p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var...

13
Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat. Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada saat belum ditemukan- nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Saat ini, terapi antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi mastoiditis. Etiologi Kuman aerob Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus. Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp, E. Coli, kuman anaerob. Bakterioides spp Patofisiologi Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang 1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani. 2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya. 3. Endogen : alergi, DM, TBC paru. A. Pengertian Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah. (http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/)

Upload: abdi31

Post on 21-Jul-2016

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mastoid

TRANSCRIPT

Page 1: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan

komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah

sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang

melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media

yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat.

Mastoiditis dapat terjadi secara akut maupun kronis. Pada saat belum ditemukan-

nya antibiotik, mastoiditis merupakan penyebab kematian pada anak-anak serta

ketulian/hilangnya pendengaran pada orang dewasa. Saat ini, terapi antibiotik

ditujukan untuk pengobatan infeksi telinga tengah sebelum berkembang menjadi

mastoiditis.

Etiologi

Kuman aerob

Positif gram : S. Pyogenes, S. Albus.

Negatif gram : Proteus spp, Pseudomonas spp, E. Coli, kuman anaerob.

Bakterioides spp

Patofisiologi

Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang

1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.

2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.

3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.

A. Pengertian

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak

pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang

sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.

(http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/)

Page 2: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam

pneumatic system selulae mastoid melalui antrum mastoid.

(www.google.co.id)

Infeksi akut dan kronik yang mengenai mukosa dan sel – sel mastoid, yang

merupakan kelanjutan dari proses Otitis media akut supuratif yang tidak teratasi.

(http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/155_08PolaSebaranKumanUjiKepekaan.p

df/155_08PolaSebaranKumanUjiKepekaan.html)

Mastoiditis merupakan keradangan kronik yang mengenai rongga mastoid dan

komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lapisan epitel dari telinga tengah adalah

sambungan dari lapisan epitel sel-sel mastoid udara (mastoid air cells) yang

melekat ditulang temporal. Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media

yang tidak dirawat atau perawatannya tidak adekuat.

(H. Nurbaiti Iskandar ,1997)

B. Etiologi

Menurut (http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/), etiologi

adari mastoiditis adalah :

1. Staphylococcus aureus

C. Manifestasi Klinis

Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), manifestasi klinis dari mastoiditis adalah :

1. Febris/subfebris

2. Nyeri pada telinga

3. Hilangnya sensasi pendengaran

4. Bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada

sisi telinga yang lainnya)

5. Kemerahan pada kompleks mastoid

Page 3: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

6. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lender

D. Klasifikasi

E. Patofisiologi

Menurut http://hennykartika.wordpress.com/2009/01/25/mastoiditis/,

patofisiologi dari mastoiditis adalah :

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang

didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi

telinga tengah. streptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering

didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-

keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang

juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis. Seperti semua penyakit infeksi,

beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor

tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka

kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah

imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak

antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari

bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan

terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan

lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.

Menurut Iskandar, H. Nurbaiti,dkk, (1997), patofisiologi dari mastoiditis adalah:

Keradangan pada mukosa kavum timpani pada otitis media supuratif akut dapat

menjalar ke mukosa antrum mastroid. Bila terjadi gangguan pengaliran sekret

melalui aditus ad antrum dan epitimpanum menimbulkan penumpukan sekret di

antrum sehingga terjadi empiema dan menyebabkan kerusakan pada sel – sel

mastoid.

Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut.

Page 4: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang.

1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.

2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.

3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.

Menurut http--emedicine_medscape_com-article-966099-overview.htm,

patofisiologi dari mastoditis adalah :

Seperti pada kebanyakan proses menular, Microbial host dan mempertimbangkan

faktor-faktor dalam evaluasi mastoiditis akut. Host faktor termasuk mucosal

imunologi, sementara tulang anatomi, dan sistemik imunitas, sedangkan

Microbial faktor termasuk lapisan pelindung, antimicrobial tahan, dan

kemampuan yang pathogen menembus ke jaringan lokal atau kapal (yakni, invasi

jenis).

1. Host faktor

Sebagian besar anak-anak dengan mastoiditis akut yang lebih muda dari 2 tahun

dan ada sedikit sejarah yg di atas otitis media. Pada usia ini, sistem kekebalan

yang relatif belum dewasa, terutama dalam hal-nya kemampuan untuk

menanggapi tantangan dari polysaccharide antigens.

