicdanmelibatkanbanyakpihak.

Adapun masalah yang terstruktur dengan baik (well-structured problem)dibidangpendidikanyaitumasalahyangmelibatkansatuataubeberapaorangpembuatkeputusandilingkungan pendidikan dengan sedikit alternatif kebijakan.BegituMasalah yang terstruktur secaramoderat (Moderately structured problem) di lembaga pendidikan, yaitu masalahyangmelibatkanbeberapapembuatkeputusanpendidikanseta

Page 58: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

44 Analisis Kebijakan Pendidikan

sejumlah alternative yang relatif terbatas. Termasuk masalahyangterstruktursecararumit(Ill structured problem)dibidangpendidikan, yaitumasalahyangmelibatkan banyakpembuatkeputusanpendidikanyangberbeda,terdapatkonflikdiantaratujuan, serta alternatif dan hasilnya tidak bisa/sulit untukdiketahui. Dalam kenyataannya banyak masalah-masalahkebijakan yang penting terstruktur secara rumit, sementaramasalahmudahdansedang, jarangterdapatdalamsettingpemerintahanyangkompleks.Perbedaanketigajenismasalah,bisadilihatdalamtabel2.1berikut.

Tabel 2.1 Struktur Masalah-masalah dalam Analisis KebijakanPendidikan

Structure of Problem

Element Well Structured ModeratelyStructured Ill Structured

Decisionmaker(s) One or few One or few ManyAlternatives Limited Limited UnlimitedUtilities (values) Consensus Consensus ConflictOutcomes Certaintyofrisk Uncertainty UnknownProbabilities Calculable Incalculable Incalculable

Sumber diadaptasi dari William N. Dunn, Public Policy Analysis:An Introduction (New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2004), h. 79

Dalam memecahkan masalah mudah dan sedang (well and moderately structured) para analis dapat menggunakanmetode konvensional, sementara itu untuk masalah-masalahyangrumit(ill-Structured),paraanalisisdituntutuntukperluaktif dalam mendefinisikan Hakikat masalah, serta bersifatkreatif dalam memutuskan serta pandangan jauh ke depan,iniberartibahwadalamanalisiskebijakanperhatianyangtepattercurahpadamasalahpenyusunandan pendefinisianmasalah(problem structuring)sertapemecahanmasalah,olehkarenaitu

Page 59: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 45

pemecahanmasalahhanyalahsatubagiandalamkegiatananalisiskebijakan.

Menstrukturkan masalah, diperlukan kreativitasseorang analis kebijakan, dan keberhasilan dalam hal iniakan mendorong keberhasilan dalam memecahkan masalah.Penstrukturan masalah bersifat kreatif apabila terdapat salahsatu kondisi berikut ini, yaitu: 1) hasil analisis punya sifatkebaruan, sehingga orang tidak akan dapat menghasilkansolusiyangsama,2)analisisnyatidakkonvensional,yaknibersifatmodifikasiataupenolakanpadaide-idesebelumnya,3)prosesanalisismemerlukanketeguhandanmotivasi tinggi,sehinggaanalisnyaterjadidalamintensitastinggisertawaktuyanglama,3)hasilanalisisdipandangberhargaolehpembuat kebijakan,dan stakeholder lainnya, karena menghasilkan solusi yangtepat atasmasalah yang dihadapi, 4)masalah yangdihadapibegitu kabur dan rumit, sehingga tugas pertamanya adalahmerumuskanmasalahitusendiri.

E. FasedanMetodePenstrukturanMasalahKebijakanPendidikan

Dalamanalisis kebijakanpendidikan, penstrukturanmasalahmerupakan prioritas di atas pemecahan masalah pendidikanyang ada. Penstrukturan masalah pendidikan dipandang sebagaiproses penting, karena banyak kebijakan pendidikan yang salahmenstrukturkan permasalahan sebenarnya. Akibat fatalnyamenyelesaikandenganyang benarmasalahyang salah.Ada empatfase penstrukturan masalah yang bisa diadaptasi dalam analisiskebijakanpendidikan,antaralain;1)pengindraanmasalah(problem sensing), 2) pencarian masalah (problem search), 3) pendefinisianmasalah (problem definition), 4) pengkhususan masalah (problem specification),prosesbisadilihatpadagambar2.2dibawahini.

Page 60: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

46 Analisis Kebijakan Pendidikan

TAHAPAN PERUMUSAN MASALAH

(FORMULASI KEBIJAKAN)

Tumpukan masalahyang belum terstruktur

Meta Problem

Merupakan isu publik

PendefinisianMasalah

PencarianMasalah

SpesifikasiMasalah

PengendalianMasalah

Masalah substantif yang segera akan ditangani sesuai

kemampuan Pemerintah

MASALAH SUBSTANSI

MASALAH FORMAL

SITUASIMASALAH

Pendefinisian dari meta problem, yakni memilih/mengelom-pokkan masalah:1. Ekonomi2. Sosial Budaya3. Politik4 Lain-lain

(Diadaptasi dari pemikiran William N. Dunn, 2015, Public Policy Analysis, New York; Routledge)

Gambar 2.2 Fase-fase perumusan Masalah dalam Analisis KebijakanPendidikan

Prasyarat dari penstrukturan masalah pendidikan adalahkesadaran akan adanya suatu situasi dalam proses pendidikannasional.Terhadapsituasi inianalismelakukanpencarianmasalah,dimana tujuannya bukanmenemukanmasalah tunggal melainkansejumlah masalah yang merepresentasikan sejumlah stakeholderpendidikan. Karenamasalah pendidikan tersebut bersifat dinamis,tersusun secara sosial, maka analis kebijakan pendidikan akanmenghadapidanberhadapandenganmasalahdarimasalah lainnya(metaproblem) yang rumit mengingat banyaknya stakeholderpendidikan yang terlibat. Oleh karena itu tugas utamanya adalahmenstrukturkanmetaproblemlintassektor.

Dari situasi demikian, kemudian analis perlu mencarimasalah substantifnya dengan mencoba mendefinisikan

Page 61: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 47

masalah pendidikan dalam pengertian yang mendasar danumum,misalnyaapakahkebijakanpenganggaranpendidikanitumasalahekonomi,sosiologi,ataumasalahlainnya.Apabilamasalah substantif sudah dirumuskan, kemudian analismenyusunmasalah formalyang spesifik, langkah inidisebutpengkhusunanmasalah(problem specification).

Masalah krusial dalam langkah tersebut adalah apakahmasalah substantif dan masalah formal sesuai dengansituasi masalahnya mengingat kebanyakan situasi masalahmerupakan suatu sistemmasalah yang rumit. Dalam situasidemikian dapat berakibat seorang analis melakukan suatukekeliruan yakni memecahkan masalah pendidikan yangsalah.(solving the wrong problem)

Ada beberapa metode da lam penstrukturanmasalah pendidikan antara lain; 1) boundary analisys, yaitu analisis yang dimaksudkan untuk mengestimasi batas-batas metaproblem, 2) classification analisys, yatu analisis dengan tujuanmengelompokan konsep-konsep yang relevandengan masalah pendidikan, 3) hierarchy analisys, yaitu analisisyangdimaksudkanuntukmengidentifikasimasalah-masalah/sebab-sebab yangmungkin dan dapat ditindaklanjuti, 4) synectics, yaitu metode untuk mengetahuikesamaan-kesamaan masalah, 5) brainstorming, yaitu analisis dengan tujuanmembangkitkan ide-ide, tujuandanstrategi, 6)multiple perspective analisys, yaituanalisis untukmembangkitkan kejelasan pandangan, 7) assumptional analisys, yaitu analisis untuk mensintesiskan secara kreatifberbagaiasumsi-asumsiyangbertentangan8)argumentationmapping, yaitu analisis untuk menilai asumsi-asumsi(Lindblom,CharlesEdward,1980).

Ana l i s i s boundar i menganggap masa l ah sudah terstrukturkan, kemudian dikaji apakah masalah tersebuttelahlengkap,untukituadatigalangkahyangperludilakukanyaitu 1) penentuan sampel jenuh, yaitumencari stakeholder

Page 62: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

48 Analisis Kebijakan Pendidikan

untuk melihat masalah pendidikan itu bisa melalui tatapmuka atau telepon, 2) pendalaman keterwakilan masalahpendidikanpadastakeholderterkaitgunamendalamimasalahdanrepresentasialternatifdarimasalahitu,halinidilakukanmelaluiwawancara,teleponatauusulanstakeholderlainnya,3)estimasibatas,yaitumemperkirakanbatasdarimetaproblem,dalam hal ini analis membuat distribusi frekuensi berbagaiaspirasi stakeholder terhadap masalah pendidikan yangdiajukan,analisisiniakanmengindarakesalahanmemecahkanmasalahyangsalah.

Analisis klasifikasi merupakan teknik untuk memperjelaskonsepyangdipakaiuntukmendefinisikandanmengklasifikasikansituasi masalah yang mengacu pada klasifikasi pengalamanmelaluipenalaran induktif. Analisis klasifikasi didasarkan padadua prosedur utama yaitu pemecahan logis dan klasifikasi logis.Pemecahan logis dilakukan dengan cara memilih dan memecahmasalah kedalam bagian-bagiannya, sedangkan klasifikasi logisbersifat sebaliknya. Meskipun tidak ada cara yang pasti untukmenentukanapakahsistemklasifikasi itubenaratau tidak,namunbeberapaaturandapatmembantumeyakinkanparaanaliskebijakanpendidikan,melakukanklasifikasimasalahrelevandengansituasimasalah dan konsisten secara logika yaitu: 1) relevansi substansi,2) bersifat saling terpisah (exhaustiveness), 3) ketidak bersamaan(disjointness),eksklusiftimbalbalik,4)konsisten,5)berbedategas secara hierarki. Disamping itu salah satu pendekatanyang paling berguna dalam analisis klasifikasi berpikirhimpunan, yakni berfikir yang melibatkan kajian hubunganantarhimpunansatudenganyanglainnya

Analisis Hierarki, merupakan salah satu teknik untukmengidentifikasi, antara lain: 1) sebab-sebab situasimasalahyang mungkin, disebabkan oleh situasi yang meskipunterpisahjauhnamunbisamemberikontribusipadaterjadinyamasalah tersebut; 2) sebab-sebab yang masuk akan, yaitusebab-sebab yang mempengaruhi terjadinya suatu masalah

Page 63: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 49

pendidikan berdasarkan riset ilmiah dan pengalamanlangsung aktor pendidikan; 3) sebab-sebab yang bisaditindaklanjuti, yakni faktor penyebab yang dapat dikontrolatau dimanipulasi oleh pengambil kebijakan. Sementara ituaturan untuk melaksanakan analisis hierarki sama dengananalisisklasifikasi,perbedaannyaadalahkalaudalamanalisisklasifikasi melibatkan pemecahan dan klasifikasi konsepsecara umum, sedangkan dalam analisis hierarki, analismembangun/mengetahui konsep-konsep/sebab-sebabkhususyangmungkin,masukakal,dandapatditindaklanjuti.

Selanjutnya,sinektikmerupakanmetodeyangdirancangguna mendorong kesadaran akan masalah-masalah yanganalog, untuk kemudian dikaji persamaan-persamaannya.Dalam prakteknya analis dapat menghasilkan empat jenisanalogiyaitu:1)analogipersonal;2)analogilangsung;3)analogisimbolik;dan4)analogifantasi.Metodeinimengandalkanpadaanalissecara individudankelompokuntukmembuatanalogiyangtepatdarimasalahpendidikan

Curah pendapat (brainstorming) , adalah metodemenumbuhkanide,tujuandanstrategidalammengidentifikasidanmenarikkonsep-konsepdarisituasimasalahpendidikan.Metode ini dapat didorong sebagai upaya menemukansejumlahsaranmengenaipemecahanmasalahyangpotensial.Metode curah pendapat melibatkan beberapa proseduryaitu: 1) pembentukan kelompok curah pendapat; 2) prosespemunculandanevaluasi ideyang jelas; 3) suasana kegiatancurahpendapatyangterbuka; dan 4)tahapanevaluasiideyangdilakukansesudahide-idesebelumnyaterhimpun.Metodeinidapatdilakukandengandialog,seminar,focus group discussion (FGD)dan lainnya.Alat lainyangdapatdipakaidalamcurahpendapatadalahpenyusunanskenarioyangmenggambarkanpokok-pokokkejadianmasadepansecarahipotetisyangakanmendorongpenggunaanimaginasiyangkonstruktifberkaitankejadianpendidikandimasadepan(proyeksi).

Page 64: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

50 Analisis Kebijakan Pendidikan

Analisis perspektif jamak, adalah metode untukmemperoleh pemahaman yang lebih besar atas masalahpendidikansaatinidankedepannyasekaliguspemecahanpotensial denganmenerapkan secara sistematis perspektifpersonal, organisasi dan teknis terhadap situasi masalahpendidikan. Ciri utama dari metode ini adalah 1) perspektifteknis,memandangmasalah dan pemecahannyadalambentukmodel optimis dan dengan menggunakan teori probabilitas,ekonometrik, dengan menekankan pada berfikir kausalitas, 2)perspektif organisasi, memandang masalah pendidikan danpemecahannyasebagaibagiansuatukemajuanyangteraturdarisuatu keadaan organisasi ke keadaan yang lain, 3) perspektifpersonal, memandang masalah dan pemecahannya dalamkerangkapersepsi,nilai,dankebutuhanindividu.Ciriutamacarainiadalahpenekanannyapadaintuisi,kharisma,kepemimpinan,dan kepentingan pribadi sebagai faktor penentu kebijakanpendidikanitusendiri.

Analisis asumsi, adalah teknik yang yang mengarahpada sintesis kreatif atas asumsi-asumsi yang bertentanganberkaitan dengan masalah kebijakan pedidikan. analisis inisering dipandang sebagai metode penstrukturan masalahyang paling komprehensif karenadapatmencakup proseduryang dipergunakan metode/teknik lain dengan fokus baikkelompok, individu atau keduanya. Metode ini dirancanguntuk menghadapi masalah-masalah yang rumit, dimanapembuat kebijakan, analis, dan stakeholder tidak sepakatmengenaibagaimanamerumuskanmasalah,.Analisisasumsiperlumenggunakanprosedurdalamtahapanyangberurutanyaitu: 1) identifikasi stakeholder 2) memperjelas asumsi, 3)membandingkanasumsi,4)mensintesiskanasumsi.

Pemetaan Argumen, metode analisis asumsi eratkaitannya dengan masalah argumen kebijakan pendidikan.Tiap-tiap mode argumen kebijakan pendidikan otoritas,statistikal,analitis,intuitif,kritiknilaididasarkanpadaasumsi

Page 65: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 51

yangberbeda.Pemetaanargumenpadadasarnyadimaksudkanuntukmenilaiasumsi,dansalahsatutekniknyaadalahdenganmembuat grafik yang menggambarkan kepentingan unsur-unsur argumen kebijakan, sehingga dapat tergambarmanaasumsiyangkuatdanmasukakaldanmanaasumsiyanglemah.

DaftarPustaka

Anders Handerger (2001), Whats is the Policy Problem? Methodological Challenges in Policy Evaluation, London: SagePublication.

Dictionary, Oxford English, Oxford English Dictionary. Retrieved May, 30,2008.

Dunn, William N.,(2003), Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Edisi kedua Terjemahan Bahasa Indonesia, Gajah MadaUniversityPress.

Dunn,WilliamN.,(2004)Public Policy Analysis:An Introduction NewJersey:PearsonPrenticeHall,

Dunn,William.N.,(2015).Public policy analysis.Routledge;711ThirdAvenue,NewYorkUSA.

Dwicaksono, A., & Setiawan, D (2013).. Monitoring Kebijakan dan Anggaran Komitmen Pemerintah Indonesia dalam Kesehatan Ibu. Bandung:Inisiatif.

Dye, Thomas. R. (1987). Organizing Power for Policy Planning. TheView From the Brookings Institution. Power elites andorganizations.

Fattah, Nanang,. (2013). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakaryaOffset.

Ginanjar, M. Hidayat, (2012) Kebijakan Sekolah BertarafInternasional(SBI)antaraIdealisdanDilematis,Jurnal Pendidikan Islam STAI Al-Hidayah Bogor;, Vol 1 No 2.

Page 66: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

52 Analisis Kebijakan Pendidikan

Gunawan,A.H.(1986).Kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia. BinaAksara.

Hadna, Agus Heruanto (2015), Tahap Perumusan Masalah Berpengaruh Besar Pada Analisis Kebijakan, https://cpps.ugm.ac.id/tahap-perumusan-masalah-berpengaruh-besar-pada-analisis-kebijakan/diakses,12Oktober2018

Kartodiharjo, H. (2009). Bahan Kuliah Analisis Kebijakan dan Kelembagaan Lingkungan.

Kemendikbud RI, (2016), Penyusunan Profil Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2015/2016, Jakarta: Pusat Data danStatistikPendidikandanKebudayaanKemendikbudRI

Lindblom, Charles Edward, (1980). The Policy-Making Process. EnglewoodCliffs,N.J;Prentice-Hall.

MacRae, Duncan, (1985). Policy Indicators: Links Between Social Science and Public Debate.UNCPressBooks.

Murniati, A. R., & Nasir Usman, M. P. (2009). Implementasi Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Sekolah Menengah Kejuruan,Bukittinggi:PerdanaPublishing.

Nelson,R.A.,&Heath,R.L.(1986).ASystemsModelforCorporateissuesManagement.Public Relations Quarterly, 31(3),20-24.

Okezone (2018), Kekerasan terhadap Siswa Masih Marak, Guru Berdalih ‘demi Kedisiplinan, https://news.okezone.com/read/24Juli2018.Jakarta.

Putri, R. A. (2017). Analisis Manajemen Kinerja Guru (StudiKasus Madrasah Aliyah Al Ayyubi di Sidoarjo).Accounting And Management Journal, 1(1).

Regester,M.,&Larkin,J.(2003).Risk issues and crisis management in public relations.CrestPublishingHouse.

Riant Nugroho, Dwijowijoto (2004). Kebijakan Publik. Jakarta: PTElexMediaKomputindo

Schultz, T. W. (1972). Human capital: Policy issues and research

Page 67: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Isu dan Masalah dalam Analisis Kebijakan Pendidikan 53

opportunities. In Economic Research: Retrospect and Prospect, Volume 6, Human Resources(pp.1-84).NBER.

Suryadi,A.,&Tilaar,H.A.R. (1993).Analisis kebijakan pendidikan: suatu pengantar.RemajaRosdakarya.

Sutapa, Mada (2005), Buku Pegangan Kuliah; Analisis Kebijakan Pendidikan (Suatu Pengantar), Yogyakarta: JurusanAdministrasiPendidikanFIPUNY.

Taylor, Sandra (1997). Critical policy analysis: Exploring contexts,textsandconsequences.Discourse: Studies in the cultural politics of education, 18(1),23-35.

Tilaar, H.A.R & Riant Nugroho. (2009). Kebijakan pendidikan: pengantar untuk memahami kebijakan pendidikan dan kebijakan pendidikan sebagai kebijakan publik.Yogyakarta:PustakaPelajar.

Tilaar, H.AR., (2009), Kekuasaan dan Pendidikan; Manajemen Pendidikan Nasional dalam Pusaran Kekuasaan, Jakarta:RinekaCipta,

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:PusatBahasaDepartemenPendidikanNasionalRI

Vrencila,O. (2017).Strategi Public Relations Blue Bird Group dalam Manajemen Isu, Doctoral dissertation, UniversitasMultimediaNusantara

Webster,M.(2018).Merriam-WebsterOnlineDictionary.

Yulaini, Erma (2017), Analisis Kebijakan Pendidikan dalamMenghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),Palembang.Jurnal Neraca Pedidikan dan Ilm Ekonomi Akuntasi Universitas PGRI Palembang, Vol1(1)2017

Page 68: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

54 Analisis Kebijakan Pendidikan

Undang-UndangdanPeraturanTurunannya

Undang-undang Dasar 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat;Jakarta

Undang-undangNomor20Tahun2003TentangSistemPendidikanNasional

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang TentangPerlindungan Anak. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Sosial AnakDepartemenSosial

Page 69: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. HakikatdanTantanganPerumusanMasalahKebijakanPendidikanAda dua hal yang ingin dielaborasi dalam analisis

kebijakan pendidikan terkait kaitannya dengan upayaperumusan (formulasi), antara lain, 1) perumusan masalahkebijakan pendidikan, 2) perumusan kebijakan pendidikan.Perumusanmasalahmerupakan bagiandari tahapananalisiskebijakan(WillianN.Dunn,2004).Perumusanmasalahidentikdenganmendefinisikan suatumasalahdenganmenghasilkanberbagai informasi mengenai kondisi-kondisi aktual yangmenimbulkan masalah kebijakan. Perumusan masalahdilakukan berdasarkan pengenalan masalah terhadap suatupersoalan publik, termasuk dalam bidang pendidikan yangmemerlukan perhatian pemerintah yaitu dengan melakukaneksplorasi berbagai alternatif dari masalah pendidikan yangmenjadi perhatian publik. Perumusan masalah kebijakan dibidangpendidikandenganmengajukanseperangkattindakanyang lebih baik, dipilih sebagai usaha untuk mencapai

Bab III

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan

Page 70: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

56 Analisis Kebijakan Pendidikan

kesepakatan,consensus,kompromi,danotorisasi pengaturan, arahan dan tindakan kolektif yang bisa diterima bersama.Perumusan masalah kebijakan pendidikan menghasilkandan menguji konseptualisasi alternatif atas suatu kondisimasalahpendidikan(FattahNanang,2013).

Russel L. Ackhoff dalam Willian N. Dunn (2004)menyatakan bahwa keberhasilan dalam memecahkan suatumasalahtentunyamemerlukanpenemuanmasalahyangtepat.Seringkalikitagagalmemecahkansuatumasalahdisebabkankegagalan kita menemukan solusi yang salah dari masalahyang tepat. Berpijak pada realitas ini jelas bahwa untukmemecahkanmasalahyangtepatdimulaidenganperumusankebijakan yang benar dan tepat pula. Proses perumusanmasalah kebijakan dalam sebuah isu atau masalah yangmenjadi agenda pemerintah (pemilih kekuasaan) diteruskandalambentukkebijakanyangmengikat(LesterdanStewart,2010).Contohperumusanmasalahkebijakanpendidikanyangmenggodok tentang kenaikan harga Bahan Bakar Minyak(BBM)dikonversidalambentuksubsidibiayapendidikanbagisiswa yang tidak mampu melalui kebijakanKartu IndonesiaPintar (KIP). Perumusan masalah kebijakan pendidikan initerjadi di dalam pemerintahan sebagai pembuat kebijakandan didukung legislatif sebagai badan pengontrol kebijakanpemerintah. Perumusan kebijakan ini dilakukan olehpemerintahdanlegislatifyangsalingbekerjasama,agardalammelaksanakankebijakan.

Sedangkan perumusan kebijakan atau penyusunanalternatif kebijakan pendidikan juga dipandang prosesperencanaan analisis kebijakan pendidikan (Quade,1984). Perumusan kebijakan menjadi tahap kritis dariproses kebijakan. Karena terkait dengan proses pemilihanalternatif kebijakan oleh pembuat kebijakan yang biasanyamempertimbangkanpengaruh langsungyangdihasilkandaripilihanalternatifutama.Prosesinibiasanyamengekspresikan

Page 71: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 57

dan mengalokasikan kekuatan, dukungan yang saling tarik-menarik di antara berbagai kepentingan sosial, politik, danekonomi. Tahapan perumusan kebijakan tentu melibatkanaktivitas identifikasidan ataumerangkai seperangkatpilihan(alternatif) kebijakan untuk mengatasi permasalahan sertamempersempit seperangkat solusi sebagai persiapandalampenentuan rumusan kebijakan akhir yang akan ditetapkan(Sidney,2007).

Perumusan kebijakan pendidikan menjadi bagianterpenting secara teknisdalamperumusananalisis kebijakanyang dilakukan secara terus-menerus. Oleh karena itu tidakmengherankan jika proses perumusan kebijakan pendidikanseringdisebut sebagai lingkaran kebijakan pendidikan yangberputar terus-menerus. Perumusan kebijakan pendidikanharus bersifat bijaksana, dalam artian tidak menimbulkankegaduhan.problematikapendidikanbaru,yang lebihrumit,lebih luas wilayahnya dan lebih komplek dibandingkanproblempendidikanyanghendakdiselesaikanataudipecahkan(AsmadHanisy,2013).

Perumusan kebijakan pendidikan bersifat teknis jikadibandingkan dengan tahapan agenda setting yang justrulebih bersifat politis, dengan menerapkan berbagaiteknis analisis guna membuat keputusan kebijakan terbaik(Hasbullah, 2015). Sehingga formulasi kebijakan pendidikanyangdilakukanolehpejabatberwenangmerumuskanalternatifkebijakanitubertujuanuntukmengatasimasalahpendidikan.Alternatifkebijakanpendidikanmelihaturgensinyamembuatperintah eksekutif, termasuk keputusan peradilan dantindakanlegislatifterkaitjalankeluardarimasalahyangrumitdalambidangpendidikan(WillianNDunn,2004).

Perumusan kebijakan pendidikan sebagai prosespengembangan rencana usulan tindakan yang terkait dandapat diterima sebagai alternatif, proposal, atau pilihan)untuk menangani permasalahan pendidikan. Perumusan

Page 72: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

58 Analisis Kebijakan Pendidikan

kebijakan pendidikan tidak selamanya juga akan berakhirdengandikeluarkannyasebuahprodukperaturanperundang-undangan (Anderson, 2006). Namun, umumnya rencanakebijakan biasa ditujukan untuk membawa perubahanmendasar terhadap kebijakan yang sudah ada saat ini. Olehsebab itu, Sidney, (2007:79) menyatakan bahwa the stageof policy formulation is also potential source of conflict,since it distributes resources and power between those with different social, economic and politic interest. Begitu jugaTarno mengungkapkan (http://www.sumbarprov.go.id/details/ news/1482) ada beberapa faktor yangmempengaruhiperumusan kebijakan publik, termasuk dalam bidangpendidikan,antaralain1)faktorpolitik,2)ekonomi(financial), administrasi (organisasi), teknologi, sosial, budaya, agama,pertahanandankeamanan.

B. PendekatanterhadapPerumusanMasalahKebijakanPendidikanTerkait dengan pendekatan dalam perumusan masalah

analisis kebijakan pendidikan, kita membawa alam pikirankitapadamasalalu,dimanasejakdasawarsa1970-an,masalahpemberian akses atau kesempatan mendapatkan layananpendidikan mulai dari jenjang pendidikan di Sekolah Dasarsampai Perguruan Tinggi sudah mendapat perhatian intenspemerintah melalui upaya perluasan kesempatan bagimasyarakat (public) untuk memperoleh pendidikan. Hal inisejalan dengan semakin tingginya komitmen pejabat publicyangmemahamipendidikan sebagai komponenpentingdanstrategisdalampembangunanbangsa.Hal inisejalandenganpemahaman teori human capital dipelopori Theodore W.Schultz, menyatakan manusia merupakan bentuk kapital

Page 73: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 59

yangsangatmenentukanbagipertumbuhanproduktivitasdan kemajuansuatubangsa(Schultz,T.W.,1972).

Masih terkait denganmasalah pemerataan pendidikan,dua pendekatan yang biasa digunakan antara lainfungsionalisme dan empirisme. Pendekatan Fungsionalismedipelopori Burton Clark, menekankan pada pemeliharaansumber daya manusia (preservation of human resources). Misalnya dalam konteks pemerataan dan peningkatanmutu pendidikan dengan kebijakan wajib belajar 12 tahun,diperlukan perubahan teknologi dan pengembangan sistempendidikan. Termasuk pemilihan program pendidikan yangrelevan agar upayaperluasanpendidikan lebihmeratadalamkonteksinteraksiantaralembagapendidikandenganlembaga-lembaga lainnyadalam masyarakat termasuk perkembanganteknologiyangterjadidengancepat(Muhibbuddin,2016).

Sementara itu pendekatan empirisme memberikanpenekanan pada perlunya diagnosis terhadap masalahpemerataan pendidikan dengan cara mengkombinasikanantarametodologidansubstansi (methodological empiricism). Dengan Pendekatan ini telah banyak melahirkan hasilpenelitian penting. Pemahamanpendekatan inimenjelaskanbahwa terjadi ketidakmerataan kesempatan pendidikan diduga merupakan hasil dari perselisihan antara kelas-kelassosial berbeda kepentingan, mereka yang berada pada kelassosialyangdianggapelit lebihsuka mempertahankan statusquo,sebaliknyamerekayangberadapadakelas-kelaspopulisterusberjuanglebihkerasgunamendapatkankesempatandanpeluangmemperolehpendidikan(TotoSuharto,2012).

Kajian tentang pemerataan pendidikan sebenarnya sudahberkembang dalam dua arah yang berlainan yaitu: Pertama,kajianpendidikanbersifatempiris dan kuantitatif telah mampumenyerap sejumlah besar dana dan sumber daya lainnya. Hasil-hasilnya diarahkan untuk melakukan analisis terhadap peranpendidikan dalam mengurangi atau mempertahankan struktur

Page 74: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

60 Analisis Kebijakan Pendidikan

pemerataan pendidikan. Jenis kajian ini berkembang bersamaandengan meluasnya faham egalitarianisme secara berkelanjutanmendalam di bidang pendidikan. Kedua, berkembangnya kajianterapan(action research)khususnya padaaspekpendidikandalambentukpenelitianquasi-experiment.(AceSuryadidanH.A.R.Tilaar,1993:26)

Pendekatan-pendekatan di atas, terlihat ada perbedaanmendasar dalam melihat masalah pendidikan, yang cukupmenonjoladalahberkaitandenganpentingnyapendidikanbagikehidupanmanusiaberimplikasipadaurgensinyapemerataanpendidikan baik itu sebagai modal atau investasi manusia,sekaligus sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia,maupun sebagai aktivitas yang dialami sehari-hari setiaporang yang terus menerus berinteraksi dengan lingkunganbaik sosiologis, ekonomis, maupun lingkungan teknologis.Semuaimplikasiinimemerlukan perhatiansungguh-sungguhdari pengambil kebijakan guna menciptakan situasi dankondisi yang baik bagi warga masyarakat agar merekadapatberpartisipasi lebih banyak dan bertanggungjawab dalammembangunpendidikanyanglebihberkualitasdanmeluas.

Pendekatan lainnya yang sering digunakan untuk merumuskan masalah kebijakan pendidikan, yaitu top-down, masalah pendidikan yang dianalisis adalah masalahpendidikanyangditugaskanolehatasan,misalnyaKementerianPendidikandanKebudayaanmemilikimandatemelaksanakanamanat undang-undang dan peraturan mengalokasikananggaranpendidikan 20% (amanatUndang-undangNomor2Tahun2003 tentangSistemPendidikanNasional), tentunyauntuk menjalankan itu, dilakukan pendekatan pragmatispada pihak terkait yakni pemerintah dan anggota legislatif. Analis bisa merumuskan masalah penganggaran ini bilamerasa bahwa analisispenganggaran inimemangdiperlukankarena ada perbedaan pendapat tentang bagaimana caramengatasi suatumasalah serta terdapat beberapaalternatif

Page 75: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 61

untukmemecahkanmasalah penganggaran tersebut (Sofian,E.,2001).

Lebihlanjutadajugapendekatankriteriasosial.Dimanaanalismencobamencarifaktadandatauntukmengungkapkanketidakpuasan publik sekaligus merumuskan masalah sosialyang mendesak dipecahkan. Perumusan masalah dalamanalisis kebijakan pendidikan ini, bisa dilakukan dalambeberapatahapan,antaralain:1)fikirkanmasalahpendidikanyang hendak diatasi, 2) tetapkan batasan dari masalahpendidikan, 3) kumpulkan fakta dan informasi dari masalahpendidikanyangakandiatasi,4)rumuskantujuandanobjektifyangrelevandenganmasalahpendidikanyangakandiatasi,5)identifikasipayung kebijakan (policy envelope) terhadap masalah pendidikanyangakandiatasi,6)perhitungkanbiayadanmanfaatdarimasalahpendidikan yang akandiatasi, 6) tinjau kembali rumusanmasalahpendidikanyangtelahdisusun(Sofian,E.,2001).Pendekatanyangbersifat situasional dalam merumuskan masalah kebijakanpendidikan,dikenaljugadenganpendekatanpragmatis,analisbisamerumuskanmasalahbilamerasadiperlukan karenaadaperbedaanpendapattentangbagaimanacaramengatasisuatumasalahsertaterdapatbeberapaalternatifuntukmemecahkanmasalah tersebut. Agar rumusan masalah dalam analisiskebijakanpendidikan lebih fokus,mendalamdanberkualitas,adabeberapahalyangperludilakukanolehanalis,antaralain;1) mempelajari masalah-masalah yang timbul dan masuk kedalam agenda acara para pengambil kebijakan pemerintah,2) mempelajari bagaimana khalayak merumuskan masalah-masalahpendidikantersebutuntukpembuatansuatutindakan,3)mempelajarisikapapayangdiambilolehbadanlegislatifataulembaga lainnya atas kebijakan pendidikan, 4) mempelajaribagaimana para pemimpin merapatkan kebijakan pendidikanitu, 5) mempelajari bagaimana kebijakan pendidikan itudievaluasisecaraperiodik,6)mengidentifikasipayunghukumkebijakanpendidikan, 7)mengkalkulasikanbiayadanmanfaat

Page 76: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

62 Analisis Kebijakan Pendidikan

darimasalahyanghendakdiatasi, 8) tinjaukembalirumusanmasalahyangtelahdisusun(Lindblom,1980).

Analisis perumusanmasalah kebijakan pendidikan bisajugadilakukandengan;1)analisisbatasanmasalah,2)analisisklasifikasi-silang,3)analisishierarki,4)sinektik(synectics),5)curahpendapat(brainstorming),6)analisismulti-perspektif,7)analisisasumsional,8)pemetaanargumentas(Sofian,E.,2001).

C. TahapanPerumusanMasalahKebijakandanPerumusanKebijakanPendidikanIdealnya proses perumusan kebijakan berkaitan erat

dengan proses kerja ilmiah yang meliputi 1) identifikasi danformulasimasalahkebijakan,2)penentuanalternatifkebijakanuntukpemecahanmasalah3)pengkajianatauanalisiskelayakanmasing-masingalternatifkebijakan,4)pelaksanaankebijakandanmenentukanstandarkinerjaminimal, 5)evaluasi keberhasilan,dengan ukuran-ukuran kuantitatif seperti cost-benefit analysis, cost-effectiveness analysisdanlain-lain(AsmadHanisy,2013).

Menyusunmasalah kebijakan terdiri dari tiga langkah,yaitu: mengartikan, mengkonsep dan mengkhususkanmasalah (Munawar Sholeh, 2011;201). Tiap-tiap langkah inimenghasilkaninformasitentangsituasi,danbentukmasalah.Permasalahanyangdihadapitersebutberimbaspadaperlunyadibuatkebijakankarenapermasalahanmerupakantitik tolaksebuahkebijakanharusdibuat.Metodemenyusunmasalahinidenganmengidentifikasimasalahyangadasecaramendalamdan mengsinkronisasikan dengan pengetahuanyangrelevandengankebijakandanasumsi-asumsiyangmendasarinyagunamemasuki proses pembuatan kebijakanmelalui penyusunanagendasetting.

Page 77: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 63

Perumusan masalah kebijakan, menurut Weimer danVinning(2005)problem analysis consists of there major steps: 1)Understanding the problem; adalahmemahamipermasalahandengan melakukan analisis permasalahan yang dihadapimelalui:menerimamasalah(analisisgejala),memilihmasalah(analisis kegagalan), memodelkan masalah (identifikasivariabel kebijakan), 2) choosing and explaining relevant policy goal and constraints, adalah melakukan pemilihanmasalah,danpadatahap,3)choosing a solution method yaitu menggunakanmetodeyang tepatuntukmengatasimasalah. Terpenuhinyasemuatahapanini,paraanalisisbisamelakukandengan mengumpulkan informasi, mengidentifikasi dan mengorganisasikandatayangrelevan,teoridanfaktauntukmenemukan masalah dan memprediksi akibat yang terjadiuntuktahapselanjutnya.

Selanjutnyasetelahperumusanmasalahkebijakanselesai,dilanjutkan perumusan kebijakan. Lindblom (1980) dalambukunya The Policy-Making Process mengemukakan limatahapanuntukmempelajariperumusankebijakanpendidikan,antara lain 1) pelajari bagaimana masalah pendidikan itutimbul dan masuk ke dalam agenda acara para pembuatkebijakan pemerintah, 2) pelajari bagaimana khalayakmerumuskanmasalahpendidikantersebutuntukpembuatansuatutindakan,3)pelajarisikapapayangdiambilolehanggotalegislatifatau lembaga lainnyaataskebijakanpendidikan itu,4)pelajari bagaimanaparapemimpinmerapatkankebijakanpendidikanitu5)Pelajaribagaimanakebijakanpendidikanitudievaluasi. Begitu juga dalam merumuskan suatu kebijakanpendidikan,adabeberapatahapanyangbisadilakukan,antaralain1)penyusunanagendapendidikan,2)formulasikebijakanpendidikan, 3)adopsikebijakanpendidikan,4)implementasikebijakan pendidikan, dan 5) evaluasi kebijakan pendidikan(RamdhanidanRamdhani,2017).

Page 78: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

64 Analisis Kebijakan Pendidikan

D. ModelPerumusanKebijakanPendidikanMode l p e r umu s a n k e b i j a k a n p e n d i d i k a n

merupakan pengambilankeputusandariberbagaialternatif.Dalampengambilankeputuanbiasanyamempertimbangkanantara untung rugi dan keefisiennya suatu kebijakanpendidikan (model rasional komprehensif). Dalam modelperumusankebijakanpendidikandalamproses iniparaaktoranalis kebijakan melakukan pendefinisian suatu masalah(input) kemudian di konversi untuk dibuatkan kebijakanpendidikanyangpasdanhasildari inputdi konversi berupaoutput kebijakan. Namun dalam proses input konversi danoutput faktor lingkungan,publiksebagaipenerimakebijakanberpengaruh cukup besar.Karena nantinya setelah kebijakandibuat atau ditolak lingkungan penerima kebijakan, makadi proses untuk dibuatkan model kebijakan baru, sesuaikarakteristiklingkunganpenerimakebijakanpendidikanitusendiri,misalsekolah,pesantrendanperguruantinggi.

William N. Dunn 2003 dalam Fattah (2013:61-63)menjelaskanmodelperumusananalisiskebijakanpendidikanyang bisadijadikan rujukan, antara lain 1) model deskriptif,tujuannya untuk menjelaskan dan/atau memprediksikansebab dan konsekuensi dari pilihan kebijakan pendidikan,2)model normatif bertujuanbukanhanyamenjelaskandan/ataumemprediksi jugamemberikandalil danrekomendasi guna mengoptimalkan pencapaian utilitas (nilai), dan 3)modelverbaldiekspresikan.BegitujugaDye,dikutipNugroho(2004:108-127), menjelaskan ada sembilan model perumusankebijakan publik yang bisa diadaptasi dalam perumusankebijakan pendidikan, yaitu: 1) model kelembagaan; tugaspembuat kebijakan pendidikan adalah pemerintah 2) modelproses; kebijakan itu aktivitas politik sehingga mempunyaiproses; 3) model teori kelompok merupkan interaksi dalamkelompok guna menghasilkan keseimbangan sebagai hal

Page 79: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 65

yang terbaik, 4) model teori elit; kebijakan pendidikanbagian dari perspektif elit politik, dan penguasa, 5) modelteori rasionalisme; proses perumusan kebijakan pendidikanharuslahdidasarkanpadarasionalitas,6)modelinkrementalis;kebijakan publik merupakan variasi ataupun kelanjutandarikebijakan pendidikan di masa lalu 7) model pengamatanterpadu; telaah menyeluruh aspek, stakeholder, manfaatnya,8) model demokratis; melibatkan banyak pihak dan 9) model strategis, menunjukkan alternatif dan pilihankebijakanmerupakanstrategiuntukmencapaitujuan.

E. AktordalamPerumusanKebijakanPendidikanKeberhasilan kebijakan pendidikan tidak lepas dari

peranparaaktoryangmerumuskannya.Kajianterhadapaktorperumuskebijakanpendidikanmerupakanhalyangmenarik.Para aktor merupakan penentu isi kebijakan dan mewarnaidinamikatahapandanprosesperumusankebijakan.AdapunAktor dalam perumusan kebijakan pendidikan terdiri dariindividu,kelompok,danparapelakupendidikanyangterlibatdalamberbagaikondisisebagaisatukesatuansistemkebijakanpendidikan. Lester dan Stewart (2000) menyatakan bahwaparaaktorperumuskebijakanterdiridari,pemerintahterdiridari Birokrat Karier, Kantor Kepresidenan dan Kementerian,LembagaLegislatifdankelompokkepentinganyangberkaitanlangsung dengan kebijakan secara spesifik, misalnya partaipolitik;organisasipenelitian;mediakomunikasi;serikatguru,asosisasi penyelenggara pendidikan tertentu, asosiasi pesertadidik,asosiasipimpinanperguruan tinggi,asosiasiorang tuapeserta didik serta individu masyarakat. Mereka ini sering

Page 80: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

66 Analisis Kebijakan Pendidikan

kali disebut sebagai peserta dari non-pemerintahan (non governmental participants). Peranannya dalam mensuplaiinformasi; memberikan tekanan (pressures); serta untukmempengaruhi(Anderson,2006;Winarno,2014;Maskuri,2017).

HalsenadadijelaskanolehHowlett,Ramesh,&Perl(2009)yang mengklasifikasi-kan aktor perumus kebijakan termasukdalambidangpendidikanterdiridari:1)aparaturdipilih(elected official)yaituberupaeksekutifdanlegislatifyangterkaitdenganurusan pendidikan; 2) aparatur ditunjuk (appointed official), bertugas sebagai asisten birokrat biasanyamenjadi kunci dasardan central figure dalam proses kebijakan pendidikan atausubsistem kebijakan pendidikan; 3) kelompok kepentingan(interest group)ataupihakterkaitdengankebijakanpendidikan,yaknipemerintahdanpolitisiseringkalimembutuhkaninformasiyang disajikan kelompok terkait berbagai kepentingan, gunaefektivitas pembuatan kebijakan pendidikan atau untukmenyerang oposisi terkait kondisi pelayanan pendidikan, 4)organisasi penelitian (research organization), berupa akademisidariperguruantinggi,kelompokahliataukonsultankebijakan,5) media massa (mass media), merupakan jaringan lembagaswadaya masyarakat (LSM) yang memiliki hubungan krusialdiantara Negara dan masyarakat sebagai media sosialisasi dankomunikasi melaporkan permasalahan yang muncul terkaitdengan layanan pendidikan yang diterima masyarakat, 6)organisasimassadanprofessionalyangmenekunibidangtertentuataukeahliankhusus, 7)peroranganyangmemiliki kompetensidariisuyangdibuatkebijakannya(Hasbullah,2015).

Terkait keterlibatan berbagai aktor dalam pembuatankebijakan, khususnya dalam tahapan perumusan kebijakan, makatahapanperumusankebijakandiharapkandapatmelibatkanpesertayanglebihsedikitdibandingkandalamtahapanpenetapanagenda.Tahapaninilebihbanyakdiharapkanadalahkerjadalammerumuskanalternatif kebijakan dengan mengambil tempat di luar perhatianpublik (Sidney, 2007:79). Dalam sejumlah teks standar kebijakan,

Page 81: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 67

pada tahapan perumusan disebut sebagai fungsi ruang belakang.Detailkebijakandirumuskanolehstaffbirokrasipemerintah,anggotalegislatif,sertakomisikhusus.Prosesperumusanbiasanyadilakukandi ruang kerja para aktor perumus kebijakan. Aktor perumusankebijakan pendidikan terdiri dari komunitas analis kebijakanpendidikan diwakili dari pemerintah atau sekelompok masyarakat(public) yang berpartisipasi mengikuti arahan inisiator ataupemimpinopinidengantekananmediamassa,mediasosial terkaitdengan isu pendidikan yang berkembang atau menjadi perhatianmasyarakatluas(Parsons,1997).

Sub-sistem dalam perumusan kebijakan pendidikanterbentuktatkalasemuapihakantaralainpemimpindanyangdipimpin, kelompok politik, masyarakat dan pihak swastayangberpartisipasi,sehinggaterjadiinteraksiantarapartisipanataupara aktor kebijakan salingmempengaruhimembentuksuatu parameter-parameter yang relatif stabil. Parameter itudibatasiolehsistemnilaiataupunfaktorinternaldaneksternalpara aktor. Perubahan interaksi antar aktor juga disebabkanoleh perubahan sistem nilai tentunya akan berakibat padaperubahan sub-sistem kebijakan yang dihasilkan. (Sabatier,1988).

F. PerumusanMasalahdanPertanyaanKebijakanPendidikanPola kerja perumusan analisis kebijakan pendidikan

banyak mengikuti pola kerja riset pada umumnya, namuntetap fokus pada analisis kebijakan. Biasanya bersifat sangatkhasyaknitertujupadapemecahanmasalahkemasyarakatan(public). Sedangkan fokus penelitian pendidikan tentumengambil wilayah pendidikansemataperumusanmasalahkebijakan pendidikan, menjadi perumusan kebijakanpendidikan biasanya diawali dengan pertanyaan mendasar

Page 82: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

68 Analisis Kebijakan Pendidikan

untuk menjadi pertimbangan. Cochran dan Malone(1999) menyatakan bahwa perumusan kebijakan berusahamenjawab sejumlah pertanyaan, diantaranya: apa rencanadalam menyelesaikan masalah itu? jelaskan yang menjaditujuan dan prioritas? Pilihan apa saja yang tersedia gunamencapaitujuantersebut?jelaskankeuntungandankerugiandari pilihan kebijakan itu? Bagi lingkunganeksternalitasapayang baik positif maupun negatif yang terkait dengan setiapalternatifkebijakanyangditetapkan?

Selanjutnya, perumusan kebijakan pendidikandibuat dalam bentuk pernyataan (problems statement) membandingkanduakondisisubjekataumengkontradiksikanantara harapan dengan kenyataan (sama dengan pola riset),denganmengambil beberapamasalahdan isu yangmenarikdalam bidang pendidikan. contoh rumusanmasalah analisiskebijakan sebagai berikut; 1) tingkat drop-out anak-anakSekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP),SekolahMenengahAtas(SMA)didaerahpedesaanlebihtinggidibandingkan sekolahdasardi perkotaan, 2) tingkat nutrisianakdidaerahkumuhlebihrendahdaripadaanak-anakbukandidaerahkumuh,3)angkaefisiensiedukasi(AEE)perguruantingginegeridibawahstandaryangdiinginkan,4)pendidikangratis membentuk perilaku dari masyarakat dan orang tuaengganuntukberpartisipasidalampembiayaanpendidikan.

Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa ada tiga faktorutama yang mempengaruhi pemilihan masalah analisiskebijakanpendidikan,yaitu1)kekuatanyangadapadapeneliti(keahliannya), 2) kekuatan yang dimiliki stakeholders, dan3) hasil telaah terhadap hasil kajian dan usaha perubahansebelumnya. Faktor yang mempengaruhi pemilihan masalahdalambentuk rumusankajiananalisis kebijakanpendidikan,antaralain;1)paradigmasosiologisyangdigunakanolehanalis,2) Nilai-nilaiyangdimilikiolehanalis,3)tingkatkeberaksiananalisdalampelaksanaanpengumpulandata,4)metodologi

Page 83: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 69

yang dipakai oleh analis, 5) satuan analisis yang ditetapkan,6)waktukerja yang tersedia bagianalispendidikan (Sutapa,2008).

Nilai-nilaiyangdimilikipenelitidanstakeholdersangatmenentukan pemilihan masalah dalam analisis kebijakanpendidikan yang menjadi fokus studi analisis kebijakanpendidikan pada gilirannya akan mewarnai model masalahsosialyangdikembangkansebagaioutput darianalisiskebijakanyangdilakukan.Selanjutnyaarahpertanyaananalisiskebijakansebaiknya dihubungkan dengan dampak yang dikehendaki,denganmemperhatikan rumusanpertanyaansebagai berikut1) merumuskan masalah sosial yang akan diidentifikasikansebagaimodel,jikainformasiyangdiperlukanbelumtersedia,2) mengidentifikasikan dan membandingkan pemecahanalternatif,apakahakanmenggunakanModelAatauModelB,3)membedakan dampak yang diinginkan, dan pendalaman,4) menentukan pada level mana kebijakan perubahan itudikehendaki.

Adalimakriteriarumusanmasalahanalisiskebijakanpendidikan yang cocok dengan kriteria yang dimaksudBernardBerelson (1976)sebagaiberikut: 1)harusmengarahkepada aspek-aspek penting tentang masalah pendidikanyangmenarikperhatianmasyarakat,2)harusdapatdikerjakan(doable), artinya memungkinkan bagi tidak munculnyakendala-kendala studi, 3) harusmempertimbangkandimensiwaktu, di mana informasi yang diperlukan berguna bagipembuatankeputusansaatinidanyangakandatangdibidangpendidikan, 4) harus merupakan sintesis dari keragamansudut pandang, dengan demikian dicapai integrasi data dilapangan dibandingkan dengan berbagai sudut pandang,5) harus menampilkan keresponsifan kebijakan pendidikanmenekankanpadaisuatauperkarayangmembantutindakanpembuat kebijakan untukmemecahkanmasalah pendidikanyangkrusialdansensitifsertaperhatianbanyakpihak.

Page 84: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

70 Analisis Kebijakan Pendidikan

G. PenyusunanAgendasettingKebijakanPendidikanPenyusunan agenda setting dalam analisis kebijakan

pendidikan dilakukan guna mencari tahu apa masalahsesungguhnya sehingga penting untuk melakukan analisiskebijakan pendidikan. Masalah kebijakan, menurut Lesterdan Stewart, (2000) adalah kondisi yang menimbulkanket idakpuasan masyarakat sehingga perlu dicar ipenyelesaiannya. Sedangkan agenda setting merupakansuatu tahapanuntukmenemukandanmemutuskanmasalahyang menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah untukdibuatmenjadisuatukebijakan(Ripley,1985).Agendasettingjuga menjadi sebuah langkah awal dari berbagai tahapanperumusanmasalahkebijakanpendidikan. Sehinggaagendasetting menjadi tahapan yang sangat penting dalam analisisrumusan masalah kebijakan pendidikan. Digarisbawahi jugaagenda setting memperjelas tahapan perumusan masalahkebijakanpendidikan.Didalamperumusanmasalahkebijakandibantudenganagenda setting, nantinnya akandiketahui kearahmanakebijakanpendidikan itudibuatolehpemerintah,apakah berpihak pada masyarakat atau penguasa. Dalampenentuan kebijakan pendidikan, sangatlah dipengaruhioleh faktor lingkungan, yaknimerekayang beradadi sekitarpengambilkebijakandanpengambilkeputusan.

Untukmenelaahisiataumasalahkebijakanpendidikan,perlu ditelaah terlebih dahulu situasi dan kondisi yangberkembangdi tengahmasyarakat.Contoh:KebijakanSubsidiBBMuntukpendidikan,maka dinaikkan harga bahan bakarminyak (BBM). Masalah kebijakan dalam penaikan hargaBBM, bukan hanya disebabkan kebijakan memberikansubsidi BBM untuk pendidikan, ada juga disebabkan olehfaktor naiknya harga minyak dunia, berpengaruh padaperekonomian Indonesia. Dengan kenaikan hargaminyakdi

Page 85: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 71

dunia, pemerintah Indonesia tentu memiliki permasalahantentang harga BBM, pertanyaan apakah perlu pemerintahmengambilkebijakanmenaikkanhargaBMMatautetappadaharga sebelumnya dengan memberikan subsidi. KebijakanpemerintahyangmoderatmenaikkansekitarRp.200perliter,dengan kompensasi ke sektor pendidikan sebagiannya.Jikapemerintah menaikkan harga BBM, tanpa ada kompensasike sektor publik, yakni pendidikan, dampak masalah darikebijakan itu akan luas. Terutamadari segi ekonomidimanadaya beli masyarakat masih tergolong kategori rendah,penolakan dari masyarakat tentu tidak bisa dihindarkan.Dampaknya,masyarakatmiskin cenderung akan bertambah.Termasukpotensigejalakerawanankeamanandarisegisosialjugacenderungmeningkat.Bahkanbiayaproduksiyangtinggitentuparapengusahaakanmenekan biayaproduksi. Pilihanpengusaha biasanya melakukan penekanaan pada biayaproduksi dan operasional dengan melakukan pemutusanhubungan kerja (PHK) karyawan atau mengurangi jamkerja atau mengurangi jumlah karyawannya. Hal ini akanmenimbulkan masalah baru lagi. Untuk itu, pemerintahdiharapkanberhitungdenganbaikuntungruginyamengambilkebijakantersebut,dandampakyangditimbulkannya.

Dalam agenda setting muncul kompetisi dikalanganaktor pengambil kebijakan. Mereka melontarkan berbagaiisu yang akan dijadikan skala prioritas program dan agendapemerintah. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatianpemerintah terhadap kompetisi yang ada. Isu dari aktordan kelompok masyarakat terkait akan menjadi agendadiskusi kebijakan. Davies dalam Lester dan Stewart (2000)menjelaskan ada 3 agenda yang dilakukan aktor pendidikandankelompokmasyarakatberkompetisimerumuskanmasalahyaitu 1) inisiasi masalah yang timbul dalam masyarakat,mendorong masing individu melakukan berbagai aksi, 2)difusi, mentransformasikan masalah pendidikan menjadi

Page 86: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

72 Analisis Kebijakan Pendidikan

perhatian pemerintah dan pihak terkait. 3) processing,mengkonversikanisukedalamitem-itemagenda.

Misalkan,kebijakantentangisukenaikanhargaBBMdankebijakankonversisubsidikebidangpendidikanyangmenjadikebutuhanmasyarakatdanpemerintah.Didalamkebijakanini biasa terjadi prodan kontra antara publikdanpenguasa.Masyarakat biasanyamelakukan penolakandengan turun kejalansebagaibentukaksipenentangankebijakandiambilnya.Dengan pertimbangan BBM dinaikan, tentunya bebanhidup masyarakat dipastikan merangkak naik, sedangkanekonomimasyarakatsebagianbesarnyamasih jauhdibawahgaris kemiskinan. Disisi lain pemerintah sangat dilematismengambilkebijakanantaramenaikkanBBMagarAPBNtetapstabil. Kebijakan menaikkanhargaBBMtentunyapemerintahakandapatmengurangisubsidi. Jika tidak,makaAPBNakanbisaterkurasdanberpotensimengalamikesulitanmembiayaisektor lainnya, seiring beban pembayaran bunga utang yangsemakintinggi.

Saluranaksesaktordalammasalah kenaikanBBMyangdipakai adalah pertama partai politik berperan sebagaipengkajidibadanlegislatif,beberapapartaiadayangmenolakdanyanglainnyabisamenerimasertasetujudengankebijakankenaikan harga BBM.Disinilah perdebatandan adu gagasandibentangkan,yangpadaakhirnyasuarapenolakankebijakankenaikan BBM kalah banyak. kedua media massa, berbagaikomponen bisa menyalurkan ide gagasannya baik darimasyarakat, pemerintah dan pihak lainnya menyalurkan.Opini sebagai alat untuk mempengaruhi masyarakat danpemerintah, bisa berupa opini yang setuju dan tidak setuju.Dengan demikian media masa menjadi sarana menyandingberbagai opini, pendapat dan gagasan masyarakat danpemerintah guna menemukan solusi yang tepat dan bisaditerima banyak pihak. Guna membangun persepsi dari

Page 87: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 73

kebijakan itu.Dukungan mayoritasdanbisaditerimasecararasional,masalah kenaikanBBMbisamenjadi pertimbanganuntuk diterima menjadi kebijakan, misalnya denganmemberikansubsidibagisectorpendidikan.Karenadengankebijakan menaikkan BBM tentu memberikan keuntunganpenghematanAPBNdarikebijakanitu,Agarmasyarakatbisamemberikandukungan,sebagiankeuntunganitudisalurkankembalimelaluiprogrambantuanpendidikanbagisiswadarikalangankurangmampu(miskin).

DaftarPustaka

Anderson, James E.2006.Public Policy Making, Sixth Edition, Boston:HoughtonMifflinCompany.

Berelson,B.(1976).Socialscienceresearchonpopulation:Areview.Population and Development Review,219-266.

Cochran,C.L.,&Malone,E.F.(2005).Public policy: Perspectives and choices.UnitedKingdom,London:LynneRienner.

Dunn,WilliamN.,(2004)Analisa Kebijakan Publik.(Peny.:MuhadjirDarwin).Yogyakarta:GajahMadaUniversityPress.

Fattah, Nanang. (2013). Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung:RemajaRosdakarya

Hanisy, Asmad. (2013). Konsep dasar analisis kebijakan.Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan, 4(1),48-63.

Hasbullah. (2015),Otonomi Pendidikan:Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan.Jakarta:RajaGrafindoPersada

Howlett,M.,Ramesh,M.,&Perl,A. (2009).Studying public policy: Policy cycles and policy subsystems (Vol. 3). Oxford:OxfordUniversityPress.

Page 88: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

74 Analisis Kebijakan Pendidikan

Lester, James P & Stewart, Joseph JR. (2010). Public Policy: An

Evolutionary Approach. USA, Wadsworth/Thomson

Learning

Lindblom,CE.,(1980),The Policy Making Process,EnglewoodCliffs,

NewYork.Prentice-Hall

Maskuri, (2017), Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik

Dalam Sistem Politik Di Indonesia. InstitutAgama Islam

IbrahimySitubondo.Vol2Nomor1Hal81

Muhibbuddin, M. M. (2016). Program Mitra Warga Sebagai

Implementasi KebijakanWajib Belajar 12 Tahun di Kota

Surabaya.Inspirasi Manajemen Pendidikan, 1(1).

Nugroho, Riant Dwijowijoto, (2004), Kebijakan Publik

Formulasi,Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Parsons, Wayne, (1997), Public Policy: An introduction to the

theory and practice of policy analysis, Edward 27 Edgar

Publishing, LTD and Lansdown Place, Cheltenham, UK,

Lyme,Us

Quade, E.S., (1984), Analysis for Public decision. Elsevier Science

Publishing,NewYork.

Ramdhani,A.,&Ramdhani,M.A.(2017).KonsepUmumPelaksanaan

KebijakanPublik.Jurnal Publik, 11(1),1-12.

Ripley, R. B. (1985), Policy Analysis in Political Science, California:

WadsworthPublishingCompany.

Sabatier,P.A.(1991),Towardbettertheoriesofthepolicyprocess.PS:

Political Science & Politics, 24(2),147-156.

Schultz, T. W. (1972), Human capital: Policy issues and research

opportunities. In Economic Research: Retrospect and

Page 89: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Perumusan Masalah Analisis Kebijakan Pendidikan 75

Prospect, Volume 6, Human Resources(pp.1-84).NBER.

Sholeh Munawar, (2011), Analisis Kebijakan Nasional TentangPenuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 TahunPeriode 2003-2006 di Wilayah Provinsi DKI Jakarta,Jakarta: Jurnal Ilmiah Educational Management Volume2Nomor1Desember2011.

Sidney, M. S. (2007).Policy formulation: Design and tools. In F.Fischer,G. J.Miller,&M. S. Sidney (Eds.),Handbookofpublic policy analysis: Theory, politics andmethods (pp.79–87).NewBrunswick,NJ:CRCTaylorandFrancis

Sofian, E. (2001), Pelatihan Analisis Kebijakan Publik.MAP-UGM. Yogyakarta.

Suharto,M.A,Toto.,(2012).Pendidikan Berbasis Masyarakat; Relasi Negara dan Masyarakat dalam Pendidikan. LKIS PelangiAksara.

Suryadi,Ace,&Tilaar,H.A.R.(1993).Analisis kebijakan pendidikan: suatu pengantar.RemajaRosdakarya.

Sutapa, Mada (2008), Kebijakan Pendidikan dalam PerspektifKebijakan Publik, Yogyakarta: Jurnal Manajemen Pendidikan,No2TahunIV/Oktober/2008.

Tarno, (2018), Model dan Faktor yang Mempengaruhi Perumusan Kebijakan , http://www.sumbarprov.go.id/details/news/1482,diakses,25November2018.

WeimerD.LdanVeningA.R, (2005),Policy Analysis, Concepts And Practice, Fourth Edition, New Jersey: Pearson PrenticeHall,UpperSaddleRiver.

Page 90: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019
Page 91: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. PengertianImplementasiKebijakanPendidikan

Secara etimologis, kata implementasi jika dirujuk dariKamusWebster,yakni to implement (mengimplementasikan)berarti melaksanakan sesuatu). Begitu juga implementasikebijakan merupakan tahapan bersifat praktis berbedadenganformulasirumusanmasalahatauperumusankebijakansebagai tahapan yang bersifat teoretis (Muhammad Jumhadidan Warijo, 2008). Berkaitan dengan definisi implementasikebijakan, bisa merujuk pendapat para ahli, diantaranyaAnderson(2006)mengemukakanbahwapolicy implementation is the application by government`s administrative machinery to the problems. Pelaksanaan kebijakan oleh pemerintah,biasanya sebagai proses politik dan administratif dimulaibila tujuan, sasaran sudah ditetapkan, program kegiatantelah disepakati dandana sudah siap serta disalurkan untuk

Bab IV

ImplementasiKebijakan Pendidikan

Page 92: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

78 Analisis Kebijakan Pendidikan

mencapaitujuandansasaran(Grindle, 1980).Jikapemahamanini sinkronkan dengan lokus dan fokus (perubahan), makakebijakan yang diterapkan sejalan dengan pandangan VanMeter and Van Horn dalam Parsons (1995) dan Wibawa(1994) bahwa implementasi kebijakan sebagai tindakanyangdilakukanorganisasipemerintahmaupunswasta,baiksecaraindividu maupun kelompok untuk mencapai tujuan dansasaranyangsudahditetapkan.

Dalam perspektif lain, Solichin Mujianto (2015:151)menyatakan implementasi kebijakan sebagai proses panjangpenyelesaian masalah, bagaimana para pelaku kebijakanmenjalankan keputusan kebijakan. Dimana keseluruhantindakan pemangku kepentingan (stakeholder) diarahkanpada pencapaian tujuan kebijakan. Hal senada dijelaskanimplementasi kebijakanmerupakan cara yang dilaksanakanagar sebuah kebijakan organisasi dapat mencapai tujuandan sasaran yang sudah ditetapkan dengan cara langsungmenerapkannyadalambentukprogramkegiatanataumelaluiformulasi kebijakan derivat (turunan) dari kebijakanitu sendiri sebagai kebijakan penjelas atau sering disebutdenganperaturanpelaksanaan(RiantNugroho,2009).Prosesmencapai tujuan itu dilakukan dengan serangkaian aktivitasprogram dan keputusan kebijakan yang memudahkanterwujudkedalampraktikorganisasi(PuttdanSprinnger.1989).

Implementasi kebijakan terdiri dari berbagai aspekantara lain; 1) idealized policy; pola interaksi digagas olehpara perumus kebijakan, tujuannya untuk mendorong,mempeng a r uh i d an me ran g s an g t a rge t g roupuntuk melaksanakannya, 2) target groups; Bagian darikebijakan pihak terkait (policy stakeholders) diharapkandapat mengadopsi pola interaksi oleh perumus kebijakan.Karena kelompok ini menjadi sasaran dari implementasi

Page 93: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 79

kebijakan, diharapkan dapat menyesuaikan pola perilakudengan kebijakan yang telah dirumuskan, 3) implementing organization; badan pelaksana kebijakan yang bertanggungjawabdalamimplementasikebijakandan environmental factors;unsur-unsureyangberadadidalamlingkungansekitarntyaturutsertamempengaruhiimplementasikebijakansepertiaspektradisibudaya,realitassosial,stabilitasekonomidanpolitik(Smith1973;Islamy,2003;Riadi,2018).

Dalam konteks pendidikan implementasi kebijakanmerupakan proses yang tidak hanya menyangkut perilaku-perilaku badan pengelola yang bertanggung jawab dalammelaksanakan program kegiatan dan menimbulkankesadasaran dan ketaatan kepada kelompok sasaran,melainkan juga menyangkut faktor-faktor hukum, politik,ekonomi,sosialyangsecaralangsungataupuntidaklangsungberpengaruh terhadap perilaku dari berbagai pihak yangterlibat dalam program pendidikan Hasbullah (2015:92).Implementasi kebijakan pendidikan merupakan usahaatau pengupayaan agar rumusan kebijakan pendidikan bisadilaksanakan dalam praktik, sebab sebaik apapun rumusankebijakan pendidikan, jika tidak di implementasikan, tidakakan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sebaliknyasesederhana apapun rumusan kebijakanpendidikan itu, jikasudah diimplementasikan, akan lebih berguna apapun danseberapapunhasilnya.Tachjan(2006:25)jugamendefenisikanimplementasi kebijakan memiliki pemahaman yakni top-down, maksudnya menurunkan atau menafsirkan alternatif-alternatifyangmasihabstrak(makro)menjadialternatifyangbersifatkonkrit(mikro).

Proses imp lementas i keb i j akan pend id ikanmerupakansesuatuyangpenting(urgen),bahkandipandangjauh lebih penting dari pembuatan kebijakan pendidikan,

Page 94: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

80 Analisis Kebijakan Pendidikan

karena implementasi menjadi jembatan penghubungperumusan kebijakan dengan hasil (outcome) kebijakanyang diharapkan. Anderson (2006) menjelaskan ada 4komponen dalam implementasi kebijakan pendidikan, 1)siapa yang mengimplementasikan kebijakan pendidikanitu, 2) prosesadministrasi,3)kepatuhanyangdiharapkan,4)dampakpelaksanaankebijakanpendidikanitu(AbdulWahab,Solichin;2004).Halsenada, dijelaskan ada dua hal menjadifokus implementasi kebijakan pendidikan, yakni kepatuhan(compliance) para pelaksana terhadap prosedurdan standaroperasionalyangsudahdisepkati,danapayangterjadi (what’s happening)?Menyangkutprosesimplementasiitudikerjakan,apa hambatan dan apakah sudah berhasil. (Ripley andFranklin,1986).

Dariuraiandiatas,dapatdisintesiskan,implementasikebijakan pendidikan suatu proses penyelesaian masalahpendidikanuntukmewujudkanpolicy goal denganmelewatisuatu proses (delivery mechanism) yang sesuai denganprosedur dan policy outcomes (menikmati hasil kebijakan)yang dapat dinikmati bagi seluruh stakeholder pendidikan,untukmeningkatkankepatuhandanketertibanadministrasi.Implementasi kebijakan pendidikan merupkan kegiatanyangpenting setelahsuatu kebijakandirumuskan.Tanpasuatu implementasi maka kebijakan pendidikan yang telahdirumuskan akan mubazir alias sia-sia. Oleh karena itu,implementasi kebijakan pendidikan mempunyai peran dankedudukan yang sangat strategis (penting) dalam kebijakanpublikpadaumumnya(IwanSatibi,2010;25)

Page 95: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 81

B. Hal-HalyangHarusDiperhatikandalamImplementasiKebijakanPendidikanKebijakan yang telah dibuat harus diimplementasikan

dan hasilnya sedapat mungkin sesuai dengan apa yangdiharapkanolehpembuatkebijakan.Tujuanimplementasikebijakandiformulasikedalamprogramaksiyangdirancangdan dibiayai. Program dilaksanakan sesuai dengan rencana.Implementasi kebijakan pendidikan agar dapat mencapaitujuan dengan baik, maka diperhatikan isi kebijakan(content of policy) dan konteks implementasi (context of implementation).(NakamuradanSmallwood,1980).

Adapun isi kebijakan mencakup; 1) kepentingan yangterpengaruh oleh kebijakan (interest affected), 2) berbagai tipemanfaat yang akan dihasilkan (type of benefit), 3) derajatperubahan yang diinginkan (extend of change envison), 4)kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making), 5) pelaksana programyang harus didukung pelaksana yangkompeten (program implementor) dan 6) sumber daya yangbisa dikerahkan unuk melaksanakan kebijakan/ resources commited (MerileeS.Grindle.1980).

Sedangkankonteksimplementasi,terdiridari;1)kekuasaan,kepentingan dan strategi dari para aktor yang terlibat (power, and strategy of actor involved), 2) karakteristik lembaga danrezim yang sedang berkuasa sebagai lingkungan implementasikebijakan dijalankan (institution an regime charahteristic), 3) tingkat kepatuhan dan respon pelaksana menanggapiimplementasi kebijakan (compliance and responsiveness) (Muchlisin Riadi, 2016). Keseluruhan komponen itu salingmempengaruhi kualitas kebijakan pendidikan yang diharapkandandampaknyaterhadapkualitasindividudanmasyarakatdapatdilihatpadagambar4.1dibawahini.

Page 96: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

82 Analisis Kebijakan Pendidikan

(Sumber Merilee S. Grindle. 1980, Politics and Policy Implementation in the Third World, Princeton University Press, New Jersey, p. 11)

Gambar 4.1 Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

C. TahapanImplementasiKebijakanPendidikanImplementasi kebijakanmerupakan suatu proses yang

sangat kompleks dan rumit. Sehingga Eugene Bardch (2006)memandang Implementasi cukup untuk membuat sebuahprogramdankebijakanumumyangkelihatannyabagusdiataskertas. Realitasnya sulit merumuskan dalam kata dan sloganyangkedengarannyamengenakanbagitelinga para pemimpindan bawahannya yang mendengarkan dan lebih sulit untukmelaksanakandalamberbagaibentukdancarayangmemuaskansemuapihak,termasukpelanggan(LeoAgustino,2014).

Pernyataan ini menyiratkan implementasi kebijakanpendidikanmenjadi salah satuaktivitas atau kegiatandalamproseskebijakanyangmenentukanapakahsebuahkebijakanbersentuhan dengan kepentingan stakeholder pendidikanserta dapat diterima oleh masyarakat (public). Dalam hal

Page 97: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 83

ini, dapat diketahui bila dalam tahapan dan formulasikebijakan dilakukan dengan baik, tetapi jika pada tahapanimplementasinya tidak diperhatikan optimalisasinya, makatentu tidak jelas apa yang diharapkan dari sebuah produkkebijakan itu. Pada akhir tahapan evaluasi kebijakan,menghasilkan penilaian antara lain bahwa formulasi danimplementasi kebijakan tidak seiring sejalan. Jika demikian,bisadikatakanimplementasikebijakanpendidikanitutidaksesuaidenganyangdiharapkan.

Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan kebijakanpendidikan merupakan suatu hubungan yang kompleks denganmemperhatikan dua hal yaitu; a) formulasi tujuan kebijakanpendidikan harus jelas termasuk kelompok sasaran; siapayang berperan; dan bagaimana kebijakan pendidikan harusdilaksanakan;dan b)danapendukungyangproporsional,karenatanpa dana kebijakan tidak akan pernah sepenuhnya terealisir(JusdindanRusdiyanto,2013).Implementasikebijakanpendidikanmengadaptasi pemikiran Charles O Jones dalam Gaffar (1997)memilikitigatahapanutama,yakniorganization, interpretation, and application,sebagaimanadijelaskanpadagambar4.2dibawahini.

TAHAPAN

INTERPRETASI

ORGANIZATION

APPLICATION

PROSES IM

PLEMEN

TASIDIMENSI

• Penjabaran Kebijakan• Komunikasi-Sosialisasi/Diseminasi

PENYEDIA LAYANAN• Hasil (Outcomes)• Dampak (Impacts)

1. Bentuk Organisasi Pelaksana Kebijakan2. Penetapan SOP3. Penetapan Sumber Daya Keuangan dan

Peralatan4. Manajemen Pelaksanaan5. Penyusun Program Kerja6. Rincian Program Kerja7. Penyususun Jadwal

(Diadaptasi dari Charles O Jones dalam Gaffar (1997)

Gambar 4.2 Tahapan implementasi kebijakan

Page 98: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

84 Analisis Kebijakan Pendidikan

Kon t e k s p e n go r g a n i s a s i a n i m p l em e n t a s ikebijakan pendidikan, bisadilihatdarimaknaorganization is the establishment or rearrangement of resources, units and methods for putting a policy into effect. Maksudnya,aktivitas implementasi kebijakan pendidikandiawalidenganpengorganisasian (organization) sebagai upaya menetapkandan menata sumber daya (resources), unit (units), dan metode (methods) mengarah pada upaya mewujudkanataumerealisasikankebijakanpendidikanmenjadihasil (outcome) sesuai dengan tujuan dan sasaran kebijakan pendidikan.Ada beberapa pengorganisasi dilakukan, yaitu; a) penataansumberdayamanusiayangkompeten,misalnyaimplementasikebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) memerlukanSDMyanghandal, b) Standar Operasional Procedure (SOP),misalnya kebijakan BOS memerlukan panduan berupaSOP baku menunjang keberhasilan implementasinya, c)kesatuanantarpelaksana,d)penetapansaranadanprasarana.Keberhasilan implementasi kebijakan BOS harus didukungsarana dan prasarana yang memadai, misalnya untuksekretariatpengelola.

Sedangkan dalam konteks inprestasi, bisa dimaknaidari konsepsi interpretation is the translation of language (often contained in a statute) into acceptable and feasible plans and directives. Tahapan interpretasi (interpretation) disini merupakan penjelasan substansi dari kebijakan pendidikandalam bahasa lebih operasional, mudah dipahami, dapatdilaksanakan dan diterima oleh para pelaku dan sasarankebijakan pendidikan itu sendiri. Tahap Interpretasi disinimenjabarkandanmenerjemahkankebijakanpendidikanyangmasih berbentuk abstrak menjadi rumusan, sifatnya teknisdan operasional. Hasil interpretasi seringkali keluarannyaberbentuk petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis(CharlesO JonesdalamGaffar, 1997).Padaaspek interpretasi(interpretation)meliputiantaralain:isidantujuankebijakan,

Page 99: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 85

petunjuk pelaksanaan, sumber daya, dukungan dan sikapmasyarakat.

Terkaitdenganpenerapan,dimaknaibahwaapplication is the routine of service, payments, or other agree upon objectives or instrument. Tahapan application ini merupakan tahapanaktivitas pelaksanaan atau penyediaan layanan secara rutinsesuaitujuandansasarankebijakanyangadaTahapanaplikasiini sering juga disebut sebagai tahapan penerapan rencanaimplementasi kebijakanpendidikankekelompok targetatausasarankebijakanpendidikan.

D. PendekatanImplementasiKebijakanPendidikanBeberapapendekatanyangbiasadigunakananalis

mengimplementasikan kebijakan, pendekatan top-down dan Bottom up (Wibawa; 1994, Feis Imronah, 2009). Pendekatantop-down yaitu pendekatan penurunan alternatif kebijakanyang abstrak atau makro menjadi tindakan konkrit ataumikro. Dalam proses implementasinya peran pemerintahsangatbesar.Padapendekataniniasumsiyangmemungkinkanpara pengambil keputusan merupakan aktor kunci dalamkeberhasilan implementasi. Kebijakanyangbersifattop-down merupakankebijakanyangbersifatstrategisdanberhubungandengankeselamatannegara,sepertikebijakanantiterorisme,radikalisme,kurikulumpendidikan,pembiayaanpendidikannasional dan lainnya.

Pendekatan bottom-up, yaitu pendekatan yang berasaldaribawah (masyarakat),didasarkanpadaproseskebijakanyang bersumber dari penyampaian aspirasi masyarakatlapisan bawah, berupa permintaan ataupun dukungan.Implementasi kebijakan berusaha mendorong masyarakatuntuk menyampaikan harapannya, permasalahan yang

Page 100: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

86 Analisis Kebijakan Pendidikan

dihadapi,termasukmemberikankesempatanpadalevelbawahuntuk menyelesaikan hal-hal yang sifatnya tidak strategis.Kebijakanlebihefektif,jikadiimplementasikansecarabottom-up, berkenaan dengan hal-hal yang tidak secara langsungberkaitan dengan national security, seperti kebijakan alatkontrasepsi, padi varietas unggul, pengembangan ekonominelayandansejenisnya,sifatnyapadaareatertentudanbidangyang tidak vital. Dalam implementasi kebijakan, alternatifpilihan yang paling efektif jika bisa membuat kombinasiimplementasikebijakanyangpartisipatif,artinyabersifattop-down dan bottom-up dan mengkombinasikan (mixing) top-down dan bottom-up.

E. ModelImplementasiKebijakanPendidikanModel implementasi kebijakan pendidikan dapat

berupa konsep, diagram, grafik atau persamaanmatematika,yang digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, danmemprediksikan elemen suatu kondisi dari masalahpendidikangunamemperbaikidengancaramenyampaikanrekomendasi dan serangkain tindakan untuk memecahkanmasalah kontroversi, dan menyita perhatian publik. Modeladalah contoh ideal dari situasi-situasi dan harapan daridunianyata.Modelbisajugadalambentukmenyederhanakandarirealitas faktayangdiwakili (AsmadHanisy,2013).Fungsiutama model disini untuk mempermudah menerangkankonsep.Dalambeberapacontoh,modeldidasarkansuatuteori.Modeldipakaijugauntukmengujiataumenjelaskanhipotesissebagai bagian dari perumusan teori. Untukmempermudahdalammenjelaskan,partisipasiorangtuasiswadanmasyarakardalam pembiayaan pendidikan tentunya diperlukan modelkonsepmemungkinkankitamemahaminya.

Page 101: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 87

Aspek pelaksanaan, ada dua model implementasikebijakan yang efektif, antara lain model linier dan modelinteraktif (Baedhowi,2004:47).Model linierdalam implementasikebijakan merupakan fase pengambilan keputusan penting,sedangkan fase pelaksanaan kebijakan sering kurangmendapatperhatian karena dianggap sebagai tanggung jawab pihaklainnya.Keberhasilanpelaksanaankebijakansangat tergantungpada kemampuan unit pelaksananya. Jika implementasikebijakangagal,yangseringdisalahkanadalahpihakpelaksana(manajemen), karena dianggap kurang memiliki komitmen,Sehinggadipandangperludilakukanupayayanglebihbaikgunameningkatkan kapasitas kelembagaan pelaksana. Uraian inidilengkapidengangambar4.3dibawahini.

Fase Agenda

DalamAgenda

Tidak

Keputusankebijakan

Tidak ada kebijakan

Sukses dilaksanakan

Gagal

PerkuatInstitusi

Tingkatkankemauanpolitik

Fase Keputusan Fase Pelaksanaan

IsuKebijakan

(Sumber Baedhowi, 2004; 46-48) Gambar 4.3 Model Linier Implementasi Kebijakan

Sedangkan model interaktif implementasi kebijakandipandangsebagaiprosesdinamis,karenasetiappihakterlibatdalamimplementasikebijakanbisamengusulkanperubahandalam berbagai tahapan pelaksanaan. Misalnya ketikakebijakanpendidikantentangFull Daya School(FDS)dianggapmasyarakat kurang memenuhi harapan stakeholders. Iniberarti bahwaberbagai tahapanimplementasikebijakanFDSakandianalisis,dievaluasiolehparapihak.Sehinggapotensi,kekuatan dan kelemahan setiap fase pelaksanaan dapatdiketahui dan segera dilakukan perbaikan untuk mencapai

Page 102: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

88 Analisis Kebijakan Pendidikan

tujuan. Adapun gambaran implementasi kebijakanpendidikanmodelinteraktif,bisadilihatpadagambar4.4ini.

(Sumber: Thomas R. Dye. 1981. Understanding Public Policy, New York: Prentice-Hall International, Inc.)

Gambar 4.4 Model Interaktif Implementasi Kebijakan

Selain model implementasi kebijakan di atas, VanMeter dan Van Horn juga mengembangkan model dalamprosesimplementasikebijakan(AntoniusTarigan,2000:20).Keduanyameneguhkan pendirian bahwakontrolperubahandan kepatuhan dalam bertindak merupakan konseppentingdalamprosedurimplementasikebijakan. Begitujuga,keduanya mengembangkan tipologi kebijakan menurut: a)jumlah perubahan yang dihasilkan, dan b) jangkauan danruang lingkupkesepakatanmengenai tujuanolehparapihakyang terkait dalam implementasi kebijakan. Kata kunciyakniperubahan yang dimaksudnyamodel proses ini adalahkontrol dan kepatuhan masuk dalam dimensi isi kebijakandan implementasi kebijakan.Tipologi kebijakanyangdibuat

Page 103: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 89

olehkeduanyamasukdalamelemenisikebijakandankonteksimplementasi kebijakan.Grindle (1980)menjelaskan tipologijumlahperubahanyangdihasilkandalamelemenisikebijakanmasukdalamkonteksimplementasikebijakan.

Korten dalam Antonisu Tarigan (2000:19) menawarkanmodel implementasi kebijakan yakni model kesesuaianimplementasi kebijakan atau program kegiatan denganmenggunakan pendekatan proses. Model ini berisikankesesuaian antara tiga elemen pelaksanaan program, antaralain program, pelaksanaan program dan kelompok sasaranprogram,sepertidijelaskanpadagambar4.5dibawahini.

(Sumber; Korten dalam Antonisu Tarigan, 2000:19)

Gambar. 4.5 Model Kesesuaian Implementasi Kebijakan

F. PengukuranImplementasiKebijakanPendidikanKebijakan pada hakekatnya berkenaan dengan gagasan

pengaturanorganisasimenggunakanpola formalyangsama-sama diterima pemerintah/lembaga terkait sehingga semuapihakberusahamengejar tercapainya tujuanyangditetapkan(MonahandalamSyafaruddin,2008:75).

Page 104: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

90 Analisis Kebijakan Pendidikan

Adapun Kriteria pengukuran keberhasilan implementasikebijakan pendidikan mencapai tujuan didasarkan pada tigaaspek, yaitu: 1) tingkat kepatuhan birokrasi pendidikan terhadapbirokrasi yang lebih tinggi di atasnya atau tingkatan birokrasipendidikan sebagaimana sudah diatur dalam undang-undang, 2)kelancaranrutinitasdantidakadanyamasalahyangdihadapi;serta3) dampak (manfaat) yang dikehendaki dari program pendidikanyangdilaksanakanterarah.(RipleydanFranklindalamJokoWidodo,2001:12) Disamping itu, ada variabel lain yang berkontribusimemberikandorongandanpaksaandaribirokrasipendidikanpadalevel pusat ditentukan oleh legitimasi dan kredibilitasnya, yaknisemakin sahih kebijakan pendidikan yang dikeluarkan pemerintahpusatdimatadaerah,makasemakinbesarpulakredibilitasnya,atausebaliknya(JusdindanRusdiyanto,2013).

Selain kriteria pengukuran terhadap implementasi kebijakandi atas, perlu juga dipahami hubungan dan/atau pengaruh antaraimplementasi kebijakan dengan faktor lainnya. Hal ini selarasdenganpemikiranVanMeterdanVanHorn(dalamGrindle,1980;6)bahwa terdapat beberapa variabel yang saling berhubungan dalamkeberhasilanimplementasikebijakanmeliputi:1)ukurandantujuankebijakan,2)sumberkebijakan,3)cirisifatdankarakteristikbadan/instansipelaksanakebijakan,4)komunikasikegiatanantarorganisasiterkait, 5)sikapparapelaksana,dan6) lingkunganekonomi,sosialdanpolitik,sebagaimanadijelaskandalamgambar4.6dibawahini.

(Sumber: Grindle, 1980)

Gambar 4.6 Faktor Penentu Implementasi Kebijakan

Page 105: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 91

Disamping itu, Ripley (1986) menjelaskan beberapaindikatoruntukmenilaikualitaspolicy output, yaitu:cakupan,bias, akses, frekuensi, service delivery (ketepatan layanan),akuntabilitas, dan kesesuaian program dengan kebutuhan.Indikator policy outcomes digunakan untuk mengukurhasil implementasi suatu kebijakan. Hasil atau dampakkebijakanpadadasarnyaberkaitandenganperubahankondisimasyarakat yang menjadi kelompok sasaran kebijakan atauprogram, yaitu dari kondisi awal yang tidak dikehendaki(kemiskinan, kondisi kesehatan yang buruk, dan lainlain)menujukondisibaruyanglebihdikehendaki(lebihsejahtera,lebih sehat, dan lain-lain). Indikator policy outcomes yangdigunakandalampenulisaniniadalah(1)initial outcome atau hasil awal dari keluaran kebijakan, (2) intermediate outcome atau hasil jangkamenengah,dan(3) long-term outcome atau hasiljangkapanjang(PurwantodanSulistyastuti,2012)

Ada banyak faktor yang memengaruhi implementasikebijakan, antara lain faktor disposisi implementor danformat kebijakan. Disposisi implementor ini dipahami sebagaiperilaku implementor yang berkenaan dengan ketersediaanimplementor untuk carry out terhadap sebuah kebijakan.Disposisi implementor dapat memengaruhi implementasisebuah kebijakan. Seperti diungkapkan Edwards III (1980:11): “If implementation is to proceed effectively, not only must implementers know what to do it, but they must also desire to carry out a policy”. Hal serupa diungkapkan Wagner(2008),menyebutkan implementormemegangperanpentingdalam keberhasilan dan kegagalan implementasi kebijakan(some say attitude is everything and, when considering program implementation, the disposition of implementers provides the lightning rod for success or failure)

Page 106: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

92 Analisis Kebijakan Pendidikan

Pengukuran kebijakan, Goggin et.al.(1990) dalamPurwanto (2012: 89) terdiri; kejelasan kebijakan (policy clarity),konsistensikebijakan(policy consistency), frequency, serta penerimaan isi kebijakan (receipt of message). Pada konteks ini, fokus implementasi kebijakan bisa dilihat darikonsistensi kebijakan (policy consistency) dan kejelasankebijakan (policy clarity). Wagner (2008:14) menyatakankejelasandankonsitensikebijakanadalahhalyangmendasardalam implementasi kebijakan. senada dengan itu, Chustzand Larson (2006) dalam Wagner (2008:14) menyatakankeharusankonsistensidankejelasankebijakansebagaikonsepdasar dalam implementasi kebijakan reviewed the basic concepts of the implementation and found the initial concept stated that the policy must be clear and consistent. This will eliminate the distractions that will come as the program moves from the planning stage to the implementation stage and more stakeholders take part in interpreting the concepts and building the implementation (NisaAgistianiRachman,2014).

G. Faktor-FaktorPenentuImplementasiKebijakanPendidikan

Edwar III (1980;1) mengemukakan bahwa policy implementation is the stage of policy making between establishment of a policy…and the consequences of the policy for the people whom it affects”.Adabeberapa faktorpenentukebijakan, bidang pendidikan, antara lain: komunikasi, 2)sumberdaya,3)disposisidan4)strukturbirokrasi.

Faktor-faktortersebutsalingberhubungansatusama lainnya,keterkaitan faktor-faktor tersebut dapat diuraikanmelalui diagramgambar4.7berikutini.

Page 107: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 93

(Sumber George C. Edward III, Implementing Public Policy, 1980)

Gambar 4.7 Keterkaitan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasikebijakan

Kebijakanpendidikanakanbisadilaksanakandenganbaik, jika terdapat komunikasi efektif antara pelaksanaprogram (kebijakan) dengan para kelompok sasaran. Tujuandan sasaran dari program dapat disosialisasikan denganbaikdengan harapan bisamenghindari adanyadistorsi ataskebijakandanprogramsudahditetapkan. Ini sangatpentingasumsinya semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaranatas programmaka akanmengurangi tingkat penolakandankekeliruan dalam mengimplementasikan kebijakan yangsesungguhnya.

Begitujugasetiapkebijakanpendidikanharusdidukungsumberdayayangmemadai(SDM),baiksumberdayamanusia,maupunsumberdayafinancial.Sumberdayamanusiaadalahkecukupankualitaspengetahuan, karakter,danketerampilanmaupun kuantitas implementor dapat juga melingkupiseluruhkelompoksasaran.Kecukupansumberdayafinancialjuga memperlihatkan kecukupan modal investasi ataskebijakan yang diambil. Keduanya harus saling mendukung

Page 108: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

94 Analisis Kebijakan Pendidikan

dan menjadi perhatian dalam implementasi/kebijakanpemerintah dalam bidang pendidikan. Misalnya kebijakanmenjadi guruprofessionalminimal pendidikan S1,didukungdengan tunjangan sertfikasi. Sangat riskandan beresiko jikakebijakan tanpakehandalanimplementorakanmenghasilkankebijakanyangkurangenerjik,berjalanlambatdanseadanya.Sedangkan sumber daya financial berkontribusi menjaminkeberlangsungan program atau kebijakan. Tanpa dukungansumberdayafinancialmustahilprogramakanberjalanefektifdancepatdalammencapaitujuandansasaran.

Disposisiatausikappelaksanamerupakankomitmenimplementor dalam mewujudka kebijakan. Karakteristiksikappelaksanamenempeleratpada implementor kebijakanberupan kejujuran, komitmen dan demokratis. Implementoryang memiliki komitmen tinggi, jujur dan berintegritassenantiasabertahandiantarahambatanyangditemuidalamprogram/kebijakan. Kejujuran mengarahkan implementorkebijakan untuk tetap berada dalam aras program yangtelah ditetapkan dalam guideline kebijakan. Komitmendan kejujuran yang tinggi dari implementor cenderungmembawa pada suasana yang senantiasa antusias dalammelaksanakan tahapan kebijakan secara konsisten. Sikapyangdemokratisakanmeningkatkankesanbaikimplementordan analis kebijakan dihadapan anggota kelompok sasaran.Sikap ini akan menurunkan resistensi dari masyarakat danmenumbuhkan rasa percaya serta kepedulian kelompoksasaran terhadap implementordalamprogramdankebijakanpendidikanitusendiri.

Struktur birokrasi yang baik menjadi penting dalamimplementasi kebijakan pendidikan. Karena aspek strukturbirokrasi mencakup dua hal penting, pertama adalahmekanisme dan struktur organisasi pelaksana, kedua, mekanismeimplementasiprogramditetapkanmelaluistandaroperatingprosedur(SOP)yangadadalamguideline program/

Page 109: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 95

kebijakan.SOPyangbaikmencantumkankerangkakerjayangjelas,sistematis,mudahdipahamiolehsiapapun.Olehkarenaitu akan menjadi acuan dalam bekerja bagi implementor.Sedangkan struktur organisasi pelaksanapun sejauh inimenghindari hal yang berbelit, panjang dan komplek.Struktur organisasi pelaksana justru harus dapat menjaminadanya pengambilan keputusan atas kejadian luar biasadalamprogramsecaracepat.Strukturorganisasiyangbaikjugamencerminkan pembagian kerja dan tanggungjawab dalamimplementasikebijakanpendidikan,sehinggaalurkoordinasidan komunikasi terlihat dan terjadi dengan jelas, terhindardarisalahsangkadansalahpemahaman.

Uraian-uraianberbagai faktormodelyangmempengaruhiimplementasikebijakanmemilikiketerkaitansatusamayanglaindalammencapaitujuandansasarankebijakandanprogramkerja.Semuanya bersinergi satu sama lainnya misalnya; implementor yang tidak jujur akan mudah sekali melakukanmark up dan korupsi atas dana implementasi kebijakan dan program kerjatidakakanberjalanoptimal.Begitujugawatakimplementoryangkurang demokratis tentu mempengaruhi proses komunikasi,iklimkerjadengankelompoksasaran.

Disamping itu Weimar dan Aidan R. Vinning (1999)menjelaskanada beberapayangmenentukankeberhasilandankegagalandariimplementasikebijakan,antaralain1)logikayangdigunakan dalam suatu kebijakan, yakni sampai berapa benarteoriyangmenjadi landasan kebijakan, bagaimana hubunganlogika antara kegiatan yang dilakukan dengan tujuan, sasaranyang ditetapkan;2)hakikatkerjasamayangdibutuhkan,apakahsemuapihakterlibatdalamkerjasuatuassembling produktifdan3)ketersediaansumberdayamanusiayangmemilikikemampuandan komitmen untuk mengelola pelaksanaannya (HarbaniPasolong:2008,MuhammadJumhadidanWarijo;2008).

Faktor-faktoryang turutsertamenentukankeberhasilanimplementasi kebijakan pendidikan, antara lain; 1) tiadanya

Page 110: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

96 Analisis Kebijakan Pendidikan

hambataneksternal, 2) tersedianya sumber daya(resources) yang memadai, kebijakan pendidikan yang bagus (good education policy), 4) hubungan ketergantungan yangminimum, 5) adanyakesepahaman, 6) kesepakatan terhadaptujuan pendidikan, 7) tugas ditetapkan dengan urutan yangtepat dan 9) komunikasi dan koordinasi lancar, 10) adadukunganotoritas.

Kegagalan implementasi analisis kebijakan pendidikan,bisadisebabkanbeberapahal: 1)takbisadiimplementasikan,2) unsucsessfull implementation, penyebab kegagalankebijakan: a) bad policy, ditandai dengan perumusan asal-asalan, kondisi dan dukungan internal belum siap, kondisieksternal tak memungkinkan, b) bad implementation: pelaksana tak memahami petunjuk pelaksanaan (juklak),terjadiimplementation gap dansebagainya,c)bad luck.

Implementasi merupakan tahapan pelaksanaan atassebuah kebijakan. Interaksi menjadi bagian penting dalamimplementasi kebijakan. Hal ini mengacu pada hubunganyang terkadang kompleks. Dalam implementasi kebijakanada dua penting yang perlu diperhatikan, yaitu a) formulasitujuankebijakanharusjelastermasukkelompoksasaran;dansiapayangberperan;sertabagaimanakebijakandilaksanakan;b)danapendukung tersedia secaraproporsional.Tanpadanamustahilkebijakanakanterealisir.

Implementasi kebijakan pendidikan dalam realitasnyatidak selalu berjalan dengan baik, ada beberapa faktor yangmenyebabkannya antara lain; 1) faktor organisasi, suatukebijakan dalam implementasinya memerlukan keterlibatandan dukungan banyak organisasi (aktor), diantaranyamemilikipersepsidanbenturankepentingan(vested interest) yang berlainan, baik dalam organisasi pemerintah maupunswasta.Untukituperlukoordinasidanketaatan(compliance) organisasi di bawahpadainstansiyang lebihtinggi,2)faktor

Page 111: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 97

politik, seringdisebit sebagai faktor non teknis, mencakup:a) legislasi tentang isu yang masih kabur sebagai akibatdari tujuan yang belum jelas. Misalnya kebijakan Full DayaSchool (FDS) tujuannyabelumdisepakati,akibatnya regulasibelum kuat, b) log-rolling, dimaknai gagalnya implementasikebijakan atau program yang disebabkan adanya kesalahansaatproseslegitimasi,prosesbargaining yangdilakukanaktorperumus kebijakan dengan cara memberikan ruang setujuatau ketidaksetujuan terhadap usulan kebijakan, termasukdilakukannyatukartambahataumodifikasiusulankebijakan,sehingga setelah usulan ditetapkan menjadi kebijakanstatusnya semakin tidak jelas (vague). Hal seperti ini mestidihindari,paraanaliskebijakanpendidikan.

DaftarPustaka

Agustino,Leo. (2006),Dasar-Dasar Kebijakan Publik,Bandung:CVAlfabeta.

Anderson, James E. (2006),Public Policy Making, Holt Rinehart &Winston,NewYork.

Baedhowi. (2004), Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah Bidang Pendidikan: Studi Kasus di Kabupaten Kendal dan Kota Surakarta,DisertasiDepartemenIlmuAdministrasiFISIPUniversitasIndonesia,Jakarta.

Bardach,E.(2006).Policydynamics.NewYork:The Oxford handbook of public policy.

Chustz,M.H.,&Larson, J. S. (2006). Implementing change on the front lines: A management case study of West Feliciana Paris Hospital. Paris: Public Administration Review, 66(5),725-729.

Edward III, George C., (1980), Implementation Public Policy, WashingtonDC:CongresionalQuarterPress.

Page 112: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

98 Analisis Kebijakan Pendidikan

Feis Imronah (2009). Implementasi Kebijakan: Perspektif, ModeldanKriteriaPengukurannya.Demak, JawaTengah:Gema Eksos, 5(1).

Gaffar,Afan.(1997),Publik Policy: State Of The Disipline, Model and Proses.Yogyakarta:PascaSarjanaUniversitasGajahMada.

Goggin,MalcolmLetal(1990),Implementation, Theory and Practice; Toward a Third Generation, USA; Scott, Foresmann andCompany.

Grindle,MerileeS.(1980).Politics and Policy Implementation in The Third World,PrincntonUniversityPress,NewJersey.

Hanisy, Asmad. (2013). Konsep dasar analisis kebijakan.Al Qodiri: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Keagamaan, 4(1),48-63.

Islamy,IrfanM.,(2003)Prinsip-prinsip perumusan kebijakan negara, Jakarta:Penerbitbumiaksara.

JumhadiMuhammaddanWarijo (2018), Implementasi PenyediaandanaDaerahUrusanBersama(DDUB)untukPembiayaanPNPM Mandiri Perkotaan di Kota Medan TahunAnggaran 2009-2011, Jurnal Administrasi Publik (Public Administration Journal) JAPVol.1No.2Desember2013.

Nakamura, Rober T and Frank Smallwood, (1980) The Politics of Policy Implementation,NewYorkSt.MartinPress.

NisaAgistiani Rachman, (2014), PengukuranKinerja ImplementasiKebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Desa WisataBrayut, Yogyakarta: Jurnal Kebijakan dan AdministrasiPublikJKAPVo,18No.2November2014.

Nugroho, Riant Dwijowijoto, (2009), Kebijakan Publik Formulasi,Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Parsons,Wayne,(1997),Public Policy: An introduction to the theory and practice of policy analysis, Edward27EdgarPublishing,LTDandLansdownPlace,Cheltenham,UK,Lyme,Us.

Page 113: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Implementasi Kebijakan Pendidikan 99

Pasolong,Harbani, (2008),Teori Administrasi Publik,Bandung:CV.Alfabeta

Puluhulawa, Jusdin, and Puluhulawa, Moh. Rusdiyanto, (2013)Implementation of Free Education Policy (Case Study in Gorontalo Province), Gorontalo: Fakultas Ilmu SosialUniversiasNegeriGorontalo.

Purwanto,E.A.,danSulistyastuti,D.R.2012.ImplementasiKebijakanPublik: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. PenerbitGavaMedia.Yogyakarta.

Putt,AllenJandJFredSpringer(1989).Policy Research.NewJersey:PrenticeHall.

Quade, E.S., (1984), Analysis for Public decision. Elsevier Science Publishing,NewYork.

Rahman,N.A.(2014).PengukuranKinerjaImplementasiKebijakanPenanggulanganKemiskinandiDesaWisataBrayut.JKAP (Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik), 18(2),147-160.

Riadi, Muchlisin, (21 Maret 2016), Pengertian dan ImplementasiKebijakan, https://www.kajianpustaka.com/2016/03/pengertian-dan-implementasi-kebijakan.html, diakses 5Oktober2018

Ripley,RendalB.andGraceA.Franklin.(1986).Policy Implementation and Bureaucracy, second edition, the Dorsey Press,Chicago-Illionis.

Smith, T. B. (1973), The Policy Implementation Process. Policy Sciences, 4(2),197-209.

Solichin, M. (2015). Implementasi Kebijakan Pendidikan dan Peran Birokrasi. Religi: Jurnal Studi Islam, 6(2),148-178.

Syafaruddin (2008), Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Konsep, Strategi dan Alikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. PenerbitRinekaCipta.

Tachjan, (2006), Implementasi Kebijakan Publik, Bandung: LemlitUNPAD.

Page 114: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

100 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tarigan,Antonius.(2000).Implementasi Kebijakan Jaring Pengaman Sosial: Studi Kasus Program Pengembangan Kecamatan di Kabupaten Dati II Lebak, Jawa Barat, Tesis MasigterAdministrasiPublikUGMYogyakarta

Wagner, P. Brian. (2008.) The Principal’s Perception of Character Education Implementation in California Middle Schools Based on The Eleven Principles of Character Education. USA:ProquestLLC.

Wahab Solichin,Abdul, (2004),Pengantar Studi Analisis Kebijakan Negara, Jakarta;RinekaCipta.

Weimer,David,andAidanVining,(1999),Policy Analysis: Concepts and Practice. Upper Saddle River, New York: PrincetonUniversityPress.

Wibawa,Samodra.(1994),Kebijakan Publik,Jakarta;Intermedia

Widodo, Joko, (2001), Good Governance, telaah dari dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi, pada era Desentralisasi dan Otonomi daerah,InsanCendekia,Surabaya.

Page 115: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. KonsepsiEvaluasiKebijakanPendidikanEvaluasi kebijakan pendidikan merupakan suatu

rangkaian aktivitas untuk mengetahui suatu kebijakanpendidikan benar-benar sudah sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta dapatmemberikandampaknyata terhadapkhayalaksesuaidenganyang diinginkan. Prosesnya harus dilakukan di dalampenerapan analisis kebijakan pendidikan, agar diketahuiapakah kebijakan pendidikan tersebut dapat terlaksanadenganbaikatautidak,apaperluperubahanatau perbaikan.Sekaligus dapatmengetahu kekurangan dan kelebihan ataskebijakan pendidikan tersebut diimplementasikan. Tidakkalah pentingnya juga, kita bisa mengetahui dampak yangditimbulkan dari kebijakan pendidikan itu, memberikanmanfaatataumenimbulkankerugian,kegaduhandanlainnya.Dalam tahapan manajemen, kegiatan evaluasi merupakantahap akhir dari sebuah proses pembuatan kebijakan yang

Bab V

EvaluasiKebijakan Pendidikan

Page 116: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

102 Analisis Kebijakan Pendidikan

dapatmenghasilkanmasukanuntukdapatmenyempurnakankebijakanpendidikantersebut.

Analisiskebijakanpendidikanyangidealtentumemilikiruang penilaian (evaluasi),mengenai apa yang sudah terjadisebagaiakibatpilihan(alternatif)danimplementasikebijakanpendidikan tersebut. Jika dipandang perlu, ada perubahanterhadap kebijakan pendidikan, maka mesti dilakukan.Mengukur keberhasilan kebijakan pendidikan, merupakansalah satu instrumen penting dalam kegiatan evaluasikebijakan pendidikan guna mengukur nilai atau manfaatdari hasil kebijakan pendidikan tersebut. Sekaligus untukmengetahui sejauh mana suatu kebijakan pendidikan telahterlaksanaataubelumterlaksanadanberhasilataugagalsesuaidenganyangdiharapkanatautidak(Supandi,1988).

Kebijakan pendidikan menjadi bagian dari kebijakanpublik tidak bisa dilepas begitu saja, harus diikuti dengankegiatan evaluasi. Proses evaluasi kebijakan pendidikandilakukan untuk menilai keefektifan dan bentukpertanggungjawabkan penyelenggara pendidikan kepadapublik dalam mencapai tujuan pendidikan yang telahditetapkangunamengukurtingkatkesenjanganantaraharapandankenyataan.Untuk ituevaluasikebijakanpendidikanbisamenjadialatuntukmengumpulkandanmengelolainformasimengenai program atau pelayanan pendidikan, gunamenentukan rekomendasi bagi perbaikan yang diperlukanagarimplementasikebijakanpendidikanberjalanefektifsesuaidengankriteriayangditerapkan(Hasbullah;2015).

Pada umumnya evaluasi kebijakan pendidikanmerupakanprosesataukegiatandilakukansecaraberurutan,danmenjaditahapanakhirdalamprosesanalisiskebijakan.(Islamy,1994; Winarno,2008). Namun demikian, adasebagian ahli mengatakan evaluasi kebijakan pendidikanbukanmerupakan tahapan akhir dari proses kebijakan, bisa

Page 117: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 103

dilakukan ditengah proses analisis, dengan pertimbanganprogramkebijakanitumengarahpadakegagalanataukurangsesuai dengan harapan yang diinginkan. Karena, seringkaliterjadi,kebijakangagalmeraihmaksudatautujuanyangtelahditetapkan.

Dariberbagaiuraiandiatas,dapatdisintesiskanevaluasikebijakan pendidikan merupakan suatu rangkaian prosesuntukmenilai danmengukur seberapajauhsuatukebijakanpendidikan membuahkan hasil dengan membandingkanantara hasil yangdiperolehdengan tujuandan target (aspekefektivitas kebijakan=hasil;tujuan) atau perbandinganinput dengan output sebagai aspek efisiensi dari kebijakanyang telah ditetapkaan. Adapun aspek-aspek yang sering dievaluasikebijakanpendidikan,antaralain1)prosespembuatankebijakan, 2) konsekuensi dan dampak kebijakan serta efektivitasdampakkebijakan.

Dalammelakukanevaluasikebijakanpendidikanperludilakukandenganmengajukan berbagaialasanyang rasionalsebagai berikut, 1) apakah hal-hal yang sudah dirumuskandalam formulasi kebijaksanaan pendidikan tersebut dapatdilaksanakanatautidak,

2) apakah rumusan kebijakan pendidikan telahdilaksanakansudahberhasilataubelum,3)apakahkelebihandankekuranganrumusankebijakanpendidikandalamkaitanyadengan faktor kondisional dan situasional kebijaksanaantersebut dilaksanakan, 4) seberapa jauh suatu rumusankebijakan pendidikan itu telah dapat diimplementasikan, 5)apakahkeberhasilandankekukaranganpelaksanaankebijakanpendidikan tersebut, 6) seberapa dampak yang ditimbulkandari kebijakan pendidikan terhadap masyarakat (publik), 7)apakahresikoyangsudahdiperhitungkanpadasaat formulasikebijakan pendidikan sudah bisa diatasi dengan baik ataubelum, 8) bagaimana langkah-langkah yang bisa dilakukandalamhalperbaikankebijakanpendidikanberikutnya.

Page 118: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

104 Analisis Kebijakan Pendidikan

Untukmendapatkan jawabanyang rasionaldarialasan,atas permasalahan yang menarik analis untuk melakukanevaluasi kebijakan pendidikan, maka diperlukan koordinasidan komunikasi yang intensif antar aktor yang melakukanevaluasi kebijakan pendidikan, antara lain 1) aktor formal,terdiridaripembuatkebijakan(legislatif),pelaksanakebijakan(eksekutif ), administrator dari tingkat nasional sampaidengan tingkat lokal sebagaipelaksana pendidikan, 2)Aktornonformal,diantaranyapengurusdananggotapartaipolitik,organisasi masa, interest group, kelompok perantara, mitrapelaksana (actor) kebijakan, tokoh perorangan dan mediamassasertalembagayangberafisiliasidenganpenyelenggaraanpendidikan,misalnyadi IndonesiaadaMuhammadiyah,NU,atau yayasan pendidikan yang memiliki unit usaha dalampenyelenggaraanpendidikan.

B. TujuandanFungsiEvaluasiKebijakanPendidikanEvaluasi kebijakan bisa ditujukan untuk melihat

sebab-sebab yang turut sertamenyebabkan kegagalan suatukebijakan, atau untuk mengetahui kebijakan pendidikandijalankan dan meraih manfaat yang diinginkan. Dalambahasa sederhana, evaluasi kebijakan pendidikan untukmenilai“manfaat”darikebijakanpendidikanyangditerapkan.Atasdasaritulah,evaluasikebijakanpendidikanbisadiarahkanpada tiga komponen; 1) administratif, yaitu mengukurprosedur kebijakanpendidikansecaraadministratif, biasanyalebihpadaaspekfinansial;2)yudisial;yaitumengukurobjek-objekhukum,yangmungkindilanggaratautidakdilanggar;3)politik,yaitumengukurpertimbanganpolitikdarikebijakanpendidikanitu(Putra;2012).Halsenadadiungkapkan,evaluasikebijakan pendidikan bisa dibedakan dalam dua tugas yang

Page 119: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 105

berbeda, 1) menentukan konsekuensi yang ditimbulkandari kebijakan pendidikan dengan cara menggambarkandampaknya, 2) untuk menilai keberhasilan atau kegagalandarisuatu kebijakanberdasarkanstandardatau kriteriayangtelahditetapkan sebelumnya Lesterdan Stewart (2007).HalsenadadijelaskanSubarsono(2010:120)menyebutkanbahwaevaluasikebijakanmemilikibeberapatujuan:a)menentukantingkat kinerja suatu kebijakan, dimana melalui evaluasikebijakan, dapat diketahui tingkat derajat keberhasilanpencapaiantujuandansasarankebijakan;b)mengukurtingkatefisiensisuatukebijakan.

Evaluasi kebijakan pendidikan dapat juga dimaknaisebagai usaha untuk mengetahui berapa biaya dan manfaatsuatu kebijakan dengan mencermati beberapa aspek, antaralain; a) mengukur tingkatan keluaran (outcome) kebijakan.Salahsatunyaadalahmegukurkualitaspengeluaranatauoutput darisuatukebijakan;mengukurdampaksuatukebijakanyangdilakukanpadatahaplebihlanjut,evaluasiiniditujukanuntukmelihat dampak dari kebijakan, positif maupun negatif; c)mengetahui tingkat dan bentuk penyimpangan jika terjadi,dengan cara membandingkan antara tujuan dan sasarandengan pencapaian target; d) bahanmasukan (input) untukkebijakanyangakandatang(Kawengian,andRares,(2015).