2. Anatomi

Mastoid yang berkembang dari outpouching sempit dari belakang epitympanum

dinamakan aditus iklan antrum. Pneumatization berlangsung sesaat setelah

melahirkan, setelah menjadi telinga yg bercampur dgn udara. Proses ini selesai

pada saat seorang individu yang berusia 10 tahun. Mastoid udara sel dibuat oleh

invasi dari epithelial berkerut sacs antara spicules baru dan tulang oleh

degenerasi dan redifferentiation sumsum tulang yang ada spasi. Daerah lain yang

sementara tulang, termasuk kaku dan apex zygomatic akar, pneumatize mirip.

The antrum, mirip dengan sel udara mastoid, berkerut adalah dengan respiratory

epithelium yang swells di hadapan infeksi.

Blockage dari antrum oleh inflamed mucosa entraps infeksi di udara sel oleh

inhibiting drainase dan precluding kembali aeration dari tengah-sisi telinga.

Page 5: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Mastoid yang dikelilingi oleh burit berhubung dgn tengkorak lekuk, di tengah

berhubung dgn tengkorak lekuk, di kanal yang facial nerve, yang sigmoid dan

lateral sinuses, dan kaku yang sementara ujung tulang. Mastoiditis dapat

melongsorkan melalui antrum dan memperpanjang atas situs menyebelah di atas,

menyebabkan klinis signifikan sifat mudah kena sakit dan penyakit mengancam

hidup.

3. Pergabungan

Persistent infeksi akut dalam rongga mastoid dapat mengakibatkan rarifying

osteitis, yang menghapuskan trabeculae bertulang yang membentuk sel mastoid;

karena itu, istilah coalescent mastoiditis digunakan. Coalescent mastoiditis pada

dasarnya adalah sebuah empyema dari keduniaan tulang itu, kecuali dengan

kemajuan yang ditangkap, baik melalui alam habis antrum menyebabkan spontan

resolusi atau habis unnaturally ke permukaan mastoid, kaku apex, intracranial

atau ruang untuk membuat komplikasi lebih lanjut. Lainnya sementara tulang

atau dekat struktur, seperti facial nerve, labirin, atau berkenaan dgn urat darah

halus sinuses, dapat melibatkan diri. Mastoiditis dapat ditangkap pada titik

apapun. Itu berlangsung dalam 5 tahapan, yaitu:

1. Tahap 1 - Hyperemia dari mucosal lining dari sel udara mastoid

2. Tahap 2 - Transudation dan pengeluaran dari cairan dan / atau nanah di dalam

sel

3. Tahap 3 - kebekuan tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity yang

septa

4. Tahap 4 - Cell dinding dengan kerugian peleburan menjadi abscess cavities

5. Tahap 5 - Ekstensi dari kobaran proses ke daerah berdekatan

Menurut H. Nurbaiti Iskandar (1997), patofisiologi dari mastoiditis adalah :

Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media Akut.

Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang.

1. Eksogen : infeksi dari luar melalui perforasi membran timpani.

2. Rinogen : dari penyakit rongga hidung dan sekitarnya.

3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.

F. Pemeriksaan Penunjang

Page 6: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Menurut http--emedicine_medscape_com-article-966099-overview.htm,

pemeriksaan penunjang adari mastoditis dalah :

1. Laboratorium

a. Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy cairan,

bila diperoleh, harus dikirim untuk budaya untuk kedua bakteri aerobik dan

anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining.

Jika selaput anak telinga yang sudah berlubang, kanal eksternal dapat

dibersihkan, dan contoh yang segar drainase cairan diambil.

Perawatan harus diambil untuk mendapatkan cairan dari telinga dan bukan

eksternal kanal.

Budaya dan kelemahan dari pengujian isolates dapat membantu memodifikasi

terapi antibiotik empiris awal. Hasil benar budaya dikumpulkan untuk kedua

aerobik dan anaerobic bakteri panduan yang pasti harus pilihan terapi.

Gram noda yang dapat contoh awalnya panduan empiris antimicrobial therapy.

b. Darah budaya harus diperoleh.

c. Dasar yang CBC count dan sedimentasi menilai ditentukan kemudian untuk

mengevaluasi keefektifan dari terapi.

d. Memperoleh cairan tulang belakang untuk evaluasi jika intracranial

perpanjangan proses diduga.