Pemahaman lebih luas dan mendalam tentang tujuanevaluasi kebijakan pendidikan, antara lainmengukur 1) apakahpengaruh program terhadap masyarakat, misalnya kebijakanbantuan operasional sekolah (BOS), pendidikan gratis, atauintervensi sosial (social intervention) untuk menyelesaikanmasalah situasi, keadaan yang dihadapi masyarakat, 2) apakahprogram kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan rencanakebijakan, 3) apakah pelaksanaan program sesuai denganstandar, misalnya program BOS mempunyai standar besarnyabantuan yang berbeda untuk setiap siswa Sekolah Dasardan Sekolah Menengah Pertama. Apakah penggunaan bisa

Page 120: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

106 Analisis Kebijakan Pendidikan

dipertanggungjawabkannya, sehingga benar-benar semuastandarsudahdipenuhidalammelaksanakanprogramtersebut,4)mengidentifikasidanmenemukan,dimensimanaprogramdarikebijakanyangjalandansebaliknyatidakjalan,5)pengembanganstaf pelaksana program pendidikan, apakah staf mempunyaiketerampilan dan kompetensi untuk untuk bekerja?, pelatihanapa yang segera dilakukan, apakah para staf perlu menerimasupervisidankoreksiataskelemahannya,6)memenuhiketentuanUndang-undang dan produk peraturan lainnya (Subarsono,2013: 120-121). Melengkapi uraian di atas, dapat ditambahkanbeberapa tujuan evaluasi kebijakan pendidikan adalah sebagaibahanmasukan (input)untuk kebijakanyangakandatangagardihasilkan kebijakan pendidikan yang lebih baik (Wirawan,2011:23).

C. PermasalahandalamEvaluasiKebijakanPendidikanDalam pelaksanaan evaluasi kebijakan pendidikan,

tidak terlepas dari berbagai masalah-masalah atau kendalayang sering dihadapi, diantaranya, 1) ketidakjelasan tujuankebijakandisebabkanolehadanyakompromiyangdipaksakanpada langkah pertama pembuatan kebijakan, 2) cepatnyaperkembangan masyarakat, menyulitkan evaluasi kebijakan,karena sering kali masalah yang diselesaikan saat ini, tidakrelevan lagi dengan masa yang akan datang. Bahkan didepannyasudahmenimbulkanmasalahyangbarulebihrumitdan komplek. 3) adanya hubungan masalah satu denganyang lainya yang membutuhkan pemecahan yang sama, 4) subjektivitas masalah dari sudut pandang orang yangberbeda dimana mereka mempunyai persepsi yang berbeda

Page 121: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 107

mengenai solusi masalah kebijakan, 5) kendala psikologis,dariaktorpelaksanakegiatan,memandangevaluasikebijakanberkaitandengan prestasi dirinya.Hal inimenghambatkarirmerekakedepannya,apalagibagimerekayangnyamandengankondisiyangada,6)kendalaekonomis, seperti biaya untukpengumpulandanpengolahandataterbatas,biayauntukparastafadministrasi,danbiayauntukevaluatorkurangmemadai.Idealnyaprosesevaluasikebijakanpendidikanakanmengalamihambatan apabila tanpa dukungan financial dari lembagapendidikan, 7) kurang tersedianya data secara memadaidan informasi yang up to date, disebabkan data yang adakualitasnya kurang baik, dan suplay data dipandang sebagaipekerjaan rutin dan formalitas tanpa memperhitungkansubstansinya, 8) kendala politis, sering terbentur karenamasing kelompok menutupi kelemahan dari implementasisuatu programdikarenakanada deal atau bargaining politik,9) kurang tersedianya evaluator atau sumber daya evaluasikebijakanpendidikan.

Masalah lainnya dalam evaluasi kebijakan pendidikan,berkenaan dengan pengukuran (measurement), menyangkutjuga penggunaan konsep tertentu sebagai suatu alat untukmengukur keberhasilan ataupun kegagalan suatu kebijakanatau program. Misalnya persoalan efisiensi: perbandingancost-benefit atau input–output, sangat sulit untukmengukurcost maupun benefit untuk masalah sosial. Contoh lainpersoalan efektivitas kebijakan: sulit dilihat terutamamenyangkutkualitasnya.Disampingkelompoksasaran(target groups), perlu juga diperhatikan adalah program kebijakanitu berdampak pada keseluruhan populasi sasaran atautidak. Realitasnya seringkali terjadidampaknya justru bukanmenyentuh kelompok sasaran yang memperoleh manfaatdari kebijakan itu,melainkan kelompok laindalampopulasitersebut,disebabkanterjadibias birokrasi (Ali,M.2017).

Page 122: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

108 Analisis Kebijakan Pendidikan

D.ManfaatEvaluasiKebijakanPendidikanManfaat evaluasi kebi jakan pendidikan , dapat

diklasifikasikan menjadi dua dimensi, internal dan eksternal.Adapun dimensi internal, menyangkut pihak-pihak yangterlibat langsungdalampersiapanatau implementasikebijakan,manfaatyangdidapatkanantaralain,1)mengetahuikeberhasilansuatu kebijakan yang dilakukan, agar diperoleh informasi yangobjektif,apakahkebijakansuksesatausebaliknya,2)mengetahuiefektivitaskebijakandenganpenilaianapakahkebijakanitusudahmencapai tujuannya atau tidak, 3) menghindari pengulangankesalahan(guarantee to non-recurrence). Informasidarievaluasikebijakan yang memadai akan memberikan rambu-rambu agartidak terulang kesalahan yang sama pada implementasi ataukebijakanyanglainpadamasa-masayangakandatang(HogwoodandPeters,1985).

Alasan yang bersifat eksternal, terkait denganpihak-pihakyangtidakterlibatlaangsungdalampersiapan,maupun implementasi kebijakan. Namun mereka dapatmenikmati manfaat evaluasi kebijakan pendidikanitu antara; 1) untuk memenuhi prinsip akuntabilitaspublik, dimana penilaian terhadap kinerja kebijakanyang telah diambil merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban pengambilan kebijakan kepadapublik,baikyangterkait langsungmaupuntidak,2)untukmensosialisasikan manfaat sebuah kebijakan, khususnyapada kelompok sasaran dan penerima secara terukur.Evaluasi kebijakan pendidikan memberikan manfaatmaksimal, ada beberapa hal baik yang perlu diperhatikan;1)Goals/values, 2) efficiency, 3) equity/equality, 4) security, 5) liberty/ freedom, 6) practical considerations, 7) effectiveness, 8) political feasibility, 9) social acceptability, 10) administrative feasibility (YuyanShi,2016).

Page 123: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 109

E. MonitoringEvaluasiKebijakanPendidikanMonitoring merupakan prosedur kebijakan pendidikan

yang digunakan dalam rangka menghasilkan informasitentang sebab akibat dari kebijakan-kebijakan yang dapatmenggambarkan hubungan sebab akibat antara pelaksanaanprogramdankebijakansertaoutcomenyadengansumberdayautamanyaadalahpengetahuantentangpelaksanaankebijakan.Monitoring dilakukan oleh pimpinan untuk melihat,memantau jalan organisasi selama kegiatan berlangsung.Sekaligus mengukur, menilai ketercapaian tujuan,mencermatifaktorpendukungdanpenghambatpelaksanaanprogram kebijakan pendidikan. Dalam monitoring(pemantauan) dikumpulkan data dan dianalisis. Hasilanalisis diinterpretasikan dan dimaknakan sebagai masukanoleh pimpinan sebagai bahan atau data mengadakanperbaikan (Kemendikbud, 2013). Monitoring evaluasikebijakan pendidikan berhubungan dengan mendapatkanpremis faktual kebijakan, dengan bergerakmundurdari apayang diamati saat ini untuk menginterpretasikan apa yangsudahterjadisebelumnya(ex post facto).Monitoringevaluasikebijakan dapat berfungsi untuk 1) ketaatan (compliance), menentukan bentuk tindakan administrator, staf dansemua yang terlibat mengikuti standar operasional prosedur(SOP) yang sudah ditetapkan, 2) pemeriksaan (auditing), menetapkan apakah sumber dan layanan pendidikan yangdiberikan sudah mencapai target,dan sasaran, 3) laporan(accounting), menghasilkaninformasiyangdapatmembantumengkalkulasikanhasilperubahansosialdalammasyarakatsebagai dampak implementasi kebijakan dalam satu periodewaktu tertentu, 4) penjelasan (explanation, menghasilkanjuga informasi yang dapat membantu menjelaskan akibatkebijakandanmencaripenyebabmengapaantaraperencanaan

Page 124: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

110 Analisis Kebijakan Pendidikan

danpelaksanaanmengalami ketidakcocokan(Wibawa, 1994;WilliamN.Dunn,2003).

Untuk itu, monitoring perlu dilakukan dengan baik,agar dapat memastikan pelaksanaan kebijakan pendidikanberadapadajalurnyasesuaidenganpedomandanperencanaanprogramdandapatmemberikan informasi kepada pengelolaprogram, apabila terjadi hambatan dan penyimpangan sertasebagai masukan dalam melakukan evaluasi. Secara prinsipmonitoringkebijakandilakukangunamemastikan kesesuaianprosespelaksanaankebijakandancapaiannya sesuairencanaatautidak.

Evaluasi implementasi kebi jakan pendidikanmenurut Ripley (1985,144) adalah 1) ditujukan untukmelakukanevaluasiterhadapproses;2)perspektifkepatuhan;dan (3) evaluasi aspek-aspke dampak kebijakan yang terjadidalam jangka pendek. Dapat disimpulkan bahwa evaluasiimplementasi kebijakanmemiliki beberapakegunaanyakni:1)menggambarkan realitas yangmunculdenganpola sejauhdapat dilakukan, 2) menjelaskan pola yangadadanberbagaipengaruhnya terhadap arahdanhubungan sebab akibat dariberbagai pengaruh lainnya, 3) melakukan evaluasi terhadapaspekproses implementasikebijakanpadafaseawalprogramdilaksanakan denganmencermati prosedur pencapaiatujuanyangsudahditetapkandanmembantumenghadapiperbedaandariharapandantujuanitu.

Evaluasi implementasi kebijakan pendidikan bisamencapai hasil memuaskan bila atribut yang diperlukanterpenuhi,antara lain; 1)berbagaistudiataukajian terhadapberbagai macam program atau kebijakan yang sudah adasehingga didapatkan informasi yang memadai untukdigunakan sebagai bahan perbandingan, 2) tersedianyapetugas lapangan yang memadai di berbagai lokasi yangmenjadi sasaran kebijakan, 3) sumber informasi yangdiwawancarai berasal dari berbagai sumber, 4) wawancara

Page 125: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 111

lebihbaikdilakukandengansistemterbukadantertutupataukombinasi, 5)pelaksanaanevaluasi berskala besar,kelompokpengevaluasi sebaiknya tinggal bersama dalam kelompokkecil, sekaligus mengunjungi sumber informasi, 6) kondisiorganisasipengevaluasi(evaluator) yangbaik,dapatmembantukeberhasilanpelaksanaanevaluasi(Ripley,1985).

F. KriteriaEvaluasiProgramKebijakanPendidikanKriteria evaluasi program kebijakan pendidikan,

mengadaptasipemikiranWilliamNDunn(2003),palingtidakmemenuhibeberapa unsur, antara lain; 1) relevansi, evaluasiharus memberi informasi yang relevan dengan kebutuhanpengambil keputusan dan kebijakan yang lain dan harusmampumenjawabpertanyaansecarabenarpadawaktuyangtepat, 2) signifikansi berarti evaluasi kebijakan harusnyamampu memberikan informasi yang terbaru dan pentingbagi pelaku kebijakan untuk beranjak lebih mendalam dansubstatif dari yang selama ini dalam pikirannya dianggapjelasdanterang,3)Validitasdisinimaksudnyaevaluasiharusdapat memberikan pertimbangan yang seimbang mengenaihasil–hasil nyatadari kebijakan atau program, 4)reliabilitasmaksudnya evaluasi kebijakan harus berisikan bukti bahwakesimpulan yang didapatkannya tidak didasarkan padainformasimelalui prosedurpengukuranyang tidak telitidantidakkonsisten,5)objektifitasmaksudnyaevaluasi kebijakanharusmelaporkankesimpulandaninformasiyangmendukungdantidakbias,yaitu informasiyangmembuatparaevaluatordapat mencapai kesimpulan yang sama, 6) ketepatanwaktumaksudnya evaluasimestimembuat informasi tersedia padawaktu pengambilan keputusan harus dibuat, 7) daya guna,

Page 126: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

112 Analisis Kebijakan Pendidikan

evaluasiharusmenyediakan informasiyangdapatdigunakandan dimengerti oleh para pengambil keputusan dan aktorkebijakanlainnya(WilliamN.Dunn;2003).

MelengkapipemikiranWilliamN.Dunn(2003) tentangkriteria evaluasi kebijakan pendidikan yang baik dapatmemperhatikanberapahal,antara lain; 1)efektivitas,artinyaapakah hasil yang diinginkan telah tercapai, 2) kecukupanartinyaseberapahasilyangtelahtercapai dapatmembantupemecahan masalah pendidikan yang di evaluasi, 3)pemerataan,apakahbiayadanmanfaat layanan pendidikanitu didistribusikan merata kepada seluruh kelompokmasyarakat yang berbeda, 4) responsivitas artinya hasilkebijakanpendidikanmemuatpreferensiataunilaikelompok,terkait(stakeholder)dapatmemuaskanmereka,5)ketepatan,artinyahasilyangdicapaibermanfaatdarievaluasipendidikanyangdilakukan(Subarsono,2013).

G. ModeldanPendekatanEvaluasiKebijakanPendidikanModel evaluasi kebijakan dalam bidang pendidikan

bisamengadopsipendekatanyangdigunakandalamevaluasikebijakan publik, ada beberapa model yang bisa diterapkanatauuntukmengevaluasikebijakanpendidikan,antaralain:1)goal oriented evaluation modelyangdikembangkanTyler.Objekdari model ini terdiri dari tujuan dari suatu program yangditetapkansebelumprogramberjalandanevaluasidilakukansecara berkelanjutan, 2) goal free evaluation model yangdikembangkan oleh Scriven. Model ini berlawanan denganmodelpertamaataubisadikatakanevaluasilepasdaritujuankhusus. Scrivenmenyakinkanmodelyangdikembangkannyaperlumemperhatikanpenampilandaritiaplangkahprogram.

Page 127: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 113

Model ini jugamempertimbangkan tujuanumumyangakandicapaiolehprogram,bukanpenilaiansecararinci,3)formatif-sumatif evaluation model yang dikembangkan MichaelScriven, 4) countenance evaluation model, dikembangkanolehStake,5)responsive evaluation model, jugadikembangkanolehStake,6)CSE-UCLAEvaluation Model,menekankanpada“kapan” evaluasi dilakukan, 7) CIPP Evaluation Model,yangdikembangkanoleh Stufflebeam, 8)discrepancy model, yangdikembangkanProvus(KaufmandanThomasdalamArikuntodanCepiSafruddin,2010).

Dalammelaksanakanberbagaimodelevaluasikebijakanpendidikan di atas, ada beberapa pendekatan yang bisadigunakan, antara lain: 1) evaluasi semu (pseudo evaluation, maksudnyadalammelaksanakanevaluasikebijakanpendidikandapat menggunakan metode deskriptif guna mendapatkaninformasiterpercayadanvalidberkenaanhasil-hasilkebijakandibidangpendidikan,tanpamenanyakanmanfaatataunilaidarihasilkebijakanpendidikantersebutpada individu,kelompokatau masyarakat. Asumsi yang digunakan adalah ukuranmanfaat atau nilai tambah sesuatu yang bisa dibuktikandengansendirinyaatautidak kontroversial, 2)evaluasiformal,maksudnyapendekatanyangbisadigunakanuntukkegiatanevaluasi kebijakan pendidikan menggunakan metodedeskriptifuntukmenghasilkaninformasiyangterpercayadanvalid mengenai hasil-hasil kebijakan berdasarkan sasaranprogram kebijakan yang sudah ditetapkan secara formaloleh para aktor pembuat kebijakan pendidikan itu sendiri.Asumsinya adalah sasarandan target yangditetapkan secaraformalmerupakanukuranyangtepatuntukmelihatmanfaatataunilaidariprogramdankebijakanpendidikan,3)evaluasikeputusanteoretis,maksudnyapendekatanevaluasikebijakanpendidikan dapat menentukan sasaran dan tujuan yangtersembunyidandinyatakanolehparastakeholderpendidikan(WilliamN.Dunn,2003:612-634).

Page 128: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

114 Analisis Kebijakan Pendidikan

H. LangkahdanDampakEvaluasiKebijakanPendidikanDalam melaksanakan evaluasi kebijakan pendidikan,

ada beberapa langkah yang bisa diikuti, antara lain: 1)mengidentifikasi tujuan evaluasi kebijakan pendidikandilakukandenganmengajukanbeberapapertanyan,antaralaina)apahakikatdantujuanevaluasipendidikan,b)siapatargetdari evaluasi pendidikan itu, c) kapan targetdari perubahankebijakan pendidikan yang di inginkan, 2) analisis terhadapmasalah pendidikan, 3) deskripsi dan standarisasi kegiatanevaluasi kebijakan pendidikan, 4) pengukuran terhadaptingkatanperubahandarievaluasidilakukan, 5)menentukanapakah perubahan yang dievaluasi merupakan akibat darikegiatanevaluasiataukarenapenyebabfaktorlainnya(EdwardA.SchumandalamBudiWinarno,2012).

Dari langkah-langkah evaluasi kebijakan pendidikan,kitabisamengukurdampak (evaluation of impact) kebijakanpendidikan yang berbeda dengan evaluasi implementasikebijakanpendidikan.Evaluasidampakkebijakanpendidikandapatdilakukan secaramemuaskanbilaprogramatauprosesevaluasi kebijakan pendidikan telah dilaksanakan secaralengkap dan berjalan dalam kurun waktu sesuai denganrencana. Kebijakan pendidikan dapat dilihat dampak bilasudah diimplementasikan dalam masyarakat atau padaobjeknya. Dampak atau hasil-hasil kebijakan pendidikanmemilikimaknaatauartianyangberlainan, tergantungsiapaaktoryangbisamenafsirkanartidampaktersebutsesuaidenganlatar belakang kepentingannya. Secara konseptual, dampakkebijakanpendidikandicaridenganpertanyaan,apayangtelahdicapaidarikebijakanpendidikan?

Evaluasi dampak kebijakan pendidikan sering bersifatilmiah dancenderungmengabaikanrealitas.Akibatnyamuncul

Page 129: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 115

beberapa mengandung kelemahan, antara lain Indikatorevaluasi kebijakan pendidikan yang baik yang dilakukan itudenganmemperhatikan,antaralain;1)efektivitas.apakahhasilyangdinginkantelah tercapai,2)kecukupanartinyaseberapajauh hasil yang sudah dicapai dapat memecahkan masalahpendidikanyangdievaluasi,3)pemerataan,apakahbiayadanmanfaatlayananpendidikanitudidistribusikanmeratakepadaseluruhkelompokmasyarakatyangberbeda,4)responsivitas.apakah hasil kebijakan pendidikan memuat preferensi ataunilaikelompokterkait(stakeholder)dapatmemuaskanmereka,5)ketepatan,apakahhasilyangdicapaibermanfaatdarievaluasipendidikanyangdilakukan(Nugroho,2009,Subarsono,2013).

BahkanRipley(1985)menjelaskanlebihlanjutadaempatdimensi yang bisa dicermati berkaitan dengan dampakkebijakan,antaralain;1)waktu,2)hubunganantaradampakyang sebenarnya dengan dampak yang ingin dicapai; 3)akumulasidampak; 4) tipe dampak (kesejahteraan ekonomi;pembuatankeputusan;sistempolitik;kualitaskehidupan).

Evaluasi kinerja kebijakan dilakukan dalam perspektifwaktuuntukmenilaihasilyangdicapaiolehsuatukebijakansetelah dilaksanakan dengan sebelumnya. Hasil yangdicapai dapat diukur dalam konteks ukuran waktu jangkapendek atau output, jangka panjang atau outcome. Evaluasikinerja kebijakan pendidikan dengan melakukan penilaiankomprehensif terahadap, 1) pencapain target (output), 2)pencapai tujuan kebijakan (outcome), 3) kesenjangan (gap) antara target dan tujuandengan pencapaian yangdiraih, 4)perbandingan (benchmarking)dengankebijakan yang samadibandingkan dengan tempat lain yang sudah berhasil, 5)indentifikasi berbagai faktor pendukung keberhasilan dankegagalan sehingga menyebabkan terjadinya kesenjangan,serta memberikan rekomendasi guna menanggulangikesenjangantersebut.

Page 130: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

116 Analisis Kebijakan Pendidikan

Adapun kendala evaluasi kebijakan Pendidikan,antaralain: 1) kendala psikologis, banyak aparat pemerintahmasih alergi terhadap kegiatan evaluasi, karena merekamemahaminya berkaitan dengan prestasi dirinya danlingkungannya. Apabila hasil evaluasi menunjukkan kurangbaik, bisa jadi akanmenghambat karir dirinya danmerusakreputasi lembaganya. Sehingga banyak aparat atau pegawaimemandang kegiatan evaluasi kebijakan bukan merupakanbagian penting dari proses kebijakan publik. Justru banyakyang berpikir evaluasi kebijakan hanya dipahami sebagaikegiatan tambahan yang boleh dilakukan dan boleh tidakdilakukan, 2) kendala ekonomis, kegiatanevaluasi kebijakanmembutuhkan biaya yang relatif besar untuk pengumpulandan pengolahan data, biaya para staff pelaksana, petugasadministrasi, dan biaya evaluator. Proses evaluasi kebijakanakanmengalamihambatanapabilatanpadukunganfinansial.3)kendala teknis,evaluatorseringdihadapkanpadamasalahtidak tersedianyacukupdatadan informasi yangup to date. Disampingitu,datayangadakualitasnyakurangbaik,karenasuplay data kepada suatu instansi yang lebih tinggi dariinstansiyanglebihrendahhanyadipandangsebagaipekerjaanrutin dan formalitas tanpa memperhitungkan substansinya,4) kendala politis. Evaluasi kebijakansering terbentur danbahkangagalkarenaalasanpolitis.Masing-masingkelompokbisa jadi saling menutupi kelemahan dari implementasikebijakan yang dilaksanakan atau programdikarenakan adadeal atau bargaining politik tertentu, 5) kurang tersedianyaevaluatoryangmemiliki kapabilitasdan kapasitasyangmemadai. (Subarsono;2013dalamCahyanidanMarom,2017).

Page 131: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Evaluasi Kebijakan Pendidikan 117

DaftarPustaka

Ali, M. (2017). Kebijakan Pendidikan Menengah dalam Perspektif Governance di Indonesia.UniversitasBrawijayaPress.

Cahyani, G. P., & Marom, A. (2017). Evaluasi Kebijakan RetribusiTempat Rekreasi Di Kabupaten Kudus. Journal of Public Policy and Management Review, 6(2),270-282.

Depdiknas,(1998),Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran, Bandung;RemajaRosdaKarya.

Dunn,WilliamN.,(2003)Analisa Kebijakan Publik.(Peny.:MuhadjirDarwin).Yogyakarta:GajahMadaUniversityPress.

Hasbullah. (2007),Otonomi Pendidikan:Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. PTRajaGrafindoPersada:Jakarta

Hogwood,B.W.,&Peters,B.G.(1985).The pathology of public policy. USA:OxfordUniversityPress.

Islamy,IrfanM.,(2003)Prinsip-prinsip perumusan kebijakan negara, Jakarta:Penerbitbumiaksara.

Jones (1985), School Finance: Technique and Social Policy. London CollerMacmillanPub.

Kawengian,D.D.,&Rares,J.J.(2015).EvaluasiKebijakanPencegahanDan Pemberantasan Perdagangan Manusia (Trafficking)TerutamaPerempuanDanAnakDiKabupatenMinahasaSelatanProvinsiSulawesiUtara. JURNAL ACTA DIURNA, 4(5).

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2013), Petunjuk Teknis Monitoring Dan Evaluasi, Jakarta: Direktorat JenderalPendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan InformalDirektoratPembinaanPendidikanAnakUsiaDini.

Nugroho, Riant Dwijowijoto (2009). Kebijakan Publik. Jakarta: PTElexMediaKomputindo

Page 132: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Putra, Nusa dan Hendarmawan. (2012), Metodologi Penelitian Kebijakan.Bandung:PTRemajaRosdakarya.

Ripley, R. B. (1985), Policy Analysis in Political Science, California:WadsworthPublishingCompany.

Shi, Yuyan, (2016), Selecting Evaluation Criteria and Evaluating Policy,SanDiego;UniversityofCalifornia.

Stewart Jr, J., Hedge, D., & Lester, J. P. (2007). Public Policy: An Evolutionary Approach.NelsonEducation.

Stufflebeam, (1985), Systematic Evaluation, Boston; Kluwer NijhofPublishing,

Subarsono,A.G.(2013),Analisis Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.Yogyakarta:PenerbitPustakaPelajar.

Supandi, Ahmad Sanusi, (1988), Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan,Jakarta:P2LPTK.

Winarno,Budi.(2007),Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta:MediaPremindo

Wirawan, (2011), Evaluasi (Teori, Model, Standar, Aplikasi, dan Profesi).Jakarta:RajawaliPers

Perundangan-undangan

Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor20tahun2003tentangSistem Pendidikan Nasional Undang-undang RepublikIndonesia Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2015 tentangPerubahan kedua atas Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Page 133: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. PengertianSosialisasiKebijakanPendidikanSosialisasi merupakan sebuah proses yang paling

pentingyangsecarasadaratau tidakkita sudah jalanidalamkesehariannya. Sosialisasi adalah penyampaian informasisecara terbuka berupa (peraturan, progam, keputusan)dari satu pihak (pemilik progam) ke pihak lain (masyarakatluas) dan proses pemberdayaan, dimana diharapkan dapatmenumbuhkan perubahan sikap, perilaku masyarakat danmenumbuhkan kesadaran kritis. (PNPMMandiri Perkotaan,2009).

Sosialisasi juga dapat diartikan sebagai suatu prosespenyampaian nila-nilai dengan berbagai macam nganberbagyang sedemikian rupahinggacara sehingga terbentukindividuyang utuh.Makadapatdikatakan seorang manusiatidak akan bisa dapat melakukan sosialisasi dengan utuh,ia dapat diibaratkan sebagai seorang individu yang tidak

Bab VI

SosialisasiKebijakan Pendidikan

Page 134: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

120 Analisis Kebijakan Pendidikan

sempurna. Sosialisasi juga mengarah pada makna yangberarti pengenalan sesuatu yang baru yang disampaikankepada beberapa orang atau sekelompok orang yang belummengetahui. Proses interaksi sosial yang terbangun denganbeberapa orang guna memperoleh knowledge, attitude, value, dan essential behavior untuk keikutsertaan (partisipasi)yang efektif dimasyarakar (Damsar, 2010;15). Sosialisasi jugamenjadi suatu kegiatandimanaseorangdiberikanpelajaranmenjadi manusia yang berkontribusi dalam masyarakatmaupunorganisasiatautempatkerjanya.

Kegiatan sosialisasi sangat penting dilaksanakan, sebabluasnya wilayah kerja organisasi, termasuk sulitnya akseskomunikasi ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau olehberbagai media informasi baik elektronik maupun cetak,disamping kecenderungan manusia untuk menerima suatukonsep perubahan tidak gampang. Banyakperubahan baikorganisasional maupun personal memerlukan keterampilandanpengetahuanbaruagardapatmenyesuaikandenganlebihbaik dalam lingkungan yang baru. Dalam mengefektifkanpencapaian tujuan perubahan, maka diperlukan kejelasantujuan dan cara yang tepat baik menyangkut aspek prosesmaupun pengembangan, mencakup: manusia, tujuan,kebiasaan,proses,hasildanlingkunganeksternal(UdinSaud,2002).

Sosialisasi kebijakan dilakukan, untuk prosespengenalan nila-nilai yang terkandung dalam kebijakan itu,prosedur, maupun kesamaan pemahaman yang sedemikianrupa penting dilakukan hingga akhirnya terbentuk suatukesatuanpenafsiranantarindividudidalamorganisasitersebut.Makadapatdikatakanseorangindividutidakpernahmengikutisosialisasi dengan sempurna, maka ia dapat diumpamakansebagaimanusiabelumutuhmenjalankankebijakan.

Jadi dalam konteks kebijakan,menurut Harton danHunt(1989-1989) sosialisasi pada prinsipnya adalah sistem agar

Page 135: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Sosialisasi Kebijakan Pendidikan 121

suatu keputusan dapat mencapai tujuannya. Suatu programkebijakan disosialisasikan agar mempunyai tujuan atau efekyangdi inginkan.sosialisasidipandangsebagaiproses interaksiantara satu perangkat pelaksana, tindakan dan tujuan yangdapatmencapai sasaran kebijakan, dimanadidalamsosialisasikebijakanaktor,organisasi,prosedur,danteknikdipakaisecarabersama.

Biasanya berbagai permasalahan seputar sosialisasikebi jakan, belum diketahuinya aturan, prosedur,tanggungjawab, batasan, koordinasi, tindakan yang tepatbelum diketahui masyarakat. Untuk mengatasi agar tidakterjadi miskommunikasi, kesalahan intepretasi, padahakekatnya sosialisasi kebijakan ini harus dilakukan dalamkonteksorganisasiyangmenyeluruhdengantujuandantargetyang jelas, prioritasyang jelas sumberdayapendukungyangjelas pula. Hal ini dipertegas Vembriarto (2004:106) bahwasosialisasikebijakanadalahprosesakomodasidimanaindividumenahan, mengubah implus-implus dalam dirinya, danmengambil cara hidupatau kebudayaanmasyarakatnya atauorganisasi tempat yang bersangkutan bernaung..Hal senadajuga dijelaskan George Herbert Mead (1962) menyatakanbahwasosialisasikebijakanmerupakanprosesdimanamanusiabelajarmelaluicara,nilaidanmenyesuaikantindakandenganmasyarakatdanbudaya lainnya,melihatbagaimana manusiameningkatkan pertumbuhan pribadi mereka agar sesuaidengankeadaan,nilai,normadanbudayasebuahmasyarakattersebut yang berlaku di sekelilingnya melalui merasa,dan percaya diri sendiri dan proses sosialisasi dibudayakansepanjanghayat.

Sosialisasi kebijakan pendidikan menjadi sebuahmekanisme penyampaian informasi kebijakan pendidikankepadapublik.Sosialisasiinidapatdilakukandenganberbagaimedia,baik cetak maupun elektronik. Sedangkan kebijakanmerupakanaturantertulisyangmerupakan keputusan formal

Page 136: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

122 Analisis Kebijakan Pendidikan

organisasi yang bersifat mengikat, yang mengatur perilakudengan tujuan untuk menciptakan tata nilai baru dalammasyarakat.

Sosialisasi kebijakan pendidikan merupakan suatumekanismepenyampaianinformasisuatusikapdantindakanyang diambil oleh aktor atau dengan kemufakatan grouppembuat kebijakan sebagai upaya dalam menyelesaikan satupersoalanatausuatumasalahdalambidangpendidikan.

B. TujuanSosialisasiKebijakanPendidikanTujuansosialisasikebijakanpendidikanpadaumum

adalahmengupayakanmasyarakatluasmemahamidanmampumenginternalisasikanmaknadaritujuandankonsepdarikeputusanpemerintah, masyarakatumummengetahuidanmemahamiperkembanganimplementasikebijakandanprogampemerintahsebagaibagiandaripertanggungjawabanterhadapmasyarakat,menjadibagiandarikegiatan-kegiatanpelibatan masyarakat yang terdapat dalam siklus progamdari kebijaksanaan pemerintah. Sedangkan secara khususadalah agar terdapatnya kerjasama dan komitmen antarapemerintah dengan masyarakat, atau antara masyarakatdengan masyarakat untuk m e m b u a t r e n c a n a ,menjalankan rencanadanmemonitor-mensupervisi secarabersama,dapatmembangkitkanmotivasikelompokstrategisdankelompokpeduliuntukmelakukantindakanbaikdalamkerjasama maupun membangun pengawasan terhadaptujuan kebijakan pendidikan, dan menyebarluaskanhasil-hasil perkembangan program kebijakan di bidangpembanguanpendidikankepadamasyarakatluas.

Biasanya kebi jakan yang sudah dirumuskan,ditetapkansekaligusdisyahkanmelaluiperundang-undangan

Page 137: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Sosialisasi Kebijakan Pendidikan 123

atau peraturan dan keputusan pimpinan lainnya, tentumemerlukan dukungan sosialisasi. Karena sosialisasi adalahkunci dalam menilai efektivitas penerapan suatu peraturanperundang-undangan yang menjadi produk kebijakan.Sosialisasi seharusnya telah dilakukan sejak suatu produkkebijakandirancangsehinggasejakdini,materimuatanaturandan ketentuan yangmengikat di dalamnya sudahmendapatmasukandarimasyarakat.Sosialisasi jugamestidilaksanakansetelah produk kebijakan disahkan dan diundangkan agarketentuannya diketahui dan dilaksanakan, disinilah urgensiproses sosialisasi kebijakan dilakukan, termasuk produkkebijakandibidangpendidikan.

Seringkalikelemahandalamsosialisasiprodukkebijakan pendidikan belum disosialisasikan pada saat pra legislasi,tiba-tibamenjadiregulasi,kagetansetelahditerapkankarenajuga belum disosialisasikan. Fakta dan realitas tentang itusudah sering kita dapatkan sehingga produk kebijakanseringkali mendapatkan penolakan dari masyarakat ataustakeholder terkait.Untuk itu,parapemangkukepentingansebaiknya memulai pada saat draf produk kebijakanpendidikan mau digulirkan, termasuk konten dan strukturyangadadalamaturannya,perilakuyangdiharapkansudahmulai disosialisasikan agar mendapatkan masukan untukdisempurnakanmenjadisebuahkebijakanyangbisaditerimasemuapihak.

C. TahapanSosialisasiKebijakanPendidikanSosialisasi kebijakan merupakan suatu hal yang sangat

penting, ada beberapa tahapan-tahapan yang diperlukandiperhatikan dalam proses sosialisasi kebijakan tersebut ke

Page 138: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

124 Analisis Kebijakan Pendidikan

masyarakat (public) termasuk di bidang pendidikan, yaitu:1) tahap persiapan (preparatory stage), tahap meniru (play stage), dan 3) tahap tindakan (game stage)(GeorgeHerbertMead,1962).Daritahapan-tahapansosialisasikebijakanpublikini, kita bisa mengukur suatu keberhasilan suatu sosialisasikebijakan, dilihat dari indikator pencapaian masing-masingtahapansebagaiberikut.

1. TahapPersiapan(Preparatory Stage) Tahap ini dipersiapkan sejak rencana kebijakan

pendidikan digulirkan, seorang pimpinan mempersiapkandraft aturan, regulasi maupun produk kebijakan yangakan dihasilkan. Pada tahap ini juga stakeholder sudahmulai mencerna dan memahami kenapa, manfaatnya dandampaknya sudah ada dalam pikirannya meski belumsempurna. Dalam tahap ini, setiap individu sebagai anggotamasyarakatmempersiapkandiridengankebijakanyangakan ditetapkan,sertamemahamidanmembekalidengannilai-nilaidan norma-norma yang menjadi pedoman dalam kebijakantersebut, sehingga proses penerimaan produk kebijakan bisadengan mulus karenasudah berkesesuaiandengan nilaidannormayangadadalamlingkungantersebut.

2. TahapMeniru(Play Stage)Tahap meniru dicirikan dengan semakin membaiknya

masyarakat mengikut kebijakan yang akan ditetapkan,termasukmenyesuaikanperan-peranyangakandilaksanakanoleh orang dewasa. Pada tahap meniru ini mulai terbentukkesadaran mengenai kebijakan baru. Masyarakat mulaimenyadaritentangapayangdilakukanolehseorangpimpinandan apa yang diharapkan dari kebijakan tersebut, ataumasyarakat memiliki kemampuan untuk memposisikan diripadakebijakanyangakandisahkansertamulaiterbentukpada

Page 139: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Sosialisasi Kebijakan Pendidikan 125

tahapini.Kesadarankolektifdarimasyarakatmulaiterbentuksempurnasesuaidenganharapandalamkebijakan.

3. TahapSiapBertindak(Game Stage) Tahapan adaptation yang dilaksanakan tidak menjadi

utamalagimulaiberkurang,dandigantikanperanyangsecaralangsungdimainkansendirimenjadikepribadiandanbudayadengan penuh kesadaran. Kemampuannya menempatkandiri pada posisi yang diharapkan mengalami peningkatan,sehingga menyebabkan adanya kemampuan beraktivitassecara bersama-sama dengan sempurna. Pada tahap inimasing-masing orang merasa puas, mereka saling memberitahu koleganya, dan mulai memahami secara bertahapperaturan-peraturan yang berlaku. Pada kesempatan yangsamamasyarakatmulaimemahamibahwaadaaturanataunormatertentuyangberlakudilingkungannya(awardness).

D. StrategiSosialisasiKebijakanPendidikanAda beberapa strategi dalam melaksanakan sosialisasi

kebijakan pendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi unitkerjadanlingkunganmasyarakatyangakandiberikaninformasisebagaiberikut:1)mendapatkandukungandaripimpinantempat

sosialisasiberlangsung,misalnya Mendikbudmen so s i a l i s a s i k an p e r a t u r a n a t a ukebijakan pendidikanDasar dan Menengahtahun 2018, semuap imp i n a n s u d a h

Page 140: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

126 Analisis Kebijakan Pendidikan

memiliki satu semangat untuk merealisasikan kebijakantersebut,mulaidariMenterisampaipimpinandibawahnya,2)memberikan pemahaman kepada pejabat dan staf dilingkungansosialisasimengenaikebijakan,menjelaskansertaartipentingkebijakanpendidikandalammendorongefisiensi,efektifitas, peningkatan citradanakuntabilitas kelembagaan,4.menjelaskankepadaparaaktordanpegawaimelaluiseminar workshop, atau bimbingan teknis, 5) menyediakan berbagaimediasosialisasi,sepertibuku,poster,brosur,leaflet,,CD,dansebagainya, serta menyeberkan informasi tersebut media kepihak-pihak yang akan melakukan sosialisasi, 6) membuatposter dan menempatkan pada papan-papan pengumumandan menyediakan leaflet atau brosur pada tempat-tempatlayanan terkait kebijakan yang ditetapkan, 7) menayangkanpada situs internet lembaga yang menetapkan kebijakan 8)menjadikankebijakansebagaisalahsatutolokukurbagiunitkerjalaindalammelakukanpengawasan,danpembinaansertamenilai kepatuhan pelaksanaan kegiatan, 9) menjadikanpenerapan kebijakan sebagai salah satu tolok ukur bagipimpinanlangsungdalammenilaikinerjabawahan.

E. MediaSosialisasiKebijakanPendidikan

Kebijakan pendidikan yang sudah dirumuskan dapatdisosialisaikan dengan menggunakan berbagai media, baikberupa media komunikasi seperti poster, leaflet brosur,spanduk, dan baliho, maupun melalui media elektronik,seperticakramoptik(compact disk atau DVD), internet, radio dantelevisi.

Page 141: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Sosialisasi Kebijakan Pendidikan 127

Leafletseringjugadisebutpamphletmerupakansehelaikertasdari bahan agak kaku yang mudah dilipat sebagai sarana untukmenginformasi dan mengkomunikas ik an produk kebijakan darisuatu lembaga, termasuk lembaga pendidikan. Leaflet disebarkankepadatargetmelaluipenempatanleafletdi tempatstrategis,atau dibagikan pada suatu event tertentu. Leaflet bersifat praktis,mudah dibawa, mudah disimpan dan mudah dibacadimanapun dalamwaktu lama. Kandungan informasi dalaml e a f l e t dapat cukup de t a i l , s eka l i pun s i ngka t .

Leaflet digunakanuntuk mengingatkembali tentanghal-hal yang telahp e r n a hdikomunikasikana t a u u n t u kmemperkenalkankebijakan baru/

prosedur(proses)barukepadaorangbanyak.Olehkarenaitu,dalamrangkasosialisasikebijakanpendidikan, leaf let dapatdibagikan sebelum acara workshop atau kegiatan tertentu.Leaflet jugadapatdiletakkandiloket-loketlayananataufront-office layananpublikagarmasyarakat mengetahui kebijakanatau prosedur ringkas untuk mengurus sesuatu, misalnyauntukkebijakanbayarSPPsertifikasidosen,mengajukan ijinpembukaankursusataulembagapelatihan,mengajukandanabantuan operasional sekolah, kebijakan penarikan pekerjaanakdansebagainya.Kebijakanpenarikanpekerjaanak.

Sosialisasi kebijakan pendidikan bisa menggunakanmediaposter,yangberbedadenganmediakomunikasilainnyayakni poster harus dapat lihat oleh orang yang melewatidimana foster itusedangkanbrosur,booklet dirancanguntuk

Page 142: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

128 Analisis Kebijakan Pendidikan

dibaca secara khusus, sambildudukataudiamsesaat sambilberdiri.Olehkarenaituposterharusdapatmenarikperhatianpembacanya seketika, dan dalam hitungan detik, pesannyaharus dimengerti. Dalam sosialisasi kebijakan pendidikan,poster dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan,antara lain untuk mencapai tujuan: 1) memperkenalkanrangkaian kebijakan dan manfaatnya, 2) memperkenalkanprosedur terkait dengan kebijaka tersebut; 3) memberikanpenawaran tertentu, seperti beasiswa serta prosedur ataupersyaratanyangharusdipenuhiolehpemohon;4)membentuksikapataupandangan (propaganda) tertentu, seperti budayakerjabaruyangmelekatpadakebijakantersebut.

Poster untuk sosialisasi kebijakan pendidikan yang baik,memiliki ciri-ciri antara lain: 1) mampu menyampaikan informasi

s e c a r a c e p a t ; 2 )menayangkan ide dani s i y ang mena r i kperhatian; 3) mampum e m p e n g a r u h i ,membentuk opini/pandangan; 4) tataletakdantampilanfisikbersifat eye catching, y a k n i m e n a r i kperhatian orang untukm e l i h a t d a nm em b a c a n y a ; 5 )menerapkan prinsipsimplicity (sederhana,ringkas, tidak bertele-t e l e ) ; m e m i l i k i

Page 143: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Sosialisasi Kebijakan Pendidikan 129

keseimbangan tata ruang sehinggamemberikan pola-pola simetristertentudalampembagianruang;7.sistematisdalammengarahkanalur baca dari pembaca, sehingga terdorong untuk menelusuriinformasi secara berurutan sesuai dengan keinginan perancangposter; 8)mampumemberikan penekanan pada ide tertentu yangmenjadiidepokokataupesanpokok.Penekananbisadicapaidenganmembuatslogan/judul,atau ilustrasi/foto jauh lebihmenonjoldarielemendesain lain berdasarkan urutan prioritas. Penekanandapatjugadicapaidenganpengaturanukuranteks/gambar,membuatlatarbelakang yang kontras dengan tulisan atau gambar, memberikanperbedaanwarnayangmencolokpadatekstertentu,perbedaanjenishuruf,dan sebagainya; 10)memiliki kesatuanpesanyang jelasdanterfokus.Contohposterkebijakansekolahmemasukikelas.

Billboard menjadi saranasosialisasikebijakanpendidikanyangberukuran besar, di tempat tertentu yang tinggi dan ramai dilaluiorang. Billboard termasuk media yang sangat populer dan

banyakdigunakand a l a mmensosialisasikank e b i j a k a n d ip e l a n g g a n .Perkembangannyapun cukup pesat.Sekarangdi jamandigital, billboard

pun menggunakan teknologi baru sehingga muncullah digitalbillboard.Adajugamobile billboard, yaitu billboard yangberjalankesana ke mari karena dipasang di mobil iklan berjalan. Mobile billboard sendiri sekarang sudah ada yang digital mobile billboard. Billboard berbentukbidangdenganbahanterbuatdarikayu,logam,fiberglas, kain, kaca, plastik, dan sebagainya yang pemasangannyaberdiri sendiri,menempel bangunandengan konstruksi tetap,dan

Page 144: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

130 Analisis Kebijakan Pendidikan

reklame tersebut bersifat permanen. Jadi papan iklan di atasbangunan pun masuk kategori billboard. Contoh penggunaanBillboarduntuksosialisasibeasiswadikampus.

Selainbillboard diIndonesiajugadikenalbaliho.Perbedaannyat e r l e t a k p a d ap e rman e n a t a ut idaknya tempatbillboard itu berdiri.J i k a t emp a t ny a( kon s t r u k s i ny a )sementaraatausemipe rmanen makabillboard tersebutd i s e bu t b a l i h o .Bal iho bahannyabisa berupa kayu,l o g a m , k a i n ,

fiberglas dansebagainya.Isinyamerupakaninformasijangkapendekmengenai acara (event) tertentu atau kegiatan yang bersifatinsidentil,contohbalihokebijakanpendidikan.

Dengan makin berkembangnya teknologi cetak formatbesar, berkembang pula produk poster yang ukurannya lebihbesar. Muncullah format-format poster yang disebut banner yangukurannya dua hingga empat kali lipat poster atau bahkan lebihbesarlagi.Banner initidakditempeldidindingmelainkandipasangpada dudukannya sehingga mudah dipindah-pindah. Banner umumnya di pasang di ruang layanan umum. Contoh Billboardlembaga pendidikan bertujuan sebagai sosialisasi atas kebijakanperguruantinggimengalokasikanbeasiswakepadacalonmahasiswadanmahasiswa yang ada di kampusnya, sehinggamenarik banyakpeminatkuliahdikampustersebut.

Page 145: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Sosialisasi Kebijakan Pendidikan 131

Sesuai dinamika perkembang teknologi dibidang internet,makasosialisasikebijakanpendidikanyangpalingefisiendanefektifsertaekonomisdilakukanmelaluimediasosial,misalnya facebook,twitter, instagram,whattshap group, line dan lain-lainnya. Bahkansecara massal bisa dilakukan melalui media TV, Koran, radio,Sedangkanmelaluipertemuan tatapmuka bisadi lakukanmelaluiForumDiskusi Group (FGD), rapat sosialisasi, rapat pimpinandanliannyayangdianggapforumsosialisasikebijakanpendidikan.

DaftarPustaka

Damsar. (2011), Pengantar Sosiologi Politik.Lampung: KencanaPrenada

Horton, P.B dan C.L. Hunt. (1989). Sosiologi. (terjemahan, jilid 1). Jakarta:Erlangga

http://lindrilinggar.blogspot.co.id/2014/05/makalah-administrasi-pendidikan.htmldiaksestanggal26September2017pukul08.23

Irianto, Yoyon Bahtiar, (2012) Kebijakan Pembaruan Pendidikan (Konsep, Teori dan Model).Jakarta:RajagrafindoPersada.

Mead,GeogeHerbert,(1962),Mind, Self and Society,ChicagoCharlesW.Morris,Ed:UniversityofChicagoPress.

PNPMMandiriPerkotaan,(2009),Sosialisasi.htm(http://www.P2Kp.org/about.asp), diakses31Oktober2009

Rawita, Ino Sutisno. (2013), Kebijakan Pendidikan., Solo: KurniaKalamSemesta.

Sagala, Syaiful, (2009), Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung:alfabeta.

Page 146: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

132 Analisis Kebijakan Pendidikan

Udin S. Sa’ud (2002), Pengembangan Kebijakan Pendidikan DalamKerangkaOtonomiDaerah,Bandung: JurusanAdministrasiPendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia. http://f ile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195306121981031-UDIN_SYAEFUDIN_SA%27UD/Kebijakan_Pend.-Bapenas_2002.pdf

Vembriarto,(2004),Sosiologi Pendidikan.Jakarta:Gramedia.

Page 147: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. KonsepPenelitianKebijakanPendidikan(Education Policy Research)Dinamikakeilmuandankehidupanmodern(modern life

order) telahmempertemukankonseppenelitiandankebijakanpendidikanbermetamorfosisdalamsuasanaserasimenjelmasebagai penelitian kebijakan (field of study) pendidikan.Proses kerja penelitian kebijakan pendidikan (education policy research) merefer pada proses kerja penelitian padaumumnya, yang mengkhususkan pada bidang pendidikan.Disamping itu penelitian kebijakan pendidikan merupakanbagiandarikajiankebijakanpublikyangsudahberkembangpesat dan keilmuan yang sudah mapan. Konsep penelitiankebijakanpendidikanadalahpenelitianyangdilakukanapabilasedang dan atau sudah selesai diimplementasikan kebijakanpendidikan. Apabila sedang diimplementasikan kebijakanpendidikanyangditeliti,makatujuannyauntukmeningkatkankualitas,efektivitas,danefesiensidarikebijakanpendidikan

Bab VII

PenelitianKebijakan Pendidikan

Page 148: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

134 Analisis Kebijakan Pendidikan

tersebut. Sedangkan penelitian kebijakan pendidikandilakukan pada saat kebijakan pendidikan itu sudah selesaiditerapkan atau diimplementasikan, maka tujuannya untukmenilai kebijakan pendidikan tersebut secara menyeluruhberhasil atau gagal, menemukanmasalahyangfundamentaluntukdiselesaikanbagiparapengambilkebijakanpendidikan(Putra,2012).

Penelitian kebijakan pendidikan juga diterjemahkansebagai tindakan untuk memecahkan masalah pendidikan,atas dasar saran-saran yang dibuat oleh policy researcher sesuai hasil penelitiannya. Penelitian kebijakan pendidikandalam hal ini tidak asumsikan dari sudut pandang politikpemerintahan semata, tetapi juga sebagai objek studi ilmiah(field of study). Batasan penelitian kebijakan pendidikansebagaiobjekstudi(field of study) a purpose course of action followed by an actor or set of factor in dealing with problem or matter of concern. This concept of policy focusses attention in what actually done againts what is purposed or intended, and it differentieates a policy from decision (Anderson, 2006).Hal sejalan senada dikatan penelitian kebijakan pendidikansebagai field of study to this poin in our analysis, we can say that a policy exist when following is statisfied: some agent or agency a) must be obligated to act in accord with some conditional imperative i.e.: do something in particular, b) whenever specified conditions, c) occur, in order to achieve some purpose (Kerr,1976).Dalamkontekspenelitiankebijakanpendidikansebagaifield of study mengacupadadua hal,apa yang dikerjakan peneliti dan apa yang diusulkan atau dikehendaki pengguna (user) bisa dipertanggungjawabkansecarailmiah(keilmuan).Karenapenelititampilprofesionaldenganmetodologidanperpikiranalisis.Perilakuprofesionaldisini dipandangsebagaiseseorangyangmenjagaprofesinya,menunjukkan keadaban dalam ilmunya, didukungkemampuanakademikyangdiperolehdibangkukuliah, juga

Page 149: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 135

bukan hanya sekedar konsep, tapi ahli dibidang pendidikanberdasarkankeilmuanyangtekunidanpelatihanyangdiikuti.Penggabungankeilmuandanperilakupeneliti oleh Hoy danMiskel (1978) penelitian kebijakan disebut sebagai prosesakomodasi, yang memadukan konsep birokrasi dengankonsepprofesionalyangpadagilirannyamenghasilkankebijakanyang lebih bervariasi dan berwarna ilmiah ketimbangwarnapolitik. Sehingga penelitian kebijakan di bidang pendidikanbisamenghasilkanpolicy yangdapatdipertanggungjawabkansecara keilmuan, dalam batas-batasyang tidakbertentangandengan political will pemerintah. Penelitian kebijakanpendidikan dapat meningkatkan peran komponenanalisis(akademik-ilmiah) dan menurunkan bobot politis dalamperumusankebijakanpendidikan(Lindblom(1980).

Disampingitu,penelitiankebijakanpendidikanjugadipandangsebagaiprosespenyelenggaraanpenelitianuntukmendukungkebijakanatauanalisismasalahpendidikanyangbersifat fundamental secara teratur, membantu pengambilkebijakan memecahkan masalah, tujuannya bukanhanya mendapatkan rekomendasi, melainkan mendalami(verstehen) terhadap suatu kebijakan yang berorientasi padatindakan (action), tingkah laku pragmatis, merujuk padahasil penelitian.Hal senadadijelaskan bahwapolicy analysis evaluates government policies to provide policymakers with pragmatic action-oriented recommendations. Policy is both what is intended to be accomplished by government action and the cumulative effort of actions, assumptions, and decisions of people who implement (James and Sally, 2001). Dalampenelitian kebijakan pendidikan itu bukan terletak padasampaimana bobot ilmiahnya, namunsampaidimanadapatdiaplikasikan dalam rangka pemecahan masalah pendidikanyangdirekomendasikan(Danim,2005).

Penelitian kebijakan pendidikan juga dipandangsebagai perpaduan antara dua unsur, yaitu ilmu dan seni.

Page 150: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

136 Analisis Kebijakan Pendidikan

Ilmu yang dimaksudkan disini dikonstruskikan dari batangtubuhteori,konsepdanprinsip-prinsipmetodologi.Darisisiproses,mengandungduadimensi ilmuyangmendukungnya,yaitu ilmudalamarti subject matter dan ilmu dalam maknametodologi. Beberapa hal harus dimiliki oleh penelitikebijakan pendidikan, pertama berkenaan dengan ketepatankajian atas persoalan pendidikan, kedua berkenaan denganketepatancarapengkajian(methodology)yangdigunakan.

Sedangkan dari sisi seni (art) terdiri dari langkah,gaya,dan caramelaksanakan kerja penelitian.Orientasidaripenelitiankebijakanpendidikanadalahmendukungkebijakanpendidikan itu sendiri dengan cara tidak mengada-ada,dilakukan secara tersistematis untuk membantu pengambilkeputusan dalam mecahkan persoalan pendidikan yangfundamentaldenganmenyiapkansaran-saranyangmengarahpadatindakan(AnnMajchrzak(1984).

Sintesispenelitiankebijakanpendidikanmerupakanpenelitian terapan dengan tujuan untuk mendalami(verstehen) masalah pendidikan guna mendapatkanhasil segera dalam penyelesaian masalah pendidikan yangmemerlukan rekomendasi bagi para pengambil keputusan.Proseskerja,polakerjahampirsamadenganhasilriset,namunsifatnya yang khas; fokus di bidang pendidikan, rendahnyaketertiban ilmiahakibatkuatnyapengaruh lingkungansosio-politik (sociopolitical environment) dan keinginan pembuatkeputusan(user) outputriset,sertalebihmenekankankepadasintesisterfokusdandatasekunder.Arahpenelitiankebijakanpendidikan diwarnai oleh political will pembuat keputusan.Sehinggapengaruhlingkungansosio-politikmewarnaiprosesperumusanoutputrisetkebijakanpendidikansangatditentukanolehbudayapolitikpemerintahyangberkuasa,sepertivisidanmisiyangmenjadijanji-janjikampanyesebelumberkuasa.

Page 151: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 137

Keberhasilan penelitian kebijakan pendidikanditentukanolehkemampuanparapenelitimenggambungkanunsur pengetahuan dan seni yang dimilikinya di dukungkreativitas dan kapasitas peneliti tentang pendidikan secaramenyeluruh.Keahlianseorangpenelitisangatdimungkinkandalam riset kebijakan menentukan kesuksesannya, mulaidari perencaan, pelaksanaan, sampai dengan akhir yaitupenyusunan rekomendasi untuk pembuat kebijakan, terdiriadministrator,eksekutif,legislatordansejenisnya.Keikutsertaanbeberapa pihak ada dalam proses identifikasi persoalan,formulasi kebijakan, pelaksanaan, evaluasi, pengawasan danpengendaliankebijakan,dengankadaryangberbeda.

Penelitiankebijakantermasukdalambidangpendidikandewasaini berkembangdenganpesat,halinidipengaruhi,antaralain:1)makinbanyaknyapenyandangdana,baikinstansipemerintahmaupunnonpemerintah,2)penggunahasilstudiyang makin variatif, 3) fokus persoalan yang dikaji semakinumumdanmemiliki bermacam-macam tipedan bentuknya,4) penyelenggaraan penelitian kebijakan yang makinhervariasi, 5)bervariasinya latarbelakangpeneliti,6)adanyapolitical will untuk melegalkan suatu kebijakan, 7) makinterbatasnya kemampuan organisasi, terutama organisasipemerintah, untukdapatmenyelesaikan persoalan dengandan olehnya sendiri, sehingga memerlukan pihak expertmelakukan, 8) makin tingginya harapan masyarakan dandiikuti penyediaan anggaran pemerintah yang dialokasikanuntuksektorpendidikansemakinbesar.Denganalasan-alasaninilah kebijakan pendidikan mesti selalu didahului denganhasilpenelitianyangbisadipertanggungjawabkan.

Page 152: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

138 Analisis Kebijakan Pendidikan

B. FungsidanManfaatPenelitianKebijakanPendidikan

Fungsinya penelitian kebijakan pendidikan bisadikategorikansebagaiberikut;1)memberikanlayanandalambentuk fakta (evindensi), input yang bersifat verifikasi-afirmatif sebagai penyempurnaan untuk seluruh tahapandalam proses riset kebijakan dan dapat manfaatkan disetiap tahapan atau unsur kebijakan serta terhadap seluruhunsur kebijakan pendidikan, 2) memberikan kritik berupaperspektif,alternatifbersifatfalsifikasiataukritik-konstruktifterhadap peningkatan mutu (quality) kebijakan pendidikanmelalui perumusan kebijakan, 3) memudahkan penyusunkebijakan(policymaker)dalammenyusundesainkebijakan,dengan jalan memberikan argumentasi atau informasi yangmereka perlukan dalam menyelesaikan masalah pendidikanyangfundamental.

Manfaat penelitian kebijakan pendidikan; untukmerumuskan,mengevaluasi,memperbaikidanmeningkatkankualitas kebijakan baik yang sedang berjalan maupun yangsudahberjalan,sertamengukurdampakyangditimbulkandarikebijakan yang ada baik melalui metode, kuantitatif, mulaidari perhitungan sederhana, mengggunakan analisis t-test,korelasi sederhana, multivariat, metode kualitatif, metodesintesis terfokus, metode analisis data sekunder, metodeeksperimenlapangan.metodesurvai,penelitiankasus,metodeanalisis biaya-keuntungan (cost-benefit analysis), metodeanalisis keefektifan biaya (cost-effectiveness analysis), metode analisis kombinasi (mix method) dan penelitiantindakan(action research).

Page 153: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 139

C. PerbedaandanKarakteristikPenelitianKebijakandanAnalisisKebijakanPendidikanMemahami perbedaan pene l i t i an keb i j akan

pendidikan,dengananalisiskebijakanpendidikan(education policy research) bisa merujuk pandangan Sigit Purnomo(2010) yang menyatakan kita seringkali dikacaukan dengankonsepsi analisis kebijakan pendidikan,yang bisadicermatidariduahal,yaituanalisiskebijakan pendidikan dan analisistentang kebijakan pendidikan. Analisis tentang kebijakanpendidikansetaraataudapatdipahamisebagaipersamaandarireiset kebijakanpendidikan,yaitu suatu riset mengenai satukebijakan pendidikan yang pernah ada. Sedangkan analisiskebijakan pendidikan adalah aktivitas yang dilaksanakansebelumperumusankebijakanpendidikan.

Pendapat lainnyayangmewarnaidinamikapemahamantentangpenelitiankebijakanpendidikandananalisiskebijakanpendidikanmenurutnyaberbedabaiktujuannya,terminologiyanglazimdigunakan,syaratkeberhasilandanproseskerjanya.Halinibisaditelusuribahwapenelitiankebijakanpendidikanberkembangdenganmensyaratkansumberdayamanusia,alatdanbahan, situasidanproseskerjanyayangkhas.Sedangkananalisis kebijakan pendidikan tidak termasuk katagoripenelitian ilmiah, namun haruslah dilakukan secara ilmiahdalamartianharussistematis,masukakaldanmemanfaatkanteori ilmiah maupun out put riset ilmiah. Hasil penelitiankebijakan pendidikan merupakan salah satu sumber utamainformasiuntuk implementasianalisiskebijakanpendidikan.Olehkarenaitu,analisiskebijakanpendidikanpadadasarnyamerupakan suatu media untuk diseminasi hasil penelitiankebijakanpendidikan.Adapunperbedaanantarapenelitiankebijakan pendidikan dengan analisis kebijakan pendidikansepertidijelaskandalamtabel7.1dibawahini.

Page 154: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

140 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabel 7.1 Perbedaan Penelitian Kebijakan Pendidikan dan AnalisisKebijakan Pendidikan

No AspekPenelitian kebijakan

pendidikan Analisis kebijakan

Pendidikan1 Objek Pendidikan Pendidikan

2 Motivasi Paduan kebutuhan klien danpeneliti

Kebutuhan spesifik klien

3 Tujuan utama/Output

Deskripsi kebijakan pendidikan P r e s k r i p s i k e b i j a k anpendidikan

4 Klien Semua peminat kebijakan dandisiplin terkait

Peminat kebijakan spesifikindividu atau kelompok

5 Metode/prosedur Metode ilmiah formal Sintesa teori,hasilpenelitiandan informasi terkait

6 Bahan Data asli (mentah) Data olahan + mentah

7 Waktu Jadwal “deadlines” longgar,tergantung munculnya isu

Deadline” ketat, tergantungtitikwaktukeputusanspesifik.

8 Penyajian Menurutstandarteknispublikasiilmiah

Praktis,mudahdipahamikliendengan cepat dan tuntas

9 Diseminasi Publikasi terbuka bagi semuapihak,tidaklangsungkepadaklien

Disampaikanlangsungkepadaklien

10 KelemahanUmum

Seringkali hasi lnya sul itditerjemahkankedalam“bahasa”pengambil kebijakan dan tidakadahubunganlangsungpeneliti-pengguna

Ada hubungan langsungpeneliti-pengambilkebijakan,hasilnya sesuai kebutuhanpengguna.

Sumber: Diadaptasi dari Simatupang, P. (2017) Analisis Kebijakan: Konsep dasar dan prosedur pelaksanaan. Analisis Kebijakan Pertanian, 1(1), 1-23.

Disamping ada beberapa aspek perbedaan yang belumadadipenjelasandiatas,menurutNugroho(2009)dalamSigitPurnomo(2010)membedakanpenelitiankebijakanpendidikandengan analisis kebijakan pendidikan dapat dicermati padatabel7.2dibawahini.

Page 155: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 141

Tabel 7.2 Perbedaan Analisis, Monitoring, Evaluasi, dan PenelitianKebijakan Pendidikan

AspekAnalisis

Kebijakan Pendidikan

Monitoring Kebijakan

Pendidikan

Evaluasi Kebijakan Pendidikan

Penelitian Kebijakan

Pendidikan

Produk (output)

Nasihat, advis,dan/ataurekomendasikebijekan

Laporanperkembangan(progress report)

Penilaian terhadapsebagian atau seluruhelemen dari proseskebijakan pendidikan

Pemahaman yangmendalam akansuatu kebijakan

Pendekatan Kecendrungan

Ilmu Kebijakan Pragmatis/Praktis Strategis Metodologis

Wakt pelaksanaan (timing)

Pra kebijakan Para saat kebijakandiimplementasikan

Pasca kebijakandiimplementasikan

Pra Implementasidan pascaimplementasi

PelaksanaAnalisis Kebijakan Pengawas Program Tim Evaluasi

KebijakanLembagaKeilmuan(universitas dll)

Lama (durasi) Sangat pendekhingga pendek

SepanjanngImplementasi

Menengah Pendek hinggapanjang

(Sumber: Nugroho, 2009 dalam Sigit Purnomo, 2010 Penelitian Kebijakan Pendidikan)

Perbedaan lainnya bisa diamati dari pelakupenelitian (researcher) kebijakan pada dasarnya terdiridari kaum akademisi atau ahli yang teruji dalam bidangmetodologi penelitian. Sedangkan analisis kebijakanpendidikanpelakunyaadalahparabirokratpendidikanataupenyelenggara pendidikan sebagai penyusun kebijakansekaligus yang melaksanakan kebijakan itu. Penelitiandiasumsikan sebagai milik peneliti, sedangkan membuatkebijakanmerupakangarapanparabirokratataupolitisi.

Kekhasan penelitian kebijakan pendidikan terletakpada fokusnya,yaituyang berorientasi pada tindakanuntukmemecahkan masalah pendidikan yang fundamental, jikatidakdiselesaikanakanmemberikanefeknegatif,diantaranyafokuspada tema-temayangmenjadiperhatianutamapublik,misal masalah kualitas pendidikan, pemerataan pendidikan,anggaran pendidikan, dan sumber daya manusia pendidikanlainnya.Namun belumada jugaukuranpastimengenai luasatausempitnyasuatumasalahpendidikanyangakanditeliti.Misal,kualitaspendidikanmasihrendahdandapatdilihatdari

Page 156: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

142 Analisis Kebijakan Pendidikan

aspek;1)guru,2)prosesbelajarmengajar,3) kurikulum,4) ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sertasumber belajar, 5) raw input lembagapendidikan, 6) kondisilingkungan ekonomi dan sosial budaya. Sedangkan analisiskebijakan (policy analisis) merupakan kajian dalam prosespembuatan kebijakan. Analisis kebijakan ditampilkan secaratipikalolehilmuwanataupakarpolitikyangberminatdenganproses dimana kebijakandiadopsisebagaiefekdariperistiwapolitik.Analisiskebijakan(policy analysis), sepertidiakuiolehLindblom (1986)memiliki sejumlah kelemahan. Kelemahan-kelemahan itu terlihat dari beberapa,yaitu: 1) analisis tidakselalubenarataubisasajasalah,2)analisistidakselaluadaptifmenyelesaikan konflik antara velue dan kepentingan, 3)proseskerjaanalisislamadanbiayanyamahal,4)analisistidakseluruhnya dapat menunjukkan secara riil, persoalan manayangharusperioritaskanterlebihdahulu.

Begitujugapenelitiankebijakanpendidikanmemusatkanperhatian kepadadua hal utama, yaitu berorientasi, concernatau fokus pada tindakan yang bersifat teknis darimasalah-masalah pendidikan yang fundamental, dampak dariditerapkannya sebuah kebijakan pendidikan. Sedangkananalisiskebijakanpendidikanadalahbahwaprosespembuatankebijakan pendidikan yang kompleks adanya. Aktor yangterlibat dalam pembuatan analisis kebijakan pendidikan,antara lain, 1) pembentuk undang-undang atau legislatif, 2)eksekutif,3)partaipolitik,4)kelompokberkepentinganatauinterest groups, 5) tokoh perorangan atau expert (Supandi,1988).

Penelitian kebijakan pendidikan sebagai bagian daripenelitian sosial terapan diantaranya pelaksanaan tetapmengikutiprosedurumumpenelitian(Majchrzak,1984).Secarakhusus,pelaksanaanpenelitiankebijakanpendidikantentunyaberbeda dengan penelitian ilmiah umum lainnya yangseringkali disebut penelitian dasar (basic sosial research).

Page 157: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 143

Aalisis kebijakan bukan dalam makna pure research sepertiyangadapadajenispenelitiantradisional,tetapitetapmengacukepadapenelitianakademikyangsecaraumumdilaksanakandi universitas atau lembaga riset lainnya, seperti LembagaIlmuPengetahuanIndonesia(LIPI)ataulembagapenelitiandanpengembangan(Litbang)diberbagaikementerian.Penelitiankebijakan pendidikan, bagian dari penelitian sosial teknikal(technical social research) diselenggarakanuntukmemecahkanmasalahsosialpendidikanyangsangatspesifikdanmasalahnyadirumuskansecarakhusus.Misal,penelitianuntukkesesuaianblended learning dengan revolusi industri 4.0. Pertanyaan-pertanyaanyangberkenaandengan apakah blended learninglayak (feasibel ) diterapkan di kelas-kelas perguruan tinggi,dirumuskan serta didiskusikan secara intensif dalampenelitian teknikal. Oleh karena itu, fokus utama penelitianteknikal adalah masalah yang sangat teknis sifatnya, samahalnyadenganpenelitiankebijakanpendidikan.SedangkanAnalisis kebijakan (policy analysis) pendidikan merupakanpenelitian untuk mengkaji proses pembuatan kebijakanpendidikan,yangditampilkansecaratipikalolehilmuwanataupakarpolitikyangberminatdenganprosesdimanakebijakanpendidikandiadopsisebagaiefekdariperistiwapolitik.

Sedangkan penel i t ian kebi jakan pendidikanmemusatkan perhatian kepada dua hal utama, yaituberorientasipadatindakandanconcernpadamasalah-masalahsosial yang bersifat fundamental dan spesifik. Penelitiankebijakanpendidikandapatpuladisertakandenganpenelitianteknikal,olehkarenasifatnyaberorientasitinggipadatindakanyangbersifat teknis,masalahpenelitianbersifatmengkhususdandimaksudkanuntukmemecahkanpersoalan yang lebihkhusus. Walaupun bagaimanapun, penelitian kebijakanpendidikanhanyalahbentukrisetdenganduaorientasiutama,yaitu1)orientasikepadatindakan,2)orientasipadapersoalan-persoalanyangbersifatmendasar.

Page 158: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

144 Analisis Kebijakan Pendidikan

D. KarakteristikPenelitianKebijakanPendidikanPenelitiankebijakanpendidikanberorientasitinggipada

tindakan(high action orientation) danlebihdiarahkanuntukmendapatkankemanfaatanhasilsegeradibandingkandenganprosespenelitianyangberorientasirendahpadatindakan(low action orientation). Munculnya variasi atau keanekaragamanmembawaimplikasipentingbagiditemukannyacaraspesifikpenelitiankebijakanpendidikan,sekaligusmembukapeluangbagi penajaman proses dan diskusi penelitian kebijakanpendidikan.Masing-masingbentukmelahirkansosokperilakudan ikatan yang berbeda antara peneliti dengan penggunahasil penelitian kebijakan, fokus kajian dan settingannya.Disinilahletakcirikhaspenelitiankebijakanpendidikandapatdibedakan dengan penelitian tradisional lainnya, meskipunperbedaan itu tidak selalu dapat ketahui dan dimunculkansetiapwaktu.Namundemikianpenelitikebijakanpendidikandalamberbagaimodelrisetdenganketertibanilmiah(scientific regulation) sebagaimanalayaknyapenelitianilmiahlainnya,dengan memperhatikan beberapa karakteristik, antara lain:1) diselenggarakan atas permintaan donatur (sunyumbangdana) dan pengguna hasil studi kebijakan pendidikan, 2)penelitian kebijakan pendidikan berfokus pada perumusanataupemecahanmasalahpendidikan,3)penelitiankebijakanpendidikan juga sebagai kajian terhadap setting organisasiyangmemberikanlayananpendidikan,4)penelitiankebijakandi bidang pendidikan sebagai kajian keilmuan peneliti, 5)fokuspenelitianbersifatmultidimensi,6)orientasipenelitianbersifat empiris-induktif, 7) menggabungkan dimensi masakinidanmasadepan8)meresponskebutuhanpemakaihasilstudi, 9) menonjolkan dimensi kerja sama secara eksplisit(AnnMajchrzak,1984).

Page 159: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 145

Disampingitupenelitiankebijakanpendidikandilakukandenganmemperhatikanhal-halberikutini.1)pemikiranyangintensif,kapasitasdalammerumuskanmasalahdankerangka masalah kebijakan yang jelas, terbatas ataupun terfokus,2) bersifat aplikatif-praktis, mendahulukan tindakan nyatadalam menciptakan perubahan menuju ke arah yang lebihbaik,3)terfokuspadatindakanyangnyatasebagaiusahauntukmenemukansolusiterhadapmasalahfundamentalpendidikan;masalahyangbenar-benarada,dihadapidandirasakandalampelayanan pendidikan nasional, daerah maupun sekolah, 4)dilakukandengancepat,tepat,akurat,danmemerlukansolusiyang cepat atau segera ditangani, 5) menggunakan metodeyang beragam seperti deskriptif, analisis, hubungan kausal,daneksplanasisertakombinasipenelitian.

E. ManajemenatauTataKelolaPenelitianKebijakanPendidikanMengelaborasi manajemen dan tata kelola penelitian

kebijakan di bidang pendidikan menarik untuk dibahasguna melakukan penelitian kebijakan pendidikan yang bisamenjawab permasalahan pendidikan yang fundamental,menggunakan kaidah metodologi penelitian yang relevan.Mulai dari tahap awal, pemahaman yang mendalamperumusanmasallah,kajiankonseptual,pelaksanaandenganmenggunakan metodologi, pelaporan sampai diterimanyarekomendasi.

Dalam wawasan ideal isme, proses penelit iankebijakan pendidikan mengikuti tahapan: 1) identifikasidan formulasi masalah pendidikan, 2) penentuan alternatifkebijakan pendidikan untuk pemecahanmasalah, 3) analisiskelayakan masing-masing alternatif kebijakan pendidikan,4) pelaksanaan kebijakan pendidikan, 5) menentukan

Page 160: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

146 Analisis Kebijakan Pendidikan

standar kinerja minimal, 6) evaluasi keberhasilan kebijakanpendidikan, dengan ukuran-ukuran kuantitatif maupunkualitatif serta lainnya (Tilaar, 1998). Selain itu, ada 2 (dua)tahapan penelitian kebijakan pendidikan yang belumditambahkan; (1) merumuskan masalah, (2) menyusunrencana aksi terhadap implementasi kebijakan pendidikanturut melengkapi tahapan penelitian kebijakan pendidikan(PutradalamDukeshiredanThurlow,(2012).

Uraian di atas, disimpulkan penelitian kebijakanpendidikan, diawali pemahaman menyeluruh terhadapmasalah pendidikan fundamental, seperti kualitas,pemerataan, pembiayaan, kurikulum, evaluasi, sumberdaya manusia, peserta didik, sarana dan prasarana, lulusan,dan lain-lainnya, telaahpustakayang sifatnyabukansebagaipredetermined theory atau predefined theory sebagaimanabiasanya riset ilmiah tradisional lainnya, mencari solusi darimasalah yangdihadapiyangrelevandenganteoriyangsudahada, dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian untukmencari alternatif pemecahan masalah Kegiatan akhir daripenelitian kebijakan pendidikan adalah pelaporan, diikutidengan rumusan rekomendasi pemecahan masalah untukdisampaikan kepada pihak-pihak terkait dalam pembuatankebijakanpendidikan.Sifatrekomendasipenelitiankebijakanpendidikan berbeda dengan rekomendasi yang dihasilkanpenelitian umumnya, melainkan dalam bentuk tindakan(action).

Dari berbagai tahapan yang diinventaris, makamanajemen penelitian kebijakan pendidikan atau tatakelolanya bisa dilaksanakan dalam beberapa tahapansebagai berikut mengemukakan lima langkah PenelitianKebijakan Pendidikan sebagai berikut: 1) persiapan, 2)konseptualisasi studi, 3) analisis teknikal, 4) pelaksanaanpenelitian,5)perumusanrekomendasiAnnMajchrzak(1984),sebagaiberikut.

Page 161: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 147

1. PersiapanProsespersiapanpenelitiankebijakanpendidikan

mengisyaratkan pentingnya keterlibatan peneliti lebihberagampadapenyusunan rencanapenelitian, implementasimetodologidananalisisdata,sertadrafrekomendasi.Banyakaktivitas dilakukan dalam proses penelitian kebijakanpendidikan, fokus utama dan merupakan prerekuisit bagiproses berikutnya terfokus pada aktivitas persiapan dankonseptualisasi kajian riset kebijakan. Akurasi desain riset,pencatian dan analisis data serta perumusan hasil danmenformulasi rekomendasi sangatditentukanolehkegiatanawalyangakanmenjadipesyaratan:persiapandankonseptualisasistudipenelitiankebijakanpendidikan.

Aktivitas-aktivitasutamapadapersiapanawal(preliminary activities) mengarah pada satu tujuan, yaitu diperolehnyainformasi memadai untuk menentukan fokus studi penelitiankebijakanpendidikan. Informasiyangcukupmenjadi titikawalkeberhasilan proses kerja (throughout) penelitian. Kemudahanatau kesukaran peneliti kebijakan untukmenperoleh informasiawal (data dasar) setiap peneliti kebijakan tidak sama atauberbeda-beda. Bagi in house researcher informasi awal dapatdengan mudah diperoleh, bahkan mungkin sudah diperolehjauh sebelum penelitian direncanakan, tetapi bagi external researcher perlu waktu khusus untuk memperoleh informasiawal yang mencukupi. Caranya dengan menyediakan datakuantitatif, kualitatif, mencermati nuansa politik sertakeorganisasian. Lebih spesifik dikemukakan bahwa informasiawal diperlukan peneliti kebijakan adalah: 1) isu-isu yangmunculsecaratemporaldankekinian, 2) konteks pembuatankebijakanmasa lalu, 3) Sumber studi yang digunakan, 4) tiperekomendasi studi yangdikehendaki, 5) akanmuncul ancamanjikasatumasalahtidakdiselesaikanataudipecahkan,6)kuatandan peluang yang ada pada sistem. Hal ini perlu dipersiapkan

Page 162: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

148 Analisis Kebijakan Pendidikan

keputusanmengenaipenelitiandenganmengajukanpertanyaanberikut ini dan harus ditemukan jawabannya oleh penelitikebijakan, baik secaraperoranganmaupun tim; 1)apakah studipenelitian kebijakan pendidikan ini bermanfaat dan feasibeldilakukandilihatdari kontekspengguna studi? 2) apakah studipenelitian kebijakan pendidikan ini bermanfaat dan feasibeldilakukandilihatdarikontekslingkungansosio-politik?3apakahstudipenelitiankebijakanpendidikaninibermanfaatdanfeasibeldilakukan dilihat dari sumber-sumber yang sudah tersediaatau mungkin disediakan? 4) pada skala kecil atau besarkahstudi penelitian kebijakan pendidikan ini akan dilakukan?5) apakah saya merupakan subjek yang mumpuni untukmenyelenggarakanstudisemacamitu?

2. KonseptualisasiStudiTahapankeduamelakukankonseptualisasistudiadalah

prosespembentukankonsepdenganbertitiktolakpadakajian-kajian kepustakaan yang relevan dari masalah yang diteliti.Dalam tahapan konseptualisasi studi penelitian kebijakanpendidikan, informasi yang diperlukan dimanfaatkanuntuk kepentingan: mengembangkan preliminary model (paradigm penelitian), misalnya masalah pendidikan yangakan menjadi fokus penelitian, merumuskan pertanyaanpenelitian secara spesifik, c) memilih tenaga peneliti atauresearch investigators yang memenuhi kriteria denganmasalahutama.Timrisetyangmengadakanpenelitiandapatdikelompokkanmenjadiduakelompok,yaitu:1)timinti,yangterdiriatasketuatimdananggotapenelitisertaasistenpeneliti,2) tenaga pengumpul data atau inumerator dan tenaga lain,seperti tenaga teknis, tenaga administrasi, petugas lapanganatausebutanlainyangrelevan.

Secara lebih spesifik, dalam memilih investigatorsada tiga keputusan yang harus dibuat, yaitu: 1) untuk

Page 163: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 149

menyelenggarakan studi apakah sebagai usaha tim atauusaha perorangan. Untuk penelitian kebijakan pendidikanyang memiliki ruang lingkup yang lebih besar, dianjurkandapat bekerja sama, 2) memilih peneliti memiliki banyakpengalaman sesuai bidangnya dan yang bisa meluangkanwaktu lebih banyak dalam bekerja. Tidak ada satu punpenelitiankebijakanpendidikanyangakansuksesdenganbaikjikadilakukandengan tidak serius, 3) keterlibatanpenasihatdalam proses studi. Jika peneliti masih memandang perlumemanfaatkanadvisor,halinisangatdianjurkan.Akantetapijika peneliti terbiasa melakukan penelitian sendiri, makamemanfaatkanadvisorhanyaakanmemperlambatproseskerjastudiPenelitianKebijakanPendidikan.

3. AnalisisTeknikalBila aktivitas-aktivitas preliminari pada tahap

konseptualisasi studi telah ditempuh dengan baik, berartipenelitikebijakantelahsampaikepadatahapsiapmemutuskanpenyelenggaraan penelitian kebijakan pendidikan denganmerancanghal-halteknis.Persoalannyasekarangadalahpenelitikebijakan mesti bisa menjawab pertanyaan: bagaimanacara penelitisn kebijakan itu dilaksanakan? Apakah kondisidapatdilakukanpenelitian kebijakan pendidikan? Selamakondisi belum memungkinkan, baik dilihat dari kesiapanpeneliti maupun dukungan lingkungan yang kondusif,PenelitianKebijakanPendidikan tidakakandapatdilakukansecara baik. Sebelum keputusan penyelenggaraan penelitiandilakukan,sekalilagi,perludipikirkandenganmatang.

Adapunanalisisteknikalyangperludilakukanmencakuppenggunanmetodologi(penjelasanlebihdetailadadalamsubbahasan berikutnya), analisis data Analisis teknikal adalahsatu fase proses kerja penelitian kebijakan pendidikan yangmelibatkan aktivitas-aktivitas, yang secara analogi sama saja

Page 164: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

150 Analisis Kebijakan Pendidikan

denganproseskerjapenelitiantradisional,aplikasimetodologipenelitiandalamkerjapenelitian.Kalaupunprosespenelitiankebijakan pendidikan dalam banyak hal sama dengan kerjapenelitian tradisional, namun sesungguhnya tidak identikKarena dalam hal tertentu, proses dan produk penelitiankebijakanpendidikanberbedadenganpenelitiantradisional.Pertama, penelitian kebijakan pendidikan punya ketertibanilmiah yang rendah.Kedua, penelitian kebijakan pendidikanmemerlukan acuan teoretis, meskipun bukan merupakanpredeterminedtheory.Ketiga, penelitiankebijakanpendidikanyang diselenggarakan oleh peneliti kebijakan mensyaratkanketerlibatanintensifparastakeholderataustudy user. Keempat, penelitian kebijakan pendidikan umumnya dilakukan atasdasarpermintaanklien.Kelima,penelitiankebijakanpendidikanmensyaratkan variabel lunak yang bersifat multi fase dan multi dimensional. Keenam, penelitiankebijakanpendidikansangatprihatin dengan kekuatan sosio-politik serta lingkungan.Ketujuh, penelitian kebijakan pendidikan selalu diakhiridenganrekomendasiuntukkeperluanpengambilankebijakandalamrangkamemecahkanmasalahsosial.

4. MetodologiPenelitianKebijakanPendidikanDalam proses penelitian, peneliti kebijakan pada

dasarnya memposisikan diri pada format metodologipenelitian. Ilmu-ilmu sosial-mengadopsi, mengkombinasikandan menyempurnakaan metede kerjan para peneliti. Sumberteori yang dipakai oleh peneliti kebijakan harus dilengkapikemampuan teknis metodologis dan statistika. Karena hampirsemuanya mangarah pada teori dasar dan metodologis umumlainnya.Tidakadasatumetodeyangkomprehensifdigunakandalam penelitian kebijakan pendidikan. Untuk itu, penelitiharus mengetahui berbagai metide yang berbeda dalam tatapenerapannya secara selektif guna merumuskan pertanyaan

Page 165: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 151

penelitian.Beberapametodetersebut,penerapannyatergantungpada ketersediaan informasi. Menurut Nazir (1985) banyakmetode penelitian biasa yang digunakan atau dikombinasi(mixing) dalam melaksanakan penelitian kebijakan termasukdalam bidang pendidikan, antara lain 1) metode sejarah; metodedeskripsi,terdiri;studikasus,analisispekerjaan,atau aktivitas,studikomparatif,studiwaktudangerakan,metodeeksperimen, grounded research, metode penelitian tindakan.sepertisintesisterfokus(Smith,SeashoredanLouis,1982).

Nugroho (2009) menambahkan dua metode penelitianyangbisadigunakan,antara lain:metodeanalisis isi (content analysis)danmetodepenelitianjaringan.Penggunaanberbagaimetode tersebutmenjadiprasyaratpengumpulandatasecaraintensif,sepertisurvai;metodeinisangattepatditerapkanjikapenelitian dimaksudkan untuk memperoleh data baru yangdibutuhkan untuk mengembangkan atau mempermulasikankebijaksanaanbaru.Metodelainnyamungkinlebihsesuaijikaadapilihankebijakan,sepertianalisisuntungrugidananalisiskeefesiandariaspekbiaya.Metodeiniakansangatmembantupenelitidalamrangkamemilihkebijakansecaramaksimaldiantarapilihanyangdievaluasi.

Idealnyapenelitiankebijakanpendidikanmenggunakanatau menerapkan berbagai pendekatan penelitian yangberbeda,misalnyametodekualitatifdankuantitatif.Kombinasi(mixing method) mempunyai banyak keuntungan, seperti:validitas lebih tajam, hasil lebih mantap, dan menambahkeluasan wawasan. Ada beberapa variasi kombinasi metodekualitatif danmetode kuantitatif atau sebaliknya (Sugiyono,2016)Fokusutamadatakualitatifdandatakuantitatifbersifatmelengkapi,sebaliknyaFokusutamadatakuantitatifdandatakualitatif bersifat sebagai pelengkap; Fokusutamadatayangdicaridilapanganditentukanolehketersediaandata;Analisisdata kuantitatif dan selanjutnya dibahas secara kualitatif;

Page 166: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

152 Analisis Kebijakan Pendidikan

Deskripsi atau analisis kualitatif dengan disertai bukti-buktikuantitatif.

Uraian berbagai metode penelitian di atas, penelitikebijakanpendidikanmesti punya alternatif pilihan untukmerancangmetodologistudipenelitian.Jikadicermatikerangkakerja penelitian konpensional, desain penelitian kebijakanpendidikandapatdipilah jadidua,yaiturancanganpersiapandanrancanganpelaksanaan.Rancanganrencanapenelitianmeliputi inventarisasi dan perumusan tujuan, formulasimasalah, dan urgensi penelitian, kajian pustaka, perumusanhipotesisdansebagainya.Desainpelaksanaanmeliputiteknikpengukuran variabel, penentuan sampel, alat dan codingcara pengumpulan data, analisis data dan editing. Shah(1972) mengemukakan bahwa desain penelitian kebijakanpendidikanmeliputiproseskerja:1)identifikasidanpemilihanfokusmasalahpenelitian, 2)menyusun kerangka konseptualuntukmasalah penelitian dihubungkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, 3) merumuskan masalah penelitiansecata spesifik, meliputi; a) tujuan penelitian; b) ruanglingkuppenelitianc)hipotesisyangakandiuji, 4)menyusunrancangan penelitian untuk percobaan atau membangunancanganpenyelidikan,5)menenetukan danmendefinisikanvariabel disertai ancangan pengukurannya, 6) menentukandan memilih teknik penarikan sampel atau sampling, 7)menyusun alat serta cara pengumpulan data, 8) membuatcoding, mengedit dan memproses data, 9) menganalisisdata serta memilih teknik analisis prosedur statistik untukpenarikan kesimpulan (generalisasi) serta inferensi statistik,10)Menyusunlaporanpenelitiansecaralengkap.

Bentuk laporan kebijakan pendidikan bisa mengadaptasibeberapajenisnaskahkebijakan,antaralainpenelitiankebijakan(policy study), ringkasan kebijakan (policy brief ) dan memokebijakan (policy memo). Adapun struktur naskah kebijakanpendidikanmemilikielemen-elemensebagaiberikut1)judul,2)

Page 167: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 153

daftarisi,30abstrakatauexecutive summary,4)pendahuluan,5)deskripsi masalah, 6) pilihan-pilihan kebijakan, 7) kesimpulandan rekomendasi, 8) catatan akhir, 9) apendik/lampiran, 10)bibliography (Sri Rahayu, 2018). Contoh laporan penelitiankebijakanpendidikanlengkapadapadabahasanberikutnya).

5. PelaksanaanRekomendasiMendapatkan hasil dan kesimpulan dari penelitian

kebijakan pendidikan, peneliti dapat menerapkan prinsipkontrol substansial (Majchrzak, 1984). Sebagian besarinformasisecaratipikaldikumpulkan,dianalisisdanpenarikankesimpulan, selanjutnya dikomunikasikan dengan pembuatkebijakan (study user). Untuk itu, peneliti harus dapatmenentukan dua hal, yaitu data apa yang dapat dianalisisdan dengan teknik apa. Banyak rekomendasi disampaikanuntuk memudahkan peneliti kebijakan untuk menarik ataumenentukan kesimpulan dan hasil penelitian. Rekomendasiini harus mendapatkan perhatian serius bagi penelitikebijakan, agar hasil, kesimpulan dan rekomendasi studimenjadibermakna.

Peneliti kebijakan disarankan dapat menyajikan hasilriset sesimpelmungkin,agar tidaksulitpahamidanapayangtersurat itulah adanya. Sepanjang dimungkinkan, penelitikebijakan tidak sekali-kali berusaha mengingkari saran ini.Sungguhpun study user secara tipikal ingin mengetahuisecara mendalam, hasil studi untuk dapat mengevaluasinyasecarakritis,umumnyamasyarakattidakbanyakmengertitentangstatistik dan istilah-istilah teknisnya. Karena itu penelitikebijakan harus banyak memperoleh dan menyajikan hasilpenelitian yang dapat denganmudah dimengerti oleh orangkebanyakan atau lay people. Untuk itu, analisis data dapatdikerjakan dengan cara-cara tertentu. Pertama, analisis data

Page 168: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

154 Analisis Kebijakan Pendidikan

kualitatif secara kualitatif dan kedua analisis kuantitatif.Metode apa pun yang digunakan oleh peneliti kebijakan,perlu diperhatikan adalah bahwa hasil dan kesimpulanyang diperoleh harus bisa dengan gampang dimengertioleh pembuat kebijakan. Peneliti harus memutuskan untukmembuat sajian hasil penelitian secara mudah dimengerti,sepertialatvisualisasi(gambar,tabelfrekuensi,grafik,tabulasisilang),ujit(student t), rata-rata tertimbang (weighted mean score), ujichi-square,uji korelasi,) dan lain-lain. Hasil yangdiperolehdenganteknikanalisissemacaminiumumnyadapatdenganmudahdisajikan.

Perumusan hasil dan kesimpulan Penelitian KebijakanPendidikan pun harus dikaitkan dengan isu-isu etik,sebagaimana disarankan oleh Nagel (1982). Menurut Nagel,bahwapenelitiberkewajibanterhadapsubjekkesimpulannya,terhadapanalisiskesensitifandenganjalanmanamenentukanbahwakesimpulanmerekaakanberubahsehubungandengananekaperubahan,seperti:(a)datamasukan;(b)pengukuran-pengukuran (c);nilai-nilaidanasumsi, (d)sampling;dan (e)analisis.

Prinsip-prinsip etik ini secara tidak langsungmengemukakanbahwapenelitikebijakanperlubanyakwaktuuntukmerefleksiterhadapoutputdankesimpulannya.Bahwaapa yang ada sesungguhnya punya kekurangan-kekurangandan adamasalah kemampuan generalisasian di persilangansituasi yang berbeda dan teknik-teknik yang dimengertisecara jelas. Penjelasan-penjelasan semacam itu rasa-rasanyasangatbermanfaat, terutama jikahasildankesimpulanstudipenelitian kebijakan pendidikan melampaui batas-batas situasiyangcenderungberubahjikadikaitkandenganpadasaatdatadiperolehdandianalisis

Berkaitandenganhasilanalisisteknikal,seperangkatkesimpulan dan saran atau rekomendasi kebijakan belum

Page 169: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 155

tetap dapat dirumuskan dan diharapkan dapat membantumemecahkan persoalan-persoalan sosial, sesuai denganmisi dasar Penelitian Kebijakan Pendidikan. Mencurahkankerja sebegitu jauh, peneliti kebijakan akan merasakanpenghampirantertentu,bahwasarankebijakanakantercapaisecara efektif sesuai dengan tujuan yang diharapkan jikadilaksanakandenganbaik.

Rekomendasiyangdibuatolehpenelitikebijakansecarateoretis akan menjelma menjadi tiga kemungkinan, yaitutidak dapat di implementasikan, dapat diimplementasikansebagiandandiimplementasikan secarapenuh. Lingkungansosiokultural-ekonomi, lingkungan sosio-politik dankemauan pembuat kebijakan akan sangat menentukan ujudakhir pelaksanaan rekomendasi studi Penelitian KebijakanPendidikan.

Rekomenda s i b e rben tu ran dengan kond i s ilingkungan sosio-kultural-politik-ekonomi yang senantiasaberubah, pembuat kebijakan dapat saja memperlakukanrekomendasi studi Penelitian Kebijakan Pendidikan denganberbagai kemungkinan, seperti: a) mengadopsirekomendasistudi; b) mengadaptasi rekomendasi studi; c) membangunrekomendasi baru; dan d)menolak rekomendasi.MenyusunrekomendasihasilstudiPenelitianKebijakanPendidikantidakcukuphanyamemuatapayangharuskerjakandanbagaimanamengerjakannya, melainkan membutuhkan seperangkatpertimbangan yang saling berhubungan. Perangkat yangsaling berhubungan itu dapat berupa subjek lingkungan,manusia, fisibilitas dan materi lain. Adapun perangkatdimaksud meliputi: a) pemberi rekomendasi; b) isi dankualitas rekomendasi; c) pembuat kebijakan yang menerimarekomendasi; d) hubungan antara pembuat dan penerimarekomendasi; e) alat dan bahan tersedia bagi kemungkinanimplementasi rekomendasi; f ) satuan waktu yang akan

Page 170: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

156 Analisis Kebijakan Pendidikan

digunakanuntukimplementasi;g)kondisi lingkungandalammaknaluas; danh)perbedaankepentinganTidaksemuanyabahwa rekomendasi yang disusun oleh para perumuskebijakan, katakanlah dalam bentuk rekomendasi hasilkajian, mengalami perubahan yang substansial di tanganpembuat kebijakan atau administrator. Lindblom (1980)mengemukakan bahwa pengubahan itu dapat akibatkanoleh beberapa hal: 1) Rincian kebijakan dasar yang kuranglengkap. Dapat dipastikan bahwa tidak ada perumuskebijakanyangdapatmerumuskankebijakansecaralengkap.Tidak semua orang yang berusaha mencobanya, malahsebagianbesardiantaramerekamemintaataumengizinkanadministrator untuk melanjutkan peraneangan komponen-komponen kebijakan yang telah mereka buat drafnya,2) kriteria kontradiktif dalam pelaksanaan. Misalnya,ketentuan untuk meningkatkan upah minimal selaluberkontradiksidengankemampuanmembayar;keinginanuntuk memodernisasi masyarakat seringkali berbenturandengan kultur lokalit yang masih tertutup. 3) insentifyang tidak efektif. Perangsang-perangsang administratifkadangkala tidak cukup tersedia bagi implementasikebijakan. Banyak petugas yang enggan melaksanakankebijakan,menghindari pekerjaan yang sulit, kebijakanyangtidakditerimadenganberbagaialasan,4)Pengarahanyang berbeda. Banyaknya komando sehingga perintahtidak jelas, Pelaksanaan kebijakan seringkali dikomandoatau diinstruksi oleh lebih dari satu sumber, terutamakebijakan yang melibatkan antar departemen. Hal inidapat menghambat, bahkan justru membingungkan, 5)keterbatasan kemampuan. Para perancang kebijakan atauadministrator tidak bisa berbuat apa-apa, seperti jugahalnya dengan petugas pelaksana. Seringkali administratorbertindak semaunya sendiri, bahkan tidak melakukanapa-apa, 6) kurangnya sarana administratif. Para petugas

Page 171: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 157

seringkali kekurangan/tidak punya kekuasaan dan lemahdalammengawasiberbagaiaspekyangdibutuhkan,termasukfasilitas fisik, staf, dan dana untuk mengimplemntasikandasar.

F.MengkomunikasikanHasilPenelitianKebijakanPendidikanPeriset kebijakan yang baik adalah komunikator yang

baik, yaitu para peneliti yang mempu mengkomunikasikanisi pesan yang direkomendasikan kepada perancang ataubuat kebijakan. Hasil studi penelitian kebijakan pendidikan,beruparekomendasiyangdapatmenyelesaikansuatumasalahpendidikan, tanpa dikomunikasikan kepada pembuatkebijakan pendidikan atau dikomunikasikan dalam keadaantidakdapatditerimabaikolehnya,merupakanpekerjaanyangsia-sia. Penelitian itu, tidakpunyaarti apa-apa, jika hasilnyaberuparekomendasiuntukpemecahanpendidikantidakbisadisampaikansecarabaikkepadaperancangkebijakan.

Kemampuan mengkomunikasikan adalah prosespenyampaian informasi dari seseorang peneliti kepadapengguna (user) untuk mencapai tujuan tertentu. Dalamrumusan ini, seseorang disebut sebagai peneliti dan oranglaindisebutsebagaipembuatkebijakan,sedangkaninformasiadalah isi rekomendasiyangdisusunolehpeneliti kebijakan,serta manfaat tersebut diasumsikan sebagai pelaksanaankebijakan dalam rangka menyelasaikan suatu persoalanpendidikanadadidalamlaporanpenelitianitu.Dalamkonteksini,tugaspenelitikebijakanpendidikanadalahmelaksanakanpenelitianmulaidariprosesawalsampaidengantersusunnyaoutput atau saran untuk kebijakan pendidikan, sertamengkomunikasikan hasil penelitian itu kepada pembuatkebijakan. Tugas pembuat kebijakan pendidikan adalah

Page 172: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

158 Analisis Kebijakan Pendidikan

menerima rekomendasi hasil penelitian, meneIaah danmengimplementasikannya.

Mengkomunikasikan secara efektif hasil penelitiankebijakan pendidikan bukanlah pekerjaan sederhana(Etzioni,1981).Diperlukanstrategiyangdapatdilakukanolehpeneliti kebijakan pendidikan dalam usaha mengefektifkanproses komunikasinya dengan pembuat kebijakan. Perluditingkatkan efektivitas komunikasi antara peneliti denganpembuat kebijakan yang akan menjelma dalam realitas.Proses komunikasi pembuat kebijakan dengan para penelitidengan segala persoalnya, banyak diwarnai oleh peristiwainteraktifmengkomunikasikanhasilpenelitian(study results) kepada pembuat kebijakan. Tanpa hubungan komunikatifyang baik antara pembuat kebijakan dengan peneliti akansangat sulit bagipeneliti untukmemperoleh hasil penelitiandan rekomendasi yang disusunnya dapat dilaksanakan.Fakta menunjukkan bahwa tanpa keterbukaan, keaktifandan komunikasi yang konstruktif antara peneliti denganpembuat kebijakan, usaha penelitian kebijakan pendidikanakan menjadi sangat kecil nilainya. Oleh karena itu, hasilpenelitian kebijakan pendidikan sering kali diperuntukkanbagikonsumsi’kalanganterbatas,yaitupembuatkebijakanitusendiri.(Majchrzak,1984;Etzioni,1981)

Hubungan komunikatif yang efektif antara pembuatkebijakan dengan peneliti study user, stakeholder lainakanmenghasilkan beberapa keuntungan, antara lain: 1)menghindari keraguan dari pembuat kebijakan terhadaphasil risetdankemampuanpeneliti, 2)memberikesempatanluas bagi peneliti untukmemahamimasalahdan fakta-faktakerja perancang kebijakan, 3) menyatupadukan perbedaankepentinganpenelitidengankepentinganpembuatkebijakan,bahwa tujuanakhir kerjamerekaadalahuntukmemecahkanmasalah sosial, 4 memberi kesempatan bagi pembuat

Page 173: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Penelitian Kebijakan Pendidikan 159

kebijakanuntukdapatmengetahuisecara lebih jauhtentang.informasi yang sesuai bagi penyusunan kebijakandi periodeyang datang, 5) memberi kesempatan kepada penelitikebijakan untuk dapat menggambarkan berbagai perubahandisekitarkebijakanyangmungkinberdampak terhadapstudilebihlanjut.

DaftarPustaka

Awdhana W., (1997), Metodologi Penelitian, Surabaya: UsahaNasional.

Danim, Sudarwan, (2005), Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, Jakarta;BumiAksara.

Dunn,William.N.(2003).Analisa Kebijakan Publik.(Peny.:MuhadjirDarwin).Yogyakarta:GajahMadaUniversityPress.

James H.Mc Millan and Sally Schumacher, (2001), Research in Education,UnitedStates;LongManInc.

Mayer, R.R.& Greenwood, E., (1984). The Design of Social Policy Research. (terjemahanSutanZantiArbi&WayanArdana).Jakarta:Rajawali.

Nazir,M.(1985).Metode Penelitian. Jakarta:GhaliaIndonesia.

Noeng, M. (2003).Metodologi Penelitian Kebijakan dan Evaluation Research. Yogyakarta:RakeSarasin.

Nugroho,R.(2009).Public Policy. Jakarta:ElexMediaKomputindo.

Nugroho,Riant.(2011).Publik Policy.Jakarta:Gramedia

Purnama, Sigit (2010), Penelitian Kebijakan Pendidikan (Education Poliy Research),MakalahdisampaikanpadakelasProgramDoktor Teknologi Pembelajaran Universitas NegeriMalang,30November2010.UM;Malang

Page 174: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

160 Analisis Kebijakan Pendidikan

Putra Nusa dan Hendarmawan. (2012),.Metodologi Penelitian Kebijakan.Bandung:PTRemajaRosdakarya.

Rahardjo, M. (2010) Pengantar Analisis Kebijakan Pendidikan, (online), (http:// mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/111-pengantar-analisis-kebijakan-pendidikan.html)diakses15November2018.

Rahayu, Sri; (2018), Penelitian Deskriptif-Penelitian Kebijakan,http://pelawiselatan.blogspot. com/2011/01/penelitian-deskriptif-penelitian.html.Diakses,12Oktober2018.

Rosyada, D., (2010), Penelitian Kebijakan, (online), (http://www.scribd.com/doc/24000181/ penelitian-Kebijakan), diakses12Oktober2018.

Supandi, Ahmad Sanusi, (1988), Kebijaksanaan dan Keputusan Pendidikan,Jakarta:P2LPTK.

Sugiyono, (2016), Combination Research Method (Mixed Methods), Bandung:Alfabeta

Tilaar, H. A. R. (1998), Beberapa agenda reformasi pendidikan nasional dalam perspektif abad 21. Indonesia Tera.

Tilaar, H.A.R.&Nugroho,R. (2009). Kebijakan Pendidikan. Yogyakarta:GajahMadaUniversityPress.

Page 175: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. KebijakanPengelolaanGuruSekolahDasarPengalaman semua bangsa di dunia termasuk bangsa

Indonesia mengajarkan kepada kita bahwa guru merupakanfaktor utama dalam upaya peningkatan kualitas sistempendidikannasionalmelaluiperan langsungdidalamprosespembelajaran. Dalam konteks ini guru bertindak sebagaiujung tombakdalammerealisasikandanmengaktualisasikanpembelajaran, serta menghidupkan berbagai cita-cita dangagasan-gagasanpendidikanidealsepertiyangtertuangdalamkurikulum.(MenkoPMK,2015)

Saat ini ada dua persoalan pokok yang dihadapipemerintah berhubungan dengan profesi guru yaknimengenai kuantitas dan kualitas guru. Apalagi dikaitkandenganpengelolaangurudengansistemotonomidaerahtelahmelahirkan dominasi pemerintah daerah dalam pengelolaantenaga guru, akibat membuat mobilitas mereka sangat

Bab VIII

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar

(Studi Kasus Kebijakan Pendidikandi Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo)

Page 176: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

162 Analisis Kebijakan Pendidikan

terhambat. Setidaknya terdapat dua implikasi negatif dari kondisi ini.Yaknimobilitasguruyangterhambatmelahirkanpsikologi kerjayang tidaknyamandan rekrutmenguruyangbelum professional, jauh dari kebutuhan ideal (Suwandi,2007).

Persoalan klasik lainnya yang melanda profesi gurudalam konteks pengelolaannya, antara lain; 1) minimnyapengangkatan guru baru, 2) panjangnya jalur birokrasi yangberlaku,c)sulitnyasisteminformasidataguru,d)rekruitmendan promosi guru tertutup, dan e) belum adanya sumberadanya komitmen yang kuat tentang pengangkatan guruhonor secara umum, f) distribusi guru belum mendapatperhatianyangseriusdalammeningkatkanmutupendidikan,sehingga mereka lebih cendrung berada di Kota-kota besar(Siregar,Tikwan,2006;1).

Hal senada disampaikan Mantan Mendikbub RIAniesBaswedanbahwapemerintahmengisyaratkanrumitnyapengelolaan guru, sehingga memerlukan reformasiterutama dalam hal rekrutmenguru. Fakta beberapa tahunterakhir inipenerimaan tenagapendidikbelumbegituketat,sehinggasemuaorangdapatmenjadi tenagapengajar tanpaadaseleksikompetensi.Ujungnya,pemerintahkesulitandalampembinaan dan pengawasannya (Anies Baswedan, selasa 22Desember2015).

Reformasipengelolaanguruinibertujuanmenjawabkekuatiransebagianpihakbahwapendistribusiangurubelummeratadanbelummencapairasioideal,terutamapadajenjangpendidikandasardanmenengah,gunamemastikanprogramwajib belajar 12 tahun berjalan sukses dan semua anak usiasekolah(Age-group Population),terdiridari:a) 0-6tahun/year33.517.600, b)7-12tahun/ year27.381.500, c)13-15tahun/year13.386.000,d)16-18tahun/year 13.281.300bisadilayanidenganbaik(Kemendikbud,2016;2).HalinimenjaditugaspemerintahdanpemerintahdaerahsesuaiamanatUndang-undangDasar

Page 177: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 163

1945, Undang-undang Nomor tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional pasal 5 dan berbagai produk hukumturunannya.

Untukmencermatipemenuhankebutuhanlayananpendidikandasar, terutama di Kabupaten Gorontalo, maka perlukan kajianmendalam tentang kebijakan pengelolaan guru di Sekolah Dasar(SD). Pertanyaan mendasar yang diajukan analis, apakah jumlahguru SD yang ada saat ini sudah mencukupi? Untuk menjawabpertanyaan ini, kita bisa mencermati rasio siswa dan guru, sesuaidenganPeraturanPemerintahNomor 74Tahun2008 tentangGuruPasal17menetapkanbahwagurutetappemegangsertifikatpendidikberhakmendapatkan tunjanganprofesiapabilamengajardi satuanpendidikanyangrasiominimal jumlahpesertadidikterhadapguruSD20:1danMI15:1

Jika kita merujuk pada penghitungan dan laporanBadan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo tahun 2015 yanglalu, didapatkan rasio guru dibandingkan dengan jumlahrombongan belajar siswa SD berada angka 17:1 (seperti dalamtabel3.1dibawahini),artinyajumlahgurudapatdikategorikansudah mencukupi dan sudah mengarah pada ukuran ideal.Tentu kondisi ideal ini memerlukan pengelolaan yanglebih cermat dan tepat, yang meliputi proses perencanaan,pengangkatan, penempatan serta pembinaannya. Seiringdengan diterapkannya desentralisasi pendidikan, makasebagian besar tanggung jawab dalam pengelolaan gurudialihkan dari pemerintah pusat ke daerah, sedangkan peranpemerintahpusathanyadalampembuatankebijakannasionaldan koordinasi. Berkenaan dengan perubahan tersebut,semuapersoalan perubahanpengelolaan tenaga pendidikmenjadi tanggungjawab bersama bagi pemerintah daerah danpemerintahpusat,sebagaikonsekuensidiperlukananalisisdatayangsesuaidengankondisimasing-masingdaerah,dansekolahdalamkerangkapenetapankebijakanpengelolaanguruyangbaik,sepertidijelaskandalamtabel8.1.dibawahini.

Page 178: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

164 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabel 8.1. Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Dasar (SD)di Kab. Gorontalo

Kecamatan/Subdistrict

Sekolah/School

Murid/Pupil Guru/TeacherRasioMurid-Guru/

Laki-laki/Male

Perem-puan/Female

TotalLaki-laki/Male

Perem-puan/Female

Jumlah/Total

PupilTeacherRatio

BatudaaPantai 12 717 654 1371 44 64 108 13

Biluhu 9 588 531 1119 35 47 82 14

Batudaa 10 788 682 1470 27 76 103 14

Bongomeme 17 1200 1184 2384 53 87 140 17

Tabongo 12 1138 1006 2144 35 70 105 20

Dungaliyo 15 1163 1065 2228 30 105 135 17

Tibawa 29 2786 2488 5274 51 171 222 24

Pulubala 24 1393 1382 2775 32 145 177 16

Boliyohuto 13 881 782 1663 25 97 122 14

Mootilango 16 1107 1002 2109 37 85 122 17

Tolangohula 13 1356 1246 2602 23 106 129 20

Asparaga 10 897 785 1682 23 74 97 17

Bilato 9 562 560 1122 26 46 72 16

Limboto 32 2927 2793 5720 67 239 306 19

LimbotoBarat 17 1339 1277 2616 17 136 153 17

Telaga 12 1299 1183 2482 37 120 157 16

TelagaBiru 22 2105 1956 4061 53 183 236 17

Tilango 10 948 923 1871 23 74 97 19

TalagaJaya 7 728 691 1419 12 64 76 19

KabupatenGorontalo/GorontaloRegency

289 23922 22190 46112 650 1989 2639 17

Sumber: Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Gorontalo, 2015

Source: Education Service of Gorontalo Regency

Dari tabel 8.1. di atas kelihatannya pengelolaan gurubukandisebabkanbelumidealnyajumlahguru,melainkanada

Page 179: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 165

persoalan lainnya.Suwandi(2007)menjelaskanpermasalahanpengelolaan guru, sudah dimulai dari pengadaan yaituketidaksesuaian kualifikasi guru dengan kualifikasi pelamar(74,5%),formasitidaksesuaidengankebutuhan(79,0%),danmutasi guru yang tidak didasarkan pada kualifikasi guru(72%). Turunan masalah pengadaan, juga menimbulkankesenjanganberikutnyayangdihadapiolehpemerintahpusatdanpemerintahdaerah,yakniprofesionalitasguruyangbelumsesuaidenganharapanstakeholder.