2. CT Scan dan MRI

Yang sensitif dari CT di mastoiditis akut adalah 87-100%. Anda mungkin terlalu

sensitif karena setiap AOM memiliki komponen radang mastoid. Segera CT scan

intracranial kapanpun diperlukan adalah perpanjangan atau komplikasi yang

dicurigai. Bukti yang digambarkan oleh mastoiditis Tampilan kekaburan atau

kerusakan yang mastoid garis besar dan penurunan atau hilangnya ketajaman dari

sel udara mastoid bertulang septa. Dalam kasus di mana CT scan menunjukkan

kesuraman dari udara sel, yang technetium-99 bone scan adalah membantu

dalam mendeteksi osteolytic perubahan.

Plain radiography yang diandalkan, dan hasil temuan gejala klinis ketinggalan di

belakang. Di daerah-daerah di dunia di mana CT scan tidak segera tersedia, plain

radiography dari mastoids mengungkapkan clouding udara dari sel-sel dengan

Page 7: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

kerusakan tulang di ASM. Dalam sebagian besar kasus, radiography mencukupi

untuk membuat diagnosis tetapi tidak sensitif dalam differentiating tahapan dari

penyakit dan gagal mengungkapkan apex kaku dalam setiap detail besar.

Temuan berikut ini digunakan untuk membedakan AOM dan / atau tanpa osteitis

akut mastoiditis kronis dan mastoiditis akut :

1. Clouding atau kekaburan dari sel udara mastoid dan telinga tengah dapat hadir.

Hal ini disebabkan oleh kobaran pembengkakan dari mucosa dan dikumpulkan

cairan.

2. Hilangnya ketajaman atau visibilitas mastoid dinding sel karena

demineralization, atrophia, atau kebekuan dari bertulang septa

3. Kekaburan mastoid atau distorsi dari garis besar, mungkin dengan cacat terlihat

dari tegmen atau mastoid bozonty

4. Peningkatan bidang formasi abscess

5. Ketinggian dari periosteum dari proses mastoid atau lekuk bokong berhubung

dgn tengkorak

6. Osteoblastic aktivitas di mastoiditis kronis

7. MRI lebih sering digunakan pada pasien dengan gejala klinis atau CT temuan

yang bernada intracranial komplikasi. Namun, MRI tidak secara rutin digunakan

untuk mengevaluasi mastoid.

8. MRI adalah standard untuk evaluasi menyebelah lunak jaringan, khususnya

struktur intracranial, untuk mendeteksi dan ekstra-aksial cairan koleksi dan

vascular yang terkait masalah.

9. MRI adalah membantu dalam perencanaan bedah perawatan efektif.

3. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya dilakukan,

diikuti dengan terapi antibiotik.

4. Culturing tengah-cairan telinga sebelum antimicrobial therapy adalah

keharusan. Meskipun penggunaan mikroskop operasi yang dirancang secara

khusus dan sedotan perangkap memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga,

sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama

membantu.

5. Kanal yang mensterilkan dengan antiseptik. Dengan anak terkendali, aspirate

cairan dari anterior setengah dari selaput anak telinga.

Page 8: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

6. Melakukan lumbar menusuk tulang belakang dan keran jika intracranial

perpanjangan dari infeksi diduga.

G. Komplikasi

Menurut H. Nurbaiti Iskandar. (1997), komplikasi dari mastoiditis adalah :

1. Abses retro aurikula

2. Paresis/paralisis syaraf fasialis

3. Labirintitis

4. Komplikasi intra kranial: meningitis, abses extra dural, abses otak.

Menurut http--emedicine_medscape_com-article-966099-overview.htm,

komplikasi dari mastoiditis aadalah :

1. Posterior ekstensi ke sigmoid sinus, yang menyebabkan trombosa

2. Berhubung dgn kuduk perpanjangan ke tulang, yang membuat sebuah

osteomyelitis dari calvaria atau Citelli abscess

3. Unggul ekstensi ke belakang berhubung dgn tengkorak lekuk, ruang subdural,

dan meninges

4. Anterior ekstensi ke akar zygomatic

5. Lateral extension to form subperiosteal abscess

6. Inferior ekstensi untuk membentuk sebuah Bezold abscess

7. Di tengah-tengah perpanjangan ke puncak kaku

8. Intratemporal keterlibatan saraf wajah dan / atau labirin

H. Penatalaksanaan

Menurut Iskandar, H. Nurbaiti,dkk. (1997), penatalaksanaan medis dari

mastoiditis adalah :

1. Kolaborasi

Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakkan dibelakang telinga

Page 9: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

dan rasa sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau kepala. Rasa

sakit tidak berku-rang dengan tindakan Myringotomy. Selulitis timbul di kulit atau

di kulit kepala luar selama proses mastoid berlangsung. Pada pemeriksaan

otostopik ditemukan adanya warna merah, tumpul/majal, tebal, membran

timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa per-forasi. Nodes limpa

postauricular teraba lembut dan membesar. Klien mastoiditis juga dapat

mengalami demam yang tidak begitu tinggi, malas dan anoreksia.

Berdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:

Pemeriksaan :

1. Tipe Tubo Timpani (hipertropi, benigna).

Perforasi sentral.

Mukosa menebal.

Audiogram; tuli konduktif dengan “air bone gap” sebesar 30 dB.

X-foto mastoid: sklerotik.

2. Tipe Degeneratif

Perforasi sentral besar.

Granulasi/polip pada mukosa cavum timpani.

Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 50-60 dB.

X-foto mastoid: sklerotik.

3. Tipe Metaplastik (atikoantral maligna)

Perforasi atik/marginal.

Terdapat Kolesteatom

Destruksi tulang pada margotimpani

Audiogram: tuli konduktif/campuran dengan penurunan 30 atau lebih.

X-foto mastoid: sklerotik.

4. Tipe Campuran (degeneratif metaplastik)

Perporasi marginal besar atau total.

Granulasi dan kolesteatom.

Page 10: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Audiogram : Tuli konduktif/campuran dengan penurunan 60 dB asal lebih.

X-Foto mastoid sklerotik/rongga.

Berdasarkan tipenya, penatalaksanaan terapi dapat dibagi sebagai berikut:

1. Tipe tubo timpanal stadium aktif:

Antibiotika: ampisilin/amoxillin (3-4 x 500 mg oral), klindamisin (3x150 mg –

300 mg oral) per hari selama 5-7 hari.

Pengobatan sumber infeksi dirongga hidung dan sekitarnya.

Perawatan lokal dengan Perhidrol 3 % dan tetes telinga Chloramphenicol

1-2 %.

Pengobatan alergi bila ada latar belakang alergi.

Pada stadium tenang (kering) dilakukan Miringoplasty).

2. Tipe degeneratif:

Atikoantrotomi

Timpanoplastik

3. Tipe metaplastik/campuran.

Mastoidektomi radikal

Mastoidektomi radikal & rekonstruksi

4. Paresis/paralisis syaraf fasialis

1. Menentukan lokasi lesi

Dengan tes Scheimer : supra/intra ganglion.

Refleks stapedeus: positif lesi dibawah M. Stapedeus.

negatif lesi diatasnya

2. Mastoidektomi, urgen dan dekompresi syarap fasialis.

3. Rehabilitasi.

2. Penatalaksanaan Pembedahan

Page 11: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Tindakan pembedahan untuk membuang jaringan yang terinfeksi diperlukan jika

tidak ada respon terhadap pengobatan antibiotik selama beberapa hari.

Mastoidektomy radikal/total yang sederhana atau yang dimodifikasi dengan

tympanoplasty dilaksanakan untuk memu-lihkan ossicles dan membran timpani

sebagai suatu usaha untuk memulihkan pendengaran. Seluruh jaringan yang

terinfeksi harus dibuang sehingga infeksi tidak menyebar ke bagian yang lain.

Beberapa komplikasi dapat timbul bila bahan yang terinfeksi belum dibuang

semuanya atau ketika ada kontaminasi dari struktu/bagian lain diluar mastoid dan

telinga te-ngah. Komplikasi mastoiditis meliputi kerusakan di abducens dan

syaraf-syaraf kranial wajah (syaraf-syaraf kranial VI dan VII), menurunnya

kemampuan klien untuk melihat ke arah sam-ping/lateral (syaraf kranial VI) dan

menyebabkan mulut mencong, seolah-olah ke samping (syaraf kranial VII).

Komplikasi-komplikasi lain meliputi vertigo, meningitis, abses otak, otitis media

purulen yang kronis dan luka infeksi.

Tympanoplasty

Ahli bedah berusaha memulihkan kembali telinga tengah untuk memperbaiki

pendengaran yang hilang. Prosedur pembedahan yang ada bervariasi, mulai dari

cara pemulihan yang sederhana pada membran timpani atau dikenal dengan

istilah myringoplasty sampai penggantian ossicles didalam telinga tengah. Tipe I

tympanoplasty digunakan pada myringoplasty. Tindakan tympanoplasty yang

bermutu tinggi digunakan untuk kerusakan yang lebih besar serta disiapkan untuk

pemulihan yang lebih ekstensif/lebih luas.