Oleh sebab itu pemerintah menerbitkan Undang-undangNomor14Tahun2005tentangGurudanDosen,yangantaralainmenetapkan bahwa seluruh guru harus memenuhi kualifikasipendidikanminimalS1atauD4dan lulusuji sertifikasisebagaibukti bahwa guru tersebut memiliki kompetensi profesionalsebagai pendidik pada suatu jenjang pendidikan tertentu.Ketentuan ini berdampak pada persyaratan dan kewenanganlembagaPendidikanTenagaKependidikan(LPTK)yangbertugasmengadakan tenaga pendidik dan institusi-institusi lain yangberperan dalam pengembangan kompetensi berkelanjutan bagitenaga pengajar yang sementara menjalankan kewajibannya.Untuk memperoleh guru yang professional maka guru wajibmemiliki kompetensi, kualifikasi akademik, sehat jasmani danrohani, sertifikat pendidik, serta memiliki kempetensi untukmewujudkan tujuan pendidikan nasional, (PP Nomor 74Tahun2008 tentang Guru pasal 2). Kegiatan tersebut diharapkanbermuara kepada penyediaan yang tepat dari segi jumlah,kompetensi, persebaran dan kualifikasi, maka dibutuhkanmekanisme yang kondusif bagi terciptanya kerja sama sinergissesuaidenganPeraturanPemerintahNo 19Tahun2005 tentangStandarNasionalPendidikan.

Sehubungan dengan itu, pada tahun 2005 DirektoratJenderalPeningkatanMutuPendidikdanTenagaKependidikan(PMPTK) Departemen Pendidikan Nasional, dengandukungan Bank Dunia mengkajiaspek-aspek terkaitdengan

Page 180: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

166 Analisis Kebijakan Pendidikan

pengangkatandanpenempatanguru,baikdarisisikebijakanmaupun praktik di lapangan. Sambutan Mendiknasdalam peluncuran program BERMUTU bahwa kekuranganjumlahdan kualitas guru menjadimasalah penyelenggaraanpendidikan di banyak daerah terutama di daerah terpencil.Kesejahteraan dan akses informasi serta kesempatanmeningkatkan kompetensi merupakan kendala spesifik yangdialami setiap guru di daerah. Oleh sebab itu, pemerataankesempatankepadaguru,distribusiguru,sertakesejahteraanguru daerah terpencil perlu mendapat perhatian serius daripemerintahdanparapemangkukepentinganlainnya.

B. KebijakanRisetPengelolaanGuruSekolahDasar Metodeyangdigunakandalamkajianiniadalahanalisis

kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah KabupatenGorontalo dengan unit analisis yang meliputi analisiskondisi riil data kependidikan yang terkait denganperencanaan dan analisis kebutuhan guru, distribusi danpengembangan kompetensi guru. Kajian ini termasukdalampenelitian kebijakan (policy research) karena prosesnyakajian ini dilakukan pada, ataumengkaji terhadap persoaln-persoalan masyarakat yang mendasar, sehingga hasilnyabisa direkomendasikan kepada perancang kebijakan untukmengambil tindakan secara praktis dalam mememcahkansuatumasalah. Pada kajian ini dikemukakan juga beberapakebijakan yang telah ambil oleh pemerintah daerahyang berhubungan dengan pengelolan sumber daya gurudalam menyelesaikan beberapa masalah serta menilaikebijakan-kebijakanyang disertai kekurangandan kelebihanmasing-masing alternatif kebijakan tersebut, kemudian

Page 181: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 167

mengemukan kebijakanyangdianggappaling sesuaidengandengankondisidansituasidaerah.

PembangunansektorpendidikandewasainidiKabupatenGorontalo merupakan sektor utama yang dan menjadiprioritas sehingga diharapkan menjadi modal utama dalampembangunan daerah. Namun permasalahan yang dihadapisaatiniadalahsecara geografisKabupatenGorontalomemilikiwilayahyangsangatluassertamemilikiwilayahpengununganyang cukup banyak sehingga pemetaan pendidikan, kondisigurudanpenempatannyabelummemperolehperhatiansecaramaksimal.

Berdasarkan kondisi riil ditemui banyak sekolah yangjumlahsiswanyaberkurangdaritahun-ketahunkarenaletakantara satu sekolah satu dengan sekolah yang lain salingberdekatan (tidak lebih dari 1 Km atau dapat ditempuhkurang dari 20 menit), sesuai data dari Dinas PendidikanKabupatenGorontalo bahwaadadelapanbelas (18) sekolahyangletaknyaberdekatan,empat

(4)sekolah terletakdiduadesayangberbeda,sehinggahanya14sekolahyangbisadilakukanpenggabunganmenjaditujuh (7) sekolah yang tersebar di empat kecamatan. Daridata tersebut juga terungkap juga bahwa terdapat beberapasekolahyangjumlahnyamuridnyasedikitsangatkecil(kurangdari 90 orang) tetapi tidakmemungkinkan untuk digabung,karena lokasi sekolahnya saling berjauhan. Sekolah-sekolahyang jumlah muridnya relatif sedikit berjumlah 17 yaitu 15SDdan2MIyangtersebardi5KecamatanTabongo,Tilango,Pulubala danMootilango. pendistribusi guru kurang meratadisekolah-sekolah,dijumpaibeberapasekolahyangmemilikikekurangan guru, sementara beberapa sekolah memilikikelebihanguru, sehinggaperludilakukanpenempatanulangataupendistibusiankembali.

Secara garis besar pembagian wilayah di KabupatenGorontaloterdiridariwilayahperkotaan,sub-urbandanurban

Page 182: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

168 Analisis Kebijakan Pendidikan

(terpencil). Kesenjangan yang terjadi antara ketiga wilayahtersebut adalah di kota banyak terdapat guru inti dan guruberprestasi, diwilayahsub-urban (dekat kota)masih banyakguru belum berkualifikasi sarjana (S1), dandiwilayah urban(terpencil)masihterdapatbanyakgurutidaktetap(GTT)danhonordanmasih terdapatguruyangmengajar belum sesuaidengankualifikasipendidikannya.

C. KebijakanPengelolaanGuruSekolahDasardiKabupatenGorontaloBerdasarkan data jumlah siswa SD/MI 46112 dilayani oleh

guru sebanyak 2.639 orang, dimana sebanyak 1864 guru yangbelummemenuhikualifikasiS1yangtersebarpada18kecamatandi Kabupaten Gorontalo, dengan mencermati kondisi tersebutmakadiperlukanupayapengelolaan tenagapendidikyang lebihefektifdanefesien.

Berikutinidikemukakanbeberapastrategikebijakanyangtelah dilaksanakan oleh pemerintah pemerintah KabupatenGorontaloyangberhubungandenganpengelolaansumberdayaguru dalam menjawab persoalan perencanaan, penempatan,pendisitribusiandanpembinaanguruyaitu:

1. AssesmenKebutuhanGuruBerdasarkan ensiklopedia evaluasi yang ditulis oleh

Anderson (2006) dan kawan-kawan, analisis kebutuhandimaknakan sebagai suatu proses kebutuhan sekaligusmenentukan skala prioritas.Analisiskebutuhanadalahsuatucaraataumetodeuntukmengetahuiperbedaanantarakondisiyangharapkan (should be ought to be)dengankondisiyangada (what is). Kondisi yang harapkan seringkali disebut

Page 183: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 169

kondisi seharusnya, sedangkan kondisi yang ada, seringkalidisebut kondisi riil atau kondisi nyata. Dalam kontekspendidikan kebutuhan dimaksud diartikan sebagai suatukondisiyangmemperlihatkanadanyakesenjanganantarayangadadengankondisiyangdiharapkan.“Kebutuhan”sebagaijarakantarakeluaranyangnyatadengankeluaranyangdiinginkan.Menurut Koufman (dalam Witkin, 1984) mendefinisikanassesmen sebagai analisis formal yang menunjukkan danmenyimpan antara hasil-hasil yang diinginkan dengan hasilyang nyata, mengatur dalam hal prioritas, dan menyeleksikebutuhanuntukdicarikanpemecahannya.

Penelitian Witkin (1984:15) tentang assesmenkebutuhan pada pendidikan tinggi dengan menggunakananalisisfaktoruntukmengidentifikasienamelemenassesmen,yaitu:“(1)educational goals or philosophy given as a of departure, (2)need identification and need prioritization, (3) selection,(4)treatment implementation,(5)evaluation,and(6)andrecycle.

Berdasarkan pembahasan maka dapat dikemukakanbahwa assesmen kebutuhan pendidikan adalah proseskomponen-komponen dalam pendidikan yang meliputi:personalia, dan sarana/prasarana fisik sekolah. Kaitannyaperencanaan kebutuhan guru dan gedung sekolah,assesmen kebutuhan tentang tinggi rendahnya angka putuskecenderunganarusmurid,petalokasisekolah,keadaan,dankeadaanpendudukusiasekolah.Tujuanassesmenkebutuhanpendidikan adalah untuk: (1) memenuhi persyaratankeuangan dari pemerintah dan sekaligus menunjukkanbahwaprogramyangditanganiakanmampumengatasikritisyang belum terpecahkan, (2)mengetahui tingkat kebutuhanmasyarakat terhadap pendidikan dan kebutuhan-kebutuhan,(3) mencapai suatu konsensus mengenai tujuan untukperencanaantingkatlembagadanantarinstansiterkaitdalamsatu wilayah, (4) mengetahui mana program yang bersifatinovatif dan dapat mendukung memecahkan masalah atau

Page 184: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

170 Analisis Kebijakan Pendidikan

mempeluas kegiatan belajar dandapatmendukung berbagaipihak, (5) memperkirakan berbagai kemudahan fasilitasdalampengembangankegiatanekstrakurikuler,(6)perbaikandanpengembanganpengajaran serta pelaksanaan kurikulumsecara efisien, (7) menganalisis kebutuhan informasi danpelaksanaanprogram(Witkin,1984).

Dalam hal ini pemerintah kabupaten Gorontaloseharusnya wajib berperan lebih besar dalam penyeleksian(rekruitmen) dan pengangkatan guru. Masyarakat wajibdiikutsertakan dalam menentukan kriteria penyeleksiandan dalam penyeleksian guru-guru dan kepala sekolah.Selanjutnya beberapa rekomendasi terkait dengan sistemrekruitmen dan penempatan guru adalah sebagai berikut.a) kebijakanyang berlaku tentang penerimaan (rekruitmen) guru dipertahankan sesuai dengan prosedur rekruitmenpegawainegerisipil,b)sistempengangkatangurudiaturdanmenjadi kewenangan pemerintah pusat dan penempatan kedaerahdidasarkanpada kebutuhansekolahdanperencanaandaerah, c) Sistem mutasi guru dalam kabupaten/kotamenjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kotad, d)sistem mutasi guru antarkabupaten/kota di dalam propinsimenjadi kewenangan pemerintah propinsi e) Sistem mutasiguruantarpropinsimenjadikewenanganpemerintahpusatf )Guru-guru barudapat diwajibkan bertugasdi daerah-daerahkhususuntukmasamasa.g)kerjasekurang-kurangnyaselama2 tahun, g) Perlu diadakan ketentuan untuk memindahkanguru antar sekolah (rotasi)sesudahmasayangdisepakati,h)Pengangkatanjumlahguruperlumempertimbangkan jumlahkebutuhanminimal, i) guru pada setiapsekolahdan jumlahmurid(Suwandi,2007).

Page 185: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 171

2. DistribusiGurumelaluiPartisipatory Management,danRedistribusiGurudariKotakeDesaModeldistribusigurumelaluiPartisipatory management

dapatdipahamisebagaipemberdayaanguruuntukikutsertamengambilkeputusanberkaitandenganupayapendistribusiangurudiberbagaisekolah.dilingkunganpendidikanKabupatenGorontalo, khususnya dalam usaha pemerataan tenagapendidik dapat diartikan sebagai partisipasi tenaga pendidikuntuk ikut serta mememcahkan masalah pemerataan tenagapendidik.Dalamkontekstradisipejabatyangsudahmenjelaga warisankepemimpinansebelumnyaeraOrdeBaru,konsepiniakansulitdilakukan.Namunadabeberapafaktorpendukungyangdapatdipakaidalammengimplementasikanpengelolaanberbasis partisipasi ini yaitu ketentuan beban kerja 24 jampertemuan bagi tenaga pendidik dan pemberian tunjanganbagitenagapendidikyangbertugasdidaerahterpencil.

Beban kerja guru menurut Permendiknas Nomor 41tahun 2007 mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakanpembelajaran, melaksanakanpembelajaran,menilaihasilpembelajaran, melatih peserta didik dan membimbing,serta melaksanakan tugas tambahan. Beban kerja gurusebagaimanadimaksudpadapernyataan iniadalahsekurang-kurangnya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1(satu)minggu.Ketentuan inimemaksa tenagapendidikagarmerekadapatmemenuhitugasnya.Jikatidak,makatunjanganfungsionalnya dapat terancam tidak dibayarkan. Pemberiantunjangan bagi tenaga pendidik di daerah terpencil adalahjuga berkesempatan untuk menggerakkan tenaga pendidikagarbersediaditempatkandidaerahterpencil.Polapemberiantunjangan kepada guru di daerah terpencil dapat diperluasdengan pemberian insentif lainnya bagi yang membantudalammengatasimasalahkekurangangurudisekolah-sekolah

Page 186: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

172 Analisis Kebijakan Pendidikan

tertentu, jikamemilikikelebihanbebanmengajar(Yani,2010;47).

Sekaligus melakukan redistribusi guru dari sekolahyang ada di perkotaan untuk ditempatkan di sekolah yangada di Desa. Apalagi seiring pesatnya pembangunan desadengan insentif dana desa, kebijkan redistribusi guru kedesamenjadi besarpeluangnya. Faktor penentunya ditopangtidak kesejahteraan hidup yang semakin baik di desa. HalinisejalandenganhasilrisetAnsardanMasaong(2009)yangmenyatakan bahwa proyeksi kebutuhan guru SD/MI terjadipada sekolah-sekolah yang ada di sub urban dan urbansedangkansekolahyangberadadiwilayahibukotakabupatenmengalamikelebihan.Dengandemikianterjadikesenjanganpemenuhan kebutuhan guru antara wilayah. Untukmengatasnyaperlu kebijakan redistribusi kembali guru yangmenumpuk di perkotaan dengan konsekuensi peningkatankesejahteraanyanglebihbaik.

Karena sudah diberlakukannya sistem desentralisasipendiidikan, maka Pemerintah Kabupaten Gorontalo mestibertanggung jawab mingkatkan kesejahteraan hidup guru sekolahnegeridanmadrasah.Pemerintahkabupaten/kotamelaluiDepdagribertanggungjawabmengalokasikananggaranyangmendoronggurumaumengabdi di desa. Termasukmenyediakan insentif bagi guruuntukbersemangatmengabdididesa.

3. ManajemenKelasRangkap(Multigrade)Menurut Veenman (1997) menggambarkan kelas

multigrade yaitudimanaanak-anakdariduaataulebihnilaiyangdiajarkanolehsalahsatugurudalamsaturuanganpadasaat yang sama. Pembelajaran kelas rangkap (multigrade model) merupakan stategi pembela jaran denganmenerapkan perangkapan kelas (dua kelas atau lebih) danperbedaantingkatkemampuanyangdilakukanolehseorang

Page 187: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 173

tenagapendidikdalamwaktuyangbersamaan.Kelasrangkapmerupakan gabungan dari beberapa peserta didik dengantingkatan kelas yang berdekatan, misalnya kelas 1 dan 2,ataukelas4,5,dan6,belajardengansatugurudikelasyangsamadanberlangsungselamasatutahunajaranpenuh,agarperencanaanmatangdanpelaksanaanya lebihefektif,makasebaiknyasatu kelasrangkapdipegangolehguruyangsamauntuk dua tahun pelajaran dan guru yang mengajar padabeberapa tingkat kelas di satu sekolah. Dalammengajardikelasyangsituasi-multi,seorangguru tunggalmengajarkanlebihdarisatukelasataukelompokumur(Little,1995).

Pengajaran multi-grade adalah suatu pengaturaninstruksionalmenuntutsituasidimanasekolahmensyaratkanbahwa anak-anak lebih dari satu kelas yang diajar secarabersama-samamemberikanpembelajaranpadasuatuaktivitassesuaidengantingkatuntuksetiapkelas,yangmemungkinkansemua anak untuk mendapatkan manfaat yang sama daripengalamanbelajarmereka.Beberapapenelitimenggunakanistilahyangsamaantaramultigrade dan Multiage, (Bennetetal:,1983Pratt, 1986).Negara-negarayangtelah melaksanakansistem pembelajan monograde dan multigrade yang telahconducte adalah:AmerikaSerikat,Kanada, lnggris,Fintanah,BelandadanSwedia.

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi yangdilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Gorontalodalampelaksanaankelasrangkapmasihditemukanbeberapakekurangan diantaranya tidak semua guru yang menanganikelasrangkapmemilikipengatahuandan kemampuansepertiyang dipersyaratkan dalam pembelajaran rangkap sertakemampuan siswa yang sangat kurang sehingga guru selaludituntut menerapkan berbagai strategi agar pembelajarandapatterlaksana.Namundisisilainpeneraapankelasrangkapinimampumengatasi kekurangan guru di beberapa sekolah

Page 188: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

174 Analisis Kebijakan Pendidikan

di wilayah sub urban dan urban, untuk itu diharapkanpemerintah daerah tetap menerapkan pembelajaran kelasrangkap dan menyempurnakan kekurangan-kekurangantersebutdanlebihmempersiapkanlebihmatang.

4.GuruyangdiRolling(Rolling Teacher)Rolling Teacher adalah guru yang diberi tugas untuk

mengajar dan atau terlibat dalam pengembangan mutupendidikan di sekolah lain di luar dari sekolah tempatnyabertugas untuk jangka waktu tertentu tanpa dimutasi darisekolahasalnya,(Antoro,2010).Rolling teacher adalah sistempemindahan tugasmengajar guru secara periodik diwilayahkabupatenkota(DitjenPMPTKDepdiknas,2009).

Secaraumumtujuanpelaksanaanrolling teacher adalah; (a) memeratakan kualitas belajar dan pembelajaran disekolah-sekolahyangmembutuhkanguru,(b)memeratakankemampuan dan kualitas profesional guru, memeratakanbeban kerja guru, (c) meringankan beban kerja guru yangterlalu berat di daerah terpencil, dan (d) meningkatkankemampuan/kinerjagurusecarameratadisemuasekolah.

Sedangkan manfaat rolling teacher antara lain (a) memberikan kemudahan kepada guru-guru untuk studidalam rangka meningkatkan kompetensi dan kemampuanprofesionalnya serta meningkatkan kualifikasinya (S1)tanpa meninggalkan tugas mengajarnya, (b) menyediakanruang kebijakan bagi guru untuk memenuhi jumlahbeban jam mengajarnya sebanyak 24 jam pelajaran perminggu,(c)meningkatkanefisiensipengelolaanpendidikandi Kabupaten, (d) bagi guru-guru pelaku rolling teacher, secara tidak langsung akan terus-menerus mengembangkankineria dan kompetensinya dan dalam bidang pedagogik,professional,social,dankepribadiandan (e)bagiguru-guru

Page 189: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 175

yang telah tersertifikasi dapat berkesempatan menunjukkankebolehannya dan terus menerus mengembangkankemampuan profesionalnya melalui keikutsertaannya dalamrolling teacher.

Gurukeliling(rolling teacher)untukSD/MIdiberlakukandikelaslima(5)untukempatmatapelajaran,yaituMatematika,lPS,IPAdanBahasa.Jadiguruintiyangmelaksanakanrolling teacher bertindak sebagaigurubidang studidi SD/MI.Guruyang melaksanakan rolling teacher adalah guru inti yangditunjukmelalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan,yang dipilih berdasarkan penilaian pengawas sekolah.BerdasarkanhasilujicobayangdilakukandibeberapasekolahdiKabupatenGorontalopelaksanaanrolling teacher inicukupefektif, karena beberapa sekolah yang memiliki kekurangangurumerasa terbantudengan kehadiranbeberapaguruyanglain. Sementara bagi guruyangmemiliki jampelajaranyangkurangdari24jam/perminggubisamemanfaatkanprograminibertindaksebagairolling teacher sehinggatidakkekuranganjam mengajar lagi. Sementara manfaat yang diperoleh bagisiswaadalahsiswamerasatermotivasidantidakjenuhkarenasuasanapembelajaranselaluberubah-ubahkarenaguruyangmengajarselaluberganti-ganti.

5. In service trainingIn-service pelatihan diterima sebagai metode yang

efektif untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dankepercayaan diri secara positif dari guru. lni adalah prosesyangdigunakanguruuntukmelanjutkanpendidikan setelahmereka telah menerima sertifikasi dalam mengajar danbekerja secara profesional (Locke, 1984). Informasi JaringanPendidikandiUniEropa(Eurydice) mendefinisikanpelatihansebagai kegiatan dan praktik di mana guru terlibat dalam

Page 190: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

176 Analisis Kebijakan Pendidikan

rangkamemperluaspengetahuan,meningkatkanketerampilanguru,danmenilaiprofesionalismenya,(Perron,1991).

In-service training adalah istilahyangmenggambarkanserangkaian kegiatan dan persyaratan yang berkenaandengan pengembangan professional, terorganisir untukmeningkatkan kinerja semua personil (guru) yang telahditugaskan dan memegang jabatan di sekolah, sehinggamanpu menerapkan program atau inovasi. (Sapp, 1996).Sedangkan menurut Purwanto (1984) ln-service training ialah segala aktivitas yang diberikan dan diterima oleh paraaparat pendidikan, (tenaga pendidik, kepala sekolah dsb)yang bertujuan untuk menambah dan meningkatkanpengetahuan, pengalaman guru-guru dan kecakapandalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Program in-serivice training dapat mencakup berbagai kegiatan sepertimengadakanaplikasikursus,ceramah-ceramah,mengadakanpertemuan sesama guru untuk saling tukar pengalaman,seminar-seminar,kunjungankesekolah-sekolahdiluardaerahdanpersiapan-persiapankhususdanmengikutikursus-khususyang berhubungan dengan tugas pokok. KegiatanIn-service training adalah salah faktor kunci dalam pengembanganprofesional gurudanmemberikanpeningkatanpengetahuanmelaluiperanaktifguru,(Saiti&Saitis,2006).

Pelaksanaan in-service training diKabupatenGorontalosecara kuantitas pelaksanaannya masih jarang dilaksanakan,karena kegiatan in-service training membutuhkan anggarancukup besar, hal ini menyebabkan kecilnya kesempatanbagi guru mengikutinya. Secara empiris kegiatan in-service training memberikanmanfaatpadagurudalammeningkatkankemampuan, kompetensi, dan pengelolaan pelatihan lebihefektif.

Berikut inidikemukakanhasilanalisispenulisbeberapakebijakan dengan melihat kekurangan dan kelebihannyamasing-masing,yangdilihatpadatabel8.2berikutini.

Page 191: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 177

Tabel 8.2.KelebihandanKekuranganBeberapaKebijakanPendidikan

NoJenis

KebijakanKelebihan Kekurangan

1 Assesmenkebutuhanguru

Dapatmengetahuijumlahkebutuhanguru yang dibutuhkan

Tidak dapat direalisasikan secara langsungkarena harus menunggu proses penganggaran

Memperolehalternatifpenggantidansolusi mengatasi kekurangan guru

Membutuhkandatayangakuratuntukmelakukanproses assesmen

Proses implementasimembutuhkanwaktu dandana yang cukup lama karena harus surveykelapangan terlebih dahulu

Membutuhkan ahli dalam melakukan prosesanalisis kebutuhan

Tidak semua pihak menerima hasil analisis

2 Multigrade(kelasrangkap)

Dapatmengatasikekuranganjumlahguru dan gedung sekolah

Kemampuan guru belum merata

Dapat menghemat waktumengajar Membutuhkan pengelolaan waktu yang lebihefektif

Guru lebih tertantang untuk lebihkreatif dalam proses pembelajaran

Membutuhkan kreativitas, inovatif dankemampuan guru yang lebih

Tingkat pencapaian kurikulum tidak tuntas

Tidakdapatmenghargaiperbedaanindividusiswa

3 Rolling teacher

Kekuranganjumlahgurudapatdiatasi Secara geografis sekolah di wilayah salingberjauhan dan tersebar di beberapa wilayah

Memperoleh guru yang berkualitas Membutuhkanperencanaan yang lebihmatang

Membantu guru untuk mencukupijumlah jam mengajar 24 jam/peminggu

Membutuhkan tenaga yang lebih fit karenaharus berpindah-pindah mengajar

Dapat meningkatkan kesejahteraanguru karena memperoleh insentiv

Gurumerasatertantanguntukterusmengembangkan kompetensinya

Kualitaspendidikandapatdisebarkankepada sekolah-sekolah tujuan

Suasanamengajarlebihfreshkarenaguru sering berpidah-pindah

4 In-service training

Meningkatnya kemampuan dankompetensi para guru

Membutuhkan anggaran yang cukup besar

Pengelolaannya lebih efektif Kemungkinan akan banyak jam kosong disekolah karena ditinggalkan oleh guru untukmengikuti kegiatan training

Materi yang diterima tidak berkesinambungandan membuat peserta jenuh

Waktu pelaksanaannya sangat terbatas danpeserta kurang inisiatif

Tidak semua gurumemiliki kesempatan untukmengikuti kegiataan pelatihan tersebut.

Page 192: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

178 Analisis Kebijakan Pendidikan

BerdasarkanTabel 8.2 di atas,maka hasil analisis penulisdapatmenyimpulkanbahwakebijakanyanglebihefektifadalahrolling teacher karenakebijakaninidianggapdianggapmemilikipaling banyak kelebihan dibanding dengan kebijakan yanglain. Kebijakan ini membawa dampak yang positif bagi siswa,guru maupun kepala sekolah misalnya sekolah yang memilikiketerbatasan guru baik secara kuantitasmaupunkualitasdapatteratasi,denganadanyarolling teacher sekolahtersebutmemilikitambahan guru dengan mutu yang lebih baik, (Kusumawati,2009). Secararegulasi kebijakanpelaksanaan rolling teacher ini sudah dituangkan dalam peraturan daerah masing-masing,sehinggaimplementasinyalebihkuatdanterarah.

D. KesimpulandanSaran

1. KesimpulanKebijakan yang telah diterbitkan oleh pemerintah

Kabupaten Gorontalo dalam pengelolaan sumber daya gurudi antara lain; assesmenkebutuhanguru,pembelajarankelasrangkap(multigrade), rolling teacher dan in-service training. Dalam pelaksanaannya di jumpai bahwa masing-masingkebijakan tersebut memiliki kelebihan dan kekuranganmasing-masing.Hasilanalisismenunjukkanbahwa alternatifkebijakanyangpalingefektifadalahkebijakanrolling teacher karenakebijakaninibanyakmemberikandampakyangpositifdibandingdengandampaknegatifnyasertajeniskebijakaninijugadianggappalingsesuaidengankondisiwilayahkabupatenGorontalo.

2. SaranDari hasil analisis ini disarankan kepada pembuat

kebijakan agar sebelum mengeluarkan kebijakan harus

Page 193: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 179

melalui proses analisis dampak dari kebijakan dan dalampelaksanaannyasecaraberkelanjutandankonsisten.

DaftarPustaka

Ansar & Masaong. (2009). Asesmen Kebutuhan Guru dan Gedung pada PendidikanDasar(SD/Mi,SMP/MTs)dalamRangkawajib belajar 9 tahun di Kabupaten Gorontalo ProvinsiGorontalo.LemlitUNG.

Antoro,Billy.(2010).Sosialisasi SPM Pendidikan Harus Komprehensif. Jakarta:Depdiknas.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Gorontalo (2015), Murid,Guru, dan Rasio Murid-Guru Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Gorontalo, https://gorontalokab.bps.go.id/statictable/2016/10/21/122/jumlah-sekolah-murid-guru-dan-rasio-murid-guru-sekolah-dasar-sd-di-kabupaten-gorontalo-2015.html(diakses,4Oktober2018)

Baswedan,Anies,(Selasa22Desember2015),RumitnyaPengelolaanGuru,Pontianak,Pontianakpost.co.id,diakses15April2017

Bennet, N. O’Hare, E, Lee, J. (1983). Mixed-age classes in pimary Schools:aSurvey of Practice.BritishEducationalResearchJournal9(1),41-56.

Dirjen PMPTK. (2009). Peluncuran Program BERMUTU. Jakarta:Depdiknas.

Kusumawati, Budi. (2009).Uji Coba Pemerintah Daerah di dalam Mengelola Pendidik dan Tenaga Pendidik. Dalam BuletinKKG/MGMP.Jakarta.

Litle, Angela .W. (1995).Multigrade teaching: a review, of researchandpractice,Educational Research, serialNo.12.London,OverseasDevelopmentAdministration.

Page 194: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

180 Analisis Kebijakan Pendidikan

Locke. L.F. (1984). Research on Teaching Teachers: Where areWe Now?. Journal of Teacheng Physical Education.Monograph2.

Menko PMK, (2015), Guru Ujung Tombak Pendidikan, Jakarta:Tribunnew.com

Perron,M.(1991).Vers un Continuum de Formation des Enseignants: ElementsD’Analyse.RechercheetFormation,10,137-152.

Purwanto,N.(1984).Administrasi Pendidikan. Jakarta:Mutiara

Saiti, A. & Saitis, C. (2006). In Sevice Training for TeachersWhoWorkinFull-DaySchoolsEvidencefromGreece. European Journal of Teacher Education,29(4),455-470.

Sapp,T.M.(1996).Teacher Perceptions of the Components of Effective in-ServiceTraining in the FineArtsandTheirRelationship to the lmplementation of Curriculum Improment Innovations. Unpublished Doctorial Thesis. College ofEducation,GeorgiaStateUniversity.

Siregar, T (2006)Analisis dan Pengembangan Pola Distribusi Guru Sekolah Dasar di Kabupaten Deli Serdang. Disertasi, ProgramPascasarjanaUniversitasNegeriMedan.

Suwandi, (2007),StudiKebijakanPengelolaanGuruPascaUndang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang PemerintahanDaerah Dalam Rangka Peningkatan mutu Pendidikan. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 4 Nomor 2,November2007

Veenman. S. (1997) Combination Classes Revisited. Educational Research and Evaluation3(2).262-276.

Witkin, B. R. (1984). Assessing Needs in Educational and Social Programs.SamFransisco:Jercey-BassPublishers.

Yani, A. (2010). “Kebijakan Distribusi Guru melalui ParticipatoryManagement pada Era Otonomi Daerah”. Manajerial, Volume9 (17):47-54.

Page 195: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Pengelolaan Guru Sekolah Dasar (Studi Kasus) 181

Undang-UndangdanPeraturanLainnya

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru danDosen.Jakarta:DepdiknasRI

PeraturanPemerintahNomor74Tahun2008tentangGuru.Jakarta:DepdiknasRI

PeraturanPemerintahNo 19Tahun 2005 tentang StandarNasionalPendidikan.Jakarta:DepdiknasRI

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007tentangStandarProses,Jakarta:KemendiknasRI.

Page 196: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019
Page 197: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. KonsepsiEraOtonomiDaerahPemahaman banyak pihak tentang otonomi daerah,

diwarnaipemahamanyangberagamdenganperbendaharaankata yang sudah tidak asing, bagi kita semuanya. Misalnyaautonomy yang berasal dari bahasa Yunani, “autos” berarti sendiri, dan “nomos” yang berarti aturan atauhukum (Abdurrahman, 1987;9). Otonomi juga dimaknaiperundangan-undangansendiri (Danuredjo 1977).Sedangkan(Koesoemahatmadja 1979:9)mengemukakanotonomi adalahmengatur atau memerintah sendiri. Selanjutnya Wajong(1979:16) mengemukakan otonomi daerah merupakanbentuk memajukan kepentingan khusus daerah dankebebasan untuk memelihara, dengan keuangan sendiri,menentukan pemerintahan sendiri dan hukum sendiri.Selanjutnya dipertegas dalam Undang-undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 1 ayat (5) otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajibandaerahotonomuntukmengaturdanmengurussendiriurusan

Bab IX

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan

di Era Otonomi Daerah

Page 198: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

184 Analisis Kebijakan Pendidikan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuaidenganperaturanperundang-undangan.

Daribeberapapengertiandiatasdapattarikkesimpulanotonomidaerahadalahkemandiriandaerah,dimanadaerahdiberikankewenanganuntukmengurusdanmengaturrumahtangganyasendiri tanpamengupayakancampur tangandaripemerintahdiatasnyadanpemerintahpusat.Denganadanyaotonomi daerah tersebut bebas untuk mengekspresikanpotensidankemampuanyangdimiliki,mempunyaikebebasanbertindakdanberpikirdalammengambilkeputusansehinggamampuberkaryasesuaidenganpotensiyangdimilikinya.

Otonomidaerahjugamerupakanperubahanpolitikyangmenjanjikan banyak perubahan, setelah berjalan beberapatahun otonomi daerah telahmenunculkan banyak harapan,termasuk dalam bidang pendidikan. Tetapi juga banyaktantangan yang muncul kepermukaan seperti pembiayaanpendidikan, standarisasi kurikulum, persoalan sumber dayatenagapendidikan,bahkanyangutamamasalahperaturandanperundang-undanganpendidikan.SalahaspekdalamotonomidaerahyangsangatstrategisadalahdesentralisasipendidikanyangmenjadisalahsatupilihanpemerintahIndonesiasetelahera reformasi bergulir. Faktanyamenurut penilaian para ahlimengemukakan bahwa pendidikan nasional masih belumberhasil dari banyak faktor masukan proses dan keluaran,sehinggaperludidesentralisasikan.

Secara konseptual banyak teori tentang otonomi yangdiberikan oleh para ahli dan penulis, diantaranya SyarifSaleh (1963) mengartikan otonomi sebagai hak mengaturdanmemerintah daerah sendiri, hak mana diperoleh daripemerintah pusat. Dari beberapa teori dan batasan di atas,otonomi daerah jelas menunjuk pada kemandirian daerah,dimana daerah diberikan kewenangan untuk mengurusdan untuk mengatur rumah tangganya sendiri tanpa ataumengupayakan seminimal mungkin adanya campur tangan

Page 199: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 185

atau intervensi pihak lain atau pemerintah pusat danpemerintah di atasnya. Dengan adanya otonomi tersebut,daerah bebas mengekspresikan, berimprovisasi, danmengapresiasikan kemampuan dan potensi yang dimiliki,mempunyai kebebasanbertindak,danberpikir sehinggabisaberbuatsesuaidengankebebasanyangdimilikinya.

B. UrgensiKebijakanDesentralisasiPendidikanImplementasi Undang-undang 22 Tahun 1999,

disempurnakan dengan Undang-undang Nomor 23 tahun2004tentangPemerintahan Daerah. Initinyaadapenyerahansejumlah kewenangan yang semula menjadi urusanpemerintahan pusat menjadi urusan pemerintahan daerah,mengakibatkan terjadinya perubahan dalam berbagaiaspek pembangunan di Indonesia termasuk juga dalam haldesentralisasipendidikan.

Istilah desentralisasi (decentralization) pendidikanmenurut Agrawal dan Ribot (2000:3) sebagai tindakanpemerintah pusat secara formal menyerahkan kekuasaannyadibidang pendidikan kepada aktor dan lembaga pendidikanpada tingkatan yang lebih rendah dalam suatu daerahadministratif-politissertahierarkiteritorial.Freeman(1983:11)juga menjelaskan Desentralisasi pendidikan berkenaandenganpergeseran kekuasaan dari daerah ke usatorganisasipendidikankebagianorganisasipendidikanyangdibawahnya.Pelaksanaan desentralisasi sistem pendidikan tentunyamembutuhkankebijakanuntukperubahanataupeningkatanmutu.Kebijakanlahyangsecaralangsungbersentuhandengankeperluan peningkatan mutu sekolah, karena di dalamnyaberkenan dengan proses pembudayaan. Dengan begitukeberadaan sekolah sangat menentukan dalam kerangka

Page 200: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

186 Analisis Kebijakan Pendidikan

kelanjutanhidupdan kebudayaanmanusia. Sekolahmenjadipranatasosialyangberfungsiuntukmengembangkansumberdayamanusia (SDM)yangdiperlukanuntukmenjadi pelakudalam proses pembangunan bangsa. Untuk itu perananpendidikan harus ditingkatkan sejalan dengan semakinbesarnya tantanganyangdihadapioleh setiap sekolahdalameraglobalisasiabadke-21. Bahkan dalam era otonomi daerahsaat ini, tantangan dalam bidang manajemen berbasissekolah (MBS), kurikulum berbasis kompetensi, pendidikanberbasis masyarakat, sertifikasi guru untuk memperdayakantenagakependidikan,danteknologipembelajaranyanguptodate, memerlukan kebijakan pendidikan yang akurat dalamimplementasikan desentralisasi pendidikan, dan kebijakanpendidikanyangberkelanjutan.

Dengan demikian, plus minusnya desentralisasipendidikan harus dicermarti, sekaligus memerlukansejumlah peraturan perundang-undangan yang mengaturpelaksanaan-nya. Karena dengan beberapa kewenangan yangbegitu besar dimiliki pemerintah daerah tentu berdampakpada pubahan skema dalammanajemen pendidikan sesuaidengan harapan stakeholder pendidikan didalamnya, jikasebelumdiberlakukanotonomidaerahstakeholderpendidikansepenuhnya berada kewenangan pemerintah pusat, makadi masa otonomi pendidikan sekarang ini, peranan sebagaistakeholder akan terdistribusi kepada beberapa pihak yangberkepentingan.

Sejalandenganarahkebijakanotonomidandesentralisasipendidikan yang diwujudkan pemerintah, tanggung jawabpemerintah daerah akan meningkat tahapan pembangunanpendidikan, sejak tahap perencanaan, perumusan kebijakandaerah, implementasi, sampai monitoring atau pemantauankebijakan di daerah masing-masing yang sejalan dengankebijakanpendidikannasionalyangdigariskanpemerintah.

Page 201: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 187

Pelaksanaan desentralisasi pendidikan menurutSupriadi (2003:71) mengelompokkan sistem desentralisasipengelolaan pendidikanmenjadi empat kemungkinanyaitu:1) suatu Negaraa menganut sistem pengelolaan pendidikansentralistik tanpa disertai dengan manajemen berbasissekolah, 2) suatu Negara menganut sistem pengelolaanpendidikandesentralistik (ketingkatprovinsiataukabupatenkota)tetapitidakdiikutidenganmanajemenberbasissekolah,3) suatu Negara menganut system pengelolaan pendidikansentralistik, tetapi pada saat yang sama mengembangkanmanajemen berbasis sekolah, 4) suatu Negara menganustsistem pengelolaan pendidikan desentralistik dan sekaligusmelaksanakanmanajemenberbasissekolah.

Umiarso (2010:27) mengemukakan otonomi ataudesentralisasi pendidikan mempunyai dua arti: pertamamenatakembalisistempendidikannasionalyangsentralistikmenuju suatu sistemyangmemberikanpeluang luas kepadainisiatif masyarakat setempat, kedua otonomi pendidikanbukanberartimelepaskansegala ikatanuntukmembangunNegara Kesatuan Republik Indonesia, melainkan untukmemperkuatdasar-dasarpendidikanpada tingkatgrass root gunamembentuksuatu masyarakatIndonesiayangbersatuberdasarkan kebinekaan masyarakat. Jadi makna otonomipendidikan ialahstakeholder(masyarakat)diberikankewenangankesempatanberpartisipasidalampengelolaanpendidikan.

Konsep p enye l engga ra an p end i d i k an yangbersifat desentralisasi dikenal denganManajemen BerbasisSekolah (MBS) (school based management) yangmerupakanperubahan pradigma pengelolaan pendidikan yang awalnyabersifat sentralistis menuju desentralistis. Artinyamanajemenpendidikanyangawalnyaterpusatpadapemerintahpusatmulaidariyangbersifatmikromaupunmakroberalihkepengelolaanpendidikan pada pola manajemen sekolah di mana sekolahtersebutyangmengelolanya.

Page 202: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

188 Analisis Kebijakan Pendidikan

Desent ra l i s a s i b idang pend id ikan d i t anda idengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 20 Tahun2003 yang menggantikan Undang-undang Nomor 2 Tahun1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 4ayat (6) disebutkan pendidikan diselenggarakan denganmemberdayakan semua potensi masyarakat melaluipartisipasidalampenyelenggaraandanpengendaliankualitaslayanan pendidikan. Selain itu undang-undang memberikankapasitas kepada publik untuk ikut berpartisipasi danmengelolapendidikansertapeluanguntukmenyelenggarakanpendidikanberbasismasyarakat.

Desentralisasi pendidikan adalah sesuatu yang tidakbisa dihindari. Tentu saja desentralisasi pendidikan bukanbermakna negatif yaitu untuk mengurangi intervensi atauwewenang pusat melainkan lebih berwawasan keunggulan.Kebijakan umum yang diputuskan oleh pusat sering tidakberjalan efektif karena tidakmempertimbangkan kekhasandaerah dan unsur keagamaan disamping itu membawahketergantungan sistem manajemen dan implementasipendidikan yang tidak sesuai dengan keinginan lokal,menghambat kreaktivitas, dan menciptakan kebiasaanmenunggupetunjukdariataspusat

Dengan demikian desentralisasi pendidikan bertujuanuntukmemberdayakanperananunitbawahataumasyarakatdalam menangani persoalan pendidikan di lapangan.Desentralisasi pendidikan yang memfokuskan padapemberiaankekuasaanyangporsinyalebihbesarpadatingkatsekolahdilakukandenganmotivasiuntukmeningkatkanmutupendidikan.Desentralisasipendidikanmeliputisuatuprosespemberiaan kekuasaan yang lebih luas di bidang kebijakanpendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusatkepemerintah lokaldanpadasaatkewenanganyangporsinyalebihbesarjugadiberikanpadatingkatsekolah.

Page 203: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 189

Desentralisasi pendidikan adalah meningkatkanketerlibatanmasyarakatdalampenyelenggaraanpendidikan,meningkatkan pendayagunaan potensi daerah sertaterciptanya infrastruktur kelembagaan yang menunjangterselenggaraan system pendidikan yang sesuai denganperkembanganzamandanperkembanganilmudanteknologi.Dalam penerapan desentralisasi pendidikan, unsur pelibatanmasyarakat suatu hal yang sangat penting. Sebab salah satukeberhasilan desentralisasi pendidikan yang terwujud padamanajemen berbasis sekolah (MBS) adalah kemampuansekolah mengajak masyarakat berpartisipasi dalammendukungterselenggarannyapendidikan.Pihakmasyarakatyang dilibatkan dalam penyelenggaraan pendidikan antaralain: orang tua siswa, anggota komite sekolah, masyarakat,tokohagamasertaLSM.

Menurut Hasbullah (2007:14) mengemukakandesentralisasi pendidikan merupakan sebuah sistemmanajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikanyangmenekankanpada kebinekaan.SantosoHamijoyo(1993:3)ada beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaandesentralisasi pendidikan yaitu: (1) pola dan pelaksanaanmanajemen harus demokratis, (2) pemerdayaan masyarakatharus tujuan utama, (3) peran sertamasyarakat bukan padastakeholdertetapimenjadisebagianmuntlakdalampengelolaanpendidikan, (4) pelayanan harus lebih cepat, efisien,efektif,melebihipelayananerasentralisasidemikepentinganpesertadidik,(5)keanekaragamanaspirasidannilaisertanormalocalmesti dihargai dalam kerangka dan demi penguatan systempendidikannasional.

Page 204: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

190 Analisis Kebijakan Pendidikan

C.KebijakanPendidikandiEraOtonomiDaerahMenurut kebijakan pemerintah yang termuat dalam

Undang-undang No. 22 Tahun 1999 mengenai OtonomiDaerah dan sejalan dengan itu Undang-undang No. 25tahun 1999 mengenai Perimbangan Keuangan PemerintahPusat dan Daerah merupakan konsekuensi dari keinginanera reformasi untuk menghidupkan kehidupan demokrasi.MakaDieraotonomidaerahkebijakanstrategisyangdiambilDirektorat Jenderal PendidikanDasar danMenengahadalah:1) Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (School Based Management)yangmemberikekekuasanpadasekolahuntukmerencanakansendiriupayapeningkatankualitassecaramenyeluruh; 2) Pendidikan yang berbasis pada partisipasikomunitas (community based education) agar terjadiinteraksi yang positif antara sekolah dengan masyarakat,sekolah sebagai community learning centre; dan (3) Denganmenggunakanparadigmabelajarataulearning paradigmayangakanmenjadikanpelajar-pelajarataulearner menjadimanusiayang diberdayakan. (4) Pemerintah juga mencanangkanpendidikan berpendekatan Broad Base Education System (BBE) yang memberi pembekalan kepada pelajar untuk siapbekerjamembangun keluarga sejahtera. Dengan pendekatanitu setiap siswa diharapkan akan mendapatkan pembekalanlife skills yang berisi pemahamanyang luasdanmendalamtentang lingkungan dan kemampuannya agar akrab dansaling memberi manfaat. Lingkungan sekitarnya dapatmemperoleh input baru dari manusia yang mencintainya,dan lingkungannyadapatmemberikan topangan hidup yangmembawamanusiayangmencintainyamerasakankebahagianduniaakhirat.

Pada awal tahun 2001 diluncurkan program MBS(Manajemen Berbasis Sekolah). Program ini diharapkan

Page 205: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 191

yakini akanmeningkatkan partisipasi masyarakatpemerhatipendidikan (stakeholders) dalam memberikan kepeduliandan perhatian terhadap dunia pendidikan, khususnyasekolah.DalamimplemntasikonsepMBS,mensyaratkansekolahmembentuk Komite Sekolah yang keanggotaannya bukanhanyaorangtuasiswayangbelajardisekolahtersebut,namunmengikutsertakan pula siswa, guru, tokoh masyarakat danpemerintahandisekitarsekolah,danbahkanduniaindustri.

TujuanprogramMBSdiantaranyamenuntutsekolahagardapat meningkatkan kualitas pelaksanaan dan layananpendidikan(quality insurance)yangdirancangsecarakolektifdengan Komite Sekolah. Masyarakat dituntut partisipasinyabukan hanya membantu dari aspek dana operasionalpendidikan di sekolah tersebut, tetapi juga membantu pulamengontroldanmengawasimutupendidikan. Salah satunyaadalah, diharapkan dapat memutuskan Rencana AnggaranPendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Realisasi dariini, komite mengumpulkan dana masyarakat, termasuk dariorangtuasiswauntukmendukungdanmembantuoperasionalsekolahuntukmencapaimutupendidikan.

Sebetulnya, sejak program MBS ini digulirkan,peran komite sekolah mulai tampak, terutama dalammengumpulkan sumber-sumber pembiayaan pendidikan,baik sebagai suport terhadap pengadaan sarana danprasarana pendidikan maupun untuk peningkatan mutupendidikan. Tentu saja, termasuk pula untuk meningkatkanmutu kesejahteraan tenaga pendidik di sekolah itu. Namun,peran komite di tingkatan pendidikan dasar (SD/MI danSMP/MTs)yangsudahmulaibaik ini terhapuskembaliolehprogram berikutnya, yaitu Bantuan Operasional Sekolah(BOS). Programini sesungguhnyasangat baik, sebagai salahsatu bentuk tanggungjawab pemerintah pada pendidikan,sehingga dapat membantu kepedulian masyarakat dalammembantu pendanaan pendidikan. Namun, isu yang

Page 206: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

192 Analisis Kebijakan Pendidikan

dikembangkanadalah“SekolahGratis”sehinggamengurangikepedulian masyarakat terhadap pendidikan yang sudahmulaiterbangundalamMBS.Darihaldiatas,padabeberapasekolah yang pemahaman anggota komite sekolah atau parapendidik masih rendah, beranggapan seperti halnya BP3,maka penetapan akuntabilitas pendidikan melalui peranstakeholders pendidikan semakin berkurang. Maka, janganheranjikabanyaksekolahyanglapuk,rusak,bahkanambrukdibiarkanolehkomitesekolah,sambilberharapbantuandatangdaripemerintah.

Dalam hal pengelolaan mikro pendidikan pun masihdietemukan banyak masalah. Manajemen pendidikan padasatuan pendidikan tertentu (sekolah) menjadi kewenangankepala sekolah.Demikianpula,pelaksanaanpembelajarandikelas memang seluruhnya harus menjadi kewenanganguru.Berdasarkan kewenangan profesionalnya, guru bertugasmendesain pembelajaran, melaksanakan, dan mengevaluaihasil pembelajaran.Namun,padaSMTPdanSMTAsebagiankewenangan meluluskan hasil belajar siswa masih menjadi“proyekpemerintahpusat”denganalasansebagaifungsicontrolkualitas lulusan. Demikian pula pada level sekolah dasar dikabupaten/kota, ujian akhir masih menjadi kewenangandinaspendidikankabupaten/kota,dengandalih“ikut-ikutan”pemerintahpusatmengontrolkualitaspendidikandidaerah.Padahal,dilihatdarihakikatpembelajarandansejalandenganotonomi pendidikan, evaluasi merupakan bagian dari tugaspengajaran seorang tenaga pendidik, sehingga kewenanganitu jangan “dirampas” oleh birokrasi pendidikan. Fakta itumenunjukkanbahwapelaksanaanMBSpadatingkatanmikroyangbelumsepenuhnyadiserahkan.

Sehubungan dengan evaluasi kebijakan pendidikanEraOtonomimasihbelumtersusundenganbaikdan jelasmakadilapanganmasihmunculberbagaimacammetodedancaradalammengimplementasikan program peningkatan kualitas

Page 207: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 193

pendidikan. Sampaimasasekarang inioutputdari kebijakantersebut belum tampak, namun berbagai strategi di daerahtelahmenunjukkanwarnayanglebihbaik.Misalnya,beberapalangkahprogramyangtelahdilaksanakan dibeberapawilayah,berhubungandengankebijaksanaanpendidikandalamrangkapeningkatan kualiatas berbasis sekolah dan peningkatankualitas pendidikan berbasis masyarakat diimplementasikansebagai berikut; 1) telah berlakunya UAS dan UAN sebagaipenggantiEBTA/EBTANAS,2)telahditerapkanmuatanlokaldanpelajaranketerampilandisekolahSLTP,

3) pemberian insentif kepada guru-guru negeri, 4)bantuandanaoperasionalsekolah,serta5)bantuanperalatanpraktiksekolah,6)bantuanpeningkatanSDMsebagaicontohpemberian beasiswa pada tenaga pendidik dalam rangkamelanjutkanstudidiperguruantinggi.

Salah satu hambatan besar yang dihadapi BangsaIndonesia dalam desentralisasi ialah memperbaiki semuapersoalan sebagaidampakderasnyaarusglobalisasi. Padahalmasalah dampak hura hara dapat menghilangkan tiranipemerintahan pun belum selesai, harus pula bersiap segaladampakdariderasnyaarusglobalisasi.Globalisasiyangseringdianggapsebagaipenyebabmunculpersoalanbagikehidupanbangsa,jikadimanfaatkandapatsenantiasamembawamanfaatbagikehidupan.

Dalam era otonomi sebetulnya terbuka kesempatanyang cukup besar untuk membangun dunia pendidikan didaerahmenjadi lebihbaik.KarenaBupati/Walikotamemilikikekuasaan penuh dalam menentukan kualitas pendidikansesuai kondisidaerahnya. Jadidalameradesentralisasimutupendidikan untuk di masa yang akan datang lebih banyaktergantung pada komitmen daerahnya untuk merumuskanvisi dan misi daerahnya masing-masing. Jika daerah cukupvisioner, pengembangan sektor pendidikan dapat memilikipeluang besar untuk dapat mencapai standar mutu sesuai

Page 208: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

194 Analisis Kebijakan Pendidikan

dengan keinginan para stakeholder. Manakalah para bupatidisetiapdaerahmemilikikeinginanyangkuatdankemudiandisertai dengan keputusan dan sistem perencanaan yangmengedepankan bidang pendidikan sebagai humaninvestmentdidaerah, dapatdipastikanpendidikandidaerahitu dapat memiliki praksis yang baik dan mutu pendidikanakan dapat dicapai. Begitupun sebaliknya manakala parabupati di daerah menganggap bahwa pendidikan belumpentingsehinggavisidanmisipendidikandidaerahitutidakdirumuskan secara jelas dalam system perencanaan yangbaik, maka kemungkinan besar tidak dapat diderivasikanmenjadi praksis pendidikan yang solid, jika hal ini terjadipraksis pendidikan tidak dapat diimplementasikan secaraprofessional.Ujung-ujungnya setiapmembahasvisidanmisipada tingkatan pendidikan berubah menjadi sesuatu yangdipandangluarbiasa.Situasisemacaminiakanmenyebabkanparapraktisipendidikandidaerahkehilanganarahdalammencapaitujuan danmenjalankan fungsinya secara professional. Olehsebab itudierasesentralisasipendidikansaat inimerupakansaatyangmenentukanmembangunbudayatatakelola

Dalam konteks pelaksanaan desentralisasi pendidikanditegaskan bahwa sistem pendidikan nasional yang bersifatterpusat selama ini kurang menyebabkan terjadinyademokratisasi dan otonomi penyelenggaraan pendidikan.Sebab sistem pendidikan yang terpusat diakui tidak bisamengakomodasi keberagaman sekolah, keberagamandaerah, serta keberagaman peserta didik, bahkan cenderungmenghilangkanpartisipasimasyarakatdalampenyelenggaraanpendidikan.

Menguatnya aspirasi warga bagi otonomisasi dandesentralisasi pendidikan tidak terlepas dari fakta bahwaadanya kelemahan konseptual dalam implementasipendidikannasionalselamaini,yaitu:1)kebijakanpendidikannasional sangat terpusat dan serba seragam yang giliranya

Page 209: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 195

menghilangkan keanekaragaman sesuai dengan fakta,ekonomi, kondisi daerah, budaya masyarakat Indonesia diberbagai kabupaten/kota, 2) kebijakan dan implementasipendidikan nasional lebihmengarah pada pencapaian targettertentu, seperti target kurikulum yang pada gilirannyamengesampingkan proses pembelajaran yang efektif danmampu mewujudkan semua ranah pada potensi pesertadidik,termasuknilai-nilaimatapelajarandalambentukujiannasional, ataupun kejuaraan pada olimpiade science danlainnya.

Kebijakan pendidikan oleh pemerintah ditandaidengankehadiranUndang-undangNomor 22Tahun 1999tentangPemerintahanDaerahdanUndang-undangNomor25Tahun1999tentangPerimbanganKeuanganantaraPusatdanDaerah serta ditindak lanjuti dengan Peraturan PemerintahNomor 25 tahun 2000 tentang Kewenangan PemerintahdanKewenanganProvinsiSebagaiDaerahOtonomsertabeberapaPeraturan Pemerintah yang lain sebagai petunjuk teknisnyatelah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagaiaspek pemerintahan terutama dalam penyelenggaraanpendidikandankebudayaan,dimanasudahdiaturpembagiankewenanganpemerintahpusatdanpemerintahdaerahsebagaidaerah otonom dalam penyelenggaraan pendidikan, sebagaiberikut:

Pemerintah memiliki kewenangan dalam hal: 1)penetapan standar kompetensi siswa dan warga belajar,serta pengaturan kurikulum nasional dan penilaian hasilbelajar secara nasional, serta pedoman pelaksanaannya, 2)penetapan standar materi pelajaran pokok, 3) penetapanpersyaratan perolehan dan penggunaan gelar akademik,4) penetapan pedoman pembiayaan penyelenggaraanpendidikan, 5) penetapan persayaratan penerimaan,perpindahansertifikasi siswa,wargabelajardanmahasiswa,6) penetapan persayara tan pen ingka tan/zon ing,

Page 210: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

196 Analisis Kebijakan Pendidikan

pencarian, pemanfaatan, pemindahan, penggandaan,sistem pengamanan dan kepemilikan benda cagar budaya,serta persyaratan penelitian arkeologi, 7) pemanfaatan hasilpenelitian arkeologi nasional serta pengelolaan museumnasional, galeri nasional, pemanfaatan naskah sumber arsip,danmonumenyangdiakuisecara internasional,8)penetapankalender pendidikan dan jumlah jam belajar efektif setiaptahunbagipendidikandasar,menengahdan luar sekolah, 9)pengaturandanpengembanganpendidikantinggi,pendidikanjarak jauh, serta pengaturan sekolah internasional, 10)pembinaandanpengembanganbahasadansastraIndonesia

Sementara itu, kewenangan pemerintah Provinsidalam pengelolaan pendidikan meliputi sebagai berikut; 1)penetapan kebijakantentangpenerimaansiswadanmahasiswadari masyarakat minoritas, terbelakang atau tidak mampu,2) penyediaan bantuan pengadaan buku pelajaran pokok/modul pendidikan untuk taman kanak-kanak, pendidikandasar,pendidikanmenengahdanpendidikan luarsekolah, 3)mendukung/membantu pengaturan kurikulum, akreditasi,dan pengangkatan tenaga akademis, 4) pertimbanganpembukaandan penutupanperguruantinggi,

5)penyelenggaraansekolahluarbiasadanbalaipelatihanatau penataran guru, 6) penyelenggaraan museum propinsi,suaka peninggalan sejarah, kepurbakalaan, kajian sejarahdannilai tradisonal,sertapengembanganbahasadanbudayadaerah

DipertegaslagidenganhadirnyaUndang-undang Nomor32 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, dimana

sejumlah kewenangan telah diserahkan oleh pemerintahpusat kepemerintah daerah, memungkinkan daerah ituuntuk melakukan kreasi inovasi, dan improvisasi dalamusaha mengembangkan daerahnya, termasuk dalam bidangpendidikan.Pemberlakuandesentralisasipendidikantersebut

Page 211: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 197

membawahdampakterhadapperubahandalamimplementasipendidikanyangsalahsatunyaadalahmenurunnyaperanpemerintahpusatdalammanajemenpendidikan,sepertipadatabel9.1dibawahini.

Page 212: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

198 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabe

l 9.

1. PembagianUrusanAntaraPemerintahPusatdanDaerahProvinsi,Kabupaten/Kota

Sum

ber:

Lam

pira

n U

U 2

3 Ta

hun

2014

ten

tang

Pem

erin

taha

n D

aera

h

Page 213: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 199

Disadaribahwapemberiankuotayanglebihbesarkepadadaerah untuk implementasikan pembangunan dibidangpendidikan membawah beberapa dampak seperti bidangperencanaan, adminitrasi, keuangan, kelembagaan, dansebagainya. Oleh sebab itu kesiapan daerah untuk bisamemerankan peran yang lebih besar menjadi pusat dalamimplementasi otonomi pendidikan. Walaupun otonomipendidikan merupakan sebuah keharusan, namun dalamfaktanya implementasi otonomi pendidikan terlihat satutindakan yang terburu-buru dan kurang siap. Hal ini dapatterlihat diberbagai persoalan yakni sumber daya manusia(SDM) daerah, sarana dan prasarana yang kurangmemadai,manajemen pendidikan yang belum optimal dan lainsebagainya.

Diantara persoalan yang dihadapai pendidikan didaerah sekarang adalah menyangkut mutu lulusan yangmasih rendah, kekurangan guru dan kualifikasinya yangtidak sesuai, ketidak merataan penyelenggaran pendidikan,masalah relevansi, kurikulum dan hal-hal lain sebagainya,inimerupakansuatupekerjaanrumahyangcukupberatbagipemerintah daerah dalam kerangka pelaksanaan otonomidaerah.Pemahamandankomitmenyangkuatdaripemerintahdaerah tentangpendidikansangatdibutuhkansebagaiupayamenjawabpermasalahantersebut.Adapunkebijakannasionalyangmenjadi skalaprioritaspemerintahmestinyamendapatperhatian dari sekolah. Dengan demikian sekolah harapkanmemiliki akuntabilitas yang tinggi kepada masyarakatmaupunpemerintah, karena keduanyamerupakanpelaksanapendidikandisekolah.

Page 214: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

200 Analisis Kebijakan Pendidikan

D. ImplikasiKebijakanPendidikandiEraOtonomiDaerahdalamPenyelenggaraanPendidikanMulyasa (2004:23) menjelaskan implikasi desentralisasi

tata kelola pendidikan adalah pemberian kewenanganpendidikan yang lebih besar kepada pemerintah Provinsi,Kabupaten dan Kota untuk mengelola pendidikan sesuaidengan kondisi dan kebutuhan daerahnya masing-masing.Perubahan struktur kelembagaan untuk memenuhikebutuhan dan meningkatkan efektivitas serta efisiensidalamperencanaandan implementasipadaunit-unitkerjayang menyelenggarakan pendidikan di daerah sangat perludilakukan. Termasuk tata kelola urusan kepegawaian yangmenyangkut perubahan dan pemberdayaan sumber dayamanusia yang mengedepankan pada profesionalisme, sertaperubahan-perubahanpembiayaanpendidikan.

Dalampersepktifdampaknya,AbdulHalim(2001:15)mengemukakan bahwa indikasi keberhasilan desentralisasiadalahadanyapeningkatankualitaspelayanandankesejahteraanmasyarakat yang semakin baik, kehidupan demokrasi yangsemakin berkeadilan, maju, pemerataan serta hubunganyangserimbangantarapusatdandaerahsertaantarwilayah.Keadaantersebuthanyadapattercapaiapabilalembagasectorpublic dan dikelola dengan memperhatikan konsep kinerjaprogrampembangunanyangdilaksanakan.

Kebijakan otonomi daerah, bagaimanapun dapatmembawah implikasi yang sangat besar dalam berbagaitatanan pemerintahan baik pusat maupun daerah takterkecuali dalam hal ini dibidang pendidikan. Mardiasmo(2002:83). Pendidikan merupakan salah satu kewenanganyangdiserahkan pemerintah pusat kedaerah. Namundalampelaksanaannya ternyata banyak mengalami masalah,meskipun hal ini bukan merupakan alasan orang untuk

Page 215: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 201

menyalahkankebijakanotonomidaerahsebabpadadasarnyalebih banyak tertumpu pada kesiapan daerah itu sendiri,terutama menyangkut sumber daya manusia daerah danpengetahuanorangterhadapotonomidaerahitusendiri.

Implikasiotonomidaerahbagidesentralisasipendidikansangat tergantung pada distribusi kewenangan di bidangpendidikanyangditanganiolehpemerintahpusat,pemerintahpropinsidanpemerintahkabupaten/kota. JikamengacupadaUndang-undangNo22tahun1999makakewenangandisektorpendidikan yang terkait dengan perencanaan nasional danpengendalian pembangunan sektoral dan nasional secaramakro, kebijakanpembinaandanpemerdayaan sumberdayamanusia,sertakebijakanstandarisasinasionalakanditanganioleh pusat, sedangkan yang lainnya akan ditangani olehdaerah.

Masihbelumjelasbenarinterprestasipelaksanaandesentralisasi di bidang pendidikan dengan mengacu padaUndang-undang Nomor 22 tahun 1999. salah satunyatentang status guru, kepegawaian, yakni tetap sebagaiPegawaiNegeriSipil(PNS)pusatatauPNSdaerahakansangatberpengaruhpadaalokasianggaran,yaitupembiayaanmelaluianggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaranpendapatan belanja daerah. Implikasi lain dari status guruadalahfleksibilitasdaerahdansekolahdalamprosesrekutmen,pengangkatan, mutasi, penempatan, pemberhentian sertaevaluasiataskinerjaguru.

Dariaspekkurikulum,perlukejelasantentangkebijakanperumusan kurikulum, apakah hanya kurikulum inti yangakan ditetapkan oleh pemerintah pusat, sementara muatanlocal yang dalam persentase cukup signifikan diserahkankepadamasing-msaingdaerahataubahkanlangsungmasing-masingkesekolah.Saatinikurikulumsepenuhnyaditentukanoleh pusat misalnya (kurikulum 2004) dan daerah hanyadapat merancang bagian kurikulum yang berupa muatan

Page 216: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

202 Analisis Kebijakan Pendidikan

lokal. Misalnya daerah Gorontalo muatan lokal kurikulumditetapkan pada mata pelajaran bahasa ibu yakni bahasaGorontalo.

Pe r t anyaannya apakah a rah d e s en t ra l i s a s ipendidikan, memberikan sekolah-sekolah kekuasaanyang porsinya lebih besar menentukan kebijakan-kebijakan tentang organisasi, manajemen guru, strukturdan perencanaan di tingkat sekolah serta sumber -sumberpendanaan sekolah dan proses belajar mengajar?. Karena,otonomipendidikanyangefektiftidakhanyamelibatkanprosespemberiaan kewenangan dan pembiayaan yang lebih besardari pusat ke daerah, akan tetapi juga meliputi pemberiaankewenangan yang lebih besar ke sekolah-sekolah, sehinggamereka dapat merancang proses belajar mengajar danpengembangansekolahsesuaidengankondisidankebutuhanmasing-masingsekolah.

Olehsebabitu,dalamrangkamenyambutdesentralisasiyang sekaligus di sebut otonomi penyelenggaraanpendidikan, ada tujuan utama program perbaikansistem dan pengelolaan pendidikan di Indonesia dalampengimplementasian pendidikan mencakup beberapa halyaitu: Pertama, struktur organisasi pendidikan hendaknyaterbuka dan dinamis, serta merencanakan otonomidan pemberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraanpendidikan,kedua,fasilitaspendidikandansaranpembelajaranformalkan berdasarkan prinsip edukatif sehingga sekolah/lembaga pendidikan merupakan tempat menyenangkanbelajar, berprestasi, berkreasi, berkomunikasi danberolahraga, serta menjalankan perintah agama, ketiga, tenaga kependidikan terutama tenagapengajarharusdirekrutmelalui proses seleksi LPTK, keempat, struktur kurikulumpendidikan hendaknya mengacu pada penerapan systempembelajaran tidak terikat pada penyelesaian target secara

Page 217: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 203

seragam percaturwulan, kelima, proses pembelajarantuntas diterapkan dengan berbagai modus pendekatanpembelajaran, peserta didik aktif sesuai dengan tingkatkesulitankonsep-konsepdasaryangdipelajari,keenamsystempenilaianhasilbelajarsecaraberkelanjutan,ketujuh, dilakukansupervisidanakreditas,supervisebertujuanuntukpengendalimutu (quality control) dan akreditas dilakukan untukmenjamin mutu (quality assurance), kedelapan, pendidikanberbasismasyarakat.

Implikasi-implikasi tersebut menjadi suatu kewajarandan akan berdampak pula pada system pendidikan yangada sehingga pola sistem pengelolaan sekolah sekolah nantijuga dapat berubah sertamembawaharahbarudalambidangpendidikan. Khususnya sekolah dalam mendesain sekolahsendiri kedepan. Oleh sebab itu perlu dibangun systemmanajemen yang secara internal bias menjadi alternatifpemecahan masalah dalam internalisasi dirinya dengandemikiansekolahdapatdimanajemendenganoptimalolehstafataupetugasyangprofessionaldanpengambilankeputusanolehpihak-pihakyanglebihdekatsertatahutentangkebutuhandanpotensisekolah.

Untuk mengimplementasikan otonomi pendidikansecaranasionaltampaknyamengalamibanyakkendala,karenasejumlah kendala dan masalah yang harus diselesaikan.Masalah-masalah yang berkaitan dengan substansi dalampendidikansebagaiberikut.

1. MasalahKurikulumDalam konteks desentralisasi pendidikan kurikulum

suatu lembaga pendidikan tidak hanya terdiri dari daftarmata pelajaran yang diharapkan di dalam suatu jenis danjenjangpendidikan.Dalammaknayangluaskurikulumadalahberisi kondisi yang telah menghasilkan suatu rencana atau

Page 218: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

204 Analisis Kebijakan Pendidikan

programpembelajarantertentu,jugaberkenandenganprosesyang terjadidalampembelajaran, fasilitasyang tersediayangmendukungterjadinyaproses,danakhirnyaprodukatauhasilproses. Oleh sebab itumasyarakat di Indonesia yang sangatheterogen dengan berbagai macam keseragamannya seperti:budaya,adat,suku,sumberdayaalamdanbahkansumberdayamanusia.Setiapdaerahmempunyaikemampuandankesiapanyang berbeda dalam implementasi otonomi pendidikan.Persoalan relevansi pendidikan selama ini diarahkan padarendahnya kepercayaan pemerintah pada daerah untukmenata sistem pendidikannya sesuai dengankondisiobjektifdi daerahnya. Situasi ini memicu terciptanya pengangguranlulusan sebagai dampak tidak relevannya kurikulum dengansituasidaerah.

2. MasalahSumberDayaManusia(SDM)Sejak kebijakan otonomi daerah pengelolaan sumber daya

manusiadidaerahbaikdiprovinsi,kabupaten/kotamemangcukupmemprihatinkan.Parapejabatdaerah(Gubernur,Walikota,Bupati,)yangkewenangannyasangatbesarseringkalimenempatkanorang-orangnya sesuai dengan keinginnanya dan jarang memperhatikanaspek profesionalisme, padahal sumber daya manusia merupakanujung tombak yang paling utama dalam melakukan pelaksanaanotonomi pendidikan, ada keraguan dalam bidang kesiapansumber daya manusia antaranya belum kesesuaian antaralapangankerjadengankemampuansumberdayayangadasemakinjauh pelaksanannya. Implementasi otonomi pendidikan masihmenyimpan dalam penempatan SDMnya seperti: pengangkatanmanajemenpendidikanyangtidakmemperhatikanprofesionalismedan latar belakang, kepala dinas pendidikan yang diangkat darimantancamat,kepaladinaspasarbahkankepaladinaspemakamanyangterkadangtidakpahampersoalanpendidikan.

Page 219: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 205

Kadang koordinasi lembaga agak terlambat karenatidak ada hubungan secara hirakis antara lembaga yang adadi tingkat kabupaten/kota dengan provinsi. Ketika dinaspendidikan provinsi harus melaksanakan koordinasi dengandinas pendidikan kabupaten/kota, tetapi pada waktubersamaan dikabupaten/kota juga dilaksanakan rapatdinasdenganBupati/Walikota,makakepaladinaspendidikanbiasanya lebih memilih memilih rapat dengan bupati/walikota yang merupakan atasnya, kutimbang mengikutirapatkoordinasidengandinaspendidikanpropinsi.Akibatnyahanyautusanyangmewakilikepaladinaskabupaten/kotayanghadir,dalam hal ini terkadang informasiyangdiperoleh jugatidaksesuaidenganapayangdiharapkan.Fenomenainisudahhal yang biasa terjadi sejak otonomi daerah. Bagaimanapunpenempatan sumber dayamanusia tidak sesuai dengan latarbelakang pendidikan dan profesionalnya dan banyak tenagakependidikan yang latar belakang pendidikannya tidakrelevankerjayangditekuninyamerupakanpenghambatdalampelaksanaansistemdesentralisasipendidikan.

3. MasalahDanadanSaranaPrasaranaPendidikanUndang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

system pendidikan nasional sudah mengamanatkan tentangpentingnya alokasi anggaran dana untuk pembiayaandan pembangunan pendidikan. Dalam pasal 49 ayat (1)dikemukakan bahwa. Dana pendidikan selain gaji pendidikdan biaya pendidikan kedinasan dialokasikanminimal 20%darianggaranpendapatanbelanjaNegara (APBN)padasectorpendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatandaerah(APBD).

Page 220: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

206 Analisis Kebijakan Pendidikan

Sayangnya amanat yang jelas-jelas memiliki dasardan payung hukum yang jelas dengan berbagai dalil danalasan sampai saat ini masih memiliki multafsir dalampelaksanaannya. Masalah pembiayaan pendidikan saatini sangat menjadi fokus dalam konteks implementasidesentralisasi pendidikan sebab meskipun dasar hukumnyasudahjelas,akantetapinampaknyakhususnyabagipemerintahdaerahmasihterlihat tidakseriusuntukmenganggarkanpendidikansebesar20%denganbnyakalasan,walaupunmerekamenyatakan bahwa bidang pendidikan hal yang sangatpenting dalam sektor penganggaran pendidikan bukanmerupakanprioritasyangmestimendapatperhatianumum.Secara politik, pendidikan sering kali menjadi instrumentmendapatkan dukungan (electoral), tetapi dalam halpenganggaranbanyaksekalidimaknaibahwaanggaransudahmencapai 20%, padahal dihitung gaji dan anggaran untukunitkerjalainnyayangmengurusipendidikanyangmengeloladana secara vertikal. Opini-opini yang dibangun, untukmenyakinkanpublikbahwakepaladaerahsudahmemenuhikewajibannya menganggarkan keuangan daerah sebesar20%. Padahal ini dari amanat undang-undang tentanganggaran 20% minimal, menempatkan sektor pendidikansebagaisektorunggulandalampembangunandaerah.

4. MasalahBidangSosialBudayaDalam peningkatan mutu dan relevansi pendidikan

pada dasarnyasangatdiperlukanorientasi lokalyangbersifatkedaerahan, dalam hal ini perlu memperhatikan persoalanbidang sosial budaya karena adanya munculnya kesukuaanpada daerah tertentu yang ingin menujukan sebagaidaerah khusus. Dalam dunia pendidikan tindakan untukmembedakan kesukuan cukup membahayakan bagi pesertadidik,apabilaefeknya sangat besardan mereka menerapkan

Page 221: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 207

nilai-nilaikesukuanyangditanamkan,halinidapatmembuatrawan bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsaIndonesia.Tugaspendidikdansekolahadalahterusmemupuknilai-nilai kebersamaan dalam wadah Negara kesatuanRepublikIndonesia.

5. MasalahBidangPembelajaranPembelajaranmerupakantugasutamadisekolahyang

didalamnyaterjadiprosespembelajaran,prosespelatihan,pembimbingan dan penilaian. Pendidik mesti terpanggilsecara professional untuk melaksanakan tanggungjawabtersebutsecara integral.Denganadanyaotonomipendidikanparagurutelahdiberikankeluwesanuntukmempraktekkanbidang pembelajaran tersebut secara maksimal sehinggapotensi-potensi siswa dapat berkembang sebagaimana yangdiamanatkan oleh tujuan Sistem Pendidkan Nasional padaumumnya dan tujuan sekolah pada khususnya. Guru harusbersifat proaktif dan kreaktif dalam pembelajarandan tidakhanya menunggu intruksi dan petunjuk dari pemerintahataupun atasan. Guru harusmampumenjemput bola bukanmenunggu bola untuk dalam kegiatan proses pengelolaanpendidikandisekolahdalamupayamengoptimalkanhasilpembelajaran.

Hak desentralisasi pendidikan dalam pembelajaran,pelatihan dan pembimbingan, system penilaian yang telahdiberikan kepala sekolah dalam kerangka MBS tersebutsayangnyasampaisaatinimasihbelumdapatdijalankansecaraoptimal.Parapendidikbanyakpesimis,statisdalammengikutipembaharuan atau perubahan pendidikan, pendidik masihbanyak terbelenggu pada system pembelajaran tradisionalyang lebih menekankan pada pemberian informasi sertatidak memperhatikan aspek psikomotorik dan afektif. Oleh

Page 222: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

208 Analisis Kebijakan Pendidikan

sebabitugurumasihsulitdikatakansebagaiagendanpelakupembaharuan.

6. MasalahKomiteSekolahdanDewanPendidikanKomite sekolah merupakan lembaga yang mandiri

yang mewadahi partisipasi masyarakat yang bertujuanmeningkatkan kualitas, efisiensi pengelolaan pendidikandan pemerataan satuan pendidikan baik pendidikan luarsekolah, prasekolah, maupun jalur pendidikan sekolah.Sedangkan dewan pendidik dan komite sekolah merupakanbadanyang bersifatmandiri.DalamUndang-undangNomor25 Tahun 2000 tentang Propenas pada butir 4 disebutkanpeningkatan partisipasi keluarga dan masyarakat dalampenyelenggaraan pendidikan. Upaya tersebut pemerintahmembentukkomitesekolahdandewanpendidikan,dengantujuan ikut meningkatkan tanggung jawab dan peran aktifdari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraanpendidikan.Komitesekolahdandewanpendidikdiaturdalamkeputusan Menteri Pendidikan Nasional No 044/U/2002tanggal 2 April 2002. dengan tujuan: 1) mewadahi danmenyalurkan aspirasi dalam penyelenggaraan pendidikan,2) meningkatkan tanggung jawab dan peran aktif dalampenyelenggaranpendidikan,3)menciptakaniklimdankondisiakuntabel,transparan,dandemokratisdalampenyelenggaraanpendidikan.

Dilainpihakperanyangdiembankomitesekolahadalahsebagaipemberipertimbangandalampenentuanpelaksanaankebijakan pendidikan dalam satuan pendidikan, sebagaipendukung yang berwujud finnasial, pemikiran maupuntenagadalampenyelenggaraanpendidikan, berperan sebagaipengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabel, sertasebagaimediator.Tetapidenganadanyaotonomipendidikan

Page 223: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 209

dalam hal ini komite sekolah dan dewan pendidikan hanyamerupakan pelengkap administrasi sekolah kejelasan darimasing-masing peran komite tersebut belum dilaksanakansesuaidengantuntutandanharapanmasyarakat.

Untukitudalammenterjemahkankebijakanpendidikannasional kedalam kebijakan sekolahmerupakan tugas beratpara kepaladinasdankepala sekolahdieraotonomidaerah.Selain itu kebijakan pendidikan yang dikeluarkan dinaspendidikan dan kebudayaan perlu menjadi acuan kepalasekolahyangmenginginkanpencapaiankeunggulansekolah.Pengaturan desentralisasi dalam bidang pendidikan secarategas dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25tahun2000tentangKewenanganPemerintahdanKewenanganPropinsi Sebagai Daerah Otonom, mengatur pembagiankewenangan pemerintah pusat dan propinsi. Semua urusanpendidikan di luar kewenangan pemerintah pusat danpemerintahprovinsitersebutsepenuhnyamenjadiwewenangpemerintah kabupaten/kota. Ini berarti tugas dan bebanpemerintah daerah dalam menangani layanan pendidikanamatbesardanberat terutamabagidaerahdankemampuandiridansumberdayapendidikannyakurang.

Dengandemikiandesentralisasibidangpendidikantidakhanyamenjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota,tetapi juga dibebankan pada lembaga pendidikan sekolah,penguruantinggisebagaipenyelenggaranpendidikanterdepandan diawasi oleh stakeholder yakni LSM, masyarakat, orangtua dansebagainya sebagai pihak yang memiliki kepedulianterhadappendidikan

Dengan berpedoman kepada sejumlah tantanganyangdiuraikandiatas tentunyaperludikaji kembali strategiapayangdapatdilakukanuntukmengembangkanpendidikanyanglebihmemberikanharapandimasadatangdalamkontekspelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan visi dan misi

Page 224: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

210 Analisis Kebijakan Pendidikan

pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupanbangsadanmerespons perkembanganglobalpadaabadke21 maka arah kebijakan pendidikan nasional kedepan tetapmengacu pada tiga hal yakni: 1) perluasan dan pemerataanlayanan pendidikan yang bermutu, 2) peningkatan mutupembelajaran dalam lembaga pendidikan, 3) perbaikankapasitasdanmanajemenpendidikan.

Apabila hal tersebut di atas tidak memperolehperhatian yang maksimal, dapat dipastikan implementasiotonomipendidikanakanmenemuibanyakhambatan,apalagisekarang para bupati atau pimpinan daerah kabupaten/kota kekuasaannya begitu besar sehingga banyak orangmeragukan bahwa pimpinan daerah di era desentralisasidaerah inimenciptakan raja-raja kecil yang segala kebijakanberada ditangannya. Jadi dalam upaya membangun systempendidikanyangbagusdidaerahsangattergantungbagaimanapemahamanpimpinandaerahtersebut.

Berdasarkan pemaparan permasalahan di atasdapat disimpulkan:1) Kebijakan desentralisasi pendidikan,pemindahan kewenangan dari pemerintah pusat kepadapemerintah daerah dapat mendorong terjadinya prosesotonomi baik pada pemerintah daerah maupun padasetiap satuan pendidikan agar memiliki kemampuanuntuk mengelola dan menyelenggarakan pendidikan yangbermutu dan adil, 2) Pelaksanaan sistem pendidikan sangatmemerlukan kebijakan untuk perubahan atau peningkatanmutu dalam penyelenggaraan pendidikan 3) Kebijakanpendidikan dalam era otonomi daerah dapat memperbaikiimplikasi penyelenggaraan pendidikan baik dibidangkurikulum, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,bidang pembelajaran, serta anggaran pendidikan melaluia) perluasan dan pemerataan layanan pendidikan yangbermutu, b) peningkatan mutu pembelajaran dalam

Page 225: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 211

lembagapendidikan,c)perbaikankapasitasdanmanajemenpendidikan,d)pelaksanaanotonomibidangpendidikansecaraberkala,professionaldanbijaksana.

E. KebijakanOtonomiPendidikanKebijakanotonomi pendidikandalam konteksotonomi

daerahsebagaiberikut,diantaranya:

1. Secara umum desentralisasi pendidikan mengarah padaupaya meningkatkan kualitas pendidikan sebagai jawaban atas“kesalahan” kita selama lebih dari 20 tahun bergelut denganhanaya masalah-masalah kuantitas.

2. Padasisiotonomidaerah,desentralisasipendidikanmengarahpadamenipisnyakekuasaanpemerintahpusatdanbertambahnyakewenangan daerah otonom, atas bidang pemerintahandibidangpendidikanyangmestidisertaidenganberkembangnyapartisipasi dan pemberdayaan masyarakat.

3. Terdapat peluang untuk tarik menarik antara desentralisasipendidikandalamkonteksotonomidaerahdalammemposisikankepentingan finansial dan ekonomik sebagai potensi tarikmenarik antara pemerintahan daerah otonom dan lembagapendidikan.

4. Kejelasantempatbagilembaga-lembagapendidikanperludiformulasikanagar desentralisasi pendidikan dapat berjalan pada jalurnya.

5. Pada tingkat persekolahan, desentralisasi pendidikan berjalanatas dasar dotonomi dan prinsip School Based Management pada level pendidikan dasar dan menengah; penataankelembagaan pada tingkat dan tempat yang menjadi faktorkunci kesuksesan desentralisasi pendidikan.

6. Sudah selayaknya jika desentralisasi pendidikan harusbergandengan dengan kebijakan akuntabiliti terutama yang

Page 226: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

212 Analisis Kebijakan Pendidikan

berkaitan dengan mekanisme pembiayaan atau pendanaanpendidikan.

7. Pada level pendidikan tinggi, kebijakan desentralisasi masihtetap berada dalam kerangka otonomi keilmuan.

8. Dalam konteks otonomi daerah, kebijakan desentralisasipendidikantinggidapatdiposisikanbukanpadakepentingandaerah semata-semata melainkan pada kenyataan bahwapendidikan tinggi adalah aset bangsa.

9. Secara makro, apapun yang terkandung di dalamnya,desentralisasi pendidikan tinggi haruslahmengutamakankeunggulan-keunggulannya. (Yoyon, 2000:6)

MenurutFransiscaKemmererdalamAliMuhdi(2007:149),adaempatbentukdesentralisasipendidikan,yakni:

1. Dekonsentrasi, yaknipengalihankewenangankepengaturantingkat yang lebih rendah dalam jajaran birokrasi pusat.

2. Pendelegasian, yaitu pengalihan kewenangan ke badan quasipemerintah atau badan yang dikelola secara public.

3. Devolusi, yakni pengalihan ke unit pemerintahan daerah.

4. Swastanisasi, berupa pendelegasian kewenangan ke badanusaha swasta atau perorangan.

Dalam konteks di Indonesia, sejauh yang telahdilaksanakan nampaknya kecenderungan mengambilformula yang terakhir, swastanisasi. Berkembangnya aspirasidesentralisasidanotonomi khususnyadi bidangpendidikan,tidak terlepasdari kenyataan adanya kekurangan konseptualdan pelaksanaan pendidikan nasional, khususnya selamaordebaru.SebagaimanadiungkapkanAzyumardiAzra(2000)menyatakan di antara masalah dan kelemahan yang seringdiangkatdalamkonteksdesentralisasipendidikanadalah:

Page 227: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 213

1. Kebijakan pendidikan nasional yang sangat terpusat danserba seragam, yangpada gilirannyamengabaikankeragamansesuai dengan kenyataan masyarakat Indonesia di berbagaidaerah.

2. Kebijakan dan pelaksanaan pendidikan nasional lebihmengarahkepadapencapaiantujuankurikulum,padagilirannyamengesampingkan proses pembelajaran yang efektif danmampumencapai seluruh ranahdan potensi peseta didik.Proses pembelajaran sangat berorientasi pada ranah kognitifdenganpendekatanformalismedanpadasaatyangbersamaancenderungmengesampingkan ranah psikomotorik dan afektif.

DaftarPustaka

Abdul,Halim, (2001),Bunga Rampai Manajemen Keuangan Daerah YogyakartaPenerbitUPPAMPYPKN

Abdulrahman, (1987),Beberapa Pemikiran tentang otonomi Daerah JakartaMediaSaranaPress

Agrawal, Arun and Jesse Ribot, (2000), Accountability in Decentralization, A Framework with South Asian and West African Cases, Yale University: Departemen of PoliticalScience.

Ary, H. Gunawan, (1986) Kebijakan-Kebijakan Pendidikan di Indonesia.Jakarta:BinaAksara

Azra, Azyumardi, (2000), Desentralisasi Pendidikan dan Otonomi Daerah Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam. Gontor.ISID

Danuredjo, (1977), Otonomi Indonesia Ditinjau dalam Rangka Kedaulatan.JakartaPenerbitLaras.

Page 228: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

214 Analisis Kebijakan Pendidikan

Freeman, Andrew R., (1983), The Network Nation —The Relevance of This For Possible Education and General Administrative Structure and Strategiesin the 1980s— And 90s, Master of Education Minor Thesis, UniversityofMelboure(updated28August1996),[email protected].

Hasbullah,(2007), Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah Dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta:RajaGrafindoPersada.

Koesoemahatmadja(1979).Pengantar Kearah Sistem Pemerintahan di Daerah IndonesiaBandungPenerbit:Al.Ma’arif.

Mardiasmo (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah YoyyakartaPenerbitAndiOffset.

Muhdi, Ali. (2007), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional. Yogyakarta.PustakaFahima.

Mulyasa (2004),Manajemen Berbasis Kompetensi. Konsep, Strategi dan Implementasi,BandungRosdaKarya.

Santoso, Hamijoyo, (1999), Pola Otonomi Daerah yang Efektif dan Efisien untuk Diimplementasikan dalam Bidang Pendidikan Malang:FIPUNM

Sumar,Warni Tune, (2016), Kebijakan Pendidikandi EraOtonomiDaerah dan Implikasinya dalam Penyelenggaraanprndidikan, http://warnisumar.blogspot.com/2016/01/kebijakan-pendidikan-di-era-otonomi.html

Supriadi, Oding, (2014), Efektivitas Desentralisasi ManajemenPendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Medan: Jurnal Tabularasa Program Pascasarjana Unimed.Vol 11 No.1

Syafaruddin, (2008), Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Konsep, Strategi dan Alikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. PenerbitRinekaCipta.

Umiarso, Iman Gojali, (2010), Manajemen Mutu Sekolah di Era Otonomi PendidikanPenerbitIRCiSoD

Page 229: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Kebijakan Desentralisasi Pendidikan di Era Otonomi Daerah 215

Wajong. (1979). Asas dan Tujuan Pemerintahan Daerah. JakartaPenerbitDjambatan

Yoyon. Suryono, (2000) Arah Kebijakan Otonomi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah.Yogyakarta:FIPUNY

Undang-UndangdanPeraturanLainnya

PembukaanUndang-undangDasar1945,KementerianDalamNegeri;Jakarta

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikannasional,Jakarta;KemendiknasRI.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang PemerintahanDaerah

Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 Tentang PerimbanganKeuanganantaraPusatdandaerah

Undang-undangNomor25tahun2000tentangPropenas

Undang-undangNomor 20Tahun2003 tentangSistemPendidikanNasional

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah

KeputusanMenteri PendidikanNasionalNo 044/U/2002 tanggal 2April2002tentangDewanPendidikandanKomiteSekolah

Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentang KewenanganPemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai DaerahOtonom

Page 230: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019
Page 231: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

A. PendahuluanPendidikan instrumen penting dalam peningkatan dan

pengembangansumberdayamanusiaIndonesia,halinitertuangdalam amanat Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasional(SPN),Pasal(3)fungsidantujuanpendidikannasionaladalahmengembangkankemampuandanmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabatdalamrangkamencerdasakankehidupanbangsadanbertujuanuntuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadimanusiaberimandanbertaqwakepadaTuhanYangMahaEsa,berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaktif dan mandiri.Amanat undang-undang SPN memposisikan pendidikansebagai hal strategis. Landasan hukumnya, Undang-undangDasar1945amandemenIVpasal31ayat(1)Setiapwarganegaraberhak mendapat pendidikan, (2) Setiap warga negara wajibmengikutipendidikandasar,negaramembiayainya, (4)Negaramemprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya

Bab X

Analisis Kebijakan Program Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA) dalam Meningkatkan Partisipasi

Orang Tua Siswa dan Masyarakat

Page 232: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

218 Analisis Kebijakan Pendidikan

20%dariAnggaranPendapatandanBelanjaNegara(APBN),Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) gunamemenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikan nasional.Konsekuensinya, Pemerintah mengalokasi dana programwajib belajar diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 47Tahun 2008 tentangWajib Belajar (Wajar) adalah programpendidikan minimal diikuti warga negara Indonesia atastanggung jawabPemerintahdanpemerintahdaerah.Pasal7ayat (4)PemerintahDaerahdapatmenetapkan kebijakanmeningkatkan jenjang pendidikan wajib belajar sampaipendidikan menengah dan, (5) Pemerintah daerah dapatmengaturpelaksanaanprogramWajar,sesuaikondisidaerahmelaluiPeraturanDaerah.

Atasdasaritu,ProvinsiGorontalomengambillangkahakseleratif, sesuai dengan dalam Rencana PembangunanJangka PanjangDaerah(RPJPD)ProvinsiGorontalo2007-2025menetapkan visi Gorontalo Maju dan Mandiri, melalui 3(tiga)misi: 1)mewujudkanketahananekonomiyanghandal,2) mewujudkan sumberdaya manusia yang handal; dan 3)mewujudkan Pemerintah Daerah yang amanah. Turunannyadiimplementasikan melalui Perda No. 2 Tahun 2012 tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)Provinsi Gorontalo 2012-2017, programprioritasnya pendidikandilaksanakansampaitahun2017,yaknipenuntasanwajibbelajar9 Tahun dan rintisan Wajar 12 tahun, ada dalam PeraturanGubernur(Pergub)No.9aTahun2012tentangpenyelenggaraanpendidikangratismelaluiPRODIRA.Secaranasionalprogrampendidikangratisdimulaitahun2013,penganggaranRintisanBantuanOperasionalSekolah(R-BOS)jadilokomatifProgramIndonesia Pintar (PIP) digagas Presiden Susilo BambangYudhoyono.MulkirompenanggungjawabPIPKemendikbudmenjelaskan programWajar 12 tahunsecaranasional sudahditerapkansejak2013, pola pendanaannya baru, untuk siswa.Sejaktahun2016anggaranuntukmenuntaskanwajibbelajar12

Page 233: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 219

tahunmengakomodirseluruhbiayaoperasionalSMA/SMKdanMA.(Antara,23Juni2015).

Kebijakan Wajib Belajar 12 tahun di Provinsi Gorontalomengambil langkah cepat melalui PRODIRA menyediakanbantuanoperasionalSMA/SMK/MAsejaktahun2012,dipertegasmelalui Perda No. 6 Tahun 2015 tentang PenyelenggaraanPendidikan. Landasanfilosofis bantuandana PRODIRA,urusansudahdiserahkanurusanPemerintahProvinsi,Kabupaten/Kota.Karena ituPemerintahProvinsiGorontalomemberikan layanandan urusan pendidikan menengah dan dasar dengan berbagaikendaladiantaranya;keterbatasanaksespendidikandasardaerahterpencil, rendahnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) JenjangSMP, SM danPT,masih tingginya angka putus sekolah, kinerjadan kualifikasi Guru belum memadai, pelaksanaan StandardPelayananMinimal(SPM)pendidikanbelummaksimal,programbeasiswa pendidikan bagi masyarakat berpendapatan rendahbelummerata,Minimnyaprestasisiswadalambidangakademik,olahragadankesenian,sertabelumtersedianyafasilitasolahragamemadai.

Kendalayangsudahdiinventarisitu,diresponmelaluiprogram wajib belajar 12 Tahun oleh Pemerintah ProvinsiGorontaloyaknikebijakanprogramPendidikanGratisdimulaitahun 2012. Pada tahun 2013 sampai 2017 label kebijakan ituberubahmenjadiPRODIRAdasarpertimbangansumberdayamanusiamerupakanasetyangmenentukanmajumundurnyaProvinsi Gorontalo yang baru berkembang. Sehingga fokusdengan sasaran pembangunan sumberdaya manusia unggulmelalui layanan pendidikan gratis dan PRODIRA sampaijenjangpendidikanmenengah,yaituSMA,SMKdanMA.

Kebijakan PRODIRA di Gorontalo adalah political will PemerintahProvinsiGorontalomembuatkebijakanprorakyat,mengurangibebanrakyatdalampembiayaanpendidikanbagimasyarakatmiskindenganmenghilangkanberbagaihambatanbiaya(cost barrier)bagiorangtuapesertadidik,meningkatkan

Page 234: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

220 Analisis Kebijakan Pendidikan

jumlah peserta didik sampai jenjang pendidikan SMA, SMKdan MA. Sehingga Wajib Belajar 12 tahun bisa diselesaikanlebih awal daripada program Pemerintah Pusat. Hambatanorang tua siswa yang kurang mampu terdiri atas tiga jenispembiayaan, yaitu biaya operasional satuan pendidikan,biaya pribadi dan biaya investasi (Ferdi, 2013). KebijakanPRODIRA memperkecil hambatan biaya bagi keluarga miskindapat mengikuti pendidikan sampai jenjang SMA, SMKdanMA. Membebaskan seluruh beban biaya operasional satuanpendidikanbagimasyarakatdanorang tuadiberikanmelaluiinsentif pembiayaan dari anggaran pendapatan dan belanjadaerah (APBD) dalam mata anggaran PRODIRA digulirkanGubernurGorontal.Rusli Habibie danWakil Gubernur IdrisRahim(GorontaloPost,Senin20/2/2012).

Arfan Arsyad (2012) menjelaskan tujuan dariPRODIRA adalah membantu orang tua/wali murid agartidak terbebani dengan pungutan sekolah yang bersifatoperasionaldanpersonalia(GorontaloPost,Senin,20/2/2012).Implementasi di lapangan masih menimbulkan perbedaanpenafsiran. Misalnya Pemerintah Kota Gorontalo, pernahtidak menerima dana PRODIRA, karena penafsirannyabukanprogampendidikangratis, tetapiprogrampendidikanbersubsidi.Artinyabantuanbiayakepadasekolahbagiorangtua siswa yang kurangmampu, orang tua yangmampu bisaberpartisipasimengurangi biaya beban orang tua yang tidakmampu, sehingga memungkinkan subsidi silang. Namunsejak kepemimpinanMarten Taha, kebijakan PRODIRA bisadilaksanakanPemkotGorontalo.

Uraian kondisi dan fenomena kebijakan PRODIRAdi Provinsi Gorontalo menjadi menarik di teliti karenaada perbedaan dan di dalamnya menyerap anggaran yangdisediakan cukup besar. Tahun 2012 Pemerintah ProvinsiGorontalo mengalokasikan APBD untuk sektor pendidikan

Page 235: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 221

sebesar yakni Rp. 135.953.437.500 (Gorontalo Post, Senin 20Februari 2012), untuk PRODIRA Rp. 9, 53 M, Tahun 2013dialokasikan APBD sebesar Rp 58,37 Milyar dan tahun 2014sebanyakRp.50,99,M,tahun2015sebanyak54,78Mdantahun201641,88M.Untuklebihlengkaplihatgrafikdibawahini.

(Sumber: DIKBUDPORA Provinsi Gorontalo 2016)

Gambar 10.1 Alokasi Anggaran Dikbudpora untuk PRODIRA Tahun2011-2016

Pertanyaanyangseringmuncul,apakahintervensibiayaini mampumeningkatkan angka partisipasi masyarakat usiasekolah secara simultan, mampu meningkatkan IndeksPembangunanManusia(IPM),danmeningkatkanpartisipasimasyarakatdanorangtuasiswadalampembiayaanpendidikan.BadanPusatStatistik(BPS)Gorontalo (2016;28)mencatatadapeningkatan angka partisipasi sekolah (APS) bagi penerimadana PRODIRA usia 16-18 tahun di ProvinsiGorontalo.APStahun2012posisi57,8%tahun2016menjadi69,1%.PeningkatanAPS, bagaimanaefektivitas kebijakanPRODIRAdanpartisipasimasyarakatdanorangtuasiswadalampembiayaanpendidikanperlukajianlebihlanjut.

Rumusanmasalahdalamkajianini,1)Bagaimanapartisipasimasyarakat dan orang tua siswa konteks budaya huyula dalam

Page 236: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

222 Analisis Kebijakan Pendidikan

pendanaanpendidikandiSMA/SMK/MAse-ProvinsiGorontalo?bagaimana model peningkatan partisipasi masyarakat konteksbudayahuyuladalampendanaanpendidikantingkatSMA/SMK/MAse-ProvinsiGorontalo?

B. KonseptualisasiEfektivitasKebijakanPRODIRAIsti lah kebijakan, penggunaannya sering kali

dipertukarkan dengan program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar, proposal, dan grand design. Sehingga menimbulkan pemahaman konsepsi yangberbeda-beda, namun memiliki orientasi dan tujuan yangsama (Suharno (2009:11).Kebijakandanprogrammerupakansuatu tindakan atau kegiatan yang disengaja dengan variasiintensitas berbeda-beda, memanfaatkan sumber dayayang ada. Kebijakan berhubungan dengan dorongan danperaturan. Sedangkanprogrammembutuhkandorongandanimplementasi. Mengetahui keberhasilan kebijakan perluuntuk menentukantujuanatausasaranyangsudahditetapkantecapai atau belum. Budi Winarno (2007:15) mencermatikebijakan(policy term)bisadigunakandalamlingkupyangluasseperti kebijakan luar dandalam negeri, kebijakan ekonomimakro, dan kebijakan nasional lainnya, termasuk kebijakandidaeraholehpemeritahprovinsiGorontaloberupaProgramPendidikanuntukRakyat(PRODIRA).

MengetahuiefektivitaskebijakanPRODIRA,perludiketahuiterlebih dahulu gambaran umum (profil) dari kebijakanPRODIRA yang dilaksanakan pemerintahan Ruslie Habibe danIdris Rahim tertuang dalam RPJMD Provinsi Gorontalo 2012-2017. Kebijakan PRODIRA di Provinsi Gorontalo merupakanbagianyangmenyatuhdariprogramlayananpendidikangratisyang diamanatkan secara tegas dalam Undang-undang Tahun

Page 237: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 223

1945 Amandemen III Pasal 31 ayat 2 yang mengatakan, setiapwarga Negara wajib mengikuti Pendidikan Dasar dan Negaramembiayainya. Diperkuat dengan diterbitkan Undang-undangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,Pasal 34 bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjaminterselenggaranyaWajibbelajarminimalpadajenjangPendidikanDasar tanpa memungut biaya. Konsekuensinya, negara wajibmenyediakan layanan pendidikan berkualitas sesuai denganbakatdanminatyangdimilikinyatanpa memandangras,statussosial,gender,etnis,danagama.

Jusdin Puluhulawa (2013:3) menyatakan kebijakanprogrampendidikangratisolehPemerintahProvinsiGorontalomerupakansalahsatukebijakanpemerintahpusatmulaidarijenjangSekolahDasar(SD)sampaiSekolahMenengahPertama(SMP)atauseringdisebutwajibbelajar9tahunmelaluidanabantuan operasional sekolah (BOS), adalah satu usahapemerintah pusat dalam menjalankan konstititusi tentanghak seluruh masyarakat dalam menperoleh pendidikan.Programpendidikangratisyangdilaksanakansecaranasionalbelum sampai jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas(SMA) atau sederajat sehingga menjadi persoalan tersendiribagi masyarakat yang kurang mampu untuk melanjutkanpendidikan yang lebih tinggi bahkan ke perguruan tinggi.Untuk menjawab tantangan itu, Pemerintah ProvinsiGorontalo mengambil inisiatif kebijakan dalam bidangpendidikan sebagai program unggulan pemerintahan RusliHabibie dan Idris Rahim dengan melaksanakan pendidikangratis sampai jenjang pendidikan sekolah menengah atasatausederajat.Dalamperjalanan istilahpendidikangratis itudigantidenganprogrampendidikanuntukrakyat(PRODIRA).

Kebijakan PRODIRA dilandasi Undang-undang Nomor 32Tahun2004,tentangPemerintahanDaerah,pasal13menyatakanbahwa telah mendesentralisir beberapa urusanwajib ke daerahProvinsi maupun Kabupaten/kota, yakni urusan pendidikan.

Page 238: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

224 Analisis Kebijakan Pendidikan

Kebijakan otonomi memberikan kebebasan wewenang bagipemerintahdaerahbertanggungjawabpadakemajuanpendidikandi daerah. Olehnya muncul kebijakan pemerintah daerah dibidang pendidikan, berdasarkan peraturan daerah (PERDA).Salah satu kebijakan itu melaksanakan Pendidikan Gratismelampauidarikebijakannasionaltentangwajibbelajar9Tahun.Dimanabeberapadaerahmemiliki inisiatifuntukmelaksanakanpendidikangratissampaijenjangSekolahMenengahAtas(SMA)atausederajat.SalahsatupemerintahdaerahyanglebihprogresifadalahPemerintahProvinsiGorontalomelaksanakankebijakanpendidikan gratis dilandasidenganPeraturanDaerahNomor7 tahun 2012, tentang penyelenggaraan pendidikan untukrakyat(PRODIRA),dalamketentuanumumdijelaskanbahwaLayanan Pendidikan Gratis adalah layanan pendidikan yangmembebaskan siswa, wali atau orang tuanya dari pungutanbiayaoperasionalsatuanpendidikanpadajenjangpendidikanmenengah.PerdatersebutmenunjukkanPemerintahProvinsiGorontaloberkomitmenmelaksanakanprogrampendidikangratis bagi putra-putrinya sampai jenjang SMA/ sederajat.Kebijakan ini, merupakan program unggulan GubernurGorontalo yang dicanangkan sejak bulan Januari 2012diharapkan dapat memberikan pelayanan pendidikan bagimasyarakatkurangmampuuntukmenyelesaikanpendidikansampaijenjangSMAatausederajat.

Komitmen pemerintah daerah melaksanakan programpendidikan gratis sampai jenjang SMA/sederajat diaturmelaluiPeraturan Gubernur Gorontalo Nomor 08 Tahun 2012 tentangPedomanPengelolaanDanaHibahUntukBantuanOperasionalSekolah (BOS) Tingkat SMA, SMK dan MA dalam RangkaProgram Pendidikan Gratis Provinsi Gorontalo. SelanjutnyadigantimenjadiProgramPendidikanuntukRakyat (PRODIRA),dituangkan dalam Perda Provinsi Gorontalo No. 2 Tahun 2012tentang Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah(RPJMD) Provinsi Gorontalo tahun 2012-2017 menjadikan

Page 239: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 225

pendidikanuntukrakyatdankesehatangratismenjadiprogramunggulan.

KebijakanPRODIRAdijelaskansecarautuhdalamPerdaNo.7Tahun2012tentangPenyelenggaraanPendidikanUntukRakyat (PRODIRA) pada Bab I Ketentuan Umum pasal 1menyatakan PRODIRA adalah penyelenggaraan programpendidikan yang membebaskan peserta didik, orang tua,atau walinya dari pungutan biaya operasional pada satuanpendidikanmenengahkecualipadaRintisanSekolahBertarafInternasional (RSBI), Sekolah Bertaraf Internasional (SBI),dansatuanpendidikandikelolamasyarakat,sertamemberikanbiayapeningkatanmutu jenjangpendidikandasar & insentifpendidikPAUD.

Prinsipnya PRODIRA merupakan program terintegrasidengan program layanan pendidikan gratis dalam bentukpemberian bantuan operasional pada satuan pendidikanuntukpeningkatanlayananpendidikan(DinasDIKBUDPORAProvinsiGorontalo,2012;4).Hal inisejalandenganvisiDinasPendidikan Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga ProvinsiGorontalo, yaitu Gorontalo Cerdas dan Berkarakter 2019dengan misi; 1) percepatan penyelenggaraan pendidikanGorontalo yang merata bermutu, dan berkeadilan sesuaidengan kewenangan dekonsentrasi serta tugas pembantuan,2) mewujudkan insan pendidikan yang professional danberkarakter, 3) mewujudkan tata kelola pendidikan danpembinaan kepemudaan, keolahragaan serta kebudayaandaerah yang transparan, partisipatif dan responsif gender,4) menciptakan harmonisasi kebijakan pendidikan sertapembiayaanpendidikanyangproporsionaldanberkelanjutandengan pemerintah daerah Kabupaten-Kota se-ProvinsiGorontalo(DIKBUDPORA,2014;1-2).

Layanan pendidikan untuk rakyat (PRODIRA) yangberkualitasmemerlukanpengelolaandan sumberdayamanusiayang sangat besar, oleh karena itu harus dirumuskan strategi

Page 240: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

226 Analisis Kebijakan Pendidikan

yangtepatsejalandenganberbagaikendalasumberdayamanusiadan pembiayaan yang akan dihadapi. Sehingga dalam upayamewujudkannya dapat ditempuh dengan cara yang efektif danefisien.FungsikebijakanPRODIRAtertuangdalambukuPetunjukTeknis(Juknis)PRODIRA,antaralaina)sebagaiupayaperluasandan pemerataan kesempatan memperoleh layanan pendidikanyang gratis, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan bagi setiapwargamasyarakat, b) sebagai penunjangprogrampendidikannasional diantaranya pendidikan menengah universal yangdiselenggarakan secara bersama-sama oleh Pemerintah Daerah,dan Satuan Pendidikan (DIKBUDPORA, 2014;2). Sedangkantujuan kebijakan PRODIRAdituangkan dalam Surat KeputusanKepala Dinas Dikbudpora Provinsi Gorontalo No. 188.4/Dikbudpora/172.a/Dikmen/I/2014 adalah untuk menyediakanlayananpendidikanbagiseluruhmasyarakatProvinsiGorontalomulaidaripendidikananakusiadini (PAUD),pendidikan dasar, dan pendidikan menengah sehingga dapat mengembangkanpotensidirinyaagardapathidupmandirididalammasyarakatserta dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebihtinggi (Dikbudpora 2014;2). Tujuan kebijakan PRODIRAdirumuskan lebih rinci untuk: a) meningkatkan angkapartisipasipendidikanmasyarakatanakusiadini,pendidikandasar dan pendidikan menengah, b) meningkatkan layananpada semua jenjang pendidikan untuk terwujudnyarelevansidankualitaspendidikan,c)membebaskanpungutanbagi seluruh siswa SD/SD/MI, SMP/SMP/MTs, SMA/SMA/MA/ SMK Negeri/Swasta terhadap biaya operasional satuanpendidikan(DIKBUDPORA,2014;2).

RuanglingkupkebijakanPRODIRA,terdiridariprogramkurikulum, program ketenagaan, program pemeliharaandan pengadaan sarana/prasarana, program manajemensekolah. Sasaran PRODIRA didasari pada kesepakatan dankeputusanbersamaantaraTimManajemenSekolah/Madrasah,GurudanKomiteSekolah/Madrasah.Hasilkesepakatanharus

Page 241: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 227

dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara danditandatanganiolehseluruhpesertarapat.Adapunkomposisiruang lingkup pendanaan, terdiri dari a) prioritas untukkegiatan penyelenggaraan kurikulum, persentase sebagaiberikut;1)programkurikulum≥20%,programketenagaan≤35%,programpemeliharaandanpengadaansarana/prasaranamaksimal ≤30%,programmanajemensekolah=15%,b)biayapengganti transportguru nonPNSdan tenaga kependidikandari tempat tinggal ke sekolah/madrasah, c) biaya transportpendidikdan tenaga kependidikan lainnya yangdiberi tugastertentuharusmengikutistandarbiayaumumyangditetapkanpemerintahdaerah.

SasarankebijakanPRODIRAadalahmenyentuhlayanansemuasatuanpendidikanmulaipadajenjangpendidikananakusiadini(PAUD),pendidikandasardanpendidikanmenengah,baiknegerimaupunswastamendapatkanprogrampendidikangratisyangmerupakanbagiandariprogramkerjapemerintahprovinsiGorontalo.AdapunsasarankegiatanPRODIRAyakni:a)memberikanbiaya/bantuanoperasionalsekolahpada jenjangSMA/SMK/MA, memberikan biaya/bantuan operesionalsekolahpadajenjangpendidikandasar,c)menyediakanbiayaadministrasi kegiatan Kabupaten/Kota dan Administrasikegiatan di Provinsi Gorontalo, d) penyediaan sarana RKBSMA/SMK,e)peningkatankesejahteraanpendidikdantenagakependidikan (GUDACIL), f ) insentif guru kontrak, g)insesntifpendidikPAUD,h)BOSuntukSD/SDLB/MI,i) BOSuntukSMP/SMLB/MTs,j)BOPuntukPAUD.

Anggaran PRODIRA di Provinsi Gorontalo sejak tahun2012 sampai sekarang bersumberdariAPBDProvinsiGorontalodititipkanmelaluiDinasDikbudporaProvinsiGorontalo.Adapunanggaran PRODIRA terdistribusi untuk; 1) biaya operasionalSMA/SMK/MA,2)biayapeningkatanmutuguru,3)peningkatankesejahteraanpendidikdantenagakependidikandan4)insentifPAUD(Dikbudpora,2014;15).