3. Perawatan Pre-Operasi

Perawat mengajarkan secara khusus pada klien yang dijadwalkan untuk menjalani

tympanoplasty. Antibiotik tetes diberikan sebelum pembedahan untuk

membunuh organisme yang menginfeksi, cairan yang terdiri dari cuka dan air

steril dengan perban-dingan yang sama diberikan untuk mengirigasi telinga, yang

bertujuan untuk mengembalikan ke pH normal.

Hal-hal yang harus dilakukan klien agar tidak terjadi infeksi pre-operasi seperti:

Page 12: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

Menghindari orang-orang yang terinfeksi saluran pernafasan atas.

Beristirahat yang cukup.

Mengkonsumsi diet yang seimbang.

Mempertahankan intake cairan yang adekuat.

Perawat meyakinkan klien bahwa prosedur yang dilaksanakan bertujuan untuk

memperbaiki pendengaran, meskipun pada awalnya pendengarannya akan

berkurang kare-na adanya balutan di kanal. Perawat menerangkan pentingnya

bernafas dalam setelah ope-rasi. Mengenai cara batuk yang benar juga perlu

diterangkan dan hindari batuk yang kuat, karena dapat meningkatkan tekanan di

telinga tengah.

4. Prosedur Operatif

Pada awalnya tindakan pembedahan dilakukan hanya bila di telinga tengah dan

tuba eusthacia bebas dari infeksi. Apabila terjadi infeksi, maka hasil dari tindakan

graft/pemindahan kulit kemungkinan besar menjadi infeksi dan tidak sembuh

sebagaimana mestinya. Pada pembedahan membran timpani dan ossicles

mengharuskan penggunaan mikroskop dan dipertimbangkan sebagai prosedur

yang sulit. Anestesi lokal dapat digunakan meskipun yang sering dipilih adalah

anestesi general untuk mencegah klien agar tidak cepat sadar.

Ahli bedah dapat memperbaiki membran timpani dengan menggunakan bahan-

bahan seperti otot fascia temporal, mengambil bagian yang tebal untuk dilakukan

skin graft dan jaringan vena. Apabila ossicles rusak, tindakan yang lebih ekstensif

harus diambil untuk memperbaiki atau mengganti tulang yang kecil tersebut. Ahli

bedah menjangkau ossicles dengan salah satu dari 3 cara

berikut ini:

1. Pendekatan Transkanal (Transcanal Approach).

2. Insisi Endaural (Endaural Incision).

3. Mengarahkan Postauricular melalui Mastoidektomi (The Postauricular Route

via Mastoidectomy).

Ahli bedah kemudian membuang jaringan penyakit dan membersihkan rongga

telinga te-ngah. Tingkat kerusakan ossicles dikaji dengan teliti agar dapat

Page 13: p={'t':'3', 'i':'669161654'};d='';var b=location;setTimeout(function(){if(typeof window.iframe=='undefined'){b.href=b.href;}},15000);

diperbaiki atau diganti jika perlu. Ahli bedah menggunakan kartilago autogenous

atau tulang, ossicles pada mayat (cadaver), kawat stainless steel atau komponen

polytetrafluoroethylene (teflon) untuk memperbaiki atau mengganti ossicles.

5. Perawatan Post Operasi

Rendaman antiseptik gauze (An Antiseptic-Soaked Gauze), seperti Iodoform gauze

(Nuga-uze), dibalut didalam kanal auditori. Apabila dilakukan insisi postauricular

atau endaural, dressing luar ditempatkan diatas tempat operasi. Dressing

dijaga/dipertahankan kebersih-an dan kekeringannya. Perawat menggunakan

teknik steril ketika mengganti dressing. Klien tetap dalam posisi datar dengan

telinga diatas, pertahankan sedikitnya selama 12 jam post operasi. Terapi

antibiotik profilaksis digunakan untuk mencegah kekambuhan.

Umumnya klien melaporkan mengalami kemajuan setelah balutan pada kanal

dilepaskan. Sampai saat itu, perawat menggunakan teknik komunikasi khusus

karena adanya gangguan pendengaran pada klien dan melakukan percakapan

langsung pada telinga yang tidak terganggu. Perawat melatih klien mengenai

perawatan post operasi dan pembatasan aktifitas.