Page 242: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

228 Analisis Kebijakan Pendidikan

Komponen biaya operasional non personalia jenjangSMA/SMKyangdibiayaiPRODIRA,terdiri 1)alattuliskantor(ATK), 2) biayapengayaan/tambahan jammengajar, 3) biayaekstrakurikuler, 4) biaya pemeliharaan gedung, 5).BiayaPengadaan Bahan/Alat Praktik, 6) biaya PemeliharaanPeralatanLaboratorium/IT,7)BiayaPLN,PDAMdantelepon,8)biayakoordinasi9).bayarapat,10)biayaPrakerin(KhususSMK). Komponen dana PRODIRA diberikan berdasarkanjumlahsiswa,gunamembebaskansemuasiswadaripungutan/iuranyangbertujuanuntukmeningkatkanaksesdankualitaspendidikan serta layanan pendidikan yang lebih tinggisampai jenjang SMA/SMALB/MA. Bantuan operasionalsekolahkhususnyapadajenjangSMA/MAberdasarkanjumlahsiswapadasetiapsekolah dengan persyaratan sekolah dapatmenerima siswa dari keluarga miskinyang inginbersekolah.Alokasidanasetiapsekolah/madrasahditetapkanberdasarkandatasiswatiaptahunpelajaranberjalan, jikakurangsiswanya50orang,makaalokasianggaranmenjadi 50orang pertahun(patokan minimum). Alokasi dana Prodira ditetapkan olehKepalaDinasDikbudporapertimbangandapatmeningkatkanmutu pelayanan, relevansi pendidikan sehingga terjadipemerataandalampendidikan.

Disamping itu, ditingkat SMA/SMK/MA penyediaan saranaruangkelasbaru(RKB)bersumberdaridanaPRODIRAmerupakan wadah untuk menampung siswa miskin agarmereka mendapatkan kesempatan memperoleh pendidikandi sekolah khususnya di jenjang pendidikan menengah.PersyaratanpenyediaansaranaRKBdiSMA/SMA-LB/SMKdanMA yang mesti dipenuhi dalampencairananggaranProdira,antara lain a) sekolah mempunyai lahan/lokasi yang akandibangun, b) mempunyai siswa miskin mampu minimal 25orang,c)pihaksekolahdankomitemembuatsuratpenyataanpersetujuan pembangunan ruang kelas baru, d) pengadaanmeubeulair ruang kelas baru merupakan tanggungjawab

Page 243: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 229

pemerintah kota/kabupaten, e) besaran subsidi ditentukandinas Pendidikan, f ) pembangunandilaksanakanolehDinasPendidikanPemudadanOlahragaProvinsiGorontalo,g)pihaksekolah akan menerima ruang kelas barudalam bentuk hibahbarang.

Penggunaan dana PRODIRA untuk peningkatankesejahteraan guru SMA/ SMA-LB/SMK/MA yang berada didaerah kabupaten terpencil dengan status non PNS sebagaitambahan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan tugasprofesionalnnya.KriteriaguruyangmenerimatunjanganGuruDaerah Terpencil (GUDACIL) pada tingkat SMA/SMK/LB/SMK/MA,terdiri:a)mengabdidisekolahyangsamaminimal3 tahun berturut, b) memiliki SK penetapan sebagai GuruTetapNon PNS, olehDinas Pendidikan Kabupaten/Yayasan,c)memilkiSKPembagianTugasMengajar,yangdikeluarkanolehKepalaSekolah,d)kualifikasipendidikanguruminimalS1/D.IV, e)bagilulusanSMA/sederajatyangsementaramengikutiperkuliahan, dapat dipertimbangkan dengan menunjukkanKartu Mahasiswa dan surat penyataan sedang mengikutikuliahdaripejabatperguruantinggi,f )jammengajarminimal18jam,g)besaransubsidiguru/bulanditentukanDikbudpora,h) subsidi untuk memenuhi kebutuhan guru dalam rangkamelaksanakantugasprofesionalismenya.

PenggunaananggaranPRODIRAdiProvinsiGorontalodipergunakan untuk subsidi Guru yang berstatus non PNSyang bertugas di SMA/SMK/dan MA negeri atau swasta yangmelaksanakan tugas mengajar, mendidik, membimbing,melatihmengarahkan,menilaidanmengevaluasipesertadidik.KriteriaguruSMA/SMK/MA yang berhak menerima insentifguru kontrak dari dana PRODIRA, sebagai berikut: a) GuruNonPNS (GNP)berstatussebagaiGuruTetapYayasan(GTY)danGuruTidakTetap(GTT)sekolahnegeridan/atauswasta,b) memenuhi jam wajib mengajar minimal 24 jam tatapmuka per minggu, sesuai peraturan perundang-undangan

Page 244: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

230 Analisis Kebijakan Pendidikan

yangberlaku,c)mempunyaiNomorUnikPendidikdanTenagaKependidikan(NUPTK),d)Guruyangbelumtersertifikasi,e)besaransubsididitetapkanberdasarkansuratkeputusanKepalaDinasDikbudpora,f ) subsidi untuk guru kontrak ini dalamrangkamembantumemenuhikebutuhangurumelaksanakantugasprofesionalisnya.

Sedangkan ketentuan yang harus diikuti sekolahpenerima dana PRODIRA, menerima PRODIRA dibagimenjadi2 (dua)kelompok,denganhakdankewajibansebagaiberikut; 1)sekolahyang telahmenyelenggarakan pendidikangratispadaperiodesebelumnya,maka sekolah tersebutharustetap membebaskan semua bentuk pungutan/sumbangan/iuran kepada seluruh peserta didik, 2) sekolah yang telahmelaksanakan pendidikan gratis terbatas, masih memungutpungutan/ sumbangan/iuran pada periode sebelumnya yangdikarenakan terdapat selisih antara RKAS (kebutuhan riilsekolah) dan dana BOS, sekolah masih harus mengikutipersyaratan: a) apabila di sekolah tersebut terdapat siswamiskin,maka sekolah diwajibkanmembebaskan pungutan/sumbangan/iuran seluruh siswamiskinyangadadi sekolahtersebut.SisadanaPRODIRA(bilamasihada)digunakanuntukmensubsidisiswa lain,b)bagisekolahyangtidakmempunyaisiswamiskin,makadanaPRODIRAdigunakanuntukmensubsidiseluruh peserta didik, sehingga dapat mengurangi semuabentukpungutan/sumbangan/iuranyangdibebankankepadaorangtuasiswaminimumsenilaidanaPRODIRAyangditerimasekolah.

Isuefektivitasmenjadijargonyangsangatmenentukansukses tidaknya suatu kebijakan. Tidak terkecualipelaksanaan berbagai program di lembaga pendidikan,sehinggamengandungbanyakpemahamandanperspektifdariberbagai pihakyangterkaitdenganefektivitaskebijakanitusendiri.Fenomenayangseringdisaksikanadalahsedikitorangyang dapat memaksimalkan keefektifan itu sesuai dengan

Page 245: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 231

konsepnya.Sehinggamaknaefektivitas itu, seringkalimasihmenjadisebuahpemaknaanyangbersifateklusive (sulitdiraih).Impaknya,efektivitas kebijakan yangdilaksanakanorganisasiatau lembaga pendidikan memiliki arti yang berbeda bagisetiaporang,tergantungpadakerangkaacuanyangdipakainya.Keanekaragaman pemahaman tentang efektivitas kebijakanitu,jugaterlihatdariberbagaikonsepsiyangdihadirkanpadapakarmemahamiefektivitasitusendiri.

MiftahulUlumdanNiswah(2014:4)mendefinisikanefektivitassebagaitaraftercapainyahasil.Pemahamaniniseringjugadikaitkandenganpengertianefisien,meskipunkeduanyamemilikiperbedaan.Dimana efektivitas menekankan pada output yang dicapai,sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapaihasildenganmembandingkanantarainputdanoutputnya.Senadadengan ini,BernarddalamNurudin (2007;25)menjelaskanmaknaefektifdanefisienitu,when a specific desired and is attained we shall say that the action is effective. When the unsought consequence of the action are more important than the attainmen of the desired end and are dissatisfactory, effective action, we shall say, it is inefficient. When the unsought consequence are unimportant or trival the action is efficient. Accordingly, we shall say that an action is effective it specific objective. It is efficient if is satisfiec the motivates of the aim whatever it is effective or not.

Efektivitas juga menjadi konsep kausal secara esensial,di mana hubungan maksud hingga tujuan (means to end relationship), dan hubungan sebab-akibat (cause-effect relationship).Keberhasilanorganisasi, institusimelaksanakankebijakan berupa program atau pekerjaan tertentu sangattergantung dari efektivitas yang dicapai. Oleh sebab itu,efektivitassangatpentingbagiunitkerjaapapunbaiklembagapemerintahan maupun swasta agar mampu memberikanpelayanan terbaik pada stakeholder, dalam urusan layananpublik,sesuaidenganapayangtelahdirencanakandantepatpadasasarannya(Halim,A.,2002:14-15).

Page 246: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

232 Analisis Kebijakan Pendidikan

Kkebijakantentunyamemilikiunsurkesengajaan,berupaperencanaan,pengelolaandanevaluasiterhadapprogramataukegiatan itu sendiri untuk diteruskan atau dihentikan. HalinisejalandenganpemahamanCarl Friedrichdalam (Wahab,2004:3) bahwa kebijakanefektif itubilasuatutindakanyangmengarah pada tujuanyangdiusulkanolehaktor, kelompokatau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungandengantidakadanyamaslah-masalahtertentuserayamencaripeluang-peluang untuk mencapai tujuan atau mewujudkansasaranyangdiharapkan.

Mahmudi (2005) dalam Adhayani dan Kusumah.(2015:38) menjelaskan efektivitas adalah hubungan antaraoutput dengan tujuan, semakin besar kontribusi(sumbangan)output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektiforganisasi, program atau kegiatan. Masih terkait denganpencapaian tujuan, Robbins (1990;49) mendefenisikanefektivitassebagaisuatutingkatdimanasuatuorganisasiatauinstitusidapatmerealisasikantujuannya.

Disamping itu, Siagian (2001) dalam Edi Siswadi(2012:86) mendefenisikan efektivitas bukan saja dilihatdari konteks pencapaian tujuan juga bisa dilihat dari sisipemanfaatansumberdaya,saranadanprasaranadalamjumlahtertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untukmenghasilkantargetsejumlahbarangataujasakegiatanyangdijalankannya.Efektivitas itumenunjukkankeberhasilandarisegi tercapai tidaknya target, sasaran yang telah ditetapkan.Jikahasilkegiatansemakinmendekati targetsasaran,berartimakin tinggi efektivitasnya. Penilaian efektivitas jugaseringkalimenggunakankonsepoptimalisasitugaspokokdanfungsi organisasi dapat dicapai. Seperti dijelaskan. Steers R.M.(1985:47)bahwaukuranuntukefektivitasorganisasidapatdicermati dari sejauhmana organisasi melaksanakan seluruhtugas pokoknya atau mencapaisemuasasarannya.Efektifitasmanajemenorganisasidalam melaksanakan kebijakan setiap

Page 247: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 233

tahapannya berproses pada tataran das sollen dan dassein denganindikator-indikatorinput,proces, out put, dan out come darikegiatanmaupunprogram-programyangdilaksanakan.

Berkenaan dengan kebijakan yang diambil pemerintahtentu berkaitan dengan pembiayaan dan kepuasaanwarganya. Oleh sebab itu, barometer terhadap efektifitaskebijakan bisa dilihat dari kualitas pengelolaan programyang dibiayai, ketepatan komponen pembiayaan, sosialisasi,transparansi yang berujung pada kepuasan dari kebijakanyang diimplementasikan memungkinan penggalian danayang lebihmaksimal dari sumber lainnya yakni masyarakat.Sekaligus efektivitas pembiayaan itu terkait juga denganbentukmonitoring,evaluasidantindak lanjutdarikebijakanitu. Seperti yang dijelaskan Mark Blaug (1992:121) bahwacost effectiveness is the appropriate evaluation technique in such all cases. Haltersebut sesuai yang diutarakan olehMcMillan&Schumacher(2001:550),yangmengatakanbahwaCost effectiveness analysis (CE) compares program outcomes (effectiveness) with the costs of alternatife program when the objectivies of different programs are similar and when common measure of effectiveness are used. Effectiveness could be measured by standardized achivement test, phsikological test, or physical test. Outcome measures need not be converted to monetary values, and the analusis is repricable”.

Efektivitas pembiayaan kebijakan PRODIRA olehPemerintah Provinsi Gorontalo diduga memberikan efeksemangat kerja dan motivasi, ketercapaian tujuan yangdibiayai, ketepatan waktu, serta ketepatan pendayagunaanbiaya, dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikanyang diberikan biaya. Mardiasmo (2002:105) mencermatiefektivitas sebagai bentuk penggunaan anggaran yang harusmencapai tujuan atau kepentingan publik, kata anggarandisinimerupakansumberdaridanamasyarakat(public money) yangdimanadiharapkanmenghasilkanoutput yangmaksimal

Page 248: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

234 Analisis Kebijakan Pendidikan

atau berdaya guna. Hal ini sejalan dengan pendapat ArielSharon Sumenge (2013:75) dimana efektifitas kebijakan ituberhubungandenganpencapaiantujuanatautargetkebijakan(hasilguna)realisasidana.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efektifitasdisinitentulebihberkaitandenganhubunganantarakeluarandengan tujuanatausasaranyangharusdicapaidalamprogram.Sehingga segenap rencana kegiatan operasional dinyatakanefektifapabilaproseskegiatanitumencapaitujuandansasaranakhirdarikebijakan(spending wisely).

Hoogerwerf(1983)menjelaskanbeberapafaktorpenentuefektivitas kebijakan terwujud, antara lain akurasi rumusandankeselarasankebijakan,kelengkapaninformasiyangdimilikiolehpara pelaksana kebijakan yang dikembangkan, kualitasintelektual dan moralitasparapelaksanakebijakan.Hewlett,Michael & M. Ramesh. (2003)menjelaskankegagalansuatukebijakanseringkalidipengaruhikondisilingkunganitusendiri.Disampingitu,EdwardsIII,GeorgeC. (1980)mengemukakanada 4 faktor yang mempengaruhi kebijakan; 1) rumusankebijakan,2)komunikasikebijakan,3)ketersediansumberdaya,4)perilakupelaksanakebijakandanstrukturorganisasipelaksanakebijakan(Irawan,B.,2016:122).

Di luar keempat faktor di atas, lingkungan kebijakanmenjadi faktorpenentu efektivitas kebijakan itu terwujud.Dimanalingkungankebijakanyangdimaksudadalahpersepsimasyarakat tentang kebijakan, kepedulian dan dukunganmasyakaratterhadapkebijakanyangtelahdirumuskan,sistemsosial yang berlaku dimasyarakat, tatanan politik, sistemekonomi yang kondusif atau tidak kondusif, system hukumdanperadilanyangberlakudimasyarakat. Irawan, (2016;123)menjelaskan lingkungan kebijakan dapat mempengaruhiimplementasikebijakanyangsudahdirumuskandanperilakupelaksanakebijakan.Misalnyadukunganmasyarakatataupara

Page 249: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 235

politisi di parlemen terhadap kebijakan Programpendidikanuntuk rakyat (PRODIRA) lemah dapat menimbulkanhambatan dalam implementasinya. Ketidakpedulianmasyarakatataustakeholdersekolahjugadapatmenimbulkantidak adanya kontrol masyarakat yang efektif terhadappelaksanaan kebijakan tersebut. Sedangkan sistem hukumdan peradilan yang lemah dapat mendorong para pelaksanakebijakantersebuttidakmelaksanakankebijakandenganbaik.

Analisis keefektifan biaya kebijakan PRODIRA,memungkinkan pembuat kebijakan dapat secara sistematismempertimbangkan dampak dari biaya terhadap alternatifyang berbeda dalam membuat keputusan yang layak,untuk memperkirakan beberapa kemungkinan hasil yangdiharapkan dengan biaya yang dikeluarkan. Biaya (cost) pendidikan yang dikeluarkan diharapkan berdampak padapeningkatanmutupendidikan.Untukmendapatkaninformasiyang menyeluruh tentang konsepsi efektivitas kebijakanPRODIRA,bisamenelusuripemahamanGibson(1996)dalamSiswadi Edi (2012:90), mencermati beberapa aspek yangmenentukanefektivitas kebijakan, yakni: 1) layanan, adalahmerupakan kemampuan organisasi menghasilkan sejumlahmutu output dan jasa sesuai dengan kebutuhan lingkungan,2) efisiensi, adalah merupakan perbandingan (ratio) antara outputdengan input,3)kepuasan,merupakanukuranuntukmenunjukkan tingkat dimana lembaga dapat memenuhikebutuhanmasyarakat,4)keunggulan,adalahtingkatdimanakeorganisasian dapat dan benar-benar tanggap terhadapperubahan eksternal dan internal 5) pengembangan, adalahmengukur kemampuan organisasi untuk meningkatkankapas i tasnya menghadap i tuntutan masyarakat .Pengukuran efektivitas kebijakan sangat penting, karenamerupakan tindakan yang secara sengaja dilakukan olehseseorangaktoratausejumlahaktorberkenaandenganadanyamasalah atau persoalan tertentu yang sedang dihadapi, atau

Page 250: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

236 Analisis Kebijakan Pendidikan

rencana lainnya yang dipikirikan secara bersama-sama atauolehpimpinan(S.AbdulWahab,2004:3).

Disamping itu. Steers (1995:3-5) mengemukakantiga aspek yang menentukan efektivitas kebijakan, yaitu: 1)optimisasi tujuan, 2) perspektif sistem pengelolaan yangberlaku,dan3)tekananterhadapperilakuorangyang adadidalam organisasi tersebut. Untuk mencermati aspek-aspekyangdiperhatikandalampengukuranefektivitasdapatdilihatdari keluaran (output) yang dihasilkan lebih banyak bersifatkeluaran (output) tidak berwujud (intangible) yang tidakmudah untuk dikuantifikasi, maka pengukuran efektivitassering menghadapi kesulitan. Kesulitan dalam pengukuranefektivitas tersebut karena pencapaian hasil (outcome) seringkali tidak dapat diketahui dalam jangka pendek, akantetapidalamjangkapanjangsetelahprogramberhasil,sehinggamenentukan ukuran efektivitas suatu kebijakan biasanyadinyatakandalambentukpernyataansaja(judgement), artinya apabilamutuyangdihasilkanbaik,makaefektivitasnyabaikpula.Ukuranefektivitas bermacam-macam. Etzioni,Amitai(1985:227)mengatakanefektivitasdiukurdengana)adaftasi;b)integrasi;c)motivasi;dand)produk.

Lebih lanjut, Gibson (1996) dalam Kurniadi (2017)dalam mengatakan efektivitas dapat dilihat dari beberapaaspek, antara lain a) produktivitas; b)kualitas; c) efisiensi;d) f leksibilitas; e) kepuasaan; f ) keunggulan; dan g)pengembangan.Ukuranataukriteriaefektivitasdapatdiukurdenganindikator,antaralain;1)produktivitasyaitumerupakankemampuanorganisasiuntukmemproduksijumlahdanmutuoutput sesuai dengan permintaan lingkungan, 2) kualitasyaitu suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan jasa,manusia, produk, , proses, dan lingkungan yang memenuhiatau melebihi harapan.3) efesiensi yaitu merupakanperbandingan (ratio) antara outputdengan input, 4)

Page 251: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 237

fleksibilitasresponsterhadapsuatuorganisasiatauperubahan-perubahan yang terjadi pada suatu organisasi, 5) kepuasanyaitumerupakanukuranuntukmenunjukkantingkatdimanaorganisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat, 6)keunggulan yaitu kemampuan bersaing dari organisasi dananggotaorganisasi terhadapperubahan-perubahanyangada,7) pengembangan yaitu merupakan mengukur kemampuanorganisasi. untuk meningkatkan kapasitasnya dalammenghadapituntutanmasyarakat.

Uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitaskebijakan PRODIRA adalah keselarasan kebijakan denganberbagairegulasiyangada,tujuanpendidikannasional,gunamencapai target yang diformulasikan dalam bentuk indekspembangunanmanusia(IPM),sehinggamemberikandampakpositifbagipeningkatantarafhidupmasyarakatdankomitmenuntuk berpartisipasi dalam pembiayaan pendidikan. DalamImplementasinya memperhatikan komponen biaya yangdibutuhkan, sosialisasi, dan transparansi. Agar tidak tidak terjadi penyimpangan maka dilakukan kepengawasandalam bentuk monitoring, evaluasi dan tindak lanjut untukkeberlanjutanprogram.

C. MetodologiPenel it iandi laksanakandiProvinsi Gorontalo,

pertimbangannya, a) pelaksanaan kebijakan PRODIRAmerupakan programunggulanPemerintahProvinsiGorontaloperiode 2012-2017 dan 2017-2022, b) kebijakan PRODIRA inidilaksanakandi SMA/SMK/ MA/LB se Provinsi Gorontalo, c)dukungan pengambil keputusan kebijakan PRODIRA yangkooperatifdalammemberikan informasidandata.Penelitianini menjangkau instansi terkait berkaitan denganefektivitas

Page 252: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

238 Analisis Kebijakan Pendidikan

kebijakanPRODIRAdi ProvinsiGorontalo,guna mengetahuiefektivitaskebijakan,sebagaibagiandaripenelitiandeskriptifbertujuan untuk menghasilkan rekomendasi yang menjadidasar bagi perumusan kebijakan pendidikan, komponenpembiayaan yang diatur dalam kebijakan pendidikan,ketepatan penggunanaan dana pendidikan, transparansi,akuntabilitas pengelolaan dana pendidikan menunjangimplementasi kebijakan PRODIRA, kontribusi kebijakandan perbaikan kebijakan PRODIRA untuk program yangberkelanjutan.

Penelitian ini menggunakan metode gabungankuantitatifdan kualitatif (mixed methods). Creswell (2009;2)menyatakan mixed methods is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative forms of research. Metode kombinasi merupakan pendekatanpenelitian yang menggabungkan metode penelit iankuantitatifdankualitatifsecaraberurutanataubersamaan.Sugiyono(2016;397)menjelaskangabunganmetodepenelitiankuantitatif dan kualitatif disebutmixed methods. (metodekombinasi). Tujuannya digunakan metode penelitian secarabersama-sama, atau berurutan dalam suatu penelitian,sehingga diperoleh data yang lebih objektif, komprehensif,reliabeldanvalid.

Penelitian kombinasi (mixed), disain atau modelconcurrent embedded (campuran tidak berimbang).Sugiyono (2016;537) menjelaskan metode kombinasi modelatau desain concurrent embedded (campurantidakberimbang)adalah metode penelitian yang menggabungkan antarapenelitiankuantitatifdankualitatifdengancaramencampur.Dimana kedua metode kuantitatif dan kualitatif digunakantidak seimbang. Model concurrent embedded yang dipilihmenggunakan metode kuantitatif sebagai metode primer.Metodepenelitiankuantitatifyangdigunakanadalahmetodesurvey. dilaksanakan menggunakan metode korelasional

Page 253: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 239

yang dirancang untuk mengetahui kontribusi variabel yangberbedadalamsuatupopulasiyangditeliti.Secaraoperasionalmetode survey dengan teknik korelasional juga digunakanuntukmengungkap secara kuantitatif, besaran signifikansiefektivitas kebijakan PRODIRA dalam konteks pembiayaanpendidikan. Disamping itu, untuk memperkuat hasilpenelitian kuantitatif, maka dilakukan pengamatan tentangkebijakan PRODIRA mengunakan metode kualitatif gunamengetahuiefektivitaskebijakanPRODIRAyangdilaksanakanpemerintahProvinsiGorontalodariperspektifpemahamanstakeholder tentang kebijakan PRODIRA, komponen inputkebijakan PRODIRA, komponen proses kebijaan PRODIRA,komponenhasilkebijakanPRODIRA,dankomponendampakperubahan dari kebijakan PRODIRA akan memperkuattemuandarimetodekuantitatifyangdilakukan.Penggunaanmetode kualitatif ini, sejalan dengan pemikiran Sugiyono(20011;10) yang menyatakan bahwa untuk menggambarkankeadaan yang sebenarnya (naturalistik) di lapangan tentangefektivitaskebijakanPRODIRApenggunaanmetodekualitatifyang lebih dominan. Secara keseluruhan penelitian inimenggunakan desain kombinasi (Concurrent Embedded) menggunakan metode kuantitatif dan metode kualitatitftidakberimbang,sepertidijelaskandalamgambar10.2ini.

Gambar 10.2. Metode penelitian Kombinasi Concurrent Embedded, yang diadaptasi dari pemikiran Sugiyono, (2016;538)

Page 254: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

240 Analisis Kebijakan Pendidikan

Data yangditeliti berasal dari pihak yang berada di sekolah,yang memiliki informasi memadai (cukup) tentang efektivitaskebijakanPRODIRAdanpartisipasimasyarakatdalampembiayaanpendidikan,yakniseluruhkepalasekolah,bendaharasekolah,guru,dan komite sekolah yang ada di SMA/SMALB/SMK/ se ProvinsiGorontalo,sebagaimanadijelaskanpadatabel10.1dibawahini.

Tabel 10.1 Jumlah Populasi Penelitian terdiri dari SMA/SMK/MAse-Provinsi Gorontalo

Sumber: Diolah Peneliti dari Data Primer Dikbudpora dan Kemenag Gorontalo, 2017

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik“probobality sampling. Perhitungan sampel secara proporsionalberdasarkan keterwakilan masing-masing wilayah Kabupaten danKotaseProvinsiGorontalo,makaditetapkansampelpenelitianinisebanyak20%daripopulasiSMA.SMK/danMAyangada.

Didapatkan angka dari 155 unit sekolah diambil 20%, makayang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 32 unit sekolah.Dari 32 sekolah yang terpilih menjadi sampel penelitian diambilsecara proporsional dari masing-masing Kabupaten dan Kota,sebagaimanadijelaskanpadatabel10.2.dibawahini.

Tabel 10.2 Jumlah Sampel Penelitian

Sumber: Analisis peneliti dari data Dikbudpora Provinsi Gorontalo 2017 (lihat portal resmi penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA Se-Provinsi Gorontalo, http://siap-ppdb.com).

Page 255: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 241

Dari 32 Sekolah yang terpilih menjadi unit analisis,masing-masingnyaditetapkan sampel adalah kepala sekolah,bendahara sekolah, guru, dan komite sekolah atau orangtua siswayang adadi SMA/SMK/MA. Jadi tiap sekolahyangterpilih didapatkan sampel sebanyak 4 orang. Total sampelpenelitianiniberjumlah32Sekolahx 4 orang berjumlah 128orang.

Melengkapidatakuantitatif,dipandangperludidukungdengan metode kualitatif. Nasution (1988;32) menjelaskansubjek atau sampel penelitian adalah sumber yang dapatmemberi informasi,dipilihsecarapurposive bertaliandengantujuantertentu.BogdandanBiklen(1998;21)jugamenyatakanresponden terpilih diminta untukmenunjuk orang lain, danseterusnya. Proses ini disebut snowball sampling, dilakukansecara serial/berurutan. Untuk memperoleh informasitertentu dapat dilakukan sampai taraf redudancy ketuntasanatau kejenuhan, artinya tidak lagi diperoleh tambahaninformasibaruyanglebihberarti.

Faisal (1990:73) menjelaskan dalam menetapkaninforman, kriteria yang diperhatikan: a) subjek yang cukuplama menyatu dengan suatu kegiatan PRODIRA, b) subjekyangmasihterlibatsecaraaktifdalamManajemenPRODIRA,c)subjekyangbersifat lugudalammemberikaninformasi,d)subjekyangmempunyaicukupwaktumemberikaninformasi,e) subjek yang sebelumnya tergolong tidakbiasabagipeneliti.Metode kuantitatif dilaksanakan, menggunakan teknikpengumpulandatakuesinoner,dengancaramemberibeberapapertanyaan atau pernyataan tertulis kepada informan untukdijawabnya. Guna pengumpulan data statistik dilakukanuntukmengetahuikontribusiefektivitaskebijakanPRODIRAdalamkonteks

Kuesioner penelitian ini berbentuk pilihan gandamenggunakan skala pengukuran, 5 (lima) pilihan jawaban,

Page 256: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

242 Analisis Kebijakan Pendidikan

dirancang dan dikembangkanmelalui analisis teoretis gunakanmenentukan validitas konstruks, yaitu teori-teori yangmelandasinyadanselanjutnyadibuatsintesisdarivariabeldiikutipenentuanindikatordarivariabel.Adapunskalapenilaianyangdirancang terdiri dari 5 (lima)kategoripilihan jawaban,yaitu1) Selalu (SL=5), 2) Sering (SR=4), 3) Kadang-kadang,(KK= 4)Jarang(JR=2),dan5)TidakPernah(TP=1).Setiappilihanjawabandiberikan bobot berbeda seperti dijelaskan dalam tabel 10.3 dibawahini.

Tabel 10.3. Skala Likert Jawaban Responden

Kuesioner digunakan untuk pengumpulan data,kepada responden di 32 SMA/SMK/MA. terdiri dari kepalasekolah, guru, bendahara, dan pengurus komite Sekolah(orang tua siswa siswa) dilakukan secara acak sederhana(simple random sampling), setelah itu dikumpulkan dandianalisisuntukmengetahuiefektivitas kebijakanPRODIRAdalampeningkatanpartisipasiorangtuasiswadanmasyarakat.

Pengunan kuesiner untuk mengetahui partisipasimasyarakat konteks budaya huyula dalam pembiayaanpendidikandiProvinsiGorontalo.Kuesionerdidisainsecaramenyeluruh agar dapat diketahui efektivitas dari kebijakanPRODIRA dalam konteks pembiayaan pendidikan sesuaidengan tujuan program itu dilaksanakan. Di sampingmelakukan penyebaran instrumen juga observasi berperan

Page 257: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 243

serta,untukmengumpulkandatapenelitiankualitatif,denganmelakukanwawancarasecaramendalam (in-depth interview) denganinformanpenelitian,yaituorang-orangyangdianggappotensial, dalam memberikan banyak informasi mengenaiefektivitas kebijakan PRODIRA.Wawancaradalampenelitianini dilakukan secara formal maupun informal sehinggadiungkapkan pendapat informan mengenai efektivitaskebijakan PRODIRA di tingkat SMA/SMK/MA. Wawancaradilakukan berulang kali sampai diperoleh gambaran yangjelas dan berkesesuaian dengan sintesis intrumen, observasidan catatan lapangan. selanjutnya observasi berperan danwawancara mendalam, guna mengumpulkan data penelitianini juga dilakukan studi dokumentasi, yaitu mempelajaridokumenyangrelevandengankebijakanPRODIRA.Dokumenyangdipelajariadalaha)regulasiPRODIRA,b)petunjukteknisPRODIRA,c)timmanajemenPRODIRAdisekolahd)laporanpertanggungjawaban keuangan sekolah, e) jumlah gurudanmurid,dan f ) daftar saranadanprasarana sekolahyangdibiayaidanaPRODIRA,g)kebijakankomitesekolahdanlain-lainnya.

Pengumpulandatadilakukantriangulasi pengecekantingkat keterpercayaan data dengan memanfaatkan sumber-sumberinformasi,metodedanteoriyangrelevandenganobjekyangditeliti.DenzindalamPatton(1987:327-331)menjelaskanbahwatriangulasidapatdibedakandalamempatmacamyaknipemeriksaan data dengan memanfaatkan sumber, metode,penyidikan dan teori. Penelitian ini, trianggulasi dilakukanberupa pemeriksaan menggunakan sumber dan metode.Pemeriksaansumberdilakukandengancaramembandingkandatayangdiperolehdari seorang informandengan informanlainnya. Contoh wawancara Kepala Dinas PendidikanKebudayaanPemudadanOlahraga,kebenaranpernyataannya

Page 258: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

244 Analisis Kebijakan Pendidikan

dicekdenganpendapatkepalasekolah,gurudanbendaharasekolah. Sedangkan pemeriksaan menggunakan metode,triangulasidilakukandenganmetodepengumpulandatayangberbeda (observasi, wawancara dan dokumentasi).Misalnya,wawancarawakilkepalasekolahmenyatakanbahwasasarandana PRODIRA sudah tepat berdasarkan juknis yang ada.Untuk membuktikan pernyataan Wakil Kepala Sekolah itudilakukan analisis dokumentasi berupa jumlah dana yangditerimadengansiswayangmenerimanya.

VariabelpenelitianiniefektivitaskebijakanPRODIRAmeningkatan partisipasi orang tua siswa dan masyarakatkonteks huyula dalam pembiayaan Pendidikan. Budayahuyula dalam pembiayaan pendidikan adalah persepsistakeholdersekolahterhadapbentukkeikusertaanorangtuasiswadanmasyarakatbaiksecaramentalmaupunemosionaldilandasikesadarankultural(budaya)gotongroyong(huyula)memberikan sumbangan baik moril maupun materil dalambentuk dana atau penghematan dana mulai dari prosespengambilan keputusan, implementasi kebijakan, danpengawasanprogram,termasukaktifmendukung,mengkritisikebijakanPRODIRA,bahagiadapatmembantuwargasekolahyang kurang mampu baik dari kalangan keluarga ataumasyarakatmiskin lainnya. Indikator pengukuran partisipasiorangtuasiswadanmasyarakatkonteksbudayahuyuladalampembiayaanpendidikan:a)mensikapikebijakanPRODIRA,b) kesadaran pembiayaan tanggungjawab bersama, c)tolongmenolongjadibudayamasyarakat (local wisdom), dan d) keaktifan berpartisipasi. Indikator-indikator itu, diukurmenggunakanskalaLikertdengankisi-kisiinstrumensebagaiberikut.

Page 259: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 245

Tabel 10.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Partisipasi Orang Tua danMasyarakatKonteksBudayaHuyuladalamPembiayaanPendidikan

Untukmengujikesahihanbutirsecaraempirik,dilakukanujicobainstrumenkepada30orangrespondendiluarsekolahyang direncanakan. Pemilihan responden uji coba diambilsama seperti rencana penelitian yakni kepala sekolah, guru,bendahara dan orang tua siswa (komite sekolah). Hasilnyasepertiyangterterapadatabel10.5

Untuk menguji validitas butir-butir instrumen, makaselanjutnya di ujicoba, dan dianalisis item dengan rumusPearson Product Moment. Analisis item denganmenghitungkorelasi antara skor butir instrument dengan skor total. Bilakorelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,361 keatas maka faktor tersebut merupakan constract yang cukupkuat,sehinggadapatdisimpulkanbahwainstrumenttersebutmemiliki validitas yang baik. Namun bila korelasi di bawah0,361 maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumenttersebut tidak valid. Untuk lebih detailnya dapat dijelaskandalamtabel10.5dibawahini.

Page 260: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

246 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabel 10.5. Hasil Uji Coba Instrumen PartisipasiMasyarakat KonteksHuyula dalam Pembiayaan Pendidikan

Pengujian reliabilitas instrument menggunakan rumusAlphaCronbach,dibantuprogramSPSSversi20,0diperolehnilaikoeefisien reliabilitas Alpha Cronbach r1 = 0,957 berarti >darikriteria indeks koefisien reliabilitas. Hasil koefisien reliabilitas(Alpha) instrumen yang akan digunakan handal, artinya dapatdipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data ataumengukutobjek koefisien karena reliabilitasalpha >dari alphacirrectit alpha item correlation ≥0,80makadinyatakanreliabel.Reliabilitas instrument dimakna sebagai bentuk keterterimaandari sebuah instrument berdasarkan statistik. Berdasarkanhasilujicobaini, instrumentdapatdipercayadandapatdipakaiselanjutnya.

Page 261: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 247

Teknik analisis data menggunakan metode kuantitatif,kecendrungan data masih dalam bentuk data kasar,memerlukan interpretasi lebih lanjut. Untuk itu diperlukananalisis data yang merupakan sebuah proses sangat pentingkarena dengan melakukan analisa, maka diperoleh arti danmakna yang berguna dalam memecahkanmasalahpenelitian(Nazir, 1988). Analisis data penelitian ini menggunakanpendekatan, 1) analisis statistik dan 2) analisis deskripritif.Analisisstatistik,terdiridari:1)seleksidatadanklasifikasidata,2)pengolahandatadanpengorganisasiandatadenganmenghitungjumlah skor item instrumendan skor jawabandari responden.Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melakukanseleksidengancaramemeriksainstrumentsecaracermat,apakahinstrumentterkumpulsemuaatautidak.

Dari 32 sekolah yang menjadi lokasi penelitian, setiapsekolahdipilih 4 orang yang akanmengisi instrumen penelitian,jumlah responden terpilih sebanyak 128 orang. Instrument yangdikembalikan secara utuh dan mengisi sempurna 116 orangresponden.Jumlahitudipandangrepresentatif.Karenaketerbatasanwaktu, dipandang 116 responden sudah cukup. Proses klasifikasiatau mengelompokkan dilakukan berdasar cakupan pada kisi-kisi instrumen penelitian dengan menentukan bobot alternatifjawabandankategori jawabanrespondenberdasarkanSkalaLikert,di konversi dengan nilai untuk mengetahui indeks persepsi ataupandangankepalasekolah,guru,bendaharadanorangtuasiswaataupenguruskomitesekolah.

Langkahkedua,pengolahandatadilakukandenganbeberapaproses:

a. Menentukan arti atau makna setiap item instrument danmembuat kesimpulan berdasarkan arti jawaban respondendengan teliti dan sistematis serta menghubungkan keseluruhandengan menggunakan rumus Weighted Means Scores (WMS),sebagai dikemukakan Sudjana (2005;67) sebagai berikut:

Page 262: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

248 Analisis Kebijakan Pendidikan

b. Dilanjutkan dengan menghitung persentase masing-masingindikator menggunakan rumus persentase (%) sebagai berikut:

c. Peneliti mengkolerasikan dengan tolak ukur pemberian maknauntuk setiap alternatif jawaban responden sesuai kriteria yangsudah ada. Sehingga untuk mengetahui efektivitas kebijakanPRODIRA meningkatkan partisipasi orang tua siswa danmasyarakatkonteksbudayahuyuladalampembiayaanpendidikan,peneliti menggunakan kriteria sebagai berikut 86-100%=sangatbaik, 76-85% = baik, 60-75% = cukup, 45-59% = kurang baikdan < 45% = sangat tidak baik.

Analisis deskriptif digunakan untuk memberikangambaran atau deskripsi mengenai efektivitas kebijakanPRODIRA meningkatkan partisipasi masyarakat konteksbudaya Huyula dalam pembiayaan pendidikan denganindikator, mensikapi kebijakan PRODIRA, kesadaranpembiayaan pendidikan tanggungjawab bersama, tolongmenolong jadi budaya masyarakat (local wisdom), dan keaktifanberpartisipasi.

Proses analisis deskriptif dilakukan adalah; a)membuat distribusi frekuensi skor, b) perhitungan nilai

Page 263: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 249

kecenderungan sentral dan standar deviasi nilai gunamengetahui kecenderungan persepsi stakeholder pendidikantentang efektivitas kebijakan PRODIRA dan kontribusinyaterhadappartisipasimasyarakatkonteksbudayahuyuladalampembiayaan pendidikan di provinsi Gorontalo, c) pengujianpersyaratan analisis uji normalitas dan uji homogenitas, ujiindependensi,d)pengujianhipotesispenelitianmenggunakan analisis korelasi, regresi sederhana serta korelasi parsial.Pengujiandilakukanpadatarafsignifikansi0,05%atau=α=0,05denganketentuana)Analisiskorelasisederhanadilakukanuntuk mengetahui besarnya ry , r2y ., b) analisis regresisederhana untuk mengetahui kontribusi variabel efektivitaskebijakanPRODIRAterhadappartisipasimasyarakatkonteksbudaya huyula dalam pembiayaan pendidikan di ProvinsiGorontalo.

Analisis penelitian ini juga menggunakan metodekualitatif model interaktif mengadaptasi pendapat Miles &Huberman, 1994;12)menempuhtigalangkah,yaitu;a)reduksidata,b)penyajiandata,danc)penarikankesimpulan/verifikasi,sebagaimanadijelaskandalamgambar10.3dibawah ini.

PENGUMPULAN

PENYAJIANREDUKSI

KESIMPULAN-KESIMPULAN

Gambar 10.3. Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif,diadaptasi dari Miles & Huberman (1994:12).

1 1

Page 264: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

250 Analisis Kebijakan Pendidikan

Pengkodean dibuat berdasarkan; fokus penelitian, teknikpengumpulandata,sumberdata,dan lokasipenelitian.Pengkodeanyang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 10.6 dibawahini.

Tabel 10.6 Sistem Pengkodean Analisis Data

Pengkodeantersebutdigunakandalamkegiatananalisisdata.kode fokus penelitian digunakan untuk mengelompokkan datahasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi danstudidokumentasi.Kemudian,padabagianakhircatatan lapangan/transkrip wawancara dicantumkan; kode lokasi penelitian, teknikpengumpulandata,sumberdata,tanggal,bulandantahun.

Contohpenerapankodedancaramembacanyaadalahsebagaiberikut:

Page 265: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 251

Pemeriksaan keabsahan data menggunakan kriteria yangdianjurkanLincolndanGuba(1985),yaitu;1)kredibilitas (validitasinternal),2)transferabilitas (validitaseksternal),3)dependabilitas (reliabilitas),dan4)konfirmabilitas (objektivitas).

Pengembangan model part is ipasi masyarakatdalam pembiayaan pendidikan. sekolah memiliki beberapakebutuhan untuk mencapai tujuan pendidikan secaramaksimal. Kebutuhan dipenuhi jika didukung pembiayaanpendidikanyangmemadai.Pembiayaankebutuhansekolahtidak mungkin disediakan sekolah sendiri. Dukunganpemerintah pusat, pemerintah daerah melalui pendanaanpendidikan sangat diharapkan pemberian subsidi terhadapsekolah, pemberian pembiayaan PRODIRA dan lainnya.Disamping itu, perlu diperhatikan peningkatan partisipasimasyarakatkontekpembiayaanpendidikan,yaknibersumberdarinilailuhurmasyarakatGorontaloterkenaldenganbudayahuyula (gotong royong) sebagai karakter kolektif tertanamdanterpatridalamdirimasyarakat.PemerintahPusatdenganprogramwajibbelajar12tahun,didukungkebijakanpemerintahprovinsiGorontalodenganpembiayaanPRODIRA.

Menjaga akselarasi, peningkatan kesejahteraan guruperlu menggerakkan potensi pembiayaan dari masyarakatGorontaloyangsangatbesar,karenakemampuanpemerintahterbatas.Untukmenggerakkandanmeningkatkanpartisipasimasyarakat dan orang tua siswa di Provinsi Gorontalodipandang perlu melakukan terobosan melalui pendekatanbudaya (cultural approach), yang selama ini dikenal denganbudayaGotongRoyongyangsudahterpatridalamdiridalamjiwa masyarakat. Makanya dalam kegiatan penelitian inidikembangkan model peningkatan partisipasi masyarakatdalam pembiayaan pendidikan sebagai bentuk kesadaran(awardness), maupun aktualisasi (actualization) dari nilai-nilaikulturalmasyarakatGorontalo.Adapunbentukataupolapengembangan model peningkatan partisipasi masyarakat

Page 266: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

252 Analisis Kebijakan Pendidikan

dalampembiayaanpendidikandijelaskandalamgambar 10.4dibawahini.

Gambar 10.4. Diagram Alir Model Efektivitas Kebijakan PRODIRAdalam Konteks Pembiayaan Pendidikan

D. HasildanPembahasanDeskripsi data efektivitas kebijakan PRODIRA dan

peningkatan partisipasi orang tua danmasyarakat konteks budayahuyula dalam pembiayaan pendidikan, diperoleh gambaranpartisipasiorangtuadanmasyarakatkonteksbudayahuyuladalampembiayaan pendidikan skor tertinggi (maksimum) = 137, skorterendah(minimum)=41,rata-rataskor(mean)=80,93,persentaseperbandingan rata-rata skor dengan skor maksimum = 80,93/137x 100 =59,07%, nilai yang seringmuncul pada jawaban responden(modus) = 93, nilai tengahmya (median) = 81, varian sampel =

Page 267: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 253

375,908, simpanganbaku (standardeviasi) = 19,38dan range=96.Data frekuensiabsolutepartisipasiorang tuasiswadanmasyarakatkonteks budaya huyula dalam pembiayaan pendidikan di ProvinsiGorontalomenunjukkan 28 (24,1%) responden yang berada dalamkelompok rata-rata, 27 (23,3%) berada di atas rata-rata, dan 23(19,8%) di bawah rata-rata. Penyebaran distribusi skor variabelpeningkatan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat konteksbudaya huyula dalam pembiayaan pendidikan dapat ditampilkansepertipadagambar10.5dibawahini.

Gambar 10.5. HistogramSkorPeningkatanPartisipasiOrangTuaSiswadan Masyarakat Konteks Budaya Huyula dalam PembiayaanPendidikan

Mendapatkan pemahaman yang mendalam darideskripsidatavariabelpeningkatanpartisipasiorangtuasiswadan masyarakat konteks budaya huyula dalam pembi-ayaanpendidikandapatdilihatdarikecendrunganjawabanrespondendari berbagai indikator, antara lain: a) mensika-pikebijakanPRODIRA,b)kesadaranpembiayaantanggung jawabbersama,c)tolongmenolongjadibudayamasyarakat (local wisdom), d) keaktifanberpartisipasi.

Page 268: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

254 Analisis Kebijakan Pendidikan

Partisipasiorangtuasiswadanmasyarakatdalamkonteksbudaya huyula dalam pembiayaan pendidikan dilihat darisikap masyarakat terhadap kebijakan PRODIRA merupakangambaran sikap masyarakat terhadap kebijakan PRODIRAyang wakili oleh kepala sekolah, guru, bendaharawan danorang tua siswa atau pengurus komite sekolah dapat dilihatdalam tabel 5.3 di bawah ini. Berdasarkananalisisskordatadi atas dapat diperoleh persentase skor perilaku tolongmenolongmasyarakatdanorangtuasiswadalampembiayaanpendidikanadalah54,38%,berartiberadapadakategorikurangbaik..Terjadinya degradasi perilaku tolong-menolong olehmasyarakatdanorangtuasiswadalampembiayaanpendidikanmenurutsalahseorangGuruSMANegeri 3KotaGorontalo,disampaikanbahwaorangtuasiswayangberhimpundalamkomitesekolahdalamperencanaanpembiayaansekolahtidaklagi memaparkan program untuk penetapan besarnya biayapendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua siswa,sehingga tertanam persepsi semua biaya sudah disediakanpemerintahuntukapalagisumbanganataupartisipasi(RDWG/TM/2017).

Penurunan perilaku tolong menolong oleh masyarakatdan orang tua siswa juga diperkuat oleh pernyataan gurudi SMA Negeri 1 Kota Gorontalo yang menyatakan: “Jikasekolah menghimpun bantuan/sumbangan mengadakankegiatan atau program yang tidak ada pembiayaannya diPRODIRA, tidak berapa lama, sekolah sudah dilaporkan keDinas Pendidikan Kabupaten, supaya tidak cari masalah,makakamihanyamengadakankegiatanjikaadaanggarannyadi PRODIRA, takut meminta bantuan ke masyarakat nantidianggappungutanliar(RDWG/TM/2017).”

Ancaman pungutan liar (pungli) oleh sekolah daninstansi terkait menjadi andalan bagi orang tua siswa danmasyarakatuntuktidakberpartisipasi,seakan-akankebutuhanpembiayaansekolahsudahterpenuhisemuanyadengandana

Page 269: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 255

PRODIRA dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). SepertiterlihatdarispandukyangmenghiasidisemuaSMA,SMKdanMAdiantaranyayangterpajangdiSMANegeri1KotaGorontalobawahini.

Gambar 10.6 Spanduk yang dipajang di SMA Negeri 1 KotaGorontalo

Partisipasi masyarakat konteks budaya huyuladalam pembiayaan pendidikan bisa dlihat dari aktivitasdan keaktifanorang tua siswadanmasyarakat berpartisipasidalampembiayaanpendidikan,baiksecaramorilmaupunmateril misalnya bermusyawarah, mencari sponsor, urungrembuk, gotong royong, sumbangan dan lainnya. Keaktifanmasyarakat berpartisipasi dalam pembiayaan pendidikandilakukan analisis pandangan informan diperolehpersentaseskor51,45%berartiberadapadakategorikurang Baik. Hal inidiungkapkansalah seoranggurudi SMANegeri 1Kwandang,antara lain:

Partisipasi orang tua siswa danmasyarakat di sekolah tinggi,berkenaan dengan pengawasan dana PRODIRA atau pundana BOS, tapi kalau inisiatif untuk aktif memikirkan ataumembantusekolahmenjadisekolahungguldenganmenyediakan

Page 270: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

256 Analisis Kebijakan Pendidikan

berbagai fasilitas yang mendukung atau mencarikan sponsoryang bisa membantu sekolah kelihatan belum tumbuhdengan baik (RDWG/KB/2017).

DisampingitusalahseorangguruSMKNegeri1MarisaZKmenyatakan:

Keaktifan masyarakat dan orang tua siswa mengalamipenurunan dengan adanya kebijakan PRODIRA, rapat yangdiundangkepala sekolah dan ketua komite seringkali orangtua atauwali orang tua tidakhadir dengan alasan ada acaradi tempat lain, sibuk, dan sering diwakili oleh orang lain(RDWG/KB/2017).

Rekapitulasi data kuantitatif tentang partisipasi orangtua siswa dan masyarakat konteks budaya huyula dalampembiayaan pendidikan di Provinsi Gorontalo di analisismenggunakanmetodekuantitatifdankualitatif,sebagaimanadijelaskandalamtabel10.7dibawahini.

Tabel 10.7 Rekapitulasi Hasil Skor Partisipasi Orang Tua Siswa danMasyarakatKonteksBudayaHuyuladalamPembiayaanPendidikan

Page 271: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 257

Berdasarkan tabel 10.7di atasdapatdiketahui bahwaresponden menyatakan bahwa partisipasi masyarakatdan orang tua siswa konteks huyula dalam pembiayaanpendidikan berdasarkan skala penilaian maka tergolongdalam kondisi kurang baik dengan perolehan skor rata-rata57,59. Dengan demikian masih diperlukan peningkatanpartisipasi masyarakat sebagai konsekuensi tanggungjawabbersama terhadap pendidikan antara pemerintah danmasyarakat serta orang tua. Untuk itu, penelitian ini perlumelahirkan rekomendasi pentingnya Pemerintah ProvinsiGorontalo melakukan rekayasa sosial dengan menggerakanpotensi pembiayaan pendidikan dari orang tua siswa danmasyarakat.Darirealitasdilapangan,penelitianinilebihlanjutmelakukan model pengembangan partisipasi masyarakatdenganmenggenjotawardness danpendekatankulturalyaknibudayaHuyulayangsejakdulutertanamdalamdirimasyarakatGorontalo.

Implementasisebuahkebijakandimasyarakatatauorangtua siswa, sudah tentu disikapi dengan pemahaman yangberbeda,adayangprodanadayangkontra.KarenamenurutThurstone sikap itu sebagai bentuk derajat efek positif danefek negatif terhadap suatu objek psikologis (Edwards III,1980dalamElisadanWrastari, 2013). Tidak terkecuali sikapmasyarakatdanorangtuasiswaterhadakebijakanPRODIRAyang dilaksanakan pemerintah Provinsi Gorontalo. Sikapmasyarakat dan orang tua siswa bisa berbeda-beda. Hal itumerupakan kondisi alamiah yang terjadi terhadap suatukebijakan yang dihadirkan pemerintah atau pejabat yangmemiliki kewenangan. Menurut Saragih, S. (2006:4) sikapmasyarakat atau orang tua siswa itu merupakan suatukecenderungan dari orang per orang untuk menerima ataumenolaksesuatu,konsep,ataukumpulanideolehpemerintahataupihak-pihakyangmemilikikewenangandalammembuatkebijakan.

Page 272: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

258 Analisis Kebijakan Pendidikan

Sarwono (2002) dalam Hakim, AM. (2014;4) jugamencermaticirikhasdarisikapadalahterhadapobjektertentu(orang,perilaku,konsep,situasi,danbenda)danmengandungpenilaiansetuju-tidaksetujuatausuka-tidaksuka.Perbedaanterletak pada proses selanjutnya dan penerapan konseptentangsikap,sertamengenaiprosesterjadinyasebagianbesarahli berpendapat bahwa sikapadalah sesuatuyangdipelajari(bukan bawaan). Oleh karena itu, sikap dapat dibentuk,dikembangkan, dipengaruhi, dan diubah. Sikap berbedadengansifatkarenasifatmerupakanbawaanyangsulit untukdiubah.

TerkaitdengankebijakanPRODIRAyangdilaksanakanPemerintah Provinsi Gorontalo, faktanya menunjukkanbahwamasyarakat dan orang tua siswamenyikapi kebijakanPRODIRAberadapadaangka73,74%ataukategoribaik.Tentuinimemberikanpesanbahwaorangtuasiswadanmasyarakatmenerimakebijakandanmemilikiimplikasidalamkehidupanmasyarakat. Karena sikap orang tua siswa dan masyarakatmenerima itu sangatmenentukan perilakumereka dan jugasangat mempengaruhi tanggapannya terhadap turunanmasalah-masalahdarikebijakanPRODIRAtersebut.

Sejalan dengan temuan penelitian Arfan Arsyad(2016;1197) menjelaskan bahwa kebijakan PRODIRA perludukungan warga dengan meningkatkan sikap positif kepalasekolah, orang tua siswa dalam menerima PRODIRA akanmampumemberikan pemahaman yang komprehensif untukrasa aman bagi kepala sekolah dalam menyelenggarakanmanajemen PRODIRA di sekolah. Rasa aman, mendorongkepalasekolahmenerimadenganbaikdanaPRODIRAtersebut,rasa aman itu juga didukung dari kejelasan pengelolaananggaransehingga tidakberpeluangmenimbulkanpersoalanhukumdikemudianharibagipihak-pihakyangmengelolanya.

Diatassudahdijelaskanbahwasikapmasyarakatdanorangtua siswa terhadap kebijakan PRODIRA berada pada kategori

Page 273: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 259

Baik. Semestinya diikuti dengan perilaku berupa kesadaranmasyarakatdanorangtuadalampembiayaanpendidikansebagaitanggungjawab bersama. Menurut Mas S.R (2013;186) sebagaiamanat dari pasal 46 Undang-undang SPN menyebutkan: (a)pebiayaan pendidikanmenjadi tanggung jawab bersama antaramasyarakat, pemerintah, pemerintah daerah (b) pemerintah,pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawabmenyediakan anggaran pendidikan Juga dilandasai perangkathukumtertinggipasal31ayat (4)UUD1945.Namunrealitasnyakesadaran orang tua siswa dan masyarakat dalam pembiayaanpendidikan masih belum sesuai dengan harapan yakni sebesar50,49% yang berarti berada pada kategori Kurang Baik. Faktaini sejalan dengan pandangan yang menjelaskan bahwa terdapat spekulasi jika sikap seseorang terhadap suatu haldapat diketahui, tindakan yang dapat dilakukannya dapatdiduga. Namun, dalam hal ini tidak tertutup kemungkinanbahwa tindakanyangdilakukanseseorangakan tidaksejalandengansikapnya.Olehkarenaitu,munculkeraguanterhadapkonsistensi hubungan antara sikap dan perilaku seseorang(HakimAM,2014).

Dari ulasan di atas, bisa dimaknai bahwa sikappositif danmerasa terbantu dari kebijakan PRODIRA tidakselamanya linear dengan kesadaran yang tinggi terhadappartisipasi dalam pembiayaan pendidikan. Misalnya tidakdiikuti dengan kemauan dan kesadaran berpartisipasidalam pembiayaan pendidikan yang sudah digelorakan olehpemerintah baik pusat maupun daerah. Hal ini terbuktidari riset yangdilakukan ini sikap positif dan baik terhadapkebijakan PRODIRA belum seirama dengan peningkatankesadaran (awardness) masyarakat berpartisipasi dalampembiayaan pendidikan. Mestinya peran serta masyarakatmelalui kesadaran sangatdibutuhkan,tapisangattergantungpada kemampuan Negara, pemerintah daerah dan persepsiyangterbangundalammasyarakatdanorangtuasiswatentang

Page 274: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

260 Analisis Kebijakan Pendidikan

peran Negara dan pemerintah daerah dalam pembiayaanpendidikan.JikakemampuanNegaradanpemerintahdaerahdipandangbisamemenuhiseluruhkebutuhandalamlayananpendidikan akan menentukan seberapa besar partisipasidan kesadaran masyarakat diperlukan dalam mendanaiprogram-program tersebut. Persepsi tentang peran Negaradanpemerintahdaerahsangatmenentukantingkatkesadarandan komitmen masyarakat untuk berpartisipasi dalampembiayaanpendidikan.(Aulia,S.2013:206).

Hal ini juga sejalan dengan pendapat Arfan Arsyadselaku mantan Kepala Dinas DIKPORA Provinsi Gorontalomenyatakan bahwa sudah diduga akan terjadi penurunankesadaran berpartisipasi karena masyarakat umumnyamemandangsemuabiayapendidikanitusudahterpenuhiolehpemerintah pusat maupun daerah. Apalagi disetiap sekolahsudah dipajang spanduk larangan melakukan pungutan.Padahal berbeda pemahamannya antara pungutan dankesadaran berpartisipasi. Tapi bagi masyarakat memberikansesuatu ke sekolah bisa dikategorikan pungutan. Padahaltidak, jikadengankesadarandantidakadakaitannyadenganmempengaruhi atau mengarahkan kebijakan sekolah padahal-hal tertentu itulah yang dikenal dengan kesadaranberpartisipasi.(Wawancara,Selasa,17Oktober2017).

Semua fenomena di atas menjadi daya dorong terjadipenururan kesadaran orang tua siswa dan masyarakat untukberpartisipasi kalau sudah dibiayai seluruhnya untuk apa lagibiayadariorangtuasiswadanmasyarakatbisaberpotensimenjadipungutan liar (pungli) oleh aparat sekolah. Tolong menolongdikalanganmasyarakatGorontalomerupakanbudayayangsudahturun-temurundiwariskandanmenjaditradisimasyarakat(local wisdom).BudayaitudikenaldenganistilahbudayaHuyula, atau budayasalingmembantu,tolongmenolong(AnnasdanWahyuni,2015:1). Budaya Huyula merupakan bagian dari tiga belas jenistatananbudayamasyarakatGorontalo,yaknihuulunga, huuyula,

Page 275: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 261

hiimbunga, tiaya, dembulo, duuluhu, deepita, tilmoa, heelya, baayawa, bubaya, hiyo dan antu (Lamusu,2011:1).Budayatolong-menolong menjadi kepribadian masyarakat Gorontalo yangdibina secara turun temuru,mulai dari perjuanganmenentangkolonialisme, dan mempertahankan kemerdekaan sampaisekarang(Yunus,R.2016:70).

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunannilai-nilai tolong-menolong yang dilakukan masyarakat danorang tua siswa terutama dalam pembiayaan pendidikanyaknimencapaiangka54,38%atauberadapadakategoriKurangBaik.Kecendrunganpenuruan ini tentu tidak sejalandengansistemtolongmenolongyangsudah terpatriselama ini,baikantara anggota masyarakat untuk memenuhi kepentingandan kebutuhan bersama yang didasarkan pada solidaritassosialmelalui ikatantetanggadankerabatdalammasyarakatGorontalo.PenelitimenyaksikansendiritingginyarasatolongmenolongwargaGorontalosaatmemberikanbantuanGempabagimasyarakatSumateraBarat30September2009,seminggusetalah kejadian, peneliti menyampaikan ke Wakil Rektor I Universitas Negeri Gorontalo sebagai ungkapan rasa empatikepadakorbangempadiRanahMinang.Makaperludirancangkegiatanmalamamal.DalampikirankamiwaktuitutidakakanmamputerkumpuldanasebanyakRp125juta.Sebuahprestasidan semangat gotong royong yang begitu dahsyat dalambentukspontandarimasyarakat.Mestinyasekolah, jugabisamenggerakkanpotensiorangtuasiswadanmasyarakatdalammendukungpembiayaanmenujupendidikanyangberkualitas,setiap tahunnya dilakukan malam amal melibatkan seluruhstakeholdersekolahdantokohmasyarakatdisekitarsekolah.

Ironinya saat ini terjadi penurunan semangat gotongroyongdan perilaku salingmembantu di tengahmasyarakatGorontalo, tetapi juga melanda semua daerah di Indonesia.DinamikazamanglobalisasimerubahcarapandangmasyarakatIndonesiasedikitdemi sedikitmengalami perubahan sebagai

Page 276: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

262 Analisis Kebijakan Pendidikan

akibatdarimodernisasi. Jadi,tidaklahmengherankanapabiladi berbagai kota-kota besar nilai-nilai kesetiakawanan,pengabdian dan tolong-menolong mengalami penurunansehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan dirisendiridanrasaindividualisyangmenonjol.(Arif,A.2010).

Praktik pendidikan masyarakat dan orang tua yangsemakin tidak peduli (no care) dengan pembiayaanpendidikankarenasejakbeberapatahunbelakanganinigencarsekali kampanye pendidikan gratis. Masyarakat dan orangtua merasa nyaman dengan pendidikan gratis yang dibuatpemerintah,khususnyadisekolahnegeri,termasukkebijakanKartu Indonesia Pintar (KIP) jugamendorong siswa nyamanterfasilitasitanpaterkendalabiaya.UntukprovinsiGorontalokekurangan dana pendidikan dari pemerintah pusat dibantulagimelaluipembiayaankebijakanPRODIRA.SehinggaLP2GProvinsi Gorontalo menilai begitu nikmat dana PRODIRAdaerah(LP2G,16Juli2012).

Efeknya pada orang tua siswa dan masyarakat denganadanya pendidikan gratis, kebijakan PRODIRA, dan KartuIndonesiaPintar(KIP)padaprinsipnyasangatmenguntungkansiswa dan orang tua siswa. Namun, sekolah kebijakanpendidikan gratis ini membuat guru-guru yang potensialsulit berinovasi untuk meningkatkan kualitas muridnya.Karenaketikamerekainginmenyelenggarakanekstrakurikulerolahraga, kesenian, matematika, dan IPA tentu memerlukanpembiayaan tambahan. Padahal dengan dana BOS, KIP,PRODIRA, pendidikan gratis lainnya jika dikalkulasikanseluruhnya belum mencukupi untuk mencapai pembiayaanmenuju pendidikan berkualitas. Kebijakan itu semua barupadataraf pemerataan layanan pendidikan,denganorientasisemuaanakusia sekolah bisa terlayani, tanpa ada pungutankepada siswa, orang tua siswa dan masyarakat. Jadi sekolahyangmemiliki inisiatifmemajukandanmeningkatkanmutupendidikan di sekolahnya, belum cukup dengan dana yang

Page 277: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 263

ada, sementarasekolahdilarangkerasmenerimapembiayaanpendidikandari orang tua siswayang berpotensimelakukanpungutan liar, akibatnya bisa berakhir tindakan pidana(penjara).

Dengan kebijakan pendidikan gratis menyebabkansekolah sulit melakukan pengembangan. Baik dalam bentukmemperbaiki atau membangun fasilitas penunjang sekolahuntukmeningkatkanpelayananmenujusekolahunggul,karenadananya tidak tersedia. Jika guru dan kepala sekolahmemintabantuandanadariorangtuasiswa,ataumasyarakatbiasanyaakanada pihak yang melaporkan guru dan kepala sekolah tersebutkepadaatasannyaataupihakberwajib(kepolisian).Akibatnya,guru atau kepala sekolah mendapatkan sanksi. Dari padamendapatkansanksi,makaguruyangpotensialdankepalasekolahyangkreatiflebihbanyakmemilihpasifdalampengembangandanpeningkatan kualitas sekolah. Efeknya,kualitaspendidikandansiswa,khususnyadisekolahnegeri,mulaimenurun,yangpentinglaksanakankewajibansesuaitugas.

Jika dikaji lebih mendalam, efek dari pendidikangratis itu, telahmengurangi penerapan pendidikan karakter,yaitu sikapgotong royong dan tolong menolong di sekolah,baik oleh siswa maupun orang tua siswa dan masyarakat.Padahalbanyakorangtuasiswayang inginmembantusekolahuntuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini tentudiberikan ruang dan kesempatan oleh pemerintah bahkanmenganjurkan orang tua berpartisipasi membantu pendanaan pendidikan. Namun, selama ini budaya gotongroyong dan tolong-menolong hampir punah (HarianRepublika, Ahad 7 Februari 2017).Hal ini juga terjadi akibatkebiaasanmasyarakat Indonesialebihsukamemposisikandirisebagaiyangditolong bukan yang menolong sehingga tidakterjadibudayatolong-menolongdisekolah.Mentalitassepertiini sebenarnyasangat berbahayauntuk Indonesiapadamasadepan.

Page 278: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

264 Analisis Kebijakan Pendidikan

Dampak menurunnya kualitas ini di sekolah-sekolahnegeriyangmengandalkan biayadari pemerintahpusatdandaerah. Turunannya banyakk orang tua siswa yang mampusecara ekonomi lebih memilih menyekolahkan anaknya disekolahswastawalaupunberbayar.Halinisebenarnyamenjadimasalah besar bagi sekolah negeri ini.ika sekolah negericenderungtidakbermutu,pemerataanpendidikanberkualitassulitdiwujudkankarenasekolahnegerisebagaiujungtombakpendidikantidakbisamemberikanpendidikanberkualitas.

Disisi lainnya masalah penerapan pendidikan karaktersiswa dan orang tua siswa tidak terbangun dengan baikHal ini terjadi, karena pendidikan gratis melarang sekolahmeminta bantuan dana dari orang tua siswa. Kalau sekolahmelakukannya, terkenasanksi.Adasebuahkejadian,seorangkepala sekolah diberi hukuman atasannya dengan menjadigurukembali.Atasannyaitumendapatlaporandariorangtuasiswabahwasangkepalasekolahmemintasumbanganuntukmembangunmushalasekolah.Kejadianserupadalambentukyang lainbanyak terjadi semenjakditerapkannyapendidikangratisataularangansekolahmelakukanpungutanliar(Pungli).

Untuk menggerakkan semangat gotong royong,tolong-menolong dalam pembiayaan pendidikan. Kitamengapresiasi kebijakan Kemendikbud memahamipentingnya partisipasi masyaakat dalam pembiayaanpendidikan. Kemendikbud menerbitkan PeraturanMenteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)Nomor75Tahun2016tentangKomiteSekolahyangmengaturbatas-bataspenggalangandanayangboleh dilakukan KomiteSekolah. Penggalangan dana tersebut ditujukan untukmendukungpeningkatanmutulayananpendidikandisekolahdengan azas gotong royong. Dalam Permendikbud tersebut,Komite Sekolah diperbolehkan melakukan penggalangandana berupa Bantuan Pendidikan, Sumbangan Pendidikan

Page 279: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 265

dan bukan Pungutan. Pasal 10 ayat (1) dijelaskan bahwaKomite Sekolah melakukan penggalangan dana dan sumberdaya pendidikan lainnya untuk melaksanakan fungsinyadalammemberikan dukungan tenaga, sarana dan prasarana,serta pengawasan pendidikan. Kemudian pada pasal 10ayat (2) disebutkan bahwa penggalangan dana dan sumberdayapendidikan lainnyasebagaimanadimaksudpadaayat(1)berbentukbantuandan/atausumbangan.

Selamainibantuandaridanolehmasyarakatatauorangtuasiswadipandangsebagaipungutan.Padahaljelasberbedaantarabantuandanpungutan.DalamPermendikbudNomor75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah sudah dijelaskanbedaannya,bantuan pendidikan adalah pemberian berupauang/barang/jasa oleh pemangku kepentingan satuanpendidikandi luar pesertadidik/orang tua/walinya,dengansyarat yang disepakati para pihak. Sumbangan Pendidikanadalahpemberianberupauang/barang/ jasa/olehorangtua/wali , peserta didik, baik perseorangan maupun bersama-sama,masyarakat/lembaga secara ikhlas dan tidakmengikatsatuan pendidikan. Kemudian Pungutan Pendidikan adalahpenarikan uang oleh sekolah kepada orang tua/wali, pesertadidik, yangbersifatwajib,mengikat,serta jumlahdan jangkawaktupemungutannyaditentukan(DeslianaMaulipaksi,2017)

Denganpenjelasandiatassekolah,orangtuasiswadanmasyatakatbisamembedakandenganbijakmanasumbangandalambentukpartisipasi,danpungutanyangtidakdibolehkan.Pemerintah tentu mengizinkan dan menganjurkan orangtua dan masyarakat berpartisipasi membantu pendanaanpendidikan.Namun,selamainibudayagotongroyong,tolong-menolong hampir punah di masyarakat akibat kampanyependidikan gratis yang berlebihan melampaui maknadan kemampuan pemerintah dalam memenuhi standar pembiayaan pendidikan maksimum untuk mutu terbaiksesuai dengan harapan stakeholder pendidikan. Marhawati

Page 280: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

266 Analisis Kebijakan Pendidikan

(2016) merekomendasikan kiranya nilai-nilai budaya Huyulayang sudah menjadi nilai kolektif masyarakat Gorontalomenjadidasarbagiparakepalasekolahuntukmemaksimalkandukungan dan partisipasi orang tua siswa dan masyarakat,meningkatkan jiwa tolong menolong sesama warga dalammemenuhi pembiayaan pendidikan menuju pendidikanyang berkualitas baik. Ada delapan jenis kegiatan Huyulayang bisadilakukandiantaranya:Ambu (mengumpul);Ti’ayo (memanggil tiba-tiba); Timo’a (mengumpul dalam bentukmateri); Hileiya (memindahkan); Dembulo (menutup);Duluhu (jalan dipinggiran); Hulunga (ramai-ramai); danHimbunga (memulai sesuatu yang baru). Kegiatan-kegiatanhuyula ini menjadipemantik munculnya kesadaran kolektif,dan meningkatnya partisipasi warga dalam membantusekolah membiayai kebutuhan yang diperlukan untukmelakukaninovasi,kreativitasdanpembaharuanlainnyagunameningkatkan prestasi dan reputasi sekolah. Kepala sekolahmemilikiperanstrategismenggenjotbudayatolongmenolongterpatridenganbaikdihatiwargasekolah,orangtuasiswadanmasyarakat untuk mendapatkandukunganpartisipasidalampembiayaanpendidikan.

Daripenelitianinididapatkanfaktabahwakeaktifanmasyarakat dan orang tua siswa berpartisipasi dalampembiayaan pendidikan sebesar 51, 45% berarti berada padakategoriKurangBaik.Kondisiinimenjadikeprihatinansemuapihak, rendahnya keaktifan partisipasi yang ditampilkanmasyarakatdanorangtuasiswadalampembiayaanpendidikanmenjadi lonceng mundurnya dunia pendidikan kita. Untukitu, harus dicarikan model yang cocok dengan kondisi dannilai-nilaiyangadadipegangteguhmasyarakatyangdisekitarsekolah guna menggenjot partisipasi dalam pembiayaanpendidikan.Adabeberapacontohsekolah-sekolahyangsuksesmeningkatkan partisipasi masyarakat dan orang tua dalampembelajaranmaupunpembiayaanpendidikandisekolah.

Page 281: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 267

Misalnya,gagasanpembiayaanpendidikanseikhlasnyayangdigagas Ridwan Hasan Saputra (2017;1). Konsepsi pembiayaan pendidikan seikhlasnya dalam rangka meningkatkanpartisipasi dan gotong royong dari masyarakat dalampembiayaan pendidikan. Gagasan ini sebagai sebuah solusialternatifdalammenghadapipolemikpembiayaanpendidikandiIndonesia.Selamainisetiapsumbanganataupartisipasiolehmasyarakatdanorangtuasiswaseringkalidipandangsebagaipungutan liar (pungli). Untuk menghindari dari stigmapungliitu,makagagasanpembiayaanpendidikanseikhlasnyamenjadi sebuah tawaran terbaik baikmasyarakatdanorangtua siswa. Dimana sekolah mempersilakan semua pesertadidik memberikan sumbangan pendidikan kepada sekolah/lembaga sesuai kemampuan dan keikhlasannya. Bagi yangtidakmampu, sesuai aturan berlaku, jika tidakmemberikansumbangan pun tidak masalah (gratis). Dengan sistem ini,semuamasih tetapbisabersekolahdanorang tuayang inginmembantu sekolah masih tetap terfasilitasi. Sumbanganorang tua bisa digunakan membantu ekstrakurikuler danpengembanganfasilitaspenunjangsekolah.Bagisekolahyangmempunyaidanasumbanganberlebih,bisamembantusekolahlainyangmasihkekurangankarenaminimnyasumbangandariorang tua. Pengelolaandana ini bisadiatur Komite Sekolahdan Dewan Pendidikan kota/ kabupaten untuk level yanglebihtinggi.AnggotaKomiteSekolahdanDewanPendidikanadalahorang-orangyangsudahselesaidengandirinyasendiri.Dengandemikian,peluangkorupsidanpenyelewenganlainnyabisa dihindari. Pendidikan seikhlasnya menumbuhkankesadaran masyarakat pendidikan tidak hanya kewajibanpemerintah, tetapi juga kebutuhan masyarakat. Kesadaranini bisa menumbuhkan budaya gotong royong dan tolong-menolong yang bisamendatangkan keberkahan dalam bentukrezeki yang tidakdisangka-sangka. Keberkahan ini yang sudahmulaidilupakanguru,orang tua siswa, bahkanparapengambil

Page 282: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

268 Analisis Kebijakan Pendidikan

kebijakandalampendidikan.Keberkahaninibisamenghindarkanpeserta didik dari kenakalan remaja saat ini, seperti tawuranataupun narkoba. Bahkan, keberkahan ini bisa menghasilkanpesertadidikyangberkualitasdalamberbagaibidang.

Disamping itu, kita bisa mengambil contoh terbaik (best practice) yangdilakukan SMANegeri BaliMandaradi KecamatanKubutambahan,Singaraja,KabupatenBuleleng,Baliyangsiswanya100% berasal dari keluarga miskin mampu menggali dukunganorangtuasiswadanmasyarakatsekitarnyadalammemenuhibiayapendidikan. SMANegeri BaliMandarayangdidirikanPemerintahProvinsiBalibekerjasamadenganSampoernaAcademymerupakansalahsatudari21sekolahdiIndonesiayangmemperolehperhatiandari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, KementerianPendidikandan kebudayaan. Karena telahmelaksanakanprogramketerlibatan keluarga dalam proses pembelajaran, menggenjotpartisipasi orang tua, para pejabat, pengusaha, atau tokohmasyarakatuntukmemberikanmotivasipadapesertadidiksekaligusmenghimpundanabagikebutuhansekolah.Melaluikelasinspirasi,pesertadidikdapat memperkaya wawasan dan pengetahuanuntukmenjadibekaldimasamendatang. Sekaligussekolahdapatdonasidaritokoh-tokohyangdiundang,karenasudahmelihatdan merasakan kedekatannya dengan sekolah tersebut. Sehinggasetiap tokohyangdijadikanmodel inspirasi, jugamenjadidonatormembantu sekolah. Tentu pola ini perlu dilakukan oleh banyaksekolah,agar sekolah tidakhanyamengandalkanpembiayaandaripemerintah pusat maupun daerah semata dalam memberikanlayananpendidikanyangberkualitas.Daribestpracticeinikitayakinmasyarakatdanorang tua siswa bisadigenjot partisipasnyadalampembiayaanpendidikan.

Efektivitas Kebijakan PRODIRA kontribusinyaterhadap peningkatan partisipasi masyarakat konteksbudaya huyula dalam pembiayaan pendidikan. Setelahdilakukan uji hipotesis didapatkan data bahwa hubunganX terhadap Y tidak signifikan, artinya efektivitas kebijakan

Page 283: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 269

PRODIRA tidak memberikan kontribusi terhadappeningkatan partisipasi masyarakat konteks budaya huyuladalam pembiayaan pendidikan. Semakin banyak anggaranBOS, PRODIRA, pendidikan gratis lainnya yang disiapkanpemerintah membuat stigma pembiayaan pendidikansudah ditanggung semuanya oleh pemerintah semakintinggi. Sehinggamemunculkan pemahaman dan pandangandan berdampak pada ketidakpedulian orang tua siswadan masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan. Untukaspek lainnyamemangefektivitaskebijakanPRODIRAsudahmemberikan kontribusi, seperti dijelaskan Arfan Arsyad(2016;1194)bahwaefektivitasPRODIRAmemberikanpengaruhlangsung positif terhadap kinerja sekolah, karena diketahuiPRODIRA berorientasi pada penyediaan sumber dayapendidikan seperti hibah dana operasional, pembelajaran,pembinaan ketenagaan, pembinaan kesiswaan, hibah RKB,dan manajemen. Kontribusi PRODIRA itu, jika didukungdenganpartisipasimasyarakatdalampembiayaanpendidikantentu hasilnya akan lebih akselaratif memajukan danmeningkatkan mutu pendiidkan., termasuk meningkatkankinerja pendidikan Provinsi Gorontalo dilihat dari IndekPembangunan Manusia (IPM), Indek Pengetahuan, AngkaPartisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM),menunjukkan kenaikanyang signifikan kondisi sekolah baiksemakin banyak. Karena potensi pembiayaan pendidikandari masyarakat sangat besar. Disamping itu anggaran yangdisediakan pemerintah, dan pemerintah daerah terbatas,belum cukup menuju pendidikan yang berkualitas.Berdasarkan perhi tungan kebutuhan pendidikanmenengah, biaya operasional non personalia per siswa pertahun mencapaiRp3 juta (BillyAntoro,2015).Namun,kini,pemerintah hanyabisamenyediakanRp1,4jutapersiswapertahunyangdisediakanmelalui Bantuan Operasional Sekolah(BOS),sepertiyangdijelaskandalamtabel10.8dibawahini.

Page 284: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

270 Analisis Kebijakan Pendidikan

Tabel 10.8 Trend Kenaikan Dana BOS dari tahun 2012-2017Jenjang

Pendidikan 2012 2013 2014 2015 2016 2017

SD/MI Rp. 580.000 Rp. 580.000 Rp. 580.000 Rp. 800.000 Rp. 800.000 Rp. 800.000

SMP/MTS Rp. 710.000 Rp. 710.000 Rp. 710.000 Rp.1.000.000 Rp. 1.000.000 Rp.1.000.000

SMA/MA/SMK Rp. 770.000 Rp. 770.000 Rp. 1.000.000 Rp.1.200.000 Rp. 1.400.000 Rp.1.400.000

Sumber: Analisis Peneliti dari berbagai sumber, 2017

Berdasarkan tabel 10.8 di atas, terlihat masih terdapatdisparitasbiayayangdibutuhkandenganyangtersediamasihjomplang.Khususpembiayaanpendidikanpadajenjangsekolahmenengahatasdansederajatlainnya.DanaBOSyangdiberikantidaktersediauntuksemuasekolah,masihterkendaladengankebijakan Wajib Belajar 9 Tahun sampai tahun 2015. Jadisebelumnyapembiaayanoperasional sekolahdari BOS hanyadiberikan pada sekolah-sekolah tertentu sebagai bentukkebijakan Rintisan-BOS. Di Provinsi Gorontalo sejak tahun2012 sudah dilaksanakan pendidikan gratis pada jenjangpendidikan Sekolah Menengah Atas dan sederajat lainnyadenganlabelPRODIRAyangmembantubiayanonoperasionalsekolah, AnggaranyangdigelontarkanbersumberdariAPBD.Namunjumlahtetapbelummemadaisesuaikebutuhan idealbiayapendidikandiSMA/SMKdanMAsebesar3jutapersiswa.JikadikumpulkandanaBOS,PRODIRAdanPendidikanGratislainnyauntuksiswadiSMA, SMKdanMAdipandangbelummemenuhi kebutuhan pembiayaan pendidikand di sekolahmenjadi sekolah berkualitas baik. Karena jikadibandingkandengannegaraFinlandia,menurutSuwarna,Budi (2017)Bedajauhsekali konseppendidikangratisyangdicananangkan diIndonesia. Pemerintah Finlandia melaksanakan pendidikangratis denganpembiayaannyamaksimal,dimanapemerintahmenyediakan anggaran 5.200 uero atau sekitar Rp. 70 jutaper siswa per tahun Artinya setiap tahun ada 52.000murid,anggaran yang disediakan pemerintah mencapai Rp. 3,64

Page 285: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 271

triliunper tahun (dalamKompas, Senin 19November 2007).Di Indonesia bantuan pemerintah pusat dan pemerintahdaerah jikadigabungkandalamwaktubersamaandiberikan,masih jauh dari apa yang menjadi kebutuhan sekolah. Jadipemerintahmemberikanruangdankesempatanbagisekolahmenghimpun dan menerima sumbangan atau bantuan darimasyarakat, sangat diharapkandan perlu diorganisir dengansehingga tidak masuk kategori pungutan liar (pungli) yangbisaberimplikasihukumbagipengelolasekolah.

Penjelasan di atas memperkuat analisis bahwamengandalkananggaranBantuanOperasionalSekolah(BOS)dari Pusat maupun hibah dari pemerintah daerah, sepertiPRODIRA menjadikanlayanan pendidikan menengah belummaksimal. Akhirnya menghasilkan kualitas yang seadanya,belumsesuaidenganharapanmasyarakat.Apalagimasihadapejabat di berbagai daerah tidak konsisten dan komitmenmengalokasikanAPBDsebesar20%untukpendidikan,sepertidi jelaskan Mendikbud Muhajir Effendy bahwa pemerintahProvinsi maupun Kabupaten/Kota masih ada yang belumkonsisten dalam mengalokasi 20 % anggaran pendidikan.Karena 20% anggaran pendidikan dari APBD masihmenyertakan dana dari pusat berupa DAK maupun DAU.Bagiyangsudahkomitmenperludiberikananugerah(award) berupaKawastaraPawitra.

Selain itu Mendikbud memandang kepala sekolah bisamenggali dana masyarakat. Karena kepala sekolah tidaksekadarguru, tapi juga sebagaimanajer.Mendikbudberjanjitidak akan menghentikan dana BOS jika ada sekolah yangmampumenggalidanadarimasyarakat.Menurutnyasekolahtidak mungkin maju kalau hanya mengandalkan BOS. Jadiharusadausahapencariandanadarimasyarakatsalahsatunyaalumni,orangtuasiswadanmasyarakatyangmemilikiempatidan kepedulian kepada sekolah (krjogya.com, Minggu 16Oktober2016)

Page 286: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

272 Analisis Kebijakan Pendidikan

Jika diperhatikan sekolah yang dibiayai masyarakatdengantarifyangmemadaijustrulebihberkembangdanmajusertamemilikidayasaingtinggilulusannya.TernyatamenurutSupoyo (2015;7-9) Sekolah Dasar Ta’mirul Islam Surakartatingkatpartisipasiorangtuadanmasyarakatsekitarnyasangattinggi.Halinidisebabkanakuntabilitaspengelolaankeuangansekolah. Akuntabilitas keuangan pihak sekolah diwujudkanmelaluitransparansikeuanganyangditerimasekolahmampumendorong peningkatan partisipasi orang tua siswa dalampembiayaan pendidikan. Dikaitkan dengan budaya huyula (gotong royong), hal ini seirama bahwa masyarakat akanberbondong-bondong berpartipasi jika apa yang diberikandikelola dengan baik, penuh keterbukaan dan disampaikansecara periodik atau berkala. Sehingga orang tua siswa danmasyarakat yang memberikan sumbangan merasa puas atasapayangdiberikan.

Merekamerasakanmanfaatdanperubahanyang terjadidaribantuanatausumbanganyangdiberikankesekolah

Nilai-nilai keterbukaan (transparansi) dalam pengelolaankeuangan sekolah ini juga sejalan dengan pandangan Radu(2011) yang dikutip dari penelitiannya yang berjudul “Parental involvement in schools: A study of resources, mobilization, andinherent inequality” menyimpulkan bahwa: 1) ada duafaktoryang secara jelasmempengaruhi keterlibatanorang tuasiswasecaraaktifdalampendidikandisekolah.Faktor tersebutadalah perasaan mampu dan upaya penggalangan yangdilakukan oleh sekolah; 2) mobilisasi yang dilakukan sekolahdapatmeningkatkanketerlibatandanpartisipasiorangtuasiswadalampendidikan.Denganadanyaupayapenggalangandanabaikmelalui keikhlasan, mengundang sebagai tokoh, memberikanpenghargaan (award) juga berupa akuntabilitas akan mampumeningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembiayaanpendidikandisekolah.

Page 287: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 273

Temuan lainnya yang menarik dari penelitian iniadalah terjadinya degradasi partisipasi dalam pembiayaanpendidikan.Hal ini terjadiseiringdengankuatnyasosialisasitidakbolehadapungutan(BeritaAntar,Selasa,8Juli2014)yangmenyatakan pihak sekolah diingatkan untuk tidak menarikpungutan sekolah untuk ekstrakurikuler atau apapun, tidakboleh lagi, pembiayaan sekolah harus sudah menggunakandana PRODIRA. Termasuk pajangan spanduk STOP PUNGLI,LAPORKANPUNGLI,TIMSAPUBERSIH

(SABER) PUNGLI dan lainnya sangat menghantuikomponensekolah.Daripadabermasalahhukumbiarsajaapayangadadalamanggarandilaksanakanprogramnya.Sehinggakurang muncul kreativitas, inovasi dan prestasi dari wargasekolah.

Jika kita bandingkan sekolah negeri dan swasta yangsumber pembiayaan dari orang tua siswa dan masyarakatsepertiSekolahDasarTa’mirul IslamSurakarta,Al-Azhar,Al-Izhar, Al-Ishlah di berbagai daerah, Sekolah dalam naunganBina Nusantara (BINUS) dan lainnya bisa lebih unggul darisekolah negeri yang menerima biaya operasional sekolah(BOS),dandanahibahdaripemerintah pusatmaupundaerah.HaliniselarasdenganreportpenelitianAulich(2010)berjudul“Governance Through Community Partnerships: A Model for Public Funding of Private Schools in Australia. Tingginyadukungan orang tua siswa dalam pembiayaan pendidikanbisa melampaui tujuan awal dari pemberian subsidi dandana hibah oleh pemerintah. Keberhasilan sekolah swastadidukungjugaolehkemitraandenganberbagaipihakmenjadisalah satu bentuk pengelolaan yang lebih tepat didukungolehakuntabilitassekolahberkaitandenganpembiayaanyangdiberikanpublikkepadanya.

Untukitu,hasilpenelitianinimenjadiinformasipentingmelakukan desain suatu model peningkatan partisipasimasyarakat dalam pembiayaan pendidikan di Provinsi

Page 288: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

274 Analisis Kebijakan Pendidikan

Gorontalo. Sintesis peneliti dengan keberhasilan PRODIRAsaatinibisamelampauiangkapartisipasisekolah(APS)secaranasional, tentu dengan dukungan pembiayaan pendidikandarimasyarakatdanorangtuasiswagerakandankemampuansekolahuntukmeningkatkanmutu,prestasidan reputasinyaakan semakin mudah dicapai, apalagi dalam rangkamewujudkan visi pemerintah provinsi Gorontalo Unggul.Tentunya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa melaluiForumKomiteSekolah(FKS)GorontalobersamastakeholderpendidikanmenggerakkansemangatHuyulamelaluiGerakanBantuSekolah(BGS)dengantematikAyoBantuSekolah(ABS)sangatperludisupportdandigelorakan.

E. RekomendasiAnalisisKebijakanPRODIRAPelaksanaanKebijakan PRODIRAdi Provinsi Gorontalo

sudahberjalanbaikdalamrangkameningkatkanpemerataanlayanan pendidikan bagi semua orang usia sekolah sudahbisa masuk dan mengikuti pendidikan sampai jenjangSMA, SMKdanMAdengan baik.Hal ini terlihatdari angkapartisipasi kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM),Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalomenunjukkantrendnaiksecara signifikan.Namun kenaikanAPK,APKdanIPMbelumdiikutidenganperansertamasyarakatdanorangtuasiswadalammembantusekolah.Untukituperludirencanakan program gerakan bantu sekolah (GBS) yangdimobilisasiolehDinasPendidikanKebudayaanPemudadanOlahraga Provinsi GorontalobersamaForumKomiteSekolah(FKS)sebagaipenggerak dan pendorong,mengkampanyekanpendidikan tanggungjawab bersamapemerintah,masyarakatdanorangtuasiswa.

Page 289: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 275

DaftarPustaka

Adhayani, M., & Kusumah, R. (2015). Pengaruh Efektivitas dan Kontribusi Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 Terhadap Penerimaan Pajak (Survei pada KPP Pratama Bandung Cibeunying, KPP Pratama Bandung Tegallega, dan KPP Pratama Bandung Bojonagara).

Akbar, M (Ahad 7 Februari 2016), Nilai Gotong Royong KianTersisihdi Indonesia,https://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/16/02/07/o25ibi336-nilai-gotong-royong-kian-tersisih-di-indonesia,diakses21September2018

Annas, F. B., &Wahyuni, E. S. (2015). Analisis Eksistensi KearifanLokal Huyula Desa Bongoime Provinsi Gorontalo. Jurnal Penyuluhan, 10 (1).

Arfan Arsyad. (2016). Influence of Knowledge of Management,PrincipalsAttitudeandEffectivenessofPRODIRATowardschoolPerformanceinGorontaloProvincial,Jurnal Ilmiah Education ManagementVolume7Nomor1Desember2016.PascasarjanaUniversitasNegeriJakarta.

Arfan Aryad. (2012). Pemerintah Kabupaten Teken MoU Terkait Program Pendidikan Gratis, Gorontalo Post, Senin 13Desember2012.Gorontalo.

Arif, A. (2010.)Hubungan antara kecerdasan emosi dengan intensi altruisme pada siswa SMA N 1 Tahunan Jepara (Doctoraldissertation,UniversitasMuhammadiyahSurakarta).

Astri,M.,Nikensari,S.I.,&Kuncara,H.(2013).PengaruhPengeluaranPemerintahDaerahpadaSektorPendidikandanKesehataTerhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia.Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB), 1(1),77-102.

Atmanti Hastarini.Dwi , (2005). Investasi SumberDayaManusiamelaluiPendidikan.Jurnal Dinamika Pembangunan (JDP), 2(Nomor1),30-39.

Page 290: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

276 Analisis Kebijakan Pendidikan

Aulia,S.(2013),DesentralisasiKebijakanPendidikan(StudiTentangPelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun Di Kota SurabayaPadaTingkatPendidikanMenengahdanKejuruan).Jurnal Politik Muda, 2(1).

Aulich,Chris.2010.“GovernanceThroughCommunityPartnerships:AModelforPublicFundingofPrivateSchoolsinAustralia”Australian Journal of Public Administration Vol. 1 No. 1,2010,pp:1-15,http://www.proquest.umi.comdiaksespada22Agutus2014

BadanPusatStatistikProvinsiGorontalo.(2016)Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo 2010-2016,Gorontalo:GrafikaKarya

BeritaAntara, (8 Juli 2014),Pemprov Gorontalo Evaluasi PRODIRA, http://www.antaragorontalo. com/berita/6699/pemprov-gorontalo-evaluasi-prodira

Billy Antoro. (2015). Janji Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun Gratis,Pemda Harus Siapkan Anggaran Pendidikan dari APBD,http://www.dadangjsn.com/2015/05/janji-wajib-belajar-wajar-12-tahun.html,diakses23September2017

Billy Antoro. (2015). Janji Wajib Belajar (Wajar) 12 Tahun Gratis,Pemda Harus Siapkan Anggaran Pendidikan dari APBD,http://www.dadangjsn.com/2015/05/janji-wajib-belajar-wajar-12-tahun.html,diakses23September2017

Blaug, Mark. (1992). The Methodology of Economics, Cambridge:CambridgeUniversityPress

Bogdan,R.&Biklen,S.K.(1998).Qualitative Research for Education and Intstruction to Theory and Methods.Boston:AllynandBacon.

Creswell,JohnW.(2009).Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. Los Angeles: SagePublications.

Page 291: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 277

Desliana Maulipaksi. (2017). Ini Bedanya Sumbangan, Bantuan,dan Pungutan Pendidikan, Kemendikbud RI; https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2017/01/ini-bedanya-sumbangan-bantuan-dan-pungutan-pendidikan diaksesJumattanggal22September2017

Dinas Dikbudpora Provinsi Gorontalo, (2014), Petunjuk Teknis Program Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA),Gorontalo.:DikbudporaProvinsiGorontalo

Dinas Dikbudpora Provinsi Gorontalo, (2016), Petunjuk Teknis Program Pendidikan untuk Rakyat (PRODIRA),Gorontalo:DIKBUDPORAProvinsiGorontalo.

Dinas Dikbudpora Provinsi Gorontalo, (2012), Juknis Program Pendidikan Gratis, Gorontalo: Dikbupora ProvinsiGorontalo

Dikbudpora Provinsi Gorontalo (2017) Portal resmi penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMA Se-Provinsi Gorontalo, http://siap-ppdb.com,diakses12Okttober2017

Edwards III, George C. (1980). Implementing Public Policy WashingtonDC:CongressionalQuarterlyPress.

Elisa, S. &Wrastari, A. T. (2013). Sikap Guru terhadap PendidikanInklusi Ditinjau dari Faktor Pembentuk Sikap. Jurnal Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, 2(01).

Etzioni, Amitai. (1985). Organisasi-organisasi Modern (terjemahan Wijaya)..Jakarta:UIPress.

Faisal, S. (1990). Penelitian Kualitatif. Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang:YayasanAsahAsihAsuh.

Ferdi,W. P. (2013). Pembiayaan Pendidikan: Suatu KajianTeoretis.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 19(4),565-578.

GorontaloPost,(2012),Program Pendidikan untuk Rakyat, Gorontalo Post,Senin20Februari2012.Gorontalo

Gorontalo Post. (2017). Theasury Award, Potret Kinerja Keuangan Negara,GorontaloPost,Jumat,25Agustus2017.Gorontalo

Page 292: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

278 Analisis Kebijakan Pendidikan

Guba,E.G.&Lincoln,Y.S. (1981), Effective Evaluation.Improving the Usefullness of Evaluation Results through Responsive and Naturalistic Approaches.SanFransisco:Jossey-Bass,Inc.

Hakim, A. M. (2014). Persepsi, Sikap, dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove di Wonorejo,.Doctoraldissertation,Bogor:InstitutPertanianBogor

Halim, A. (2002), Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan DaerahEdisiPertama.Jakarta:SalembaEmpat.

Hewlett,Michael&M.Ramesh.(2003).Studying Public Policy: Policy Cycles and Policy Subsystems.Oxford:UniversityPress

HoogerwerfA,(1983),Ilmu Pemerintahan.Penerjemah:R.L.L.Tobing.Jakarta:PenerbitErlangga.

Info Mendikbud.com, (Minggu 16 Oktober 2016), Mendikbud;Sekolah tidak mungkin maju kalau hanya mengandalkan BOS,diaksestanggal24Maret2017

Info Publik (Media online, Senin 27 Februari 2012), Dikpora Gorontalo Antisipasi Penyimpangan Dana Prodira,HumasdanMCProvGorontalo

Irawan, B. (2016). Meningkatkan Efektifitas Kebijakan KonversiLahan. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi,Vol.26,No.2,pp.116-131

Kompas (9 Oktober 2012), BOS SMA dikucurkan, https://edukasi.kompas.com/read/ 2012/10/09/ 09393840/BOS.SMA.Dikucurkan,diaksestanggal22September2018.

Kurniady, D. A. (2017). Efektivitas dan Efisiensi PembiayaanPendidikan Pada Sekolah Dasar Di Kabupaten Bandung.Jurnal Administrasi Pendidikan, 14(1),174-181.

Lamusu, Sance. A. (2011) Kerjasama dan Tolong Menoling dalamTatanan Budaya Gorontalo, Jurnal Bahasa, Sastra dan Budaya,Vol.1Nomor1September2011.

Page 293: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 279

Lincoln,Y.S.&Guba,E.G. (1985), Naturalistic Inquiry.NewDelhi:SagePublication,Inc.

LP2G.(2012).NikmatnyaPRODIRA,Sumber:https://b3wpgorontalo.wordpress.com/2012/07/16/nikmatnya-prodira/diaksesJum’at22September2017

M. Ghofar, (23 Juni 2015) Kemendikbud; Wajib Belajar dimulai tahun 2016, Sumber: http://www.antaranews.com/berita/503076/kemendikbud-wajib-belajar-12-tahun-dimulai-2016.

Mardiasmo.(2004).Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta:Andi.

Marhawati, B. (2016). Implementasi Kepemimpinan Kepala Sekolah Berbasis Nilai-nilai Budaya Huyula di Daerah Terpencil Gorontalo. DISERTASI dan TESIS Program PascasarjanaUM.

Mas, S. R. (2013). Partisipasi Masyarakat Dan Orang Tua DalamPenyelengaraan Pendidikan. el-hikmah. ejournal.uin-malang.ac.id

Mcmillan, J.H.,& Schumacher, S. (2001). Research in education: A conceptual introduction.NewYork:Longman.

Miles,M.B.&Huberman,A.M.(1994).Qualitative Data Analysis.(2nd ed.).London:SagePublications.

Nasir,M.1988).Metode Penelitian.Jakarta:GhaliaIndonesia

Nasution.(1988).Metode Penelitian Kualitatif.Bandung;Jemmars.

Nurudin.(2007). Pengantar Komunikasi Massa.Jakarta:RajagrafindoPersada.

Patton,M.Q.1987. Qualitative Evaluation Methods.BeverlyHill,CA:SagePublication.

Puluhulawa, Jusdin, dan Puluhulawa, Moh. Rusdiyanto (2013).Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis (Studi Kasus di Provinsi Gorontalo),FISUNG:Gorontalo.

Page 294: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

280 Analisis Kebijakan Pendidikan

Radu, Bogdan Mihai. (2011). “Parental involvement in schools: Astudyofresources,mobilization,andinherentinequality”Journal of Comparative Research in Anthroplogy and Sociology Vol. 2 No. 2, 2011, pp: 103-115,http://www.proquest.umi.com.diaksespada24April2017.

Ridwan Hasan Saputra. (2017). Pendidikan seikhlasnya, Republika,21 Januari 2017; Jakarta sumber: http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/17/01/21/ok4mk618-pendidikan-seikhlasnya, diakses Jum’at tanggal 22September2017.

Robbin,StepehenP.,(1990),Organization Theory, Structure, Design, and Application,thiirdedition,USA:PrenticeHall,Inc.

Saragih, S. (2006). Menumbuhkembangkan Berpikir Logis danSikap Positif terhadap Matematika melalui PendekatanMatematika Realistik. Jurnal pendidikan dan kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional (551-565). Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.

Siswadi, Edi. 2012. Birokrasi Masa Depan Menuju Tata Kelola Pemerintah Yang Efektif dan Prima.Bandung:MutiaraPress.

Steers,R.M.(1985).Efektivitas Organisasi. Jakarta:Erlangga

Sudjana.1996.Metode Statistika.Bandung:Tarsito.

Sugiyono. (2011), Metode penelitian kuntitatif kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2016), Metode Penelitian Kombinasi (mixed methods). Bandung:Alfabeta

Suharno, (2009), Anaslisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: PustakaPelajar.

Sumenge, Ariel. Sharon, (2013). Analisis Efektifitas dan EfisiensiPelaksanaan Anggaran Belanja Badan PerencanaanPembangunanDaerah(Bappeda)MinahasaSelatan.Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).

Page 295: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Analisis Kebijakan Program Pendidikan Untuk Rakyat (Prodira) 281

Suwarna,Budi2007.Sekolah Gratis Bukan Mimpi.Kompas,Senin19November2007;Jakarta.

Ulum, Miftahul dan F. Niswah, 2014. Efektivitas Remunerasi diKantorRegional IIBadanKepegawaianNegaraSurabaya.Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, 2(2).

Wahab,S.,Abdul.(1991),Pengantar Studi Analisis Kebijakan Negara, Jakarta:RinekaCipta.

Winarno,Budi.(2007).Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta:MediaPremindo

Yunus, R. 2016. Transformasi nilai-nilai budaya lokal sebagaiupaya pembangunan karakter bangsa. Jurnal Penelitian Pendidikan, 13(1).

Internet

http://edukasi.kompas.com,BOSSMADikucurkan,diaksestanggal9Oktober2012.

https://psmk.kemdikbud.go.id, Kemdikbud upayakan wajib belajar12tahunmelaluiPIP,diakseskamis15September2016.

http:// gorontaloprov.go.id, angka rata-rata lama sekolah diGorontalomelebihnasional,diaksestanggal24September2017

Perundang-undangandanTurunanPeraturan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.SekretariatJenderalMPRRI.

Undang-UndangRepublikIndonesiaNomor22Tahun1999TentangPemerintahan Daerah. Pemerintah Propinsi DaerahKhusus Ibukota Jakarta, Biro Kerjasama Antar Kota danDaerah.

Page 296: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

282 Analisis Kebijakan Pendidikan

Undang-undangNomor 20Tahun2003 tentangSistemPendidikanNasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara RepublikIndonesiaNomor4301)

Undang-undangNomor23Tahun2014tentangPemerintahDaerah

Page 297: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Lampiran

Page 298: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

284 Analisis Kebijakan Pendidikan

Page 299: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Lampiran-Lampiran 285

Page 300: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

286 Analisis Kebijakan Pendidikan

Page 301: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Aktordalamsuatu interaksiadalah individuyang terlibatdalamsuatuinteraksidenganindividuataubeberapa(sekelompok)individu lainnya

Boundary analisys adalah analisis yang bertujuan untukmemperkirakan batas-batas metaproblem.

Descriptive model adalah model kebijakan yang dimaksudkanuntukmenjelaskandanataumemprediksisebabdanskibatdari suatu pilihan kebijakan

Multiple perspective analisys. Yaitu analisis yang dimaksudkanuntuk mendorong lahirnya suatu pemahaman yangmendalam dengan menggunakan perspektif personal,organisasi dan teknis.

Normative model. Yaitu model kebijakan yang tidak hanyamenjelaskan tapi juga menyediakan aturan-aturan danrekomendasi untuk mengoptimumkan pencapaian suatunilai.

Perspective model. Adalah model yang didasarkan pada asumsibahwamasalahformaltakakanpernahmenjadirepresentasidarimasalahsubstantifyangkeseluruhannyabersifatvalid.

Glosarium

Page 302: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

288 Analisis Kebijakan Pendidikan

Hierarchy analisys. Yaitu teknik analisis untukmengidentifikasisebab-sebab yang mungkin dari suatu situasi masalah.

Stakeholder analisys yaitu analisis untuk memahami berbagaipandangan mereka yang berkepentingan terhadap suatukebijakan

Problem situation yaitu situasi masalah Brainstorming, curahpendapat.

MasalahKebijakanadalahadalahnilai,kebutuhanataukesempatanyangbelumterlaksanadanpemenuhannyahanyamungkinmelalui tindakan pemerintah.

Masa Depan Kebijakan adalah pengaruh dari suatu pilihantindakan yangmungkinberpengaruhterhadappencapaiannilai, kebutuhan atau pemanfaatankesempatan

Tindakan Kebijakan adalah suatu tindakan atau serangkaiantindakan yang dirancang atas dasar suatu alternatifkebijakan tertentu untuk mencapai hasil-hasil yang lebihdiinginkan dimasa depan

Hasil Kebijakan Adalah Konsekuensi Atau Akibat Yang NyataDari Tindakan-Tindakan Kebijakan

Kinerja Kebijakan Adalah Besarnya Sumbangan Atau PengaruhHasil Kebijakan Terhadap Pemenuhan atau PencapaianNilai, Kebutuhan Atau Kesempatan

SistemKebijakanadalahkeseluruhantatanankelembagaandimanakebijakan-kebijakandirumuskan,danmerupakansuatujaringanyang terdiri atas 3 unsur yaitu: kebijakan-kebijakan publik,policy stakeholders, dan lingkungan kebijakan.

Isu kebijakan (publik) adalah pandangan yang berbeda tentangmasalah kebijakan serta cara-cara untuk memecahkannya(William.N. Dunn).

Masalah kebijakan (publik) adalah kebutuhan dan nilai yangbelum terpenuhi atau kesempatan untuk mengadakanperbaikan yang hanya dapat dilakukan melalui kebijakanpublik (David Dery).

Page 303: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Glosarium 289

Definisi yang menghasilkan pengetahuan mengenai kondisi-kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan.

Prediksi adalahmenyediakan informasimengenai konsekuensidimasa mendatang dari penerapan alternatif kebijakan,termasuk jika tidak melakukansesuatu.

Preskripsi adalah menyediakan informasi mengenai nilaikonsekuensi alternatif kebijakandimasayang akandatang

Deskripsiadalahmenghasilkaninformasimengenainilaikonsekuensialternatif kebijakan dimasa sekarang dan masa lalu.

Evaluasiadalahkegunaanalternatifkebijakandalammemecahkanpermasalahan.

Page 304: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019
Page 305: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Dr. Arwildayanto, M.Pd., lahir15September1975 di Sumatera Barat, putra ketiga dariBapak Agus Datuk Rajo Kampai dan IbuYusnaNarus.MenyelesaikanpendidikanS1 Jurusan Administrasi Pendidikan FIPIKIPPadang1998,S2diJurusanAdministrasiPendidikan Universitas Negeri Padang(UNP) 2001, S3 di Jurusan ManajemenPendidikan Program Pascasarjana UniversitasNegeri Jakarta (UNJ) 2011. Pengalaman

kerja dimulai darimenjadi dosen di Sekolah Tinggi IlmuAdministrasi(STIA) LPPN Padang, STIA Pagaruyung di Batusangkar sejak tahun1998-2001,KepalasekolahMenengahUmum(SMU)PlusKeolahragaanPagaruyung di Batusangkar Tahun 1999, Staf Ahli AnggotaKomisi X DPR-RI 2004-2008, tahun dosen Universitas NegeriGorontalo (UNG)daritahun2008sampaisekarang.Sejaktahun20014sampai sekarang diberikan tugas tambahan sebagai Wakil Dekan IBidang Akademik Fakultas Ilmu Pendidikan UNG.

Tentang Penulis

Page 306: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

292 Analisis Kebijakan Pendidikan

Karya Ilmiah yang sudah di publikasikan buku; ManajemenSumber Daya Manusia Perguruan Tinggi; Pendekatan BudayaKerja Dosen Profesional (Buku Ajar 2012), Manajemen AdatBasandi Syara’-syara’ Basandi Kitabullah menjadi PerilakuPendidik dalam Konstelasi Pewarisan Nilai-nilai Budaya Lokal(Monograf, 2013), Jejak Perubahan 50 TahunUniversitas NegeriGorontalo (Buku Dies Natalis UNG ke-50 Tahun 1963-2013),Berkat Do’anya Aku Jadi Begini (Biografi, 2014), KepemimpinanKependidikan dalam Pengembangan BudayaMutu ; Principal Leadership Quality Culture (BukuAjar,2014),EditorBuku,RefleksiPemikirandanPengalamanuntukNegeri (SebuahAKuntabilitasProfesi) sebagai editor (2007), Otobiografi, Pandangan Orangdan Pemikiran H. Is Anwar Datuk Rajo Perak, SH; ModelOrang Minang “Four in One” (Wartawan, Pengusaha,NinikMamak,Politisi)sebagaiEditor(2011).Manajemen Keuangan danPembiayaan Pendidikan, Program Pendidikan untuk Rakyat(PRODIRA, Akselarasi Pemerataan dan Peningkatan JenjangLayanan Pendidikan di ProvinsiGorontalo.

Dr. Arifin Suking, M.Pd., lahir 5 Juli1976 di Jeneponto Sulawesi Selatan,pendidikan doktor bidangManajemenPendidikandiraihnyapada UniversitasNegeriMalang (UM). Saat ini beliau mendudukijabatan sebagai Ketua Jurusan ManajemenPendidikan Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Gorontalo. Disampingitu aktif dalam berbagai organisasi profesi,sepertiAsosiasiProgramStudiManajemen/

AdministrasiPendidikanIndonesia(APMAPI),IkatanSarjanManajemen/AdministrasiPendidikanIndonesia (ISMAPI). Mata kuliah yangdiampuh, antara lain Pengambilan Keputusan, Analisis Kebijakan

Page 307: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019

Tentang Penulis 293

Pendidikan,ProfesiKeguruan,SistemInformasiManajemen(SIM),Metode Penelitian, aktif juga dalam berbagai penelitian danpengabdian masyarakat, antara lain Educational Planning in the context of decentralization of education, School principal entrepreneurship competence for supporting developing income generating producting units in public vocational school.

Dr. Warni Tune Sumar, S.Pd., M.Pd., lahir di Gorontalo, Indonesia, pada tahun1970. Ia memperoleh gelar MagisterManajemenPendidikandariUniversitasNegeriGorontalo, Indonesia pada tahun 2006.Padatahun2007, ia bergabung denganJurusan ManajemenPendidikan,FakultasPendidikan, Universitas Negeri Gorontalo,Indonesia. Minat penelitiannya saat inimeliputi kebijakan pendidikan,

kepemimpinan,

perencanaanstrategis,manajemenpendidikandanpengembanganorganisasi,ManajemenKeuangandanPembiayaanPendidikan,ProgramPendidikan untuk Rakyat (PRODIRA, Akselarasi Pemerataan danPeningkatan JenjangLayananPendidikandiProvinsiGorontalo.Diaadalah anggota Asosiasi PendidikanManajemen dan AdministrasiIndonesia (IMAEA-ISMaPI).Dia telahmenulis6 buku dan lebihdari 20 artikel, bab dan laporan di jurnal nasional daninternasional.

Page 308: repository.ung.ac.idrepository.ung.ac.id/get/...Kebijakan-Pendidikan...dan-APlikatif.pdfrepository.ung.ac.idAuthor: ArwildayantoPublish Year: 2019